Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERILAKU KELOMPOK

Makalah ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Perilaku Organisasi

Disusun Oleh :

1. Istiqomatis Sholihah (401220111)


2. Jamilatu Sa’diyah (401220112)

Dosen Pengampu :

Mun Yah Zahiroh, S.E., M.B.A.

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapakan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga
saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul PERILAKU KELOMPOK. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Perilaku Organisasi.

Pada kesempatan ini kami selaku pemakalah mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dosen mata kuliah Perilaku Organisasi yang telah memberikan tugas
kelompok ini kepada kami, Serta kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna serta kesalahan yang penulis yakini diluar batas kemampuan penulis karena
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Maka dari itu penulis dengan
senang hati menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Akhirnya Penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Masalah 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Proses Pembentukan Kelompok 2


B. Perbedaan Tim dan Kelompok 3
C. Peran-Peran Fungsional Anggota Kelompok 4
D. Ancaman Efektivitas Kelompok 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 9

DAFTAR PUSTAKA 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia dalam berbagai kegiatan apapun manusia akan terlibatdalam


aktivitas kelompok. Demikian pula kelompok merupakan bagian darikehidupan
organisasi. Dalam organisasi akan banyak ditemui kelompok-kelompokseperti ini.
Kelompok dapat mengubah motivasi individu atau kebutuhan dan bisamemengaruhi
perilaku individu dalam satu kondisi organisasi. Hubungan antarindividu dalam
kelompok harus terjaga. Kelanggengan kelompok terletak padakesungguhan masing-
masing individu yang tergabung dalam kelompok untuksaling memperbarui semangat
kolektivitas dalam mencapai tujuan yang telahditetapkan secara bersama dengan
menampung sebagian besar aspirasi individual. Semakin banyak aspirasi anggota
kelompok yang terakomodasi, semakin puaslah anggota kelompok.
Tantangan yang paling berat dihadapi oleh organisasi denganmeningkatnya
perubahan adalah perbedaan individu yang ada di dalam organisasi yang selanjutnya
akan membentuk perilaku kelompok. Salah satu topik menarikdalam bidang perilaku
organisasi untuk ditelaah atau diteliti adalah mengenai perilaku kelompok karena
merupakan bagian dari kehidupan manusia, setiap hari manusia akan terlibat dalam
aktivitas kelompok. Maka dalam makalah ini akan membahas tentang perilaku
kelompok.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembentukan kelompok?
2. Apa perbedaan antara tim dan kelompok?
3. Bagaimana peran-peran fungsional anggota kelompok?
4. Apa ancaman evektifitas kelompok?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui proses pembentukan kelompok
2. Untuk mengetahui perbedaan tim dan kelompok
3. Untuk mengetahui peran-peran fungsional anggota kelompok
4. Untuk mengetahui ancaman evektifitas kelompok.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Pembentukan Kelompok


Menurut Sudjarwo proses pembentukan kelompok dapat dilihat dari sejumlah teori
yang menjelaskan alasan apa seseorang memasuki kelompok. Beberapa teori berikut
tidak dipaparkan secara mendalam karena dipilih teori yang sering dipakai dalam
membahas kasus di lapangan saja.
1. Domisili Theory
Theory ini menyatakan bahwa pada diri manusia terdapat dorongan untuk
bergabung dengan orang lain dalam rangka menemukan atau menampilkan
eksistensi dirinya.
2. Similar Attitude Theory
Teori kesamaan sikap dari Newcomb, yang memiliki pendekatan bahwa seseorang
akan cenderung tertarik dengan orang lain dan bergaabung, apabila diantara mereka
ada kesamaan sikap.
3. Practicality Theory
Teori dari Reitz ini menyatakan bahwa orang akan mengelompok apabila ada alasan
praktis. Pada umumnya alasan ekonomi menjadi dominasi utama, walaupun alasan-
alasan lain juga bisa berperan. Kepentingan pribadi muncul menjadi tujuan bersama
karena adanya kepentingan bersama.1
Terbentuknya kelompok diawali dengan munculnya perasaan atau persepsi yang
sama dalam memenuhi kebutuhan. Setelah itu akan timbul motivasi untuk
memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi yang
terjadi akan membentuk sebuah kelompok.2
Pembentukan kelompok dilakukan dengan menentukan kedudukan masing-masing
anggota, seperti siapa yang akan menjadi ketua atau yang menjadi anggota. Proses yang
dilampaui seseorang dalam rangka menjadi anggota suatu kelompok merupakan hal
yang bersifat sangat individual, yang artinya setiap orang akan berbeda. Berikut
terdapat sejumlah tahapan dalam proses pembentukan kelompok, yaitu:

1
Wildan Zulkarnain, Dinamika Kelompok (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2017).
2
A. R. Dilapanga and Jeane Mantiri, Perilaku Organisasi (Yogyakarta: Deepublish, 2021).

2
1. Tahap Perkenalan
Individu melakukan orientasi atau penjajakan melalui perilaku yang ditampilkan
dan respon-respon apa yang diterima. Sedangkan apabila kelompok tersebut baru
dibentuk, maka diadakan kesepakatan bersama tentang aturan-aturan berperilaku
yang harus ditaati oleh semua anggota kelompok.
2. Tahap Mencari Pola
Kelompok masuk ke dalam proses pancaroba, yakni dimana sering terjadi benturan-
benturan dalam mencari pola. Sehingga jika aturan permainan tidak jelas, maka
kelompok tersebut akan bubar atau individu yang baru masuk akan vacum atau
bahkan akan keluar.
3. Tahap Pemantapan Norma
Dalam tahap ini benturan-benturan kelompok akan melahirkan norma yang bersifat
mengatur atau menata jalannya interaksi dalam kelompok tersebut, serta mengatur
peran dan status yang ada.
4. Tahap Berprestasi
Artinya setelah kelompok benar-benar solid maka para anggota mencoba
mengembangkan dirinya masing-masing maupun secara bersama-sama, guna
mencapai suatu prestasi tertentu sesuai dengan tujuan kelompok tersebut.3
B. Perbedaan Tim dan Kelompok
Pada hal pendefinisian, kelompok dan tim memiliki defnisi yang berbeda.
Kelompok (group) adalah interaksi antara tiga orang atau lebih untuk mencapai tujuan
bersama. Dalam sumber lain yaitu ilmu sosiologi mengatakan bahwa kelompok adalah
sebagai interaksi yang terjadi antara dua orang atau lebih yang punya kesamaan
identitas dan biasanya interaksinya dilakukan secara reguler. Tetapi tidak semua orang
yang berkumpul bisa dikatakan sebagai suatu kelompok. Diharuskan adanya kesadaran
dari individu bahwa ia bagian dari kelompok tersebut dan mengakui persyaratan yang
berlaku di dalam kelompok tersebut.4
Kelompok kerja (work group) tidak punya kebutuhan atau kesempatan untuk
terlibat dalam kerja kolektif yang membutuhkan usaha bersama. Jadi kinerja mereka
hanya merupaka gabungan akhir dari kontribusi individu pada anggota kelompok.

3
Zulkarnain, Dinamika Kelompok.
4
Farisa Anindya Tasbita, Aksi Komunikasi Dalam Teori Dan Praktik (Jakarta: PT Mahakarya Citra Utama Group,
2023).

3
Tidak ada sinergi positif yang menciptakan seluruh tingkat kinerja yang lebih tinggi
daripada jumlah masukan.
Sedangankan tim kerja menghasilkan sinergi positif melalui usaha yang
terkoordinasi. Usaha individu mereka menghasilkan suatu tingkat kinerja yang lebih
tinggi daripada jumlah masukan individual. Sehingga tim kerja dalah kelompok dimana
usaha individu akan menghasilkan kinerja yang lebih besar dibandingkan input individu
tersebut.5
Tim (team) merupakan sebuah kelompok khusus dimana anggotanya
berinteraksi, saling bergantung, memiliki aturan yang disepakati, adanya rasa identitas
kolektif yang kuat dan memiliki sumber daya yang berbeda serta komplementer untuk
mencapai tujuan bersama.6 Secara terperinci kelompok kerja dengan tim dapat
dibedakan dalam beberapa hal, yaitu sebagai berikut:
1. Dalam keompok kerja tanggung jawab seorang pemimpin telah ditentukan,
sedangkan dalam tim tugas kepemimpinan dibagi diantara para anggota.
2. Kerja individu dalam kelompok hanya menyediakan hasil, sedangkan kerja individu
dari tim mengembangkan hasil.
3. Efektivitas kelompok diukur secara tidak langsung melalu pengaruh kelompok
terhadap anggota yang lain, adapun efekivitas tim diukur secara langsung melalui
penilaian hasil kerja tim.
4. Dalam kelompok pertemuan secara efisien berlangsung pada periode yang singkat,
adapun dalam tim ada diskusi di awal dan di akhir pertemuan yang meliputi
pemecahan masalah.
5. Para anggota dalam kelompok berdiskusi dalam pertemuan memutuskan dan
melaksanakan, sedangkan para anggota dalam tim berdiskusi di pertemuan
memutuskan dan menujukkan kerja sama yang nyata.
C. Peran-Peran Fungsional Anggota Kelompok

Secara umum kelompok berfungsi untuk memenuhi kebutuhan anggota


kelompok agar setiap anggota relatif merasa puas, walau sebenarnya fungsi kelompok
tidak hanya sebatas itu saja. Crech dan Cructhfield mencoba menguraikan fungsi
kelompok dengan lebih rinci yaitu:

5
Zulkarnain, Dinamika Kelompok.
6
Tasbita, Aksi Komunikasi Dalam Teori Dan Praktik.

4
1. Fungsi kelompok sebenarnya unik, artinya ciri sekaligus fungsi dapat tergambar
pada satu kelompok tertentu dengan sekaligus. Contoh kelompok pengajian,
dimana tampak antara fungsi dan ciri melekat sekaligus.
2. Fungsi kelompok merupakan accessory, artinya kelompok merupakan bingkai dari
sejumlah kegiatan yang ada dalam satu kesatuan.
3. Fungsi kelompok dominance dan belonginess. Maksudnya sekalipun dalam
kelompok terdapat kegiatan sub kelompok, namun kelompok tetap dapat
memelihara rasa kebersamaan dari seluruh anggota kelompoknya.

Penjelasan di atas hanya melihat fungsi kelompok sebagaimana terlihat dalam


arti hubungan sosial, atau hanya melihat sebagai interaksi simbolik.7 Oleh sebab itu,
melihat fungsi kelompok tidak sekedar dari interaksinya saja, akan tetapi lebih dalam
lagi yaitu dengan penjelasan berikut:

1. Kelompok merupakan wadah dan ruang psikologis kepada semua ang gotanya,
sehingga para anggota merasa memiliki terhadap kelompoknya
2. Munculnya kader yang menunjukkan loyalitas dan kesetiakawanan sosial.
3. Memberikan rasa aman kepada semua anggotanya.
4. Adanya penghargaan melalui status dan peran masing-masing anggotanya.
5. Terdapat suatu tujuan ideal tertentu dari kelompok.
6. Kelompok dapat berperan sebagai wahana untuk mencapai tujuan.
7. Anggota kelompok sebagai individu merasa sebagai organ dari kelompok.

Secara umum terdapat dua fungsi peran dalam suatu kelompok, yaitu fungsi
tugas dan pemeliharaan. Dari kedua fungsi dan peran terebut akan di uraikan dalam
table berikut.8

7
Zulkarnain, Dinamika Kelompok.
8
Evi Novianti, Teori Aplikasi Umum Dan Aplikasinya (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2019).

5
Dari penjelasan di atas menekankan fungsi kelompok yang bercorak kondisi
Indonesia. Sehingga definisi tersebut cocok digunakan untuk mengkaji kelompok tani,
kelompok pengajian, atau kelompok pendengar pedesaan karena mendekati sosok
realita yang ada di lapangan. Namun, jika dipakai untuk menganalisis kelompok yang
lebih rumit atau kompleks, maka kemungkinan besar akan sulit untuk diterapkan begitu
saja tanpa dibantu oleh teori lain yang lebih canggih.

D. Ancaman Terhadap Evektifitas Kelompok

Kelompok yang efektif mempunyai 3 aktivitas pokok, yakni: bekerja untuk


mencapai tujuan, berlaku dalam mencapai tujuan, serta berkembang dan berubah dalam
cara mencapai tujuan. Sedangkan untuk menjadi efektif, suatu kelompok harus
mencapai tujuannya, harus bisa mempertahankan hubungan kerja yang baik antar
anggotanya, dan harus bisa beradaptasi terhadap situasi yang berubah-ubah dengan
lingkungan sekitarnya.9 Sahertian (1987) menyatakan bahwasannya kelompok yang
efektif dapat dibedakan dari kelompok yang tidak efektif sebagaimana tabel berikut.

9
Zulkarnain, Dinamika Kelompok.

6
Berkaitan dengan penilaian perilaku kelompok, Stogdill mengemukakan teori
prestasi kelompok yaitu upaya atau efektivitas yang dicapai kelompok dalam mencapai
tujuan. Unsur-unsur dari prestasi kelompok adalah produktivitas, moral, dan kesatuan
kelompok. Produktivitas ialah tingkat capaian dari para anggota dalam mencapai tujuan
atau harapan dan nilai yang melekat. Moral adalah semangat kebebasan kelompok
untuk berkreasi mencapai tujuan. Kesatuan kelompok ialah tingkat kemampuan
kelompok untuk mempertahankan struktur dan mekanisme keanggotaan. Kesatuan
kelompok terlihat apabila ada tekanan dari kelompok lain atau dari anggota yang
berambisi dalam kelompok. Saat kondisi penuh tekanan, maka akan tampak anggota
yang konsisten dan tidak konsisten pada kelompok. Sehingga kadangkala kelompok
mengadakan test case terhadap para anggota untuk melihat sejauh mana rasa kesatuan
akan kelompok. Selanjutnya berkaitan dengan efektivitas kelompok, Krech dkk. (1988)
mengemukakan group efectivity theory. Atau disebut teori efektivitas kelompok yang
melihat kelompok secara lebih kritis, dimana efektivitas suatu kelompok tidak cukup
dilihat atau diukur melalui apa yang diperbuat, akan tetapi perlu diperhatikan jenis dan
tujuan dari kelompok. Konsep teori ini sebagai berikut.

Berdasarkan bagan tersebut tampak aplikasi dari group efectivity theory lebih jelas
dalam melihat efektivitas kelompok. Berdasarkan sebaran beberapa variabel tersebut
dapat disimpulkan bahwa usaha untuk mengukur efektivitas kelompok bukanlah suatu
analisis yang sepotong-sepotong, tetapi merupakan suatu kesatuan sistem dimana
variabel satu dengan lainnya saling berkaitan.

7
Sementara itu Johnson (2012) menjelaskan keefektifan kelompok dapat
tercapai bila kelompok menetapkan tujuan dan setiap anggota berkomitmen untuk
mencapainya.10 Hal tersebut dilakukan dengan merumuskan tujuan operasional dan
cara untuk mencapai tujuan harus spesifik dan dapat diuku Selain itu juga harus terdapat
ketergantungan positif (yaitu: kerjasama) yang diterapkan pada setiap anggota
kelompok. Saling ketergantungan sosial merupakan jantung dari interaksi manusia
sedangkan kerjasama merupakan jantung dari usaha kelompok kecil. Tujuan kelompok
berhubungan dengan kebutuhan individu dari anggota kelompok. Tingkat dimana
anggota bertindak secara bersamaan mencapai tujuan individu dan kelompok, akan
menentukan keefektifan kelompok. Agar semua anggota berkomitmen mencapai tujuan
kelompok, maka anggota harus dilibatkan dalam proses menentukan tujuan. Tujuan
juga harus cocok dengan kriteria smart.

1. S (specific), tujuan harus spesifik agar mudah dimengerti dan dicapai.


2. M (measureable), tujuan operasional agar bisa diukur kemajuannya.
3. A (achievable), tujuan harus menantang tetapi bisa dicapai dengan usaha
4. R (relevance), tujuan sesuai dengan kebutuhan dan ketertarikan anggota.
5. T (transfer), tujuan digunakan dan bermanfaat sampai ke masa depan.

10
Ibid.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Terbentuknya kelompok diawali dengan munculnya perasaan atau persepsi
yang sama dalam memenuhi kebutuhan. Setelah itu akan timbul motivasi untuk
memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi yang
terjadi akan membentuk sebuah kelompok. Pada hal pendefinisian, kelompok dan tim
memiliki defnisi yang berbeda. Kelompok (group) adalah interaksi antara tiga orang
atau lebih untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan tim (team) merupakan sebuah
kelompok khusus dimana anggotanya berinteraksi, saling bergantung, memiliki aturan
yang disepakati, adanya rasa identitas kolektif yang kuat dan memiliki sumber daya
yang berbeda serta komplementer untuk mencapai tujuan bersama.
Kelompok merupakan wadah dan ruang psikologis kepada semua ang gotanya,
sehingga para anggota merasa memiliki terhadap kelompoknya. Munculnya kader yang
menunjukkan loyalitas dan kesetiakawanan sosial. Memberikan rasa aman kepada
semua anggotanya. Adanya penghargaan melalui status dan peran masing-masing
anggotanya. Terdapat suatu tujuan ideal tertentu dari kelompok. Kelompok dapat
berperan sebagai wahana untuk mencapai tujuan. Anggota kelompok sebagai individu
merasa sebagai organ dari kelompok.
Ancaman terhadap kelompok yang tidak efektif yaitu tidak terumuskannya
tujuan operasional dan cara untuk mencapai tujuan yang spesifik, tidak terjaganya
hubungan kerja yang baik antar anggotanya karena hanya terjadi komunikasi satu arah,
dan tidak bisa beradaptasi terhadap situasi yang berubah-ubah dengan lingkungan
sekitarnya.

9
DAFTAR PUSTAKA
Dilapanga, A. R., and Jeane Mantiri. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Deepublish, 2021.
Novianti, Evi. Teori Aplikasi Umum Dan Aplikasinya. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2019.
Tasbita, Farisa Anindya. Aksi Komunikasi Dalam Teori Dan Praktik. Jakarta: PT Mahakarya
Citra Utama Group, 2023.
Zulkarnain, Wildan. Dinamika Kelompok. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2017.

10
JAWABAN STUDI KASUS

Studi Kasus Tentang Menciptakan Pria-Pria yang Maskulin

1. Bagaimana konsep peran dan norma kelompok terbentuk dalam kasus ini? Jelaskan.
Jawaban:
Konsep peran dan norma kelompok dalam kasus ini terbentuk apabila terdapat interaksi
dalam kelompok tersebut. Dalam kasus ini norma kelompok terbentuk Ketika para
pekerja penambang minyak di paksa untuk bersikap maskulin karena adanya tuntutan
pekerjaan untuk besikap maskulin dan memiliki ketahanan fisik.
Konsep peran dan norma kelompok memainkan peran penting dalam membentuk
identitas maskulinitas dalam masyarakat. Berikut adalah cara konsep peran dan norma
kelompok terbentuk dalam studi kasus ini yakni
• adanya sosialisasi yang mana mereka belajar bagaimana seorang pria
seharusnya berperilaku dan menyusun konsep mereka tentang maskulinitas
melalui interaksi sosial.
• Adanya norma-norma kelompok:
• Peran sosial: Maskulinitas dapat dianggap sebagai peran sosial yang diberikan
dalam masyarakat. Pria diharapkan untuk berperilaku sesuai dengan norma-
norma ini, yang dapat mencakup keberanian, kekuatan, ketangguhan, dan
kontrol emosi.

2. Apa imlikasi bagi kelompok kerja gender-campuran? Apakah ini cara yang baik untuk
memerangi pelecehan seksual? Jelaskan.
Jawaban:
Implikasi bagi kelompok kerja gender-campuran (yaitu kelompok kerja yang terdiri
dari laki-laki dan perempuan) adalah sebagai berikut:
• Aadanya sifat saling mendukung kesetaraan gender dan menghormati semua
anggota kelompok, tanpa memandang jenis kelamin.
• dapat membangun dukungan dan solidaritas antara anggota berbagai jenis
kelamin. Ini dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif
• Adanya peningkatan komunikasi dimana komunikasi yang terbuka dan jujur
antara anggota kelompok kerja gender-campuran adalah kunci dari keberhasilan
suatu kelompok.

11
kelompok kerja gender-campuran merupakan cara yang baik untuk memerangi
pelecehan seksual, kelompok campuran dapat menciptakan kesempatan untuk
pendidikan, kesadaran, dan dukungan yang lebih baik. Namun, keberhasilannya sangat
tergantung pada komitmen perusahaan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan
inklusif, serta kepatuhan semua anggota kelompok terhadap kebijakan dan norma yang
telah ditetapkan.
3. Apakah perubahan sikap ini semakin meningkatkan atau mengurangi terjadinya group
think/pemikiran kelompok?
Jawaban:
Perubahan sikap dapat memiliki berbagai dampak, perubahan sikap individu atau
kelompok dapat meningkatkan pemikiran kelompok dengan membuka ide-ide baru dan
pemahaman yang lebih mendalam. Namun, dalam situasi lain, perubahan sikap dapat
mengurangi pemikiran kelompok jika mengarah pada pegaruh sosial yang berlebihan
atau pengurangan pendapat.

12

Anda mungkin juga menyukai