Mata kuliah perilaku organisasi merupakan salah satu mata kuliah wajib yang mempelajari
tentang: konsep dasar mengenai pengaruh individu, kelompok dan sistem organisasi terhadap perlaku
individu dalam organisasi serta pengaruhnya terhadap efektivitas organisasi.
Penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Wa Ode Aswati, S.E.,
M.SI. sebagai dosen pengampuh mata kuliah Perilaku Organisasi yang telah membantu kami dalam
menyusun modul ini.
Penyusun menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penyusun dengan segala kerendahan hati mengakui segala kekurangan yang mungkin terdapat dalam
modul ini. Kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Penyusun berharap agar modul
ini dapat bermanfaat baik penyusun maupun pihak lainnya
iii
DAFTAR ISI
iii
HUBUNGAN KERJA DALAM MENCIPTAKAN TIM YANG MEMILIKI KINERJA TINGGI 18
1. Desain Kerja 18
2. Komposisi 18
3. Konteks 19
4. Proses 20
DAFTAR PUSTAKA 21
iii
PENGERTIAN KELOMPOK
Kelompok merupakan unit sosial yang terdiri dari himpunan individu yang memiliki kesamaan
kebutuhan, minat, aspirasi, dan memiliki hubungan, interaksi serta ketergantungan antara satu dengan
yang lainnya yang diatur oleh norma-norma tertentu.
Kelompok (group ) menurut Robbins (1996) mendefinisikan kelompok sebagai dua individu atau
lebih, yang berinteraksi dan salin bergantung, yang saling bergabung untuk mencapai sasaran-sasaran
tertentu. Sementara Gibson (1995) memandang kelompok dari empat kelompok prespektif,
diantaranya :
1. Dari sisi persepsi, kelompok dipandang sebagai kumpulan sejumlah orang yang saling
berinteraksi satu sama lain, dimana masing-masing anggota menerima kesan atau persepsi
dari anggota lain.
2. Dari sisi organisasi, kelompok adalah suatu sistem terorganisasi yang terdiri dari dua atau
lebih individu yang saling berhubungan dengan sistem menunjukkan beberapa fungsi,
mempunyai standar dari peran hubungan di antara anggota.
3. Dari sisi motivasi, kelompok dipandang sebagai sekelompok individu yang keberadaannya
sebagai suatu kumpulam yang menghargai individu.
4. Dari sisi interaksi, menyatakan bahwa inti dari pengelompokkan adalah interaksi dalam
bentuk interpedensi.
Dari beberapa pandangan tersebut, Gibson menyimpulkan bahwa yang disebut kelompok itu
adalah kumpulan individu dimana perilaku dan atau kinerja satu anggota dipengaruhi oleh perilaku
dan atau prestasi anggota yang lainnya.
Dipandang dari proses kemunculannya, kelompok dapat terbentuk karena tindakan manajerial dan
karena adanya keinginan individu. Manager menciptakan kelompok kerja untuk melaksanakam
pekerjaan dan tugas yang diberikan. Kelompok juga berfungsi dan berinteraksi dengan kelompok lain,
masing-masing mengembangkan satu set karakteristik yang unik termasuk struktur , kepaduan peran,
norma-norma dan proses. Kelompok juga menciptakan sendiri kultur mereka. Akibatnya, kelompok
akan bekerja sama atau bersaing dengan kelompok lain dan perrsaingan antara kelompok dapat
memicu akan adanya konflik.
Secara ringkas dapat dikatakan, bahwa inti suatu kelompok adalah karena adanya maksud dan
tujuan bersama. Kumpulan individu yang interaksinya diatur (distrukturkan) oleh atau dengan
seperangkat peran dan norma (McDavid & Harari, 1968 dalam Rakhmat, 2007).
Para ahli ilmu sosial, psikologi, dan komunikasi dalam menelaah tingkah laku individu-individu
manusia di dalam suatu kelompok menjumpai beberapa karakteristik, bentuk dan jenis hubungan yang
dominan. Berikut ini akan ditelaah beberapa bentuk dan jenis kelompok yang ada sesuai dengan
karakteristik yang menyertainya.
10
1. Atas dasar Ukuran Kelompok
Ditinjau dari besaran jumlah anggota, maka dikenal dua jenis kelompok yaitu
kelompok kecil (small group) dan kelompok besar (large group). Menurut Hare (1962) suatu
kelompok dapat digolongkan ke dalam bentuk kelompok kecil apabila ukurannya mulai dari
dua orang sampai dengan 20 orang. Infante et al. (2003) dan DeVito (2002) malah
menetapkan batas maksimal sebesar 15 orang. Alasannya adalah ketika suatu kelompok
beranggotakan lebih dari 15 orang, maka akan semakin sulit untuk kelompok tersebut bertukar
informasi. Jumlah idealnya adalah antara tujuh hingga 10 orang. Makin besar jumlahnya maka
makin renggang hubungan orang-orang di dalam kelompok. Sebaliknya, kalau terlalu kecil
maka pandanganpandangan dalam diskusi sangat terbatas, demikian juga masalah dana yang
diperlukan.
Bentuk kedua dari jenis kelompok ditinjau dari ukuran kelompok adalah kelompok
besar (large group), yang bercirikan ukuran anggota kelompok di atas 20 orang sampai dengan
30 orang. Kelompok yang memiliki jumlah anggota lebih dari jumlah tersebut ada baiknya
dipecah dalam dua kelompok, tetapi dipayungi dalam groups association (asosiasi kelompok
atau gabungan kelompok.
10
anggota telah mengetahui tugasnya masing-masing. Biasanya kelompok informal
terbentuk karena ada hubungan yang berulang kali, yang mengakibatkan persamaan
kepentingan dan kegembiraan pengalaman bersama. Contoh kelompok informal di
antaranya adalah kelompok minat yang sama, kelompok sepermainan anak-anak,
kelompok persaudaraan, kelompok tetangga (RT), kelompok pengajian, kelompok
arisan, kelompok pencinta sepeda onthel, kelompok pedagang jamu, dan sebagainya.
Kelompok formal dan kelompok informal bersifat kontinum. Sudah tentu di antara bentuk
kelompok formal dan informal tersebut ada kelompok lain, yaitu kelompok semi formal
(Soekanto, 2009). Artinya, kadang-kadang nampak informal, akan tetapi dalam
pelaksanaannya seperti formal.
10
d. Keseimbangan
Keseimbangan adalah keadaan suatu sistem yang menjaga kestabilan setelah
mengalami keadaan yang porak-poranda. Keadaan tidak seimbang, tidak selaras dan
adanya keporak-porandaan jelas merupakan suatu hal yang merugikan bagi
pelaksanaan kerja suatu kelompok. Oleh karena itu, kelompok terbuka lebih mengarah
pada kurang keseimbangan, dibandingkan dengan kelompok tertutup yang
mengutamakan kestabilan. Kelompok terbuka lebih memiliki mobilisasi yang tinggi
terhadap penerimaan anggota baru yang membawa ide-ide atau gagasan baru,
sehingga suatu sistem yang belum lama berjalan atau dilaksanakan ada kemungkinan
berubah dengan cepat.
Sama seperti kelompok formal dan kelompok informal, antara kelompok sosial dan
kelompok tugas juga bersifat kontinum. Contohnya adalah kelompok tani, ada tugas
tertentu yang harus dikerjakan bersama oleh anggota-anggota dalam kelompok tersebut,
tetapi ada aspek sosialnya juga.
10
landasan yang terpenting dalam pembentukan pola tingkah laku individu-individu
anggota kelompok.
b. Kelompok Sekunder (secondary group) merupakan kelompok besar yang terdiri dari
banyak orang, hubungannya bersifat impersonal, segmentasi dan didasarkan pada asas
manfaat. Terkesan sebagai kelompok-kelompok yang kurang akrab, agak sementara
umurnya, dan kurang langsung hubungan antar orang-orang dalam kelompok tersebut.
Bukan keakraban, tetapi waktu yang sepintas lalu yang menjadi ciri utama kelompok
sekunder. Hubunganhubungan di antara para anggota kelompok sekunder ini disebut
hubungan sekunder. Contoh kelompok sekunder adalah serikat pekerja, mitra dagang,
perkumpulan politik, jemaah keagamaan, persatuan olah raga, koperasi petani,
persatuan orang tua murid, dan lain-lain. Syarat-syarat dan sifat-sifat kelompok primer
dan kelompok sekunder saling isi-mengisi, dan dalam kenyataan tidak dapat dipisah-
pisahkan secara mutlak (Soekanto, 2009).
Kelompok referensi memiliki pengaruh yang sangat penting pada kedua fungsi
tersebut sebagai ukuran untuk menilai sikap, kepercayaan, tujuan, dan nilai-nilai
seseorang. Pengaruh ini dapat dilihat dengan jelas dalam rasa curiga atau stereotyping,
pertikaian atau kesesuaian antara anggota-anggota dalam suatu kelompok. Pengaruh ini
10
bisa positif bisa negatif, atau dapat produktif dapat pula tidak produktif baik bagi
perseorangan maupun bagi suatu kelompok sebagai suatu keseluruhan.
10
Interacting group
Gambar 1.1
Pola Interaksi Kelompok
Jenis-jenis kelompok pada Gambar 2.1 tersebut tidaklah standar atau stereotype, tetapi
keberadaannya tergantung pada situasi. Suatu kelompok tertentu bisa berjenis interacting, atau co-
acting atau counter-acting pada saat yang berbeda, tergantung pada situasi yang ada pada saat itu.
Adanya jenis-jenis kelompok itu menuntut adanya jenis kepemimpinan yang berbeda agar bisa
memunculkan jenis interaksi yang sesuai.
Jenis interaksi: Jenis kelompok:
a. Inter-acting a. kerja sama
b. Co-acting b. masing-masing bekerja dengan baik
c. Counter-acting c. bersaing, berlomba
Kepemimpinan kelompok harus mengusahakan agar interaksi antar anggota-anggotanya dapat
terjadi sesuai dengan jenis interaksi yang diperlukan.
Jika Pola gabungan karyawan dicatat, maka akan segera menjadi jelas bahwa mereka termasuk
dalam berbagai macam kelompok yang sering bersamaan. Maka diadakan perbedaan diantara dua
klasifikassi kelompok yang luar : kelompok formal dan informal. Perbedaan utama antara keduanya
adalah bahwa kelompok formal ( kelompok komando dan kelompok tugas) dibentuk oleh organisasi
formal dan merupakan alat untuk mencapai tujuan, sedangkan kelompok informal (kelompok
kepentingan dan kelompok persahabatan) adalah penting untuk keperluan mereka sendiri ( artinya,
mereka memenuhi kebutuhan pokok akan berkelompok).
Pada dasarnya fungsi kelompok dibagi menjadi dua yaitu, fungsi organisasi formal dan fungsi
kebutuhan individual. Fungsi kelompok formal sebagai sarana untuk mengerjakan tugas-tugas yang
kompleks yang saling berkaitan dan terlalu sukar untuk dikerjakan oleh siapapun, sebagai sarana untuk
mencetuskan gagasan-gagasan yang baru atau pemecahan masalah yang memerlukan kreativitas
tertentu, dan sebagai wahana sosialisasi serta pelaksanaan keputusan yang rumit.
Fungsi kelompok individual yang didasarkan bahwa setiap individu memiliki beraneka macam
kebutuhan, dan kelompok dapat memenuhi kebutuhan yang meliputi pemenuhan kebutuhan
persahabatan, dukungan, dan kasih sayang, sebagai sarana untuk mengembangkan, meningkatkan, dan
menegaskan rasa identitas dan memelihara harga diri, sebagai sarana untuk menguji kenyataan sosial
melalui diskusi dengan orang lain, pengembangan perspektif, dan konsensus bersama yang dapat
mengurangi keragu-raguan dalam lingkungan sosial sehingga dapat diambil sebuah keputusan.
10
CIRI – CIRI UTAMA KELOMPOK
Tidak ada referensi yang secara tegas menetapkan besarnya (jumlah orang) dalam kelompok. Hare
(1962) hanya menyarikan dari beberapa penelitian dengan fokus kelompok, dan beliau menyebutkan
bahwa sesuatu dikatakan kelompok apabila mempunyai anggota antara 2 sampai 20 orang. Bahkan
dalam buku beliau Handbook of Small Group Research terungkap, bahwa besarnya (jumlah orang
dalam) kelompok (small group) menurut berbagai pendapat adalah sebagai berikut.
Penelitian mendalam mengenai sifat-sifat dan hasil-hasil interaksi dalam kehidupan (empat) cirri
kelompok yaitu :
10
2. Interaksi
Dengan penetapan bentuk-bentuk psikodinamik sebagai unsur sebuah kelompok dapat
ditarik beberapa bentuk dan penjenisan definisi kelompok sesuai dengan sudut pandang yang
digunakan oleh seorang pakar dalam merumuskan definisi kelompok. Tinjauan ini
dikembangkan oleh Homans (1950) dalam Yusuf (2009), yang menyatakan bahwa kelompok
merupakan wujud dari interaksi. Sementara itu, Cartwright dan Zander (1968) menyatakan
bahwa interaksi merupakan wujud dari bentuk interdependensi (ketergantungan). Secara
lengkap Homans (1950) dalam Yusuf (2009), menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
kelompok adalah sekumpulan manusia yang berkomunikasi seorang dengan yang lain dan
sering terjadi dalam kurun waktu tertentu. Komunikasi tersebut berlangsung secara langsung,
yaitu secara tatap muka. Bonner dalam Yusuf (2009), menambahkan bahwa kelompok adalah
sejumlah orang-orang yang berinteraksi satu dengan yang lain, dan pola proses interaksi ini
membedakan bentuk kelompok yang satu dengan yang lain. Bedanya kelompok dengan
kerumunan (crowd) adalah bahwa dalam kerumunan tidak ada atau tidak mempunyai ikatan
kelompok, dan tidak mempunyai kesatuan tujuan yang disepakati bersama. Terdapat akibat-
akibat interaksi yang berlainan terhadap individu-individu yang satu dari yang lain
berdasarkan reaksi-reaksi dan kecakapan-kecakapankecakapan yang berbeda-beda antara
individu yang terlibat di dalamnya. Oleh karea itu, lambat laun mulai terbentuk pembagian
tugas serta struktur tugastugas tertentu dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan yang
sama itu. Di sisi lain, terbentuk pula norma-norma yang kkhas Dalam interaksi kelompok
kearah tujuannya sehinggga mulai terbentuk kelompok sosial dengan cirri-ciri yang khas.
3. Struktur Kelompok
Rakhmat (2007) menyatakan bahwa setiap kelompok memiliki struktur yang
mengatur interaksi dalam kelompok guna mencapai tujuannya, dengan seperangkat peran dan
norma. Menurut Cartwright dan Zander (1968), struktur kelompok merupakan suatu pola
teratur tentang bentuk tata hubungan antara individu-individu dalam kelompok yang
menggambarkanPembentukan dan penegasan strukutr (organisasi) kelompok yang jelas dan
terdiri atas peranan-peranan dan kedudukan hierarkis yang lambat laun berkembang dengan
sendirinya dalam usaha pencapaian tujuan. Terjadi pembatasan yang jelas antara usaha-usaha
dan orang yang termasuk ingroup serta usaha-usaha dan orang outgroup.
4. Norma
Terjadinya penegasan dan peneguhan norma-norma pedoman tingkah laku anggota
kelompok yang mengatur interaksi dan kegiatan anggota kelompok dalam merealisasikan
tujuan kelompok. Norma-norma dan pedoman tingkah laku ini sebagaiman juga struktur
pembagian tugas anggotanya merupakan norma dan struktur yang khas bagi kelompoknya itu.
6. Tujuan Kelompok
Pengertian kelompok ditinjau dari sudut tujuannya hampir sama dengan pengertian
kelompok ditinjau dari sudut motivasi. Mills (1967) dalam Yusuf (2009), mengartikan
kelompok sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari dua orang atau lebih yang melakukan
10
hubungan untuk mencapai tujuan dan yang melakukan pertimbangan-pertimbangan
(pemikiran) dalam mengartikan hubungan tersebut.
7. Interdependensi
Interdependensi adalah saling ketergantungan masing-masing anggota kelompok,
yang oleh Kurt Lewin dalam Yusuf (2009) dinyatakan sebagai ukuran kelompok yang
dinamis. Dalam hal ini, interdependensi tersebut dinyatakan dalam persamaan tujuan. Fiedler
dalam Yusuf (2009) mengartikan kelompok sebagai kumpulan individu-individu yang
memperjuangkan nasib yang sama dengan saling tergantung satu dengan yang lainnya.
Sementara itu, Cartwright dan Zander (1968) mengajukan batasan yang memandang faktor
saling ketergantungan sebagai faktor utama yang dinyatakan sebagai berikut: “Kelompok
adalah sekumpulan individu yang melakukan hubungan dengan sesama anggota yang
menunjukkan saling ketergantungan pada tingkat yang berarti. Istilah kelompok di sini
mengacu pada kesatuan kelas sosial yang anggotanya saling tergantung satu dengan yang
lain”.
Jadi, perlu dibedakan antara kelompok dengan kerumunan, atau perlu dibedakan antara
kelompok manusia dengan sekumpulan manusia. Terdapat banyak hubungan jika membahas
kelompok salah satunya ialah adanya tujuan bersama, dengan kegiatan bersama, dengan pembinaan
yang diprogram dan juga tujuan yang ingin dicapai. Termasuk cara pencapaian tujuan, dalam
kelompok memiliki varian caranya dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas. Kesadaran
manusia tidak dapat memenuhi tujuannya sendiri dan ada kebutuhan untuk berkumpul dan
berkelompok untuk dapat mempertahankan kehidupan. Dalam penyuluhan dengan konteks kelompok,
penyuluh memberikan cara untuk mendapatkan yang diinginkan dalam kelompok.
Kelompok menjadi fenomena sosial yang menarik untuk dipelajari. Kenyataan hidup yang ada
memperlihatkan bahwa kelompok menjadi media yang berpengaruh, yang kemudian memberikan efek
pada individu lainnya. Hal penting untuk diketahui ialah bahwa perilaku seseorang sangat dipengaruhi
oleh orang lain dalam kelompok, ataupun dipengaruhi oleh kelompok.
Tingkah laku individu dalam kelompok nampaknya lebih besar dari jumlah total dari masing-
masing individu. Orang dalam kelompok, tingkah laku atau tindakannya berbeda dari jika mereka
sendiri-sendiri. Inilah yang menjadi dasar, bahwa kelompok (small group) ini sangat penting untuk
tujuan pembangunan yang pada umumnya digerakkan oleh pemerintah.
Banyak manfaat yang dapat dipetik dari adanya kelompok baik di dalam maupun di luar satuan
organisasi, antara lain:
10
6. Kelompok membantu menangkis pengaruh – pengaruh negative dari meningkatnya organisasi
yang semakin besar.
7. Kelompok adalah fenomena alami di dalam organisasi. Perkembangannya yang spontan tidak
dapat dihalangi, dan dibutuhkan oleh para anggota sebagai alat untuk mencapai tujuan.
8. Kelompok sering digunakan apabila usaha atau kegiatan perorangan tidak mencapai hasil yang
memuaskan. Kelompok diperlukan dalam upaya mewujudkan efisiensi dan kreativitas kerja
melalui kerjasama.
9. Kelompok digunakan untuk memunculkan atau mengemnamgkan gagasan. Dalam kelompok
orang-orang tidak hanya dapat mengumpulkan gagasan melainkan mengalami proses
memunculkan dan menyusun gagasan.
10. Kelompok dibutuhkan untuk menumbuhkan saling belajar melalui tukar menukar pengalaman,
pendapat, informasi, persepsi, dan keyakinan antar anggota kelompok. Oleh karena itu
kelompok dimanfaatkan dalam organisasi untuk membantu orang-orang yang terlibat dalam
organisasi untuk mengatasi kekhawatiran, ketidakberhasilan, dan keengganan bekerjasama
antar anggota. Kelompok dapat menggunakan potensi pemikiran para anggota,
mempertimbangkan keyakinan yang telah mereka miliki dan dapat mengembangkan sikap
positif diantara para anggota. Kelompok lebih berguna dalam meningkatkan kemampuan
pembelajaran ranah afeksi.
11. Kelompok digunakan untuk meningkatkan partisipasi dan memperluas dari pemilikan bersama
para peserta terhadap organisasi termasuk visi misi tujuan dan program-programnya.
Penerimaan lebih baik oleh anggota terhadap hasil kegiatan kelompok terjadi apabila para
anggota berpasrtisipasi atau terlihat secara aktif dalam proses diskusi dan berbagai kegiatan
kelompok.
Kumpulan individu-individu yang mempunyai hubungan tertentu yang membuat mereka saling
bergantung satu sama lain dalam ukuran-ukuran yang bermakna atau dengan kata lain memiliki
hubungan tertentu yang bermakna. Sekumpulan individu dikatakan sebagai kelompok apabila
memiliki syarat - syarat sebagai berikut :
10
ALASAN MEMBENTUK KELOMPOK
1. Pemuasan Kebutuhan Hasrat untuk mendapatkan kepuasan dari terpenuhinya kebutuhan dapat
merupakan daya motivasi yang kuat dalam pembentukan kelompok.
a. Keamanan
Individu yang berada dalam kelompok bisa mengurangi rasa tidak aman karena
sendirian. Individu akan merasa lebih kuat, percaya diri, dan tahan terhadap ancaman.
b. Sosial
Keinginan untuk termasuk dalam kelompok dan menjadi anggota kelompok
menunjukkan kebutuhan sosial semua orang.
c. Penghargaan
Dalam lingkungan tertentu, suatu kelompok yang bergengsi tinggi karena berbagai
macam alasan (missal; keahlian, teknis, kegiatan di luar, dsb).
2. Kedekatan dan Daya Tarik Kedekatan adalah jarak fisik antara para karyawan yang
melaksanakan pekerjaan , sedangkan daya tarik adalah menunjukkan daya tarik orang yang
satu dengan lainnya karena mereka mempunyai kesamaan persepsi,sikap,hasil karya atau
motivasi.
3. Tujuan Kelompok Untuk mencapai tujuan kelompok dan menyelesaikan tugas dibutuhkan
lebih dari satu atau dua orang. Ada kebutuhan mengumpulkan bakat, pengetahuan, atau
kekuasaan untuk menyelesaikan pekerjaan.
4. Alasan Ekonomi Motif ekonomis menyebabkan terbentuknya kelompok, karena mereka
menganggap akan memperoleh keuntungan ekonomis yang lebih besar dari pekerjaan mereka,
jika mereka membentuk kelompok.
SUMBER KELOMPOK
Tingkat prestasi potensial sebuah kelompok sebagian besar tergantung pada sumber daya yang dibawa
anggota – anggotanya secara pribadi kedalam kelompok.
1. Kemampuan
Menetapkan parameter bagi apa yang dapat dilakukan anggota dan bagaimana
efektifnya mereka akan dalam sebuah kelompok.
PENGERTIAN TIM
Tim kerja adalah kelompok yang usaha-usaha individualnya menghasilkankinerja lebih tinggi
daripada jumlah masukan individual (Stephen, Timothy2008:406). Hal ini memiliki pengertian bahwa
kinerja yang dicapai oleh sebuahtim lebih baik daripada kinerja perindividu disuatu organsasi.
10
Allen (2004:21) pekerja tim atau tim kerja adalah orang yang sportif, sensitive, dan senang
bergaul, serta mampu mengenali aliran emosi yang terpendamdalam tim dengan sangat jelas. Tim
kerja menghasilkan sinergi positif melaluiusaha yang terkoordinasi.Usaha-usaha individual mereka
menghasilkan satutingkat kinerja yang lebih tinggi daripada jumlah masukan individual.
Penggunaantim secara ekstensif menghasilkan potensi bagi sebuah organisasi untukmembuahkan
banyak hasil yang lebih besar tanpa peningkatan masukan. Kinerjatim akan lebih unggul daripada
kinerja individu jika tugas yang harus dilakukanmenuntut keterampilan ganda.
Sebuah tim (team) adalah sebuah unit yang terdiri dari 2 orang atau lebihyang berinteraksi dan
mengkoordinasikan pekerjaan mereka untuk menyelesaikansebuah tugas yang spesifik (Daft,
2003:171). Definisi ini mempunyai tigakomponen.yakni;
a. Pertama, diperlukan 2 orang atau lebih. Tim dapat cukup besar,walaupun kebanyakan kurang
dari 15 orang.
b. Kedua, orang dalam sebuah tim melakukan interaksi secara teratur. Orang yang tidak
berinteraksi, dan tidak membentuk sebuah tim.
c. Ketiga, orang dalam sebuah tim terbagi sebuah tujuan berkinerja.
Katzenbach dan Smith, mendefinisikan team sebagai sekelompok kecil orangdengan keterampilan
yang saling melengkapi yangberkomitmen untuk maksud bersama.
Sedangkan menurut Hunsaker, 2001, Tim ialah kelompok dengan keterampilan yang saling
melengkapidan berkomitmen untuk mecapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Kerja tim ialah
kerja berkelompok dengan keterampilan yang saling melengkapi untuk mencapai tujuan bersama
secara efektif dan efisien.Kerja tim dapat memberikan manfaat, antara lain:
a. bukti menyatakan bahwa lazimnya kinerja tim lebih unggul daripada kinerja individu.
b. manajemen menemukan bahwa tim lebih tanggap dan responsal terhadap peristiwa yang
berubah di departemen atau bentuk bentuk lain yang lebih tradisional dari pengelempokan
yang permanen.
c. Tim mempunyai kemampuan untuk dapat dengan cepat berkumpul, menyebar, memfokus
ulang dan membubarkan diri.
Stephen P. Robbins melakukan pembedaan antara Kelompok Kerja dengan Tim Kerja berdasarkan 4
variabel yaitu: Sasaran, Sinergi, Akuntabilitas, dan Keahlian.
1. Sasaran
a. Kelompok : Berbagi informasi, saling membantu membuat keputusan kinerja masing-
masing.
10
b. Tim : Kebutuhan kerja kolektif, saling membantu demi usaha bersama.
2. Sinergi
a. Kelompok : Netral (kadang negatif)
b. Tim : Positif melaui usaha yang terkoordinasi.
3. Akuntabilitas
a. Kelompok : Individu tidak saling melengkapi.
b. Tim : Individual dan saling melengkapi.
4. Keahlian
a. Kelompok : Acak dan jarang
b. Tim : Saling mengganti
Kelompok dan tim bukan merupakan hal yang sama persis, ada perbedaan antara kelompok
kerja dengan tim kerja. Kelompok kerja berinteraksi untuk berbagi informasi dan saling membantu
membuat keputusan kinerja masing-masing bukan dalam rangka kebutuhan kinerja kolektif dalam
usaha bersama, juga tidak ada sinergi positif kecuali sematamata merupakan sajian akhir dari
kontribusi individu dari anggota kelompok tersebut.
Tim kerja menghasilkan sinergi positif melalui usaha yang terkoordinasi. Usaha individu
memberikan tingkat kinerja lebih besar daripada jumlah individu tersebut. Tim dibentuk manajemen
untuk mencari sinergi positif yang membuat mereka meningkatkan kerja. Penggunaan tim yang
ektensif menciptakan potensi bagi organisasi untuk menghasilkan output yang lebih besar tanpa
peningkatan dalam input.
Kelompok Tim
1. Anggota beranggapan pengelompokan 1. Anggota menyadari
hanya sekedar administrasi. ketergantungan satu sama
lain,dan tidak mencari
2. Pendekatan hanya sebagai tenaga keuntungan pribadi.
bayaran. 2. Adanya komitmen terhadap
3. Mengerjakan tugas bagian masing- sasaran yang akan dicapai.
masing masih harus diperintah. 3. Rasa peka, atau sadar diri
terhadap tugas
4. Dalam penyampaian saran harus berhati- masingmasing, yang dapat
hati, karena dapat dianggap sebagai dikontribusikan untuk
upaya untuk memecah belah. keberhasilan.
4. Bekerja dalam suasana
saling percaya, saran dapat
5. Dalam penerapan hasil kerja sangat diterima dengan terbuka.
dibatasi oleh pemimpin. 5. Penerapan hasil kerja sangat
6. Anggota tidak berperan aktif terhadap didukung oleh tim.
pengambilan keputusan. 6. Anggota berpartisipasi
dalam pengambilan
keputusan
10
JENIS –JENIS TIM
Tim dapat diklasifikasikan berdasar tujuannya. Terdapat 4 bentuk umum dari tim yang biasa kita
temukan sehari-hari yaitu : Tim Problem-Solving, Tim Self-Managed Work, Tim Cross-Functional,
dan Tim Virtual.
1. Tim Problem-Solving
10
Tim Problem-Solving sudah ada di jalur yang benar, tetapi mereka tidak beranjak jauh dalam hal
pelibatan pekerja dalam proses pembuatan keputusan (apalagi implementasi) yang berhubungan
dengan suatu pekerjaan. Kekurangan ini mendorong eksperimen dari tim yang benar-benar otonom
yang tidak hanya bercorak problem-solving melainkan juga menerapkan penyelesaian dan punya
kewenangan penuh atas hasil-hasilnya.
Tim Work Self-Managed umumnya terdiri atas 10 hingga 15 orang yang mengambil alih tanggung
jawab dari para supervisor. Tanggung jawab ini termasuk kendali menyeluruh atas kecelakaan kerja,
penentuan penilaian pekerjaan, pemecahan masalah organisasi, dan pilihan prosedur-prosedur
pemeriksaan yang dilakukan secara kolektif.Tim ini bahkan memilih sendiri anggotanya. Robbins
mencontohkan Xerox, General Motors, CoorsBrewing, PepsiCO, Hewlett-Packard, Honeywell,
M&M/Mars, dan Aetna Life sebagai contoh sejumlah nama perusahaan populer yang telah
mengimplementasikan konsep tim self-managed work. Perkiraan menyebut sekitar 30% pekerja
Amerika Serikat menggunakan bentuk tim, dan diantara firma-firma besar, jumlah tersebut mendekati
angka 50%.
3. Tim Cross-Functional
10
Tim Cross-Functional kemudian juga terjadi di tahun 1980-an yang dilakukan oleh Toyota, Honda,
Nissan, BMW, GeneralMotors, Ford, dan DaimlerChrysler.
Sebagai contoh, masih menurut Robbins, antara tahun 1999 hingga Juni 2000 manajemen senior
IBM menarik 21 pekerja dari sekitar 100 ribu staf teknologi informasinya guna meminta saran
bagaimana perusahaan bisa cepat menyelesaikan proyek dan memasarkan produk secara cepat ke
pasar. Ke-21 anggota dipilih karena mereka punya karakteristik yang serupa dimana mereka pernah
berhasil memimpin proyek-proyek berjangka cepat. “Speed Team”, demikian julukan tim tersebut,
bekerja selama 8 bulan saling berbagi informasi, menguji perbedaan antara proyek-proyek berjangka
cepat dan lambat, dan mereka mampu melahirkan rekomendasi-rekomendasi seputar bagaimana IBM
bisa mempercepat produksinya.
4. Tim Virtual
10
Virtual.Tim Virtual menderita kekuarangan laporan sosial yang manusiawi akibat interaksi langsung
yang kecil diantara para anggotanya.
Gambar 24 Model Analisis Efektivitas Tim berikut Variabel-variabel Bebasnya versi Robbins
1. Desain Kerja
Variabel desain kerja meliputi variabel-variabel seperti kemerdekaan dan otonomi, kesempatan
menggunakan aneka keahlian dan bakat, kemampuan menyelesaikan pekerjaan atau menciptakan
produk, dan mengerjakan tugas atau proyek yang punya dampak signifikan atas orang lain.
2. Komposisi
Kategori ini terdiri atas variabel-variabel yang berhubungan dengan bagaimana tim harus diisi,
melalui:
a. Kemampuan, dalam tim dibutuhkan orang yang ahli dalam membuat keputusan dan problem
solving, teknis, dan interpersonal skill;
b. Personalitas, yaitu The Big Five personality seperti ada dalam pendekatan sifat dalam
kepemimpinan;
c. Pengalokasian peran dan keragaman, yaitu tim harus memiliki 9 peran, yaitu :
creator-inovator – menginisiatif gagasan kreatif;
10
explorer-promoter – juara gagasan setelah dimulai;
assessor-developer – menganalisa pilihan keputusan;
thruster-organizer – menyediakan struktur;
concluder-producer – menyediakan arah dan mengikutinya;
controller-inspector – memeriksa rincian;
upholder-maintainer – bertarung di pertempuran luar;
reporter-adviser – menjadi informasi seluas-luasnya; dan
linker – mengkoordinir dan mengintegrasikan.
d. Fleksibilitas anggota – Tim terdiri atas individu-individu fleksibel yang anggotanya dapat
saling melengkapi tugas satu sama lain. Ini nyata berguna bagi suatu tim karena secara
signifikan mampu meningkatkan adaptabilitas dan membuatnya luwes di mata para
anggotanya. Jadi, pemilihan anggota dilancarkan atas mereka yang memiliki nilai fleksibilitas,
yang lalu secara silang melakukan lahihan untuk saling mengerjakan pekerjaan anggota lain
3. Konteks
Tiga faktor kontekstual yang muncul paling signifikan sehubungan dengan kinerja tim adalah
adanya sumber daya yang mencukupi, kepemimpinan yang efektif, dan evaluasi kinerja dan sistem
reward yang mencerminkan kontribusi tim.
a. Sumber daya mencukupi.
Kelompok kerja adalah bagian kecil dari sistem organisasi sebagai totalitas. Seluruh tim kerja
bersandar pada sumber daya di luar kelompok agar tetap hidup. Kelangkaan sumber daya
langsung mengurangi kemampuan tim untuk bekerja secara efektif. Faktor yang paling
penting dari sumber daya ini adalah dukungan dari organisasi secara keseluruhan, terutama
dana, sumber daya manusia, dan pendelegasian wewenang.
b. Kepemimpinan dan Struktur.
Anggota tim harus setuju siapa dapat melakukan apa dan memastikan seluruh anggota
berkontribusi secara sama dalam pembagian beban pekerjaan. Sebagai tambahan, tim perlu
menentukan bagaimana jadual kerja tim sebaiknya dirancang, skill apa yang dibutuhkan bagi
kemajuan tim, bagaimana kelompok menyelesaikan konflik, dan bagaimana kelompok
membuat dan memodifikasi keputusan yang sebelumnya pernah dibuat. Kepemimpinan tidak
selalu dibutuhkan. Contoh, bukti-bukti menunjukkan bahwa tim yang bekerja secara mandiri
(self-managed work team) kerap menunjukkan kinerja yang lebih baik ketimbang tim yang
punya pemimpin yang diangkat secara formal. Pemimpin dapat merusak kinerja, baik tatkala
mereka ikut campur dalam kerja-kerja yang tengah dilakukan timself-managed work. Dalam
Tim Self-Managed Work, anggota tim menyerap banyak pekerjaan secara leibh besar
ketimbang yang bisa diasumsikan oleh manajer.
10
c. Evaluasi Kinerja dan Sistem Reward.
Secara tradisional, evaluasi berorientasi individu dan sistem reward harus dimodifikasi guna
merefleksikan kinerja tim. Evaluasi kinerja individu seperti upaya resmi per jam, insentif
individu, dan sejenisnya tidak konsisten dengan perkembangan kinerja tinggi yang
ditunjukkan tim. Jadi, selaku tambahan guna pengevaluasian dan mereward pekerja bagi
kontribusi individualnya di dalam tim, manajemen harus mempertimbangkan appraisal
berdasar kelompok, pembagian keuntungan, perolehan saham, insentif kelompok, dan
modifikasi sistem lainnya yang akan menguatkan upaya dan komitmen tim.
4. Proses
Kategori terakhir berhubungan dengan efektivitas tim adalah variabel proses. Variabel-variabel
proses terdiri atas komitmen setiap anggota tim terhadap tujuan, pembentukan sasaran tim secara
khusus, efikasi tim, manajemen konflik yang terorganisasi baik, serta pengurangan social loafing.
a. Tujuan Bersama.
Tim yang efektif harus punya tujuan bersama sekaligus bermakna, berfungsi sebagai arahan,
momentum, dan komitmen di antara anggotanya.Tujuan ini dapat diibaratkan sebuah visi.Ia
lebih luas ketimbang sasaran tertentu saja.
b. Sasaran Spesifik.
Tim yang sukses adalah yang mampu menerjemahkan tujuan bersama mereka ke dalam
sasaran kinerja yang realistik, spesifik, dan bermakna.
c. Efikasi Tim.
Tim yang efektif punya kepercayaan diri. Mereka yakin mereka akan berhasil. Hanyak sukses
yang mampu melahirkan sukses.Tim yang telah sukses meningkat keyakinan mereka untuk
meraih sukses di masa datang. Kesuksesan akan memotivasi mereka lebih keras lagi untuk
mencapai kesuksesan yang lebih besar.
d. Tingkat Konflik.
Konflik dalam tim tidak selamanya buruk. Tim yang sama sekali tidak pernah terlibat konflik
akan mandek dan apatis. Jadi, konflik sebenarnya meningkatkan efektivitas tim, kendati tidak
semua konflik punya pengaruh positif. Konflik hubungan yang berdasarkan ketidaknyamanan
antar individu, ketegangan, dan permusuhan terhadap orang lain selalu bersifat disfungsi,
merugikan. Kendati begitu, pada tim yang menunjukkan kegiatan nonrutin, ketidaksetujuan
antar anggota seputar pekerjaan tidak terlampau punya daya rusak tinggi.
e. Social Loafing.
Individu dapat bersembunyi di dalam kelompok.Mereka dapat terlibat dalam social loafing
dalam upaya kelompok karena kontribusi individu tidak bisa diidentifikasi secara mudah. Tim
yang efektif menggarisbawahi kecenderungan ini dengan menahan mereka yang akuntabel
baik di tingkat individu ataupun tim.
10
DAFTAR PUSTAKA
Amirullah, dkk. 2000. Perilaku Organisasi. Bayumedia: Malang.
Gibson, Ivancevich, Donnelly. 1997. Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses Jilid 1 dan 2. Binarupa
Aksara: Jakarta.
Laurie J. Mullins, 2005: 520. Management and Organizational Behavior, 7th Edition.Essex: Pearson
Education Limited
Rakhmat J. 2007. Psikologi komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Robbins, S.P. 1996. Perilaku Organisasi. Jakarta: Prenhallindo. Edisi bahasa Indonesia. Jilid 1.
Seta Basri. 2011. Kelompok dan Tim dalam Organisasi. (Online),
http://setabasri01.blogspot.com/2011/01/kelompok-dan-tim-dalam-organisasi.html diakses tanggal
09 Mei 201
Sigit, Soehardi. 2003. Perilaku Organisasional. BPFE UST: Yogyakarta.
Stephen P. Robbins, 2003: 201. Essentials of Organization Behavior, 7th Edition (Upper Saddle River,
New Jersey: Prentice Hall.
sciences/education/2114192-pengertian-kerjatim/#ixzz29ZJA0u00
http://www.bussinestown.com/people/motivation-team.asp http://www.accel-
team.com/team_building/team_out_00.html
http://members.nbci.com/_XMCM/cooperate/teamman.htm
https://suryapuspita.wordpress.com/2012/04/28/manfaat-kelompok-dalam-
organisasi/#:~:text=Kelompok%20digunakan%20untuk%20menumbuhkan%20saling,organis
asi%20mengatai%20kekhawatiran%2C%20ketidakberhasilan%2C%20dan
https://slideplayer.info/slide/11855097/
10
KEL OMP OK 6
PENYUSUN
7 Atas
Dasar
Keanggota
an
Kelompok
9 Atas
dasar
Ukur
an
CIRI-CIRI KELOMPOK
6. membantu
menangkis pengaruh
negativedari
meningkatnya
organisasi yang
semakin besar.
MANFAAT
KELOMPOK
7. fenomena alamidi BAGI
dalam ORGANISASI
organisasi 8. mewujudkan
efisiensi dan
kreativitas kerja
melaluikerjasama.
9.memunculkan
atau
mengembamgkan
gagasan 10. menumbuhkan
saling belajar
melalui tukar
menukar
pengalaman,
pendapat, informasi,
persepsi, dan
keyakinan antar 11. meningkatkan
anggota kelompok
partisipasi dan
memperluas dari
pemilikan bersamapara
peserta terhadap
organisasi termasuk visi
misi
tujuan dan
SYARAT
PEMBENTUKKAN
KELOMPOK
• Kemampuan
Menetapkan parameter bagi apa yang
dapat dilakukan anggota danbagaimana
efektifnya mereka akandalam sebuah
kelompok.
Variabel desain kerja Kategori ini terdiri atas Faktor kontekstual yang Variabel-variabel proses
meliputi variabel-variabel variabel-variabel yang muncul paling signifikan terdiri atas komitmen setiap
seperti kemerdekaan dan berhubungan dengan sehubungan dengan kinerja anggota tim terhadap
otonomi, kesempatan bagaimana tim harus diisi, tim adalah adanyasumber tujuan, pembentukan
menggunakan aneka melalui kemampuan, daya yang mencukupi, sasaran timsecara khusus,
keahlian dan bakat, personalitas, Pengalokasian kepemimpinan yang efektif, efikasi tim, manajemen
kemampuan menyelesaikan peran dan keragaman dan dan evaluasi kinerja dan konflik yang terorganisasi
pekerjaanatau menciptakan fleksibilitas anggota. sistem rewardyang baik, serta pengurangan
produk,dan mengerjakan mencerminkan kontribusi socialloafing.
tugas atau proyek yang tim.
punya dampak signifikan
atas orang lain.
Ada Pe rt an yaa n?