Anda di halaman 1dari 45

KELOMPOK DAN TIM

Dosen Pengampu: Wa Ode Aswati, SE., M.Si

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan modul ini tepat pada waktunya. Modul ini dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Perilaku Organisasi.

Mata kuliah perilaku organisasi merupakan salah satu mata kuliah wajib yang mempelajari
tentang: konsep dasar mengenai pengaruh individu, kelompok dan sistem organisasi terhadap perlaku
individu dalam organisasi serta pengaruhnya terhadap efektivitas organisasi.

Penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Wa Ode Aswati, S.E.,
M.SI. sebagai dosen pengampuh mata kuliah Perilaku Organisasi yang telah membantu kami dalam
menyusun modul ini.

Penyusun menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penyusun dengan segala kerendahan hati mengakui segala kekurangan yang mungkin terdapat dalam
modul ini. Kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Penyusun berharap agar modul
ini dapat bermanfaat baik penyusun maupun pihak lainnya

iii
DAFTAR ISI

PERILAKU ORGANISASI : KELOMPOK DAN TIM i


MODUL MATA KULIAH ii
KATA PENGANTAR iii
PENGERTIAN KELOMPOK 1
JENIS - JENIS KELOMPOK 1
1. Atas dasar Ukuran Kelompok 2
2. Atas Dasar Struktur Kelompok 2
3. Atas Dasar Terpaan Perubahan 3
4. Atas Dasar Fungsi 4
5. Atas Dasar Hubungan di Antara Anggota 4
6. Atas Dasar Identifikasi diri 5
7. Atas Dasar Keanggotaan Kelompok 5
8. Atas Dasar Penyelesaian Masalah 6
9. Atas Dasar Pola Interaksi 6
FUNGSI – FUNGSI KELOMPOK 7
CIRI – CIRI UTAMA KELOMPOK 8
1. Motivasi dan Pemuasan Kebutuhan 8
2. Interaksi 9
3. Struktur Kelompok 9
4. Norma 9
5. Persepsi dan Kognisi Kelompok 9
6. Tujuan Kelompok 9
7. Interdependensi 10
MANFAAT KELOMPOK BAGI ORGANISASI 10
SYARAT PEMBENTUKKAN KELOMPOK 11
ALASAN MEMBENTUK KELOMPOK 12
SUMBER KELOMPOK 12
PERBEDAAN KELOMPOK DAN TIM 13
JENIS –JENIS TIM 15
1. Tim Problem-Solving 15
2. Tim Work Self-Managed 15
3. Tim Cross-Functional 16
4. Tim Virtual 17

iii
HUBUNGAN KERJA DALAM MENCIPTAKAN TIM YANG MEMILIKI KINERJA TINGGI 18
1. Desain Kerja 18
2. Komposisi 18
3. Konteks 19
4. Proses 20
DAFTAR PUSTAKA 21

iii
PENGERTIAN KELOMPOK

Kelompok merupakan unit sosial yang terdiri dari himpunan individu yang memiliki kesamaan
kebutuhan, minat, aspirasi, dan memiliki hubungan, interaksi serta ketergantungan antara satu dengan
yang lainnya yang diatur oleh norma-norma tertentu.

Kelompok (group ) menurut Robbins (1996) mendefinisikan kelompok sebagai dua individu atau
lebih, yang berinteraksi dan salin bergantung, yang saling bergabung untuk mencapai sasaran-sasaran
tertentu. Sementara Gibson (1995) memandang kelompok dari empat kelompok prespektif,
diantaranya :

1. Dari sisi persepsi, kelompok dipandang sebagai kumpulan sejumlah orang yang saling
berinteraksi satu sama lain, dimana masing-masing anggota menerima kesan atau persepsi
dari anggota lain.
2. Dari sisi organisasi, kelompok adalah suatu sistem terorganisasi yang terdiri dari dua atau
lebih individu yang saling berhubungan dengan sistem menunjukkan beberapa fungsi,
mempunyai standar dari peran hubungan di antara anggota.
3. Dari sisi motivasi, kelompok dipandang sebagai sekelompok individu yang keberadaannya
sebagai suatu kumpulam yang menghargai individu.
4. Dari sisi interaksi, menyatakan bahwa inti dari pengelompokkan adalah interaksi dalam
bentuk interpedensi.

Dari beberapa pandangan tersebut, Gibson menyimpulkan bahwa yang disebut kelompok itu
adalah kumpulan individu dimana perilaku dan atau kinerja satu anggota dipengaruhi oleh perilaku
dan atau prestasi anggota yang lainnya.

Dipandang dari proses kemunculannya, kelompok dapat terbentuk karena tindakan manajerial dan
karena adanya keinginan individu. Manager menciptakan kelompok kerja untuk melaksanakam
pekerjaan dan tugas yang diberikan. Kelompok juga berfungsi dan berinteraksi dengan kelompok lain,
masing-masing mengembangkan satu set karakteristik yang unik termasuk struktur , kepaduan peran,
norma-norma dan proses. Kelompok juga menciptakan sendiri kultur mereka. Akibatnya, kelompok
akan bekerja sama atau bersaing dengan kelompok lain dan perrsaingan antara kelompok dapat
memicu akan adanya konflik.

Secara ringkas dapat dikatakan, bahwa inti suatu kelompok adalah karena adanya maksud dan
tujuan bersama. Kumpulan individu yang interaksinya diatur (distrukturkan) oleh atau dengan
seperangkat peran dan norma (McDavid & Harari, 1968 dalam Rakhmat, 2007).

JENIS - JENIS KELOMPOK

Para ahli ilmu sosial, psikologi, dan komunikasi dalam menelaah tingkah laku individu-individu
manusia di dalam suatu kelompok menjumpai beberapa karakteristik, bentuk dan jenis hubungan yang
dominan. Berikut ini akan ditelaah beberapa bentuk dan jenis kelompok yang ada sesuai dengan
karakteristik yang menyertainya.

10
1. Atas dasar Ukuran Kelompok
Ditinjau dari besaran jumlah anggota, maka dikenal dua jenis kelompok yaitu
kelompok kecil (small group) dan kelompok besar (large group). Menurut Hare (1962) suatu
kelompok dapat digolongkan ke dalam bentuk kelompok kecil apabila ukurannya mulai dari
dua orang sampai dengan 20 orang. Infante et al. (2003) dan DeVito (2002) malah
menetapkan batas maksimal sebesar 15 orang. Alasannya adalah ketika suatu kelompok
beranggotakan lebih dari 15 orang, maka akan semakin sulit untuk kelompok tersebut bertukar
informasi. Jumlah idealnya adalah antara tujuh hingga 10 orang. Makin besar jumlahnya maka
makin renggang hubungan orang-orang di dalam kelompok. Sebaliknya, kalau terlalu kecil
maka pandanganpandangan dalam diskusi sangat terbatas, demikian juga masalah dana yang
diperlukan.
Bentuk kedua dari jenis kelompok ditinjau dari ukuran kelompok adalah kelompok
besar (large group), yang bercirikan ukuran anggota kelompok di atas 20 orang sampai dengan
30 orang. Kelompok yang memiliki jumlah anggota lebih dari jumlah tersebut ada baiknya
dipecah dalam dua kelompok, tetapi dipayungi dalam groups association (asosiasi kelompok
atau gabungan kelompok.

2. Atas Dasar Struktur Kelompok


Dilihat dari struktur kelompok yang terkesan ada yang strukturnya serba formal dan tidak
fleksibel, dan ada yang penuh dengan persahabatan, ke luar masuk anggota ke dalam
kelompok sangat fleksibel, maka ada dua bentuk kelompok dalam hal ini.
a. Kelompok formal adalah kelompok yang mempunyai tujuan yang jelas, mempunyai
peraturan-peraturan yang tegas, lahirnya tujuan dan peraturan itu dibicarakan bersama
dan dirumuskan secara tertulis maupun tidak tertulis seperti nilai-nilai dan norma
kelompok. Dalam kelompok formal pembagian peranan atas dasar posisi dan status
mengikuti pola tertentu. Kelompok formal merupakan suatu kelompok yang sengaja
dibentuk untuk pelaksanaan dan realisasi tugas tertentu yang anggotaanggotanya
diangkat dan dilegitimasi oleh suatu badan atau organisasi. Sejumlah orang yang
ditetapkan dalam kelompok ini diberi tanggung jawab untuk menyelesaikan suatu
tugas secara efisien dan efektif. Hal ini diperkuat oleh Robbins (1996) yang
menyatakan bahwa bentuk kelompok formal itu ditunjukkan oleh struktur dengan
pembagian pekerjaan tertentu yang merupakan unit operasional dalam setiap kegiatan,
sehingga kelompok formal ini bekerja berdasarkan tujuan dan kedudukan yang jelas.
Kelompok formal ini pada umumnya dapat digolongkan menjadi:
1) kelompok satu komando (instansi),
2) kelompok tugas khusus dari berbagai instansi (pemerintah atau swasta), tetapi
menangani suatu permasalahan.
3) Beberapa contoh kelompok formal antara lain komite atau panitia, unit kerja
tertentu, bagian, laboratorium, tim riset dan pengembangan (R & D), tim
manajer, kelompok tukang pembersih, kelompok tani, koperasi petani, LSM,
Yayasan, Karang Taruna, dan sebagainya.
b. Kelompok informal merupakan suatu kelompok yang tumbuh dari proses interaksi,
daya tarik, dan kebutuhan seseorang. Dalam kelompok ini anggota kelompok tidak
diatur dan diangkat atau dilegalisasi dalam suatu pernyataan formal (SK atau surat
pengangkatan). Jadi, keanggotaannya tidak bersifat resmi, sehingga siapa yang
berperan dan dituruti, maka dialah yang disebut pemimpin. Tujuan bersama jarang
dibicarakan, bahkan tujuan kelompok juga tidak begitu jelas. Apalagi dirumuskan
secara tertulis. Peraturan-peraturan atau norma tidak begitu jelas, tetapi biasanya

10
anggota telah mengetahui tugasnya masing-masing. Biasanya kelompok informal
terbentuk karena ada hubungan yang berulang kali, yang mengakibatkan persamaan
kepentingan dan kegembiraan pengalaman bersama. Contoh kelompok informal di
antaranya adalah kelompok minat yang sama, kelompok sepermainan anak-anak,
kelompok persaudaraan, kelompok tetangga (RT), kelompok pengajian, kelompok
arisan, kelompok pencinta sepeda onthel, kelompok pedagang jamu, dan sebagainya.

Kelompok formal dan kelompok informal bersifat kontinum. Sudah tentu di antara bentuk
kelompok formal dan informal tersebut ada kelompok lain, yaitu kelompok semi formal
(Soekanto, 2009). Artinya, kadang-kadang nampak informal, akan tetapi dalam
pelaksanaannya seperti formal.

3. Atas Dasar Terpaan Perubahan


Berdasarkan sikap kelompok terhadap terpaan perubahan, maka dikenal ada jenis
kelompok terbuka dan kelompok tertutup. Kelompok terbuka adalah suatu kelompok yang
secara tetap mempunyai rasa tanggap akan perubahan dan pembaharuan, sedangkan kelompok
tertutup atau kelompok laggard, yakni kelompok yang kecil kemungkinannya untuk menerima
perubahan atau pembaharuan. Kelompok tertutup ini cenderung untuk tetap menjaga
kestabilan yang telah ada.
Perbedaan antara kelompok terbuka dan kelompok tertutup minimal bisa dilihat dari empat
dimensi (Yusuf, 2009), di antaranya adalah:
a. Perubahan Keanggotaan Kelompok
Suatu kelompok terbuka secara tetap dapat dengan bebas menerima dan melepas
anggota-anggotanya, sedangkan kelompok tertutup memelihara kestabilan anggota
kelompok dengan sedikit sekali kemungkinan adanya penambahan dan pelepasan
anggotanya setiap saat. Hubungan status dan kekuasaan biasanya lebih mapan dalam
kelompok tertutup. Perbedaan lainnya adalah bahwa anggota-anggota baru
mempunyai kekuasaan yang relatif agak luas pada kelompok terbuka dibanding
dengan kelompok tertutup.
b. Kerangka Referensi
Pada kelompok terbuka, terdapat kemungkinan kebebasan menerima dan melepas
anggota. Pada saat menerima anggota baru, anggota ini membawa suatu perspektif
baru bagi kelompok. Anggota-anggota baru tersebut mempunyai banyak ide-ide baru
dan segar untuk meningkatkan kegiatan kelompok dan memecahkan persoalan-
persoalan yang ada. Dengan tidak segan-segan anggota baru memberikan tantangan
perspektif bagi kelompok. Perluasan kerangka referensi dalam kelompok terbuka
dapat meningkatkan kreativitas kelompok. Pada kelompok tertutup kestabilan
keanggotaan sangat diutamakan, maka kerangka referensinya sempit. Anggota-
anggotanya terutama yang baru kurang terangsang untuk membawa dan memberikan
ideide baru dan segar yang menuju ke arah pembaharuan dan perubahan.
c. Perspektif Waktu
Dalam perspektif waktu kelompok terbuka lebih berpikir untuk masa sekarang dan
masa depan yang dekat. Hal ini disebabkan kelompok ini tidak stabil keanggotaannya
dan kecenderungannya secara tetap dan menerima perubahan dan pembaharuan.
Kelompok tertutup mampu memelihara horizon waktu dalam perspektif jangka
panjang. Banyak dari anggota kelompok tertutup ini menimbulkan sejarah masa lalu
dan mengharapkan bisa melanjutkan untuk masa yang panjang. Orientasi masa depan
selalu dikaitkan dengan sejarah masa lalu.

10
d. Keseimbangan
Keseimbangan adalah keadaan suatu sistem yang menjaga kestabilan setelah
mengalami keadaan yang porak-poranda. Keadaan tidak seimbang, tidak selaras dan
adanya keporak-porandaan jelas merupakan suatu hal yang merugikan bagi
pelaksanaan kerja suatu kelompok. Oleh karena itu, kelompok terbuka lebih mengarah
pada kurang keseimbangan, dibandingkan dengan kelompok tertutup yang
mengutamakan kestabilan. Kelompok terbuka lebih memiliki mobilisasi yang tinggi
terhadap penerimaan anggota baru yang membawa ide-ide atau gagasan baru,
sehingga suatu sistem yang belum lama berjalan atau dilaksanakan ada kemungkinan
berubah dengan cepat.

4. Atas Dasar Fungsi


Kelompok Berdasarkan fungsinya, kelompok dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
kelompok sosial dan kelompok tugas.
a. Kelompok sosial merupakan himpunan manusia atau pergaulan antar manusia yang
tidak terikat dengan tugas kedinasan dan terutama mempunyai fungsi atau tugas untuk
mencari kesenangan dan kepuasan bagi anggotanya. Tujuan utama bukanlah semata-
mata mengejar prestasi, tetapi hanyalah mengejar kesenangan, baik jasmani maupun
rohani bagi para anggotanya. Bentuknya bisa kelompok olah raga tenis lapangan,
kelompok pengajian, dan sebagainya.
b. Kelompok tugas merupakan kelompok yang segala sesuatu harus dilakukan untuk
mencapai tujuan tertentu yang telah direncanakan, sehingga pembagian tugas dan
penyelesaian tugas merupakan hal yang diutamakan. Misalnya, kelompok dokter ahli
jantung, kelompok pemadam kebakaran, dan lain-lain.

Sama seperti kelompok formal dan kelompok informal, antara kelompok sosial dan
kelompok tugas juga bersifat kontinum. Contohnya adalah kelompok tani, ada tugas
tertentu yang harus dikerjakan bersama oleh anggota-anggota dalam kelompok tersebut,
tetapi ada aspek sosialnya juga.

5. Atas Dasar Hubungan di Antara Anggota


Dalam hal ini kelompok dikategorikan sebagai jenis kelompok primer dan kelompok
sekunder.
a. Kelompok Primer
Suatu kelompok primer (primary group) haruslah mempunyai suatu perasaan
keakraban, kebersamaan, loyalitas dan mempunyai tanggapan yang sama atas nilai-
nilai dari para anggotanya. Dengan demikian semua kelompok primer adalah
kelompok yang kecil ukurannya. Namun, tidak semua kelompok kecil adalah
kelompok primer. Ciri kelompok primer menurut (Soekanto, 2009) adalah kelompok-
kelompok kecil yang agak langgeng (permanen) dan yang berdasarkan kenal-
mengenal secara pribadi antar sesama anggotanya. Menurut Cooley (Saleh, 2012)
kualitas komunikasi pada kelompok primer dalam dan luas, hubungan antara anggota
erat, bersifat personal dan langsung atau berhadapan muka (face to face) antara
anggota-anggotanya, dan lebih menekankan aspek hubungan daripada isi. Hubungan
antara anggota kelompok primer biasanya disebut hubungan primer. Contoh
kelompok primer antara lain adalah keluarga, kelompok kolega, kelompok
sepermainan anak-anak, dan kelompok tetangga (Yusuf, 2009). Dari contoh-contoh
tersebut family group atau keluargalah yang paling penting, karena sifat keakraban
dalam kelompok ini tidak ada yang melebihinya. Kelompok primer merupakan

10
landasan yang terpenting dalam pembentukan pola tingkah laku individu-individu
anggota kelompok.
b. Kelompok Sekunder (secondary group) merupakan kelompok besar yang terdiri dari
banyak orang, hubungannya bersifat impersonal, segmentasi dan didasarkan pada asas
manfaat. Terkesan sebagai kelompok-kelompok yang kurang akrab, agak sementara
umurnya, dan kurang langsung hubungan antar orang-orang dalam kelompok tersebut.
Bukan keakraban, tetapi waktu yang sepintas lalu yang menjadi ciri utama kelompok
sekunder. Hubunganhubungan di antara para anggota kelompok sekunder ini disebut
hubungan sekunder. Contoh kelompok sekunder adalah serikat pekerja, mitra dagang,
perkumpulan politik, jemaah keagamaan, persatuan olah raga, koperasi petani,
persatuan orang tua murid, dan lain-lain. Syarat-syarat dan sifat-sifat kelompok primer
dan kelompok sekunder saling isi-mengisi, dan dalam kenyataan tidak dapat dipisah-
pisahkan secara mutlak (Soekanto, 2009).

6. Atas Dasar Identifikasi diri


Summer (Saleh,2012) membedakan jenis kelompok atas dasar kelompok in-group dan
out-group, kelompok in-group (kelompok sendiri) adalah suatu kelompok yang dipandang
oleh seseorang sebagai miliknya dan mewakili identitasnya. Adapun out-group (kelompok
luar) adalah kelompok yang tidak mewakili identitas diri seseorang dan orang tersebut tidak
merasa memiliki kelompok tersebut. Analisis jenis kelompok atas dasar in-group dan out-
group ini bisa pada kelompok primer maupun sekunder, dan batasannya bisa atas dasar
geografis, suku bangsa, ideologi, bahasa, profesi, ataupun kekerabatan.

7. Atas Dasar Keanggotaan Kelompok


Morton (Syamsu et al., 1999) mengemukakan bahwa kelompok menurut keanggotaan
dibedakan atas: kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference
group). Kelompok keanggotaan merupakan suatu kelompok yang setiap orang secara fisik
menjadi anggota kelompok, sedangkan kelompok rujukan adalah setiap kelompok yang di
dalam kelompok tersebut seseorang melakukan referensi atasnya, untuk membentuk pribadi
dan tingkah lakunya (Soekanto, 2009). Seseorang mempergunakan kelompok tersebut, sebagai
suatu ukuran untuk evaluasi dirinya, menjadi model atau penuntun bagi keputusan atau
tindakannya, dan atau sebagai sumber dari nilai-nilai dan sikap pribadinya.
Kelompok referensi bisa berfungsi: komparatif atau normatif, atau dapat dikatakan bahwa
kelompok referensi bisa memberi dua fungsi bagi seseorang untuk menilai dirinya, yaitu:
a. Fungsi Perbandingan Sosial Dalam fungsi ini seseorang menilai dirinya dengan cara
membandingkan dirinya dengan orang lain. Dari hasil perbandingan ini ia dapat
menilai dirinya apakah ia sudah bekerja dengan baik atau belum? Apakah perilakunya
sesuai dengan pendapat umum atau aneh? Apakah sikapnya benar atau salah? dan
sebagainya.
b. Fungsi Pengesahan Sosial Dalam fungsi ini seseorang mempergunakan kelompok
sebagai suatu ukuran menilai sikap, kepercayaan sebagai suatu ukuran menilai sikap,
kepercayaan dan nilai-nilai yang dimilikinya. Dengan kata lain, kelompok
dipergunakan sebagai pembanding untuk menilai diri seseorang. Kelompok ini disebut
kelompok referensi.

Kelompok referensi memiliki pengaruh yang sangat penting pada kedua fungsi
tersebut sebagai ukuran untuk menilai sikap, kepercayaan, tujuan, dan nilai-nilai
seseorang. Pengaruh ini dapat dilihat dengan jelas dalam rasa curiga atau stereotyping,
pertikaian atau kesesuaian antara anggota-anggota dalam suatu kelompok. Pengaruh ini

10
bisa positif bisa negatif, atau dapat produktif dapat pula tidak produktif baik bagi
perseorangan maupun bagi suatu kelompok sebagai suatu keseluruhan.

8. Atas Dasar Penyelesaian Masalah


Dilihat dari cara kelompok menghadapi suatu masalah, dan mengajak anggota untuk
terlibat dalam penyelesaian masalah, maka ada dua jenis pendekatan yang bisa dilakukan
kelompok, yaitu pendekatan deskriptif dan pendekatan preskriptif. Kelompok yang dominan
melakukan strategi pemecahan masalah dengan pendekatan deskriptif, yakni membantu
anggotaanggota kelompok memahami bagaimana biasanya memecahkan masalah, dengan
mengklasifikasi masalah berdasarkan proses pembentukan alami dari apa yang dilihat, dirasa
dan dipikirnya setiap anggota, lalu menyepakati secara bersama cara menyelesaikan masalah
kelompok tersebut; maka kelompok itu disebut sebagai kelompok deskriptif.
Adapun dikatakan sebagai kelompok preskriptif, apabila kelompok selalu
menggunakan pendekatan preskriptif, yakni menggunakan agenda yang telah ditentukan
terlebih dahulu untuk membantu kelompok memecahkan masalah secara efisien dan efektif.
Pendekatan preskriptif menawarkan saran-saran spesifik bagi pengembangan kelompok, dan
menggunakan langkah-langkah rasional anggota untuk mencapai tujuan (Cragan & Wright,
1996).
Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif bersifat kontinum. Berikut contoh
bentuk kelompok mulai dari kontinum kelompok deskriptif hingga bentuk kelompok dominan
preskriptif, yaitu: kelompok sepintas – katartis – belajar – pembuat kebijakan – kelompok
aksi.

9. Atas Dasar Pola Interaksi


Berdasarkan pola interaksinya, kelompok dibedakan menjadi interacting group, co-
acting group, dan counter-acting group. Kelompok Interacting adalah kelompok yang setiap
anggotanya harus bekerja sama dengan anggota-anggota lainnya agar dapat mencapai tujuan-
tujuan kelompok. Contohnya adalah tim sepakbola, tim bola basket, dan sebagainya.
Kelompok Co-acting adalah kelompok yang masing-masing anggotanya dapat
bertindak sendiri, tetapi semua mengarah pada tercapainya tujuan Kelompok (tujuan bersama).
Di dalam jenis kelompok ini diperlukan adanya koordinasi. Contohnya adalah tim olahraga
panahan, tim olahraga renang, atau pada perusahaan besar, sering membagi-bagi pekerjaan ke
dalam kelompok kecil. Masing-masing kelompok atau bagian tersebut mengerjakan hal
berbeda, tetapi semuanya mengarah ke keuntungan bersama (tujuan perusahaan).
Kelompok Counter-acting adalah kelompok yang terbelah karena masing-masing
anggota mempunyai tujuan yang berbeda/berlawanan atau malah bersaing untuk mencapai
tujuan bersama. Jadi, tujuan kelompok dapat tercapai apabila antar anggotanya melakukan
kegiatan yang saling berkompetisi. Contohnya adalah klub bulutangkis dan klub olahraga tinju
yang sedang menyeleksi prestasi klubnya. Berdasarkan pola interaksi tersebut, tidak satupun
kelompok yang benarbenar kelompok interacting, kelompok co-acting, ataupun kelompok
counter-acting. Ketiga jenis kelompok interaktif itu membentuk segitiga kontinum, yang
digambarkan seperti Gambar 2.1. berikut ini.

10
Interacting group

Co-acting Group Counter-acting Group

Gambar 1.1
Pola Interaksi Kelompok
Jenis-jenis kelompok pada Gambar 2.1 tersebut tidaklah standar atau stereotype, tetapi
keberadaannya tergantung pada situasi. Suatu kelompok tertentu bisa berjenis interacting, atau co-
acting atau counter-acting pada saat yang berbeda, tergantung pada situasi yang ada pada saat itu.
Adanya jenis-jenis kelompok itu menuntut adanya jenis kepemimpinan yang berbeda agar bisa
memunculkan jenis interaksi yang sesuai.
Jenis interaksi: Jenis kelompok:
a. Inter-acting a. kerja sama
b. Co-acting b. masing-masing bekerja dengan baik
c. Counter-acting c. bersaing, berlomba
Kepemimpinan kelompok harus mengusahakan agar interaksi antar anggota-anggotanya dapat
terjadi sesuai dengan jenis interaksi yang diperlukan.

Jika Pola gabungan karyawan dicatat, maka akan segera menjadi jelas bahwa mereka termasuk
dalam berbagai macam kelompok yang sering bersamaan. Maka diadakan perbedaan diantara dua
klasifikassi kelompok yang luar : kelompok formal dan informal. Perbedaan utama antara keduanya
adalah bahwa kelompok formal ( kelompok komando dan kelompok tugas) dibentuk oleh organisasi
formal dan merupakan alat untuk mencapai tujuan, sedangkan kelompok informal (kelompok
kepentingan dan kelompok persahabatan) adalah penting untuk keperluan mereka sendiri ( artinya,
mereka memenuhi kebutuhan pokok akan berkelompok).

FUNGSI – FUNGSI KELOMPOK

Pada dasarnya fungsi kelompok dibagi menjadi dua yaitu, fungsi organisasi formal dan fungsi
kebutuhan individual. Fungsi kelompok formal sebagai sarana untuk mengerjakan tugas-tugas yang
kompleks yang saling berkaitan dan terlalu sukar untuk dikerjakan oleh siapapun, sebagai sarana untuk
mencetuskan gagasan-gagasan yang baru atau pemecahan masalah yang memerlukan kreativitas
tertentu, dan sebagai wahana sosialisasi serta pelaksanaan keputusan yang rumit.

Fungsi kelompok individual yang didasarkan bahwa setiap individu memiliki beraneka macam
kebutuhan, dan kelompok dapat memenuhi kebutuhan yang meliputi pemenuhan kebutuhan
persahabatan, dukungan, dan kasih sayang, sebagai sarana untuk mengembangkan, meningkatkan, dan
menegaskan rasa identitas dan memelihara harga diri, sebagai sarana untuk menguji kenyataan sosial
melalui diskusi dengan orang lain, pengembangan perspektif, dan konsensus bersama yang dapat
mengurangi keragu-raguan dalam lingkungan sosial sehingga dapat diambil sebuah keputusan.

10
CIRI – CIRI UTAMA KELOMPOK

Rakhmat (2007) berpendapat bahwa karakteristik kelompok meliputi ukuran kelompok,


jaringan kelompok, kohesi kelompok dan kepemimpinan. Faktor lain yang mempengaruhi hubungan
antara prestasi dan ukuran kelompok adalah tujuan kelompok. Rakhmat juga mengutip pendapat Mc
David dan Harari, yang mengatakan bila tujuan kelompok memerlukan kegiatan yang konvergen
(mencapai satu pemecahan yang benar), hanya diperlukan kelompok kecil supaya sangat produktif,
terutama bila tugas yang dilakukan hanya membutuhkan sumber, keterampilan dan kemampuan yang
terbatas. Apabila tugas memerlukan kegiatan yang divergen (seperti menghasilkan berbagai gagasan
kreatif), diperlukan jumlah anggota kelompok yang lebih besar, lebih banyak kepala lebih baik.
Kohesi kelompok dapat diukur dari ketertarikan anggota secara interpersonal pada satu dengan yang
lain, ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok dan sejauh mana anggota tertarik pada
kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personalnya.

Tidak ada referensi yang secara tegas menetapkan besarnya (jumlah orang) dalam kelompok. Hare
(1962) hanya menyarikan dari beberapa penelitian dengan fokus kelompok, dan beliau menyebutkan
bahwa sesuatu dikatakan kelompok apabila mempunyai anggota antara 2 sampai 20 orang. Bahkan
dalam buku beliau Handbook of Small Group Research terungkap, bahwa besarnya (jumlah orang
dalam) kelompok (small group) menurut berbagai pendapat adalah sebagai berikut.

1. Jumlah minimum adalah = 2 – 3 orang.


2. Jumlah maksimum adalah = 13 – 15 orang.
3. Jumlah idealnya adalah antara 7 -10 orang. Makin besar jumlahnya maka makin renggang
hubungan kelompok ini. Sebaliknya, kalau terlalu kecil, pandangan-pandangan dalam diskusi
sangat terbatas, demikian juga masalah dana yang diperlukan.

Penelitian mendalam mengenai sifat-sifat dan hasil-hasil interaksi dalam kehidupan (empat) cirri
kelompok yaitu :

1. Motivasi dan Pemuasan Kebutuhan


Pakar yang bergerak pada pemahaman kelompok sebagai sistem motivasi antara lain
adalah Cattel (1951) dan Bass dalam Yusuf (2009). Cattel (1951) menyatakan bahwa
kelompok adalah kumpulan organisme yang bereksistensi dalam keseluruhan konstelasi
(mereka saling menerima hubungan/relationship) yang berguna untuk pemenuhan kebutuhan
masingmasing individu. Adapun Bass dalam Yusuf (2009), memandang kelompok sebagai
kumpulan individu yang bereksistensi sebagai kumpulan yang mendorong atau memotivasi
individu anggota kelompok. Kedua pengertian kelompok ini mengacu pada pemuasan
kebutuhan sebagai unsur pengidentifikasian penerimaan sebagai kelompok. Selanjutnya Bass
menambahkan karakteristik lain dari kelompok adalah kesamaan persepsi, memiliki tujuan
yang sifatnya komunal dan adanya interaksi para anggotanya untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Terdapat dorongan (motif) yang sama pada individu-individu yang
menyebabkan terjadinya interaksi di antaranya ke arah tujuan yang sama. Pada dasarnya
kelompok itu lahir dari suatu kondisi sosial tertentu yang menimbulkan motivasi bagi
beberapa orang yang mempunyai kesamaan identitas untuk berinteraksi dan melakukan
sesuatu untuk kepentingan mereka bersama dalam usaha untuk mewujudkan harapan, tujuan
atau kehendak bersama. Kumpulan orang-orang yang beridentitas dan berkehendak untuk
bertindak bersama dalam menghadapi masalah.

10
2. Interaksi
Dengan penetapan bentuk-bentuk psikodinamik sebagai unsur sebuah kelompok dapat
ditarik beberapa bentuk dan penjenisan definisi kelompok sesuai dengan sudut pandang yang
digunakan oleh seorang pakar dalam merumuskan definisi kelompok. Tinjauan ini
dikembangkan oleh Homans (1950) dalam Yusuf (2009), yang menyatakan bahwa kelompok
merupakan wujud dari interaksi. Sementara itu, Cartwright dan Zander (1968) menyatakan
bahwa interaksi merupakan wujud dari bentuk interdependensi (ketergantungan). Secara
lengkap Homans (1950) dalam Yusuf (2009), menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
kelompok adalah sekumpulan manusia yang berkomunikasi seorang dengan yang lain dan
sering terjadi dalam kurun waktu tertentu. Komunikasi tersebut berlangsung secara langsung,
yaitu secara tatap muka. Bonner dalam Yusuf (2009), menambahkan bahwa kelompok adalah
sejumlah orang-orang yang berinteraksi satu dengan yang lain, dan pola proses interaksi ini
membedakan bentuk kelompok yang satu dengan yang lain. Bedanya kelompok dengan
kerumunan (crowd) adalah bahwa dalam kerumunan tidak ada atau tidak mempunyai ikatan
kelompok, dan tidak mempunyai kesatuan tujuan yang disepakati bersama. Terdapat akibat-
akibat interaksi yang berlainan terhadap individu-individu yang satu dari yang lain
berdasarkan reaksi-reaksi dan kecakapan-kecakapankecakapan yang berbeda-beda antara
individu yang terlibat di dalamnya. Oleh karea itu, lambat laun mulai terbentuk pembagian
tugas serta struktur tugastugas tertentu dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan yang
sama itu. Di sisi lain, terbentuk pula norma-norma yang kkhas Dalam interaksi kelompok
kearah tujuannya sehinggga mulai terbentuk kelompok sosial dengan cirri-ciri yang khas.

3. Struktur Kelompok
Rakhmat (2007) menyatakan bahwa setiap kelompok memiliki struktur yang
mengatur interaksi dalam kelompok guna mencapai tujuannya, dengan seperangkat peran dan
norma. Menurut Cartwright dan Zander (1968), struktur kelompok merupakan suatu pola
teratur tentang bentuk tata hubungan antara individu-individu dalam kelompok yang
menggambarkanPembentukan dan penegasan strukutr (organisasi) kelompok yang jelas dan
terdiri atas peranan-peranan dan kedudukan hierarkis yang lambat laun berkembang dengan
sendirinya dalam usaha pencapaian tujuan. Terjadi pembatasan yang jelas antara usaha-usaha
dan orang yang termasuk ingroup serta usaha-usaha dan orang outgroup.

4. Norma
Terjadinya penegasan dan peneguhan norma-norma pedoman tingkah laku anggota
kelompok yang mengatur interaksi dan kegiatan anggota kelompok dalam merealisasikan
tujuan kelompok. Norma-norma dan pedoman tingkah laku ini sebagaiman juga struktur
pembagian tugas anggotanya merupakan norma dan struktur yang khas bagi kelompoknya itu.

5. Persepsi dan Kognisi Kelompok


Smith (1945) dan Bales (1950) dalam Yusuf (2009) merumuskan suatu kelompok
sosial merupakan suatu unit yang terdiri atas sejumlah individu yang mempunyai persepsi
bersama mengenai kesatuan mereka dan yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dan/atau
melakukan kegiatan bersama terhadap lingkungan mereka.

6. Tujuan Kelompok
Pengertian kelompok ditinjau dari sudut tujuannya hampir sama dengan pengertian
kelompok ditinjau dari sudut motivasi. Mills (1967) dalam Yusuf (2009), mengartikan
kelompok sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari dua orang atau lebih yang melakukan

10
hubungan untuk mencapai tujuan dan yang melakukan pertimbangan-pertimbangan
(pemikiran) dalam mengartikan hubungan tersebut.

7. Interdependensi
Interdependensi adalah saling ketergantungan masing-masing anggota kelompok,
yang oleh Kurt Lewin dalam Yusuf (2009) dinyatakan sebagai ukuran kelompok yang
dinamis. Dalam hal ini, interdependensi tersebut dinyatakan dalam persamaan tujuan. Fiedler
dalam Yusuf (2009) mengartikan kelompok sebagai kumpulan individu-individu yang
memperjuangkan nasib yang sama dengan saling tergantung satu dengan yang lainnya.
Sementara itu, Cartwright dan Zander (1968) mengajukan batasan yang memandang faktor
saling ketergantungan sebagai faktor utama yang dinyatakan sebagai berikut: “Kelompok
adalah sekumpulan individu yang melakukan hubungan dengan sesama anggota yang
menunjukkan saling ketergantungan pada tingkat yang berarti. Istilah kelompok di sini
mengacu pada kesatuan kelas sosial yang anggotanya saling tergantung satu dengan yang
lain”.

Jadi, perlu dibedakan antara kelompok dengan kerumunan, atau perlu dibedakan antara
kelompok manusia dengan sekumpulan manusia. Terdapat banyak hubungan jika membahas
kelompok salah satunya ialah adanya tujuan bersama, dengan kegiatan bersama, dengan pembinaan
yang diprogram dan juga tujuan yang ingin dicapai. Termasuk cara pencapaian tujuan, dalam
kelompok memiliki varian caranya dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas. Kesadaran
manusia tidak dapat memenuhi tujuannya sendiri dan ada kebutuhan untuk berkumpul dan
berkelompok untuk dapat mempertahankan kehidupan. Dalam penyuluhan dengan konteks kelompok,
penyuluh memberikan cara untuk mendapatkan yang diinginkan dalam kelompok.

Kelompok menjadi fenomena sosial yang menarik untuk dipelajari. Kenyataan hidup yang ada
memperlihatkan bahwa kelompok menjadi media yang berpengaruh, yang kemudian memberikan efek
pada individu lainnya. Hal penting untuk diketahui ialah bahwa perilaku seseorang sangat dipengaruhi
oleh orang lain dalam kelompok, ataupun dipengaruhi oleh kelompok.

Tingkah laku individu dalam kelompok nampaknya lebih besar dari jumlah total dari masing-
masing individu. Orang dalam kelompok, tingkah laku atau tindakannya berbeda dari jika mereka
sendiri-sendiri. Inilah yang menjadi dasar, bahwa kelompok (small group) ini sangat penting untuk
tujuan pembangunan yang pada umumnya digerakkan oleh pemerintah.

MANFAAT KELOMPOK BAGI ORGANISASI

Banyak manfaat yang dapat dipetik dari adanya kelompok baik di dalam maupun di luar satuan
organisasi, antara lain:

1. Kelompok merupakan alat perjuangan bagi anggotanya.


2. Kelompok dapat digunakan untuk meningkatkan inovasi dan kreatifitas.
3. Kelompok lebih baik daripada perorangan dalam pengambilan keputusan yang mengangkut
orang banyak
4. Anggota kelompok dapat memperoleh keuntungan dari pelaksanaan pengambilan keputusan.
5. Kelompok dapat mengendalikan dan mendisiplinkan anggotanya dibanding dengan mereka
yang tidak masuk dalam kelompok

10
6. Kelompok membantu menangkis pengaruh – pengaruh negative dari meningkatnya organisasi
yang semakin besar.
7. Kelompok adalah fenomena alami di dalam organisasi. Perkembangannya yang spontan tidak
dapat dihalangi, dan dibutuhkan oleh para anggota sebagai alat untuk mencapai tujuan.
8. Kelompok sering digunakan apabila usaha atau kegiatan perorangan tidak mencapai hasil yang
memuaskan. Kelompok diperlukan dalam upaya mewujudkan efisiensi dan kreativitas kerja
melalui kerjasama.
9. Kelompok digunakan untuk memunculkan atau mengemnamgkan gagasan. Dalam kelompok
orang-orang tidak hanya dapat mengumpulkan gagasan melainkan mengalami proses
memunculkan dan menyusun gagasan.
10. Kelompok dibutuhkan untuk menumbuhkan saling belajar melalui tukar menukar pengalaman,
pendapat, informasi, persepsi, dan keyakinan antar anggota kelompok. Oleh karena itu
kelompok dimanfaatkan dalam organisasi untuk membantu orang-orang yang terlibat dalam
organisasi untuk mengatasi kekhawatiran, ketidakberhasilan, dan keengganan bekerjasama
antar anggota. Kelompok dapat menggunakan potensi pemikiran para anggota,
mempertimbangkan keyakinan yang telah mereka miliki dan dapat mengembangkan sikap
positif diantara para anggota. Kelompok lebih berguna dalam meningkatkan kemampuan
pembelajaran ranah afeksi.
11. Kelompok digunakan untuk meningkatkan partisipasi dan memperluas dari pemilikan bersama
para peserta terhadap organisasi termasuk visi misi tujuan dan program-programnya.
Penerimaan lebih baik oleh anggota terhadap hasil kegiatan kelompok terjadi apabila para
anggota berpasrtisipasi atau terlihat secara aktif dalam proses diskusi dan berbagai kegiatan
kelompok.

SYARAT PEMBENTUKKAN KELOMPOK

Kumpulan individu-individu yang mempunyai hubungan tertentu yang membuat mereka saling
bergantung satu sama lain dalam ukuran-ukuran yang bermakna atau dengan kata lain memiliki
hubungan tertentu yang bermakna. Sekumpulan individu dikatakan sebagai kelompok apabila
memiliki syarat - syarat sebagai berikut :

1. Keanggotaan yang jelas, teridentifikasi melalui nama atau identitas lainya.


2. Adanya kesadaran kelompok sebagai anggota, (memiliki kesatuan persepsi).
3. Suatu perasaan mengenai adanya kesamaan tujuan atau sasaran.
4. Saling ketergantungan dalam upaya pemenuhan kebutuhan untuk mencapai tujuan.
5. Saling interaksi, berkomunikasi untuk bereaksi terhadap anggota lainnya.
6. Merupakan satu kesatuan organisasi yang tunggal dalam mencapai tujuan kelompok dengan
terbentuk struktur kelompok.

10
ALASAN MEMBENTUK KELOMPOK

Menurut (Gibson dkk, 1989, 205-207, Marvin E.Shaw, 1981, 81-97)

1. Pemuasan Kebutuhan Hasrat untuk mendapatkan kepuasan dari terpenuhinya kebutuhan dapat
merupakan daya motivasi yang kuat dalam pembentukan kelompok.
a. Keamanan
Individu yang berada dalam kelompok bisa mengurangi rasa tidak aman karena
sendirian. Individu akan merasa lebih kuat, percaya diri, dan tahan terhadap ancaman.
b. Sosial
Keinginan untuk termasuk dalam kelompok dan menjadi anggota kelompok
menunjukkan kebutuhan sosial semua orang.
c. Penghargaan
Dalam lingkungan tertentu, suatu kelompok yang bergengsi tinggi karena berbagai
macam alasan (missal; keahlian, teknis, kegiatan di luar, dsb).
2. Kedekatan dan Daya Tarik Kedekatan adalah jarak fisik antara para karyawan yang
melaksanakan pekerjaan , sedangkan daya tarik adalah menunjukkan daya tarik orang yang
satu dengan lainnya karena mereka mempunyai kesamaan persepsi,sikap,hasil karya atau
motivasi.
3. Tujuan Kelompok Untuk mencapai tujuan kelompok dan menyelesaikan tugas dibutuhkan
lebih dari satu atau dua orang. Ada kebutuhan mengumpulkan bakat, pengetahuan, atau
kekuasaan untuk menyelesaikan pekerjaan.
4. Alasan Ekonomi Motif ekonomis menyebabkan terbentuknya kelompok, karena mereka
menganggap akan memperoleh keuntungan ekonomis yang lebih besar dari pekerjaan mereka,
jika mereka membentuk kelompok.

SUMBER KELOMPOK

Tingkat prestasi potensial sebuah kelompok sebagian besar tergantung pada sumber daya yang dibawa
anggota – anggotanya secara pribadi kedalam kelompok.

1. Kemampuan
Menetapkan parameter bagi apa yang dapat dilakukan anggota dan bagaimana
efektifnya mereka akan dalam sebuah kelompok.

2. Ciri – Ciri Kepribadian


Besarnya pengaruh setiap satu ciri adalah kecil, tetapi menggabungkan cirri – cirri
kepribadian, akibatnya bagi para pelaku kelompok sangat berarti.

PENGERTIAN TIM
Tim kerja adalah kelompok yang usaha-usaha individualnya menghasilkankinerja lebih tinggi
daripada jumlah masukan individual (Stephen, Timothy2008:406). Hal ini memiliki pengertian bahwa
kinerja yang dicapai oleh sebuahtim lebih baik daripada kinerja perindividu disuatu organsasi.

10
Allen (2004:21) pekerja tim atau tim kerja adalah orang yang sportif, sensitive, dan senang
bergaul, serta mampu mengenali aliran emosi yang terpendamdalam tim dengan sangat jelas. Tim
kerja menghasilkan sinergi positif melaluiusaha yang terkoordinasi.Usaha-usaha individual mereka
menghasilkan satutingkat kinerja yang lebih tinggi daripada jumlah masukan individual.
Penggunaantim secara ekstensif menghasilkan potensi bagi sebuah organisasi untukmembuahkan
banyak hasil yang lebih besar tanpa peningkatan masukan. Kinerjatim akan lebih unggul daripada
kinerja individu jika tugas yang harus dilakukanmenuntut keterampilan ganda.

Sebuah tim (team) adalah sebuah unit yang terdiri dari 2 orang atau lebihyang berinteraksi dan
mengkoordinasikan pekerjaan mereka untuk menyelesaikansebuah tugas yang spesifik (Daft,
2003:171). Definisi ini mempunyai tigakomponen.yakni;

a. Pertama, diperlukan 2 orang atau lebih. Tim dapat cukup besar,walaupun kebanyakan kurang
dari 15 orang.
b. Kedua, orang dalam sebuah tim melakukan interaksi secara teratur. Orang yang tidak
berinteraksi, dan tidak membentuk sebuah tim.
c. Ketiga, orang dalam sebuah tim terbagi sebuah tujuan berkinerja.

Katzenbach dan Smith, mendefinisikan team sebagai sekelompok kecil orangdengan keterampilan
yang saling melengkapi yangberkomitmen untuk maksud bersama.

Sedangkan menurut Hunsaker, 2001, Tim ialah kelompok dengan keterampilan yang saling
melengkapidan berkomitmen untuk mecapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Kerja tim ialah
kerja berkelompok dengan keterampilan yang saling melengkapi untuk mencapai tujuan bersama
secara efektif dan efisien.Kerja tim dapat memberikan manfaat, antara lain:

a. pekerjaan menjadi lebih ringan karena dilakukan bersama


b. dapat menimbulkan semangat kebersamaan.
c. lebih efektif dan efisien dibandingkan dikerjakan sendiri-sendiri.
d. kinerja organisasi lebih meningkat.

Tim kerja menjadi popular dalam organisasi, karena :

a. bukti menyatakan bahwa lazimnya kinerja tim lebih unggul daripada kinerja individu.
b. manajemen menemukan bahwa tim lebih tanggap dan responsal terhadap peristiwa yang
berubah di departemen atau bentuk bentuk lain yang lebih tradisional dari pengelempokan
yang permanen.
c. Tim mempunyai kemampuan untuk dapat dengan cepat berkumpul, menyebar, memfokus
ulang dan membubarkan diri.

PERBEDAAN KELOMPOK DAN TIM

Stephen P. Robbins melakukan pembedaan antara Kelompok Kerja dengan Tim Kerja berdasarkan 4
variabel yaitu: Sasaran, Sinergi, Akuntabilitas, dan Keahlian.

1. Sasaran
a. Kelompok : Berbagi informasi, saling membantu membuat keputusan kinerja masing-
masing.

10
b. Tim : Kebutuhan kerja kolektif, saling membantu demi usaha bersama.
2. Sinergi
a. Kelompok : Netral (kadang negatif)
b. Tim : Positif melaui usaha yang terkoordinasi.
3. Akuntabilitas
a. Kelompok : Individu tidak saling melengkapi.
b. Tim : Individual dan saling melengkapi.
4. Keahlian
a. Kelompok : Acak dan jarang
b. Tim : Saling mengganti

Kelompok dan tim bukan merupakan hal yang sama persis, ada perbedaan antara kelompok
kerja dengan tim kerja. Kelompok kerja berinteraksi untuk berbagi informasi dan saling membantu
membuat keputusan kinerja masing-masing bukan dalam rangka kebutuhan kinerja kolektif dalam
usaha bersama, juga tidak ada sinergi positif kecuali sematamata merupakan sajian akhir dari
kontribusi individu dari anggota kelompok tersebut.

Tim kerja menghasilkan sinergi positif melalui usaha yang terkoordinasi. Usaha individu
memberikan tingkat kinerja lebih besar daripada jumlah individu tersebut. Tim dibentuk manajemen
untuk mencari sinergi positif yang membuat mereka meningkatkan kerja. Penggunaan tim yang
ektensif menciptakan potensi bagi organisasi untuk menghasilkan output yang lebih besar tanpa
peningkatan dalam input.

Contoh perbedaan kelompok dan tim, sebagai berikut:

Kelompok Tim
1. Anggota beranggapan pengelompokan 1. Anggota menyadari
hanya sekedar administrasi. ketergantungan satu sama
lain,dan tidak mencari
2. Pendekatan hanya sebagai tenaga keuntungan pribadi.
bayaran. 2. Adanya komitmen terhadap
3. Mengerjakan tugas bagian masing- sasaran yang akan dicapai.
masing masih harus diperintah. 3. Rasa peka, atau sadar diri
terhadap tugas
4. Dalam penyampaian saran harus berhati- masingmasing, yang dapat
hati, karena dapat dianggap sebagai dikontribusikan untuk
upaya untuk memecah belah. keberhasilan.
4. Bekerja dalam suasana
saling percaya, saran dapat
5. Dalam penerapan hasil kerja sangat diterima dengan terbuka.
dibatasi oleh pemimpin. 5. Penerapan hasil kerja sangat
6. Anggota tidak berperan aktif terhadap didukung oleh tim.
pengambilan keputusan. 6. Anggota berpartisipasi
dalam pengambilan
keputusan

10
JENIS –JENIS TIM

Tim dapat diklasifikasikan berdasar tujuannya. Terdapat 4 bentuk umum dari tim yang biasa kita
temukan sehari-hari yaitu : Tim Problem-Solving, Tim Self-Managed Work, Tim Cross-Functional,
dan Tim Virtual.

1. Tim Problem-Solving

Gambar 20 Tim Problem Solving versi Robbins


Kata tim mulai populer sejak 1980-an. Bentuk tim awalnya serupa satu sama lain. Mereka
umumnya terdiri atas 4 hingga 12 pekerja yang dibayar per jam dari departemen yang sama yang
saling bertemu sekian jam setiap minggu untuk membahas peningkatan kualitas, efisiensi, dan
lingkungan kerja. Tim seperti ini disebut Tim Problem-Solving.
Dalam tim jenis ini para anggota saling berbagi gagasan dan menawarkan saran seputar
proses dan metode kerja seperti apa yang perlu dilakukan agar produktivitas dapat ditingkatkan.
Jarangkali tim-tim ini diberikan otoritas untuk secara unilateral (sendirinya) menerapkan saran mereka
ke dalam tindakan.Satu hal yang dikenal sebagai bentuk Tim Problem-Solving adalah Lingkaran
Kualitas. Ini merupakan tim kerja terdiri atas gabungan 8 hingga 10 pekerja dan supervisor yang saling
berbagi gagasan wilayah kewenangan dan bertemu secara teratur guna mendiskusikan masalah
kualitas pekerjaan mereka, menyelidiki sebab-sebab masalah, dan merekomendasikan penyelesaian.

2. Tim Work Self-Managed

Gambar 21 Tim Self-Managed Work versi Robbins

10
Tim Problem-Solving sudah ada di jalur yang benar, tetapi mereka tidak beranjak jauh dalam hal
pelibatan pekerja dalam proses pembuatan keputusan (apalagi implementasi) yang berhubungan
dengan suatu pekerjaan. Kekurangan ini mendorong eksperimen dari tim yang benar-benar otonom
yang tidak hanya bercorak problem-solving melainkan juga menerapkan penyelesaian dan punya
kewenangan penuh atas hasil-hasilnya.
Tim Work Self-Managed umumnya terdiri atas 10 hingga 15 orang yang mengambil alih tanggung
jawab dari para supervisor. Tanggung jawab ini termasuk kendali menyeluruh atas kecelakaan kerja,
penentuan penilaian pekerjaan, pemecahan masalah organisasi, dan pilihan prosedur-prosedur
pemeriksaan yang dilakukan secara kolektif.Tim ini bahkan memilih sendiri anggotanya. Robbins
mencontohkan Xerox, General Motors, CoorsBrewing, PepsiCO, Hewlett-Packard, Honeywell,
M&M/Mars, dan Aetna Life sebagai contoh sejumlah nama perusahaan populer yang telah
mengimplementasikan konsep tim self-managed work. Perkiraan menyebut sekitar 30% pekerja
Amerika Serikat menggunakan bentuk tim, dan diantara firma-firma besar, jumlah tersebut mendekati
angka 50%.

3. Tim Cross-Functional

Gambar 22 Tim Cross-Functional versi Robbins


Menurut Robbins, Custom Research, Inc, firma riset pemasaran di Minneapolis, Amerika Serikat
secara historis telah mengorganisir departemen-departemen yang bersifat fungsional, tetapi
manajemen senior menyimpulkan bahwa departemen-departemen tersebut tidak mampu memenuhi
kebutuhan yang berubah-ubah dari klien-klien firma. Akibat dari hal tersebut, firma ini menggagas
dibentuknya satu tim lintas departemen yang bertujuan meningkatkan komunikasi dan penelusuran
catatan kerja, yang akan membawa pada peningkatan produktivitas dan kepuasan klien. Organisasi ini
mencerminkan Tim Cross-Functional. Tim ini terdiri atas pekerja-pekerja dari tingkat hirarki yang
serupa tetapi beda wilayah pekerjaannya. Mereka bergabung bersama guna menyelesaikan suatu
pekerjaan.
Robbins menyebutkan, banyak organisasi sudah menggunakan Tim Cross-Functional seperti ini
semisal IBM membentuk gugus tugas tahun 1960-an yang terdiri atas pekerja lintas departemen dalam
perusahaan guna mengembangkan Sistem 360 yang terbukti sukses. Gugus tugas tiada lain melainkan
Tim Cross-Functional yang sifatnya temporer. Namun, Robbins mencatat bahwa ledakan penggunaan

10
Tim Cross-Functional kemudian juga terjadi di tahun 1980-an yang dilakukan oleh Toyota, Honda,
Nissan, BMW, GeneralMotors, Ford, dan DaimlerChrysler.
Sebagai contoh, masih menurut Robbins, antara tahun 1999 hingga Juni 2000 manajemen senior
IBM menarik 21 pekerja dari sekitar 100 ribu staf teknologi informasinya guna meminta saran
bagaimana perusahaan bisa cepat menyelesaikan proyek dan memasarkan produk secara cepat ke
pasar. Ke-21 anggota dipilih karena mereka punya karakteristik yang serupa dimana mereka pernah
berhasil memimpin proyek-proyek berjangka cepat. “Speed Team”, demikian julukan tim tersebut,
bekerja selama 8 bulan saling berbagi informasi, menguji perbedaan antara proyek-proyek berjangka
cepat dan lambat, dan mereka mampu melahirkan rekomendasi-rekomendasi seputar bagaimana IBM
bisa mempercepat produksinya.

4. Tim Virtual

Gambar 23 Tim Virtual versi Robbins


Tim-tim yang telah dibahas melakukan pertemuan face-to-face. Tim Virtual menggunakan teknologi
komputer guna menghubungkan orang-orang yang terpisah secara fisik guna mencapai sasaran
bersama.Teknik tersebut memungkinkan orang saling bekerjasama lewat metode online, kendati
mereka dipisahkan yuridiksi negara bahkan benua.
Tim Virtual dapat melakukan lebih banyak hal ketimbang tim-tim lainnya, terutama dalam hal berbagi
informasi, pembuatan keputusan, dan perampungan pekerjaan. Mereka terdiri atas para anggota dari
organisasi yang sama ataupun hubungan anggota organ dengan para pekerja dari organisasi lain
semisal supplier ataupun partner perusahaan.
Terdapat 3 faktor utama yang membedakan Tim Virtual dengan tim-tim lain yang face-to-face, yaitu :
a. Ketiadaan komunikasi lisan-fisik;
b. terbatasnya konteks sosial, dan
c. kemampuan mengatasi masalah waktu dan hambatan tempat.
Dalam komunikasi face-to-face, orang menggunakan paraverbal seperti nada suara, intonasi, dan
volume suara serta nonverbal seperti gerak mata, roman muka, gerak tangan, dan bahasa tubuh
lainnya.Keduanya semakin menjelaskan komunikasi, tetapi kini hal-hal tersebut nihil di dalam Tim

10
Virtual.Tim Virtual menderita kekuarangan laporan sosial yang manusiawi akibat interaksi langsung
yang kecil diantara para anggotanya.

HUBUNGAN KERJA DALAM MENCIPTAKAN TIM YANG MEMILIKI KINERJA


TINGGI

Ukuran efektivitas suatu tim kerja tersembul di bawah ini :

Gambar 24 Model Analisis Efektivitas Tim berikut Variabel-variabel Bebasnya versi Robbins

1. Desain Kerja
Variabel desain kerja meliputi variabel-variabel seperti kemerdekaan dan otonomi, kesempatan
menggunakan aneka keahlian dan bakat, kemampuan menyelesaikan pekerjaan atau menciptakan
produk, dan mengerjakan tugas atau proyek yang punya dampak signifikan atas orang lain.

2. Komposisi
Kategori ini terdiri atas variabel-variabel yang berhubungan dengan bagaimana tim harus diisi,
melalui:
a. Kemampuan, dalam tim dibutuhkan orang yang ahli dalam membuat keputusan dan problem
solving, teknis, dan interpersonal skill;
b. Personalitas, yaitu The Big Five personality seperti ada dalam pendekatan sifat dalam
kepemimpinan;
c. Pengalokasian peran dan keragaman, yaitu tim harus memiliki 9 peran, yaitu :
 creator-inovator – menginisiatif gagasan kreatif;

10
 explorer-promoter – juara gagasan setelah dimulai;
 assessor-developer – menganalisa pilihan keputusan;
 thruster-organizer – menyediakan struktur;
 concluder-producer – menyediakan arah dan mengikutinya;
 controller-inspector – memeriksa rincian;
 upholder-maintainer – bertarung di pertempuran luar;
 reporter-adviser – menjadi informasi seluas-luasnya; dan
 linker – mengkoordinir dan mengintegrasikan.
d. Fleksibilitas anggota – Tim terdiri atas individu-individu fleksibel yang anggotanya dapat
saling melengkapi tugas satu sama lain. Ini nyata berguna bagi suatu tim karena secara
signifikan mampu meningkatkan adaptabilitas dan membuatnya luwes di mata para
anggotanya. Jadi, pemilihan anggota dilancarkan atas mereka yang memiliki nilai fleksibilitas,
yang lalu secara silang melakukan lahihan untuk saling mengerjakan pekerjaan anggota lain

3. Konteks
Tiga faktor kontekstual yang muncul paling signifikan sehubungan dengan kinerja tim adalah
adanya sumber daya yang mencukupi, kepemimpinan yang efektif, dan evaluasi kinerja dan sistem
reward yang mencerminkan kontribusi tim.
a. Sumber daya mencukupi.
Kelompok kerja adalah bagian kecil dari sistem organisasi sebagai totalitas. Seluruh tim kerja
bersandar pada sumber daya di luar kelompok agar tetap hidup. Kelangkaan sumber daya
langsung mengurangi kemampuan tim untuk bekerja secara efektif. Faktor yang paling
penting dari sumber daya ini adalah dukungan dari organisasi secara keseluruhan, terutama
dana, sumber daya manusia, dan pendelegasian wewenang.
b. Kepemimpinan dan Struktur.
Anggota tim harus setuju siapa dapat melakukan apa dan memastikan seluruh anggota
berkontribusi secara sama dalam pembagian beban pekerjaan. Sebagai tambahan, tim perlu
menentukan bagaimana jadual kerja tim sebaiknya dirancang, skill apa yang dibutuhkan bagi
kemajuan tim, bagaimana kelompok menyelesaikan konflik, dan bagaimana kelompok
membuat dan memodifikasi keputusan yang sebelumnya pernah dibuat. Kepemimpinan tidak
selalu dibutuhkan. Contoh, bukti-bukti menunjukkan bahwa tim yang bekerja secara mandiri
(self-managed work team) kerap menunjukkan kinerja yang lebih baik ketimbang tim yang
punya pemimpin yang diangkat secara formal. Pemimpin dapat merusak kinerja, baik tatkala
mereka ikut campur dalam kerja-kerja yang tengah dilakukan timself-managed work. Dalam
Tim Self-Managed Work, anggota tim menyerap banyak pekerjaan secara leibh besar
ketimbang yang bisa diasumsikan oleh manajer.

10
c. Evaluasi Kinerja dan Sistem Reward.
Secara tradisional, evaluasi berorientasi individu dan sistem reward harus dimodifikasi guna
merefleksikan kinerja tim. Evaluasi kinerja individu seperti upaya resmi per jam, insentif
individu, dan sejenisnya tidak konsisten dengan perkembangan kinerja tinggi yang
ditunjukkan tim. Jadi, selaku tambahan guna pengevaluasian dan mereward pekerja bagi
kontribusi individualnya di dalam tim, manajemen harus mempertimbangkan appraisal
berdasar kelompok, pembagian keuntungan, perolehan saham, insentif kelompok, dan
modifikasi sistem lainnya yang akan menguatkan upaya dan komitmen tim.

4. Proses
Kategori terakhir berhubungan dengan efektivitas tim adalah variabel proses. Variabel-variabel
proses terdiri atas komitmen setiap anggota tim terhadap tujuan, pembentukan sasaran tim secara
khusus, efikasi tim, manajemen konflik yang terorganisasi baik, serta pengurangan social loafing.
a. Tujuan Bersama.
Tim yang efektif harus punya tujuan bersama sekaligus bermakna, berfungsi sebagai arahan,
momentum, dan komitmen di antara anggotanya.Tujuan ini dapat diibaratkan sebuah visi.Ia
lebih luas ketimbang sasaran tertentu saja.
b. Sasaran Spesifik.
Tim yang sukses adalah yang mampu menerjemahkan tujuan bersama mereka ke dalam
sasaran kinerja yang realistik, spesifik, dan bermakna.
c. Efikasi Tim.
Tim yang efektif punya kepercayaan diri. Mereka yakin mereka akan berhasil. Hanyak sukses
yang mampu melahirkan sukses.Tim yang telah sukses meningkat keyakinan mereka untuk
meraih sukses di masa datang. Kesuksesan akan memotivasi mereka lebih keras lagi untuk
mencapai kesuksesan yang lebih besar.
d. Tingkat Konflik.
Konflik dalam tim tidak selamanya buruk. Tim yang sama sekali tidak pernah terlibat konflik
akan mandek dan apatis. Jadi, konflik sebenarnya meningkatkan efektivitas tim, kendati tidak
semua konflik punya pengaruh positif. Konflik hubungan yang berdasarkan ketidaknyamanan
antar individu, ketegangan, dan permusuhan terhadap orang lain selalu bersifat disfungsi,
merugikan. Kendati begitu, pada tim yang menunjukkan kegiatan nonrutin, ketidaksetujuan
antar anggota seputar pekerjaan tidak terlampau punya daya rusak tinggi.
e. Social Loafing.
Individu dapat bersembunyi di dalam kelompok.Mereka dapat terlibat dalam social loafing
dalam upaya kelompok karena kontribusi individu tidak bisa diidentifikasi secara mudah. Tim
yang efektif menggarisbawahi kecenderungan ini dengan menahan mereka yang akuntabel
baik di tingkat individu ataupun tim.

10
DAFTAR PUSTAKA
Amirullah, dkk. 2000. Perilaku Organisasi. Bayumedia: Malang.
Gibson, Ivancevich, Donnelly. 1997. Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses Jilid 1 dan 2. Binarupa
Aksara: Jakarta.
Laurie J. Mullins, 2005: 520. Management and Organizational Behavior, 7th Edition.Essex: Pearson
Education Limited
Rakhmat J. 2007. Psikologi komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Robbins, S.P. 1996. Perilaku Organisasi. Jakarta: Prenhallindo. Edisi bahasa Indonesia. Jilid 1.
Seta Basri. 2011. Kelompok dan Tim dalam Organisasi. (Online),
http://setabasri01.blogspot.com/2011/01/kelompok-dan-tim-dalam-organisasi.html diakses tanggal
09 Mei 201
Sigit, Soehardi. 2003. Perilaku Organisasional. BPFE UST: Yogyakarta.
Stephen P. Robbins, 2003: 201. Essentials of Organization Behavior, 7th Edition (Upper Saddle River,
New Jersey: Prentice Hall.
sciences/education/2114192-pengertian-kerjatim/#ixzz29ZJA0u00
http://www.bussinestown.com/people/motivation-team.asp http://www.accel-
team.com/team_building/team_out_00.html
http://members.nbci.com/_XMCM/cooperate/teamman.htm
https://suryapuspita.wordpress.com/2012/04/28/manfaat-kelompok-dalam-
organisasi/#:~:text=Kelompok%20digunakan%20untuk%20menumbuhkan%20saling,organis
asi%20mengatai%20kekhawatiran%2C%20ketidakberhasilan%2C%20dan
https://slideplayer.info/slide/11855097/

10
KEL OMP OK 6
PENYUSUN

01 Sitti Ayu Selfiasari B1C121194 04 Ulmy Apriyani Zahra B1C121197

02 Tiara Anastasya B1C121195 05 Wa Ode Asriana B1C121199

03 Try Annisa Amalia B1C121196 06 Wa Ode Asyra Aulia M. B1C121200


PENGERTIAN
KELOMPOK

Kelompok merupakan unit sosial yang terdiri dari


himpunan individu yang memiliki kesamaan
kebutuhan, minat, aspirasi, dan memiliki hubungan,
interaksi serta ketergantungan antara satu dengan
yang lainnya yang diatur oleh norma-norma tertentu.
JENIS-JENIS KELOMPOK

Atas dasar Ukuran 6


1
Kelompok

2 Atas Dasar Struktur


Kelompok
3 Atas Dasar
Terpaan
Perubahan
4
Atas Dasar Fungsi

Atas Dasar Hubungan


5
diAntara Anggota
Atas Dasar Kelompok
Identifikasi diri

7 Atas
Dasar
Keanggota
an
Kelompok

8 Atas Dasar Pola


Interaksi

9 Atas
dasar
Ukur
an
CIRI-CIRI KELOMPOK

1. Motivasi dan Interaksi Struktur Kelompok


Pemuasan Kebutuhan 3.
2.

5. Persepsi dan 6. Tujuan Kelompok 7. Interdependensi


4. Norma Kognisi Kelompok
MANFAAT
KELOMPOK
1. alat
BAGI
perjuangan bagi
anggotanya 2. meningkatkan
ORGANISASI
inovasi dan 3. lebih baik
kreatifitas daripada
keputusan yang
mengangkut orang 4. dapat
banyak
memperoleh
keuntungan dari
pelaksanaan 5. mengendalikan
pengambilan dan mendisiplinkan
keputusan anggotanya dibanding
dengan mereka yang
tidakmasuk dalam
kelompok

6. membantu
menangkis pengaruh
negativedari
meningkatnya
organisasi yang
semakin besar.
MANFAAT
KELOMPOK
7. fenomena alamidi BAGI
dalam ORGANISASI
organisasi 8. mewujudkan
efisiensi dan
kreativitas kerja
melaluikerjasama.
9.memunculkan
atau
mengembamgkan
gagasan 10. menumbuhkan
saling belajar
melalui tukar
menukar
pengalaman,
pendapat, informasi,
persepsi, dan
keyakinan antar 11. meningkatkan
anggota kelompok
partisipasi dan
memperluas dari
pemilikan bersamapara
peserta terhadap
organisasi termasuk visi
misi
tujuan dan
SYARAT
PEMBENTUKKAN
KELOMPOK

1. Keanggotaan yang jelas, teridentifikasi melalui


nama atau identitas lainya.
2. Adanya kesadaran kelompok sebagai
anggota, (memiliki kesatuan persepsi).
3. Suatu perasaan mengenai adanya
kesamaan tujuan atau sasaran.
4. Saling ketergantungan dalam upaya
pemenuhan kebutuhan untuk mencapai
tujuan.
5. Saling interaksi, berkomunikasi untuk
bereaksi terhadap anggota lainnya.
6. Merupakan satu kesatuan organisasi yang
tunggal dalam mencapai tujuan kelompok
dengan terbentuk struktur kelompok.
ALASAN
MEMBENTUK
KELOMPOK

Untuk mencapai tujuan kelompok


Pemuasan Kebutuhan 01 03 dan menyelesaikantugas lebih dari
Hasrat
satu ataudua orang

Alasan Ekonomi Motif


Kedekatan dan Daya Tarik 02 04 ekonomis
Kedekatan
SUMBER KELOMPOK

• Kemampuan
Menetapkan parameter bagi apa yang
dapat dilakukan anggota danbagaimana
efektifnya mereka akandalam sebuah
kelompok.

• Ciri – Ciri Kepribadian Besarnya


pengaruh setiap satu ciri adalah kecil,
tetapi menggabungkan cirri – cirri
kepribadian, akibatnya bagi parapelaku
kelompok sangat berarti.
PENGERTIA
NTIM
KERJA
Tim kerja adalah kelompok yang
usaha-usaha individualnya
menghasilkan kinerja lebih tinggi
daripada jumlah masukan individual.
Hal ini memiliki pengertian bahwa
kinerja yang dicapai oleh sebuahtim
lebih baik daripada kinerja perindividu
disuatu organsasi.
PERBEDAAN
KELOMPOKDAN
TIM
Sasaran Akuntabilitas
• Kelompok : Berbagi informasi, • Kelompok : Individu tidak
saling membantu 03 saling melengkapi.
membuat keputusan kinerja 01 • Tim : Individual
masing-masing. dan saling melengkapi
• Tim : Kebutuhan
kerja kolektif, salingmembantu
demi usaha bersama.
Sinergi terkoordinasi. 02 04
• Kelompok : Netral
(kadang negatif)
• Tim : Positif
melaui usaha yang
Keahlian
• Kelompok : Acak dan
jarang
• Tim : Saling
mengganti
JENIS-JENIS TIM

Tim Problem- 03 Tim Cross-


01 Solving Functional

02 Tim Work Self- 04 Tim Virtual


Managed
HUBUNGAN KERJA DALAM
MENCIPTAKAN TIM YANG MEMILIKI
KINERJA TINGGI
Desain Komposisi Konteks Proses
Kerja

Variabel desain kerja Kategori ini terdiri atas Faktor kontekstual yang Variabel-variabel proses
meliputi variabel-variabel variabel-variabel yang muncul paling signifikan terdiri atas komitmen setiap
seperti kemerdekaan dan berhubungan dengan sehubungan dengan kinerja anggota tim terhadap
otonomi, kesempatan bagaimana tim harus diisi, tim adalah adanyasumber tujuan, pembentukan
menggunakan aneka melalui kemampuan, daya yang mencukupi, sasaran timsecara khusus,
keahlian dan bakat, personalitas, Pengalokasian kepemimpinan yang efektif, efikasi tim, manajemen
kemampuan menyelesaikan peran dan keragaman dan dan evaluasi kinerja dan konflik yang terorganisasi
pekerjaanatau menciptakan fleksibilitas anggota. sistem rewardyang baik, serta pengurangan
produk,dan mengerjakan mencerminkan kontribusi socialloafing.
tugas atau proyek yang tim.
punya dampak signifikan
atas orang lain.
Ada Pe rt an yaa n?

Anda mungkin juga menyukai