Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERILAKU KELOMPOK DAN ORGANISASI

Dosen Pengampu: Dr. Vivin Maharani Ekowati, M.SI

Disusun Oleh:

Kelompok 3

1. Muhammad Arjuna Firmansyah (220501110220)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, yang atas limpahan Rahmat,
Inayah, serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Perilaku kelompok dan Organisasi” dengan tepat waktu.

Sholawat serta salam akan tetap kami curahkan kepada junjungan kita, nabi besar
Muhammad SAW, sebab atas pimpinan beliau kita semua dapat kembali ke jalan yang terang
benderang yakni jalan yang diridhai oleh Allah SWT.

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada semua yang telah berkontribusi dalam
pengembangan dan penyelesaian makalah ini. Pertama, kami ucapkan terima kasih kepada
Ibu Dr. Vivin Maharani Ekowati, M.SI selaku dosen pengampu pada mata kuliah Teori dan
Perilaku Organisasi yang telah mempercayai kami untuk mengerjakan tugas makalah ini.
Selain itu, sebagai penulis kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh anggota
kelompok yang telah menyempatkan dan memberikan waktunya demi menyelesaikan
makalah.

Kami yakin, makalah yang kami susun telah mencakup banyak materi dengan
beberapa sumber yang terpercaya. Namun, selayaknya manusia biasa kami pun memiliki
banyak kesalahan. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik serta saran yang mendukung
dari pembaca supaya kami dapat meningkatkan makalah kami di kesempatan selanjutnya.

Malang, 2 Maret 2024

Kelompok 3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perilaku kelompok adalah cara individu bertindak dan berinteraksi dalam konteks
kelompok sosial. Ini melibatkan dinamika seperti komunikasi, koordinasi, pembagian
tugas, serta dinamika kekuasaan dan pengaruh antar anggota kelompok. Perilaku
kelompok dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti norma sosial, peran sosial, serta
hubungan interpersonal antar individu dalam kelompok tersebut. Kelompok merupakan
bagian dari kehidupan manusia. Setiap manusia dalam berbagai kegiatan apapun manusia
akan terlibat dalam aktivitas kelompok.
Demikian pula kelompok merupakan bagian dari kehidupan organisasi. Dalam
organisasi akan banyak ditemui kelompok-kelompok seperti ini. Hampir pada umumnya
manusia yang menjadi anggota dari suatu organisasi besar atau kecil adalah sangat kuat
kecenderungannya untuk mencari keakraban dalam kelompok-kelompok tertentu. Di
mulai dari adanya kesamaan tugas pekerjaan yang dilakukan, kedekatan tempat kerja,
seringnya berjumpa dan berapa kali adanya kesamaan kesenangan bersama, maka
timbullah kedekatan satu sama lain, dan mulailah mereka berkelompok.
Perilaku organisasi merupakan bidang studi yang memperhatikan dampak individu,
kelompok, dan struktur terhadap perilaku di dalam suatu organisasi, dengan tujuan
meningkatkan efektivitasnya. Bidang ini merupakan area keterampilan yang memiliki
batasan yang jelas dalam ranah keilmuan. Selain itu, perilaku organisasi menggunakan
pengetahuan tentang individu, kelompok, dan pengaruh struktur terhadap perilaku untuk
meningkatkan kinerja organisasi.
Pentingnya pemahaman terhadap perilaku organisasi semakin meningkat, terutama
dengan adanya perubahan dramatis dalam lingkungan organisasi saat ini. Faktor-faktor
seperti penuaan anggota kerja, peningkatan diversitas gender dan etnis, perubahan dalam
struktur perusahaan, serta persaingan global yang mendorong fleksibilitas, semuanya
mempengaruhi dinamika organisasi.
Manajer yang memiliki keterampilan interpersonal yang baik dapat membantu
organisasi menarik dan mempertahankan pekerja yang berkinerja tinggi. Keterampilan
interpersonal yang baik memungkinkan manajer untuk menciptakan lingkungan kerja
yang menyenangkan, dan penelitian menunjukkan bahwa komunikasi yang baik antara
manajer dan bawahannya dapat meningkatkan kepuasan kerja serta penerimaan ide-ide
baru.
Manajer tidak dapat berhasil hanya dengan mengandalkan kemampuan teknis saja,
mereka juga perlu memahami fungsi, peran, dan keterampilan manajemen. Oleh karena
itu, setiap manajer dihadapkan pada tantangan untuk memahami dan menerapkan konsep
perilaku organisasi dalam mengelola organisasi dengan efektif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu perilaku kelompok dan organisasi?
2. Apa definisi perilaku kelompok?
3. Apa definisi organisasi?
4. Apa masalah dalam perilaku kelompok dan organisasi?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui definisi dari perilaku kelompok dan organisasi
2. Untuk menjelaskan definisi dari perilaku kelompok
3. Untuk menjelaskan definisi dari organisasi
4. Untuk mengetahui apa saja masalah yang masalah-masalah dari perilaku kelompok
dan organisasi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
a. Perilaku Kelompok
Kelompok merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia, yang
melibatkan individu dalam berbagai aktivitas sehari-hari. Setiap orang memiliki
pengalaman sebagai anggota kelompok di beragam konteks, seperti kelompok
sekolah, kerja, keluarga, sosial, keagamaan, formal, dan informal. Di dalam dunia
organisasi, kelompok-kelompok ini juga menjadi bagian yang signifikan.
Umumnya, individu yang tergabung dalam organisasi, baik besar maupun
kecil, cenderung untuk membentuk ikatan keakraban dalam kelompok-kelompok
tertentu. Hal ini bisa dipicu oleh kesamaan tugas, kedekatan tempat kerja, interaksi
yang sering, serta kesamaan minat dan kesenangan bersama. Dari sinilah terbentuklah
hubungan yang erat antara individu dalam suatu kelompok di dalam organisasi.
Sebelumnya, perilaku kelompok dalam konteks organisasi telah banyak diteliti oleh
para peneliti. Misalnya menurut Robbin, kelompok adalah dua atau lebih individu
yang saling berinteraksi dan saling bergantung, yang saling bergabung untuk
mencapai sasaran tertentu.
Berdasarkan berbagai teori mengenai perilaku kelompok dalam organisasi,
dapat disimpulkan bahwa perilaku kelompok tidak hanya dipengaruhi oleh tindakan
manajerial semata, tetapi juga oleh upaya individu-individu, termasuk manajer, dalam
membentuk kelompok-kelompok kerja untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaan
yang diberikan. Kelompok formal adalah hasil dari keputusan manajerial untuk
menciptakan kelompok kerja, sementara kelompok informal terbentuk secara alami
sebagai konsekuensi dari interaksi dan kepentingan yang sama di antara para anggota
organisasi.
b. Klasifikasi Kelompok
Sebelum menjelajahi lebih dalam mengenai perilaku kelompok dalam
organisasi, penting bagi kita untuk memahami secara menyeluruh apa yang dimaksud
dengan kelompok itu sendiri. Sebuah organisasi bisa terbentuk dengan partisipasi
minimal dari dua orang. Kelompok yang terdiri dari dua orang disebut dyad,
sedangkan yang terdiri dari tiga orang disebut tryad.
Dalam sebuah kelompok, tidak semua anggota harus memiliki atribut atau
karakteristik yang sama. Anggota kelompok yang memiliki kesamaan atribut disebut
sebagai cohort. Jadi, kelompok adalah kumpulan dua orang atau lebih yang
berinteraksi dan saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan tertentu.
Kelompok dapat diklasifikasikan ke dalam berbagai jenis, tergantung pada
konteks, tujuan, tugas, atau karakteristik tertentu:
1. Kelompok formal (formal group)
Kelompok yang sengaja dibentuk secara resmi oleh manajer melalui
struktur organisasi untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu dengan efisien
dan efektif.
2. Kelompok informal (informal group)
Kelompok yang tidak terbentuk secara resmi melalui struktur
organisasi, tetapi muncul secara alami karena kebutuhan akan interaksi sosial.
3. Kelompok komando (command group)
Bagian dari kelompok formal yang ditentukan oleh struktur organisasi
dan bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas-tugas rutin organisasi.
4. Kelompok tugas (task group)
Kelompok yang terbentuk untuk bekerja sama dalam menyelesaikan
tugas atau proyek tertentu. Kelompok tugas juga bisa merupakan bagian dari
kelompok komando.
5. Kelompok persahabatan
Jenis kelompok informal yang terbentuk karena adanya kesamaan
minat atau hubungan emosional di antara anggotanya.
a. Kelompok formal
Kelompok formal merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari setiap
organisasi. Kelompok formal, yang merupakan sub-unit resmi dalam
organisasi, dibentuk sesuai dengan peraturan dasar organisasi atau
keputusan resmi dari manajemen. Contoh kelompok formal termasuk
kelompok kerja, panitia, departemen kecil, dan tim proyek.
Tujuan, aturan, keanggotaan, serta pemilihan pemimpin dalam
kelompok formal biasanya ditentukan oleh organisasi melalui ketentuan-
ketentuan resmi atau perintah manajemen. Kelompok formal dibagi
menjadi dua jenis utama: kelompok komando dan kelompok tugas.
Contohnya adalah biro, fakultas, dan unit-unit lain di perguruan tinggi,
atau departemen dalam sebuah perusahaan.
Anggota kelompok tugas sering kali berasal dari berbagai unit dalam
organisasi, yang dipilih sesuai dengan kebutuhan akan keterampilan dan
pengetahuan tertentu untuk menyelesaikan tugas atau proyek yang
diberikan. Contoh kegiatan seperti panitia penerimaan mahasiswa baru,
panitia ujian semester, atau panitia wisuda di perguruan tinggi, serta satuan
tugas yang dibentuk oleh manajemen perusahaan untuk mengurangi biaya
operasional sebesar 10%, merupakan contoh dari kelompok tugas dalam
praktiknya.
b. Kelompok Informal
Kelompok informal juga merupakan bagian yang umum ditemukan
dalam setiap organisasi. Kelompok-kelompok ini muncul secara organik
dan berkembang di luar struktur formal yang telah ditetapkan, membentuk
subkultur yang memiliki pengaruh relatif besar atau dominan di dalam
organisasi. Dalam kelompok informal, dapat ditemui baik kelompok yang
terdiri dari manajer maupun kelompok yang terdiri dari karyawan non-
manajerial.
Kelompok informal dibagi menjadi dua jenis utama: kelompok
persahabatan dan kelompok kepentingan. Kelompok persahabatan
terbentuk karena adanya kesamaan dalam hal-hal seperti hobi, status
pernikahan, jenis kelamin, latar belakang, pandangan politik, dan
sebagainya.
Sementara itu, kelompok kepentingan adalah kelompok yang
berkumpul untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan kelompok ini tidak
selalu sejalan dengan tujuan organisasi, tetapi lebih berfokus pada
memenuhi kepentingan kelompok itu sendiri.
c. Sifat-sifat Kelompok
Menurut Gibson tidak ada definisi umum yang diterima mengenai keberadaan
kelompok. Oleh sebab itu, dari perpektif yang berbeda dikembangkan suatu definisi
yang komprehensif mengenai satu kelompok, yang penekanannya lebih pada sifat-
sifat kelompok yaitu sebagai berikut :
1. Kelompok dari sisi persepsi adalah bahwa kumpula individu dianggap
sebagai suatu kelompok, apabila terjadi interaksi satu dengan yang lain dalam
satu pertemuan, yang masing-masing anggota menerima persepsi dari anggota
lain yang berbeda.

2. Kelompok dari sisi organisasi adalah karasteristik kelompok penting seperti


peran dan norma.
3. Kelompok dari sisi motivasi adalah kelompok yang gagal dari membantu
anggotanya dalam memuaskan kebutuhan mereka aka mengganggu
semangat mereka.
4. Kelompok dari sisi interaksi adalah interaksi dalam bentuk interpedensi
adalah mengelompokan, pandangan ini menitik beratkan pada interaksi
interpersonal.
Keempat pandangan di atas penting, karena merupakan ciri utama dari suatu
kelompok. Apabila satu kelompok berada dalam satu organisasi, makan
anggotanya akan termotivasi bergabung merasakan bahwa kelompok merupakan
suatu kesatuan unit orang yang berinteraksi, berkontribusi dalam berbagai jumlah
proses kelompok, dan mencapai kesepakatan atau tidak melalui berbagai interaksi.

A. Perilaku Organisasi
Perilaku organisasi yaitu terjemahan organizational behavior, yaitu suatu studi
yang berkaitan dengan aspek-aspek tingkah laku manusia yang ada di dalam suatu
organisasi ataupun di dalam suatu kelompok tertentu. Ia meliputi aspek yang
timbul dari suatu pengaruh organisasi kepada manusia, demikian juga aspek yang
timbul dari pengaruh manusia terhadap organisasi.
Tujuan lebih mudahnya dari penelaahan studi ini adalah untuk menentukan
bagaimanakan pengaruh perilaku manusia itu mempengaruhi dalam usaha untuk
mencapai tujuan-tujuan dari organisasi. (Thoha , 2007 : 5), (Sokarno, 2002:1)
mengatakan bahwa perilaku organisasi adalah “crucial” untuk bisa memahami,
menjelaskan, memperhitungkan serta mempengaruhi atau merubah perilaku
manusia yang ada di dalam organisasi tempat mereka berada.
Dari pengertian ini ada 3 unsur yaitu;
1) perilaku organisasi mencermati tingkah laku yang nampak jelas (kasat mata),
seperti halnya diskusi dengan teman satu lingkup Organisasi, mengoperasikan
computer, menyuusun laporan.
2) perilaku organisasi membahas tingkah laku manusia sebagai individu maupun
sebagai anggota suatu kelompok organisasi.
3) perilaku kelompok juga menganalisa perilaku kelompok dan organisasi itu
sendiri.
B. Definisi Organisasi
Organisasi sering didefinisikan sebagai sekelompok manusia (group of people)
yang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan bersama (common goals).
Meski definisi ini cukup populer karena mudah dipahami, banyak ahli
mengatakan bahwa definisi ini terlalu sederhana. Masih ada beberapa unsur
penting yang seharusnya menjadi bagian dari esensi dasar organisasi, tetapi belum
terungkap dalam definisi di atas.
Definisi yang lebih komprehensif misalnya diberikan oleh Stephen F. Robbins
yaitu Organisasi adalah unit sosial yang sengaja didirikan untuk jangka waktu
yang relatif lama, beranggotakan dua orang atau lebih yang bekerja bersama-sama
dan terkoordinasi, mempunyai pola kerja tertentu yang terstruktur, serta didirikan
untuk mencapai tujuan bersama atau satu set tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya. Dengan definisi di atas, David Cherrington (1989) juga memberikan
definisi organisasi yang kurang lebih sama sebagai berikut. Organisasi adalah
sistem sosial yang mempunyai pola kerja yang teratur dan yang didirikan oleh
manusia serta beranggotakan sekelompok manusia dalam rangka mencapai satu
set tujuan tertentu.
Kedua definisi di atas pada dasarnya mempunyai kesamaan, kecuali satu hal,
yakni dalam kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai organisasi. Definisi yang
diberikan Robbins masih terdapat istilah “tujuan bersama” sebagai tujuan
organisasi. Yang dimaksudkan dengan tujuan bersama adalah adanya anggapan
bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh masing-masing anggota organisasi tidak
berbeda dengan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi itu sendiri. Anggapan
ini didasarkan pada suatu asumsi bahwa tujuan didirikannya organisasi adalah
para anggotanya bisa mencapai tujuan yang dikehendaki. Oleh karena itu, selama
mereka masih mau bergabung dengan organisasi, itu berarti mereka mau saling
membantu mencapai tujuan masing-masing. Keinginan saling membantu
mencapai tujuan itulah yang oleh Stephen Robbins disebut sebagai tujuan
bersama.

C. Karakteristik Organisasi
Definisi di atas juga menegaskan bahwa secara umum organisasi mempunyai lima
karakteristik utama, yakni
(1) unit/entitas sosial
(2) beranggotakan minimal dua orang
(3) berpola kerja yang terstruktur
(4) mempunyai tujuan yang ingin dicapai.
(5) mempunyai identitas diri.
Penjelasan masing-masing karakteristik sebagai berikut:
1. Unit/Entitas Sosial
Organisasi adalah rekayasa sosial hasil karya manusia (man-made)
yang bersifat tidak kasat mata (intangible) dan abstrak sehingga organisasi
sering disebut sebagai artificial being. Karena sifatnya tersebut, organisasi
dengan demikian lebih merupakan realitas sosial ketimbang sebagai
realitas fisik. Meski bukan sebagai realitas fisik, bukan berarti bahwa
organisasi tidak membutuhkan fasilitas fisik. Fasilitas fisik, seperti
gedung, peralatan kantor, ataupun mesin-mesin, masih tetap dibutuhkan
(meski tidak harus dimiliki) karena dengan fasilitas fisik inilah sebuah
organisasi bisa melakukan kegiatannya. Di samping itu, dari fasilitas fisik
ini pula, orang luar mudah mengenali adanya entitas sosial.
Sebagai entitas sosial, organisasi umumnya didirikan untuk jangka
waktu yang relatif lama, bisa berumur puluhan tahun atau ratusan tahun
bahkan bisa mencapai waktu yang tidak terbatas. Keberadaan sebuah
organisasi tidak terkait dengan masih ada/tidaknya pendiri organisasi
tersebut. Sekalipun para pendiri sudah tidak lagi terlibat dengan organisasi
karena meninggal dunia atau karena alasan lain, hal itu tidak menyebabkan
organisasi tersebut dengan sendirinya bubar.
2. Beranggotakan minimal dua orang
Sebagai hasil karya cipta manusia, organisasi bisa didirikan oleh
seseorang yang mempunyai kemampuan, pengetahuan, dan sarana lainnya.
Kadang-kadang juga didirikan oleh dua orang atau lebih yang sepakat dan
mempunyai ide yang sama untuk mendirikan organisasi. Tanpa melihat
siapa yang mendirikan atau berapa pun banyaknya pendiri sebuah
organisasi, yang pasti manusia dianggap sebagai unsur utama dari
organisasi.
Tanpa keterlibatan manusia, sebuah entitas sosial tidak bisa dikatakan
sebagai organisasi. Bahkan, secara ekstrem bisa dikatakan bahwa tidak ada
satu pun organisasi yang tidak melibatkan manusia dalam kegiatannya.
Artinya, keterlibatan manusia dalam organisasi adalah sebuah keharusan.
Istilah populernya adalah organization is by people for people—organisasi
didirikan oleh manusia untuk kepentingan manusia.
Dengan kata lain, salah satu persyaratan agar sebuah entitas sosial
disebut organisasi adalah harus beranggotakan dua orang atau lebih agar
kedua orang tersebut bisa saling kerja sama, melakukan pembagian kerja,
dan terdapat spesialisasi dalam pekerjaan.
3. Berpola Kerja yang Terstruktur
Prasyarat bahwa organisasi harus beranggotakan minimal dua orang
menegaskan bahwa berkumpulnya dua orang atau lebih belum dikatakan
sebagai organisasi manakala berkumpulnya dua orang atau lebih tersebut
tidak terkoordinasi dan tidak mempunyai pola kerja yang terstruktur.
4. Mempunyai Tujuan
Organisasi didirikan bukan untuk siapa-siapa dan bukan tanpa tujuan.
Manusia adalah pihak yang paling berkepentingan terhadap didirikannya
sebuah organisasi. Organisasi didirikan karena manusia sebagai mahluk
sosial sukar untuk mencapai tujuan individualnya jika segala sesuatunya
harus dikerjakan sendiri.
Jika kalau dengan bekerja sendiri, tujuan individual tersebut bisa
dicapai, tetapi akan lebih efisien dan efektif jika cara pencapaiannya
dilakukan dengan bantuan orang lain melalui sebuah organisasi. Artinya,
didirikannya sebuah organisasi bertujuan agar sekelompok manusia yang
bekerja dalam satu ikatan kerja lebih mudah mencapai tujuannya
ketimbang mereka harus bekerja sendiri-sendiri.
5. Mempunyai Identitas Diri
Identitas diri sebuah organisasi secara formal misalnya bisa diketahui
melalui akta pendirian organisasi tersebut yang menjelaskan siapa yang
menjadi bagian dari organisasi dan siapa yang bukan, kegiatan apa yang
dilakukan, bagaimana organisasi tersebut diatur, atau siapa yang
mengaturnya.
Di samping itu, organisasi juga dapat diidentifikasikan melalui variabel
yang sifatnya informal dan sulit dipahami, tetapi keberadaannya tidak
diragukan. Variabel tersebut biasa disebut sebagai budaya. Bahkan
sekelompok orang yang bekerja sama tidak akan dikatakan sebagai
organisasi manakala kelompok tersebut tidak mempunyai budaya. Jadi,
budaya dalam hal ini dianggap sebagai variabel yang menjadi karakteristik
sebuah organisasi dan membedakan organisasi tersebut dengan organisasi
lainnya.
D. Aspek Formal dan Informal dalam Organisasi
Aspek formal organisasi adalah elemen/komponen organisasi yang
mudah diakses orang luar, bersifat rasional, dan sangat berkaitan dengan
struktur organisasi. Komponen organisasi ini biasa disebut sebagai overt
component dan terkadang juga disebut hard component (perangkat keras
organisasi). Yang termasuk dalam komponen formal misalnya visi dan misi,
tujuan dan sasaran, strategi, struktur, sistem, prosedur, kebijakan, deskripsi
kerja, rentang kendali, serta pengukuran tingkat efisiensi dan efektivitas
organisasi.
Aspek informal organisasi, covert component, atau soft component
(perangkat lunak organisasi) adalah komponen organisasi yang bersifat
tersembunyi (hidden), afektif, berorientasi sosial dan psikologikal, serta
berkaitan dengan aspek keperilakuan. Di antaranya adalah politik dan
kekuasaan, pola hubungan antarpersonal dan kelompok, sentiment dan norma
kelompok, pandangan personal terhadap kompetensi organisasi dan individu,
persepsi karyawan terhadap kepercayaan organisasional (organizational trust),
persepsi karyawan terhadap keterbukaan organisasi, orientasi nilai dan
persepsi karyawan, kepuasan karyawan, emotional intelligence, motivasi dan
harapan karyawan, serta masih banyak lagi aspek perilaku manusia yang bisa
dikategorikan sebagai covert component.
Berbeda dengan perusahaan, organisasi nirlaba (not-for-profit
organization), seperti tersirat dari namanya, ukuran keberhasilan organisasi
seperti ini bukan laba, melainkan ukuran-ukuran lain sesuai dengan tujuan
awal pendirian organisasi. Demikian juga orientasinya bukan kepada pemilik,
tetapi kepada para konstituen yang dilayaninya. Artinya, organisasi nirlaba
lebih berorientasi pada kesejahteraan para konstituen daripada kesejahteraan
para pendirinya.

Anda mungkin juga menyukai