Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

DASAR DARI PRILAKU KELOMPOK


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Prilaku organisasi
yang diampu oleh : Bapak Heru Baskoro, S.Sos, M.M

Disusun oleh:
1. Bintang Azmi Nabila (210301134)
2. M Bagus Ardiansyah (210301135)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
TAHUN AKADEMIK 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah singkat tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini
adalah “ Dasar dari Perilaku Kelompok”.
Pada kesempatan kali ini, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen mata kuliah
Perilaku Organisasi Bapak Heru Baskoro, S.Sos, M.M yang telah membimbing kami untuk
menyelesaikan makalah singkat ini.
Penulis juga menyadari bahwa dalam menulis makalah singkat ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan dapat membuat
makalah singkat ini menjadi lebih baik serta bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Demikian semoga makalah ini bisa diterima sebagai ide atau gagasan yang menambah
kekayaan intelektual dalam bidang Perilaku Organisasi. Semoga makalah kami ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan juga untuk penulis sendiri.

Gresik, 19 Maret 2023

Penulis
DATAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia. Setiap manusia dalam berbagai
kegiatan apa pun manusia akan terlibat dalam aktivitas kelompok. Demikian pula
kelompok merupakan bagian dari kehidupan organisasi. Dalam organisasi akan
banyak ditemui kelompok – kelompok seperti ini. Hampir pada umumnya manusia
yang menjadi anggota dari suatu organisasi besar atau kecil adalah sangat kuat
kecenderungannya untuk mencari keakraban dalam kelompok – kelompok tertentu.
Dimulai dari adanya kesamaan tugas pekerjaan yang dilakukan, kedekatan tempat
kerja, seringnya berjumpa dan berapa kali adanya kesamaan kesenangan bersama,
maka timbullah kedekatan satu sama lain, dan mulailah mereka berkelompok dalam
organisasi tertentu.
B. Rumusan Masalah
1. Mendefinisikan dan Mengklasifikasikan Kelompok
2. Tahap – Tahap dalam Pengembangan kelompok
3. Properti Kelompok
4. Pengambilan Keputusan Kelompok
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui definisi dan klasifikasi kelompok
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi dan Klasifikasi Kelompok
Kita bisa mendefinisikan sebuah kelompok sebagai dua individu atau lebih
yang berinteraksi dan saling bergantung yang datang bersama dengan mencapai
tujuan tertentu. Kelompok juga dapat bersifat formal atau informal yaitu:
a. Kelompok formal, adalah suatu kelompok kerja yang di tetapkan yang
didefinisikan oleh struktur organisasi. Dalam kelompok formal, diarahkan menuju
tujuan – tujuan organisasi.
b. Kelompok informal, merupakan suatu kelompok yang tidak ditetapkan
strukturnya secara formal atau tidak ditetapkan secara organisasional; misalnya
kelompok sebagai tanggapan atas kebutuhan untuk kontak sosial.
Mengapa orang – orang perlu membentuk kelompok? Sebagai contoh kita
memperhatikan perayaan kemenangan oleh tim olahraga pada perlombaan nasional.
Para pendukung yang telah mempertaruhkan citra diri mereka sendiri pada
penampilan orang lain. Para pendukung tim yang menang juga sangat bergembira,
bahkan dari para penggemar yang kalah mereka juga akan sangat kesal dan malu.
Karena itu kecenderungan untuk mengambil kebanggaan personal atau pelanggaran
atas prestasi sebuauh kelompok merupakan ranah teori sosial ( social identity theory )
Teori identitas sosial mengusulkan bahwa orang – orang memiliki reaksi
emosional pada kegagalan atau keberhasilan dari kelompok mereka karena
penghargaan diri terikat kedalam kinerja kelompok. Sebagai contoh ketika suatu
kelompok melakukan dengan baik, sikap Anda akan mencerminkan kegembiraan
kemenangan dan harga diri Anda sendiri akan meningkat. Ketika kelompok Anda
melakukan dengan buruk, Anda akan merasa kesal dari identitas Anda. Sementara itu,
identitas sosial adalah sudut pandang yang mempertimbangkan ketika dan kapan para
individu mempertimbangkan para anggota kelompoknya sendiri. Identitas sosial
membantu kita memahami siapa kita dan dimana kita cocok dengan orang lain, tetapi
identitas sosial dapat memiliki sisi negatif pula.
Kapan orang – orang akan mengembangkan identitas sosial ? beberapa
karakteristik yang membuat identitas sosial menjadi penting bagi seseorang:
 Kesamaan, orang – orang yang memiliki nilai atau karakteristik yang sama
sebagaimana para anggota lainnya dari organisasi mereka memiliki level identitas
kelompok yang lebih tinggi. Selain itu, kesamaan demografis dapat juga mengarah
pada identifikasi yang semakin kuat bagi para anggota yang direkrut, sementara
mereka yang berbeda secara demografis akan memiliki kesulitan untuk
mengidentifikasi kelompok sebagai suatu keseluruhan.
 Keunikan, orang – orang yang lebih cenderung memperhatikan identitas yang
memperlihatkan bagaimana mereka berbeda dari kelompok lainnya.
 Status, karena orang – orang menggunakan identitas untuk mendefinisikan diri
mereka sendiri dan meningkatkan penghargaan diri, sehingga masuk akal bahwa
mereka tertarik dalam mengaitkan diri mereka sendiri dengan kelompok yang
memiliki status tinggi.
 Penurunan yang tidak pasti, keanggotaan dalam sebuah kelompok juga membantu
beberapa orang memahami siapa mereka dan bagaimana mereka menyesuaikan
diri ke dalam dunia.

2. Tahap – Tahap Pengembangan Kelompok


Pada umumnya, semua kelompok melewati urutan yang dapat diprediksikan
dalam evolusi mereka. Meskipun tidak semua kelompok mengikuti model lima tahap,
tetapi model ini merupakan kerja yang berguna untuk memahami perkembangan
kelompok. Dalam bab ini digambarkan model lima tahap dan alternatif untuk
kelompok sementara dengan tenggat waktu. Model lima tahap pengembangan
kelompok ( five-stage group development ), mencirikan kelompok yang berjalan
melalui tahapan unik yang harus dilalui yaitu membentuk, mempeributkan, menyusun
norma, bekerja, dan membubarkan:
a. Tahap pertama, tahap membentuk ( forming stage ) digolongkan sebagai sejumlah
besar ketidakpastian mengenai tujuan, struktur, dan kepemimpinan kelompok.
Para anggota “menguji keadaan” untuk menentukan tipe perilaku apa yang dapat
diterima. Tahap ini juga akan selesai ketika para anggota mulai berpikir bahwa
dirinya sendiri sebagai bagian dari sebuah kelompok.
b. Tahap kedua, tahap mempeributkan ( stroming stage ) adalah salah saat konflik
interkelompok. Para anggota menerima keberadaan kelompok tetapi menentang
hambatan yang memaksakan ketika tahap ini selesai, akan terdapat suatu heirarki
kepemimpinan yang relatif jelas didalam kelompok.
c. Tahap ketiga, tahap menyusun norma ( norming stage ) ini selesai ketika strktur
kelompok mengeras dan kelompok telah berasimilasi serangkaian ekspetasi umum
mengenai apa yang mendefinisikan perilaku anggota yang benar. Pada tahap ini
hubungan yang dekat akan berkembang dan kelompok akan menunjukkan
kekompakan dan juga terdapat rasa identitas kelompok yang kuat dan
persahabatan.
d. Tahap keempat, tahap mengerjakan ( perfoming stage ) struktur pada poin ini
sepenuhnya fungsional dan diterima. Energi kelompok telah berpindah dari
mengenal dan memahami satu sama lain hingga mengerjakan tugas yang ada.
Bagi kelompok kerja yang permanen, mengerjakan adalah tahap terakhir dalam
pengembangan. Namun untuk komite – komite, tim, satuan tugas, dan kelompok
sama yang bersifat sementara yang memiliki tugas yang terbatas untuk
mengerjakan.
e. Tahap kelima, tahap membubarkan ( adjourning stage ) adalah untuk mengakhiri
kegiatan dan mempersiapkan diri untuk pembubaran. Beberapa anggota kelompok
optimis, bersenang – senang atas pencapaian kelompok. Ada juga anggota lainya
yang tertekan karena kehilangan persahabatan dan pertemanan yang didapat
selama kelangsungan kerja kelompok.
Kelompok yang bersifat sementara dengan tenggat waktu yang nampaknya
tidak mengikuti model lima tahap yang biasanya. Kajian – kajian mengindikasikan
bahwa mereka memiliki urutan tindakan ( atau kelambanan ) yaitu model
kesetimbangan-berselang ( punctuated- equilibrium model ) suatu rangkaian fase yang
mana kelompok bersifat sementara bergerak melaluinya yang melibatkan transisi
antara kelambanan dengan aktivitas. Dalam model kesetimbangan-berselang ada
beberapa pola yaitu; pertemuan pertama mereka menetapkan arah kelompok, fase
pertama aktivitas kelompok adalah salah satu dari inersia, suatu transisi terjadi tepat
ketika kelompok telah terpakai setengah dari waktu yang telah di tetapkan, transisi ini
memprakarsai perubahan besar, fase kedua dari inersia mengikuti transisi, dan
pertemuan terakhir kelompok dicirikan oleh aktivitas yang diakselerasikan.

3. Properti Kelompok
Kelompok kerja bukanlah tidak terorganisasi oleh massa, mereka memiliki properti
yang membentuk perilaku para anggota dan membantu menjelaskan serta
memprediksi perilaku individu di dalam kelompok sama halnya dengan kinerja
kelompok itu sendiri. Beberapa dari properti ini yaitu:
a. Peran
Peran ( role ) ialah suatu rangkaian pola perilaku yang diharapkan yang
dikaitkan dengan seseorang yang menduduki posisi tertentu dalam unit sosial.
Shakespeare berkata, “seluruh dunia ini adalah sebuah panggung, dan seluruh oria
dan wanita hanyalah parah pemainnya”. Dengan istilah ini, kita mengartikan
serangkaian pola perilaku yang diharapkan dikaitkan dengan seseorang yang
menduduki posisi tertentu dalam suatu unit sosial. Pemahaman kita terhadap
perilaku secara dramatis yang disederhanakan jika masing – masing dari kita
dapat memilih salah satu peran dan memainkannya secara teratur dan konsisten.
Malahan, kita diminta untuk memainkan sejumlah peran yang beragam , keduanya
menghidupkan dan mematikan pekerjaan Anda. Sebagaimana kita akan melihat
salah satu dari tugas dalam memahami perilaku yang memegang peranan
seseorang yang saat ini sedang bermain, adapun konsep peran adalah sebagai
berikut;
 Presepsi peran, ialah suatu sudut pandangan individu mengenai bagaimana dia
seharusnya bertindak dalam suatu situasi tertentu. Pandangan kita mengenai
bagaimana kita seharusnya bertindak dalam suatu situasi tertentu adalah
presepsi peran.
 Ekspetasi peran, yaitu bagaimana yang lainnya meyakini seseorang akan
bertindak dalam suatu situasi tertentu. Di tempat kerja, kita melihat ekspetasi
peran melalui prespektif kontrak psikologis atau sebuah pernyataan yang tidak
tertulis yang mengemukakan apa yang manajemen harapkan dari karyawan
dan sebaliknya. Perjanjian ini mengemukakan ekspetasi timbal balik “ apa
yang manajemen harapkan dari para karyawan dan seblaiknya”.
 Konflik peran, suatu situasi yang mana individu dihadapkan oleh ekspetasi
peran yang berbeda – beda. Ketika kepatuhan dengan salah satu persyaratan
peran mempersulit untuk menyesuaikan dengan yang lainnya akan
menghasilkan konflik peran dengan keadaan ekstrem yaitu dua atau lebih
ekspetasi peran saling bertentangan.
 Eksperimen penjara zimbardo, salah satu dari peran yang paling memperjelas
dan eksperimen identitas dilakukan pada beberapa tahun lalu oleh ahli
psikologi stanford university philip zimbardo dan rekan – rekannya. Mereka
menciptakan sebuah penjara dalam ruang bawah tanah gedung psikologi
standford univeristy, menyewa dua puluhan orang dengan biaya 15 dolar
sehari yang secara emosional stabil, secara fisik sehat, para mahasiswa yang
patuh hukum dengan skor rata – rata normal pada uji kepribadian yang
ekstensif, secara acak mereka ditugaskan berperan sebagai penjaga atay
tahanan penjara dan menetapkan beberapa aturan dasar.
b. Norma
Semua kelompok menciptakan norma yaitu standar perilaku yang diterima dan
berlaku pada para anggota kelompok yang mencerminkan apa yang harus dan
tidak harus dilakukan berdasarkan suatu keadaan tertentu. Ketika disetujui dan
diterima oleh kelompok, maka norma akan mempengaruhi perilaku para anggota
dengan pengendalian eksternal yang minimum. Norma sebenarnya dapat mecakup
beberapa aspek dari perilaku kelompok. Mungkin yang paling umum adalah
norma kinerja, yaitu memberikan petunjuk secara eksplisit mengenai bagaimana
kerasnya para anggota harus bekerja, apa level output yang harus dihasilkan,
bagaimana menyelesaikan pekerjaan, apa level kemalasan yang tepat, dan
sebagainya. Norma – norma lainnya meliputi norma penampilan ( kode baju,
aturan – aturan tak tertulis mengenai kapan terlihat sibuk), norma pengaturan
sosial ( dengan siapa makan siang, apakah membentuk persahabatan atau tidak
saat dan setelah pekerjaan ), dan norma alokasi sumber daya ( penugasan
pekerjaan – pekerjaan yang sulit dan distribusi sumber daya, misalnya gaji atau
perlengkapan ).
c. Status
Status ialah suatu posisi yang didefinisikan secara sosial atau peringkat yang
diberikan kepada kelompok atau para anggota kelompok oleh orang lain. Status
merupakan pemotivasi yang signifikan dan memiliki konsekuensi perilaku yang
besar ketika para individu memandang kesenjangan antara apa yang mereka
yakini atas status mereka dan apa yang orang lain menganggapnya menjadi apa.
Menurut teori karakteristik statys, status cenderung berasal dari salah satu antara
ketiga sumber berikut:
1. Kekuasaan seseorang yang dimiliki atas orang lain, oleh karena mereka
cenderung ntuk mengendalikan sumber daya kelompok, maka orang – orang
yang mengendalikan hasil cenderung sebagai penyandang status yang tinggi.
2. Kemampuan seseorang untuk memberikan kontribusi bagi tujuan kelompok,
orang – orang yang memiliki kontribusi yang sangat penting bagi kesuksesan
kelompok cenderung memiliki status yang sangat tinggi.
3. Karakteristik pribadi individu, seseorang yang memiliki karakteristik pribadi
akan dinilai secara positif oleh kelompok ( penampilan yang bagus, cerdas,
uang, atau kepribadian yang ramah ), biasanya memiliki status yang lebih
tinggi dari pada seseorang dengan atribut nilai yang lebih sedikit.
d. Besaran
Besaran suatu kelompok memengaruhi keseluruhan pribadi kelompok, tetapi
pengaruhnya bergantung pada apa variabel dependen yang kita amati. Kelompok
dengan puluhan atau lebih para anggota baik untuk memperoleh input yang
beragam. Jika tujuannya adalah untuk menemukan kenyataan, maka semakin
besar kelompok harusnya semakin efektif. Salah satu temuan yang paling penting
mengenai besaran kelompok dengan memperhatikan kemalasan sosial,
kecenderungan bagi para individu untuk mengeluarkan sedikit upaya ketika
bekerja secara kolektif dari pada individu untuk mengeluarkan sedikit upaya
ketika bekerja secara kolektif dari pada secara sendiri. Yang menjadi penyebab
kemalasan sosial mungkin suatu keyakinan bahwa orang lain didalam kelompok
tidak melaksanakan pembagian mereka secara adil. Jika Anda melihat orang lain
yang malas atau tidak kompeten, Anda akan menetapkan ulang keadilan dengan
mengurangi upaya Anda.
e. Kekompakan
Setiap kelompok memiliki kekompakan yaitu keadaan yang mana para anggota
tertarik satu sama lain dan termotivasi untuk tetap bertahan di dalam kelompok.
4. Pengambilan Keputusan Kelompok

Anda mungkin juga menyukai