Dikerjakan Oleh :
Nama : Chandra Wirawan
NPM : 2006505341
Peminatan : Mutu Layanan Kesehatan
Mata Kuliah : Pengembangan dan Prilaku Organisasi (PPO)
Dosen : DR. Dra. Rita Damayanti, MSPH
Sebagai makhluk sosial menusia tidak bisa dipisahkan dari kelompok. Kelompok merupakan
bagian dari kehidupan manusia. Tiap hari manusia akan terlibat dalam aktivitas kelompok.
Demikian pula kelompok merupakan bagian dari kehidupan organisasi.
Identitas Sosial
Seseorang sering merasa kuat tentang kelompok mereka karena pengalaman mereka bersama
dalam suatu kelompok memperkuat persepsi kita tentang peristiwa. Suatu tim olahraga
memenangkan kejuaraan nasional. Pendukung pemenang sangat gembira, dan penjualan kaos,
jaket, dan topi yang berhubungan dengan tim meroket. Fans tim yang kalah merasa sedih,
bahkan malu. Mengapa? Meskipun penggemar tidak ada hubungannya dengan kinerja suatu
tim olahraga, citra diri mereka dapat direfleksikan dalam identifikasi mereka pada grup.
Kecenderungan kita untuk berkontribusi secara pribadi dalam pencapaian suatu kelompok
adalah bagian dari teori identitas sosial.
Teori identitas sosial menjelaskan bahwa orang-orang memiliki reaksi emosional terhadap
kegagalan atau keberhasilan kelompok mereka karena harga diri mereka terikat pada apa yang
pernah terjadi pada kelompok. Ketika kelompok Anda mencapai suatu hal yang baik, Anda
merasa senang dan harga diri Anda menjadi naik. Ketika kelompok Anda
berkinerja buruk, Anda mungkin merasa buruk tentang diri Anda sendiri. Lebih jauh lagi, jika
kelompok Anda diremehkan dan tidak dihargai, identitas sosial Anda mungkin merasa
terancam, dan Anda mungkin mendukung perilaku menyimpang untuk membalas dan
memulihkan posisi kelompok Anda seperti semula. Identitas sosial membantu kita memahami
siapa diri kita dan di mana kita cocok dengan orang lain, dan penelitian menunjukkan bahwa
identitas sosial membawa kita pada kesehatan yang lebih baik dan tingkat depresi yang lebih
rendah.
Model the Punctuated-equilibrium yaitu satu set fase yang dilalui kelompok sementara yang
melibatkan transisi antara inersia dan aktivitas. Mari kita bahas setiap tahap model.
- Pada pertemuan pertama, tujuan dan arah umum kelompok ditetapkan, dan kemudian
kerangka pola perilaku dan asumsi kelompok akan muncul dalam beberapa detik pertama
keberadaan kelompok.
- Setelah ditetapkan, arah grup difokuskan dan tidak mungkin untuk diperiksa ulang. Ini
adalah periode inersia (kelompok cenderung diam atau terkunci dalam tindakan yang
tetap bahkan jika ia memperoleh wawasan baru yang menantang pola dan asumsi awal)
- Salah satu hal menarik dalam studi adalah bahwa kelompok mengalami transisi tepat di
tengah-tengah antara pertemuan pertama dan tenggat waktu—apakah anggota
menghabiskan satu jam untuk proyek mereka atau 6 bulan. Titik tengah tampaknya bekerja
seperti jam alarm, meningkatkan kesadaran anggota bahwa waktu mereka terbatas dan
mereka harus bergerak. Transisi ini mengakhiri fase 1 dan ditandai dengan ledakan
perubahan yang terkonsentrasi, penurunan pola lama, dan adopsi perspektif baru. Transisi
menetapkan arah yang direvisi untuk fase 2, keseimbangan baru atau periode inersia di
mana kelompok menjalankan rencana yang dibuat selama periode transisi.
- Pertemuan terakhir kelompok ditandai dengan ledakan aktivitas terakhir untuk
menyelesaikan pekerjaannya.
Perlu diingat bahwa model ini tidak berlaku untuk semua kelompok tetapi cocok untuk kualitas
terbatas kelompok tugas sementara yang bekerja di bawah tenggat waktu.
9.3 Properti Kelompok 1 : Peran
Kelompok kerja membentuk perilaku anggota dan mereka juga membantu menjelaskan
individu perilaku serta kinerja kelompok itu sendiri. Beberapa hal yang membentuk perilaku
diantaranya adalah peran, norma, status, ukuran, kekompakan, dan keragaman. Mari kita mulai
dengan properti grup pertama, peran.
Semua anggota kelompok adalah aktor, masing-masing bermain peran, seperangkat pola
perilaku yang diharapkan dikaitkan dengan seseorang yang menduduki posisi tertentu dalam
unit sosial. Kita dituntut untuk memainkan sejumlah peran yang beragam, baik di dalam
maupun di luar pekerjaan kita. Seperti yang akan kita lihat, salah satu tugas dalam memahami
perilaku adalah memahami peran yang dimainkan seseorang saat ini., kita semua memainkan
sejumlah peran, dan perilaku kita berbeda untuk masing-masing peran. Tapi bagaimana
kita tahu persyaratan masing-masing peran? Kami memanfaatkan persepsi peran kami untuk
membingkai gagasan kami tentang perilaku yang sesuai, dan mempelajari harapan kelompok
kami.
Persepsi Peran
Yaitu pandangan kita mengenai bagaimana seseorang seharusnya bertindak dalam suatu
situasi tertentu. Kita mendapatkan persepsi peran dari rangsangan di sekitar kita misalnya,
teman, buku, film, dan televisi.
Ekspektasi Peran
Yaitu cara orang lain meyakini seseorang bertindak dalam suatu konteks tertentu. Contohnya
seorang hakim federal AS dipandang memiliki kesopanan dan martabat, sementara seorang
pelatih sepak bola dipandang sebagai agresif, dinamis, dan menginspirasi para pemain.
Di tempat kerja, kita melihat harapan peran melalui perspektif kontrak psikologis yaitu
perjanjian tidak tertulis yang ada antara karyawan dan majikan. Perjanjian ini menetapkan
harapan bersama. Manajemen diharapkan untuk memperlakukan karyawan dengan adil,
menyediakan kondisi kerja yang dapat diterima, mengomunikasikan dengan jelas apa
pekerjaan sehari-hari yang adil, dan memberikan umpan balik tentang seberapa baik kinerja
karyawan. Karyawan diharapkan menunjukkan sikap yang baik, mengikuti arahan, dan
menunjukkan loyalitas kepada organisasi.
Konflik Peran
Yaitu suatu situasi yang mana individu dihadapkan oleh ekspektasi peran yang berbeda-beda.
Di dalam organisasi, sebagian besar karyawan secara bersamaan berada dalam pekerjaan,
kelompok kerja, divisi, dan kelompok demografis, dan identitas ini dapat berbenturan ketika
harapan satu orang berbenturan dengan harapan orang lain. Contohnya selama proses merger
dan akuisisi, para karyawan dapat terbagi antara identitas mereka sebagai para anggota dari
organisasi awal dengan induk perusahaan yang baru.
Tujuan : Solomon Asch melakukan percobaan ini adalah untuk menyelidiki sejauh mana
tekanan sosial dari kelompok mayoritas dapat mempengaruhi seseorang untuk menyesuaikan
diri.
Para peneliti selanjutnya mengisolasi sekelompok kecil wanita yang merakit telepon sehingga
perilaku mereka dapat diamati dengan lebih cermat. Selama beberapa tahun berikutnya,
produksi kelompok kecil ini terus meningkat, dan jumlah absen pribadi dan sakit kira-kira
sepertiga dari jumlah di departemen produksi reguler. Terbukti, kinerja grup ini sangat
dipengaruhi oleh status "khusus". Para anggota mengira mereka berada dalam kelompok elit,
dan bahwa manajemen menunjukkan kepedulian tentang minat mereka dengan terlibat dalam
eksperimen. Intinya, para pekerja baik dalam eksperimen iluminasi maupun perakitan benar-
benar bereaksi terhadap peningkatan perhatian yang mereka terima.
Norma kelompok yang positif mungkin saja menghasilkan hasil yang positif, tetapi hanya jika
faktor-faktor lain juga ada. Misalnya, dalam sebuah penelitian baru-baru ini, tingkat
ekstraversi kelompok yang tinggi memprediksikan perilaku menolong lebih kuat ketika ada
norma-norma kerjasama yang positif. Namun, sekuat norma, tidak semua orang sama-sama
rentan terhadap norma-norma kelompok yang positif. Faktor kepribadian individu, serta
tingkat identitas sosial seseorang dengan kelompoknya.
Norma Negatif dan Hasil Kelompok
Perilaku menyimpang di tempat kerja (juga disebut perilaku antisosial atau ketidaksopanan di
tempat kerja) adalah perilaku sukarela yang melanggar norma-norma organisasi yang
signifikan sehingga mengancam kesejahteraan organisasi atau anggotanya. Contohnya
karyawan yang membolos kerja pada saat jam kantor dapat memicu karyawan lain untuk
meninggalkan kantor pada saat jam kerja kantor masih berlangsung.
Apa akibat dari penyimpangan tempat kerja bagi kelompok? Beberapa penelitian
menunjukkan reaksi berantai terjadi pada kelompok dengan tingkat perilaku disfungsional
yang tinggi. Prosesnya dimulai dengan perilaku negatif seperti melalaikan, meremehkan rekan
kerja, atau secara umum tidak kooperatif. Sebagai hasil dari perilaku ini, kelompok secara
kolektif mulai memiliki suasana hati yang negatif. Suasana hati yang negatif ini kemudian
menghasilkan koordinasi usaha yang buruk dan tingkat kinerja kelompok yang lebih rendah.
Ketidaksetaraan Status
Ketidaksetaraan status akan menciptakan ketidakseimbangan yang mana akan menginspirasi
bermacam-macam tipe perilaku yang korektif pada anggota. Perbedaan status yang besar di dalam
kelompok juga mengakibatkan kinerja individu yang lebih buruk, kesehatan yang lebih rendah,
dan keinginan yang kuat untuk meninggalkan kelompok.
Status dan Stigmatisasi
Status seseorang dengan siapa ia berafiliasi dapat mempengaruhi pandangan orang lain
terhadap dirinya. Jika orang tersebut berafiliasi dengan individu yang di stigmatisasikan
negatif maka dapat merusak reputasi dari orang tersebut, pun sebaliknya jika ia berafiliasi
dengan seseorang yang memiliki status tinggi, maka reputasinya pun baik.
Status Kelompok
Secara budaya, terkadang ingroup mewakili kekuatan dominan dalam masyarakat dan diberi
status tinggi, yang dapat menciptakan diskriminasi terhadap outgroup.
Yang menyebabkan kemalasan sosial (social loafing) karena orang lain di dalam kelompok
tidak melaksanakan tugas mereka secara adil. Penjelasan lainnya mengenai kemalasan sosial
adalah tidak adanya pembagian tanggung jawab secara merata. Penelitian menunjukkan bahwa
semakin kuat etos kerja seseorang, semakin kecil kemungkinan orang tersebut untuk terlibat
dalam kemalasan sosial. Ada beberapa cara untuk mencegah kemalasan sosial, yaitu :
1. Menetapkan tujuan kelompok, sehingga kelompok memiliki tujuan umum untuk
berusaha maju.
2. Meningkatkan kompetisi dalam kelompok, yang mana menitikberatkan pada hasil
yang ingin dicapai
3. Terlibat dalam evaluasi rekan, sehingga masing-masing orang akan saling
mengevaluasi kontribusi satu sama lain
4. Memilih para anggota yang memiliki motivasi yang tinggi dan lebih memilih untuk
bekerja dalam kelompok.
5. Jika memungkinkan, memberikan imbalan kelompok sebagai bagian atas kontribusi
dari masing-masing anggota
9.6 Properti Kelompok 5 : Kekompakan
Tiap kelompok memiliki kekompakan berbeda yaitu keadaan yang mana para anggota tertarik
satu sama lain dan termotivasi untuk tetap bertahan di dalam kelompok. Kekompakan dapat
memengaruhi produktivitas kelompok. Yang dapat dilakukan untuk membentuk kekompakan
kelompok yaitu :
(1) buatlah kelompok yang lebih kecil
(2) mendorong perjanjian dengan tujuan kelompok
(3) meningkatkan waktu yang dihabiskan oleh para anggota bersama-sama
(4) meningkatkan status kelompok dan anggapan kesulitan dalam memperoleh keanggotaan
(5) menstimulasi kompetisi dengan kelompok lainnya
(6) memberikan imbalan pada kelompok dan bukannya pada para individu
(7) mengisolasi kelompok secara fisik
Tim adalah suatu unit yang terdiri atas dua orang atau lebih yang berinteraksi dan
mengkoordinasi kerja mereka untuk tujuan tertentu. Definisi ini memiliki tiga komponen.
Pertama, dibutuhkan dua orang atau lebih. Kedua, orang – orang dalam sebuah tim memiliki
interaksi. Ketiga, orang – orang dalam sebuah tim memiliki tujuan kinerja yang sama. Kerja
tim ialah kerja berkelompok dengan keterampilan yang saling melengkapi untuk
mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Kerja tim dapat memberikan manfaat
antara lain pekerjaan menjadi lebih ringan karena dilakukan bersama, dapat menimbulkan
semangat kebersamaan, lebih efektif dan efisien dibandingkan dikerjakan sendiri-sendiri dan
kinerja organisasi lebih meningkat.Perbedaan antara kelompok kerja dan tim kerja dapat
terlihat pada gambar berikut :
Komposisi Tim
Komposisi tim yang efektif terdiri dari :
1. Kemampuan Anggota
Untuk bekerja dengan efektif, suatu tim menuntut tiga tipe keterampilan yang berbeda.
Pertama, tim perlu orang-orang dengan keahlian teknis. Kedua, perlu orang dengan
keterampilan pemecah masalah dan pengambilan keputusan agar mampu mengidentifikasi
masalah, membangkitkan alternatif, mengevaluasi alternatif, dan membuat pilihan yang
kompeten. Ketiga, tim memerlukan orang dengan keterampilan mendengarkan dengan
baik, umpan balik, penyelesaian konflik, dan lainya
2. Kepribadian
Kepribadian mempengaruhi individu dalam berperilaku. Macam-macam karakter personal
dalam tim akan mempengaruhi kinerja tim secara keseluruhan.
3. Mengalokasikan Peran
Tim memiliki kebutuhan yang berbeda, dan orang-orang harus dipilih dalam sebuah tim
untuk mengisi semua peran dalam tim tersebut. Tim yang berhasil memiliki orang-orang
yang mengisi semua peran ini dan memilih orang-orang untuk memainkan berbagai peran
ini berdasarkan keterampilan dan pilihan-pilihan mereka.
4. Keragaman Anggota
Sebuah tim yang heterogen bekerja secara lebih efektif dibandingkan dengan tim yang
homogen, karena pada dasarnya keragaman memicu konflik, menstimulus kreativitas,
dan menghasilkan keputusan yang lebih baik.
5. Ukuran Tim
Tim kerja terbaik cenderung lebih kecil. Bila anggotanya lebih dari 10 sampai 12, menjadi
sulit bagi mereka untuk menyelesaikan banyak hal. Jadi dalam merancang tim yang efektif,
para manajer harus menjaga agar anggotanya berkisar antara 5 sampai 12 orang.
6. Kefleksibelan Anggota
Tim menciptakan kefleksibelan individual, memiliki anggota yang dapat menyelesaikan
tugas yang lainnya. Ini adalah hal positif bagi tim, karena merupakan perbaikan besar bagi
penyesuaian dan membuat kurang percaya bagi anggota tunggal.
7. Pilhan Anggota
Tidak semua anggota merupakan pemain tim. Kinerja tim yang tinggi seperti
menggabungkan orang yang senang bekerja sebagai bagian dalam tim.
Proses
Mengapa proses penting untuk efektivitas tim? Tim harus menciptakan output yang lebih besar
daripada jumlah input mereka. Tim sering digunakan di laboratorium penelitian karena tim
dapat memanfaatkan beragam keterampilan dari berbagai individu untuk menghasilkan
penelitian yang lebih bermakna daripada peneliti yang bekerja secara mandiri—yaitu, mereka
menghasilkan sinergi positif, dan keuntungan proses mereka melebihi kerugian proses mereka.
Hal lain yang berkaitan dengan keefektifan tim adalah variabel proses. Pada komponen ini hal-
hal yang terkait adalah :
1. Rencana dan tujuan bersama
Tim yang efektif mempunyai tujuan bersama dan sangat berarti dan memberikan
pengarahan, momentum dan komitmen untuk anggota sebagai suatu visi.
2. Tujuan Khusus
Tim yang sukses menerjemahkan tujuan bersama mereka menjadi tujuan kinerja yang
realistis, dapat diukur dan spesifik. Tujuan membimbing individu ke kinerja yang lebih
tinggi, juga memberi energi kepada tim. Tujuan-tujuan spesifik ini mempermudah
komunikasi yang jelas. Tujuan juga membantu memelihara fokus mereka pada perolehan
hasil.
3. Kemanjuran
Tim yang telah berhasil meningkatkan Selain itu, tim yang memiliki pengetahuan bersama
tentang kemampuan individu dapat memperkuat hubungan antara efikasi diri anggota tim
dan kreativitas individu mereka karena anggota dapat lebih efektif mengumpulkan opini
yang terinformasi dari rekan satu timnya.
4. Identitas Tim
Dengan mengenali keterampilan dan kemampuan khusus individu, serta menciptakan
iklim rasa hormat dan inklusi, pemimpin dan anggota dapat menumbuhkan identitas tim
yang positif dan peningkatan hasil tim.
5. Kohesi Tim
Istilah kohesi tim berarti anggota terikat secara emosional satu sama lain dan termotivasi
terhadap tim karena keterikatan mereka. Kohesi tim adalah alat yang berguna untuk
memprediksi hasil tim.
6. Model mental
Tim yang efektif berbagi model mental yang akurat —representasi mental yang
terorganisir dari elemen kunci dalam lingkungan tim yang dibagikan oleh anggota tim. Jika
misi dan tujuan tim berkaitan dengan apa yang dibutuhkan tim untuk menjadi efektif,
model mental berkaitan dengan bagaimana tim melakukan pekerjaannya.)Jika anggota tim
memiliki model mental yang salah, yang sangat mungkin terjadi dalam tim di bawah
tekanan akut, kinerja mereka menurun.
7. Tingkat Konflik
Konflik dalam tim tidak selalu merupakan hal yang buruk. Konflik tugas dalam tim wajar
terjadi, karena mendorong perbaikan dan pilihan secara kritis masalah, dan dapat diambil
suatu pilihan keputusan tim yang lebih baik. Oleh karena itu keefektifan tim
dikarakteristikkan dengan suatu konflik yang pantas.
8. Kemalasan Sosial
Individu-individu dapat bersembunyi dalam suatu kelompok. Mereka dapat menyibukkan
diri dalam “kemalasan sosial” dan meluncur bersama upaya kelompok karena sumbangan
individual mereka tidak dapat dikenali. Tim yang sukses membuat anggota-anggota secara
individual maupun bersama-sama bertanggung jawab untuk maksud, tujuan dan
pendekatan tim. Oleh karena itu, anggota harus jelas tentang apa yang menjadi sekutu dan
tanggung jawab mereka secara individu dalam tim.
Bagaimana Anda tahu apakah pekerjaan kelompok Anda akan lebih baik dilakukan dalam tim?
Anda dapat menerapkan tiga tes, yaitu :
- Pertama, dapatkah pekerjaan dilakukan lebih baik oleh lebih dari satu orang? Indikator
yang baik adalah kompleksitas pekerjaan dan perlunya perspektif yang berbeda. Tugas
sederhana yang tidak memerlukan masukan yang beragam mungkin lebih baik diserahkan
kepada individu.
- Kedua, apakah pekerjaan menciptakan tujuan bersama atau tujuan hanya untuk orang-
orang dalam kelompok yang lebih dari kumpulan tujuan individu? Banyak departemen
layanan dealer kendaraan baru telah memperkenalkan tim yang menghubungkan orang-
orang layanan pelanggan, mekanik, spesialis suku cadang, dan perwakilan penjualan. Tim
tersebut dapat mengelola tanggung jawab kolektif dengan lebih baik untuk memastikan
kebutuhan pelanggan terpenuhi dengan benar.
- Ketiga adalah untuk menentukan apakah anggota kelompok saling tergantung.
Menggunakan tim masuk akal ketika ada saling ketergantungan di antara tugas—
keberhasilan secara keseluruhan bergantung pada keberhasilan masing-masing dan
keberhasilan masing-masing bergantung pada keberhasilan yang lain.