Anda di halaman 1dari 10

PERILAKU KEORGANISASIAN

KELAS B.B
YGO YUPITER GULO
TUGAS INDIVIDU SUMMARY DAN CASE

NAMA : SYIFA SABILA HADISAWA


NIM : 202180135

JURUSAN MANAJEMEN
TRISAKTI SCHOOL OF MANAGEMENT
BEKASI
2021
SUMMARY
CHAPTER 9
FOUNDATION OF GROUP BEHAVIOR

9-1 Distinguish between the different types of groups.


Dalam perilaku organisasi, suatu kelompok adalah dua atau lebih individu, yang berinteraksi
dan saling bergantung, yang bersatu untuk mencapai tujuan tertentu. Grup dapat berupa formal
atau informal. Kelompok formal ditentukan oleh struktur organisasi, dengan penugasan kerja
yang ditetapkan dan tugas yang ditetapkan. Dalam kelompok formal, perilaku yang harus
dilakukan anggota tim ditentukan oleh dan diarahkan menuju tujuan organisasi. Kelompok
informal tidak terstruktur secara formal atau ditentukan secara organisasi. Kelompok informal
di lingkungan kerja memenuhi kebutuhan akan kontak sosial. Jenis interaksi antar individu ini,
meskipun informal, sangat memengaruhi perilaku dan kinerja mereka.
Dalam teori identitas sosial, orang memiliki reaksi emosional terhadap kegagalan atau
keberhasilan kelompok mereka karena harga diri mereka terkait dengan apa yang terjadi pada
kelompok tersebut. Identifikasi relasional dan identifikasi kolektif dapat mengembangkan
identitas kelompok dalam organisasi atau kelompok kerja. Keberpihakan pada kelompok terjadi
ketika kita melihat anggota kelompok kita sebagai lebih baik daripada orang lain di luar
kelompok. Orang dengan rendahnya tingkat keterbukaan atau kesetujuan cenderung lebih rentan
terhadap keberpihakan pada kelompok. Setiap kelompok memiliki kelompok luar dan orang
yang tidak termasuk dalam kelompok tersebut dianggap berbeda dengan kelompok tersebut.
9-2 Describe the punctuated-equilibrium model of group development.

Model keseimbangan terputus-putus (punctuated-equilibrium model) menggambarkan bahwa


kelompok-kelompok cenderung mengalami periode inertia yang panjang di antara perubahan
revolusioner yang singkat yang dipicu oleh kesadaran anggota akan waktu dan tenggat waktu.
Model ini cocok untuk kelompok-kelompok tugas sementara yang bekerja di bawah tenggat
waktu, tetapi tidak berlaku untuk semua kelompok. Fase pertama ditandai dengan pembentukan
tujuan dan arah umum kelompok serta pembentukan pola perilaku dan asumsi yang
mengarahkan kelompok dalam pendekatan terhadap proyeknya. Fase kedua dimulai setelah
terjadi perubahan revolusioner yang diakibatkan oleh kesadaran anggota akan waktu dan tenggat
waktu. Selama fase kedua, kelompok mengeksekusi rencana yang dibuat selama periode
perubahan. Fase kedua juga ditandai oleh periode inertia yang berakhir pada pertemuan terakhir
kelompok, di mana dilakukan pekerjaan terakhir untuk menyelesaikan proyek kelompok.
9-3 Show how role requirements change in different situations.
Role Perception Pandangan kita tentang bagaimana seharusnya kita bertindak dalam situasi
tertentu adalah persepsi. misalnya teman, buku, film, dan televisi, seperti saat kita membentuk
kesan politisi dari House of Cards.
Role Expectations adalah cara orang lain percaya Anda harus bertindak dalam konteks tertentu.
Manajemen diharapkan untuk memperlakukan karyawan dengan adil, memberikan kondisi kerja
yang dapat diterima, mengomunikasikan dengan jelas apa yang dimaksud dengan hari kerja
yang adil, dan memberikan umpan balik tentang seberapa baik kinerja karyawan. Karyawan
diharapkan menunjukkan sikap yang baik, mengikuti arahan, dan menunjukkan loyalitas kepada
organisasi.
Ketika kepatuhan terhadap satu persyaratan peran mungkin membuat sulit untuk mematuhi yang
lain, hasilnya adalah Role Conflict.
Role Play and Assimilation sebuah eksperimen mengenai role dan identity yang dilakukan oleh
Philip Zimbardo dan timnya di Stanford psychology building. Mereka membuat sebuah
"penjara" di basement gedung tersebut dan merekrut mahasiswa yang sehat secara emosional,
fisik, dan patuh pada hukum. Mahasiswa-mahasiswa tersebut kemudian secara acak diberi peran
sebagai "penjaga" atau "tahanan". Tahanan-tahanan kemudian menerima otoritas para penjaga
dan para penjaga pun mulai menyesuaikan diri dengan peran otoritas mereka.
Para penjaga dalam eksperimen tersebut mulai melihat para tahanan sebagai kelompok yang
berbeda dan berkembang stereotipe tentang tipe kepribadian yang "biasa" dari para tahanan.
Setelah para penjaga berhasil menumpas pemberontakan pada hari kedua, para tahanan mulai
pasif dan menerima segala perlakuan dari para penjaga. Bahkan para tahanan mulai
mempercayai dan bertindak seolah-olah mereka inferior dan tidak berdaya. Hal yang
mengejutkan dalam eksperimen ini adalah selama keseluruhan eksperimen, bahkan setelah
beberapa hari mengalami penindasan, tidak ada satu tahanan pun yang mengatakan "Berhenti,
saya juga seorang mahasiswa seperti kamu. Ini hanya sebuah eksperimen!" Eksperimen tersebut
harus dihentikan setelah 6 hari karena reaksi yang patologis dari para peserta.
9-4 Demonstrate how norms exert influence on an individual’s behavior.
Semua kelompok telah menetapkan norma-norma — standar perilaku yang dapat diterima bersama
oleh anggota yang mengungkapkan apa yang harus mereka lakukan dan tidak boleh dilakukan dalam
keadaan tertentu.

 Norms and Emotions


Emosi seseorang anggota keluarga dapat mempengaruhi emosi anggota keluarga lainnya.
Hal yang sama juga terjadi pada kelompok tugas di mana komunikasi yang sering dapat
meningkatkan kekuatan norma. Penelitian terbaru menemukan bahwa emosi individu
mempengaruhi emosi kelompok, dan sebaliknya. Norma-norma juga memengaruhi
pengalaman emosi individu dan kelompok, sehingga orang-orang tumbuh untuk
menginterpretasikan emosi bersama secara sama. Pengaruh norma pada kelompok dapat
memiliki pengaruh yang kuat pada sikap dan hasil kelompok.

 Norms and Conformity


Kita cenderung ingin diterima dan disetujui oleh kelompok tersebut sehingga kita
menjadi rentan untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku di dalam
kelompok tersebut. Ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa kelompok dapat
memberikan tekanan kuat pada anggota individu untuk mengubah sikap dan perilaku
mereka agar sesuai dengan standar kelompok. Contohnya, dalam penelitian oleh
Solomon Asch dan lainnya, para peserta diminta untuk membandingkan dua kartu yang
memiliki perbedaan panjang garis yang jelas. Meskipun sebelumnya peserta tahu
jawaban yang benar, tekanan dari kelompok membuat mereka mengumumkan jawaban
yang salah. Hal ini menunjukkan bahwa anggota kelompok dapat merasa terdorong
untuk menyesuaikan diri dengan pendapat mayoritas meskipun mereka sebenarnya tahu
bahwa itu tidak benar.

 Norms and Behavior


Studi Hawthorne yang dilakukan antara tahun 1924 dan 1932 di Hawthorne Works milik
Western Electric Company di Chicago menunjukkan bahwa norma-norma di tempat
kerja secara signifikan memengaruhi perilaku karyawan. Studi menemukan bahwa
dinamika kelompok, daripada lingkungan fisik, memiliki dampak yang lebih besar pada
produktivitas. Saat mereka menambah atau mengurangi tingkat cahaya untuk kelompok
pekerja eksperimen, produktivitas terus meningkat. Ini menunjukkan bahwa norma dapat
mencakup segala aspek perilaku kelompok dan memiliki pengaruh kuat pada sikap dan
hasil.

 Positive Norms and Group


Kehadiran norma kelompok yang positif dapat berdampak signifikan pada hasil
kelompok, seperti yang terlihat dalam kasus inisiatif tanggung jawab sosial perusahaan
(CSR) dan kelompok yang beragam gender dengan harapan yang jelas tentang interaksi
laki-laki dan perempuan. Namun, dampak norma pada kreativitas kelompok dan perilaku
membantu dapat dipengaruhi oleh faktor lain seperti ekstraversi dan norma kerja sama.
Secara keseluruhan, meskipun norma kelompok yang positif dapat memiliki pengaruh
yang kuat, norma tersebut hanyalah salah satu dari beberapa faktor yang dapat
memengaruhi perilaku dan hasil kelompok.

 Negative Norms and Group Outcomes


Perilaku kerja kontraproduktif (CWB) atau perilaku tempat kerja yang menyimpang melanggar
norma organisasi yang signifikan dan mengancam kesejahteraan organisasi atau anggotanya.
Contoh perilaku tempat kerja yang menyimpang termasuk ketidaksopanan di tempat kerja,
pelecehan, intimidasi, pencurian, dan kekerasan. Kelompok kerja dapat dicirikan oleh atribut
positif atau negatif, dan atribut kelompok negatif seperti agresi dan psikopati dapat
menyebabkan perilaku berbahaya.Ketidaksopanan di tempat kerja, seperti kekasaran dan
pengabaian terhadap orang lain, menjadi semakin umum dan berdampak negatif bagi para
korban.

 Norms and Culture


Norma-norma yang berlaku dalam budaya kolektivis dan individualistis berbeda, dan
bahwa orientasi seseorang terhadap norma tersebut dapat berubah setelah hidup dalam
masyarakat tertentu selama beberapa waktu. Dalam sebuah eksperimen, kelompok
subjek diberikan latihan peran organisasi yang menekankan norma kolektivis atau
individualistis, dan kemudian diberi tugas yang dipilih secara pribadi atau ditugaskan
oleh orang dalam atau luar kelompok. Hasilnya menunjukkan bahwa subjek yang di
primer dengan norma individualistis menjadi lebih termotivasi ketika mereka diberi
pilihan tugas pribadi, sementara subjek yang diprimer dengan norma kolektivis menjadi
lebih termotivasi ketika mereka ditugaskan tugas oleh orang dalam kelompok.
9-5 Show how status and size differences affect group performance.
Group Property 3: Status
Status — posisi atau peringkat yang ditentukan secara sosial yang diberikan kepada kelompok
atau anggota kelompok oleh orang lain . Bahkan kelompok terkecil pun menunjukkan perbedaan
status anggota dari waktu ke waktu. Status adalah motivator yang signifikan dan memiliki
konsekuensi perilaku yang besar ketika individu merasakan perbedaan antara apa yang mereka
yakini tentang status mereka dan apa yang orang lain rasakan. Apa yang Menentukan Status?
Menurut teori karakteristik status, status cenderung berasal dari salah satu dari tiga sumber:
1. Kekuasaan yang dimiliki seseorang atas orang lain. Karena mereka cenderung
mengendalikan sumber daya kelompok, orang yang mengendalikan hasil kelompok
cenderung dianggap berstatus tinggi.
2. Kemampuan seseorang untuk berkontribusi pada tujuan kelompok. Orang-orang yang
kontribusinya sangat penting bagi keberhasilan kelompok cenderung memiliki status yang
tinggi.
3. Karakteristik pribadi individu. Seseorang yang karakteristik pribadinya dihargai secara
positif oleh kelompok (ketampanan, kecerdasan, uang, atau kepribadian yang ramah)
biasanya memiliki status lebih tinggi daripada seseorang dengan atribut yang dihargai lebih
sedikit.

 Status and Norms Status memiliki beberapa efek menarik pada kekuatan norma dan
tekanan untuk menyesuaikan diri. Individu berstatus tinggi mungkin lebih cenderung
menyimpang dari norma ketika mereka memiliki identifikasi rendah (identitas sosial)
dengan kelompok.

 Status and Group Interaction Dalam sebuah kelompok, orang cenderung menjadi
lebih asertif ketika mereka memperjuangkan status yang lebih tinggi, sedangkan anggota
yang berstatus lebih rendah cenderung kurang aktif berpartisipasi. Namun, memiliki
terlalu banyak individu berstatus tinggi dalam suatu kelompok juga dapat merusak
kinerja. Oleh karena itu, menambahkan beberapa individu berstatus tinggi ke
sekelompok individu berstatus menengah mungkin menguntungkan.

 Status Inequity Penting bagi anggota kelompok untuk percaya bahwa hierarki status itu
adil. Ketimpangan yang dirasakan menciptakan ketidakseimbangan, yang menginspirasi
berbagai jenis perilaku korektif. Kelompok hierarkis dapat menyebabkan kebencian di
antara mereka
 Status and Stigmatization Status orang yang berafiliasi dengan Anda dapat
memengaruhi pandangan orang lain tentang Anda, dan efek "stigma oleh asosiasi" ini
dapat menghasilkan opini dan evaluasi negatif terhadap orang yang berafiliasi dengan
individu yang distigmatisasi, meskipun asosiasi tersebut singkat dan murni kebetulan. .
Banyak dasar perbedaan status budaya tidak memiliki manfaat, dan orang dapat dinilai
secara tidak adil berdasarkan hubungan mereka dengan individu atau kelompok yang
terstigmatisasi.

 Group Status Secara budaya, terkadang ingroup mewakili kekuatan dominan dalam
masyarakat dan diberi status tinggi, yang dapat menciptakan diskriminasi terhadap
outgroup mereka. Ketika kelompok berstatus tinggi kemudian merasakan diskriminasi
dari kelompok berstatus rendah, mereka dapat meningkatkan bias mereka terhadap
kelompok luar. Dengan setiap siklus, kelompok menjadi lebih terpolarisasi.
Group Property 4: Size and Dynamics
Ukuran kelompok dapat mempengaruhi perilaku kelompok secara keseluruhan, tetapi
pengaruhnya bergantung pada variabel dependen yang sedang diteliti. Kelompok yang lebih
besar bagus untuk mendapatkan masukan yang beragam dan menghasilkan ide, sementara
kelompok yang lebih kecil lebih baik dalam melakukan sesuatu yang produktif. Namun,
kemalasan sosial adalah kecenderungan individu untuk mengeluarkan lebih sedikit usaha saat
bekerja secara kolektif daripada saat sendirian, dan ini menantang asumsi bahwa produktivitas
kelompok secara keseluruhan setidaknya harus sama dengan jumlah produktivitas individu di
dalamnya, terlepas dari itu. dari ukuran kelompok.
9-6 Describe how issues of cohesiveness and diversity can be integrated for group
effectiveness.
Group Property 5: Cohesiveness
Keterpaduan kelompok, atau sejauh mana anggota tertarik satu sama lain dan termotivasi untuk
tinggal dalam kelompok, dapat mempengaruhi produktivitas kelompok. Hubungan antara
keterpaduan dan produktivitas bergantung pada norma-norma terkait kinerja kelompok. Jika
norma untuk kualitas, hasil, dan kerja sama dengan pihak luar tinggi, kelompok yang kohesif
akan lebih produktif daripada kelompok yang kurang kohesif. Namun, jika keterpaduan tinggi
dan norma kinerja rendah, produktivitas akan rendah. Faktor-faktor seperti ukuran kelompok
dan jenis tugas yang dilakukan juga dapat memengaruhi perilaku dan produktivitas kelompok.
Group Property 6: Diversity
Secara keseluruhan, studi mengidentifikasi biaya dan manfaat dari keragaman kelompok.
Keanekaragaman tampaknya meningkatkan konflik kelompok, terutama pada tahap awal
penguasaan kelompok; ini sering menurunkan semangat kelompok dan meningkatkan angka
putus sekolah. Satu studi membandingkan kelompok yang secara budaya beragam dan homogen
(terdiri dari orang-orang dari negara yang sama). Salah satu kemungkinan efek samping dalam
tim yang beragam—terutama yang beragam dalam hal karakteristik tingkat permukaan—adalah
kesalahan.
9-7 Contrast the strengths and weaknesses of group decision making.
Groups versus the Individual
Strengths of Group Decision Making
Kelompok memiliki potensi untuk menghasilkan informasi dan pengetahuan yang lebih lengkap
karena mampu mengumpulkan sumber daya dari beberapa individu, membawa masukan serta
sudut pandang yang lebih beragam, dan membuka peluang untuk mempertimbangkan lebih
banyak pendekatan dan alternatif. Selain itu, kelompok juga memiliki kecenderungan untuk
lebih menerima solusi yang dihasilkan karena anggota kelompok yang berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan cenderung mendukungnya dengan antusias dan mendorong orang lain
untuk menerimanya.
Weaknesses of Group Decision Making
Keuntungan pengambilan keputusan kelompok termasuk menghasilkan informasi dan
pengetahuan yang lebih lengkap, peningkatan keragaman pandangan, dan peningkatan
penerimaan solusi. Namun, kerugian dari pengambilan keputusan kelompok meliputi proses
yang memakan waktu, tekanan kesesuaian, dominasi oleh beberapa anggota, dan tanggung
jawab yang ambigu.
Effectiveness and Efficiency
Apakah kelompok lebih efektif daripada individu bergantung pada bagaimana Anda
mendefinisikan keefektifan. Keputusan kelompok umumnya lebih akurat daripada keputusan
rata-rata individu dalam suatu kelompok, tetapi kurang akurat dibandingkan penilaian orang
yang paling akurat. Dalam hal kecepatan, individu lebih unggul. Jika kreativitas itu penting,
kelompok cenderung lebih efektif. Dan jika efektivitas berarti tingkat penerimaan solusi yang
dapat dicapai, anggukan kembali ke grup.
Groupthink Berkaitan dengan norma-norma dan menggambarkan situasi di mana tekanan
kelompok untuk konformitas menghalangi kelompok untuk secara kritis menilai pandangan
yang tidak biasa, minoritas, atau tidak populer. Groupthink menyerang banyak kelompok dan
secara dramatis dapat menghambat kinerja mereka. Groupshift menggambarkan cara anggota
kelompok cenderung melebih-lebihkan posisi awal mereka ketika mendiskusikan serangkaian
alternatif yang diberikan untuk mencapai solusi.
Groupthink tampak sangat selaras dengan kesimpulan yang diambil Solomon Asch dalam
eksperimennya dengan seorang pembangkang tunggal. Individu yang memegang posisi berbeda
dari mayoritas dominan berada di bawah tekanan untuk menekan, menahan, atau mengubah
perasaan dan keyakinan mereka yang sebenarnya. Sebagai anggota kelompok, kita merasa lebih
senang untuk sepakat—menjadi bagian positif dari kelompok—daripada menjadi kekuatan
pengganggu, bahkan jika gangguan akan meningkatkan keefektifan.
Groupshift or Group Polarization Ada perbedaan antara keputusan kelompok dan keputusan
individu anggota kelompok. Dalam kelompok, diskusi mengarahkan anggota ke arah pandangan
yang lebih ekstrem tentang posisi yang sudah mereka pegang. Konservatif menjadi lebih
berhati-hati, dan tipe yang lebih agresif mengambil lebih banyak risiko. Keputusan kelompok
mencerminkan norma pengambilan keputusan yang dominan — menuju kehati-hatian yang
lebih besar atau risiko yang lebih besar — yang berkembang selama diskusi.
Group Decision-Making Techniques
Brainstorming
Brainstorming dapat mengatasi tekanan untuk menyesuaikan diri yang meredam kreativitas
dengan mendorong setiap dan semua alternatif sambil menahan kritik. Dalam sesi brainstorming
yang khas, ketua kelompok menyampaikan permasalahan dengan jelas sehingga semua anggota
paham. Untuk mendorong anggota agar “berpikir yang tidak biasa”, kritik tidak diperbolehkan,
bahkan saran yang paling aneh sekalipun, dan semua ide dicatat untuk didiskusikan dan
dianalisis nanti.
Nominal Group Technique
Metode kelompok nominal mungkin lebih efektif. Teknik ini membatasi diskusi dan komunikasi
interpersonal selama proses pengambilan keputusan. Anggota kelompok semua hadir secara
fisik, seperti dalam pertemuan tradisional, tetapi mereka beroperasi secara independen. Secara
khusus, sebuah masalah disajikan dan kemudian kelompok melakukan langkah-langkah berikut:
1. Sebelum ada diskusi yang terjadi, setiap anggota secara independen menulis gagasan
tentang masalah tersebut.
2. Setelah periode diam ini, setiap anggota mempresentasikan satu gagasan ke kelompok.
Tidak ada diskusi yang terjadi sampai semua gagasan telah dipresentasikan dan dicatat.
3. Kelompok membahas gagasan-gagasan untuk kejelasan dan mengevaluasi mereka.
4. Setiap anggota kelompok secara diam-diam dan independen memberikan peringkat
gagasan-gagasan. Gagasan dengan peringkat agregat tertinggi menentukan keputusan
akhir.

CASE (KASUS)
CHAPTER 9
Case 1 You Are All Fired, but You Are Hired!
John Lewis, retailer terkemuka di Inggris Raya, meluncurkan skema Kemitraan John Lewis
dengan maksud untuk mempromosikan pengambilan tindakan (mis. jabatan eksekutif) dan
pencarian fakta (mis. jabatan administratif dan manajemen menengah) pada tingkat mitra. Ini
secara aktif berupaya mempromosikan manajer menengah ke posisi eksekutif karena
kemampuan mereka untuk mengidentifikasi masalah dan membawanya ke permukaan.
Pendekatan ini bertentangan dengan argumen yang mengklaim bahwa konflik dihasilkan antara
pengambilan tindakan dan tanggung jawab pencarian fakta, mempertaruhkan kinerja tim dan
efektivitas perusahaan. Pada kenyataannya, efektivitas bergantung pada kombinasi tugas
pencarian fakta dan pengambilan tindakan yang perlu dikelola dengan baik, didelegasikan
dengan baik, dan ditugaskan dengan baik. Dalam pengaturan grup, tugas-tugas ini dapat
diberikan kepada manajer menengah dan eksekutif, tetapi tidak selalu. Selain itu, kita perlu
mempertimbangkan efisiensi dan mempertimbangkan pertukaran antara efektivitas dan efisiensi
dalam kinerja kelompok.
John Lewis telah mengakui pentingnya dan kekuatan masukan kelompok yang beragam pada
efektivitas dan dengan demikian mempromosikan heterogenitas dalam pengambilan keputusan
organisasi. Orang berbeda tidak hanya berdasarkan jenis kelamin, budaya, ras, dan sifat sosial
tetapi juga dalam perspektif, prasangka, keterampilan, dan kemampuan mereka.
Jadi, dengan mempromosikan manajer menengah ke posisi eksekutif — dan dengan demikian
memanfaatkan kreativitas dan keterampilan penelitian mereka — mereka juga meningkatkan
motivasi, antusiasme, dan dorongan di tempat kerja. Pada saat yang sama, melalui skema
kemitraannya, John Lewis membuka peluang yang beragam dengan melibatkan mitra individu
dalam inisiatif pencarian fakta dan pengambilan tindakan, lalu berbagi keuntungan. Visinya
adalah untuk mengarah pada penerimaan solusi yang lebih luas dan peningkatan kinerja yang
mempromosikan kesejahteraan dan dampak sosial. Pemecatan dan perekrutan tidak boleh
menjadi keputusan semata-mata didorong oleh hasil akhir tetapi juga didasarkan pada distribusi,
pendelegasian, dan kombinasi keterampilan dan tanggung jawab pencarian fakta dan
pengambilan tindakan dalam tim.
Questions
9-28. Can fact-finding and action-taking duties polarize the individual and thus the
group’s dynamics? If so, why?
Jawab : Ya, tugas pencarian fakta dan pengambilan tindakan dapat mempolitisasi individu dan
oleh karena itu dinamika kelompok. Hal ini bisa terjadi karena pengambilan tindakan dan
pencarian fakta seringkali memerlukan keterampilan dan kemampuan yang berbeda, yang dapat
membuat orang merasa tidak nyaman atau tidak terampil dalam salah satu bidang tersebut.
Selain itu, terkadang individu dalam kelompok mungkin memiliki kepentingan yang berbeda
atau pandangan yang berbeda tentang masalah yang sama, yang dapat mempengaruhi
pengambilan keputusan secara keseluruhan.

9-29. What are the weaknesses in group decision-making in the case of John Lewis?
Jawab : Beberapa kelemahan dalam pengambilan keputusan kelompok di John Lewis termasuk
adanya tekanan untuk kesesuaian (conformity pressure) yang dapat menghambat perdebatan
terbuka, serta kemungkinan dominasi percakapan oleh satu atau beberapa anggota kelompok.
Selain itu, tanggung jawab yang ambigu dalam pengambilan keputusan kelompok dapat
menyebabkan masalah dalam menentukan siapa yang bertanggung jawab atas hasil akhir.

9-30. How could diversity assist with group performance based on fact-finding and action
taking duties
Jawab : Keanekaragaman dapat membantu kinerja kelompok dalam tugas pencarian fakta dan
pengambilan tindakan dengan membawa perspektif yang berbeda ke dalam proses pengambilan
keputusan. Dalam kelompok yang beragam, setiap anggota dapat membawa pengalaman,
pengetahuan, dan keterampilan yang berbeda ke dalam diskusi, yang dapat memperkaya
perdebatan dan memungkinkan kelompok untuk mempertimbangkan lebih banyak pendekatan
dan alternatif. Selain itu, kelompok yang beragam dapat membuka kemungkinan untuk
mempertimbangkan masalah dari berbagai sudut pandang dan meminimalkan kemungkinan bias
dalam pengambilan keputusan.

Anda mungkin juga menyukai