Anda di halaman 1dari 29

Perilaku Organisasi-DASAR-DASAR PERILAKU KELOMPOK DAN MEMAHAMI

KERJASAMA TIM

RKM
RINGKASAN MATERI KULYAH
PERILAKU ORGANISASI
DASAR-DASAR PERILAKU KELOMPOK
DAN MEMAHAMI KERJASAMA TIM

NAMA : MATIRAH
NIM : 301 13 11 065
KELAS : 4AK3

A. Mendefinisikan dan Mengklasifikasikan Kelompok


Kelompok ( group ) menurut Robbins (1996) mendefinisikan kelompok sebagai dua
individu atau lebih, yang berinteraksi dan saling bergantung, yang saling bergabung untuk
mencapai sasaran-sasaran tertentu.
Kelompok-kelompok di dalam organisasi secara sengaja direncanakan atau sengaja
dibiarkan terbentuk oleh manajemen selaku bagian dari struktur organisasi formal. Kendati
begitu, kelompok juga kerap muncul melalui proses sosial dan organisasi informal.
Organisasi informal muncul lewat interaksi antar pekerja di dalam organisasi dan
perkembangan kelompok jika interaksi tersebut berhubungan dengan norma perilaku mereka
sendiri, kendati tidak digariskan lewat struktur formal organisasi. Dengan demikian, terdapat
perbedaan antara kelompok formal dan informal.
1. Kelompok Formal
Kelompok ini dibangun selaku akibat dari pola struktur organisasi dan pembagian kerja
yang ditandai untuk menegakkan tugas tugas. Kebutuhan dan proses organisasi
menimbulkan formulasi tipe tipe kelompok yang berbedabeda. Khususnya ada dua tipe
kelompok formal, di antaranya :
a. Kelompok Komando (Command Group)
Kelompok komando ditentukan oleh bagan organisasi. Kelompok terdiri dari bawahan
yang melapor langsung kepada seorang supervisor tertentu. Hubungan wewenang antara
manajer departemen dengan supervisor, atau antara seorang perawat senior dan bawahannya,
merupakan kelompok komado.
b. Kelompok Tugas (Task Group)
Kelompok tugas terdiri dari para karyawan yang bekerja sama untuk menyelesaikan
suatu tugas atau proyek tertentu. Misalnya, kegiatan para karyawan administrasi dalam
perusahaan asuransi pada waktu orang mengajukan tuntutan kecelakaan, merupakan tugas
yang harus dilaksanakan.

2. Kelompok Informal
Kelompok informal adalah pengelompokan secara wajar dari orang orang dalam situasi
kerja untuk memenuhi kebutuhan sosial. Dengan perkataan lain, kelompok informal tidak
muncul karena dibentuk dengan sengaja, tetapi muncul secara wajar.

Orang mengenal dua macam kelompok informal khusus diantaranya:


1. Kelompok Kepentingan (Interest Group)
Orang yang mungkin tidak merupakan anggota dari kelompok komando atau kelompok
tugas yang sama, mungkin bergabung untuk mencapai sesuatu sasaran bersama. Para
karyawan yang bersama sama bergabung dalam kelompok untuk membentuk front yang
terpadu menghadapi manajemen untuk mendapatkan manfaat yang lebih banyak dan pelayan
wanita yang mengumpulkan uang persen mereka merupakan contoh dari kelompok
kepentingan. Perlu diketahui juga tujuan kelompok semacam itu tidak berhubungan dengan
tujuan organisasi, tetapi tujuan itu bersifat khusus bagi tiap tiap kelompok.
2. Kelompok Persahabatan (Friendship Group)
Banyak kelompok dibentuk karena para anggotanya mempunyai sesuatu kesamaan,
misalnya usia, kepercayaan politis, atau latar belakang etnis. Kelompok persahabatan ini
seringkali melebarkan interaksi dan komunikasi mereka sampai pada kegiatan diluar
pekerjaan.

Jika Pola gabungan karyawan dicatat, maka akan segera menjadi jelas bahwa mereka
termasuk dalam berbagai macam kelompok yang sering bersamaan. Maka diadakan
perbedaan diantara dua klasifikassi kelompok yang luar: kelompok formal dan informal.
Perbedaan utama antara keduanya adalah bahwa kelompok formal ( kelompok komando dan
kelompok tugas) dibentuk oleh organisasi formal dan merupakan alat untuk mencapai tujuan,
sedangkan kelompok informal (kelompok kepentingan dan kelompok persahabatan) adalah
penting untuk keperluan mereka sendiri ( artinya, mereka memenuhi kebutuhan pokok akan
berkelompok).

B. Tahap Tahap Perkembangan Kelompok

MODEL LIMA TAHAP


Kelompok biasanya berkembang melalui sebuah urutan terstandar dalam evolusi.
Model lima tahap perkembangan kelompok ( five stage group development model )
menyebutkan karekteristik tahapan perkembangan kelompok dalam lima tahap yang berbeda,
diantaranya:
1. Tahap Pembentukan ( forming ), memiliki karakteristik besarnya ketidakpastian atas
tujuan, struktur, dan kepimimpinan kelompok tersebut. Para anggotanya menguji
kedalaman air untuk menentukan jenis jenis perilaku yang dapat diterima. Tahap ini
selesai ketika para anggotanya mulai menganggap diri mereka sebagai bagian dari kelompok.
2. Tahap Timbulnya konflik ( storming stage ) adalah satu dari konflik intrakelompok. Para
anggotanya menerima keberadaan kelompok tersebut, tetapi terdapat penolakan terhadap
batasan batasan yang diterapkan kelompok terhadap setiap individu. Ketika tahap ini
selesai, terdapat sebuah hierarki yang relatif jelas atas kepemimpinan dalam kelompok
tersebut.
3. Tahap Normalisasi ( norming stage ) adalah tahap di mana hubungan yang dekat terbentuk
dan kelompok tersebut menunjukkan kekohesifan. Dalam tahap ini terbentuk sebuah rasa
yang kuat akan identitas kelompok dan persahabatan. Tahap ini selesai ketika struktur
kelompok tersebut menjadi solid dan kelompok telah mengasimilasi serangkaian
ekspektasiumum definisi yang benar atas perilaku organisasi.
4. Tahap Berkinerja ( performing ) adalah tahap di mana struktur telah sepehunya fungsional
dan diterima. Energi kelompok telah berpindah dari saling mengenal dan memahami menjadi
mengerjakan tugas yang ada.
5. Tahap Pembubaran ( adjourning stage ). Dalam tahap ini, kelompok tersebut
mempersiapkan diri untuk pembubarannya. Kinerja tugas yang tinggi tidak lagi menjadi
prioritas tertinggi kelompok. Sebagai gantinya, perhatian diarahkan untuk menyelesaikan
aktivitas aktivitas.

Hal-hal mengenai Kelompok: Peran, Norma, Status, Ukuran dan Kekohesifan

1. Peran
Istilah ini dimaksudkan sebagai serangkaian pola perilaku yang dikaitkan erat dengan
seseorang yang menempati sebuah posisi tertentu dalam sebuah unit sosial. Pemahaman atas
perilaku peran akan secara dramatis disederhanakan jika masing-masing dari kita memilih
satuperan dan memainkannya secara teratur dan konsisten. Sayangnya, kita diharuskan
memainkan sejumlah ragam peran, baik dalam pekerjaan maupun di luar pekerjaan kita.
2. Norma
Norma adalah standar-standar perilaku yang dapat diterima dalam sebuah kelompok
yang dianut oleh para anggota kelompok. Norma memberi tahu apa yang harus dan tidak
harus dilakukan di bawah keadaan-keadaan tertentu. Dari sudur seorang individu, norma-
norma tersebut memberi tahu apa yang diharapkan dari seorang Anda dalam situasi-situasi
tertentu. Ketika disetujui dan diterima oleh kelompok, norma berlaku sebagai cara untuk
memengaruhi perlaku dari anggota kelompok dengan kontrol eksternal yang minimum.
Norma berbeda antar kelompok, komunitas, dan masyarakat, tetapi mereka semua
memilikinya.
3. Status
Status adalah sebuah posisi atau pangkat yang didefinisikan secara sosial yang
diberikan kepada kelompok atau anggota kelompok oleh orang lain-meresap dalam setiap
masyarakat. Meskipun telah ada banyak usaha, kita hanya mendapat sedikit kemajuan
menuju sebuah masyarakat tanpa kelas. Bahkan kelompok yang paling kecil akan
mengembangkan peran-peran, hak-hak, dan ritual-ritual untuk membedakan para anggotanya.
Status adalah faktor penting dalam memahami perilaku manusia karena hal ini adalah sebuah
motivator signifikan dan memiliki kensekuensi-konsekuensi perilaku besar ketika individu-
individu menerima perbedaan antara apa yang mereka percaya sebagai status dna apa yang
dirasakan oleh orang lain.
4. Ukuran
Apakah ukuran dari sebuah kelompok memengaruhi perilaku kelompok secara
keseluruhan? Jawaban atas pertanyaan ini pastinya adalah Ya, tetapi pengaruhnya bergantung
pada variabel yang Anda lihat. Sebagai contoh, bukti yang ada mengindikasikan bahwa
kelompok yang lebih kecil lebih cepat dalam menyelesaikan tugas daripada kelompok yang
lebih besar, dan bahwa individu-individu berkinerja lebih baik dalam kelompok yang lebih
kecil. Tetapi, jika kelompok tersebut terlibat dalam pemecahan masalah, kelompok besar
secara konsisten mendapat nilai yang lebih baik dibandingkan yang lebih kecil.
Salah satu penemuan paling penting yang berhubungan dengan ukuran sebuah
kelompok telah diberi label kemalasan sosial (social loafing). Kemalasan sosial adalah
sebuah kecenderungan para individu untuk mengeluarkan usaha yang lebih sedikit ketika
bekerja secara kolektif daripada ketika bekerja secara individual. Hal tersebut secara
langsung bertentangan dengan logika bahwa produktivitas dari sebuah kelompok sebagai
keseluruhan setidaknya harus seimbang dengan jumlah produktivitas setiap individu dalam
kelompok tersebut.
5. Kekohesifan
Kelompok-kelompok berbeda dalam kekohesifan mereka, yaitu, tingkat di mana para
anggotanya saling tertarik dan termotivasi untuk tinggal dalam kelompok tersebut. Misalnya,
beberapa kelompok kerja menjadi kohesif karena para anggotanya telah menghabiskan
banyak waktu bersama, atau ukuran kelompok yang kecil memfasilitasi adanya interaksi yang
tinggi, atau kelompok tersebut telah mengalami ancaman-ancaman eksternal yang
menjadikan mereka lebih dekat. Kekohesifan penting karena berhubungan dengan
produktivitas kelompok.
Berbagai penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa hubungan kekohesifan dan
produktivitas bergantung pada norma-norma terkait kinerja yang ditetapkan oleh kelompok.
Jika norma-norma terkait kinerja tinggi, kelompok kohesif akan lebih produktif dibandingkan
dengan kelompok yang kurang kohesif. Namun jika kekohesifan tinggi dan norma kinerja
rendah, produktivitas akan rendah. Jika kekohesifan rendah dan norma kinerja tinggi,
produktivitas meningkat, tetapi lebih sedikit bila dibandingkan pada situasi kekohesifan
tinggi/norma tinggi.

C. Struktur dan Perilaku Dalam Kelompok


Struktur suatu kelompok dapat terlihat dari pola hubungan yang berlaku tetap antara
anggota kelompok yang bersangkutan. Pola hubungan ini menimbulkan kecenderungan pada
tiap anggota untuk menempatkan diri mereka masing-masing pada tempat yang menurut
mereka merupakan tempat yang tepat untuk mereka.
1. Hubungan Antar-Status
Susunan status atau urutan sosial dapat berkembang karena berbagai sebab. Namun
secara umum dapat dikatakan bahwa status bergantung pada berapa besar seseorang
memberikan sumbangannya bagi tercapainya tujuan. Seseorang yang merasa mempunyai
jasa terbesar cenderung berusaha mendapatkan status yang tinggi.
Susunan status dalam suatu kelompok, dan juga dalam suatu organisasi, selalu tampil
dalam dua wujud, yaitu berupa status formal dan status sosial.
2. Status dan Pola Interaksi Manusia
Fisek dan Ofshe mengemukakan bahwa tingkah laku atau cara berinteraksi suatu
kelompok sering sekali memberikan suatu gambaran mengenai struktur status dalam
kelompok tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang banyak
mendapatkan interaksi dari yang lain biasanya merupakan pimpinan kelompok.

D. Konsep Tentang Tim Kerja


1. Pengertian Tim Kerja
Tim kerja adalah kelompok yang usaha-usaha individualnya menghasilkan kinerja
lebih tinggi daripada jumlah masukan individual (Stephen, Timothy2008:406). Hal ini
memiliki pengertian bahwa kinerja yang dicapai oleh sebuah tim lebih baik daripada kinerja
per individu disuatu organsasi.
2. Perbedaan Tim Kerja dengan kelompok kerja
Tim adalah suatu unit yang terdiri atas dua orang atau lebih yang berinteraksi dan
mengkoordinasi kerja mereka untuk tujuan tertentu. Definisi ini memiliki tiga komponen.
Pertama, dibutuhkan dua orang atau lebih. Kedua, orang orang dalam sebuah tim memiliki
interaksi regular. Ketiga, orang orang dalam sebuah tim memiliki tujuan kinerja yang sama.
Kelompok tidak sama dengan tim. Kelompok didefinisikan sebagai dua individu atau
lebih, yang berinteraksi dan saling bergantung, yang bergabung bersama-sama untuk
mencapai sasaran. Suatu kelompok kerja adalah kelompok yang terutama berinteraksi untuk
berbagi informasi dan mengambil keputusan untuk membantu tiap anggota berkinerja dalam
bidang tanggung jawabnya. Kelompok kerja tidak perlu untuk melakukan kerja kolektif yang
menuntut upaya gabungan. Jadi kinerja mereka sekedar jumlah kinerja sumbangan individual
dari tiap anggota kelompok. Tidak ada sinergi positif yang akan menciptakan suatu tingkat
keseluruhan kinerja yang lebih besar daripada jumlah masukan.
Kerja tim ialah kerja berkelompok dengan keterampilan yang saling melengkapi untuk
mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien. Kerja tim dapat memberikan manfaat
antara lain:
1. Pekerjaan menjadi lebih ringan karena dilakukan bersama
2. Dapat menimbulkan semangat kebersamaan.
3. Lebih efektif dan efisien dibandingkan dikerjakan sendiri-sendiri.
4. Kinerja organisasi lebih meningkat.

3. Tipe/Jenis-jenis Tim
Tim dapat diklasifisikan berdasarkan sasarannya. Bentuk yang paling umum
digunakan dalam organisasi atau perusahaan adalah :
a. Tim Pemecah Masalah
Tim ini terdiri dari 5 sampai 12 karyawan jam-jaman dari suatu departemen yang bertemu
selama beberapa jam tiap pekan untuk membahas perbaikan kualitas, efisiensi dan
lingkungan kerja. Dalam tim pemecah masalah, anggota berbagi gagasan atau menawarkan
saran mengenai bagaimana proses dan metode kerja dapat diperbaiki. Tetapi jarang tim-tim
diberi wewenang untuk melaksanakan secara sepihak setiap tindakan mereka yang
disarankan.
b. Tim Kerja Pengelola Diri
Tim kerja pengelola diri adalah kelompok karyawan (biasanya 10 sampai 15 orang) yang
memikul tanggung jawab dari mantan penyelia mereka. Tim ini mencakup kerja tentang
perencanaan dan penjadwalan kerja, kontrol kolektif atas langkah kerja, membuat keputusan
operasi dan mengambil tindakan atas permasalahan. Tim ini bahkan memilih anggotanya
sendiri dan menyuruh anggota itu untuk saling menilai kinerja.

c. Tim Lintas Fungsional.


Tim lintas fungsional adalah tenaga kerja dari tingkat hirarki yang sama, tetapi dari tempat
pekerjaan yang berbeda. Tim lintas fungsional merupakan cara efektif yang memungkinkan
orang-orang dari aneka bidang dalam suatu organisasi (atau bahkan antar organisasi) untuk
bertukar informasi, mengembangkan gagasan baru dan memecahkan masalah, serta
mengkoordinasikan proyek yang rumit.
d. Tim Virtual
Tim Virtual adalah tim yang menggunakan teknologi komputer untuk mengikat secara fisik
secara bersama membagi anggota untuk mencapai tujuan bersama. Mereka mengizinkan
orang untuk bergabung secara langsung dengan menggunakan komunikasi langsung
diantaranya seperti lokasi jaringan kerja, video konfrensi dan e-mail. Tim virtual terdiri atas
anggota anggota yang tersebar secara geografis dan organisasional yang terikat terutama
oleh kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi. Tim virtual sering meliputi para
pekerja lepas, anggota organisasi rekanan, pelanggan, pemasok, konsultan, atau pihak pihak
luar lainnya. Salah satu keuntungan utama tim virtual adalah kemampuan untuk dengan cepat
mengumpulkan kelompok orang yang paling tepat untuk menyelesaikan proyek yang
kompleks, memecahkan masalah tertentu, atau mengekploitasi peluang strategis tertentu.

2. Membentuk Tim Kerja yang Efektif


Efektifitas tim kerja didasarkan pada dua hasil, hasil produktif dan kepuasan pribadi.
Kepuasan berkenaan dengan kemampuan tim untuk memenuhi kebutuhan pribadi para
anggotanya dan kemudian mempertahankan keanggotaan serta komitmen mereka. Hasil
produktif berkenaan dengan kualitas dan kuantitas hasil kerja seperti yang didefinisikan oleh
tujuan tujuan tim. Faktor faktor yang mempengaruhi efektifitas tim yaitu konteks
organisasional, struktur, strategi, lingkungan budaya, dan system penghargaan. Karakter tim
yang penting adalah jenis, struktur, dan komposisi tim. Karakteristik karakteristik tim ini
mempengaruhi proses internal tim, yang kemudian mempengaruhi hasil dan kepuasan. Para
pemimpin harus memahami dan mengatur tingkat tingkat perkembangan, kekompakan,
norma norma, dan konflik supaya dapat membangun tim yang efektif. Ciri-ciri tim yang
efektif :
a. Tujuan yang sama.
Jika semua anggota tim mendayung ke arah yang sama, pasti kapal yang didayung
akan lebih cepat sampai ke tempat tujuan, dari pada jika ada anggota tim yang mendayung ke
arah yang berbeda, berlawanan, ataupun tidak mendayung sama sekali karena bingung ke
arah mana harus mendayung. Jadi, pastikan bahwa tim memiliki tujuan dan semua anggota
tim Anda tahu benar tujuan yang hendak dicapai bersama, sehingga mereka yakin ke arah
mana harus mendayung.
a) Antusiasme yang tinggi.
b) Peran dan tanggung jawab yang jelas.
c) Komunikasi yang efektif.

b. Resolusi Konflik.
Peace is not the absence of conflict, but the presence of justice. Ini merupakan
pendapat Martin Luther King. Rasanya hal ini berlaku pula pada pencapaian sebuah tujuan.
Dalam mencapai tujuan mungkin saja ada konflik yang harus dihadapi. Tetapi konflik ini
tidak harus menjadi sumber kehancuran tim. Sebaliknya, konflik ini yang dapat dikelola
dengan baik bisa dijadikan senjata ampuh untuk melihat satu masalah dari berbagai aspek
yang berbeda sehingga bisa diperoleh cara baru, inovasi baru, ataupun perubahan yang
memang diperlukan untuk melaju lebih cepat ke arah tujuan. Jika terjadi konflik, jangan
didiamkan ataupun dihindari. Konflik yang tidak ditangani secara langsung akan menjadi
seperti kanker yang menggerogoti semangat tim. Jadi, konflik yang ada perlu segera
dikendalikan.
c. Shared power.
Jika ada anggota tim yang terlalu dominan, sehingga segala sesuatu dilakukan sendiri,
atau sebaliknya, jika ada anggota tim yang terlalu banyak menganggur, maka pasti ada
ketidak beresan dalam tim yang lambat laun akan membuat tim menjadi tidak efektif. Jadi,
tiap anggota tim perlu diberikan kesempatan untuk menjadi pemimpin, menunjukkan
kekuasaannya di bidang yang menjadi keahlian dan tanggung jawab mereka masing-
masing. Sehingga mereka merasa ikut bertanggung jawab untuk kesuksesan tercapainya
tujuan bersama.

1. Rancangan pekerjaan
Keefektifan tim membutuhkan kerjasama dan menempatkan tanggung jawab bersama untuk
melaksanakan tugas penting. Kelompok rancangan kerja meliputi variabel-variabel seperti
kebebasan dan otonomi, keuntungan pada kegunaan keahlian berbeda dan talenta,
kemampuan untuk menyelesaikan dan mengidentifikasi semua tugas atau produk, dan bekerja
dalam tugas atau proyek yang berpengaruh secara substansial dengan yang lain. Rancangan
kerja ini menggambarkan motivasi karena meningkatkan rasa tanggung jawab anggota dan
pemilik pada pekerjaan dan karena membuat pekerjaan lebih menarik untuk dikerjakan.
2. Komposisi
Kategori ini memasukkan variabel yang terkait bagimana tim dapat dibentuk menjadi
staf. Komposisi tim yang efektif terdiri dari :
a. Kemampuan anggota
Untuk bekerja dengan efektif, suatu tim menuntut tiga tipe keterampilan yang berbeda.
Pertama, tim perlu orang-orang dengan keahlian teknis. Kedua, perlu orang dengan
keterampilan pemecah masalah dan pengambilan keputusan agar mampu mengidentifikasi
masalah, membangkitkan alternatif, mengevaluasi alternatif, dan membuat pilihan yang
kompeten. Ketiga, tim memerlukan orang dengan keterampilan mendengarkan dengan baik,
umpan balik, penyelesaian konflik, dan keterampilan antar pribadi lainnya.
b. Personalitas
Personalitas mempengaruhi individu dalam perilaku. Macam-macam karakter personal
dalam tim akan mempengaruhi kinerja tim secara keseluruhan.

c. Mengalokasikan peran dan menggalakkan keanekaragaman


Tim yang berkinerja tinggi benar-benar mencocokkan orang dengan berbagai peran.
Terdapat sembilan peran potensial dalam tim yaitu ; penghubung, pencipta, promosi,
penaksir, pengorganisasi, penghasil, pengontrol, pemelihara, dan penasehat. Tim kerja yang
berhasil adalah tim yang memiliki orang-orang untuk mengisi semua peran dan menyeleksi
orang-orang untuk bermain dalam peran-peran ini berdasarkan pada keterampilan dan
pilihan meraka.
d. Ukuran Tim kerja
Tim kerja terbaik cenderung lebih kecil. Bila anggotanya lebih dari 10 sampai 12,
menjadi sulit bagi mereka untuk menyelesaikan banyak hal. Jadi dalam merancang tim yang
efektif, para manajer harus menjaga agar anggotanya berkisar antara 5 sampai 12 orang.
e. Kefleksibelan anggota
Tim menciptakan kefleksibelan individual, memiliki anggota yang dapat menyelesaikan
tugas yang lainnya. Ini adalah hal positif bagi tim, karena merupakan perbaikan besar bagi
penyesuaian dan membuat kurang percaya bagi anggota tunggal.
f. Pilihan anggota
Tidak semua anggota merupakan pemain tim. berikan pilihan, beberapa pekerja akan
menyeleksi secara sendirinya keluar dari parstisipasi tim. kinerja tim yang tinggi seperti
menggabungkan orang yang senang bekerja sebagai bagian dalam tim.

3. Konteks
Ada tiga faktor kontekstual dalam kinerja tim yang efektif yaitu:
a. Sumber daya memadai
Tim yang efektif memiliki sumber daya yang memadai untuk melaksanakan semua pekerjaan
dalam mencapai tujuan. Hal ini meliputi pengaruh seperti informasi yang tepat waktu,
teknologi, ketersediaan staf, dorongan dan asisten administrasi.
b. Kepemimpinan dan struktur
Anggota tim harus sependapat mengenai siapa melakukan apa dan memastikan bahwa semua
anggota menyumbang secara sama dalam berbagi beban kerja. Disamping itu tim perlu
menetapkan bagimana jadwal ditentukan, keterampilan apa yang diperlukan untuk
dikembangkan, bagimana kelompok akan memecahkan konflik, dan bagaimana kelompok
akan mengambil dan memodifikasi keputusan. Menyepakati mengenai hal-hal yang spesifik
dari kerja dan bagimana hal itu cocok dalam memadukan keterampilan-keterampilan
individual menuntut kepemimpinan dan struktur.
c. Eavaluasi kinerja dan sistem ganjaran yang benar
Evaluasi kinerja individual, upah per jam yang tetap, insentif individual, dan semacamnya,
tidaklah konsisten dengan pengembangan tim kinerja tinggi. Jadi disamping mengevaluasi
dan mengganjar karyawan untuk sumbangan individual mereka, manajemen hendaknya
mempertimbangkan penilaian berdasarkan kelompok, berbagi laba, berbagi hasil, insentif
kelompok kecil, dan modifikasi-modifikasi sistem lain yang memperkuat upaya dan
komitmen tim.
4. Proses
Hal lain yang berkaitan dengan keefektifan tim adalah variabel proses. Pada
komponen ini hal-hal yang terkait adalah :
a. Tujuan bersama
Tim yang efektif mempunyai tujuan bersama dan sangat berarti dan memberikan
pengarahan, momentum dan komitmen untuk anggota sebagai suatu visi.
b. Menegakkan tujuan spesifik
Tim yang sukses menerjemahkan tujuan bersama mereka menjadi tujuan kinerja yang
realistis, dapat diukur dan spesifik. Tujuan membimbing individu ke kinerja yang lebih
tinggi, juga memberi energi kepada tim.Tujuan-tujuan spesifik ini mempermudah komunikasi
yang jelas. Tujuan juga membantu memelihara fokus mereka pada perolehan hasil.
c. Kekuatan tim
Keefektifan tim mempunyai kepercayaan tersendiri, mereka percaya mereka dapat sukses.
Kita menyebutnya kekuatan tim.
d. Tingkat konflik
Konflik dalam tim tidak selalu merupakan hal yang buruk. Konflik tugas dalam tim wajar
terjadi, karena mendorong perbaikan dan pilihan secara kritis masalah, dan dapat diambil
suatu pilihan keputusan tim yang lebih baik. Oleh karena itu keefektifan tim
dikarakteristikkan dengan suatu konflik yang pantas.
e. Kemalasan sosial
Individu-individu dapat bersembunyi dalam suatu kelompok. Mereka dapat menyibukkan diri
dalam kemalasan sosial dan meluncur bersama upaya kelompok karena sumbangan
individual mereka tidak dapat dikenali. Tim yang sukses membuat anggota-anggota secara
individual maupun gabungan bertanggung jawab untuk maksud, tujuan dan pendekatan tim.
Mengubah individu menjadi pemain tim
1. Tantangan
Penghalang besar dalam menggunakan tim kerja adalah penolakan individual. Sukses
seorang karyawan tidak lagi didefinisikan dalam kinerja individu.untuk berkinerja baik
sebagai anggota tim, individu-individu harus mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur;
menghadapi perbedaan-perbedaan dan memecahkan konflik-konflik; serta menghaluskan
tujuan pribadi untuk kebaikan tim. Tantangan menciptakan pemain tim akan paling besar jika
; budaya nasional sangat individualistik dan tim itu akan dimasukkan ke dalam suatu
organisasi yang mapan yang secara historis menghargai prestasi individual.

2. Membentuk pemain tim


Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengubah individu menjadi pemain
tim :
a. Seleksi
Beberapa orang telah memiliki keterampilan antar pribadi untuk menjadi pemain tim yang
efektif. Ketika mempekerjakan anggota tim, disamping keterampilan teknis yang diperlukan
untuk mengisi pekerjaan itu, harus dipastikan pula bahwa calon dapat memenuhi peran tim
mereka maupun persyaratan teknis. Banyak calon yang melamar pekerjaan tidak mempunyai
keterampilan tim. Bila menghadapi calon semacam ini, pada dasarnya para manajer atau
pimpinan mempunyai tiga pilihan :
Calon dapat menjalani pelatihan untuk membuat mereka menjadi pemain tim.
Mentransfer individu itu ke unit lain didalam organisasi tanpa tim.
Tidak mempekerjakan calon itu.

b. Pelatihan
Sebagian besar orang yang dibesarkan pada lingkungan yang mementingkan prestasi
individual dapat dilatih untuk menjadi pemaian tim. Spesialis pelatihan menjalankan latihan-
latihan yang memungkinkan karyawan untuk mengalami kepuasan yang dapat diberikan oleh
kerja tim.
c. Ganjaran
Sistem ganjaran perlu diperbaiki untuk mendorong upaya kooperatif bukannya kompetitif.
Promosi, kenaikan upah dan bentuk-bentuk pengakuan lain hendaknya diberikan kepada
individu untuk keefektifan mereka sebagai seorang anggota tim yang kolaboratif.
3. Tim dan keanekaragaman angkatan kerja
Mengelola keanekaragaman pada tim adalah suatu tindakan yang menyeimbangkan.
Keanekaragaman memberikan perspektif segar mengenai isu-isu, tetapi hal itu membuat lebih
sukar untuk mempersatukan tim dan mencapai kesepakatan.
4. Menyegarkan kembali Tim Dewasa
Tim yang berkinerja baik, pada suatu waktu bukanlah jaminan akan terus demikian, tim yang
efektif dapat saja menjadi macet atau mengalami penurunan. Hal-hal yang dapat dilakukan
untuk menyegarkan kembali tim yang mengalami kejenuhan dan penurunan kinerja adalah :
a. Siapkan anggota untuk menangani masalah kematangan atau kedewasaan. Hendaknya
mereka tidak kehilangan semangat atau kepercayaan akan konsep tim ketika konflik-konflik
muncul kepermukaan.
b. Tawarkan pelatihan penyegaran ulang. Bila tim mulai macat, mungkin membantu untuk
memberi mereka pelatihan penyegaran dalam komunikasi, pemecahan konflik, proses tim,
dan keterampilan serupa. Ini dapat membantu anggota untuk memperoleh kembali
kepercayaan dan keyakinan akan satu sama lain.
c. Tawarkan pelatihan lanjutan. Keterampilan yang berhasil untuk masalah mudah bisa
tidak cukup untuk masalah yang lebih sukar. Jadi tim dewasa sering dapat mengambil
manfaat dari pelatihan lanjutan untuk membantu anggota mengembangkan keterampilan
pemecahan masalah, antar- pribadi dan teknis yang lebih kuat.
d. Dorong tim untuk memperlakukan pengembangan mereka sebagai suatu pengalaman
belajar yang terus menerus. Seperti TQM, tim hendaknya mendekatkan pengembangan
mereka sendiri sebagai bagian dari pencarian perbaikan yang terus menerus.

Sumber: Stephen Robbins-Timothy A. Judge. Perilaku Organisasi. Edisi 12. Salemba Empat:
Jakarta

AB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Kita mengetahui dan memahami semua apa yang menjadi dasar dari sebuah
kesuksesan yaitu : Disiplin, Bertanggung jawab, Loyalitas ( kesetian, pengabdian dan
kepercayaan ), Dedikasi ( apa yang sudah kita dapat berikan yang terbaik pada perusahaan ),
Kedewasaan berpikir ( akan memunculkan sebuah Leadership pada diri seseorang ) dan
Prestasi ( Kesuksesan dan keberhasilan ).
Itu semua akan dapat terwujud bila kita semua komponen yang ada diperusahaan
memahami akan arti dari TEAM WORK ( Kerjasama Tim ). Apa saja yang akan membentuk
sebuah Kerjasama Tim berfungsi dengan baik : Komunikasi, Kerjasama, dan Koordinasi.
Komunikasi adalah sebuah kemutlakan dalam menjalankan roda bisnis perusahaan
tanpa Komunikasi tidak akan ada terbentuknya Kerjasama ( Tim ) dan kerjasama tim tidak
akan berjalan dengan baik bila tidak ada yang meng-Koordinasikan ( Penyerasian dan
pengarahan tindakan untuk menghasikan tindakan-tindakan harmonis dan terpadu menuju
sasaran yang ditentukan ). Semua itu seperti Mata Rantai yang tidak boleh putus, harus saling
berkaitan dengan yang lainnya untuk menjadi satu kesatuan yang utuh.
Kerjasama tim juga menghasilkan manfaat finansial, termasuk karena kenaikan produktifitas.
Begitu pula, perubahan dalam sebuah organisasi lebih efektif bila melibatkan kerjasama tim.

RUMUSAN MASALAH
Adapun materi yang akan dibahas dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Memahami Kerjasama Tim.


2. Komunikasi.

TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui pengertian dari kerjasama dalam sebuah tim dan komunikasi.
2. Mengetahui apa saja fungsi-fungsi dari kerjasama tim dan komunikasi.
3. Mengetahui berbagai permasalahan kerjasama tim dan komunikasi.

MANFAAT PENULISAN

Makalah ini dibuat dengan tujuan menjelaskan secara lebih rinci dan detail mengenai
bagaimana memahami kerjasama dalam sebuah tim dan mengiplementasikan komunikasi
secara benar agar tercipta suatu pemahaman unuk menyelesaikan permasalahan dalam suatu
organisasi.
KOMUNIKASI
Sangat Pentingnya Komunikasi yang Jelas
Pada bulan September 1997, sebuah pesawat jet Garuda Airlines jatuh di
tengah hutan, tak sampai 20 mil sebelah selatan Bandara Medan di Pulau Sumatera. Seluruh
penumpangnya, sebanyak 234 orang tewas. Penyebab kecelakaan ini adalah karena sang pilot
dan pengontrol lalu lintas udara keliru menggunakan kata kiri dan kanan pada saat
pesawat tersebut mendekati bandara dalam kondisi penglihatan yang buruk.
Contoh kasus di atas secara tragis mengilustrasikan bagaimana kesalahan
komunikasi dapat menimbulkan konsekuensi-konsekuensi yang mematikan. Di bab ini, kami
akan menunjukkan (tentu saja tidak dengan cara yang sangat dramatis) bahwa komunikasi
yang baik sangat penting bagi elektivitas kelompok atau organisasi apa pun. Riset yang ada
mengindikasikan bahwa komunikasi yang buruk paling sering disebut-sebut sebagai sumber
konflik antarpersonal. Karena individu-individu menghabiskan hampir 70 persen dari waktu
mereka untuk berkomunikasi-menulis, membaca, berbicara, mendengar-adalah hal yang
masuk akal untuk menyimpukan bahwa satu dari kekuatan terbesar yang merintangi kinerja
kelompok yang berhasil adalah kurangnya komunikasi yang efektif.

Fungsi-Fungsi Komunikasi
Dalam sebuah kelompok atau organisasi, komunikasi memiliki empat fungsi
utama yaitu : kontrol, motivasi, ekspresi emosional, dan informasi.
Komunikasi dengan cara-cara tertentu bertindak untuk mengontrol perilaku
anggota. Ketika karyawan, misalnya, diwajibkan untuk pertama-tama mengomunikasikan
segala keluhan terkait pekerjaan kepada atasan langsung mereka, untuk mengikuti deskripsi
kerja mereka, atau untuk mematuhi segala kebijakan perusahaan, komunikasi sedang
menjalankan fungsi kontrolnya. Tetapi, komunikasi informal juga mengontrol perilaku.
Ketika kelompok kerja menggoda atau mencela salah seorang anggotanya bekerja terlalu
rajin (dan membuat anggota-anggota yang lain tampak buruk), mereka secara informal
berkomunikasi dengan, dan mengontrol, perilaku anggota tersebut.
Komunikasi menjaga motivasi dengan cara menjelaskan kepada para
karyawan mengenai apa yang harus dilakukan, seberapa baik pekerjaan mereka, dan apa yang
dapat dilakukan untuk memperbaiki kinerja sekiranya hasilnya kurang baik.
Bagi banyak karyawan, kelompok kerja mereka adalah sumber utama interaksi
sosial. Komunikasi yang terjadi dalam kelompok merupakan sebuah mekanisme fundamental
yang melalui para anggota yang menunjukkan rasa frustasi dan rasa puas mereka. Jadi,
komunikasi menyediakan jalan keluar bagi ekspresi emosional dari perasaan-perasaan dan
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial.
Fungsi terakhir komunikasi berhubungan dengan perannya dalam
memfasilitasi pengambilan keputusan. Komunikasi memberikan informasi yang dibutuhkan
oleh individu dan kelompok untuk mengambil keputusan dengan cara menyampaikan data
untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi pilihan-pilihan alternatif yang ada.

Proses Komunikasi
Sebelum komunikasi dapat terjadi, dibutuhkan suatu tujuan, yang terekspresikan
sebagai pesan untuk disampaikan. Pesan tersebut disampaikan dari seorang pengirim kepada
seorang penerima. Ia disandikan (diubah menjadi sebuah bentuk simbolis) dan dialihkan
melalui perantara (saluran) kepada penerima, yang lalu menerjemahkan ulang (membaca
sandi) pesan yang diberikan oleh pengirim. Hasilnya adalah transfer makna dari satu orang
kepada orang lain.
Pengirim mengirimkan sebuah pesan dengan cara menyandikan pemikirannya.
Pesan tersebut adalah produk fisik aktual penyandian oleh pengirim. Ketika kita berbicara,
pembicaraan tersebut adalah pesan. Ketika kita menulis, tulisan kita adalah pesan. Ketika kita
memberikan gerak isyarat, gerakan-gerakan lengan kita dan ekspresi wajah kita adalah pesan.
Saluran merupakan perantara yang dipakai pesan dalam menempuh perjalanan. Saluran
tersebut dipilih oleh pengirim, yang menentukan apakah ia hendak menggunakan saluran
yang formal atau informal. Saluran formal (formal channels) disediakan oleh organisasi dan
berfungsi sebagai penyampai pesan-pesan yang berhubungan dengan aktivitas profesional
dari para anggotanya. Secara tradisional, saluran ini mengikuti rantai otoritas dalam
organisasi. Berbagai bentuk pesan lain, seperti pesan pribadi atau sosial, menggunakam
saluran informal (informal channels) dalam organisasi. Saluran informal tersebut bersifat
spontan dan timbul sebagai tanggapan terhadap pilihan-pilihan individual.

Arah Komunikasi
Komunikasi dapat mengalir secara vertikal atau lateral. Lebih jauh dimensi
vertikal dapat dibagi menjadi aliran komunikasi ke bawah dan ke atas.
1. Ke Bawah
Komunikasi yang mengalir dari satu tingkatan dalam kelompok atau organisasi ke tingkatan
yang lebih rendah disebut komunikasi ke bawah. Ketika berpikir mengenai para manajer
yang berkomunikasi dengan karyawan-karyawannya, kita biasanya memikirkan pola
kebawah ini. Komunikasi inilah yang digunakan oeh para pemimpin kelompok dan manajer
untuk menetapkan tujuan, menyampaikan instruksi, menginformasikan kebijakan serta
prosedur kepada karyawan, menunjukkan persoalan yang membutuhkan perhatian, dan
menawarkan umpan balik mengenai kinerja. Tetapi, komunikasi ke bawah tidak harus dalam
bentuk lisan atau kontak tatap muka. Ketika mengirimkan surat ke rumah para karyawan
untuk memberitahu mereka mengenai kebijakan organisasi menyangkut cuti sakit yang baru,
manajemen sedang menggunakan komunikasi ke bawah. Hal ini dapat juga berupa, sepucuk
e-mail-electronic mail (surat elektronik) dari seorang pemimpin tim kepada anggotanya, di
mana ia mengingatkan mereka tentang tenggat waktu yang akan datang.

2. Ke Atas
Komunikasi ke atas mengalir menuju tingkatan yang lebih tinggi dalam suatu kelompok atau
organisasi. Komunikasi ini digunakan untuk memberikan umpan balik kepada orang-orang
yang memegang kekuasaan, memberi mereka informasi mengenai proses pencapaian tujuan,
dan menyampaikan masalah-masalah terkini. Komunikasi ke atas membuat para manajer
selalu mengerti apa yang dirasakan para karyawan terkait pekerjaan mereka, rekan kerja
mereka, dan organisasi secara umum. Para manajer juga memanfaatkan komunikasi ke atas
untuk memperoleh ide-ide tentang bagaimana memperbaiki kinerja.
Beberapa contoh komunikasi organisasi ke atas adalah berbagai laporan kerja yang disusun
oleh manajemen bawah untuk diperiksa oleh manajemen untuk diperiksa oleh manajemen
menengah dan atas, kotak saran, survei sikap karyawan, prosedur penyampaian keluhan,
diskusi atasan-bawahan, dan sesi :tanya-jawab informal dimana karyawan memiliki
kesempatan untuk mengidentifikasi dan mendiskusikan masalah-masalah mereka dengan
atasan atau perwakilan mereka. Sebagai contoh, FedeX sangat membanggakan program
komunikasi ke atas yang dimilikinya yang sudah terkomputerisasi. Semua karyawan FedeX
secara tahunan mengisi survei sikap dan penilaian atas manajemen. Program ini dianggap
sebagai penghargaan terhadap sumber daya manusia oleh para penguji dari Malcolm
Baldridge National Quality Award ketika FedeX memenangkan penghargaan tersebut.

3. Lateral
Ketika komunikasi terjadi antar anggota dari kelompok kerja yang sama, di antara anggota
dari kelompok kerja pada tingkatan yang sama, antar manajer pada tataran yang sama, atau di
antara individu-individu yang setara secara horizontal, kita menyebutnya sebagai komunikasi
lateral.
Mengapa komunikasi horizontal tetap dibutuhkan ketika komunikasi vertikal yang efektif
dalam sebuah kelompok atau organisasi tercipta? Jawabannya adalah bahwa komunikasi
horizontal sering kali dibutuhkan untuk menghemat waktu dan membantu koordinasi. Dalam
beberapa kasus, hubungan lateral ini secara formal dilarang. Lebih sering, komunikasi
semacam ini secara informal diciptakan untuk memotong hirarki vertikal dan mempercepat
aksi. Jadi, dari sudut pandang manajemen, komunikasi lateral bisa berarti baik atau buruk.
Karena sikap taat yang kaku pada struktur vertikal yang formal untuk segala jenis
komunikasi dapat menghambat transfer informasi yang efisien dan akurat, komunikasi lateral
bisa membantu . Dalam kasus-kasus semacam ini, komunikasi lateral terjadi dengan
sepengetahuan dan dukungan dari atasan. Tetapi, hal ini dapat menciptakan berbagai konflik
disfungsional manakala saluran-saluran vertikal yang formal diterobos, ketika para anggota
melangkahi atau tidak mau berurusan dengan atasan mereka saat menyelesaikan masalah,
atau bila para atasan mengetahui bahwa tindakan telah dibuat atau keputusan telah diambil
tanpa sepengetahuan mereka.

Komunikasi Antarpersonal
Bagaimanakah para anggota kelompok mentransfer makna di antara mereka dan
antara satu sama lain? Terdapat tiga metode pokok. Pada dasarnya, orang menggunakan
komunikasi lisan, tertulis, dan nonverbal.
1. Komunikasi Lisan
Sarana utama untuk menyampaikan pesan adalah komunikasi lisan. Pidato, berbagai diskusi
formal satu lawan satu dan kelompok, serta desas-desus informal atau desas-desus merupakan
beberapa bentuk populer dari komunikasi lisan.
Kekuatan komunikasi lisan terletak pada kecepatan dan umpan baliknya. Suatu pesan verbal
dapat disampaikan dan jawabannya bisa diterima dalam waktu yang singkat. Jika si penerima
tidak yakin atas pesan yang diperolehnya, umpan baik yang cepat memungkinkan adanya
deteksi awal oleh pengirimnya, dan dengan demikian, memungkinkan dilakukannya koreksi
yang segera.
Kelemahan terbesar dari komunikasi lisan terdapat dalam organisasinya atau ketika pesan
tersebut harus disampaikan melalui sejumlah orang. Semakin banyak orang yang harus dilalui
oleh sebuah pesan, semakin besar kemungkinan penyimpangannya.
2. Komunikasi Tertulis
Komunikasi tertulis meliputi memo, surat, faks, e-mail, pesan instant, majalah organisasional,
pengumuman yang ditempelkan di papan buletin, atau sarana-sarana lain yang disampaikan
melalui tulisan atau simbol.
Mengapa seorang pengirim pesan memilih menggunakan komunikasi tertulis? Karena cara
ini mudah dan bisa diverifikasi. Pesan dalam bentuk cetakan membuat pengirim maupun
penerima memiliki dokumentasi dari komunikasi tersebut; dan pesan itu dapat disimpan
selama waktu tak terhingga. Jika muncul pertanyaan mengenai isinya, pesan tersebut tersedia
secara fisik untuk referensi lebih lanjut. Fitur semacam ini secara khusus penting bagi
komunikasi yang kompleks dan panjang. Rencana pemasaran suatu produkbaru, misalnya,
kemungkinan besar berisi sejumlah tugas yang terentang untuk beberapa bulan. Dengan
menjadikannya dalam bentuk tertulis, mereka yang harus melaksanakan rencana tersebut
dapat setiap saat melihatnya lagi sepanjang dibutuhkan. Manfaat terakhir dari komunikasi
tertulis diperoleh dari prosesnya sendiri. Komunikasi tertulis umumnya lebih matang, logis,
dan jelas.
3. Komunikasi Nonverbal
Setiap kali memberikan sebuah pesan secara verbal kepada seseorang, kita juga
menyampaikan pesan nonverbal. Dalam beberapa hal, komponen nonverbal itu dapat berdiri
sendiri. Sebagai contoh, di sebuah bar kaum lajang, pandangan, tatapan, senyuman, kerutan
dahi, dan gerakan tubuh yang provokatif menyampaikan arti tersendiri. Demikianlah, diskusi
tentang komunikasi tidak akan lengkap tanpa mempertimbangkan komunikasi nonverbal,
yang meliputi gerakan tubuh, intonasi atau tekanan yang kita berikan pada kata-kata kita,
mimik wajah, dan jarak fisik antara pengirim dan penerima pesan.
Dua hal terpenting yang disampaikan bahasa tubuh adalah (1) sejauh mana seorang individu
menyukai orang lain dan tertarik pada pandangannya dan (2) status relatif yang dirasakan
antara pengirim dan penerima. Misalnya kita cenderung memosisikan diri kita lebih dekat
kepada orang-orang yang kita sukai dan lebih sering menyentuh mereka. Dengan cara serupa,
jika merasa bahwa Anda memiliki status yang lebih tinggi daripada orang lain, Anda
kemungkinan akan menunjukkan gerakan-gerakan tubuh seperti kaki yang disilangkan atau
posisi duduk yang melorot, yang mencerminkan sikap kasual dan santai.
Bahasa tubuh memberi bobot tambahan, dan sering kali memperumit, komunikasi verbal.
Suatu posisi atau gerak tubuh tidak dengan sendirinya memilki arti yang jelas atau universal,
tetapi manakala terhubung dengan bahasa yang diucapkan, hal ini memberikan arti yang lebih
penuh pada pesan si pengirim.
Cara individu-individu menempatkan diri mereka dalam arti memberi jarak fisik juga
memiliki arti. Apa yang dianggap sebagai jarak yang pantas terutama terkait dengan norma-
norma kultural. Sebagai contoh, hal yang dianggap sebagai jarak bisnis di beberapa negara
Eropa akan dipandang sebagai jarak intim di banyak daerah di Amerika Utara. Jika seseorang
berdiri terlalu dekat dengan Anda dibandingkan dengan yang dianggap pantas, hal tersebut
dapat mengidentifikasikan keagresifan atau ketertarikan seksual; jika lebih jauh daripada
yang biasanya, hal tersebut bisa diartikan sebagai ketidaktertarikan atau ketidaksenangan
dengan yang dikatakan.

BAB 7

MEMAHAMI KERJA TIM

Pada dasarnya kita sering mendengar arti sebuah team, namun yang kita tahu adalah tim
sepakbola, tim bola basket, padahal di sebuah organisasi tim adalah salah satu kunci sukses
keberhasilan organisasi tersebut. Mengapa tim bisa berdampak begitu besar? Sebab sebuah
organisasi pasti terdiri dari banyak orang, dengan adanya pembentukan tim, maka pekerjaan
mereka akan lebih terfokus, sehingga organisasi dapat lebih efektif dan efisien dalam
beroperasi.
Oleh karena itu pada bab ini, sering muncul kata popularity of teams, dimana melalu tim
yang baik akan menciptakan motivasi kerja karyawan yang baik dan efektif.

Tim Kerja VS Kelompok Kerja

Kelompok dan Tim adalah dua konsep berbeda. Kelompok atau group didefinisikan sebagai
dua atau lebih individu yang saling bergantung dan bekerjasama, yang secara bersama
berupaya mencapai tujuan. Kelompok kerja (work group) adalah kelompok yang para
anggotanya saling berinteraksi terutama untuk saling berbagi informasi untuk membuat
keputusan guna membantu satu sama lain dalam wilayah kewenangannya masing-masing.[1]
Kelompok kerja tidak memiliki kebutuhan ataupun kesempatan untuk terlibat di dalam kerja
kolektif yang memerlukan upaya gabungan dari seluruh anggota tim. Akibatnya, kinerja
mereka sekadar kumpulan kontribusi parsial dari seluruh individu anggota kelompok. Tidak
ada sinergi positif yang menciptakan tingkat kinerja keseluruhan yang lebih besar ketimbang
totalitas input yang mereka berikan. Sementara itu, Tim Kerja mengembangkan sinergi positif
melalui upaya yang terkoordinasi. Upaya individual mereka menghasilkan suatu tingkat
kinerja yang lebih besar ketimbang totalitas input para individunya.

Tim kerja dapat di kelompokan dalam beberapa tipe :


1. Tim Kerja Formal
pada tim kerja formal ini merupakan bagian yang melekat dari struktur permanen.

2. Tim kerja informal


Seperti yang dijelaskan diatas tim ini memiliki perbedaan dengan tim kerja formal. Yaitu,
berada di luar struktur organisasi.
Misalahnya :
Problem solving teams adalah memecahkan masalah atau bekerja untuk suatu kegiatan
organisasi yang spesifik. terdiri atas 5-12 orang dari satu departemen yang bertemu untuk
membahas perbaikan kualitas, efisiensi, dan lingkungan kerja. Anggota berbagi gagasan atau
saran, tetapi jarang diberi kewenangan untuk melaksanakan secara sepihak tindakan yang
mereka sarankan.
Self -managed work teams adalah terdiri atas 10-15 orang yang memiliki kinerja tinggi.
Tim ini mencakup perencanaan dan penjadwalan kerja, pengendalian korektif atas langkah
kerja, pembuatan keputusan operasi dan pengambilan tindakan untuk mengatasi masalah.
Cross Functional teams adalah tenaga kerja dari tingkat hirarki yang sama, tetapi dari
tempat pekerjaan yang berbeda. Setiap aspek kerja ditangani oleh satu tim dan bukannya oleh
departemen yang terpisah, sasarannya adalah meningkatkan komunikasi dan mengawasi kerja
yang akan menghasilkan peningkatan produktivitas dan kepuasan pelanggan.
Task Force adalah tim lintas fungsi sementara. Tim dibentuk untuk memecahkan suatu
issue atau masalah, dan dibubarkan jika tujuan sudah tercapai.
Committees adalah anggota-anggota lini lintas departemen merupakan contoh dari tim
lintas fungsi.

KARAKTERISTIK KERJA TIM


Ada kesepakatan terhadap misi tim

Semua anggota mentaati peraturan tim

Pembagian tanggung jawab dan wewenang yang adil

Adanya adaptasi terhadap perubahan

Adanya adaptasi terhadap perubahan

Menghubungkan Tim dan Konsep Kelompok :

UKURAN TIM KERJA

Ukuran tim 10-12 orang

Anggota tim memiliki 3 keterampilan

Mengalokasikan peran dan menggalakkan keanekaragaman

Mempunyai komitmen untuk tujuan bersama

Mempunyai komitmen untuk tujuan bersama

Menetapkan tujuan spesifik

Adanya kepemimpinan dan struktur

Adanya tanggung jawab

Adanya evaluasi kinerja dan sistem reward


Mengembangkan kepercayaan timbal balik

KEMAMPUAN ANGGOTA
Ada 3 keterampilan yang harus dimiliki oleh para anggota untuk
mencapai tim yang efektif :

Keahlian Teknis
Keahlian Teknis
Keterampilan Memecahkan masalah dan mengambil keputusan
Keterampilan Antar Pribadi

CARA MENINGKATKAN KINERJA TIM

Adanya saling ketergantungan


Adanya perluasan tugas
Kesejajaran
Penggunaan bahasa yang umum
Penggunaan bahasa yang umum
Kepercayaan respek
Kepemimpinan keanakbuahan
Keterampilan memecahkan masalah
Keterampilan manajemen konflik
Penilaian tindakan
Adanya perayaan keberhasilan kinerja tim

Pentingnya Keberagaman
Tim memiliki kebutuhan yang berbeda, dan orang-orang harus memilih tim atas dasar
kepribadian dan preferensi mereka. Tim berkinerja tinggi cocok untuk orang-orang berbagai
peran. Kita dapat mengidentifikasi sembilan peran tim potensial. Dengan mencocokkan
preferensi individu dengan tuntutan peran tim, manajer meningkatkan kemungkinan bahwa
anggota tim akan bekerja sama dengan baik.
KEY ROLES ON TEAMS

Memiliki Komitmen untuk Tujuan yang Sama : pada suatu tim, visi misi dan tuhuan
harus memiliki kejelasan agar kerja tim dapat terfokus dan satu arah yang sama.

Menetapkan Tujuan Spesifik : setelah kita memiliki tujuan yang jelas, tujuan itu harus
spesifik. Sebab tujuan yang jelas akan mengiring ke organisasi kejalan yang benar.

Kepemimpinan dan Struktur : tim harus dipimpin oleh seseorang yang memiliki jiwa
kepemimpinan sehingga mampu membawa tim ke arah yang benar dan jelas

Kemalasan sosial dan akuntabilitas : kemalasan merupakan muruh terbesar dalam tim,
oleh sebab itu tim harus memiliki kinerja yang baik.

Evaluasi kinerja yang tepat dan sistem penghargaan : evaluasi kinerja individual,
upah per jam tetap, insentif individual, dan sejenisnya, tidak konsisten dengan perkembangan
tim berkinerja tinggi. Sehingga selain mengevaluasi dan memberikan penghargaan kepada
karyawan atas kontribusi masing-masing, manajemen harus mempertimbangkan penilaian
berbasis kelompok, pembagian keuntungan, insentif kelompok kecil, dan modifikasi sistem
lainnya yang akan memperkuat upaya tim dan komitmen.

Mengembangkan rasa saling percaya yang tinggi : Kepercayaan , integritas dalam tim
merupakan suatu hal yang sangat penting sebab kejujuran dalam tim mampu membuat tim
bekerja secara maksimal tanpa ada yang ada ditutup-tutupi, sedangkan tim yang tidak
memiliki integritas pasri memiliki kecemburuan dan mudah hancur dan kebersamaan rendah.

Dimensi Kepercayaan :
1. Integritas : kejujuran dan kebenaran
2. Kompetensi : pengetahuan dan keterampilan teknis dan interpersonal
3. Konsistensi : keandalan, prediktabilitas, dan penilaian yang baik dalam situasi penanganan
4. Loyalitas : kesediaan untuk melindungi dan menyelamatkan muka bagi seseorang
5. Keterbukaan : kesediaan untuk berbagi ide dan informasi secara bebas

THE GROUP / TEAMWORK


Tantangan : Seorang pekerja berhasil bukan karena prestasinya sendiri saja tetapi juga
karena kelompoknya, seorang individu harus bisa berkomunikasi dengan yang lain dengan
baik, jujur terhadap satu dengan yang lain, lebih terbuka agar bisa mengetahui perbedaan dan
dapat memecahkan suatu masalah bersama tanpa adanya konflik. Tetapi hal tersebut sulit
untuk dilakukan oleh seorang individu karena banyak sekali tantangan, diantaranya sudah
tertanam pemikiran individualisme dari seseorang sejak lahir dan jangan terlalu percaya pada
orang lain.

Membangun kepercayaan : Manajer dan pemimpin tim mempunyai dampak besar dalam
membangun kepercayaan dalam anggota kelompok.
1. Ada beberapa cara dalam membangun kepercayaan, yaitu :
tunjukkan bahwa anda bekerja untuk kepentingan orang lain seperti kepentingan diri sendiri.
2. menjadi anggota tim sendiri
3. terbuka
4. adil
5. bicarakan apa yang perlu dibicarakan
6. konsisten dalam membuat keputusan
7. mempertahankan kepercayaan diri seseorang
8. menunjukkan kompeten seorang pimpinan
9. Rewards : bentuk penghargaan dapat bermacam-macam seperti promosi, kenaikan gaji, dll.

TEAMS AND TOTAL QUALITY MANAGEMENT


Total quality management adalah untuk menghasilkan peningkatan dalam proses. Total
quality management membutuhkan manajemen yang digunakan untuk memberikan semangat
kepada para pekerja untuk memberikan ide-ide mereka dan juga dapat merealisasikannya
dalam pekerjaan. Seorang penulis pernah menuliskan, Tidak ada proses dan teknik yang
dapat diaplikasikan langsung dalam Total Quality Management kecuali dilakukan dalam
workteam. Karena semua teknik dan proses membutuhkan adanya komunikasi dan kontak,
respon dan adaptasi, dan proses koordinasi dengan intensitas yang tinggi.

Shaping team players


Opsi penting yang dibutuhkan oleh manajer untuk mengubah cara kerja individual menjadi
kerjasama dalam tim (teamwork).
Seleksi : Ketika menyeleksi anggota team yang baru, manajer harus mempertimbangkan
tidak hanya kemampuan teknis yang dimiliki, namun juga harus memperhatikan apakah
karyawan tersebut memiliki kemampuan untuk berperan di dalam tim sebaik kemampuan
teknis yang ia miliki, karena banyak orang tidak memiliki kemampuan untuk bekerja di
dalam tim.
Ketika berhadapan dengan calon karyawan, manajer memiliki 3 pilihan, yaitu:
(a) Karyawan tersebut ditraining untuk membuat mereka mampu berperan sebagai anggota tim
yang baik. Dalam training, kemampuan mereka untuk bekerja di dalam tim akan diasah
secara lebih baik. Jika ini tidak berhasil, dapat dilakukan cara yang kedua.
(b) Memindahkan karyawan ini ke divisi lain dalam organisasi yang dapat bekerja secara
individual atau tidak terikat di dalam sebuah tim. Jika tidak ada alternatif ini, manajer harus
mengambil pilihan yang ketiga.
(c) Pilihan terakhir ini adalah dengan tidak menerima karyawan tersebut.

Training : karyawan yang telah disediakan di dalam suatu teamwork. Training biasanya
ditawarkan dalam bentuk workshop untuk menolong karyawan dalam meningkatkan
kemampuan untuk pemecahan masalah (problem solving), komunikasi, negosiasi,
manajemen konflik, dan skill kepemimpinan. Misalnya juga dalam training biasanya para
karyawan diingatkan untuk lebih bersabar, karena pengambilan keputusan yang dilakukan
dalam tim akan memakan waktu lebih lama dibandingkan jika mereka mengambil keputusan
sendiri.

Teams and workforce diversity


Perbedaan pada dasarnya akan memunculkan perspektif yang baru dalam menghadapi setiap
masalah, namun perbedaan juga akan mempersulit tim untuk bersatu dalam mencapai suatu
kesepakatan.
Kasus yang paling sulit dihadapi oleh tim yang memiliki banyak perbedaan adalah kasus
untuk pemecahan masalah (problem solving) dan kasus pengambilan keputusan (decision
making). Tim yang bersifat heterogen memiliki beragam perspektif berbeda yang mampu
menciptakan solusi yang unik dan kreatif. Tetapi karena banyaknya perspektif inilah yang
membuat tim ini menghabiskan waktu yang lebih lama untuk berdiskusi.
Tim yang bersifat kohesif (bersatu) akan memiliki rasa puas yang lebih besar dalam bekerja,
tingkat absen yang rendah, dan tingkat keluarnya anggota dalam tim juga sangat rendah.
Untuk itu diharapkan tim yang bersifat berbeda harus saling mensupport dalam segala
perbedaan yang ada, sehingga tim ini dapat memaksimalkan nilai-nilai dalam perbedaan itu
sehingga menjadikan tim ini menjadi tim yang kohesif. Dapat juga mengikuti diversity
training untuk memperkuat tim ini.

Reinvigorating mature teams


Tim yang telah terbentuk lama dan berada dalam tahap kedewasaan/stabil cenderung untuk
menolak berpikir secara kritis dalam tim. Masing-masing anggota mempercayai bahwa
mereka sudah dapat membaca pikiran setiap orang dalam tim tersebut. Hasilnya, para anggota
akan merasa enggan untuk mengemukakan pendapat mereka karena mereka tidak ingin
beradu pendapat dengan yang lain.
Permasalahan lain yang terjadi dalam mature team adalah kesuksesan-kesuksesan yang
mereka capai di awal akan membuat mereka hanya bertumpu pada masalah dan tugas yang
sederhana saja untuk dihadapi. Seharusnya seiring berjalannya waktu, tim ini harus mencoba
untuk memecahkan maslah-masalah dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Tim akan
terjebak dalam proses dan rutinitas belaka yang menjadikan mereka enggan untuk mencapai
kesempurnaan dalam hal yang dilakukan seperti saat dulu mereka pertama kali terbentuk. Ini
juga menyebabkan proses internal dalam tim tidak lagi berjalan mulus. Lebih banyak konflik
yang terjadi dalam tim, komunikasi menurun, dan performa tim akan menurun drastis.
Solusi yang dapat dilakukan untuk menyegarkan kembali tim yang berada di tahap
kedewasaan ini:
1. Menyiapkan para anggota tim untuk dapat menghadapi masalah ketika nanti tim telah
mencapai tahap kedewasaan.
2. Menawarkan re-fresher training/training yang bertujuan untuk penyegaran kembali dalam
tim.Training ini akan melatih tim dalam komunikasi, manajemen konflik, dan meningkatkan
kepercayaan diri pada setiap orang serta meningkatkan kepercayaan antara yang satu dengan
lainnya.
3. Menawarkan advanced training.Training ini bertujuan untuk mengarahkan anggota tim
untuk mengembangkan kemampuan problem-solving, interpersonal, dan kemampuan
teknikal yang lebih kuat.
Meyakinkan tim untuk memperlakukan perkembangan yang dilakukan sebagai pengalaman
belajar.Sehingga tim tidak cepat puas dengan hasil perkembangan yang dilakukan, namun
terus meningkatkan untuk selalu lebih baik.Mereka juga akan melihat setiap konflik dan
ancaman yang muncul sebagai kesempatan belajar yang baru.

Anda mungkin juga menyukai