Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ANALISIS PRAKTIK POLITIK MONETER DAN KEBIJAKAN BANK


INDONESIA PADA MASA PANDEMI COVID-19

Oleh
1. Tasya Najwa 202210360311001
2. Diva Vahlizah 202210360311191
3. Arnelita Dwi 202210360311196
4. Annisya Tri Andhinna 202210360311199
5. Aisyah Farah A 202210360311268

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2023
I. LATAR BELAKANG MASALAH

Pertama kalinya COVID-19 dilaporkan masuk ke Indonesia pada 2 Maret 2020 di


Depok, Jawa Barat. menurut laporan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, di
sepanjang tahun 2020 terdapat sebanyak 743.198 kasus dan meninggal sebanyak 22.138
orang. Virus ini telah mencapai angka 2.284.084 kasus positif per tanggal 4 Juli 2021 dan
60.027 korban meninggal dunia. Dengan adanya coronavirus atau COVID-19 di Indonesia
ini, menyebabkan dampak terhadap banyak sektor, terutama sektor ekonomi dan
pendidikan. Pada sektor perekonomian mengalami dampak yang serius akibat pandemi
virus corona ini, salah satunya pada ketenagakerjaan dengan munculnya banyak
pengangguran akibat adanya PHK oleh pihak-pihak perusahaan yang ikut terdampak
pandemi ini. Kinerja ekonomi yang makin melemah ini sangat berpengaruh dengan situasi
ketenagakerjaan di Indonesia. Selain itu, masih banyak dampak lainnya yang sangat
mempengaruhi sistem perekonomian Indonesia seperti Pelemahan Nilai Tukar Rupiah, dan
pergerakan IHSG yang terjun bebas.
Penelitian Ervina Fadhilatul Jannah pada tahun 2023 dan hasil penelitian Akbar, K.,
Kembaren, T., Firmansyah Tanjung, A., & Harahap, A. R. pada tahun 2020 menjadi
landasan untuk mendalami pemahaman mengenai kebijakan moneter Bank Indonesia
selama pandemi. Pada tahun 2023, Ervina Fadhilatul Jannah menyoroti beberapa kebijakan
moneter Bank Indonesia yang diterapkan selama masa pandemi Covid-19. Kebijakan-
kebijakan ini melibatkan Kebijakan Makroprudensial Akomodatif, Kebijakan Stabilitas
Nilai Tukar Rupiah Bank Indonesia, Kebijakan Pembelian SBN, Penurunan Suku Bunga
Kebijakan (BI7DRR), dan Sinergi Bank Indonesia dan Pemerintah dalam Pemberian
Bantuan Sosial (bansos). Kelima kebijakan tersebut memiliki peran penting dalam menjaga
stabilitas ekonomi dan memberikan dukungan kepada pelaku usaha di berbagai sektor[1].
Menurut Akbar, K., Kembaren, T., Firmansyah Tanjung, A., & Harahap, A. R. pada
tahun 2020, perekonomian Indonesia mengalami gangguan signifikan akibat pandemi
Covid-19. Dalam menghadapi situasi tersebut, pemerintah Indonesia merespons dengan
mengeluarkan kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Kebijakan-kebijakan ini dirancang
untuk merangsang perekonomian dan menjaga stabilitas ekonomi, terutama bagi pelaku
usaha di sektor riil dan keuangan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa respons
terhadap dampak ekonomi pandemi tidak hanya dilakukan oleh Bank Indonesia tetapi juga
melibatkan campur tangan pemerintah untuk mencapai tujuan stabilisasi ekonomi[1].
Dari uraian tersebut, muncul rumusan masalah dalam penelitian ini, yakni mengenai
langkah-langkah yang diambil oleh Bank Indonesia dalam menetapkan kebijakan moneter
selama masa pandemi Covid-19 dan tujuan dari kebijakan-kebijakan tersebut. Langkah-
langkah ini menjadi kritis karena pengaruhnya pada berbagai sektor ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk memahami lebih
dalam tentang strategi dan motivasi di balik kebijakan-kebijakan moneter yang diterapkan
oleh Bank Indonesia selama pandemi Covid-19 di Indonesia[1].
Penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi lebih lanjut mengenai
implementasi kebijakan makroprudensial akomodatif, stabilitas nilai tukar rupiah,
pembelian SBN, penurunan suku bunga kebijakan, dan sinergi dengan pemerintah dalam
penyaluran bantuan sosial. Analisis ini akan melibatkan evaluasi efektivitas dan relevansi
kebijakan-kebijakan tersebut dalam merespons tantangan ekonomi yang dihadapi Indonesia
selama pandemi Covid-19.
Secara khusus, aspek-aspek yang akan dieksplorasi termasuk dampak langsung dan
tidak langsung dari kebijakan-kebijakan tersebut terhadap tingkat inflasi, pertumbuhan
ekonomi, stabilitas nilai tukar, dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, akan dianalisis
pula sejauh mana kerja sama antara Bank Indonesia dan pemerintah dalam menghadapi
krisis ekonomi akibat pandemi.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam
tentang efektivitas dan dampak kebijakan-kebijakan moneter yang diambil oleh Bank
Indonesia selama masa pandemi Covid-19. Penemuan ini dapat menjadi dasar bagi pembuat
kebijakan, lembaga keuangan, dan peneliti lainnya untuk merancang strategi yang lebih
efektif dalam menghadapi krisis ekonomi serupa di masa depan. Melalui pemahaman yang
lebih baik tentang langkah-langkah yang telah diambil dan tujuan yang ingin dicapai oleh
Bank Indonesia, kita dapat membangun dasar yang lebih kokoh untuk menjaga stabilitas
ekonomi dalam menghadapi tantangan global seperti pandemi.

II. RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah untuk makalah berjudul "Analisis Praktik Politik Moneter dan
Kebijakan Bank Indonesia Pada Masa Pandemi Covid-19" adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana langkah Bank Indonesia dalam menentukan kebijakan moneter pada
masa Pandemi Covid-19

III. LANDASAN TEORITIK


Teori ekonomi makro
Ekonomi makro merupakan salah satu cabang dari ilmu ekonomi. Ekonomi makro
berfokus pada perilaku dan kebijakan ekonomi yang dapat mempengaruhi tingkat
konsumsi dan investasi, neraca perdagangan dan pembayaran suatu negara, faktor-
faktor penting yang mempengaruhi perubahan harga dan upah, kebijakan fiskal dan
moneter, jumlah uang yang beredar, tingkat suku bunga dan jumlah utang negara.
Teori ekonomi makro mengacu pada kegiatan ekonomi dengan memperhatikan
struktur kegiatan ekonomi secara keseluruhan dan ruang lingkupnya lebih luas. Jadi
ekonomi makro adalah ilmu yang membahas output, pendapatan, pekerjaan,
konsumen, investasi, dan harga total atau agregat dalam ekonomi yang terlihat secara
keseluruhan. Ekonomi makro adalah bagian dari ilmu ekonomi yang secara khusus
mengeksplorasi kondisi ekonomi suatu dan wilayah secara luas dan menyeluruh serta
merupakan studi tentang agregat dan rata-rata keseluruhan aspek ekonomi.
Tujuan mempelajari ekonomi makro adalah untuk mengetahui dan memahami
berbagai peristiwa yang berkaitan dengan perekonomian di suatu negara atau suatu
daerah dan meningkatkan kebijakan ekonomi di negara atau wilayah tersebut. Ekonomi
makro dapat membantu memahami dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
ekonomi dan juga sebagai alat untuk menentukan arah kebijakan yang akan diambil
untuk saat ini dan di masa depan.
Masalah-masalah yang dibahas dalam ekonomi makro diantaranya ialah :
1. Inflasi : Inflasi adalah peningkatan harga komoditi pada umum disebabkan oleh
non-sinkron antara program system pengadaan komoditas (produksi, penentuan
harga, pencetakan uang dan lain sebagainya) dengan tingkat pendapatan yang
dimiliki oleh masyarakat. Menurut Sonny Harry B. Harmadi, Pengantar Ekonomi
Makro, (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2015), nflasi adalah
kecenderungan dari harga untuk ditingkatkan secara umum dan terus menerus.
Suatu kejadian tidak dapat disebut inflasi jika kenaikan harga hanya terjadi pada
satu atau dua jenis barang/jasa saja, misalnya jika apa yang terjadi hanya
peningkatan harga beras dan harga jagung karena musim yang buruk. Tetapi
kejadian kenaikan harga dalam jenis barang/jasa ini dapat menyebabkan inflasi jika
kenaikan harga barang/jasa mendorong kenaikan harga barang/jasa lain. Salah satu
konsekuensi penting dari inflasi adalah bahwa ia cenderung mengurangi tingkat
kemakmuran sejumlah besar masyarakat.
2. Pengangguran : Menurut Amalia pengangguran adalah situasi yang keberadaanya
tidak terhindarkan, keduanya berkembang dan bahkan di negara maju. Meskipun
memiliki keterbatasan yang perlu dipertimbangkan karena pengangguran sangat
berpengaruh pada masalah kerentanan terhadap berbagai penjahat dan kekacauan
social, politik dan kemiskinan. Pengangguran terjadi karena ada kesenjangan antara
penyediaan pekerjaan dengan jumlah pekerja yang mencari pekerjaan. Dalam kasus
Covid-19 terjadi peningkatan angka pengangguran akibat tidak stabilnya
perekonomian masyarakat.
3. Neraca pembayaran yang timpang : Neraca pembayaran atau Balance of Payment
adalah catatan tentang transaksi ekonomi negara terhadap negara- negara lain dalam
periode waktu tertentu (umumnya dalam periode 1 tahun). Neraca pembayaran yang
terpengaruh adalah kesenjangan antara jumlah perolehan ekspor dengan
pembayaran impor. Jika impor terlalu besar, valuta asing akan berkurang, nilai tukar
mata uang lokal relative jatuh, industry domestik berbasis impor akan mati dan
seterusnya. Sedangkan jika ekspor terlalu besar, nilai mata uang lokal akan menguat
kearah mata uang asing (valas) dan akan berdampak pada peningkatan impor yang
akan menyebabkan kematian industry berbasis bahan baku domestic. Itulah
sebabnya neraca pembayaran luar negeri harus seimbang.

Faktor-faktor makro ekonomi yang secara langsung dapat mempengaruhi kinerja


saham maupun kinerja perusahaan antara lain (Samsul,2006:200):

● Tingkat Suku Bunga Domestik.


● Kurs Valuta Asing.
● Kondisi Perekonomian Internasional.
● Barang Komoditi Emas
● Siklus Ekonomi Suatu Negara.
● Tingkat Inflasi.
● Peraturan Perpajakan
● Jumlah Uang Yang Beredar.
● Barang Tambang Minyak

Dengan menggunakan teori ekonomi makro, Bank Indonesia dapat


mengidentifikasi titik inyervensi yang tepat, merancang kebijakan yang sesuai, dan
memahami implikasi dari tindakan kebijakan terhadap perekonomian Indonesia secara
keseluruhan.

IV. METODE PENELITIAN

Metode dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan mengambil banyak data dari
literatur dan laporan yang di rilis oleh Bank Indonesia dan mengumpulkan data melalui
metode studi pustaka (library research). Metode penelitian kuantitatif adalah pendekatan
ilmiah yang menekankan pada pengumpulan data berupa angka atau variabel yang dapat
diukur secara numerik. Karl Pearson Dikenal sebagai "Bapak Statistik," Pearson
memainkan peran kunci dalam membentuk fondasi statistik modern. Ia mengembangkan
metode-metode statistik untuk mengevaluasi hubungan dan variabilitas dalam data. Tujuan
utamanya adalah untuk mengidentifikasi pola, hubungan, dan kecenderungan dalam data,
serta melakukan analisis statistik untuk mendukung generalisasi dan pembuatan keputusan.
Proses penelitian dimulai dengan formulasi pertanyaan penelitian yang dapat
dioperasionalisasikan dalam variabel yang terukur. Selanjutnya, peneliti merancang desain
penelitian yang mencakup pemilihan sampel yang representatif. Pengumpulan data
dilakukan melalui teknik survei, eksperimen, atau analisis data sekunder. Analisis data
kuantitatif melibatkan penggunaan statistik, seperti uji hipotesis dan regresi, untuk
mengidentifikasi pola atau hubungan yang signifikan. Metode ini memungkinkan
pembuatan generalisasi dari sampel ke populasi yang lebih besar, memberikan dasar yang
kokoh untuk formulasi kebijakan atau teori. Laporan hasil penelitian kuantitatif umumnya
mencakup presentasi data dalam bentuk grafik atau tabel, analisis statistik, dan interpretasi
kesimpulan yang dapat diukur secara empiris.
Studi pustaka adalah pendekatan penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan
dan menganalisis literatur, laporan, dan penelitian terdahulu yang relevan dengan topik
yang dibahas. Pendekatan "library research" atau penelitian studi pustaka secara khusus
mungkin tidak secara eksplisit menjadi fokus dari tokoh-tokoh tertentu dalam sejarah.
Namun demikian, beberapa tokoh terkenal memiliki pandangan terkait penggunaan
literatur, riset, atau studi pustaka dalam proses penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan. Thomas Jefferson Sebagai salah satu pendiri Amerika Serikat, Thomas
Jefferson sangat menekankan pentingnya akses terhadap literatur dan pengetahuan. Ia
bahkan mendirikan Library of Congress sebagai upaya untuk memberikan akses yang luas
terhadap sumber-sumber literatur dan ilmu pengetahuan. Dalam konteks analisis praktik
politik moneter dan kebijakan Bank Indonesia selama pandemi Covid-19, metode ini
memberikan dasar untuk menyusun pemahaman yang komprehensif berdasarkan kajian
literatur yang telah ada.
Langkah pertama dalam metode penelitian ini adalah pengumpulan data dari
berbagai sumber literatur, termasuk laporan resmi yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
Data-data ini mencakup kebijakan moneter yang diimplementasikan oleh Bank Indonesia
selama pandemi, serta dampak dan tujuan dari kebijakan tersebut. Selain itu, penulis juga
akan merujuk pada penelitian terdahulu yang relevan untuk mendapatkan konteks dan
analisis lebih lanjut tentang praktik politik moneter di masa pandemi.
Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, yang memungkinkan mereka
untuk menjelajahi kompleksitas isu-isu yang terkait dengan kebijakan moneter. Pendekatan
kualitatif memberikan ruang untuk menganalisis data secara mendalam dan kontekstual,
serta memahami dinamika yang terlibat dalam pengambilan keputusan oleh Bank
Indonesia. Dalam konteks ini, penulis akan menyusun data dan informasi yang
dikumpulkan dalam bentuk tulisan, dengan merinci kebijakan moneter yang diambil, tujuan
dari kebijakan tersebut, dan dampaknya terhadap stabilitas ekonomi.
Analisis dilakukan dengan merujuk pada data dan teori yang relevan. Data yang
dikumpulkan dari studi pustaka akan dibandingkan dan dikontraskan untuk
mengidentifikasi pola dan tren yang muncul selama pandemi Covid-19. Teori-teori terkait
kebijakan moneter dan dampak pandemi akan digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi
keefektifan kebijakan yang diambil oleh Bank Indonesia.
Rumusan masalah menjadi panduan dalam melakukan analisis dan pembahasan.
Setiap aspek rumusan masalah akan dijabarkan dan dieksplorasi secara mendalam dengan
mengacu pada temuan-temuan yang muncul dari studi pustaka. Hal ini memberikan struktur
dan fokus yang jelas dalam penyusunan argumen dan kesimpulan.
Dengan menggunakan metode penelitian ini, diharapkan makalah dapat
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pemahaman tentang praktik politik
moneter Bank Indonesia selama pandemi Covid-19. Pendekatan studi pustaka kualitatif
memungkinkan penulis untuk merinci konteks, dinamika, dan dampak kebijakan moneter
dengan lebih baik, sehingga hasil penelitian dapat memberikan wawasan yang lebih
mendalam kepada pembaca.

V. PEMBAHASAN DATA DAN ANALISIS

Sebelum pandemi COVID-19, ekonomi Indonesia mengalami kemajuan


signifikan. Pada September 2019, tingkat kemiskinan mencapai rekor terendah yaitu
9,2%, namun naik menjadi 9,7% pada September 2021. Situasi ekonomi Indonesia
selama pandemi Covid-19 melampaukan beberapa dampak negatif, seperti kontraksi
pertumbuhan ekonomi, penurunan investasi, kemiskinan dan peningkatan
pengangguran.
Kontraksi pertumbuhan ekonomi Pandemi Covid-19 menyebabkan kontraksi
pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 2020 sebesar -2,07 persen. Hal ini
menyebabkan perekonomian Indonesia pada tahun 2020 mengalami deflasi atau
penurunan drastis yang tidak hanya disebabkan oleh Indeks Harga Konsumen (IHK)
yang menurun tapi disebabkan oleh meningkatnya pengangguran. Faktanya
Indonesia mengalami deflasi dengan tingkat inflasi berada pada 1,68 persen dimana
angka ini menjadi angka terendah dan jauh dari target Pemerintah yang tercantum
pada PMK No.124/PMK.010/2017.

Pandemi Covid-19 telah memicu dampak ekonomi yang signifikan, tidak terkecuali
bagi Indonesia. Sebagai respons, pemerintah Indonesia meluncurkan serangkaian kebijakan
moneter untuk mengatasi krisis ekonomi yang diakibatkan oleh pandemi ini. Fokus utama
makalah ini adalah pada analisis praktik politik moneter dan kebijakan Bank Indonesia
selama masa pandemi Covid-19. Landasan konseptual yang membimbing penelitian ini
ialah teori ekonomi makro. Kemudian, menurut Ascarya (2002) menggambarkan kebijakan
moneter sebagai instrumen bank sentral untuk mengendalikan besaran moneter dan
mencapai stabilitas ekonomi. Pandemi Covid-19, sebagai penyakit baru, memunculkan
dampak signifikan pada perekonomian global (Akbar et al., 2022). Bank Indonesia, sebagai
bank sentral, memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan
negara, terutama dalam mengambil kebijakan moneter selama pandemi (Silalahi & Ginting,
2020). Dalam pelaksanaan kebijakan moneter, Bank Indonesia menggunakan kerangka
kerja yang dinamakan Inflation Targeting Framework (ITF). ITF merupakan suatu
kerangka kerja melalui kebijakan moneter yang diarahkan supaya mencapai sasaran dari
inflasi yang ditetapkan ke depan dan akan diumumkan kepada publik sebagai perwujudan
dari komitmen dan akuntabilitas Bank Indonesia sebagai bank sentral. Kebijakan moneter
BI saat pandemi covid 19 mencakup : Kebijakan Makroprudensial Akomodatif, Kebijakan
Stabilitas Rupiah Bank Indonesia, Kebijakan Pembelian SBN, dan Penurunan Suku Bunga
Kebijakan (BI7DRR).

1. Pengaruh Kebijakan Moneter Bank Indonesia Selama Pandemi Covid-19


Ervina Fadhilatul Jannah (2023) menjelaskan bahwa Bank Indonesia
menerapkan sejumlah kebijakan moneter untuk menghadapi dampak pandemi
Covid-19. Kebijakan Makroprudensial Akomodatif, Kebijakan Stabilitas Nilai
Tukar Rupiah Bank Indonesia, Kebijakan Pembelian Surat Berharga Negara (SBN),
dan Penurunan Suku Bunga Kebijakan (BI7DRR), adalah langkah-langkah yang
diambil untuk mengatasi dampak ekonomi yang merugikan. Kebijakan
Makroprudensial Akomodatif bertujuan memperkuat ketahanan sistem keuangan
dan merangsang kredit sehat. Kebijakan Stabilitas Nilai Tukar Rupiah berfokus
pada menjaga stabilitas mata uang nasional. Kebijakan Pembelian SBN bertujuan
untuk menjaga likuiditas pasar keuangan dan memperkuat ketahanan sistem
keuangan. Penurunan Suku Bunga Kebijakan ditujukan untuk mendorong
pertumbuhan kredit dan memperkuat ketahanan sistem keuangan.
2. Pentingnya Sinergi dengan Pemerintah dan KSSK
Ervina Fadhilatul Jannah (2023) menyoroti pentingnya sinergi antara Bank
Indonesia, pemerintah, dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam
menjalankan kebijakan moneter. Sinergi ini menjadi kunci dalam menjaga
kestabilan nilai tukar Rupiah dan mencapai target inflasi yang diinginkan. Dalam
konteks ini, Bank Indonesia tidak hanya mempertimbangkan aspek moneter, tetapi
juga faktor-faktor ekonomi dan sosial yang lebih luas.

3. Refleksi Terhadap Kebijakan Moneter


Dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian Indonesia sangat
signifikan. Kebijakan moneter yang diimplementasikan oleh Bank Indonesia,
sebagaimana diuraikan oleh Ervina Fadhilatul Jannah (2023), memberikan
gambaran tentang respons bank sentral terhadap krisis ini. Kebijakan
makroprudensial, kebijakan stabilitas nilai tukar, pembelian SBN, penurunan suku
bunga, dan sinergi dengan pemerintah dalam bansos, semuanya membentuk
rangkaian strategi untuk menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan.

4. Tantangan dan Peluang ke Depan


Meskipun kebijakan moneter yang diambil oleh Bank Indonesia telah
memberikan dampak positif dalam mengatasi dampak pandemi, tantangan dan
peluang ke depan tetap ada. Perubahan dinamika ekonomi global, perkembangan
pandemi, dan variabilitas faktor-faktor internal dapat mempengaruhi efektivitas
kebijakan moneter. Oleh karena itu, Bank Indonesia perlu tetap adaptif dan
responsif terhadap perubahan situasi ekonomi dan keuangan global.

Tingginya tingkat ketidakpastian ekonomi akibat pandemi Covid-19 membuat


kebijakan moneter menjadi salah satu instrumen utama dalam menjaga stabilitas
ekonomi. Pandangan ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang menekankan
bahwa kebijakan moneter memiliki peran sentral dalam menghadapi situasi krisis
ekonomi (Bernanke, 2020). Bank Indonesia, dengan menggunakan Inflation Targeting
Framework (ITF), memposisikan dirinya untuk menjadi responsif terhadap perubahan
kondisi ekonomi yang cepat dan tidak terduga.
Salah satu langkah konkret yang diambil oleh Bank Indonesia adalah Kebijakan
Makroprudensial, yakni kebijkan yang memiliki tujuan utama untuk memelihara
stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan melalui pembatasan peningkatan resiko
sistematik. Kebijakan Makroprudensial ini baru diperbaharui pada tanggal 20 Agustus
2018 dengan harapan dimana permintaan akan pembiayaan properti akan terus
meningkat setiap tahun nya (Mizwar, 2022). Bank Indonesia telah menempuh
kebijakan makroprudensial dari awal sebelum covid-19 masuk di Indonesia,
dikarenakan perekonomian dunia pada saat itu sedang tidak baik yang membuat
perekonomian di dunia melambat. Salah satu permasalahan yang terjadi adalah
permasalahan stabilitas sistem keuangan. Bank Indonesia telah menempuh kebijakan
makroprudensial dari awal sebelum covid-19 masuk di Indonesia, dikarenakan
perekonomian dunia pada saat itu sedang tidak baik yang membuat perekonomian di
dunia melambat. Hal ini membuat Bank Indonesia mengambil langkah penerapan
kebijakan makroprudensial untuk mencegah terjadinya krisis (Gading & Steven,
2022).
Evaluasi keberhasilan kebijakan makroprudensial selama pandemi COVID-19 di
Indonesia melibatkan analisis mendalam terhadap sejumlah faktor. Meskipun berbagai
langkah telah diambil, seperti penyesuaian suku bunga, pemberian keringanan
pinjaman, dan penguatan modal, penilaian keberhasilan tersebut masih tergantung pada
perspektif yang digunakan. Secara positif, beberapa kebijakan telah memberikan
dampak positif yang langsung terlihat, seperti merangsang aktivitas ekonomi melalui
penurunan suku bunga.
Selain itu, terdapat penerapan Kebijakan Stabilitas Nilai Tukar Rupiah.
Kebijakan ini dirancang untuk menjaga nilai tukar rupiah agar tetap stabil dan terhindar
dari depresiasi yang berlebihan. Akibat pandemi, banyak mata uang mengalami
fluktuasi yang signifikan, dan langkah-langkah yang diambil oleh Bank Indonesia
untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah memberikan kontribusi penting terhadap
stabilitas ekonomi (Ervina, 2023).
Pentingnya stabilitas nilai tukar rupiah tidak hanya terbatas pada aspek
ekonomi makro, tetapi juga berdampak pada tingkat kepercayaan investor. Dalam
situasi ketidakpastian ekonomi, stabilitas nilai tukar dapat memberikan sinyal positif
kepada pelaku pasar dan mencegah potensi tekanan inflasi yang berasal dari depresiasi
mata uang (Mishkin, 2011). Oleh karena itu, kebijakan ini memainkan peran kunci
dalam menciptakan lingkungan ekonomi yang stabil dan dapat mendukung pemulihan
ekonomi secara keseluruhan.
Bank Indonesia telah merespons volatilitas mata uang yang terjadi di tengah
pandemi dengan langkah-langkah seperti kenaikan suku bunga dan intervensi pasar
valuta asing. Upaya tersebut diharapkan dapat menjaga stabilitas mata uang rupiah dan
menghindari potensi tekanan inflasi. Meskipun mata uang rupiah berhasil
dipertahankan dalam beberapa kisaran tertentu, penilaian keberhasilan perlu
mempertimbangkan stabilitas jangka panjang, tingkat inflasi, dan dampaknya pada
perekonomian nasional.
Namun, di samping stabilitas nilai tukar, Bank Indonesia juga menetapkan
kebijakan Pembelian Surat Berharga Negara (SBN) dari pasar sekunder. Tindakan ini
diarahkan untuk menjaga likuiditas pasar keuangan dan memperkuat ketahanan sistem
keuangan. Dalam konteks ini, penelitian empiris yang lebih lanjut dapat diperlukan
untuk mengukur dampak konkret dari pembelian SBN terhadap likuiditas pasar dan
stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan. Meskipun demikian, langkah ini
mencerminkan ketanggapan yang adaptif dari Bank Indonesia terhadap dinamika pasar
keuangan yang sangat fluktuatif selama pandemi (Bernanke, 2013).
Pembelian SBN di pasar sekunder bertujuan untuk meningkatkan likuiditas dan
menstabilkan pasar keuangan domestik. Keberhasilan kebijakan ini dapat dilihat dari
sejauh mana langkah tersebut membantu menjaga stabilitas suku bunga, memberikan
dukungan likuiditas kepada pelaku pasar, serta merangsang investasi dan pemulihan
ekonomi. Jika Bank Indonesia berhasil mencapai tujuan-tujuan tersebut, seperti yang
tercermin dalam tingkat suku bunga yang stabil, peningkatan likuiditas, dan pemulihan
ekonomi yang terukur, maka kebijakan pembelian SBN dapat dianggap berhasil.
Kebijakan penurunan suku bunga, yang dikenal sebagai BI7DRR, memiliki
dampak langsung pada sektor keuangan dan riil. Suku bunga yang lebih rendah
diharapkan dapat merangsang pertumbuhan kredit dan investasi, mengingat tingginya
ketidakpastian ekonomi yang memperlambat aktivitas ekonomi (Blinder, 2018).
Penerapan kebijakan ini selaras dengan teori moneter yang menunjukkan bahwa suku
bunga adalah salah satu instrumen kunci yang dapat digunakan oleh bank sentral untuk
mempengaruhi aktivitas ekonomi (Mishkin, 2011). Oleh karena itu, analisis mendalam
terhadap dampak penurunan suku bunga ini dapat memberikan wawasan yang lebih
baik tentang efektivitas kebijakan moneter selama pandemi.
Penurunan suku bunga diharapkan dapat merangsang aktivitas ekonomi dengan
mendorong pinjaman dan investasi. Keberhasilan kebijakan ini dapat dilihat dari sejauh
mana penurunan suku bunga tersebut merespons kebutuhan dan kondisi ekonomi saat
itu. Jika kebijakan tersebut berhasil meredakan tekanan ekonomi dan memberikan
dorongan bagi sektor-sektor yang terdampak, seperti konsumsi dan investasi, itu dapat
dianggap sebagai tanda keberhasilan.
Penting untuk dicatat bahwa langkah-langkah kebijakan moneter yang diambil
oleh Bank Indonesia tidak dapat dipisahkan dari koordinasi yang erat dengan
pemerintah. Sinergi ini menjadi esensial dalam memastikan bahwa kebijakan moneter
tidak hanya berfokus pada stabilitas keuangan, tetapi juga mempertimbangkan aspek
sosial dan ekonomi yang lebih luas (Mishkin, 2011). Analisis mendalam terhadap
kolaborasi antara Bank Indonesia dan pemerintah dalam mengatasi pandemi dapat
membuka ruang untuk pemahaman lebih lanjut tentang pentingnya kerja sama antar
lembaga-lembaga utama dalam menghadapi krisis ekonomi.
Berdasarkan landasan teoritik yang kami gunakan, yakni teori ekonomi makro
memberikan kerangka kerja analitis untuk memahami perilaku ekonomi secara
keseluruhan, termasuk faktor-faktor seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat
pengangguran, dan inflasi. Selama pandemi, Indonesia, seperti negara-negara lainnya,
menghadapi tantangan ekonomi yang luar biasa, dan kebijakan moneter menjadi
instrumen kunci dalam upaya untuk menjaga stabilitas ekonomi. Teori ekonomi makro
juga mengajarkan pentingnya koordinasi kebijakan fiskal dan moneter. Keterlibatan
pemerintah dalam kebijakan moneter yang akomodatif merupakan pendekatan yang
diterapkan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi. Kebijakan tersebut memainkan
peran kunci dalam mengatasi tantangan ekonomi yang dihadapi oleh negara selama
pandemi COVID-19.

● Tantangan dan Implikasi Masa Depan


Meskipun kebijakan moneter yang diimplementasikan selama pandemi Covid-19
memberikan sejumlah dampak positif, tantangan dan pertanyaan tentang masa
depan tetap ada. Kontinuitas pandemi, fluktuasi pasar global, dan perubahan
dinamika ekonomi domestik dapat memberikan tekanan pada efektivitas kebijakan
yang diambil. Oleh karena itu, memantau dengan cermat perkembangan ekonomi
dan keuangan global dan lokal menjadi langkah yang krusial dalam memastikan
respons yang efektif dan tepat waktu dari Bank Indonesia.

Dalam konteks ini, perhatian khusus perlu diberikan pada implementasi


kebijakan makroprudensial akomodatif. Meskipun tujuannya adalah untuk memperkuat
ketahanan sistem keuangan, evaluasi lebih lanjut terhadap dampak nyata dari kebijakan
ini diperlukan untuk memastikan bahwa hal itu tidak hanya menciptakan stabilitas
finansial, tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (Blinder,
2018). Dengan begitu, kebijakan ini akan dapat berkontribusi secara optimal terhadap
pemulihan ekonomi nasional.
Secara keseluruhan, analisis praktik politik moneter dan kebijakan Bank
Indonesia selama pandemi Covid-19 membuka jendela untuk pemahaman yang lebih
baik tentang bagaimana lembaga keuangan sentral dapat merespons secara efektif
terhadap krisis ekonomi yang kompleks. Kebijakan-kebijakan tersebut mencakup
Kebijakan Stabilitas Nilai Tukar Rupiah, Pembelian SBN, Penurunan Suku Bunga
Kebijakan (BI7DRR), dan sinergi dalam pemberian bantuan sosial bersama
pemerintah.
Dalam konteks keberlanjutan dan perkembangan ekonomi global yang dinamis,
penelitian mendatang dapat lebih mendalam menjelajahi efektivitas dan dampak jangka
panjang dari kebijakan-kebijakan ini. Analisis yang lebih terperinci terhadap respons
pasar keuangan, dan pertumbuhan ekonomi sektor riil dapat menjadi fokus penelitian
selanjutnya. Selain itu, penelitian lanjutan dapat mencakup pemahaman lebih
mendalam tentang kolaborasi antara Bank Indonesia dan pemerintah dalam
menghadapi pandemi dan cara koordinasi ini memengaruhi keberhasilan kebijakan
moneter.
Sebagai penutup, kebijakan moneter yang efektif selama pandemi Covid-19
menjadi salah satu kunci dalam mengarahkan ekonomi Indonesia menuju pemulihan
yang berkelanjutan. Dengan terus memperdalam pemahaman tentang praktik politik
moneter dan memantau perubahan dinamika ekonomi dan keuangan, Bank Indonesia
dapat terus berperan sebagai agen stabilisasi yang krusial dalam menghadapi tantangan
yang terus berkembang.

VI. KESIMPULAN
Dalam menjalani masa pandemi Covid-19, Bank Indonesia telah menerapkan
sejumlah kebijakan moneter dengan cermat dan responsif. Analisis praktik politik
moneter selama pandemi membuka jendela wawasan terhadap upaya bank sentral
dalam menjaga stabilitas ekonomi dan keuangan negara. Langkah-langkah seperti
Kebijakan Stabilitas Nilai Tukar Rupiah, Pembelian Surat Berharga Negara (SBN),
Penurunan Suku Bunga Kebijakan (BI7DRR), dan sinergi dalam pemberian bantuan
sosial bersama pemerintah mencerminkan kerja keras Bank Indonesia dalam mengatasi
dampak ekonomi dan sosial yang ditimbulkan oleh pandemi.
Salah satu poin penting yang muncul dari analisis ini adalah kebutuhan akan sinergi
antara kebijakan moneter, stabilitas nilai tukar, dan langkah-langkah makroprudensial.
Penerapan Kebijakan Stabilitas Nilai Tukar Rupiah memberikan kontribusi positif
terhadap stabilitas nilai tukar dan kepercayaan investor, sementara pembelian SBN dan
penurunan suku bunga berusaha merangsang likuiditas pasar dan pertumbuhan
ekonomi. Sinergi dalam pemberian bantuan sosial juga menyoroti peran bank sentral
dalam mendukung aspek sosial dan kesejahteraan masyarakat yang terdampak.
Bank Indonesia juga menunjukkan kemampuan untuk beradaptasi dan merespons
secara dinamis terhadap perubahan kondisi ekonomi dan keuangan. Penerapan
Inflation Targeting Framework (ITF) mencerminkan komitmen bank sentral dalam
mencapai target inflasi, sementara koordinasi yang erat dengan pemerintah dan Komite
Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menegaskan pentingnya sinergi lintas lembaga.
Meskipun demikian, tantangan dan pertanyaan tentang masa depan tetap ada.
Fluktuasi ekonomi global, ketidakpastian terkait pandemi, dan perubahan dinamika
ekonomi domestik menuntut kewaspadaan terus-menerus. Evaluasi mendalam terhadap
efektivitas kebijakan yang diambil selama pandemi, termasuk dampak jangka
panjangnya, akan menjadi fokus penting untuk penelitian masa depan.
Sebagai kesimpulan, Bank Indonesia dengan keberanian dan ketanggapan yang
terencana telah memberikan kontribusi positif dalam menjaga stabilitas ekonomi dan
keuangan selama pandemi. Keseluruhan analisis ini memberikan pemahaman yang
lebih mendalam tentang praktik politik moneter dan kebijakan bank sentral di tengah
krisis global. Dengan menjaga sinergi, adaptabilitas, dan kewaspadaan, Bank Indonesia
memegang peran kunci dalam memandu Indonesia menuju pemulihan ekonomi yang
berkelanjutan di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA

Indonesia, B. (2020). Bulletin of Monetary Economics and Banking. NEXUS, 23(4).


Jannah, E. F. (2023). Analisis Kebijakan Moneter Bank Indonesia Pada Masa Pandemi
Covid-19. Journal of Economics and Social Sciences (JESS), 2(1), 1-11.
Bernanke, B. S. (2012). The federal reserve’s response to the financial crisis. Board of
governors of the federal reserve system.
Mishkin, F. S. (2012). The Economics of Money, Banking and Financial Markets (The
Pearson Series in Economics).
Bernanke, B. S. (2013). The Federal Reserve and the financial crisis. Princeton University
Press.
Blinder, A. S. (1999). Central banking in theory and practice. Mit press.
Helpman, E., Itskhoki, O., & Redding, S. (2010). Inequality and unemployment in a global
economy. Econometrica, 78(4), 1239-1283.
Yamali, F. R., & Putri, R. N. (2020). Dampak covid-19 terhadap ekonomi indonesia.
Ekonomis: Journal of Economics and Business, 4(2), 384-388.
Sihaloho, E. D. (2020). Dampak COVID-19 terhadap perekonomian Indonesia. Bandung
(ID): Departemen Ilmu Ekonomi, Universitas Padjajaran.
Anggraini, R., & Putri, D. A. (2020). Kajian Kritis Ekonomi Syariah Dalam Menelisik
Kebijakan Moneter Sebagai Upaya Penyelamatan Perekonomian Ditengah Pandemi
Covid-19. Jurnal BONANZA: Manajemen Dan Bisnis, 1(2), 80-97.
Sebayang, J. (2021). RESPON KEBIJAKAN MONETER TERHADAP PANDEMI
COVID 19. JURNAL DINAMIKA EKONOMI PEMBANGUNAN, 4(2), 140-154.

Anda mungkin juga menyukai