Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KEBIJAKAN KEUANGAN DAN PERPAJAKAN

PRODI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Nama : Netanya Nava Arella Ginting

NIM : 210903078

Mata Kuliah : Kebijakan Keuangan dan Perpajakan MBKMB

Dosen Pengampu : Franklin Asido Rossevelt S.AP., M.K.P

Soal:

1. Tujuan pembangunan Indonesia adalah terwujudnya masyarakat adil dan makmur


berdasarkan Pancasila dan UUD Negara RI Tahun 1945. Untuk mencapai tujuan tersebut,
dibentuk pemerintahan negara yang menyusun urutan prioritas pembangunan sesuai
dengan ketersediaan dana dan kebutuhan pembangunan. Untuk mencapai tujuan negara
tersebut, setiap negara memiliki konsep dan paradigma pembangunan yang didukung oleh
ketepatan arah politik hukum keuangan negara. Sebagai suatu negara hukum yang
berkedaulatan rakyat serta dalam penyelenggaran pemerintahan negara berdasarkan pada
konstitusi, pengelolaan keuangan negara harus dilaksanakan sesuai aturan-aturan pokok
yang telah ditetapkan dalam UUD 1945. Sementara itu,pengaturan keuangan negara baik
dalam UUD 1945 (Pra Perubahan) maupun pasca perubahan, hanya mengatur prinsip-
prinsip dasar sehingga perlu dilengkapi dan diperjelas oleh suatu undang-undang yang
memuat ketentuan-ketentuan pokok Keuangan Negara. Pertanyaannya ialah: politik
hukum keuangan negara itu dapat digali melalui penafsiran historis terhadap latar belakang
lahirnya isi hukum yang mengatur pengelolaan keuangan negara. Apa korelasi dan
hubungan antara politik hukum dengan pengelolahan keuangan negara, jika di lihat dari
prespektif politik keuangan ?

2. Penyebaran Covid-19 semakin masif dalam beberapa minggu terakhir ini termasuk yang
terjadi di Indonesia. Berdasarkan data sebaran kasus sampai dengan 5 April 2020 jumlah
kasus positif sebanyak 2.273 dengan angka kematian berkisar 8,7%, tersebar di 32 Provinsi
dari total 34 Provinsi yang ada di Indonesia[1]. Beberapa ahli menyebutkan tren
peningkatan kasus masih akan terus berlanjut, salah satunya diungkapkan ahli dari
Eijkman-Oxford Clinical Research Unit (EOCRU) yang memperkirakan total kasus positif
bisa mencapai 71.000 kasus per akhir April 2020 dengan menggunakan pemodelan kasus
di Indonesia selama lima hari terakhir atau dengan model Italia[2].Perkembangan
penyebaran Covid-19 yang sangat cepat, berdampak pada banyak aspek, yaitu antara lain
aspek sosial dan ekonomi. Kebijakan social distancing dan anjuran work from home yang
diambil pemerintah Indonesia untuk mengurangi penyebaran Covid-19 ini, mengakibatkan
beberapa sektor, antara lain industri pariwisata, transportasi, manufaktur, keuangan,
pelayanan publik, dan sektor lainnya mengurangi atau menghentikan aktivitasnya
sementara sampai waktu yang belum ditentukan. Tentunya hal ini memiliki dampak yang
begitu besar pada perekonomian negara baik itu dalam skala makro maupun mikro. Faktor
lain yang juga memberatkan yaitu karena sebarannya sudah menjangkau sebagian besar
wilayah di Indonesia. Oleh karena itu sejumlah kebijakan dan langkah-langkah antisipatif
telah dilakukan oleh pemerintah, baik pada pemerintah pusat, pemerintah provinsi,
kabupaten, dan kota dalam upaya penanggulangan pandemi Covid-19 ini. Langkah utama
yang sudah dilakukan pemerintah yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020 mengenai Kebijakan
Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid-
19. Perppu tersebut secara garis besar membahas dua hal, yang pertama kebijakan
keuangan negara dan keuangan daerah, yaitu mengatur kebijakan pendapatan, belanja, dan
pembiayaan. Kedua adalah kebijakan stabilitas sistem keuangan yang meliputi kebijakan
untuk penanganan permasalahan lembaga keuangan yang membahayakan perekonomian
nasional dan/atau stabilitas sistem keuangan negara[3]. Dampak Pandemi Covid-19 Pada
Perekonomian Indonesia Peningkatan pandemi Covid-19 diprediksi akan berakibat pada
penurunan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020. Berdasarkan prediksi The Economist
Intelligence Unit sebagian besar negara G-20 akan mengalami pertumbuhan ekonomi
negatif kecuali China (1,0), India (2,1), dan Indonesia (1,0)[4]. Pertumbuhan yang masih
positif ini karena baseline pertumbuhan ekonomi Indonesia sebelum Covid-19 sudah cukup
tinggi dengan real GDP growth sebesar 5,1. Penurunan pertumbuhan ini diantaranya
disebabkan oleh pelambatan ekonomi yang berdampak pada penurunan pendapatan negara.
Selanjutnya terdepresiasinya nilai rupiah, merosotnya indeks harga saham di pasar modal,
hingga munculnya masalah likuiditas mengakibatkan terancamnya stabilitas
perekonomian. Secara mikro, sepertinya dampak pandemi Covid-19 dapat menyerang
berbagai organisasi/instansi baik yang berskala besar maupun kecil. Pada organisasi kecil
tentu saja permasalahan ini akan sangat terasa karena ketersediaan modal dan sumber daya
mereka yang relatif masih kecil sehingga kesulitan untuk membiayai kegiatan. Pada
organisasi besar pandemi ini juga dapat berdampak karena fixed cost yang harus
dikeluarkan relatif besar, sementara arus pendapatan pasti akan menurun.Kondisi yang
sama juga berlaku pada sektor pemerintahan. Penurunan pendapatan dialami karena
penurunan aktivitas ekonomi masyarakat, sementara terjadi peningkatan belanja
pemerintah, khususnya untuk bidang kesehatan dan sosial. Pada bulan pertama mungkin
pandemi Covid-19 belum terlalu berdampak besar pada keuangan pemerintah, karena
masih dapat memanfaatkan ketersediaan dana yang masih tersimpan. Namun apabila
pandemi ini tidak kunjung membaik, dampak keuangannya akan mulai dirasakan pada
beberapa bulan berikutnya karena adanya penurunan pendapatan yang tajam dan masalah
likuiditas. Oleh karena itu instansi pemerintahan, baik pemerintah pusat ataupun daerah,
perlu mengerahkan kekuatan bersama dalam penanggulangan penyebaran pandemi ini
dengan memprioritaskan anggaran pemerintah di bidang kesehatan dan sosial. Disaat yang
sama pemerintah perlu menanggulangi dampak ekonomi dan keuangan, dengan target pada
masyarakat yang terdampak karena menurunnya daya beli. Pertanyaannya ialah Dalam
kondisi seperti pandemik sekarang ini, apa yang harus di ambil pemerintah sebuah
keputusan secara cepat, tepat, dan berdasarkan nilai manfaat dan nilai praktis yang ada agar
dapat meminimalisasi dampak negatif dari sektor ekonomi dan keuangan negara? Dan
Rekomendasi-rekomendasi apa saja yang di lakukan pemerintah dalam melaksanakan
politik keuangan? (Analisis kan)

3. Bagaimana cara menentukan skala priotas dalam melaksanakan politik keuangan? Dan
bagaimana cek n balance dalam prioritas politik keuangan? Jelaskan dan analisiskan lalu
berikan studi kasus yang ada.

Jawaban:
1. Politik hukum merupakan dasar pembangunan hukum di suatu negara yang biasanya
disebut dengan istilah “politik hukum nasional”, dan dibentuk berdasarkan ideologi
nasional bangsa yang didalamnya mengandung nilai-nilai dasar bagi sumber nilai-nilai
hukum lainnya. Sehingga, politik hukum keuangan negara berhubungan dengan kebijakan
dan tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam mengatur, mengelola, dan menggunakan
sumber daya keuangan negara. Sedangkan pengelolaan keuangan negara berhubungan
dengan perencanaan, alokasi, dan penggunaan dana publik guna mencapai tujuan
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
Politik hukum dengan pengelolaan keuangan negara tentunya saling berhubungan. Yang
mana tujuan dibentuknya politik hukum atas pengelolaan keuangan negara adalah agar
pelaksanaan pembangunan yang dibiayai dari APBN/APBD dapat terarah dan dilaksanakan
secara efektif dan efisien sesuai prinsip transparansi, terbuka, dan akuntabel sehingga
hasilnya dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi fisik, keuangan bahkan manfaatnya
bagi kelancaran tugas para pemerintah. Dengan terlaksananya pengelolaan keuangan negara
berdasarkan prinsip-prinsip tersebut, maka dapat dikatakan bahwa politik hukum
berpengaruh, berhubungan, bahkan tercermin dalam proses pengelolaan keuangan negara.

2. Dalam kondisi pandemi seperti yang dijelaskan di atas, tentunya pemerintah harus
mengambil keputusan secara cepat, tepat, dan berdasarkan nilai manfaat dan nilai praktis.
Saat menghadapi pandemi COVID-19, yang menjadi prioritas utama pemerintah adalah
melindungi kesehatan masyarakat. Sebagaimana yang diketahui saat pandemi berlangsung,
banyak masyarakat yang terpapar virus tersebut sehingga memerlukan obat-obatan yang
banyak pula. Untuk menanggapi hal ini, pemerintah harus meningkatan belanja di sektor
kesehatan dan sosial sebagai salah satu langkah untuk memastikan ketersediaan alat
kesehatan, peningkatan kapasitas rumah sakit, serta memberikan dukungan kepada
masyarakat yang terdampak. Selain berdampak pada kesehatan, pandemi COVID-19 juga
berdampak pada ekonomi negara yang menyebabkan penurunan pendapatan negara dan
peningkatan belanja negara, sehingga dapat menyebabkan defisit anggaran. Dalam
mengatasi hal ini, perlu dilakukan pengelolaan keuangan secara hati-hati dan transparan
untuk menjaga stabilitas keuangan negara. Karena dalam keadaan seperti ini tidak jarang
akan ada oknum yang mengambil kesempatan untuk melakukan mark-up anggaran dan
KKN. Maka rekomendasi yang dapat diberikan adalah dengan meningkatkan transparansi
keuangan negara, salah satu caranya adalah dengan penyediaan informasi keuangan secara
terbuka dan mudah diakses oleh publik serta penyampaian laporan keuangan yang akurat
dan rutin. Lalu dalam situasi work from home dan pembatasan fisik yang memberikan
dampak yang begitu besar pada perekonomian negara baik itu dalam skala makro maupun
mikro, penerapan teknologi digital dapat menjadi salah satu cara untuk menjaga aktivitas
ekonomi dan pekerjaan tetap berlangsung. Penerapan teknologi sangat direkomendasikan
karena dapat membantu dalam pemulihan ekonomi dan membuat masyarakat mulai terbiasa
dengan penggunaan teknologi serta mampu mengikuti perkembangan zaman untuk dapat
membuat inovasi-inovasi baru guna pemulihan dan peningkatan ekonomi negara.

3. Penentuan skala prioritas dalam melaksanakan politik keuangan tentunya penting


dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengontrol pengelolaan keuangan, Untuk menentukan
skala prioritas dalam melaksanakan politik keuangan, maka cara-cara yang dapat dilakukan
adalah dengan :
- Mengidentifikasi tingkat urgensi
Dalam hal ini, kebutuhan dengan tingkat urgensi yang tinggi harus didahulukan dalam
pemenuhannya. Contohnya bidang kesehatan dan dukungan langsung bagi masyarakat
yang terdampak secara ekonomi selama pandemi COVID-19. Dimana pengelolaan
keuangan akan ditangguhkan pertama kali untuk mengatasi masalah kesehatan dan
membantu masyarakat yang terkena dampak pandemi COVID-19 dalam bidang
ekonomi.

- Mendahulukan hal-hal yang berdampak pada ekonomi dan sosial


Contohnya dengan membuat kebijakan yang berfokus pada sektor-sektor yang memiliki
dampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi, lapangan kerja, dan kesejahteraan
masyarakat.

Mengenai cek and balance dalam prioritas politik keuangan, maka yang dimaksud dengan
cek and balance itu sendiri merupakan saling kontrol dan keseimbangan antara lembaga
negara agar tidak saling menjatuhkan. Dalam hal ini, cara yang dapat dilakukan adalah
dengan :
- Membentuk lembaga pengawas keuangan agar pengelolaan keuangan dapat dilakukan
secara transparan, efektif, efisien, dan akuntabel.
- Memastikan transparansi dalam pelaksanaan kebijakan keuangan, termasuk penyediaan
informasi yang jelas dan mudah diakses oleh publik dimana dalam hal ini, partisipasi
masyarakat juga dibutuhkan untuk memantau dan mengevaluasi pengelolaan keuangan
dalam bentuk forum diskusi untuk mendengar masukan dari masyarakat serta
akuntabilitas pemerintah juga perlu ditegakkan agar dapat mengelola keuangan secara
transparan, efektif, dan efisien.

Contoh studi kasus :


• Program Keluarga Harapan (PKH)
PKH merupakan program pemberian bantuan sosial bersyarat kepada Keluarga Miskin
(KM) yang ditetapkan sebagai keluarga penerima manfaat PKH sebagai upaya dalam
percepatan penanggulangan kemiskinan.
Dalam pelaksanaan program ini, terdapat banyak oknum yang menyalahgunakan
kekuasaannya sehingga terdapat KKN dalam pelaksanaan Program PKH tersebut.
Misalnya, seperti : bantuan PKH yang tidak tepat sasaran, serta korupsi yang dilakukan
oleh perangkat daerah.
Sehingga untuk mengatasi hal-hal tersebut, harus dilakukan cek and balance. Dimana
ombudsman sebagai salah satu mitra kerja pemerintah telah melakukan check and
balance terhadap kinerja pemerintah agar dapat memperbaiki pelaksanaan PKH. Oleh
karena itu, kementerian sosial terus berkoordinasi dengan ombudsman dan berupaya
untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam penyaluran PKH hingga
memastikan bantuan sosial diterima Keluarga Penerima Manfaat (KPM) sesuai prinsip
6T yang terdiri atas tepat sasaran, tepat kualitas, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu
dan tepat administrasi. Langkah-langkah strategis dan inovasi yang telah dilakukan
untuk memenuhi prinsip 6T adalah dengan pembuatan aplikasi e-PKH, integrasi e-
PKH dengan SIKS-NG, menghadirkan Contact Center PKH sejak 2018, dan
rekonsiliasi dengan Himbara setiap 3 bulan. Selain ombudsman, juga dilakukan
koordinasi dengan Lembaga Pengawas Keuangan dan Evaluasi (BPKP) yang mana
lembaga ini terlibat dalam mengaudit pelaksanaan PKH untuk memastikan dana
bantuan tersebut disalurkan sesuai dengan ketentuan sehingga dapat mencapai tujuan
sosial dalam rangka penanggulangan kemiskinan.

Anda mungkin juga menyukai