Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL

DISUSUN OLEH:
MARWAH RIZKIA SYAFADILLAH
NIM. 1221210020

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Inflasi, pertumbuhan output, dan pengangguran merupakan tiga persoalan dalam ilmu
ekonomi makro. Sebenarnya, para pengambil kebijakan pemerintah menginginkan inflasi
yang rendah, pertumbuhan output yang tinggi, dan pengangguran yang rendah. Namun pada
kenyataannya, harapan tersebut tidak mudah untuk direalisasikan, karena yang terjadi justru
inflasi dengan berbagai tingkatan baik pada negara maju maupun negara berkembang. Inflasi
yang terjadi akan menyebabkan harga yang terus melonjak sehingga petumbuhan output
menjadi rendah. Selain itu, inflasi juga akan berdampak pada jumlah pengangguran yang
tinggi, seperti yang dijelaskan pada kurva Philips.Saat ini, para pengambil kebijakan telah
menerapkan beberapa kebijakan yang dapat mengendalikan keadaan ekonomi makro.
Kebijakan-kebijakan tersebut diantaranya, kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Kebijakan
moneter dan kebijakan fiskal diterapkannya saling berhubungan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengertian Kebijakan Moneter Dan Kebijakan Fiskal?


2. Bagaimana Hubungan Antara Kebijakan Moneter Dan Kebijakan Fiskal?
3. Bagaimana Penerapan Kebijakan Moneter Dan Kebijakan Fiskal Pada Suatu
Negara?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Kebijakan Moneter Dan Kebijakan Fiskal.
2. Untuk Mengetahui Hubungan Antara Kebijakan Moneter Dan Kebijakan
Fiskal.
3. Untuk Mengetahui Penerapan Kebijakan Moneter Dan Kebijakan Fiskal Pada
Suatu Negara.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kebijakan Moneter Dan Kebijakan Fiskal

UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia, tujuan Bank Indonesia
adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan
sebagaimana dimaksud, Bank Indonesia melaksanakan kebijakan moneter secara
berkelanjutan, konsisten, transparan, dan harus mempertimbangkan kebijakan umum
pemerintah di bidang perekonomian.

Kebijakan moneter adalah upaya atau tindakan Bank Sentral sebagai pengambil
kebijakan dalam mempengaruhi variabel-variabel moneter untuk mencapai tujuan
ekonomi tertentu. Variabel-variabel dari kebijakan moneter yang dimaksud adalah
uang beredar, suku bunga, kredit dan nilai tukar. Selain yang disebut sebelumnya,
kebijakan moneter juga memiliki beberapa tujuan lain, yaitu penyediaan lapangan
kerja, stabilitas harga, dan keseimbangan neraca pembayaran (Natsir, 2008: h. 3).
Pengendalian moneter dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya operasi
pasar terbuka, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan
pengaturan kredit dan pembiayaan yang juga dapat dilaksanakan dengan prinsip
syariah. Dampak dari kebijakan moneter sendiri tidak langsung kepada sektor riil,
namun pertama kali akan dirasakan oleh pihak-pihak perbankan yang kemudian
ditransfer pada sektor riil.

Kebijakan moneter adalah upaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi


yang tinggi secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan kestabilan harga.
Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Sentral atau Otoritas Moneter berusaha
mengatur keseimbangan antara persediaan uang dengan persediaan barang agar
inflasi dapat terkendali, tercapai kesempatan kerja penuh dan kelancaran dalam
pasokan/distribusi barang.Kebijakan moneter dilakukan antara lain dengan salah satu
namun tidak terbatas pada instrumen sebagai berikut yaitu suku bunga, giro wajib

3
minimum, intervensi dipasar valuta asing dan sebagai tempat terakhir bagi bank-bank
untuk meminjam uang apabila mengalami kesulitan likuiditas.
Kebijakan fiskal merupakan salah satu justifikasi mengenai adanya campur
tangan pemerintah dalam mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas ekonomi (Afdi,
2010: h. 102). Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan untuk mengendalikan
keseimbangan makro ekonomi. Kebijakan fiskal bertujuan untuk mempengaruhi sisi
permintaan agregat suatu perekonomian dalam jangka pendek. Selain itu, kebijakan
ini dapat pula mempengaruhi sisi penawaran yang sifatnya lebih berjangka panjang,
melalui peningkatan kapasitas perekonomian. Dalam pengelolaan stabilitas makro
ekonomi, kebijakan fiskal akan berinteraksi dengan kebijakan moneter.

 Kebijakan fiskal berfokus kepada anggaran belanja negara dan pajak. Kebijakan ini
berhubungan erat dengan makroekonomi karena pemerintah memiliki peluang untuk
meningkatkan permintaan agregat melalui kebijakan ekonomi fiskal.

Perubahan dapat dikelompokkan menjadi 2 : a. meningkatkan permintaan agregat


secara tidak langsung dengan menurunkan pajak sehingga konsumen memiliki
penghasilan setelah pajak yang lebih besar untuk dibelanjakan barang dan jasa lain,
dan b. meningkatkan permintaan agregat dengan berbelanja barang dan jasa.

Perubahan pertama melibatkan pengurangan pendapatan pemerintah, sedangkan


perubahan kedua melibatkan peningkatan pengeluaran negara. Defisit anggaran
negara adalah pendapatan dikurangi pengeluaran, sehingga kedua bentuk kebijakan
fiskal dapat meningkatkan defisit anggaran negara. Defisit anggaran negara dapat
berakibat sejumlah permasalahan ekonomi seperti inflasi, sehingga inisiatif untuk
melaksanakan kebijakan fiskal terbatasi dengan pertimbangan tersebut. Jika ekonomi
bermasalah, salah satu keputusan pembuat kebijakan adalah untuk meningkatkan
pengeluaran negara.

Jika pengangguran meningkat dan banyak barang produksi yang tak terjual,
pemerintah dapat membeli produk tersebut menggunakan anggarannya, dan efeknya

4
adalah peningkatan permintaan yang akan direspon oleh bisnis dengan penyerapan
tenaga kerja, dan akhirnya mengurangi tingkat pengangguran. Hal ini dilakukan
untuk memenuhi permintaan yang ditimbulkan pemerintah melalui pengeluarannya,
dengan peningkatan output.

Stimulus ini diharapkan akan memulai permintaan-permintaan yang baru. Jika


individu-individu yang awalnya menganggur menjadi tenaga kerja dan menerima
pemasukan lagi, mereka akan menggunakan pemasukannya untuk berbelanja barang
dan jasa.

Permintaan otomatis akan meningkat lagi. Melalui rangsangan ini, perbaikan


ekonomi diharapkan akan terjadi dengan sendirinya sehingga pemerintah tidak perlu
melakukan pengeluaran lagi.

Demi meningkatkan pengeluaran tanpa mengurangi pengeluaran di sektor privat,


pemerintah menggunakan hutang. Hal ini merupakan cara yang tepat untuk
meningkatkan permintaan akan barang dan jasa secara keseluruhan. Tetapi hal ini
dapat menciptakan efek samping berupa defisit anggaran, atau jika jumlah
pengeluaran negara melebihi pemasukan pajak negara. Defisit anggaran tersebut
menambah jumlah hutang negara, yaitu total kumulatif uang hutang negara kepada
pemberi hutang. Untuk mengamankan kepercayaan pemberi hutang, pemerintah
dapat bergantung pada pemasukan pajak di masa mendatang. Para pemberi hutang
akan bekerjasama apabila mereka memiliki kepercayaan bahwa pemerintah akan
membayar hutang. Salah satu sumber kepercayaan tersebut adalah karena pemerintah
memiliki kemampuan untuk menetapkan dan menarik pajak. Secara umum,
pemasukan pajak di masa mendatang dapat mengamankan hutang pemerintah.

Selain itu, pemerintah dapat melakukan penghutangan secara bergiliran kepada


para investor. Investor hanya akan meminjamkan uang karena kepercayaannya bahwa
pemerintah dapat membayar hutang menggunakan pajak. Kepercayaan ini
memungkinkan pemerintah untuk terus melakukan hutang apabila diperlukan. Jika

5
investor tidak memiliki kepercayaan lagi dengan pemerintah, hasilnya akan
berbahaya. Jika investor kehilangan kepercayaan untuk memberikan hutang,
pemerintah dapat menggunakan pilihan lain selain melalui penghasilan pajak, yaitu
dengan meningkatkan suplai uang.

Peningkatan suplai uang dapat menyebabkan terjadinya inflasi. Inflasi akan


menyebabkan kehilangan kepercayaan dalam kontrak atau investasi jangka panjang
karena tidak ada yang tahu pasti bagaimana nilai uang di masa mendatang setelah
inflasi terjadi. Karena itu, individu khususnya para investor akan memiliki
kekhawatiran tiap kali pemerintah memiliki defisit anggaran yang besar atau hutang
yang meningkat. Ditakutkan, pemerintah tidak akan mampu menaikkan pajak untuk
membayar hutangnya sehingga diperlukan usaha berupa mencetak lebih banyak uang.

Hal ini akan berakibat fatal terhadap ekonomi. Sekedar ekspektasi bahwa
pemerintah akan mencetak uang dalam jumlah lebih banyak di masa depan juga dapat
membahayakan perekonomian, sehingga pemerintah akan berusaha mengendalikan
tingkat hutang maupun defisitnya. Dengan cara ini, tidak akan ada investor yang
merasakan kekhawatiran akan inflasi di masa mendatang.

2
2.1
2.2 Hubungan Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal

Dalam pengelolaan stabilitas makro ekonomi, kebijakan fiskal akan berinteraksi


dengan kebijakan moneter. Inflasi sebagai masalah utama, tidak hanya bisa dikendalikan
hanya oleh pemerintah atau bank sentral, namun keduanya harus saling berkoordinasi.
Kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank sentral dan kebijakan fiskal yang ditetapkan
oleh pemerintah harus saling berkaitan agar lebih optimal dalam mengatasi masalah inflasi.

Kebijakan moneter yang ditetapkan bank sentral akan mempengaruhi pasar uang, dan
pasar uang tersebut akan menentukan tinggi rendahnya tingkat bunga, dan tingkat bunga akan
memperngaruhi tingkat agregat. Kebijakan fiskal yang ditetapkan pemerintah akan
berpengaruh terhadap permintaan dan penawaran agregat, yang pada gilirannya permintaan

6
dan penawaran agregat itu akan menentukan keadaan di pasar barang dan jasa. Kondisi di
pasar barang dan jasa ini akan menentukan tingkat harga dan kesempatan kerja akan
menentukan tingkat pendapatan dan tingkat upah yang di harapkan. Keduanya akan memiliki
umpan balik yaitu pendapatan akan memberikan umpan balik terhadap permintaan agregat
dan upah harapan mempunyai umpan balik terhadap penawaran agregat dan pasar uang serta
pasar surat berharga.
Di Indonesia sendiri, hubugan keduanya terlihat dari Pemerintah dan Bank Indonesia
sebagai pengambil kebijakan secara rutin menggelar Rapat Koordinasi untuk membahas
keadaan eknomi terkini. Selain itu, keduanya juga terlibat secara bersamaan dalam
penyusunan bersama Asumsi Makro di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
yang dibahas bersama di DPR.

2.3 Penerapan Kebijakan Moneter Dan Kebijakan Fiskal Pada Suatu Negara

Kebijakan moneter di Indonesia ditetapkan oleh Bank Indonesia. Contohnya


adalah kebijakan yang ditetapkan Bank Indonesia pada saat Rapat Dewan Gubernur
(RDG) Bank Indonesia pada 18 Juni 2015. Dalam rapat tersebut ditetapkan bahwa
Bank Indonesia mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Deposit
Facility 5,50% dan Lending Facility pada level 8,00%. Keputusan tersebut sejalan
dengan upaya untuk menjaga agar inflasi berada pada sasaran inflasi 4±1% di 2015
dan 2016, serta mengarahkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat
dalam kisaran 2,5-3% terhadap PDB dalam jangka menengah. Bank Indonesia tetap
fokus pada upaya menjaga stabilitas makroekonomi dan menjaga momentum
pertumbuhan ekonomi melalui pelonggaran kebijakan makroprudensial.

Pertumbuhan ekonomi pada semester II 2015 di Indonesia diperkirakan membaik,


didasarkan pada meningkatnya konsumsi dan investasi pemerintah yang sejalan
dengan semakin meningkatnya implementasi proyek-proyek infrastruktur dan
meningkatnya penyaluran kredit perbankan. Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan
ekonomi diperkirakan berada pada kisaran 5,0-5,4% pada 2015.

7
Sedangkan kebijakan fiskal yang diterapkan pada tahun 2015 diatur dalam
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara. Dimana UU tersebut memaparkan mengenai Anggaran Pendapatan dan
Belanja Pemerintah untuk tahun 2016. Dengan rincian anggaran pendapatan
pemerintah pada tahun 2016 sebesar Rp1.822.545.849.136.000,00 (satu kuadriliun
delapan ratus dua puluh dua triliun lima ratus empat puluh lima miliar delapan ratus
empat puluh sembilan juta seratus tiga puluh enam ribu rupiah), didapat dari
penerimaan perpajakan, PNBP, dan penerimaan hibah. Dan anggaran belanja untuk
tahun 2016 sebesar Rp2.095.724.699.824.000,00 (dua kuadriliun sembilan puluh lima
triliun tujuh ratus dua puluh empat miliar enam ratus sembilan puluh sembilan juta
delapan ratus dua puluh empat ribu rupiah) yang terdiri dari anggaran Belanja
Pemerintah Pusat dan anggaran Transfeer ke Daerah dan Dana Desa.

Dari uraian tersebut didapat bahwa kemungkinan Indoneisa akan mengalami


defisit sebesar Rp273.178.850.688.000,00 (dua ratus tujuh puluh tiga triliun seratus
tujuh puluh delapan miliar delapan ratus lima puluh juta enam ratus delapan puluh
delapan ribu ruiah) yang rencananya akan dibiayai dari pembiayaan anggaran dalam
negeri maupun luar negeri. Dengan alokasi anggaran seperti yang tersebut,
diharapkan pada tahun 2016 pemerintah mampu menurunkan tingkat kemiskinan
menjadi 9,0%, menyerap tenaga kerja sebesar 2.000.000.000 orang, menurunkan
tingkat Rasio Gini menjadi 0,39, dan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia
mencapai 70,1.

8
BAB III
PENUTUP
3
4
4.1 Kesimpulan

Kebijakan moneter merupakan salah satu cara yang dilakukan guna mengatasi
permasalahan ekonomi dengan tujuan utama nilai rupiah yang stabil, sesuai yang
tertera pada UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia. Dari pernyataan
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa, kebijakan moneter adalah upaya atau
tindakan Bank Sentral sebagai pengambil kebijakan dalam mempengaruhi variabel-
variabel moneter untuk mencapai tujuan ekonomi tertentu.
Pemerintah atau bank sentral, namun keduanya harus saling berkoordinasi.
Kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank sentral dan kebijakan fiskal yang
ditetapkan oleh pemerintah harus saling berkaitan agar lebih optimal dalam mengatasi
masalah inflasi.
Kebijakan moneter di Indonesia ditetapkan oleh Bank Indonesia. Contohnya
adalah kebijakan yang ditetapkan Bank Indonesia pada saat Rapat Dewan Gubernur
(RDG) Bank Indonesia pada 18 Juni 2015.

4.2 Kritik dan Saran

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun sadar banyak kekurangan dalam


penyusunan makalah ini, jadi untuk menyempurnakan makalah ini, kami
membutuhkan kritik dan saran pembaca.

9
DAFTAR PUSTAKA

Dosen Universitas Sumatera Utara. 2017. “Modul Praktikum Kebijakan Fiskal Dan Moneter
Universitas Sumatera Utara 2017 Prodi Diploma Iii Fakultas Ekonomi Dan Bisnis.” : 1–
77.

Anonim. Koordinasi Kebijakan Moneter dan Fiskal, (Online),


(http://www.bi.go.id/id/moneter/koordinasi-kebijakan/Contents/Default.aspx, diakses 10
April 2016).
Anonim. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara, (Online), (http://www.anggaran.depkeu.go.id /Content/Publikasi/NK
%20APBN/UU%20APBN%202016.pdf, diakses 10 April 2016).
Anonim. Kebijakan Ekonomi Moneter dan Fiskal, (Online), (http://stie-sbi.ac.id/?
p=1005&lang=id , diakses 13 Januari 2023).

10

Anda mungkin juga menyukai