Anda di halaman 1dari 8

KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER

Dosen Pengampu : Mariatul Fitri, S.Ei, ME

DISUSUN OLEH:

TAFSIRUDIN

NIRM/NIMKO : 19.03.3905 / 1202.19.4019

SEMESTER : VI (Enam)

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM HUBBULWATHAN
DURI
2022

KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER

0
Inflasi, pertumbuhan output, dan pengangguran merupakan tiga persoalan
dalam ilmu ekonomi makro. Sebenarnya, para pengambil kebijakan pemerintah
menginginkan inflasi yang rendah, pertumbuhan output yang tinggi, dan
pengangguran yang rendah1. Namun pada kenyataannya, harapan tersebut tidak
mudah untuk direalisasikan, karena yang terjadi justru inflasi dengan berbagai
tingkatan baik pada Negara maju maupun Negara berkembang. Inflasi yang terjadi
akan menyebabkan harga yang terus melonjak sehingga petumbuhan output
menjadi rendah. Selain itu, inflasi juga akan berdampak pada jumlah
pengangguran yang tinggi.
Saat ini, para pengambil kebijakan telah menerapkan beberapa kebijakan
yang dapat mengendalikan keadaan ekonomi makro. Kebijakan-kebijakan tersebut
diantaranya, kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Kebijakan moneter dan
kebijakan fiskal diterapkannya saling berhubungan.
Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk
mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa
pajak) pemerintah. Kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan moneter, yang
bertujuan men-stabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan
jumlah uang yang beredar. Instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran
dan pajak.
Selama ini kita mengenal tiga sistem perekonomian yang berlaku di dunia
yaitu sistem kapitalis, sistem sosialis dan sistem campuran. Salah satu dari tiga
sistem tersebut diterapkan di Indonesia yaitu sistem campuran, dimana sistem
campuran adalah sebuah sistem perekonomian dengan adanya peran pemerintah
yang ikut serta menentukan cara-cara mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi
masyarakat. Tetapi campur tangan ini tidak sampai menghapuskan sama sekali
kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan pihak swasta yang diatur menurut
prinsip-prinsip cara penentuan kegiatan ekonomi yang terdapat dalam
perekonomian pasar.
A. Pengertian Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal

1
Karl E. Case dan Ray C. Fair, Prinsip-PrinsipEkonomi (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 5

1
Kebijakan moneter merupakan salah satu cara yang dilakukan guna
mengatasi permasalahan ekonomi dengan tujuan utama nilai rupiah yang stabil,
sesuai yang tertera pada UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia.
Dari pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa, kebijakan
moneter adalah upaya atau tindakan Bank Sentral sebagai pengambil kebijakan
dalam mempengaruhi variabel-variabel moneter untuk mencapai tujuan ekonomi
tertentu.
Variabel-variabel dari kebijakan moneter yang dimaksud adalah uang
beredar, suku bunga, kredit dan nilai tukar. Selain yang disebut sebelumnya,
kebijakan moneter juga memiliki beberapa tujuan lain, yaitu penyediaan lapangan
kerja, stabilitas harga, dan keseimbangan neraca pembayaran (Natsir, 2008: h. 3).
Pengendalian moneter dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya
operasi pasar terbuka, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib
minimum, dan pengaturan kredit dan pembiayaan yang juga dapat dilaksanakan
dengan prinsip syariah. Dampak dari kebijakan moneter sendiri tidak langsung
kepada sektor riil, namun pertama kali akan dirasakan oleh pihak-pihak perbankan
yang kemudian ditransfer pada sektor riil.
Kebijakan Fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah
uantuk mengelolah/ mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih baik atau
yang diinginkan dengan cara mengubah- ubah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. ( Prathama Rahardja Mandala Manurung, pengantar ilmu ekonomi )
Kebijakan memiliki dua prioritas, yang pertama adalah mengatasi defisit
anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) dan masalah-masalah APBN
lainnya. Defisit APBN terjadi apabila penerimaan pemerintah lebih kecil dari
pengeluarannya. Dan yang kedua adalah mengatasi stabilitas ekonomi makro,
yang terkait dengan antara lain ; pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi,
kesempatan kerja dan neraca pembayaran.Kebijakan fiskal merupakan salah satu
justifikasi mengenai adanya campur tangan pemerintah dalam mempengaruhi
pertumbuhan dan aktivitas ekonomi (Afdi, 2010: h. 102).
Kebijakan fiskal adalah upaya atau tindakan pemerintah sebagai pengambil
kebijakan dengan mengubah-ubah penerimaan pajak dan pengeluaran negara.

2
Pajak dan pengeluaran pemerintah merupakan variable utama dalam kebijakan
fiskal. Tujuan dari kebijakan fiscal ini adalah menstabilkan permintaan agregat
dan tingkat produksi. Kebijakan moneter yang dapat dilakukan diantaranya
anggaran defisit, anggaran surplus, dan anggaran berimbang.
Berdasarkan dari beberapa pendapat yang dijelaskan diatas dapat
kita simpulkan bahwa kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi yang
dilakukan oleh pemerintah dalam pengelolaan keuangan negara untuk
mengarahkan kondisi perekonomian menjadi lebih baik yang terbatas pada
sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran negara yang tercantum
dalam APBN.

B. Hubungan Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal

Inflasi sebagai masalah utama, tidak hanya bias dikendalikan hanya oleh
pemerintah atau bank sentral, namun keduanya harus saling berkoordinasi.
Kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank sentral dan kebijakan fiskal yang
ditetapkan oleh pemerintah harus saling berkaitan agar lebih optimal dalam
mengatasi masalah inflasi.
Kebijakan moneter yang ditetapkan bank sentral akan mempengaruhi pasar
uang, dan pasar uang tersebut akan menentukan tinggi rendahnya tingkat bunga,
dan tingkat bunga akan memperngaruhi tingkat agregat. Kebijakan fiskal yang
ditetapkan pemerintah akan berpengaruh terhadap permintaan dan penawaran
agregat, yang pada gilirannya permintaan dan penawaran agregat itu akan
menentukan keadaan di pasar barang dan jasa.Kondisi di pasar barang dan jasa ini
akan menentukan tingkat harga dan kesempatan kerja akan menentukan tingkat
pendapatan dan tingkat upah yang di harapkan. Keduanya akan memiliki umpan
balik yaitu pendapatan akan memberikan umpan balik terhadap permintaan
agregat dan upah harapan mempunyai umpan balik terhadap penawaran agregat
dan pasar uang serta pasar surat berharga.2
Di Indonesia sendiri, hubugan keduanya terlihat dari Pemerintah dan Bank
Indonesia sebagai pengambil kebijakan secara rutin menggelar Rapat Koordinasi
2
HimayaniAnjayati, MakalahKebijakanMoneterdanFiskal, diaksesdarihttp:// himayanii.blogspot.co.id/2015/02/makalah-
kebijakan-moneter-dan-fiskal.html, pada tanggal 25 Maret pukul 19.13 WIB

3
untuk membahas keadaan eknomi terkini. Selain itu, keduanya juga terlibat secara
bersamaan dalam penyusunan bersama Asumsi Makro di Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) yang dibahas bersama di DPR.

C. Contoh Konkret Kebijakan Moneter dan Fiskal

Kebijakan moneter di Indonesia ditetapkan oleh Bank Indonesia. Contohnya


adalah kebijakan yang ditetapkan Bank Indonesia pada saat Rapat Dewan
Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18 Juni 2015. Dalam rapat tersebut
ditetapkan bahwa Bank Indonesia mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%,
dengan suku bunga Deposit Facility 5,50% dan Lending Facility pada level
8,00%. Keputusan tersebut sejalan dengan upaya untuk menjaga agar inflasi
berada pada sasaran inflasi 4,1% di 2015 dan 2016, serta mengarahkan defisit
transaksi berjalan ketingkat yang lebih sehat dalam kisaran 2,5-3% terhadap PDB
dalam jangka menengah.3
Bank Indonesia tetap fokus pada upaya menjaga stabilitas makro ekonomi
dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi melalui pelonggaran kebijakan
makro prudensial.
Pertumbuhan ekonomi pada semester II 2015 di Indonesia diperkirakan
membaik, didasarkan pada meningkatnya konsumsi dan investasi pemerintah yang
sejalan dengan semakin meningkatnya implementasi proyek-proyek infrastruktur
dan meningkatnya penyaluran kredit perbankan. Secara keseluruhan tahun,
pertumbuhan ekonomi diperkirakan berada pada kisaran 5,0 - 5,4% pada 2015.4
Sedangkan kebijakan fiskal yang diterapkan pada tahun 2015 diatur dalam
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 Tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara. Dimana UU tersebut memaparkan mengenai Anggaran
Pendapatan dan Belanja Pemerintah untuk tahun 2016. Dengan rincian anggaran
pendapatan pemerintah pada tahun 2016 sebesar Rp1.822.545.849.136.000,00
(satu kuadriliun delapan ratus dua puluh dua triliun lima ratus empat puluh lima

3
Bank Indonesia, TinjauanKebijakanMoneterJuni 2015, diaksesdarihttp://www.
bi.go.id/id/publikasi/kebijakan-moneter/tinjauan/Pages/Tinjauan-Kebijakan-Moneter-Juni-2015.aspx, pada tanggal 25 Maret pada
pukul 23.50 WIB
4
Ibid.

4
miliar delapan ratus empat puluh sembilan juta seratus tiga puluh enam ribu
rupiah), didapat dari penerimaan perpajakan, PNBP, dan penerimaan hibah. Dan
anggaran belanja untuk tahun 2016 sebesar Rp 2.095.724.699.824.000,00 (dua
kuadriliun sembilan puluh lima triliun tujuh ratus dua puluh empat miliar enam
ratus sembilan puluh sembilan juta delapan ratus dua puluh empat ribu rupiah)
yang terdiri dari anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan anggaran Transfeer ke
Daerah dan Dana Desa.
Dari uraian tersebut didapat bahwa kemungkinan Indoneisa akan mengalami
defisitsebesar Rp273.178.850.688.000,00 (dua ratus tujuh puluh tiga triliun seratus
tujuh puluh delapan miliar delapan ratus lima puluh juta enam ratus delapan puluh
delapan ribu rupiah) yang rencananya akan dibiayai dari pembiayaan anggaran
dalam negeri maupun luar negeri. Dengan alokasi anggaran seperti yang tersebut,
diharapkan pada tahun 2016 pemerintah mampu menurunkan tingkat kemiskinan
menjadi 9,0%, menyerap tenaga kerja sebesar 2.000.000.000 orang, menurunkan
tingkat Rasio Gini menjadi 0,39, dan meningkatkan Indeks Pembangunan
Manusia mencapai 70,1.

D. Perlunya Koordinasi Antara Kebijakan fiskal dan Kebijakan Moneter


Perlunya koordinasi antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter adalah
untuk menetapkan dan mencapai target-target moneter dan defisit APBN secara
konsisten dalam rangka mencapai pembangunan ekonomi yang cukup tinggi dan
stabil. Disamping itu koordinasi yang baik juga diperlukan untuk mendorong
perkembangan pasar finansial, serta mendukung pelaksanaan kebijakan moneter
dan fiskal melalui pertukaran informasi. Bentuk koordinasi antara kebijakan fiskal
(Departemen Keuangan) dan kebijakan moneter (Bank Indonesia) sangat
tergantung kepada :
(1) Apakah bank sentral mempunyai otonomi penuh dan mempunyai objectives
dan instruments yang terpisah, dan
(2) Apakah pasar modal dan pasar uang sudah berada pada tingkat yang cukup
maju.

5
Pada saat ini Indonesia masih dalam tahap awal dan menuju ke tahap peralihan ke
arah ekonomi yang maju. Hal ini ditandai oleh :
(1) Obligasi negara baru saja diperkenalkan, yaitu dengan adanya program
rekapitalisasi sektor perbankan sehubungan dengan terjadinya krisis
ekonomi;
(2) Pasar sekunder bagi obligasi negara baru saja terbentuk dan masih dalam
tahap awal;
(3) Interbank loan masih lemah, akibat dari krisis ekonomi; dan
(4) Obligasi negara belum dipakai sebagai instrumen moneter oleh Bank
Indonesia.
Sejak diundangkannya Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia, pemerintah tidak dimungkinkan lagi untuk meminjam uang dari
Bank Indonesia untuk menutup defisit APBN, bahkan tidak dimungkinkan untuk
meminjam uang untuk jangka pendek dalam hal pemerintah menghadapi masalah
cash- flow. Dalam hal ini Bank Indonesia mempunyai kekuasaan penuh di dalam
menetapkan/mengatur jumlah uang yang beredar dalam perekonomian, karena
mempunyai objective yang terpisah (inflation targeting). Akan tetapi asumsi yang
dipakai dalam hal ini adalah bahwa kurs mata uang adalah tetap (fixed exchange
rate). Dalam hal floating exchange rate system, pelaksanaannya akan lebih rumit,
oleh karena kebijakan fiskal akan mempengaruhi kurs rupiah, yang pada
gilirannya akan mempengaruhi jumlah uang yang beredar. Oleh karena itu,
walaupun Bank Indonesia mempunyai “kebebasan penuh” dalam mengatur jumlah
uang yang beredar dalam perekonomian, koordinasi antara kebijakan fiskal dan
kebijakan moneter tetap diperlukan walaupun detail koordinasi tersebut akan
berubah dari masa ke masa, tergantung kepada perkembangan ekonomi dan pasar
uang atau pasar modal.

E. Sumber Referansi

6
Anjayati, Himayani. 2015. Makalah Kebijakan Moneterdan Fiskal, (Online),
(http://himayanii.blogspot.co.id/2015/02/makalah-kebijakan-moneter-dan-
fiskal.html, diakses 25 Maret 2022).

Anonim. Koordinasi Kebijakan Moneter dan Fiskal, (Online),


(http://www.bi.go.id/id/moneter/koordinasi-kebijakan/Contents/Default.aspx,
diakses 25 Maret 2022).

Anonim. Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2015, (Online),


(http://www.bi.go.id/id/publikasi/kebijakan-moneter/tinjauan/Pages/Tinjauan-
Kebijakan-Moneter-Juni-2015.aspx, diakses 25 Maret 2022).

Nizar, Muhammad Afdi. 2010. Penentuan Efek Dan Arah Kebijakan Fiskal Pemerintah
Indonesia: Fiscal Impulse Measure, (Online), (https://mpra.ub.
uni-muenchen.de/65603/1 /MPRA_paper_65603.pdf, diakses 25 Maret 2022).

Seprillina, Linda. 2013. Efektivitas Instrumen Kebijakan Moneter terhadap Pertumbuhan


Ekonomi di Indonesia, (Online), (http://jimfeb.ub.ac.id
/index.php/jimfeb/article/viewFile/288/235, diakses 25 Maret 2022).

Anda mungkin juga menyukai