PENDAHULUAN
Coba kalian amati bunyi Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 sebagaimana sudah
disempurnakan terakhir kalinya melalui UU No. 6 tahun 2009 tentang Bank Indonesia, pasal
7 yang mana menyebutkan bahwa tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah.
Kestabilan nilai rupiah itu terdiri atas dua aspek penting yaitu sebagai berikut :
1. Kestabilan terhadap barang dan jasa
2. Kestabilan terhadap mata uang negara lain
Untuk mencapai tujuan dalam mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, Bank
Indonesia sebagaimana dijelaskan dalam UU Bank Indonesia Pasal 8 bahwa Bank Indonesia
mempunyai tiga tugas yaitu sebagai berikut :
Tugas Bank Indonesia di dalam mengatur dan mengawasi bank mulai 1 Januari 2014
memang dialihkan kepada OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Namun demikian, disadari bahwa
pencapaian tujuan Bank Indonesia dalam memelihara stabilitas nilai rupiah tidak mungkin
dilakukan tanpa adanya stabilitas sistem keuangan. Stabilitas sistem keuangan merupakan
suatu kondisi dimana seluruh lembaga keuangan, pasar keuangan serta sarana pendukungnya
memiliki ketahanan dan mampu mengatasi ketidakseimbangan keuangan. Kondisi
ketidakseimbangan keuangan bersumber dari proses intermediasi yang mengalami
gangguan.
Salah satu usaha untuk menjaga stabilitas sistem keuangan adalah melalui kebijakan
makroprudential. Kebijakan makroprudential secara umum adalah kebijakan untuk
membatasi resiko dan biaya krisis sistematik dalam rangka memelihara keseimbangan dalam
sistem keuangan secara keseluruhan.
Bank Indonesia memiliki lima peran utama dalam menjaga stabilitas sistem keuangan.
Kelima peran utama tersebut adalah sebagai berikut :
a. Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter, antara lain melalui
instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia dituntut untuk
mampu menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang.
b. Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan yang
sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga perbankan seperti itu dilakukan
melalui mekanisme pengawasan dan regulasi. Khusus terkait dengan peran kedua ini, UU
Bank Indonesia mengamanahkan untuk dimandatkan kepada OJK, hal tersebut diperkuat
dengan lahirnya UU Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
c. Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran. Bank Indonesia mengembngkan mekanisme dan pengaturan untuk
mengurangi resiko dalam sistem pembayaran yang cenderung semakin meningkat. Antara
lain dengan menerapkan sistem pembayaran yang bersifat real time atau dikenal dengan
nama sistem RTGS (Real Time Gross Settlement) yang dapat lebih meningkatkan
keamanan dan kecepatan sistem pembayaran. Sebagai ototritas dalam sistem pembayaran,
Bank Indonesia memiliki informasi dan keahlian untuk mengidentifikasi resiko potensial
dalam sistem pembayaran.
d. Bank Indonesia melakukan fungsi riset dan pemantauan. Hasil riset dan pemantauan
tersebut selanjutnya akan menjadi rekomendasi bagi pihak terkait dalam mengambil
langkah-langkah yang tepat untuk meredam masalah dalam sektor keuangan,
e. Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistem keuangan melalui fungsi
bank sentral sebagai lender of the last resort (LOLR). Fungsi LOLR merupakan peran
tradisional Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam mengelola krisis guna
menghindari terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan. Fungsi sebagai LOLR
mencakup penyediaan likuiditas pada kondisi normal maupun krisis.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Selain melaksanakan
fungsi-fungsi Pemerintah dalam bidang Ekonomi dan Moneter,Bank Sentral juga sebagai
Lembaga keuangan Negara yang mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan
kebijakan moneter, Mengontrol kelancaran lalulintas pembayaran, dan Pengawasan
Perbankan. Perumusan serta pelaksanaan kebijakan moneter terlebih dahulu perlu diketahui
bentuk umum dari neraca bank sentral,serta alat/instrument kebijakan moneter.
Bank sentral adalah lembaga keuangan yang paling besar dalam suatu Negara yang
memiliki fungsi untuk mengatur peredaran jumlah uang, tingkat bunga serta kebijakna
moneter
Kebijakan Moneter adalah kebijakan ekomomi untuk mengarahkan perekonomian
makro ke kondisi yang lebih baik dan atau di inginkan dengan jalan mengubah-ubah jumlah
uang beredar. Tujuan dari kebijakan moneter adalah kondisi ekonomi makro yang lebih baik
dan atau di inginkan. Kondisi tersebut dapat di evaluasi dengan perkembangan indicator-
indikator ekonomi makro terutama sebagai berikut:
- Stabilitas pertumbuhan ekonomi
- Terciptanya lapangan pekerjaan
- Stabilitas harga umum (terkendalinya laju inflasi)
- Stabilitas nilai tukar mata uang
Power Point Dari Bank Sentral
Pada awal perkembangannya, fungsi Bank Sentral untuk bertindak sebagai Banker dari
sistem perbankan, sehingga lembaga ini dapat memberikan pinjaman jangka pendek kepada
perbankan untuk menutupi kebutuhan dananya. Dalam perkembangannya, dewasa ini tujuan
utamanya adalah untuk mempertahankan stabilitas sistem moneter dan sistem pembayaran.
Di Indonesia peran Bank Sentral dilakukan oleh Bank Indonesia. Berawal dari de
javasche bank yang didirikan oleh Belanda pada tanggal 24 Januari 1828, setelah Indonesia
merdeka, pada awal periode kemerdekaan Bank Indonesia masih melakukan usaha
komersial. Bank Indonesia diberikan independensi untuk fokus pada tujuan utama, yaitu
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Seperti yang telah disebutkan diatas, kestabilan nilai rupiah yang dimaksud terdiri dari
dua aspek, yaitu :
1. Kestabilan terhadap barang dan jasa, yang tercermin dalam kestabilan tingkat inflasi di
Indonesia.
2. Kestabilan terhadap mata uang negara lain, yang tercermin dalam nilai tukar mata uang
asing (Kurs).
Untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan, tugas Bank Sentral memiliki tiga tugas
utama, yaitu sebagai berikut :
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter. Tugas Bank Sentral ini dilakukan
dalam rangka mengendalikan jumlah uang yang beredar agar tercipta kestabilan terhadap
barang dan jasa. Selain itu kebijakan ini juga dapat mendorong perekonomian nasional.
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, yang mencakup sekumpulan
kesepakatan, aturan, standar dan prosedur. Sistem pembayaran dapat berlangsung baik
secara tunai maupun non tunai. Sistem pembayaran tunai menyangkut pencetakan dan
peredaran uang.
3. Mengatur dan mengawasi perbankan, peran penting perbankan terletak pada fungsinya
sebagai lembaga kepercayaan dan memobilitasi dana masyarakat dan menyalurkannya
dalam bentuk kredit dan alternatif pembiayaan lainnya untuk dunia usaha, perbankan
mempunyai peran vital dalam pelaksanaan moneter.
Pelaksanaan ketiga tugas tersebut saling terkait dalam mencapai kestabilan nilai
rupiah. Tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter memerlukan dukungan
sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman dan andal.
KUTULISKAN KENANGAN
TENTANG CARAKU MENEMUKAN DIRIMU
TENTANG APA YANG MEMBUATKU
MUDAH BERIKAN HATIKU PADAMU
TAKKAN HABIS SEJUTA LAGU
UNTUK MENCERITAKAN CANTIKMU
KAN TERAMAT PANJANG PUISI
TUK MENYURATKAN CINTA INI
REFF
BANK SENTRAL MERUPAKAN
LEMBAGA YANG MEMILIKI PERAN
PENTING BAGI NEGARA
OLEH KARENA ITU
FUNGSI TUJUAN DAN TUGASNYA
YAITU MENCAPAI & MEMELIHARA
KESTABILAN NILAI RUPIAH
A. SISTEM PEMBAYARAN
Berdasarkan Bagan 5.1 tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat lima peranan Bank
Indonesia dalam sistem pembayaran, yakni sebagai berikut :
a. Regulator
Bank Indonesia berperan dalam membuat peraturan-peraturan yang mendukung
kelancaran sistem pembayaran. Contohnya Surat Edaran (SE) BI Nomor 7/26/DASP
tanggal 22 Juli 2005 perihal sistem kliring nasional Bank Indonesia yang diubah terakhir
dengan SE BI Nomor 10/15/DASP tanggal 27 Maret 2008 perihal perubahan ketiga atas
Surat Edaran Bank Indonesia. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/34/DPSP tahun
2013 tentang tata cara pemberian fasilitas likuiditas intrahari bagi Bank Umum.
b. Perizinan
Bank Indonesia berperan dalam memberikan izin terhadap pihak-pihak yang terlibat
dalam pelaksanaan sistem pembayaran seperti izin terhadap lembaga yang akan menjadi
penyelenggaraan transfer dana, alat pembayaran menggunakan kartu (APMK) dan uang
elektronik.
c. Pengawasan
Agar kegiatan pembayaran berjalan dengan baik, maka Bank Indonesia perlu melakukan
pengawasan. Kegiatan pengawasan dilakukan terhadap proses pembayaran maupun
terhadap aktivtas para pelaku yang terlibat dalam sistem pembayaran. Dalam
menjalankan fungsi pengawasan sistem pembayaran, Bank Indonesia berwenang
melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan sistem pembayaran, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Dalam pengawasan secara tidak langsung Bank Indonesia mewajibkan seluruh
penyelenggaraan jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan. Hal tersebut
dimaksudkan agar Bank Indonesia memperoleh informasi yang diperlukan dalam
menunjang pelaksanaan tugasnya. Adapun dalam pengawasan langsung, Bank Indonesia
dapat melakukan pemeriksaan kepada penyelenggaraan sistem pembayaran.
d. Operator
Bank Indonesia menyediakan layanan sistem pembayaran yakni Real Time Gross
Settlement (RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dan Bank
Indonesia – Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS). Sesuai dengan ketentuan
Bank Indonesia mulai 31 Mei 2013 batas nilai nominal transfer kredit yang dapat
dikliringkan melalui kliring kredit dalam penyelenggaraan SKNBI mengalami
peningkatan menjadi maksimal Rp 500.000.000,-. Adapun untuk BI-SSSS, Bank
Indonesia menyediakan layanan srana penatausahaan dan setelmen surat berharga.
e. Fasilitator
Agar penyelenggaraan sistem pembayaran semakin aman dan efisien, maka Bank
Indonesia memfasilitasi pengembangan sistem pembayaran oleh industri yang bergerak
dalam bidang jasa keuangan. Selain melaksanakan peran sebagaimana telah digambarkan,
Bank Indonesia juga melakukan transaksi-transaksi seperti operasi pasar terbuka,
menyelesaikan tagihan-tagihan serta transaksi yang terkait dengan rekening pemerintah
dan lembaga keuangan internasional yang ada di Bank Indonesia. Bank Indonesia juga
berperan sebagai pengguna dan sebagai anggota sistem pembayaran.
3. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran Oleh Bank Indonesia
Penyelenggaraan sistem pembayaran non tunai oleh Bank Indonesia dilakukan dengan
dua cara yaitu pertama, transaksi yang bernilai besar (high value) diselenggarakan dengan
menggunakan perangkat Bank Indonesia Real Times Gross Settlement System (BI-RTGS)
dan Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS). Kedua, transaksi
yang bernilai kecil (ritelvalue) diselenggarakan dengan menggunakan Sistem Kliring
Nasional Bank Indonesia (SKNBI), untuk lebih jelasnya perhatikan Bagan 5.2 sebagai
berikut :
Sistem Pembayaran
Uang Elektronik
RTGS SKNBI APMK
Berdasarkan Bagan 6.2 tersebut dapat diketahui bahwa, penyelenggaraan Transaksi oleh
Bank Indonesia terdiri atas BI-RTGS, BI-SSSS dan SKNBI. Untuk lebih jelasnya simak
penjelasan sebagai berikut :
BI-RTGS dapat membantu melakukan cek saldo secukupan mengirim. Jika cukup,
dana langsung dipindahkan dari rekening bank pengirim ke rekening bank penerima. Jika
tidak cukup, transaksi akan ditempatkan pada antrian dan tidak diproses sampai dananya
mencukupi.
1. Bank Indonesia
2. Kementerian Keuangan
3. Bank
4. Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian
5. Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valuta Asing
6. Perusahaan Efek
7. Pialang Pasar Modal
8. Lembaga Lain Yang Disetujui Oleh Bank Indonesia
c. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)
Sisitem Kliring adalah pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antara peserta
kliring, baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah. Peserta yang perhitungannya
diselesaikan pada waktu tertentu.
Transaksi Kliring :
1. Transfer Debit
2. Transfer Kredit
Untuk transfer kredit, batas nilai nominal yang dikliringkan melalui kliring kredit
dalam penyelenggaraan SKNBI maksimal adalah Rp 500.000.000,-.
Setiap bank dapat menjadi peserta dalam penyelenggaraan SKNBI disuatu wilayah
kliring, kecuali Bank Perkreditan Rakyat. Dalam pelaksanaannya, bank wajib
mencantumkan biaya kliring, baik biaya yang dikenakan Bank Indonesia kepada bank
maupun biaya yang dikenakan bank kepada nasabah pada lokasi yang dapat dibaca dengan
jelas oleh nasabah / masyarakat.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sejarah Uang
Dahulu kala Masyarakat dinegeri kita melakukan tukar menukar
barang atau barteruntuk memenuhi kebutuhan hidup nya.kegiatan
ini merupakan cikal bakal diawalinya uang sebagai alat tukar.Hal ini
dikarenakan semakin lama masayarakat kesulitan untuk
menemukan orang untuk menukarkan barang dimilikinya,karena
kesulitan tersebut akhirnya cara barter pun ditinggalkan dan mulai
mencari alternatif benda lain untuk digunakan dalam proses
pertukaran,benda tersebut akhirnya disebbut sebagai uang.
Uang pada masa itu bukan lah seperti uang pada masa
sekarang,mereka menggunakan emas dan perak sebagai alat
pembayaransampai akhirnya lahirlah uang jenis baru yaitu uang
kertas yg digunakan sampai saat ini sebagai alat pembayaran yang
sah.
2. Pengertian Uang
Salah satu definisi uang diungkap kan oleh Rudiger
Dombuseh,Stanley Fischer,dan Richard Starz dalam bukunya
Macroecanomics (1998) Bahwa uang adalah instrumen pembayaran
atau media yang digunakan dalam pertukaran.
Dengan demikian,uang di definisikan segala sesuatu (benda) yang
diterima oleh masyarakat sebagai alat pembayaran sahdalam
melakukan tukar menukar atau perdagangan.agar masyarakat
menyetujui penggunaan bendasebagai uang,maka harus menyetujui
suatu persyaratan yaitu:
a)Persyaratan pskologis yaitu benda tersebut harus dapat
memuaskan bermacam-macam keinginan dari orang yg memilikinya
dan menerimanya
b)persyatan teknis yaitu syarat yang melekat pada uang
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Song