Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank Indonesia (BI, dulu disebut De Javasche Bank) adalah bank sentral Republik
Indonesia. Sebagai bank sentral, BI mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu
kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara
lain.
Untuk mencapai tujuan tersebut BI didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang
tugasnya. Ketiga bidang tugas ini adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter,
mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi perbankan
di Indonesia. Ketiganya perlu diintegrasi agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien.
BI juga menjadi satu-satunya lembaga yang memiliki hak untuk mengedarkan uang di
Indonesia. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya BI dipimpin oleh Dewan Gubernur.
Pada 1828 De Javasche Bank didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai bank
sirkulasi yang bertugas mencetak dan mengedarkan uang.
Tahun 1953, Undang-Undang Pokok Bank Indonesia menetapkan pendirian Bank Indonesia
untuk menggantikan fungsi De Javasche Bank sebagai bank sentral, dengan tiga tugas utama di
bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran.
Pada tahun 1968 diterbitkan Undang-Undang Bank Sentral yang mengatur kedudukan dan
tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral, terpisah dari bank-bank lain yang melakukan fungsi
komersial. Selain tiga tugas pokok bank sentral, Bank Indonesia juga bertugas membantu
Pemerintah sebagai agen pembangunan mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta
memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat.
Tahun 1999 merupakan Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia, sesuai dengan UU
No.23/1999 yang menetapkan tujuan tunggal Bank Indonesia yaitu mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah.
Pada tahun 2004, Undang-Undang Bank Indonesia diamandemen dengan fokus pada aspek
penting yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia, termasuk
penguatan governance.

Pada tahun 2008, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang No.2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No.23 tahun 1999
tentang Bank Indonesia sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas sistem keuangan.
Amandemen dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan perbankan nasional dalam
menghadapi krisis global melalui peningkatan akses perbankan terhadap Fasilitas Pembiayaan
Jangka Pendek dari Bank Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Fungsi Bank Indonesia ?
2. Apa tujuan pengaturan dan pengawasan bank ?
3. Apa Tugas Bank Indonesia ?
4. Bagaimana peran Bank Indonesia dalam stabilitas keuangan ?
5. Bagaimana Sistem pengawasan Bank oleh Bank Indonesia ?
6.
C. Tujuan
1. Menjelaskan Fungsi Bank Indonesia
2. Menjelaskan Tujuan pengaturan dan pengawasan bank
3. Menjelaskan tujuan Bank Indonesia
4. Menjelaskan peran Bank Indonesia dalam stabilitas keuangan
5. Menjelaskan sistem pengawasan Bank oleh Bank indonesia

BAB II
PEMBAHASAN

A. Fungsi Bank Indonesia


STATUS DAN KEDUDUKAN BANK INDONESIA
:: Lembaga Negara yang Independen
Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya dimulai ketika sebuah undang-undang baru, yaitu UU
No. 23/1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 dan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 6/ 2009. Undangundang ini memberikan status dan kedudukan sebagai suatu lembaga negara yang independen
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan Pemerintah dan/atau
pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang ini.
Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan melaksanakan setiap tugas
dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam undang-undang tersebut. Pihak luar tidak
dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia juga
berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari pihak
manapun juga.
Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia dapat melaksanakan
peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien.
:: Sebagai Badan Hukum
Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun badan hukum perdata
ditetapkan dengan undang-undang. Sebagai badan hukum publik Bank Indonesia berwenang
menetapkan peraturan-peraturan hukum yang merupakan pelaksanaan dari undang-undang yang

mengikat seluruh masyarakat luas sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Sebagai badan hukum
perdata, Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di dalam maupun di luar
pengadilan.
B. TUJUAN PENGATURAN DAN PENGAWASAN BANK
Pengaturan dan pengawasan bank diarahkan untuk mengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia
sebagai:
1. Lembaga kepercayaan masyarakat dalam kaitannya sebagai lembaga penghimpun dan
penyalur dana
2. Pelaksana kebijakan moneter;
3. Lembaga yang ikut berperan dalam membantu pertumbuhan ekonomi serta pemerataan;
agar tercipta sistem perbankan yang sehat,baik sistem perbankan secara menyeluruh
maupun individual, dan mampu memelihara kepentingan masyarakat dengan baik,
berkembang secara wajar dan bermanfaat bagi perekonomian nasional.
Untuk mencapai tujuan tersebut pendekatan yang dilakukan dengan menerapkan:
1. Kebijakan memberikan keleluasaan berusaha (deregulasi);
2. Kebijakan prinsip kehati-hatian bank (prudential banking); dan
3. Pengawasan bank yang mendorong bank untuk melaksanakan secara konsisten ketentuan
intern yang dibuat sendiri (self regulatory banking) dalam melaksanakan kegiatan
operasionalnya dengan tetap mengacu kepada prinsip kehati-hatian.

Otoritas moneter adalah suatu entitas yang memiliki wewenang untuk mengendalikan
jumlah uang yang beredar pada suatu negara dan memiliki hak untuk menetapkan suku
bunga dan parameter lainnya yang menentukan biaya dan persediaan uang. Umumnya otoritas
moneter adalah bank sentral, meskipun kadang kala lembaga eksekutif pemerintah mempunyai
4

hak tertinggi untuk menetapkan kebijakan moneter dengan cara mengendalikan bank
sentral. Ada berbagai jenis otoritas moneter lainnya, seperti dibentuknya satu bank sentral untuk
beberapa negara, terdapatnya suatu dewan yang mengontrol jumlah uang yang beredar terhadap
mata uang lain, dan juga diperbolehkannya beberapa entitas untuk mencetak uang
kertas ataupun uang logam.
C. Jenis-jenis Kebijakan Moneter
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah atau
mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu:

Kebijakan moneter ekspansif (Monetary expansive policy)

Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini
dilakukan untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan
masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan ini disebut juga
kebijakan moneter longgar (easy money policy)

Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy)

Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini
dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat
(tight money policy)
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu
antara lain :

Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau
membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah jumlah uang
beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang
yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada
masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan dari
Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga Pasar Uang.

Fasilitas Diskonto (Discount Rate)

Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan memainkan tingkat
bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-kadang mengalami kekurangan uang
sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah

menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat bunga demi
membuat uang yang beredar berkurang.

Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)

Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah
dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk menambah jumlah uang,
pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk menurunkan jumlah uang beredar,
pemerintah menaikkan rasio.

Imbauan Moral (Moral Persuasion)

Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan
memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan pemberi
kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk mengurangi jumlah uang beredar dan
menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang
beredar pada perekonomian.
Tujuan Kebijakan Moneter
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan
ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia.
Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap hargaharga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun
2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran
utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut sistem nilai tukar
yang mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai
stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan
kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk
mengarahkan nilai tukar pada level tertentu.
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan
moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar atau suku bunga)
dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Secara
operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan instrumen-instrumen,
antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan
tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan.
Bank Indonesia juga dapat melakukan cara-cara pengendalian moneter berdasarkan Prinsip
Syariah.

D. Tugas Bank Indonesia

Dalam rangka mencapai tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, Bank
Indonesia didukung oleh tiga pilar yang merupakan 3 bidang utama tugas Bank Indonesia
yaitu :

menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter,


mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran,
serta mengatur dan mengawasi bank.

Agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah tersebut dapat dicapai secara
efektif dan efisien, maka ketiga tugas tersebut harus diintegrasikan.

1. TUGAS MENETAPKAN DAN MELAKSANAKAN KEBIJAKAN MONETER


Untuk mencapai tujuan Bank Indonesia dalam menjaga kestabilan nilai rupiah, Pasal 10 UU
BI menegaskan bahwa Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melaksanakan
kebijakan moneter melalui penetapan sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju
inflasi serta melakukan pengendalian moneter melalui berbagai cara antara lain :

operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing

penetapan tingkat diskonto;

penetapan cadangan wajib minimum;

pengaturan kredit atau pembiayaan

Cara-cara pengendalian moneter tersebut dapat dilaksanakan juga berdasarkan prinsip syariah.
Sasaran laju inflasi ditetapkan oleh Bank perkembangan dan prospek ekonomi makro. Penetapan
sasaran laju Indonesia atas dasar tahun kalender dengan memperhatikan inflasi tersebut terutama
dilakukan dengan mempertimbangkan perkembangan harga yang secara langsung dipengaruhi
oleh kebijakan moneter. Sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia tersebut dapat
7

berbeda dengan asumsi laju inflasi yang dibuat oleh Pemerintah dalam rangka penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang didasarkan pada tahun fiskal.

2. TUGAS MENGATUR DAN MENJAGA KELANCARAN SISTEM


PEMBAYARAN

Kewenangan Bank Indonesia dalam mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran diatur
dalam Pasal 15 sampai dengan Pasal 23 UU-BI. Dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran
sistem pembayaran, Bank Indonesia berwenang untuk melaksanakan dan memberikan
persetujuan dan izin atas penyelenggaraan jasa sistem pembayaran, mewajibkan penyelenggara
jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan kegiatannya serta menetapkan
penggunaan alat pembayaran.
Persetujuan terhadap penyelenggaraan jasa sistem pembayaran dimaksudkan agar
penyelenggaraan jasa sistem pembayaran oleh pihak lain memenuhi persyaratan, khususnya
persyaratan keamanan dan efisiensi. Kewajiban penyampaian laporan berlaku bagi setiap
penyelenggara jasa sistem pembayaran. Hal ini dimaksudkan agar Bank Indonesia dapat
memantau penyelenggaraan sistem pembayaran.
Penetapan alat pembayaran dimaksudkan agar alat pembayaran yang digunakan dalam
masyarakat memenuhi persyaratan keamanan bagi pengguna. Termasuk dalam wewenang ini
adalah membatasi penggunaan alat pembayaran tertentu dalam rangka prinsip kehati-hatian.
Dalam rangka pelaksanaan kewenangan tersebut di atas, Bank Indonesia dapat melakukan
pemeriksaan terhadap penyelenggara jasa.

3. TUGAS MENGATUR DAN MENGAWASI BANK

Pengaturan dan Pengawasan Bank merupakan salah satu tugas Bank Indonesia
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 8 UUBI. Dalam rangka melaksanakan tugas ini, Bank
Indonesia menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan
kegiatan usaha tertentu bank, melaksanakan pengawasan bank, serta mengenakan sanksi
terhadap bank (Pasal. 24). Selain itu, Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan
ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehatihatian (Pasal. 25).
Berkaitan dengan kewenangan di bidang perizinan, Bank Indonesia :

memberikan dan mencabut izin usaha bank

memberikan izin pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank

memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank

memberikan izin kepada bank untuk menjalankan kegiatankegiatan usaha tertentu (Pasal
. 26)

Pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia meliputi pengawasan langsung dan tidak
langsung (Pasal. 27). Bank Indonesia berwenang mewajibkan bank untuk menyampaikan
laporan, keterangan, dan penjelasan sesuai dengan tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
, dimana hal ini dapat dilakukan terhadap perusahaan induk, perusahaan anak, pihak terkait
dan pihak terafiliasi dari bank apabila diperlukan (Pasal. 28). Pemeriksaan terhadap bank
dilakukan secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan dan dapat dilakukan
terhadap perusahaan induk, perusahaan anak, pihak terkait dan pihak terafiliasi dari
bank apabila diperlukan. Bank dan pihak lain tersebut wajib memberikan kepada pemeriksa:

keterangan dan data yang diminta;


kesempatan untuk melihat semua pembukuan, dokumen, dan sarana

fisik yang berkaitan dengan kegiatan usahanya; halhal lain yang diperlukan seperti salinan
dokumen yang diperlukan dan lainlain (Pasal. 29).

Bank Indonesia dapat menugasi pihak lain untuk dan atas nama Bank Indonesia
melaksanakan pemeriksaaan terhadap bank (Pasal. 30) Bank Indonesia dapat
memerintahkan bank untuk menghentikan sementara sebagian atau seluruh kegiatan
transaksi tertentu apabila menurut
penilaian Bank Indonesia transaksi tersebut diduga merupakan tindak pidana di bidang
perbankan (Pasal. 31). Dalam hal keadaan suatu bank menurut penilaian Bank
Indonesia membahayakan kelangsungan usaha bank yang bersangkutan dan/atau
membahayakan sistem perbankan atau terjadi kesulitan perbankan yang membahayakan
perekonomian
nasional, Bank Indonesia dapat melakukan tindakan sebagaimana diatur dalam undangundang te
ntang Perbankan yang berlaku (Pasal. 33)
Kewenangan Pengaturan dan Pengawasan Bank
Pengaturan dan pengawasan bank oleh BI meliputi wewenang sebagai berikut:
1. Kewenangan memberikan izin (right to license), yaitu kewenangan untuk menetapkan
tatacara perizinan dan pendirian suatu bank. Cakupan pemberian izin oleh BI meliputi
pemberian izin dan pencabutan izin usaha bank, pemberian izin pembukaan, penutupan
dan pemindahan kantor bank, pemberian persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan
bank, pemberian izin kepada bank untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu.
2. Kewenangan untuk mengatur (right to regulate), yaitu kewenangan untuk menetapkan
ketentuan yang menyangkut aspek usaha dan kegiatan perbankan dalam rangka
menciptakan perbankan sehat yang mampu memenuhi jasa perbankan yang diinginkan
masyarakat.
3. Kewenangan untuk mengawasi (right to control), yaitu kewenangan melakukan
pengawasan bank melalui pengawasan langsung (on-site supervision) dan pengawasan
tidak langsung (off-site supervision). Pengawasan langsung dapat berupa pemeriksaan
umum dan pemeriksaan khusus,yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang

10

keadaan keuangan bank dan untuk memantau tingkat kepatuhan bank terhadap peraturan
yang berlaku serta untuk mengetahui apakah terdapat praktik-praktik yang tidak sehat
yang membahayakan kelangsungan usaha bank. Pengawasan tidak langsung yaitu
pengawasan melalui alat pemantauan seperti laporan berkala yang disampaikan
bank,laporan hasil pemeriksaan dan informasi lainnya. Dalam pelaksanaannya, apabila
diperlukan BI dapat melakukan pemeriksaan terhadap bank termasuk pihak lain yang
meliputi perusahaan induk, perusahaan anak, pihak terkait, pihak terafiliasi dan debitur
bank. BI dapat menugasi pihak lain untuk dan atas nama BI melaksanakan tugas
pemeriksaan.
4. Kewenangan untuk mengenakan sanksi (right to impose sanction), yaitu kewenangan
untuk menjatuhkan sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan terhadap bank
apabila suatu bank kurang atau tidak memenuhi ketentuan. Tindakan ini mengandung
unsur pembinaan agar bank beroperasi sesuai dengan asas perbankan yang sehat.

11

E. PERAN BANK INDONESIA DALAM STABILITAS KEUANGAN


Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama Bank Indonesia tidak
saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem keuangan (perbankan dan sistem
pembayaran). Keberhasilan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas moneter tanpa diikuti oleh
stabilitas sistem keuangan, tidak akan banyak artinya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan. Stabilitas moneter dan stabilitas keuangan ibarat dua sisi mata uang yang
tidak dapat dipisahkan. Kebijakan moneter memiliki dampak yang signifikan terhadap stabilitas
keuangan begitu pula sebaliknya, stabilitas keuangan merupakan pilar yang mendasari efektivitas
kebijakan moneter. Sistem keuangan merupakan salah satu alur transmisi kebijakan moneter,
sehingga bila terjadi ketidakstabilan sistem keuangan maka transmisi kebijakan moneter tidak
dapat berjalan secara normal. Sebaliknya, ketidakstabilan moneter secara fundamental akan
mempengaruhi stabilitas sistem keuangan akibat tidak efektifnya fungsi sistem keuangan. Inilah
yang menjadi latar belakang mengapa stabilitas sistem keuangan juga masih merupakan tugas
dan tanggung jawab Bank Indonesia.
Sebagai bank sentral, Bank Indonesia memiliki lima peran utama dalam menjaga stabilitas
sistem keuangan. Kelima peran utama yang mencakup kebijakan dan instrumen dalam menjaga
stabilitas sistem keuangan itu adalah:
Pertama, Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui
instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia dituntut untuk mampu
menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang. Hal ini mengingat gangguan
stabilitas moneter memiliki dampak langsung terhadap berbagai aspek ekonomi. Kebijakan
moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan
kegiatan ekonomi. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, untuk menciptakan stabilitas
moneter, Bank Indonesia telah menerapkan suatu kebijakan yang disebut inflation targeting
framework.
Kedua, Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan yang
sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga perbankan seperti itu dilakukan melalui
mekanisme pengawasan dan regulasi. Seperti halnya di negara-negara lain, sektor perbankan
12

memiliki pangsa yang dominan dalam sistem keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan di sektor ini
dapat menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan mengganggu perekonomian. Untuk mencegah
terjadinya kegagalan tersebut, sistem pengawasan dan kebijakan perbankan yang efektif haruslah
ditegakkan. Selain itu, disiplin pasar melalui kewenangan dalam pengawasan dan pembuat
kebijakan serta penegakan hukum (law enforcement) harus dijalankan. Bukti yang ada
menunjukkan bahwa negara-negara yang menerapkan disiplin pasar, memiliki stabilitas sistem
keuangan yang kokoh. Sementara itu, upaya penegakan hukum (law enforcement) dimaksudkan
untuk melindungi perbankan dan stakeholder serta sekaligus mendorong kepercayaan terhadap
sistem keuangan. Untuk menciptakan stabilitas di sektor perbankan secara berkelanjutan, Bank
Indonesia telah menyusun Arsitektur Perbankan Indonesia dan rencana implementasi Basel II.
Ketiga, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to settle) pada salah satu peserta dalam sistem
sistem pembayaran, maka akan timbul risiko potensial yang cukup serius dan mengganggu
kelancaran sistem pembayaran. Kegagalan tersebut dapat menimbulkan risiko yang bersifat
menular (contagion risk) sehingga menimbulkan gangguan yang bersifat sistemik. Bank
Indonesia mengembangkan mekanisme dan pengaturan untuk mengurangi risiko dalam sistem
pembayaran yang cenderung semakin meningkat. Antara lain dengan menerapkan sistem
pembayaran yang bersifat real time atau dikenal dengan nama sistem RTGS (Real Time Gross
Settlement) yang dapat lebih meningkatkan keamanan dan kecepatan sistem pembayaran.
Sebagai otoritas dalam sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki informasi dan keahlian
untuk mengidentifikasi risiko potensial dalam sistem pembayaran.
Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat mengakses
informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui pemantauan secara
macroprudential, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi
potensi kejutan (potential shock) yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan. Melalui riset,
Bank Indonesia dapat mengembangkan instrumen dan indikator macroprudential untuk
mendeteksi kerentanan sektor keuangan. Hasil riset dan pemantauan tersebut, selanjutnya akan
menjadi rekomendasi bagi otoritas terkait dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk
meredam gangguan dalam sektor keuangan.

13

Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim keuangan melalui
fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR). Fungsi LoLR merupakan peran
tradisional Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam mengelola krisis guna menghindari
terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan. Fungsi sebagai LoLR mencakup penyediaan
likuiditas pada kondisi normal maupun krisis. Fungsi ini hanya diberikan kepada bank yang
menghadapi masalah likuiditas dan berpotensi memicu terjadinya krisis yang bersifat sistemik.
Pada kondisi normal, fungsi LoLR dapat diterapkan pada bank yang mengalami kesulitan
likuiditas temporer namun masih memiliki kemampuan untuk membayar kembali.
F. SISTEM PENGAWASAN BANK OLEH BANK INDONESIA
Dalam menjalankan tugas pengawasan bank, saat ini BI melaksanakan sistem pengawasannya
dengan menggunakan 2 pendekatan yakni pengawasan berdasarkan kepatuhan (compliance
based supervision) dan pengawasan berdasarkan risiko (risk based supervision/RBS). Dengan
adanya pendekatan RBS tersebut, bukan berarti mengesampingkan pendekatan berdasarkan
kepatuhan, namun merupakan upaya untuk menyempurnakan sistem pengawasan sehingga dapat
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengawasan perbankan. Secara bertahap, pendekatan
pengawasan yang diterapkan oleh BI akan beralih menjadi sepenuhnya pengawasan berdasarkan
risiko.
1.Pengawasan Berdasarkan Kepatuhan (Compliance Based Supervision)
Pendekatan pengawasan berdasarkan kepatuhan pada dasarnya menekankan pemantauan
kepatuhan bank untuk melaksanakan ketentuan ketentuan yang terkait dengan operasi dan
pengelolaan bank. Pendekatan ini mengacu pada kondisi bank di masa lalu dengan tujuan untuk
memastikan bahwa bank telah beroperasi dan dikelola secara baik dan benar menurut prinsipprinsip kehati-hatian.
2. Pengawasan Berdasarkan Risiko (Risk Based Supervision)
Pendekatan pengawasan berdasarkan risiko merupakan pendekatan pengawasan yang
berorientasi ke depan (forward looking). Dengan menggunakan pendekatan tersebut
pengawasan/pemeriksaan suatu bank difokuskan pada risiko-risiko yang melekat (inherent risk)

14

pada aktivitas fungsional bank serta sistem pengendalian risiko (risk control system). Melalui
pendekatan ini akan lebih memungkinkan otoritas pengawasan bank untuk proaktif dalam
melakukan pencegahan terhadap permasalahan yang potensial timbul di bank. Pendekatan
pengawasan berdasarkan risiko memiliki siklus pengawasan sebagai berikut :

Jenis-Jenis Risiko Bank :

Risiko Kredit : Risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty memenuhi
kewajibannya.

Risiko Pasar : Risiko yang timbul karena adanya pergerakan variabel pasar (adverse
movement) dari portofolio yang dimiliki oleh Bank,yang dapat merugikan Bank. Variabel
pasar antara lain adalah suku bunga dan nilai tukar.

Risiko Likuiditas : Risiko yang antara lain disebabkan Bank tidak mampu memenuhi
kewajiban yang telah jatuh waktu.

15

Risiko Operasional : Risiko yang antara lain disebabkan adanya ketidakcukupan dan
atau tidak berfungsinya proses internal,kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya
problem eksternal yang mempengaruhi operasional Bank.

Risiko Hukum : Risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis.
Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan
peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak
dipenuhinya syarat sahnya kontra.

Risiko Reputasi : Risiko yang antara lain disebabkan adanya publikasi negatif yang
terkait dengan kegiatan usaha Bank atau persepsi negatif terhadap Bank.

Risiko Strategik : Risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan
strategi Bank yang tidak tepat pengambilan keputusan bisnis yang tidak tepat atau kurang
responsifnya Bank terhadap perubahan eksternal.

Risiko Kepatuhan : Risiko yang disebabkan Bank tidak mematuhi atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku.

: Sistem Informasi Manajemen Sektor Perbankan Bank Indonesia (SIM-SPBI)


SIMSPBI merupakan sistem informasi terpadu untuk mendukung tugas pengawasan,
pemeriksaan dan pengaturan perbankan BI.
Tujuan dari penerapan SIM-SPBI adalah :

Meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem pengawasan dan pemeriksaan bank;

Menciptakan keseragaman (standarisasi) dalam pelaksanaan tugas pengawasan dan


pemeriksaan bank.

Mengoptimalkan Pengawas dan Pemeriksa Bank dalam menganalisa kondisi bank


sehingga dapat meningkatkan mutu pengawasan dan pemeriksaan bank;

16

Memudahkan audit trail oleh pihak yang berkepentingan;

Meningkatkan keamanan dan integritas data serta informasi

SIM-SPBI terdiri dari 3 subsistem yakni :


1. Sistem Informasi Manajemen Pengawasan (SIMWAS), merupakan sistem informasi
untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi tugas-tugas pengawasan, pemeriksaan dan
penelitian bank umum. Melalui SIMWAS, pengawas bank akan mampu mengoptimalkan
kegiatan analisa dan memperoleh informasi mengenai kondisi keuangan bank (termasuk
Tingkat Kesehatan Bank dan profil risiko) secara cepat. Modul-modul yang tersedia
antara lain modul Data Pokok Bank dan modul Fit and Proper Test (FPT).
2. Sistem Informasi Bank dalam Investigasi (SIBADI), merupakan sistem informasi
untuk meningkatkan tertib administrasi dan kemudahan pemantauan tugas dalam rangka
investigasi tindak pidana di bidang perbankan. Melalui SIBADI, dapat dilakukan
pemantauan terhadap perkembangan investigasi atas dugaan tindak pidana yang diakukan
oleh suatu bank sejak laporan penyimpangan diterima, jadwal investigasi, langkahlangkah yang telah dilakukan sampai dengan hasil akhir investigasi dimaksud.
3. Data Mart Data Pokok Bank, yang menyediakan informasi yang berkaitan dengan
kelembagaan, kepemilikan dan kepengurusan, operasional dan strategi pengawasan yang
diterapkan pada suatu bank sehingga diharapkan dapat mengoptimalkan informasi dalam
rangka pengawasan dan pembinaan bank.
:: Sistem Informasi Debitur (SID)
SID adalah sistem yang menyediakan informasi mengenai debitur baik perorangan maupun
badan usaha, yang diolah berdasarkan laporan penyediaan dana yang diterima Bank Indonesia
dari Pelapor. SID dikembangkan dengan tujuan untuk membantu :
1. Bagi pemberi kredit, antara lain :

17

o Membantu dalam mempercepat proses analisis dan pengambilan keputusan


pemberian kredit
o Mengurangi ketergantungan pemberi kredit kepada agunan konvensional.Pemberi
kredit dapat menilai reputasi kredit calon debitur sebagai pengganti/pelengkap
agunan.
2. Bagi penerima kredit, antara lain :
o Mempercepat waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh persetujuan kredit
o Nasabah baru,khususnya yang tergolong sebagai UMKM,a kan mendapat akses
yang lebih luas kepada pemberi kredit dengan mengandalkan reputasi
keuangannya tanpa harus tergantung pada kemampuan untuk menyediakan
agunan.
:: Sistem Informasi Manajemen Pengawasan BPR (SIMWAS BPR)
SIMWAS-BPR merupakan sistem informasi untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi sistem
pengawasan BPR. Melalui SIMWAS, pengawas BPR akan mampu mengoptimalkan kegiatan
analisis terhadap kondisi BPR, mempercepat diperolehnya informasi kondisi keuangan BPR
(termasuk Tingkat Kesehatan BPR), meningkatkan keamanan dan integritas data serta informasi
perbankan. Modul-modul yang tersedia dalam aplikasi SIMWAS BPR antara lain modul
perizinan pendirian BPR, data pokok BPR, Tingkat Kesehatan BPR, status BPR, cabut izin usaha
dan likuida

18

BAB III
KESIMPULAN

Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dalam melaksanakan


tugas dan wewenangnya dimulai ketika sebuah undang-undang baru, yaitu
UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan berlaku pada tanggal 17
Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 6/ 2009.
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan
ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia. Hal
yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga
barang dan jasa yang tercermin pada inflasi.
Kewenangan Bank Indonesia dalam mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran diatur
dalam Pasal 15 sampai dengan Pasal 23 UU-BI. Dalam rangka mengatur dan menjaga kelancaran
sistem pembayaran, Bank Indonesia berwenang untuk melaksanakan dan memberikan
persetujuan dan izin atas penyelenggaraan jasa sistem pembayaran, mewajibkan penyelenggara
jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan kegiatannya serta menetapkan
penggunaan alat pembayaran.

19

Pengaturan dan Pengawasan Bank merupakan salah satu tugas Bank Indonesia
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 8 UUBI. Dalam rangka melaksanakan tugas ini, Bank
Indonesia menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan
kegiatan usaha tertentu bank, melaksanakan pengawasan bank, serta mengenakan sanksi
terhadap bank (Pasal. 24). Selain itu, Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan
ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehatihatian (Pasal. 25).
Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama Bank Indonesia tidak
saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem keuangan (perbankan dan sistem
pembayaran).

20

Lampiran

21

22

DAFTAR PUSTAKA

http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Ikhtisar+Perbankan/Pengaturan+dan+Pengawasan+Bank/
Tujuan+dan+Kewenangan/
http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Ikhtisar+Perbankan/Pengaturan+dan+Pengawasan+Bank/
Sistem+Pengawasan+Bank/
http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Ikhtisar+Perbankan/Pengaturan+dan+Pengawasan+Bank/
Sistem+Informasi+Perbankan/
http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Stabilitas+Sistem+Keuangan/Peran+Bank+Indonesia/Pera
n+BI/
http://www.bi.go.id/web/id/Tentang+BI/Fungsi+Bank+Indonesia/Status+dan+Kedudukan/

23

Anda mungkin juga menyukai