Anda di halaman 1dari 22

Pengertian jurnal khusus adalah jurnal yang digunakan untuk mencatat jenis-jenis transaksi

yang sejenis dan terjadi secara repetitif.


Berikut adalah manfaat dan keunggulan penting yang dimiliki oleh jurnal khusus:
1. Kemudahan pencatatan secara sistematis. Pengelompokan pencatatan transaksi dalam
jurnal khusus membuat proses pembuatan laporan keuangan menjadi lebih
sistematis.Kemudahan ini juga membuat proses pencatatan dalam buku besar menjadi
lebih efisien.
2. Mempercepat proses data transaksi. Dengan adanya pengelompokan data, maka
pemrosesan laporan keuangan bisa lebih cepat terjadi. Sebagai contoh, jika ada 50 kali
transaksi sejenis, pada jurnal umum akan tetap dicatat dan dikelompokan sebanyak 50
kali juga. Sedangkan, dalam jurnal khusus hanya perlu mengelompokan datanya satu
kali saja, berdasarkan jenis akun.
3. Mempermudah proses pemostingan ke buku besar. Pemostingan data transaksi ke buku
besar dapat dilakukan secara berkala dengan lebih praktis dan mudah, karena dalam
jurnal khusus semua transaksi yang sejenis dibukukan dengan akun yang sama
sehingga pemostingan beberapa transaksi keuangan pun dapat dilakukan secara
bersamaan berdasarkan jenis akunnya.
4. Memudahkan pemeriksaan secara berkala. Dengan adanya jurnal khusus, transaksi
keuangan sejenis yang adalah telah banyak tercatat dalam perusahaan akan dibukukan
secara ringkas dan praktis pada satu jurnal sehingga memberikan kemudahan bagi
auditor internal maupun eksternal untuk melakukan pemeriksaan.
5. Mengurangi resiko pengubahan data. Jurnal khusus dicatat secara kronologis dan
terperinci. Proses transaksi yang dicatat setiap hari serta lengkap akan mengurangi
resiko pengubahan data dan penipuan oleh pihak tertentu di waktu yang akan datang.
Kemungkinan pembuatan laporan palsu dalam akun pun akan berkurang karena ada
pihak yang bertanggung jawab atas kebenarannya.
6. Adanya spesialisasi pekerjaan. Pembagian jurnal khusus ke dalam empat jenis transaksi
membuat adanya spesialisasi dalam pencatatan sehingga hasil yang didapatkan lebih
baik.
7. Mengontrol agar tidak terjadi fraud. Kemungkinan perubahan laporan palsu atau
tindakan fraud lainnya dalam akun akan terpantau dan sulit untuk dilakukan karena
transaksi jurnal dicatat secara kronologis dan pihak tertentu bertanggung jawab atas
kebenarannya.
8. Peningkatan efisiensi. Pekerjaan pencatatan transaksi bisnis dapat dikerjakan oleh
beberapa karyawan yang sudah mahir dalam hal ini, tidak hanya dikerjakan oleh satu
orang akuntan,
9. Meminimalisir kesalahan. Setiap jurnal khusus ditangani oleh orang tertentu, yang sudah
mahir dengan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Dengan begitu akan banyak
pemeriksaan dari banyak pihak dan ini akan berimbas pada pengurangan kesalahan
dalam pencatatan pembukuan.
10. Memudahkan memasukan rincian data. Dalam pencatatan jurnal transaksi khusus, satu
baris yang dirancang untuk menyediakan semua informasi yang diperlukan. Misalnya,
pembelian barang dagangan dicatat pada satu baris, termasuk kredit ke akun pemasok
dan nama pemasok, tanggal dan jumlah informasi yang diinginkan.
11. Kontrol internal yang lebih baik. Kontrol internal yang lebih baik akan terbentuk bila
organisasi bisnis mengadopsi jurnal khusus. Hal ini dikarenakan jurnal-jurnal keuangan
ini memungkinkan membagi pekerjaan ke beberapa karyawan.
12. Referensi masa depan. Transaksi yang sifatnya serupa dicatat dalam satu jurnal. Hal ini
berguna sebagai referensi masa depan dan menjadikan pencatatan transaksi menjadi
lebih mudah.
Jurnal Pembelian
Pengertian jurnal pembelian adalah jurnal khusus untuk mencatat semua jenis pembelian, baik
barang maupun bukan barang secara kredit.
Jurnal ini paling sering ditemukan dalam sistem akuntansi manual, di mana diperlukan untuk
menyimpan laporan transaksi pembelian bervolume tinggi diluar buku besar.
Jenis-jenis transaksi pembelian tersebut yakni pembelian barang dagang secara kredit dan
pembelian perlengkapan, peralatan serta aktiva lain secara kredit.
Semua jenis pembelian yang dilakukan secara kredit dicatat dalam jurnal pembelian, termasuk
berikut:

 Peralatan Kantor
 Jasa
 Barang yang diperoleh untuk dijual kembali
Jurnal ini berfungsi untuk menyederhanakan pencatatan dan memudahkan pembukuan
transaksi bervolume tinggi ke dalam buku besar.
Jurnal pembelian juga mencatat transaksi secara harian sesuai dengan tanggal terjadinya
transaksi.
Nantinya, pada akhir tiap periode pelaporan, catatan dalam jurnal pembelian akan diringkas dan
diposting dalam buku besar.
Setiap transaksi yang dimasukkan ke dalam jurnal pembelian melibatkan kredit ke rekening
hutang dan debit ke akun biaya atau aset yang terkait dengan pembelian.
Misalnya, debit yang berkaitan dengan pembelian perlengkapan kantor akan menjadi akun
biaya persediaan. Jurnal ini juga mencakup tanggal pencatatan, nama pemasok yang dibayar,
referensi dokumen sumber, dan nomor faktur.
Tambahan opsional untuk kumpulan informasi dasar ini adalah tanggal jatuh tempo
pembayaran dan otorisasi nomor pesanan pembelian.
Contoh jurnal khusus pembelian adalah sebagai berikut:
Jurnal Penjualan
Jurnal penjualan adalah jurnal khusus yang digunakan untuk menyimpan transaksi penjualan
terperinci.
Tujuan utamanya adalah untuk meringkas informasi transaksi bervolume tinggi dari buku besar
umum, sehingga menyederhanakan buku besar.
Informasi berikut adalah biasanya disimpan dalam jurnal penjualan untuk setiap transaksi
penjualan:

 Tanggal transaksi
 Nama Pelanggan
 Nomor faktur
 Jumlah penjualan (debit akun piutang dagang dan kredit akun penjualan)
Pada dasarnya, buku jurnal khusus penjualan adalah jurnal yang digunakan untuk mencatat
transaksi piutang; ini berarti bahwa penjualan yang dilakukan secara tunai tidak dicatat dalam
jurnal penjualan.

Sebuah penjualan yang dibuat dengan uang tunai akan dicatat dalam jurnal penerimaan kas.
Namun terkadang pada prakteknya masih ada yang mencatatkan dan menggabungkan
penjualan tunai dalam jurnal penjualan.
Informasi yang disimpan dalam jurnal ini adalah ringkasan dari faktur yang dikeluarkan untuk
pelanggan.
Transaksi penjualan per hari akan dicatat pada jurnal penjualan, yang kemudian
disederhanakan untuk diposting ke dalam buku besar di akhir periodenya.
Pada akhir setiap periode pelaporan, jumlah total debet dan kredit dicatat ke dalam buku besar
umum.
Jika Anda ingin meneliti dan melihat saldo yang telah tercatat dalam buku besar umum, Anda
dapat merujuk kembali ke jurnal penjualan, dan dapat menggunakan nomor faktur yang
tercantum dalam jurnal penjualan untuk mengakses salinan faktur.
Konsep jurnal penjualan adalah sebagian besar terbatas pada sistem akuntansi manual dan
biasanya jurnal khusus ini tidak selalu digunakan dalam sistem akuntansi terkomputerisasi.
Jurnal penerimaan kas
Jurnal penerimaan kas adalah contoh jurnal khusus perusahaan dagang di mana penjualan
tunai dicatat.
Jurnal ini digunakan untuk membongkar volume transaksi dari buku besar , di mana hal itu
mungkin akan mengacaukan laporan dalam buku besar dan jurnal umum.
Jurnal ini berisi bidang-bidang berikut:

 Tanggal
 Nama Pelanggan
 Identifikasi penerimaan uang tunai
Kolom debit dan kredit untuk mencatat kedua sisi setiap entri; entri normal adalah debit untuk
uang tunai dan kredit untuk penjualan.
Mungkin ada banyak entri tambahan dalam jurnal ini, tergantung pada frekuensi penerimaan
uang tunai dari pelanggan.
Saldo dalam jurnal penerimaan kas secara teratur diringkas menjadi jumlah agregat dan
diposting ke buku besar.
Jika seseorang perlu menyelidiki penerimaan kas spesifik, mereka mungkin memulai dari buku
besar dan kemudian pindah ke jurnal penerimaan kas.
Jurnal penerimaan kas digunakan untuk mencatat semua transaksi yang berhubungan dengan
penerimaan uang.
Jika jurnal sebelumnya digunakan untuk pencatatan transaksi kredit, maka jurnal penerimaan
kas difungsikan untuk transaksi secara tunai.
Transaksi yang dicatat dalam jurnal penerimaan kas antara lain, penjualan tunai, penerimaan
pelunasan utang, retur pembelian secara tunai dan penerimaan pendapatan.
Jurnal pengeluaran kas
Jurnal pengeluaran kas berfungsi untuk mencatat semua transaksi yang berhubungan dengan
pengeluaran uang. Jurnal ini akan mencatat secara terperinci contoh transaksi secara tunai
perusahaan dagang.
Transaksi yang termasuk ke dalam jurnal pengeluaran kas antara lain, pembelian secara tunai,
pelunasan utang, retur penjualan, pembayaran beban dan pengambilan uang tunai untuk
pribadi.
Semua arus kas masuk dicatat dalam jurnal lain yang dikenal sebagai jurnal penerimaan kas.
Contoh umum arus kas keluar dalam bisnis adalah seperti di bawah ini:

 Pembayaran kas untuk pembelian tunai.


 Pembayaran kas untuk pembelian kredit sebelumnya seperti pembayaran hutang atau
kreditor
 Pembayaran kas untuk berbagai biaya seperti sewa, iklan, upah dan gaji dll.
 Pembayaran kas untuk pembelian aset berwujud atau tidak berwujud.
 Pengembalian kas untuk barang yang dikembalikan oleh pelanggan.
Setiap perusahaan dapat merancang jurnal khusus sesuai dengan kebutuhan perusahaannya.
Oleh karena itu, jurnal dalam suatu perusahaan akan berbeda dengan perusahaan yang lain.
Akan tetapi, jika perusahaan tersebut sejenis ada kemungkinan jurnal yang dirancang
mempunyai bentuk yang sama.
Untuk memahami lebih lanjut tentang cara membuat jurnal khusus penerimaan dan
pengeluaran kas sesuai pencatatan yang benar.
Pencatatan Jurnal Pembelian dan Penjualan Perusahaan Dagang
Jurnal pembelian adalah jurnal yang digunakan untuk mencatat semua transaksi dari pembelian
barang dagangan secara kredit atau pembelian yang menimbulkan kewajiban atau utang
kepada supplier.
Sedangkan jurnal penjualan adalah jurnal digunakan untuk mencatat kegiatan transaksi
penjualan baik itu secara tunai ataupun kredit.
Cara mencatat jurnal pembelian adalah sebagai berikut:
1. Untuk pembelian barang dagang atau barang lainnya secara tunai akan dicatat dalam
jurnal pengeluaran kas, sedangkan pembelian kredit akan dicatat dalam debit akun
pembelian dan kredit akun utang dagang. Apabila transaksi ini terjadi berulang-ulang,
maka lebih praktis disediakan kolom khusus untuk pembelian dan utang dagang.
2. Untuk transaksi pembelian kredit barang lainnya, misalnya untuk pembelian
perlengkapan dan peralatan produksi, maka dicatat pada kolom debit akun
perlengkapan dengan kredit akun utang dagang. Dan bila transaksi terjadi berulang-
ulang, bisa dibuatkan kolom tersendiri untuk perlengkapan.
3. Untuk pembelian barang lain yang bersifat tidak berulang-ulang, tidak perlu dibuatkan
kolom khusus, namun cukup ditampung pada kolom serba-serbi.
Sedangkan cara untuk mencatat jurnal penjualan adalah sebagai berikut:
1. Jurnal penjualan hanya mencatat piutang, oleh karena itu, jika penjualan dilakukan
secara tunai maka tidak dicatat.
2. Pada dasarnya penjualan yang dilakukan secara tunai akan dicatat di akun jurnal
penerimaan kas, namun pada praktik yang sering ditemukan, masih ada sebagian orang
yang menggabungkan penjualan tunai dalam akun jurnal penjualan.
3. Bagi Anda yang ingin me-review dan melihat saldo yang sudah tercatat di buku besar
umum, Anda bisa melihat informasi yang ada di dalam jurnal penjualan. Anda bisa
melihat copy invoice dengan mencari nomor faktur yang tercantum dalam jurnal
penjualan.
Bentuk Jurnal Pembelian dan Penjualan
Pada dasarnya, bentuk atau format dan cara mencatat jurnal pembelian dan penjualan dapat
disesuaikan dengan kegiatan perusahaan yang dilakukan, berikut adalah formatnya secara
umum:

Nama Perusahaan
Jurnal Pembelian
Periode ….
DEBIT KREDIT
Tanggal Keterangan Ref Pembelian SERBA-SERBI Utang Dagang
Ref Akun Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8

Penjelasan:
1. Kolom untuk mencatat waktu terjadinya transaksi jurnal pembelian dengan kredit yang
dilakukan oleh perusahaan.
2. Kolom untuk mencatat nama kreditur atau supplier dalam transaksi pembelian barang
secara kredit.
3. Kolom untuk tempat memberikan tanda cek (v) dan menunjukkan bahwa saldo yang
bersangkutan di-posting ke buku besar.
4. Kolom untuk tempat mencatat saldo pembelian barang.
5. Kolom untuk mencatat nomor kode rekening atau kode akun untuk pemindahbukuan.
6. Kolom untuk mencatat pembelian kredit selain pembelian barang dagangan, misalnya
pembelian perlengkapan dengan kredit.
7. Kolom untuk tempat mencatat saldo selain pembelian barang dagangan, misalnya
pembelian perlengkapan dengan kredit.
8. Kolom untuk mencatat jumlah utang dagang atas pembelian kredit.
Jurnal Pembelian Persediaan secara Kredit
Ketika perusahaan membeli suatu persediaan, akun persediaan didebitkan dan akun kas atau
utang usaha dikreditkan.
Perusahaan Maju Abadi membeli persediaan seharga Rp5.000.000 dengan termin pembayaran
2/10, n/30.
Maka contoh pencatatan jurnal pembelian persediaan adalah:

Tanggal Akun Debit Kredit


8 Nov Persediaan Rp 5.000.000
  Utang Usaha Rp 5.000.00
Jurnal Pengembalian Pembelian
Jika ada beberapa persediaan terkait teridentifikasi rusak, maka perusahaan bisa
mengembalikan pembelian persediaan tersebut dengan melakukan pencatatan jurnal sebagai
berikut:

Tanggal Akun Debit Kredit


8 Nov Utang Usaha Rp 2.300.000
  Persediaan Rp 2.300.000
Transaksi Pembelian
Jika perusahaan ingin melunasi utang pembelian persediaan, perlu diingat akan adanya termin
pembayaran ketika sifat transaksinya berupa kredit (contoh: 2/10, n/30).
Maksud dari termin 2/10, n/30 itu adalah ketika pelunasan dilakukan dalam kurun waktu
sepuluh hari, maka pembeli akan mendapatkan diskon 2%.
Jika pelunasan dalam kurun waktu tiga puluh hari, maka pembeli tidak mendapatkan diskon.
Jika lebih dari tiga puluh hari, maka pembeli akan dikenakan denda keterlambatan pelunasan.
Katakanlah perusahan Sejahtera Abadi melunasi pembelian kredit persediaan pada poin satu di
atas.
Karena ada pengembalian persediaan (poin dua), maka sisa yang harus dilunasi adalah
Rp2.700.000.
Karena perusahaan Sejahtera Abadi melunasi di hari kesembilan, maka nilai sisa pelunasan
dikenai diskon 2% (Rp2.700.000 x 2% = Rp54.000).
Nilai diskon tersebut dikurangkan (dikreditkan) pada akun persediaan.
Berikut cara mencatat jurnal transaksi pembelian barang:

Tanggal Akun Debit Kredit


10 Nov Utang Usaha Rp 2.700.000
  Kas Rp 2.646.000
  Persediaan Rp 54.000
Biaya Angkut Pembelian
Ketika terdapat biaya angkut pembelian yang harus dibayar, maka biaya tersebut dibebankan
(didebit) pada akun persediaan, jurnal adalah:

Tanggal Akun Debit Kredit


10 Nov Persediaan Rp 500.000
  Kas Rp 500.000
Jurnal Penjualan Persediaan Kredit
Ketika perusahaan menjual persediaan, maka terdapat dua pencatatan jurnal. Jurnal pertama
adalah pendebitan kas atau piutang usaha (jika transaksi kredit) dan pengkreditan akun
penjualan.
Jurnal kedua adalah pendebitan akun HPP dan pengkreditan akun persediaan.
Karena perusahaan berorientasi terhadap profit atau laba, nilai penjualan selalu lebih besar dari
nilai HPP-nya.
Sebagai contoh, perusahaan Sejahtera Abadi menjual barang secara kredit dengan total
penjualan Rp3.000.000.
Sedangkan nilai HPP dari barang terjual adalah Rp2.500.000. Implikasinya, perusahaan
mengambil laba Rp500.000.
Berikut contoh pencatatan jurnal penjualan persediaan kredit adalah sebagai berikut:

Tanggal Akun Debit Kredit


12 Nov Piutang Usaha Rp 3.000.000
  Penjualan Rp 3.000.000
12 Nov HPP Rp 2.500.000
  Persediaan Rp 2.500.000

Sebaliknya, jika penjualan diatas dilakukan secara tunai, maka berikut cara mencatatnya jurnal

tersebut:
Tanggal Akun Debit Kredit
12 Nov Kas Rp 3.000.000
  Penjualan Rp 3.000.000
12 Nov HPP Rp 2.500.000
  Persediaan Rp 2.500.000
Jurnal Diskon Penjualan
Sama dengan poin tiga, ketika perusahaan Maju Sejahtera menjual secara kredit dengan
katakanlah termin 2/10, n/30, maka perusahaan akan memberikan diskon kepada pelanggan
yang melunasi pembayaran dalam kurun waktu sepuluh hari.
Sebagai contoh, masih terkait dengan transaksi pada poin kelima, pelanggan melunasi piutang
pada hari kedelapan.
Perusahaan memberikan diskon kepada pelanggan sebesar Rp60.000 (Rp3.000.000 x 2%).
Berikut contoh pencatatan jurnal diskon penjualan:

Tanggal Akun Debit Kredit


14 Nov Kas Rp 2.940.000
Diskon penjualan Rp 60.000
  Piutang usaha Rp 3.000.000

Jurnal Retur Penjualan

Jika pelanggan mengembalikan barang yang dibeli karena terdapat kerusakan dan tidak bisa

dijual kembali, maka jurnal retur penjualan bagi perusahaan Sejahtera Bersama adalah:

Tanggal Akun Debit Kredit


15 Nov Retur penjualan Rp 1.000.000
  Kas Rp 1.000.000

Sebagai tambahan, jika barang yang dikembalikan bukan barang rusak, yang berarti masih bisa

dijual kembali, maka pencatatan jurnal tambahannya adalah:

Tanggal Akun Debit Kredit


18 Nov Persediaan Rp 1.000.000
  HPP Rp 1.000.000
jurnal penerimaan kas (cash receipt journal) dan jurnal pengeluaran kas (cash
disbursement journal)
Pahami apa itu pengertian jurnal penerimaan kas (cash receipt journal) dan jurnal pengeluaran
kas (cash disbursement journal), perbedaan format di antara keduanya serta contoh pencatatan
atau penerapannya. Dalam suatu perusahaan tidak lepas dari jurnal penerimaan dan
pengeluaran kas. Keduanya sangat penting untuk disajikan secara benar dan tepat. Kedua
jurnal tersebut merupakan bagian dari contoh jurnal khusus yang berfungsi untuk mencatat
transaksi berulang. Dengan demikian arus kas suatu perusahaan ataupun lembaga dapat
dilaporkan dan terawasi.
Pengertian jurnal penerimaan kas (cash receipt journal) adalah salah satu jenis jurnal yang
memuat berbagai catatan terkait kas yang masuk.
Dari mana pun sumbernya, harus dicatat dengan jelas. Penerimaan umumnya berasal dari
sumber utama yang beragam.
Adapun sumber penerimaan yang utama dalam sebuah usaha diantaranya seperti:

 Penjualan produk secara tunai


 Modal yang ditanamkan atau diinvestasikan oleh pemilik usaha
 Piutang yang sudah dibayar tunai
 Penjualan aset secara cash
 Penerimaan sewa, dividen ataupun bunga
 Pinjaman tunai dari Bank, perorangan ataupun lembaga keuangan lainnya
 Pengeluaran Kas
Sebagaimana umumnya, dalam sebuah usaha selain ada penerimaan tentu ada pengeluaran.
Apabila penerimaan menambah jumlah kas, maka pengeluaran adalah kebalikannya. Dari
setiap pengeluaran tersebut, harus dicatat dalam jurnal pengeluaran kas. Keberadaan jurnal
penerimaan dan pengeluaran kas akan selalu beriringan. Alasannya, karena keduanya saling
berkaitan. Fungsi jurnal pengeluaran kas sendiri yaitu untuk mencatat seluruh arus keluar kas
bagi operasional usaha. Catatan atau jurnal ini, nantinya dapat memproyeksikan kemampuan
finansial usaha yang berasal dari kas usaha itu sendiri.
Adapun jenis-jenis pengeluaran kas yang harus dicatat dalam jurnal ini, antara lain seperti:

 Pembayaran hutang dagang ataupun material


 Pembelian barang atau bisa juga penggunaan jasa yang dibayar secara tunai
 Pengeluaran untuk beban perusahaan seperti gaji karyawan
 Pembayaran setoran ke kas kecil
 Refund untuk barang yang dikembalikan oleh konsumen
Biasanya, bukti yang dijadikan rujukan atau acuan untuk mencatat transaksi di jurnal
pengeluaran ini berupa faktur dari supplier yang sudah lunas. Bukti pelunasan bisa dokumen
berupa cek maupun bilyet giro. Pastikan untuk mengisi jurnal ini dengan rinci juga teliti, agar
tidak susah saat memindah ke buku besar.
Masing-masing jurnal, baik penerimaan maupun pengeluaran kas, memiliki format tertentu.
Jurnal penerimaan dan pengeluaran kas yang disajikan pun akan lebih tertata dan rapi. Berikut
ini format yang biasa digunakan!
Format Jurnal Penerimaan Kas
Pada jurnal penerimaan, bisa ditambahkan beberapa entri untuk menyesuaikan frekuensi
penerimaan dana atau uang tunai dari pelanggan. Selanjutnya di bagian akhir, saldo dari jurnal
ini akan diringkas secara berkala untuk kemudian dipindahkan atau diposting ke dalam buku
besar. Format entri jurnal penerimaan kas (cash receipt journal) yang sederhana dan paling
sering digunakan dalam perusahaan dagang, diantaranya terdiri dari:

 Kolom tanggal untuk mencatat kapan uang tunai tersebut masuk ke dalam kas.
 Kolom akun kredit, untuk mencatat nama akun sebagai tempat penerimaan uang tunai.
 Kolom posting reference atau referensi posting, yang isinya adalah jumlah akun di buku
besar pada saat diposting.
 Kolom cash atau kas untuk mencatat jumlah uang tunai yang masuk atau diterima..
 Kolom discount untuk mencatat jumlah potongan yang sudah disetujui ketika menerima
uang tunai dari konsumen
 Kolom sales untuk mencatat banyaknya penjualan secara tunai.
 Kolom piutang, berfungsi untuk mencatat pembayaran tunai atas utang yang dimiliki
konsumen kepada Anda.
 Kolom sundries atau macam-macam, yang isinya segala bentuk catatan tambahan
terkait akun yang tidak memiliki. kolom khusus. Sebagai contoh, misalnya penerimaan
bunga dan lain sebagainya.
Format Jurnal Pengeluaran Kas
Begitu pula halnya dengan jurnal pengeluaran kas (cash disbursement journal) memiliki format
tertentu. Dengan format inilah, catatan pengeluaran akan tersaji dengan rapi dan teratur.
Dalam formatnya, akan tersedia beberapa kolom yang terdiri dari:

 Date/tanggal- di kolom ini, Anda bisa mencatat tanggal transaksi dilakukan.


 Nomor Bukti- bagian yang digunakan untuk mencatat nomor terkait bukti berupa nota
dan sebagainya.
 Keterangan- digunakan untuk mencatat penjelasan terperinci terkait transaksi yang
dilakukan.
 Referensi- mencatat tanda terkait poin-poin yang sifatnya terhubung dengan buku besar.
 Kas- bagian yang difungsikan untuk mencatat setiap nilai dari tunai yang masuk.
 Potongan- pada kolom ini, Anda bisa menginput potongan terkait transaksi yang
dilakukan.
 Piutang- jenis kolom lainnya yang akan digunakan untuk menuliskan setiap nilai piutang.
 Penjualan- kolom yang akan menginput setiap catatan dari proses penjualan.
 Serba-Serbi- sesuai namanya, kolom ini digunakan untuk mencatat akun lainnya selain
yang telah disebutkan, misalnya sewa dan semacamnya.
Contoh Jurnal Penerimaan dan Pengeluaran Kas
Bagaimana cara membuat jurnal penerimaan dan jurnal pengeluaran kas? Untuk
memahaminya, Anda bisa mempelajari contoh kasus yang disediakan di bawah ini. Contoh
Kasus Jurnal Penerimaan Kas :
Cobalah untuk mencatat transaksi di bawah ini dalam bentuk jurnal penerimaan kas.
Penerimaan kas di bulan Desember, Tahun 2021 sebagai berikut:
9 Desember: menerima Rp 700,000 dari A&Co sebagai pembayaran lunas secara penuh.
12 Desember: $5000 diterima dari Sam&Co dengan diskon sebesar Rp 75,000.
20 Desember: perusahaan menerima Rp 500,000 dari pihak A&Co terkait kredit barang dengan
diskon RP 50,000.
27 Desember: mendapatkan uang kas Rp 500,000 dari penjualan alat kantor.
30 Desember: penerimaan tunai Rp 5,000,000 dari Beauty C dengan diskon hingga Rp 50,000.
Cara membuat pencatatan jurnal penerimaan kas (cash receipt journal) dengan contoh di atas
adalah:

Contoh Kasus Jurnal Pengeluaran Kas


Selanjutnya, mari memahami studi kasus terkait pengeluaran suatu kas perusahaan. Dengan
menilik kasusnya langsung, Anda pun bisa memahaminya secara mudah.
Transaksi pengeluaran sejak tahun 2021, bulan Desember.
Tanggal 7 Desember, terjadi transaksi terkait pembelian produk/barang yang sifatnya tunai,
sebesar 2.500.000 rupiah dari toko ABC.
Tanggal 12 Desember, transaksi return barang karena ada cacat ataupun semacamnya,
mengeluarkan biaya sebesar 450.000 rupiah.
15 Desember, perusahaan melakukan transaksi terkait pelunasan piutang yang dimiliki
perusahaan sebesar 2.000.000 rupiah dengan pihak A&Co.
22 Desember, perusahaan kembali melakukan transaksi pembelian tunai untuk perlengkapan
kantor, sebesar 1.250.000 rupiah di Office Shop.
Tanggal 27 Desember, adanya transaksi terkait pembayaran beban yang jumlahnya mencapai
2.500.000 rupiah.
Cara membuat pencatatan jurnal pengeluaran kas (cash disbursement journal) dengan contoh
di atas adalah:
Jurnal pembalik
Jurnal pembalik adalah jurnal untuk membalik jurnal penyesuaian yang menimbulkan akun
neraca. Jika tidak dibalik akan terjadi akun ganda. Dengan kata lain jurnal yang memiliki istilah
lain reverse entry ini yang dibuat pada awal periode akuntansi berikutnya untuk membalik jurnal
penyesuaian yang menimbulkan perkiraan riil baru. Jurnal ini merupakan jurnal yang sengaja
dibuat untuk membalik beberapa jurnal penyesuaian tertentu yang sudah disusun pada periode
sebelumnya. Penyusunan jurnal ini dalam proses atau siklus akuntansi adalah opsional, artinya
kita boleh membuat dan kita juga boleh tidak membuat jurnal pembalik.
Fungsi Jurnal Pembalik
Adapun fungsi jurnal dibuatnya antara lain untuk :

 Mempermudah pencatatan transaksi pada awal periode akuntansi yang baru, terutama
yang berhubungan dengan ayat jurnal penyesuaian.
 Menyederhanakan penyusunan jurnal pada periode akuntansi berikutnya. Jurnal
pembalik dapat memberikan manfaat bila perusahaan membuat ayat jurnal yang
jumlahnya banyak.
 Meminimalkan kesalahan atau kekeliruan yang mungkin bisa terjadi, seperti
menghindari pengakuan biaya atau pendapatan yang dobel karena penyusunan ayat
jurnal penyesuaian.
 Menghindari terjadinya double entry (pencatatan berganda) pada periode selanjutnya.
Tidak semua akun dalam jurnal penyesuaian membutuhkan jurnal pembalik.
Tanda tanda suatu akun jurnal penyesuaian membutuhkan jurnal ini adalah apabila suatu akun
jurnal penyesuaian memunculkan akun riil yang baru atau belum terlihat di neraca saldo.
Terdapat lima jenis akun atau transaksi yang perlu untuk dibuatkan jurnal pembalik, yakni
adalah:

 Beban dibayar dimuka yang dicatat sebagai beban, adalah beban yang sudah
dibayarkan namun belum dicatat sebagai beban pada periode tersebut. Biasanya terjadi
jika perusahaan membayar biaya transaksi dari pengeluaran perusahaan untuk periode
tertentu.
 Pendapatan diterima di muka yang dicatat sebagai pendapatan, adalah pendapatan
yang diterima oleh perusahaan pada awal transaksi yang belum dilakukan kepada
pelanggan.
 Beban yang masih harus dibayar, adalah beban yang masih harus dikeluarkan/dibayar
oleh perusahaan pada akhir periode akuntansi, sehingga beban tersebut masih akan
berlanjut pada periode akuntansi berikutnya.
 Pendapatan yang masih harus diterima, adalah pendapatan yang sudah terjadi namun
karena beberapa alasan belum diakui sebagai pendapatan perusahaan.
 Pemakaian atas perlengkapan (bila tercatat sebagai beban). Perlengkapan yang
digunakan secara terus-menerus oleh perusahaan kemudian dicatat sebagai beban
dalam ayat jurnal penyesuaian.
1. Beban Dibayar di Muka
Beban telah dibayar terlebih dahulu atau dicatat sebagai beban. Jadi, perlu dibuatkan jurnal
pembalik agar menjadi sewa dibayar di muka atau menjadi harta.
Misalnya, pada 1 Desember 2017 dibayarkan uang sewa untuk 1 tahun sebesar Rp2.400.000,
dicatat pada jurnalnya adalah sebagai berikut.

Pada 31 Desember 2017 dibuat ayat jurnal penyesuaian yaitu sebagai berikut.

Jurnal pembalik dari transaksi di atas adalah sebagai berikut.

2. Pendapatan Diterima di Muka


Pendapatan sewa yang belum direalisasikan akan dicatat sebagai pendapatan. Di sini reverse
entry dibuat untuk menjadikan pendapatan sebagai sewa diterima dimuka.
Misalnya, pada 1 September 2017 perusahaan telah menerima pendapatan sewa sebesar
Rp2.400.000 untuk 6 bulan.
Jurnal yang dibuat saat transaksi adalah sebagai berikut.

Pada 31 Desember 2017 dibuat ayat jurnal penyesuaian sebagai berikut.

Contoh pencatatan jurnal pembalik atas transaksi tersebut adalah sebagai berikut.

3. Beban yang Belum Dibayar


Misalnya, pada 31 Desember 2017 terdapat gaji untuk bulan Desember yang belum dibayar
perusahaan dengan rincian dana sebagai berikut.
– untuk karyawan bagian penjualan sebesar Rp1.750.000, dan
– untuk karyawan bagian kantor sebesar Rp1.500.000.
Gaji tersebut dibayarkan setiap tanggal 4 Januari 2018. Ayat jurnal penyesuaian yang dibuat
pada 31 Desember 2017, yaitu sebagai berikut.

Pada awal periode, 1 Januari 2018 dibuat ayat jurnal penyesuaian adalah sebagai berikut.

Adapun contoh pencatatan jurnal pembalik yang dibuat pada saat pembayaran gaji, yaitu
sebagai berikut.

4. Pendapatan yang Belum Diterima


Misalnya, setiap tanggal 1 Mei dan 1 November perusahaan menerima bunga sebesar
Rp600.000.
Ayat jurnal penyesuaian yang dibuat pada 31 Desember 2017, yaitu sebagai berikut.

Pencatatan yang dibuat pada 1 Januari 2018, yaitu sebagai berikut.

Adapun ayat jurnal yang dibuat pada saat pembayaran 1 Mei 2018, yaitu sebagai berikut.
Closing Entries
Pengertian jurnal penutup (closing entries) adalah jurnal yang dibuat pada akhir periode
akuntansi untuk menutup akun-akun nominal sementara. Akibat penutupan ini, saldo akun-akun
tersebut akan menjadi 0 (nol) pada awal periode akuntansi. Akun yang ditutup adalah akun
nominal dan akun pembantu modal. Komponen yang termasuk sebagai akun nominal adalah
pendapatan dan beban, sedangkan akun pembantu modal adalah prive dan ikhtisar laba/rugi.
Setelah jurnal penutup diposting ke setiap akun, maka yang tersisa adalah perkiraan riil (assets,
liabilities, capital/equity).
Tujuan dan Fungsi Pembuatan Jurnal Penutup

 Menutup saldo yang terdapat pada semua perkiraan sementara, sehingga perkiraan
tersebut menjadi 0 (nol).
 Agar saldo akun modal menunjukkan jumlah yang sesuai dengan keadaan pada akhir
periode, sehingga saldo akun modal akan sama dengan jumlah modal akhir yang
dilaporkan di neraca.
 Memisahkan transaksi jurnal pendapatan dan beban agar tidak bercampur dengan
jumlah nominal dari pendapatan dan beban pada tahun selanjutnya.
 Menyajikan neraca awal periode berikutnya setelah dilakukan penutupan buku.
 Mempermudah ketika dilaksanakan pemeriksaan, karena telah dilakukan pemisahan
transaksi yang terjadi antara periode sekarang dengan transaksi pada periode akuntansi
selanjutnya.
 Menyajikan informasi keuangan yang sebenarnya (riil) dari suatu perusahaan setelah
dilakukan penutupan buku. Akun yang sesungguhnya terdiri atas harta, kewajiban dan
ekuitas.
Metode Periodik
Metode ini banyak digunakan oleh perusahaan yang menjual barang secara eceran dengan
harga yang lebih terjangkau di mana pencatatannya dilakukan pada setiap akhir periode.
Namun, metode ini memiliki kekurangan karena tidak bisa melacak seberapa banyak jumlah
persediaan stok barang pada rentang waktu tertentu. Hal ini dikarenakan tidak adanya
pencatatan transaksi pembelian barang di debit, ataupun transaksi penjualan barang pada
posisi kredit. Perhitungan jumlah persediaan hanya dapat dilakukan melalui proses perhitungan
fisik setiap periodenya dengan menyesuaikan jumlah barang yang tersedia saja. Metode ini
juga kurang cocok digunakan untuk perusahaan besar karena jumlah barang yang masuk dan
keluar cukup tinggi. Nah, kesimpulannya, metode pencatatan secara periodik ini dilakukan
ketika ada transaksi pembelian (posisi debit) dan penjualan (posisi kredit).
Metode Perpetual
Bagi perusahaan yang menjual barangnya dengan nilai yang tinggi akan lebih cocok
menggunakan metode perpetual. Alasannya karena metode ini dilakukan secara terperinci dan
terus menerus atas semua transaksi sehingga pencatatan harus lebih detail. Keuntungannya,
metode ini juga memiliki keakuratan yang lebih tinggi. Selain itu, Anda juga dapat mengetahui
jumlah persediaan barang kapan pun yang Anda inginkan. Transaksi pembelian akan dicatat ke
dalam akun persediaan pada debit, sedangkan penjualan akan mencatat persediaan dengan
harga pokok dikredit.
Komponen Akun dalam Pembuatan Jurnal Penutup
1. Akun Pendapatan
Definisi dari pendapatan perusahaan adalah hasil atau penghasilan yang diperoleh perusahaan.
Terdapat 2 jenis pendapatan yaitu pendapatan usaha yang merupakan pendapatan yang
berhubungan langsung dengan kegiatan usaha perusahaan dan pendapatan di luar usaha yang
merupakan pendapatan yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha. Pendapatan
yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha perusahaaan didapatkan dari hasil
penjualan barang atau jasa dan sangat dipengaruhi oleh proses produksi. Sedangkan
pendapatan di luar usaha dapat berasal dari beberapa sumber seperti pendapatan yang didapat
dari penjualan mesin, sewa gedung, dan lainnya. Seluruh penghasilan tersebut dicatat dalam
buku besar di bagian akun pendapatan. Menutup seluruh akun pendapatan dapat dilakukan
dengan cara memindahkan rekening akun pendapatan ke rekening ikhtisar laba rugi. Jadi, akun
pendapatan perusahaan berpasangan dengan ikhtisar laba rugi dalam jurnal penutup, di mana
akun pendapatan dicatat dalam posisi debet, sedangkan untuk ikhtisar laba rugi di posisi kredit.
Berikut adalah contoh pencatatan transaski ayat jurnal penutup untuk akun pendapatan:

Akun Debit Kredit


Pendapatan Rp 10.000.000
Ikhtisar Laba/Rugi Rp 10.000.000

2. Akun Beban
Komponen selanjutnya adalah akun beban. Pengertian beban sendiri adalah pengorbanan yang
terjadi selama melakukan kegiatan usaha untuk memperoleh pendapatan. Ada dua jenis akun
beban yaitu beban usaha yang merupakan pengorbanan langsung untuk kegiatan usaha dan
beban lain-lain yang merupakan beban yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan usaha.
Akun beban yang berhubungan secara langsung dengan kegiatan usaha atau operasional
perusahaan misalnya berupa biaya listrik, biaya sewa bangunan, dan juga gaji karyawan.
Adapun contoh beban yang tidak berhubungan langsung dengankegiatan usaha adalah bunga
pinjaman bank. Menutup seluruh akun beban dapat dilakukan dengan cara memindahkan
rekening akun beban ke ikhtisar laba/rugi. Di bawah ini merupakan contoh pencatatan ayat
transaksi jurnal penutup untuk akun beban:

Akun Debit Kredit


Ikhtisar Laba/Rugi Rp 5.000.000
Beban Perlengkapan Rp 500.000
Beban Penyusutan Mesin Rp 3.500.000
Beban Bunga Rp 1.000.000

3. Ikhtisar Laba/Rugi
Menutup seluruh akun ikhtisar laba/rugi dengan cara memindahkan saldo ikhtisar laba/rugi ke
akun modal. Di sini ada dua kondisi yang bisa terjadi, laba (pendapatan lebih besar dari beban)
atau rugi (pendapatan lebih kecil dari beban). Apabila memperoleh laba, maka akun ikhtisar
laba/rugi didebitkan dan akun modal dikreditkan. Di bawah ini adalal contoh pencatatan ayat
jurnal penutuk untuk ikhtisar laba / rugi:

Akun Debit Kredit


Ikhtisar Laba/Rugi Rp 5.000.000
Modal Rp 5.000.000
Dan, apabila rugi, maka akun modal didebitkan dan ikhtisar laba/rugi dikreditkan
Akun Debit Kredit
Modal Rp 5.000.000
Ikhtisar Laba/Rugi Rp 5.000.000

4. Akun Prive
Akun prive mencatat pengeluaran pribadi pemilik usaha dan biasanya hanya terjadi pada
perusahaan berskala kecil. Pengeluaran tersebut tetap harus dicatat dalam bentuk prive baik itu
dalam buku besar atau jurnal penutup karena akan mempengaruhi posisi modal. Akun prive
dipasangkan dengan modal, maksudnya pengeluaran prive dikategorikan sebagai penarikan
modal pribadi si pemilik. Berikut adalah contoh pencatatan ayat jurnal penutup untuk akun prive:

Akun Debit Kredit


Modal Rp 13.000.000
Prive Rp 13.000.000

Jurnal penutup
Jurnal penutup yang disusun tergantung dari bentuk perusahaan, baik itu berupa PT, CV, firma,
ataupun perusahaan perseorangan, karena struktur modal dari jenis perusahaan di atas tentu
saja berbeda. Entri penutupan juga mengatur saldo semua akun sementara (pendapatan,
biaya, dividen) ke nol untuk periode berikutnya. Berikut ringkasan akun baru yang dimasukkan
ke jurnal penutupan:

Nama Akun Tipe Akun


Pendapatan Penjualan Pendapatan
Diskon Penjualan* Pendapatan
Retur Penjualan* Pendapatan
HPP Biaya
Biaya Angkut Biaya
Tidak seperti akun pendapatan penjualan yang memiliki posisi saldo normal di kredit, akun
diskon penjualan dan retur penjualan merupakan akun kontra-pendapatan yang mempunyai
posisi saldo normal di debit.
Sebagai gambaran, berikut contoh soal atau kasus alur pembuatan jurnal penutup pada
perusahaan PT Maju Jaya Bersama dimulai dari membuat neraca saldo yang sudah
disesuaikan ini:

Sebagai informasi tambahan, saldo awal laba ditahan perusahaan Maju Jaya Bersama adalah
Rp 260.000.000.
Berikut adalah langkah – langkah atau cara membuat jurnal penutup (closing entries):
1. Menutup tipe akun penjualan yang mempunyai posisi saldo di kredit
Di sini Anda akan menutup akun pendapatan, mentransfer saldo kredit di akun pendapatan ke
akun kliring yang disebut Ringkasan Pendapatan (Income Summary). Sesuai neraca saldo di
atas, terdapat dua akun yang berada di posisi kredit yaitu Pendapatan Penjualan dan
Pendapatan Bunga:

Pendapatan Penjualan Rp 276.000.000


Pendapatan Biaya Rp 160.000.000
Ringkasan Pendapatan Rp 436.000.000

2. Menutup akun biaya-biaya dan kontra-pendapatan


Cara membuat jurnal penutup yang kedua adalah menutup segala rekening biaya dan akun
kontra-pendapatan, mentransfer saldo debit dalam akun pengeluaran dan akun kontra-
pendapatan ke akun Ringkasan Pendapatan. Akun yang akan ditutup adalah diskon penjualan,
retur penjualan, biaya operasional, biaya administrasi, dan biaya bunga.
Ringkasan Pendapatan Rp 115.060.000
Diskon Penjualan Rp 3.000.000
Retur Penjualan Rp 2.000.000
Biaya Operasional Rp 40.000.000
Biaya Administrasi Rp 70.000.000
Biaya Bunga Rp 60.000

3. Menutup akun ringkasan pendapatan ke laba ditahan


Menutup akun Ringkasan Pendapatan, mentransfer saldo akun Ringkasan Pendapatan ke akun
Laba Ditahan. Sebelumnya, akun ringkasan pendapatan pada posisi debit dan kredit harus
disesuaikan. Nilai ini harus sama dengan nominal laba atau rugi bersih pada laporan laba rugi.

Ringkasan Pendapatan (436.000.000-


Rp 320.940.000
115.060.000)
Laba Ditahan Rp 320.940.000

4. Membuat jurnal penutup dengan menutup akun dividen ke laba ditahan


Tutup akun Dividen mentransfer saldo debet dari akun Dividen ke akun Laba Ditahan. Dividen
adalah penghasilan yang menjadi hak bagi investor sesuai kesepakatan. Maka dari itu harus
dikurangkan (didebit) dari akun ekuitas laba ditahan.

Laba Ditahan Rp 9.000.000


Divide Rp 9.000.000

5. Membuat laporan laba ditahan


Setelah itu, barulah laporan laba ditahan bisa dibuat seperti berikut ini:

Perusahaan Maju Jaya Bersama


Laporan Laba Ditahan
Untuk Akhir Tahun 2021
Laba Ditahan (1 Januari 2021) Rp 260.000.000
Ditambah: Laba Bersih Rp 320.940.000
Dikurang: Dividen (Rp 9.000.000)
Laba Ditahan (31 Desember 2021) Rp 571.940.000

Anda mungkin juga menyukai