Biaya produksi diartikan sebagai keseluruhan faktor produksi yang dikorbankan dalam proses
produksi untuk menghasilkan produk. Dalam kegiatan perusahaan, kegiatan produksi
dihitung bedasarkan jumlah produk yangsiap dijual. Biaya produksi sering disebut ongkos
produksi. Sebagian ahli ekonomi kemudian mengatakan bahwa biaya produksi adalah
keseluruhan biaya yang dikorbankan untuk menghasilkan produk hingga produk itu sampai
dipasar, atau sampai ke tangan konsumen.
Dengan demikian, menurut pengertian yang kedua ini, biaya angkut, biaya bongkar muat,
biaya penyimpanan digudang, dan biaya iklan yang menunjang proses produksi hingga
produk itu sampai ke tangan konsumen, dapat dikategorikan sebagai biaya produksi.
Penggolongan biaya produksi dapat didasarkan atas berbagai segi, baik segi biaya produksi
bedasarkan sifatnya, bedasarkan perhitungan total maupun bedasarkan perhitungan rata-rata.
Perhitungan Biaya.
Untuk memperjelas pemahaman terhadap ketiga konsep biaya tersebut, anda dapat
melihatnya dengan contoh berikut.
Kuantitas
( unit ) Total fixed cost( Rp ) Total variable cost(Rp) Total cost(Rp)
10 3.000 2.000 5.000
20 3.000 4.000 7.000
30 3.000 6.000 9.000
40 3.000 7.500 10.500
50 3.000 9.000 12.000
60 3.000 10.000 13.000
70 3.000 11.500 14.000
80 3.000 13.500 16.500
Untuk memperjelas perhitungan biaya rata-rata, perhatikan contoh berikut :
Bedasarkan informasi pada tabel diatas, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
Pada tahap awal, ketika perusahaan melakukan perluasan produksi ( memperbesar Q),
keempat jenis biaya rata-rata tersebut menunjukan penurunan
Setelah mengalami penurunan, MC menunjukan kenaikan lebih dahulu, baru diikuti
kenaikan AVC, dan yang terakhir adalah AC
Selama peruahaan memperbesar Q nya, AFC tidak pernah menunjukan kenaikan, tetapi
justru menunjukan penurunan.
PENERIMAAN ( REVENUE )
Proses produksi yang dilakukan perusahaan akan menghasilkan sejumlah produk. Produk
inilah yang akan menjadi sumber penerimaan bagi peruahaan setelah produk terjual. Oleh
karena itu, penerimaan perusahaan dapat diartikan sebagai sejumlah uang yang diterima oleh
perusahaan atas penjualan produk yang dihasilkan. Dalam ilmu ekonomi, penerimaan
perusahaan disebut juga revenue.
Besar penerimaan perusahaan ditentukan oleh dua faktor, yaitu jumlah produk yang terjual
dan harga produk tersebut. Semakin besar jumlah produk yang terjual dan semakin tinggi
harga produk tersebut, penerimaan perusahaan akan semakin besar. Sebaliknya, semakin
rendah jumlah produk yang terjual dan semakin rendah harganya maka semakin kecil
penerimaan yang diterima perusahaan. Oleh karena itu, harga sangat berpengaruh terhadap
revenue.
Tingkat harga ditentukan oleh strukur pasar. Pada pasar persaingan sempurna, harga barang
bersifat konstan. Adapun pada persaingan pasar tidak sempurna, harga cenderung turun.
Penerimaan perusahaan dapat dibedakan menjadi penerimaan total, penerimaan rata-rata, dan
penerimaan marginal. Berikut uraian lengkap mengenai ketiga penerimaan tersebut.
Setelah memahami konsep biaya produksi dan penerimaan perusahaan, anda akan dapat
menghubungkan kedua konsep tersebut. Apabila anda hubungkan antara biaya produksi yang
dikeluarkan perusahaan dan penerimaan yang diterima perusahaan, anda akan menghadapi
tiga kemungkinan, yaitu biaya lebih kecil dari pada penerimaan atau biaya lebih besar dari
penerimaan.
Jika biaya lebih kecil dari penerimaan, akan lahir laba (profit). Jika biaya lebih besar dari
penerimaan akan timbul rugi (loss), dan jika sama dengan penerimaan, akan lahir konsep titik
impas (break event point). Bedasarkan hubungan antara biaya dan penerimaan tersebut, laba
usaha (profit) dapat diartikan sebagai kelebihan penerimaan perusahaan atas biaya yang
dikeluarkannya. Dapat juga dikatakan bahwa laba usaha merupakan selisih positif dari
penerimaan perusahaan atas biaya yang dikeluarkannya.
Adapun rugi usaha dapat diartikan sebagai selisih negative dari penerimaan perusahaan atas
biaya yang dikeluarkannya. Sementara itu, titik impas dalam usaha dapat diartikan sebagai
suatu keadaan yang menunjukkan bahwa penerimaan perusahaan sama dengan biaya yang
dikeluarkannya. Dengan kata lain, dalam keadaan impas, perusahaan tidak memperoleh laba
dan tidak menderita rugi.
Apabila TC lebih besar daripada TR, TPF akan negative. TPF yang negative menunjukan
bahwa perusahaan mengalami kerugian atau besar rugi total (total loss).
Perhitungan secara rata-rata akan melahirkan konsep laba rata-rata/average profit (APF)
dan konsep rugi rata-rata/average loss (AL). Laba rata-rata ialah laba yang diterima per unit
produk, sedangkan rugi rata-rata ialah kerugian yang diderita perusahaan per unit produk.
Laba rata-rata (APF) dapat dihitung dengan rumus :
Sementara itu, rugi rata-rata dapat dihitung dengan melihat nilai total profit. Jika total profit
bernilai negative, laba rata-rata juga akan bernilai negative, perusahaan mengalami kerugian.
Jika nilai total profit dan laba rata-rata yang bernilai negative ( menjadi rugi total atau rugi
rata-rata ) dimasukkan kedalam tabel, tanda negative menyatakan suatu kerugian. Untuk
memperjelas perhitungan laba total dan laba rata-rata, serta rugi total dan rugi rata-rata dapat
dilihat pada tabel berikut.
Kuantitas (Q) Harga (P) Total revenue (TR) Total cost (TC) Total profit (TP)
Keterangan
0 8 0 800 -800 Rugi
100 8 800 2.000 -1.200 Rugi
200 8 1.600 2.300 -700 Rugi
300 8 2.400 2.400 0 Impas
400 8 3.200 2.524 676 Laba
500 8 4.000 2.775 1.225 Laba
600 8 4.800 3.200 1.600 Laba
650 8 5.200 3.510 1.690 Laba
maksimal
700 8 5.600 4.000 1.600 Laba
800 8 6.400 6.400 0 Impas
Sebuah perusahaan roti bakpia ‘77’ setiap hari mengeluarkan biaya tetap total sebesar
Rp.50.000,00. Bedasarkan pengalaman, diketahui bahwa biaya variable rata-rata Rp.50,00
per buah. Harga jual bakpia Rp.100,00 per buah. Untuk mencapai BEP, berapa buah bakpia
harus dihasilkan dalam atu hari dalam perusahaan itu?
Jawab :
Jadi, pada saat perusahaan menghasilkan bakpia sebanyak 1.000buah, perusahaan akan
mencapai titik impas (BEP). Dengan catatan, semua produk yang dihasilkan laku terjual.
Analisis :
Pada Q = 1.000 buah
TR = 1.000 x Rp.100,00
= Rp.100.000,00
TC = Rp.50.000 + ( 1000 x Rp.50,00)
= Rp.100.000,00
Jadi, TR sama dengan TC.
Jika perusahaan menghasilkan bakpia < 1.000 buah, perusahaan akan mengalami rugi,
contoh, jika :
Q = 900 buah
TR = 900 x Rp.100,00 = Rp.90.000,00
TC = Rp.50.000,00 + ( 900 x Rp.50,00 )
= Rp.95.000,00
TR – TC = Rp.90.000,00 – Rp.95.000,00
Jadi, perusahaan rugi = Rp.5000,00
Jika perusahaan menghasilkan bakpia > 1.000 buah, perusahaan akan memperoleh laba.
Contohnya jika :
Q = 1.200 buah
TR = 1.200 x rp.100,00 = Rp.120.000,00
TC = Rp.50.000 + ( 1.200 x Rp.50,00 )
= Rp.110.000,00
TR – TC = Rp.120.000,00– Rp.110.000,00
= Rp.10.000,00
Jadi, laba perusahaan adalah Rp.10.000,00
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Dalam revisi makalah teori organisasi umum ini berisi rangkuman mengenai tata cara
pengelolaan biaya macam dan jenis-jenis dari biaya maupun beberapa cara perhitungannya
untuk dapat diterapkan dalam suatu lembaga atau perusahaan juga memiliki keterkaitan
dalam pengelolaan produksi jeni-jenisnya maupun cara memproduksi nya disamping semua
pembahasan diatas terdapat beberapa tambahan materi mengenai pengertian penerimaan,
macam dan jenis-jenis penerimaan juga cara perhitungannya juga yang dapat diterapkan juga
dalam suatu lembaga atau perusahaan.
SARAN
Kami hanyalah makhluk Tuhan yang tidak lepasdari dosa kekhilafan dan kesalahan oleh
kerena itu, kami mohon kepada para pembaca maupun penggemar kami untuk memberikan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk makalah kami agar kedepannya makalah
kami menjadi lebih baik dan akan lebih baik lagi.