Siklus akuntansi pada usaha perhotelan secara garis besar sama dengan siklus
akuntansi pada jenis usaha lainnya (gambar 3.1)
Dalam setiap periode akuntansi, siklus akuntansi akan diawali dengan pencatatan
transaksi dan berakhir dengan post-closing trial balance. Proses akuntansi bisa
dilakukan secara manual ataupun menggunakan aplikasi komputer. Ada beberapa
transaksi penting dalam operasi hotel, yaitu :
1. Penjualan produk dan jasa, dan dicatat dalam jurnal khusus penjualan.
2. Penerimaan kas dan pengeluaran kas, dan dicatat dalam jurnal khusus penerimaan
dan pengeluaran kas. Merupakan transaksi dari penagihan dan penjualan tunai, dan
pengeluaran kas.
3. Pembelian produk dan jasa, dan dicatat dalam jurnal khusus pembelian
4. Payroll, karena dihotel terdiri dari beberapa departemen maka bagian personalia
membuat rekapitulasi daftar gaji, upah dan pph 21 sesuai dengan departemen dimana
karyawan tersebut bekerja.
Prosedur adalah urutan pekerjaan klerikal yang melibatkan beberapa orang dalam
satu bagian/departemen atau lebih untuk menangani transaksi secara seragam dari
transaksi yang sama dan terjadi berulang-ulang. Pekerjaan klerikal terdiri dari kegiatan
menulis, menggandakan, menghitung, memberi kode, mendaftar, memilih, memindah,
dan membandingkan yang dilakukan untuk mencatat informasi dalam formulir, buku
jurnal dan buku besar.
Tujuan utama dari system khususnya sitem informasi adalah untuk menghasilkan
informasi. Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang berguna bagi para
pemakainya. Untuk dapat berguna, maka informasi harus relevan, tepat waktu, dan
akurat.
Data
Base
Teknologi
Kontrol
1. Komponen Input
Input dari system informasi berupa data yang akan diolah oleh system informasi. Data
untuk sistem informasi perlu ditangkap dan dicatat di dokumen dasar. Dokumen dasar
merupakan formulir yang digunakan untuk menangkap dari peristiwa atau data yang
terjadi. Contohnya reservation card, guest registration, guest bill, cash receipt dan lain-
lainnya.
Sehingga secara ringkas proses input data dapat digambar sebagai berikut:
2. Komponen Model
Model-model yang digunakan dalam sistem informasi dapat berupa model logika dan
model matematika. Contoh model logika adalah untuk melihat barang mana yang sudah
harus dipesan kembali, dapat dilihat dari sisa barang yang tersedia, apakah sudah sama atau
lebih kecil dengan titik reorder point. Sedangkan untuk model matematika misalnya suatu
inventory harus dipesan kembali 100 krat. Mengapa harus pesan 100? Mengapa tidak
kurang dari seratus? Karena setelah dihitung dengan model matematika atau Economics
Order Quantity (EOQ) order 100 itu adalah order yang paling ekonomis.
3. Komponen Output
Output dari sistem informasi dibuat dengan menggunakan data yang ada di database
dan diproses menggunakan model tertentu. Contoh output sistem informasi adalah Laporan
barang yang harus dipesan kembali.
5. Komponen Teknologi
Tanpa adanya teknologi yang mendukung maka sistem informasi tidak akan dapat
menghasilkan informasi yang tepat waktu. Teknologi yang memegang peranan penting
adalah teknologi computer dan teknologi di bidang telekomunikasi
6. Komponen Kontrol
Komponen kontrol diperlukan untuk menjamin bahwa informasi yang dihasilkan dari
sistem informasi adalah informasi yang akurat. Sistem pengendalian dalam sistem
informasi dapat diklasifikasikan sebagi sistem pengendalian umum dan sistem
pengendalian aplikasi.
Pengendalian umum dapat terdiri dari :
Pengendalian organisasi
Pengendalian dokumentasi
Pengendalian perangkat keras
Pengendalian keamanan fisik
Pengendalian keamanan data
Pengendalian komunikasi
AICPA mendefinisikan pengendalian intern meliputi struktur organisasi dan semua cara
serta alat yang dikordinasikan dan digunakan dalam perusahaan, dengan tujuan untuk menjaga
keamanan serta harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi,
meningkatkan efisiensi di dalam operasi, dan membantu menjaga dipatuhinya kebijaksanaan
manajemen yang telah ditetapkan
Secara garis besar pengendalian intern dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1)
pengendalian akuntansi, (2) pengendalian administrative. Pengendalian akuntansi terdiri dari
struktur organisasi dan semua prosedur serta catatan yang berkaitan dengan pengamanan aktiva
dan dapat dipercayainya catatan keuangan. Pengendalian administratif terdiri dari struktur
organisasi dan semua metode serta prosedur yang berkaitan dengan efisensi operasi dan
dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkan
Struktur pengendalian intern menurut COSO terdiri dari lima komponen yakni:
Dalam praktiknya, model yang dibangun untuk menyusun sistem pengendalian intern yang
baik harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Pengendalian intern seharusnya tidak dilihat sebagai suatu kelompok kegiatan yang
berdiri sendiri, tetapi lebih merupakan suatu rangkaian aktivitas yang terjadi pada
seluruh operasi entitas secara berkesinambungan
Manfaat pengendalian intern harus lebih besar daripada biaya untuk menyusun,
mengimplementasikannya dan risiko yang mungkin terjadi
Aplikasi sistem pengendalian intern harus didukung oleh semua pegawai dalam
organisasi dari manajemen puncak hingga staff terbawah. Resonsif terhadap perubahan
Aplikasi sistem pengendalian intern harus memperhatikan budaya organisasi. Oleh
karena itu SPI yang akan diterapkan oleh perusahaan harus dilihat sebagai bagian dari
manajemen perubahan
“a coherent system of interrelated objectives and fundamentals that is expected to lead to consistent
standards and that prescribes the nature, function, and limits of financial accounting and reporting”.
Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah suatu sistem koheren yang terdiri dari tujuan
dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi landasan bagi penetapan standar yang
konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas- batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan.
Perkembangan Kerangka Kerja Konseptual FASB (Financial Accounting Standard Board) telah
menerbitkan enam statement of financial accounting concept yang berhubungan dengan pelaporan
keuangan entitas bisnis, yaitu:
1. SFAC no. 1 “objective of financial reporting by business enterprises”, yang menyajikan tujuan
dan sasaran akuntansi.
2. SFAC no. 2 “qualitative caracteristics of accounting information”, yang menjelaskan karakteristik
yang membuat informasi akuntansi bermanfaat.
3. SFAC no. 3 “element of financial statement of business enterprises”, yang memberikan definisi
dari pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan seperti aktiva, kewajiban, pendapatan dan
beban.
4. SFAC no. 5 “recognition and measurement in financial statement of business enterprises”, yang
menetapkan kriteria pengakuan dan pengukuran fundamental serta pedoman tentang informasi.
5. SFAC no. 6 “element of financial statement”, yang menggantikan SFAC no. 3 dan memperluas
SFAC no. 3 dengan memasukkan organisasi-organisasi nirlaba.
6. SFAC no. 7 “using cash flow information and present value in accounting measurement”, yang
memberikan kerangka kerja bagi pemakaian arus kas masa depan yang diharapkan dan nilai
sekarang (present value) sebagai dasar pengukuran
Level Pertama
Tujuan Utama
Tujuan Pelaporan
Keuangan
Level Kedua
Konsep Fundamental
1) Yang berguna bagi mereka yang memiliki pemahaman memadai tentang aktivitas bisnis dan
ekonomi untuk membuat keputusan investasi serta kredit;
2) Untuk membantu investor yang ada dan potensial, kreditor yang ada dan potensial, serta pemakai
lainnya dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian arus kas masa depan;
3) Tentang sumber daya ekonomi, klaimterhadap sumber daya tersebut, dan perubahan di dalamnya.
Tujuan(objectives) dimulai dengan lebih banyak berfokus pada informasi yang berguna bagi
para investor dan kreditor dalam membuat keputusan. Fokus ini lalu menyempit pada
kepentingan investor dan kreditor atas prospek penerimaan kas dari investasi mereka dalam,
atau dari pinjaman yang telah mereka berikan ke entitas bisnis. Pada akhirnya, tujuan berfokus
pada laporan keuangan yang menyediakan informasi yang berguna untuk menilai prospek arus
kas yang akan diterima entitas bisnis yaitu arus kas yang menjadi harapan investor dan kreditor.
Pendekatan ini dikenal sebagai kegunaan keputusan (decision usefulness).
Dalam menyediakan informasi kepada pemakai laporan keuangan, profesi akuntan
mengandalkan laporan keuangan bertujuan-umum(general-purpose financial statement), yaitu
menyediakan informasi paling bermanfaat dengan biaya minimal kepada berbagai kelompok
pemakai
Agar berguna dalam pengambilan keputusan (decision usefulness), informasi akuntansi harus
memiliki dua kualitas yaitu kualitas primer dan kualitas sekunder. Tentu saja terdapat beberapa kendala
untuk mencapai dua kualitas tersebut.
Kualitas Primer
Relevansi (relevance) dan keandalan (reliability) harus melekat pada informasi akuntansi.
1) Relevansi. Agar relevan informasi akuntansi harus mampu membuat perbedaan dalam sebuah
keputusan. Informasi itu mampu mempengaruhi pengambilan keputusan dan berkaitan erat
dengan keputusan yang akan diambil, jika tidak berarti informasi tersebut dikatakan tidak relevan.
Informasi yang relevan harus memiliki nilai umpan balik (feed-back value), yakni mampu
membantu menjustifikasi dan mengoreksi harapan masa lalu. Informasi juga harus memiliki nilai
prediktif (predictive value) yakni dapat digunakan untuk memprediksi apa yang akan terjadi di
masa yang akan datang.
Selain itu kualitas relevan juga harus mempunyai substansi tepat waktu (timeliness). Informasi
harus disajikan kepada para pemakai sebelum informasi itu kehilangan kapasitasnya untuk
mempengaruhi pengambilan keputusan.
2) Keandalan. Informasi dianggap andal jika dapat diverifikasi, netral, disajikan secara tepat serta
bebas dari kesalahan dan bias (penyimpangan). Keandalan sangat diperlukan bagi individu-
individu pemakai yang tidak memiliki waktu atau keahlian untuk mengevaluasi isi faktual dari
informasi.
Realibilitas sangat diperlukan oleh individu-individu yang tidak memiliki waktu atau keahlian untuk
mengevaluasi isi faktual dari informasi.
Kualitas Sekunder
1) Keberdayabandingan. Informasi akuntansi akan lebih bermanfaat jika dapat dibandingkan antara
satu perusahaan dengan perusahaan yang lain dalam satu industri (perbandingan horizontal) atau
membandingkan perusahaan yang sama untuk periode yang berbeda (perbandingan vertikal). Jadi
diperlukan standar dan ukuran tertentu.
SFAC No. 6 menetapkan sepuluh elemen utama laporan keuangan. Cakupannya bukan hanya
perusahaan yang berorientasi laba, tetapi juga organisasi nirlaba. Elemen-elemen laporan keuangan bagi
organisasi yang berorientasi laba meliputi 10 macam, yaitu : aktiva, kewajiban, ekuitas, investasi oleh
pemilik, distribusi kepada pemilik, laba komprehensif, pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian.
Adapun bagi organisasi nirlaba ada 7 macam, yaitu : aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban,
keuntungan, dan kerugian.
Asumsi-Asumsi Dasar
Asumsi-asumsi menyediakan satu landasan bagi profesi akuntansi. Jadi, asumsi dasar akuntansi adalah
anggapan-anggapan yang digunakan oleh para akuntan agar akuntansi dapat dipraktikkan.
a. Asumsi entitas ekonomi (economic entity assumption). Akuntansi memandang bahwa perusahaan
merupakan unit yang berdiri sendiri dan terpisah dari pihak-pihak yang memiliki kepentingan
(pemilik, kreditor, karyawan, dan lainnya).
b. Kesinambungan (going concern). Sebagian besar metode akuntansi di dasarkan pada asumsi
kelangsungan hidup yaitu perusahaan bisnis akan memiliki umur yang panjang.pengalaman
mengindikasikan bahwa, meskipun banyak mengalami kegagalan bisnis, perusahaan dapat
memiliki kelangsungan hidup yang panjang
c. Asumsi unit moneter ( monetary unit assumption). Akuntansi menggunakan unit moneter sebagai
alat pengukur suatu obyek atau aktivitas perusahaan dan menganggap nilai uang adalah stabil dari
waktu ke waktu.
d. Asumsi periodisitas (periodicity assumption). Cara yang paling akurat untuk mengukur hasil operasi
perusahaan adalah dengan mengukurnya pada saat perusahaan tersebut di likuidasi. Namun,
pengambil keputusan tidak bisa menunggu selama itu untuk menerima informasi semacam itu.
Asumsi periodisitas (periodicity assumption) atau periode waktu menyiratkan bahwa aktivitas
ekonomi sebuah perusahaan dapat di pisahkan dalam periode waktu artifisial periode waktu ini
bervariasi, tetapi yang paling umum yaitu secara bulanan, kuartalan dan tahunan
a. Biaya historis (historical cost). GAAP mewajibkan sebagian besar aktiva dan kewajiban diperlakukan
dan dilaporkan berdasarkan harga akuisisi. Kos(cost) memiliki keunggulan yang penting
dibandingkan penilaian yang lainnya yaitu dapat diandalkan.
b. Pengakuan pendapatan. Pendapatan umumnya diakui jika (1) telah direalisasi atau dapat
direalisasikan dan (2) telah dihasilkan.
c. Prinsip Penandingan (matching principle). Beban untuk suatu periode ditentukan dengan
mengaitkannya dengan pendapatan tertentu atau dengan periode tertentu.. Beban diakui :
Jika terdapat hubungan langsung atau sebab akibat dengan penjualan produk atau penyerahan
jasa,
Pada periode terjadinya, yakni pada saat kas dikeluarkan jika tidak terdapat hub. Langsung atau
sebab akibat dengan penjualan produk atau jasa,
Dengan alokasi yang sistematis dan rasional, jika butir 1 dan 2 tidak terpenuhi. Contoh:
depresiasi.
d. Prinsip Pengungkapan Penuh (full disclosure principle)
Mengakui sifat dan jumlah informasi yang dimasukkan dalam laporan keuangan mencerminkan trade
off penilaian, seperti :
Head Departement
EDP
Cashier Outlet
Account Receivable
Account Payable
Income Auditor
Gambar 3.3 Struktur Organisasi Departemen Akuntansi