PENGENDALIAN KEUANGAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Dilema pengendalian
2. Definisi pengendalian keuangan
3. Pengendalian komprehensif
4. Faktor-faktor kontekstual
5. Pertimbangan desain
Batasan akuntansi sangat luas karena adanya permintaan atau kebutuhan dan teknologi baru
atas bagian yang selama ini dicari oleh pemakai informasi akuntansi sebagi bentuk dukungan
dalam pelaporan keuangan akuntansi. Petumbuhan yang signifikan dalam jasa konsultan
manajemen sebagai penyedia baru system informasi yang terdapat di setiap organisasi selalu
menjadi pemicu hadirnya kebutuhan – kebutuhan klien. Setiap klien membutuhkan suatu
dukungan untuk perancangan dan penerapan system – system pengendalian keuangan.
Focus utama di dalam subsistem pengendalian keuangan adalah perilaku orang dalam
organisasi, bukan mesin. Untuk alasan ini pengendalian keuangan merupakan pemahaman yang
baik dalam menekankan pentingnya asumsi perilaku. Tidak semua pengendalian dibentuk
berkaitan dengan perilaku manusia. Aplikasi mekanik dalam pengendalian, misalnya pengatur
pengendalian panas suhu ruangan, lebih menekankan pada umpan balik mekanik daripada
respon perilaku. Tentunya, mekanik dan alat elektrik serta metode dapat juga digunakan untuk
mempengaruhi perilaku manusia.
Dasar dari tujuan keperilakuan dalam pengendalian keungan adalah dapat diselaraskan
dengan pengertian umum pengendalian. Secara umum, pengendalian adalah sebagai suatu
pilihan inisiatif yang dapat dipercaya mempunyaikemungkinan untuk meningkatkan hasil yang
diperoleh. Pengendalian keuangan adalah sebagai suatu pilihan inisiatif untuk masalah –
masalah keuangan yang dapat dipercaya mempunyai kemungkinan meningkatkan hasil yang
diperoleh dari peristiwa – peristiwa keperilakuan. Pengertian pengendalian didasarkan pada
konsep kepercayaan dan probabilitas. Manajer telah memperoleh keyakinan mengenai cara
organisasi bekerja dan tanggapan yang dapat di harapkan ketika suatu inisiatif dipilih. Namun,
biasanya beberapa manajer yang dipercaya diri adalah tipikal yang disiapkan untuk mengakui
bahwa beberapa, jika ada, hasil perilaku 100 % dapat diprediksi. Dalam konteks perusahaan
yang sebenernya adalah dipahami dengan baik hubungan sebab akibat yang tidak ada atau
digelapkan oleh mereka melalui permasalahan pada lingkungan. Sebagai contoh, pengaturan
standar tinggi dalam suatu akuntansi biaya tidak menjamin para pegawai dapat lebih produktif.
Dengan cara yang sama, pengimplementasian pada pertanggungjawaban system akuntansi
tidak dapat menjamin manajer dapat lebih bertanggung – jawab dan mengaplikasikan sumber
yang efektif.
A. Perencanaan
B. Operasi
C. Umpan Balik
Umpan balik adalah dasar untuk pembuatan evaluasi yang memengaruhi distribusi balas
jasa, penentuan hukuman,dan perubahan proses perencanaan serta operasi yang dihasilkan
oleh umpan balik. Umpan balik dalam organisasi berasal dari sumber formal dan informal yang
disusun dari komunikasi nonverbal. Komunikasi tersebut secara rutin dihasilkan dari statistic
yang ditabulasikan sebagai dasar untuk evaluasi penyusunan.
D. Interaksi Pengendalian
A. Ukuran
Ukuran organisasi menunjukan seberapa besar suatu organisasi. Ukuran dapat dipandang
sebagai suatu peluang dan suatu hambatan. Ukuran dipandang sebagai peluang jika berfungsi
sebagai pemberi manfaat ekonomi dan bukan sebagai strategi pengendalian. Ukuran dapat
menjadi hambatan jika pertumbuhan ekonomi menyebabkan terjadinya eliminasi terhadap
strategi pengendalian.
B. Stabilitas Lingkungan
Lingkungan adalah factor-faktor yang berasal dari dalam dan dari luar organisasi yang
memengaruhi organisasi, termasuk system pengendaliannya. Desain pengendalian dalam
lingkungan yang stabil dapat berbeda dari desain pengendalian dalam lingkungan yang selalu
berubah. Stabilitas dalam lingkungan eksogen dapat dinilai dari kekuatan gerakan yang secara
eksternal menghasilkan produk-produk yang memerlukan suatu tanggapan. Derajat stabilitas
lingkungan dapat ditingkatkan dengan memilih alat yang tepat terhadap perubahan lingkungan.
C. Motif Laba
Motif laba adalah salah satu factor penting konteks organisasi yang bertujuan laba.
Keberadaan motif laba tentunya bukanlah penghalang untuk menggunakan ukuran-ukuran
penilaian akuntansi terhadap produktivitas. System pengendalian yang didasarkan pada motif
dan ukuran-ukuran profitabilitas sering kali tidak dapat diterjemahkan secara langsung pada
konteks organisasi nirlaba. Ukuran-ukuran laba penting dan meskipun sulit dapat menjadi
indicator dari keberhasilan organisasi bermotif laba.
D. Faktor-faktor Proses
Proses adalah factor penting dalam subjek pengendalian akuntansi. Proses sering kali
merupakan determinan krusial dalam desain pengendalian. Ada banyak cara untuk
mengarakteristikkan proses organisasi. Beberapa dari karakteristik ini dapat menjadi penting
bagi tujuan pengendalian,sementara yang lainnya mungkin bersifat terbatas dan tidak mebuat
perbedaan.
Proses dapar dikelompokkan menjadi dua, yaitu proses sederhana dan proses rumit. Proses
sedehana adalah proses yang disifati oleh pemahaman yang baik atas hubungan sebab akibat.
Proses rumit adalah proses yang melibatkan berbagai hubungan sebab akibat sehingga sulit
dipahami dengan baik. Proses sederhana lebih mudah dikendalikan dibandingkan proses rumit.
Biaya yang ditimbulkan oleh proses sederhana biasanya merupakan biaya teknis, sedangkan
biaya proses rumit merupakan kebijakan. Factor proses penting dalam pengendalian biaya-
biaya.
Pengendalian adalah suatu pilihan inisiatif yang diyakini dapat memungkinkan pencapaian
yang lebih tinggi untuk hasil yang diharapkan. Untuk memperbaiki kemungkinan keberhasilan,
para desainer perlu mencari cara-cara untuk menemukan hubungan sebab akibat yang
dipercaya bersifat nyata dalam lingkungan sehingga mereka memiliki kemampuan untuk
mengatisipasi konsekuensi logis yang dapat dihasilkan dari penambahan suatu pengendalian
atau aturan pengendalian. Karena lebih focus pada perilaku dibandingkan mekanis, para
desainer, harus mempertimbangkan istilah ekspektasi dan memungkinkan dibandingkan
kepastian keluaran.
Teori agensi (keagenan) adalah konsep yang mendeskripsikan hubungan antara principal
(pemberi kontrak) dan agen (penerima kontrak), pronsipal mengontrak agen untuk bekerja
demi kepentingan atau tujuan principal sehingga principal memberikan wewenang pembuatan
keputusan kepada agen untuk mencapai tujuan tersebut. Agen bertanggung jawab atas
pencapaian tujuan tersebut dan agen menerima balas jasa dari principal. Dalam organisasi
perusahaan, principal adalah para pemegang saham dan agen agen adalah manajemen puncak
dengan manajemen pusat pertanggungjawaban dalam organisasi. Biasanya, semakin tinggi
pencapaian tujuan principal maka semakin tinggi pula balas jasa yang diterima oleh agen.
Salah satu hal yang sangat penting dalam teori keagenan adalah desentralisasi atau
pendelegasian wewenang pembuatan keputusan dari principal kepada agen. Hubungan
keagenan diharapkan dapat menciptakan keselarasan tujuan antara principal dengan agen.
Namun, diantara keduanya mungkin masih terjadi perbedaan mencapai tujuannya masing-
masing sehingga diperlukan system pengendalian. System pengendalian digunakan oleh
principal agar agen membuat keputusan sesuai dengan harapan principal, yaitu dapat mencapai
tujuan principal. System pengendalian dapat didesain dengan baik melalui strategi
pengendalian, misalnya melalui skema pemantauan (oleh auditor eksternal dan auditor
internal, rencana insentif dan hukuman, dan pilihan pemindahan risiko).
Teori keagenan diharapkan dapat mengurangi tindakan-tindakan agen yang di luar kendali
principal, menggantikan zero-sum gamesmenjadi solusi plu-sume games sehingga menjamin
kemakmuran principal dan agen. Namun, tewori keagenan masih memiliki beberapa
kelemahan, antara lain posisi manajemen puncak yang bertindak sebagai agen terhadap
pemegang saham, tetapi manajemen puncak sekaligus adalah principal terhadap manajemen
unit-unit organisasi dibawahnya. Meskipun agen diharapkan dapat mengurangi pengutamaan
kepentingan atau tujuan pribadinya, tetapi hal ini sering sulit dicapai, balas jasa yang diberikan
kepada agen biasanya didasarkan pada ukuran-ukuran keuangan yang objektif. Namun, factor
yang memotivasi agen tidak selalu dalam ukuran keuangan, misalnya dapat kehormatan,
prestasi, loyalitas, dan factor interistik lainnya.
C. Pengolahan Perubahan
Para manajer cenderung untuk mengartikan pengendalian secara sempit, misalnya dalam
mengukur kemajuan untuk manjamin pencapaian tujuan yang telah ditentukan dalam
perencanaan. Suatu system pengendalian diagnostic hanya merupakan salah satu unsure
pengendalian. Tiga unsure lain yang sama penting dalam lingkungan bisnis dewasa ini adalah
system kepercayaan, batasan system dan sistem, dan system pengendalian interaktif.
Dalam menghadapi perubahan lingkungan yang tajam, para manajer didorong untuk
mengubah perilakunya dari pemberi perintah padsa karyawan menjadi pemberdayaan
karyawan (Hansen dan Mowan, 2007). Perberdayaan karyawan adalah pemberian wewenang
pembuatan keputusan kepada karyawan atas tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabannya
tanpa harus memperoleh otorisasi dari manajer atasannya.
Sistem pengendalian diagnostik adalah sistem umpan balik formal yang digunakan untuk
memantau hasil-hasil organisasi dan mengoreksi penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
dengan rencana atau standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Cara kerja sistem
pengendalian diagnostik seperti tombol-tombol pada panel pengendalian di kokpit pesawat
terbang, yang memungkinkan pilot untuk mendeteksi tanda-tanda dan menjaga variabel-
variabel kinerja penting dalam batas-batas tertentu. Kebanyakan bisnis memanfaatkan sistem
pengendalian diagnostik untuk membantu manajer mengetahui kemajuan individu,
departemen-departemen (misalnya fasilitas produksi), atau unit-unit bisnis ke arah tujuan-
tujuan strategis yang penting. Namun, sistem pengendalian diagnostik tidak cukup unruk
memastikan pengendalian yang efektif. Pengendalian ini mungkin dapat menciptakan tekanan
yang dapat menimbulkan kegagalan pengendalian,bahkan krisis.
Salah satu tujuan utama sistem penilaian diagnostik adalah bertujuan untuk menghilangkan
beban manajer terhadap pengawasan yang konstan. Sekali tujuan ditetapkan, penghargaan
akan didasarkan pada tujuan tersebut. Dengan demikian, banyak para manajer yang yakin
bahwa mereka dapat mengalihkan perhatiannya ke masalah-masalah lain karena mereka
mengetahui bahwa para pekerja akan bekerja dengan rajin untuk mencapai tujuan yang telah
disepakati.
F. Sistem Kepercayaan
G. Sistem Batasan
Sistem batasan adalah sistem pengendalian yang dapat digunakan dalam suatu organisasi
dengan cara menentukan batasan yang harus dikerjakan dan dilarang dikerjakan oleh para
anggota organisasi. Batasan-batasan tersebut ditetapkan dalam bentuk prosedur operasi
standar dan aturan baku. Dampaknya, sistem ini mungkn dapat menghambat inisiatif dan
kreativitas yang dapat dihasilkan oleh karyawan yang cakap, berjiwa kewirausahaan, dan
inovatif.
Sistem pengendalian interaktif adalah sistem informasi formal yang digunakan oleh para
manajer untuk melibatkan diri secara terus-menerus dan personal dalam keputusan bawahan.
Sistem pengendalian interaktif memiliki empat karakteristik yang membedakannya dari sistem
pengendalian diagnostik. Perbedaan tersebut adalah sebagai berikut.
Manajer yang efektif dapat memberdayakan organisasinya karena mereka percaya pada
potensi dasar manusia untuk melakukan inovasi dan menambah nilai. Namun, para manajer
senior yang mengatur arah dan strategi perusahaan secara keseluruhan juga dapat memastikan
bahwa mereka memiliki pengendalian yang mencukupi atas keseluruhan operasinya yang luas
dengan menggunakan seluruh unsur pengendalian.