Anda di halaman 1dari 3

Hubungan Antara Akuntansi dan Auditing

Akuntansi merupakan proses mengidentifikasi, mengukur, mencatat, mengelompokkan,


merengkum, dan melaporkan kejadian-kejadian yang mempengaruhi perusahaan dalam laporan
keuangan. Sedangkan audit meliputi mengumpulkan bukti-bukti yang diperoleh secara logis dan
assurance bahwa laporan keuangan tersebut disajikan dengan jujur dalam semua respek material.

Akuntansi membutuhkan aplikasi pernyataan profesional yang signifikan, dan impresiasi dalam
akuntansi memimpin impresiasi dalam kemampuan untuk memferifikasi penyajian laporan
keuangan. Oleh karena itu, Auditor hanya mencari dasar untuk membuktikan dan memberikan
pendapat tentang benar atau tidaknya leporan keuangan tersebut.

Audit internal dan audit ekternal

Ada beberapa hal yang terkait dengan audit eksternal dan audit internal. Di dalam hal ini ada
beberapa poin yang membedakan antara audit eksternal dan audit internal. Perbedaan itu adalah
dari sisi : 1) Output atau keluaran dimana output utama dari audit eksternal adalah opini sedangkan
output utama dari audit internal adalah rekomendasi. Kemudian dari sisi 2) Independensi, dimana
audit eksternal harus independen terhadap manajemen sedangkan audit internal tidak independen
terhadap manajemen namun harus independen terhadap aktivitas yang diaudit. Poin selanjutnya
adalah 3) Klien dari audit eksternal yang merupakan pemegang saham, komisaris dan pihak terkait
diluar perusahaan sedangkan klien dari audit internal adalah manajemen sendiri. Dan yang terakhir
adalah 4) pelaporan dimana audit eksternal melaporkan hasil audit pada stakeholder perusahaan
sedangkan audit internal melaporkan hasil audit pada direksi.

Persamaan Internal Auditor dan External Auditor :


 Masing-masing auditor mempunyai latar belakang dan pendidikan dan pengalaman di
bidang akuntansi, keunagan, perpajakan, manajemen.
 keeduanya harus membuat Rencana pemeriksaan (Audit Plan), Program
pemeriksaan (Audit Program) secara tertulis
 Semua prosedur pemeriksaan dan hasil pemeriksaan harus didokumentasikan secara
lengkap dan jelas dalam Kertas Kerja Pemeriksaan.
 Audit staff harus selalu melakukan continuing professional education

 Baik Internal maupun external auditor, harus mempunyai audit manual, sebagai pedoman
dalam melaksanakan pemeriksaan dan harus memiliki Kode Etik serta sistem pengendalian mutu
Hubungan independensi dan resiko audit
Independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh akuntan publik.
Independensi berarti bahwa auditor harus jujur, tidak mudah dipengaruhi dan tidak memihak
kepentingan siapapun, karena ia melakukan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Auditor
berkewajiban untuk jujur tidak hanya pada manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga
kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan kepercayaan pada pekerjaan auditor tersebut.
Sikap mental independen tersebut meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun independen
dalam penampilan (in appearance). Independen dalam fakta adalah independen dalam diri
auditor, yaitu kemampuan auditor untuk bersikap bebas, jujur, dan objektif dalam melakukan
penugasan audit. Hal ini berarti bahwa auditor harus memiliki kejujuran yang tidak memihak
dalam menyatakan pendapatnya dan dalam mempertimbangkan fakta-fakta yang dipakai sebagai
dasar pemberian independen dalam fakta atauindependen dalam kenyataan harus memelihara
kebebasan sikap dan senantiasa jujur menggunakan ilmunya Independensi akuntan publik
merupakan dasar utama kepercayaan masyarakat pada profesi akuntan publik dan merupakan
salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai mutu jasa audit. Independensi akuntan
publik mencakup dua aspek, yaitu :
1. Independensi sikap mental
Independensi sikap mental berarti adanya kejujuran di dalam diri akuntan dalam
mempertimbangkan fakta-fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak di dalam
diri akuntan dalam menyatakan pendapatnya.
2. Independensi penampilan.
Independensi penampilan berarti adanya kesan masyarakat bahwa akuntan publik bertindak
independen sehingga akuntan publik harus menghindari faktor-faktor yang dapat
mengakibatkan masyarakat meragukan kebebasannya. Independensi penampilan berhubungan
dengan persepsi masyarakat terhadap independensi akuntan publik.
3. Independensi praktisi (practitioner independence)
Selain independensi sikap mental dan independensi penampilan, Mautz mengemukakan bahwa
independensi akuntan publik juga meliputi independensi praktisi (practitioner independence)
dan independensi profesi (profession independence). Independensi praktisi berhubungan
dengan kemampuan praktisi secara individual untuk mempertahankan sikap yang wajar atau
tidak memihak dalam perencanaan program, pelaksanaan pekerjaan verifikasi, dan penyusunan
laporan hasil pemeriksaan. Independensi ini mencakup tiga dimensi, yaitu independensi
penyusunan progran, independensi investigatif, dan independensi pelaporan.
4. Independensi profesi (profession independence)
Independensi profesi berhubungan dengan kesan masyarakat terhadap profesi akuntan publik.

1. Risiko bawaan (Inherent risk) merupakan kerentanan asersi terhadap salah saji
(misstatement) yang material, dengan mengasumsikan bahwa tidak ada pengendalian
yang berhubungan. Risiko salah saji (misstatement) seperti itu lebih besar dalam
beberapa asersi laporan keuangan dan saldo-saldo atau pengelompokan yang
berhubungan daripada yang lainnya. Risiko ini dipertimbangkan pada tahap perencanaan
audit. Sebagai contoh, perhitungan yang rumit lebih mungkin disajikan salah jika
dibandingkan dengan perhitungan yang sederhana. Akun yang terdiri dari jumlah yang
berasal estimasi akuntansi cenderung mengandung risiko lebih besar dibandingkan
dengan akun yang sifatnya relatif rutin dan berisi data berupa fakta.
2. Risiko Pengendalian (Control Risk) merupakan risiko bahwa suatu salah saji yang material
yang akan terjadi dalam asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh
pengendalian perusahaan. Risiko ini merupakan fungsi keefektifan perancangan dan
operasi pengendalian internal dalam mencapai tujuan entitas yang relevan untuk
menyusun laporan keuangan entitas. Beberapa risiko pengendalian akan selalu ada
karena keterbatasan yang melekat pada pengendalian internal.
3. Risiko Deteksi (Detection Risk) merupakan risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi
salah saji yang material dalam suatu perusahaan. Risiko ini merupakan fungsi keefektifan
prosedur audit dan aplikasinya oleh auditor. Hal ini sebagian muncul dari ketidakpastian
yang ada ketika auditor tidak memeriksa semua saldo akun atau kelompok transaksi
untuk mengumpulkan bukti tentang asersi lainnya.

Hubungan antara Materialitas, Risiko Audit, dan Bukti Audit

Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, risiko audit, dan bukti audit digambarkan sebagai
berikut:

1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi, auditor harus
menambah jumlah bukti audit yang di kumpulkan.
2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti audit yang
dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh salah satu dari tiga
cara berikut ini:

a. Menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
b. Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas tetap
dipertahankan.
c. Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas secara bersama-sama

Anda mungkin juga menyukai