Anda di halaman 1dari 24

Perencanaaan Audit dan Prosedur Analitis

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas Audit Komputerisasi 1
Dosen Pengampu
Dailibas, SE. MM

Disusun Oleh:
ZAHRA ZETIRA 1810631030111
ISA FAIRUZZATUL M 1810631030127

PROGRAM AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT, hanya karena izin-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktunya. Tak lupa saya kirimkan shalawat serta
salam kepada junjungan kami yakni Nabi Muhammad SAW. beserta keluarganya,
para sahabatnya dan seluruh insan yang dikehendaki-Nya

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata


kuliah Audit Komputerisasi yang berjudul “Perencanaan Audit dan Prosedur
Analitis”. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyusun tugas makalah ini. Semoga makalah sederhana ini
dapat dipahami oleh semua orang khususnya bagi para pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan


dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritik
dan saran yang membangun, demi perbaikan tugas yang akan dibuat dimasa
mendatang. Kami memohon maaf jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Wasaalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Karawang, 21 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Perencanaan Audit.....................................................................................3
2.2 Menerima Klien dan Melakukan Perencanaan Audit Awal......................4
2.3 Memahami Bisnis dan Industri Klien........................................................7
2.4 Melaksanakan Prosedur Analitis Pendahuluan.........................................9
2.5 Penggunaan Rasio Keuangan..................................................................13
BAB 3 PENUTUP.................................................................................................18
3.1 Kesimpulan..............................................................................................18
3.2 Saran-saran..............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ada tiga alasan utama mengapa auditor harus merencanakan penugasan
dengan tepat : untuk memungkinkan auditor mendapatkan bukti yang tepat
yang mencukupi pada situasi yang dihadapi, untuk membantu menjaga biaya
audit tetap wajar, dan untuk menghindarkan kesalah pahaman dengan klien.
Jika kantor akuntan publik ingin meminimalkan kewajiban hukum dan
mempertahankan reputasi yang baik dalam masyarakat bisnis, bukti yang
tepat yang mencukupi harus diperoleh. Agar tetap kompetitif, kantor akuntan
publik harus menjaga kewajaran biayanya. Menghindari kesalah pahaman
dengan klien dan memfasilitasi pekerjaan berkualitas tinggi dengan biaya
yang wajar. Andaikan auditor telah menginformasikan kliennya bahwa bahwa
audit akan selesai tanggal 30 Juni tetapi belum juga selesai hingga bulan
Agustus karena penjadwalan staf yang kurang baik. Klien mungkin kesal
dengan kantor akuntan ini dan bahkan dapat mengajukan tuntutan atas
pelanggaran kontrak.

1.2 Rumusan Masalah

1. Mengapa perencanaan audit yang memadai sangat penting?


2. Bagaimana cara membuat keputusan penerimaan klien dan perencanaan
audit awal?
3. Apa yang dimaksud bisnis dan industri klien?
4. Bagimana cara melaksanakan prosedur analitis pendahuluan ?
5. Apa tujuan prosedur analitis ?
6. Bagaimana menghitung rasio keuanagan yang umum?

1
1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pentingnya perencanaan audit yang memadai


2. Membuat keputusan penerimaan klien dan melakukan perencanaan audit
awal
3. Memperoleh pemahaman atas bisnis dan industri klien
4. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan
5. Mengetahui tujuan prosedur analitis
6. Menghitung rasio keuangan yang umum

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Perencanaan Audit


Perencanaaan Audit meliputi pengembangan strategi pelaksanaan
secara menyeluruh dan lingkup audit yang diharapkan. Dalam perencanaan
Audit, Auditor harus mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut:

1. Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi
tempat usaha tersebut.
2. Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.
3. Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah informasi
akuntansi yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar
untuk mengolah informasi akuntansi  pokok perusahaan.
4.  Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
5. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit
6. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan peyesuaian
7. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian
audit, seperti risiko kekeliruan atau kecurangan material atau adanya
transaksi antar pihak – pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
8. Sifat laporan Auditor yang diharapkan akan diserahkan ( sebagai contoh :
laporan)

Auditor tentang laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan yang


diserahkan ke Bapepam, laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan
klien terhadap kontrak perjanjian)

Dalam perencanaan auditnya, auditor harus mempertimbangkan sifat,


lingkup, dan pada saat pekerjaan harus dilaksanakan yaitu membuat suatu
program audit secara tertulis (satu set program audit tertulis) untuk setiap
audit. Program audit harus menggariskan dengan rinci prosedur audit yang
menurut keyakinan auditor diperlukan untuk mencapai tujuan audit. Bentuk
program audit dan tingkat kerinciannya sangat bervariasi sesuai dengan

3
keadaan. Selama berlangsungnya audit, perubahan  kondisi dapat
menyebabkan terjadinya perubahan prosedur audit yang telah direncanakan
tersebut.

Auditor harus mempertimbangkan apakah suatu keahlian khusus


diperlukan, seperti dalam mempertimbangkan dampak pengolahan komputer
terhadap auditnya, untuk memahami pengendalian intern, kebijakan dan
prosedur, atau untuk merancang dan melaksakan prosedur audit. Jika keahlian
khusus diperlukan, auditor harus mencari asisten atau tenaga ahli yang
memiliki keahlian tersebut, yang mungkin berasal dari staf kantor akuntannya
atau ahli dari luar. Jika penggunaan jasa tenaga ahli tersebut direncanakan,
auditor harus memiliki pengetahuan memadai yang bersangkutan dengan
computer untuk mengkomunikasikan tujuan pekerjaan ahli lain tersebut; untuk
mengevaluasi apakah hasil prosedur yang telah ditentukan tersebut mencapai
tujuan auditor; dan untuk mengevaluasi hasil prosedur audit yang diterapkan
berkaitan  dengan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit lain yang
direncanakan.

Ada tiga alasan utama mengapa auditor harus merencanakan tugasnya


dengan sebaik – baiknya, yakni sebagai berikut :

1. Untuk memperoleh bahan bukti kompeten yang cukup dalam situasi saat
itu
2. Untuk membantu menekan biaya audit 
3. Untuk menghindari salah pengertian dengan klien

2.2 Menerima Klien dan Melakukan Perencanaan Audit Awal

A. Perencanaan audit awal.

Perencanaan awal menyangkut keputusan apakah akan menerima atau


melanjutkan pelaksanaan audit bagi klien, mengevaluasi alasan-alasan
klien untuk di audit, memilih staf untuk penugasan tersebut, dan
mendapatkan surat penugasan.

4
B. Investigasi atas klien baru
Sebelum menerima klien baru,kebanyakan kantor akuntan publik akan
menyelidiki perusahaan tersebut untuk menentukan
akseptabilitasnya,kantor itu akan melakukannya dengan memeriksa,sejauh
memungkinkan,prospektif klien ini dalam komunitas bisnis,stabilitas
keuangannya dan hubungannya dengan kantor akuntan publik
sebelumnya.Contoh:Banyak kantor akuntan publik sangat berhati-hati
dalam menerima klien baru dari bisnis yang baru terbentuk dan
berkembang cepat,banyak dari bisnis-bisnis tersebut mengalami masalah
keuangan dan membuat kantor akuntan publik akan menghadapi
kewajiban potensial yang signifikan.
Beban untuk memulai komunikasi,ditanggung oleh auditor
penerus,tetapi auditor pendahulu diwajibkan untuk merespons permintaan
akan informasi.Akan tetapi,persyaratan kerahasiaan dalam kode perilaku
profesional mewajibkan bahwa auditor pendahulu harus memperoleh izin
dari klien sebelum komunikasi dapat dilaksanakan.Jika klien tidak tidak
mengizinkan komunikasi atau auditor pendahulu tidak akan memberikan
respons yang kompetitif,auditor penerus dapat mempertimbangkan secara
serius keinginannya untuk menerima penugasan prospektif,tanpa
memperhitungkan investigasi lainnya.

Prosedur yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi klien baru adalah :

1. Memperoleh dan meninjau informasi yang ada, seperti laporan


keuangan bulanan, laporan keuangan, surat pemberitahuan pajak
penghasilan, dsb.

2. Menanyakan pada pihak ke 3 mengenai beberapa informasi yang


terkait dengan integritas dan reputasi manajemen klien.

3. Mengkomunikasikannya dengan auditor sebelumnya sebagaimana


yang diharuskan oleh standar audit, mengenai apakah terdapat

5
ketidaksesuaian dengan standar akuntansi, prosedur audit, atau masalah
penting lainnya.

4. Mempertimbangkan apakah klien baru memiliki beberapa


keadaan yang memerlukan perhatian khusus seperti masalah tuntutan
hukum atau masalah kesinambungan usaha.

5. Mengidentifikasi masalah klien untuk diaudit.

6. Memamahi syarat-syarat penugasan yang ditetapkan oleh klien.

7. Menentukan apakah KAP dapat bertindak independen dengan


klien dan dapat memberikan jasa yang diinginkan klien baru.

8. Menentukan apakah KAP memiliki keahlian dan pengetahuan


teknik khusus tentang industri klien agar dapat melaksanakan
penugasan secara baik, dan

9. Menentukan apakah penerimaan klien baru tersebut tidak


melanggar kode perilaku professional.

C. Klien yang berlanjut.


Setiap tahun banyak kantor akuntan publik mengevaluasi klien-klien
yang ada saat ini guna menentukan apakah ada alasan untuk menghentikan
audit.Konflik yang terjadi sebelumnya menyangkut ruang lingkup audit
yang tepat,jenis pendapat yang akan diberikan,jumlah fee,atau hal-hal lain
dapat menyebabkan auditor menghentikan kerja samanya.

D. Mengidentifikasi Alasan Klien Untuk Di Audit


Dua faktor utama yang mempengaruhi bahan bukti yang akan
dikumpulkan adalah siapa pemakai laporan dan maksud penggunaan
laporan. Kemungkinan terbesar dalam hal penggunaan laporan dapat
ditentukan dengan melihat pengalaman dalam penugasan yang lalu dan
diskusi dengan manajemen. Selama audit berlangsung auditor dapat

6
memperoleh informasi tambahan mengenai mengapa klien menghendaki
audit dan untuk apa laporan keuangan digunakan.

E. Staf Untuk Penugasan


Standar auditing yang ditetapkan IAI yang pertama menyatakan :
“Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau beberapa yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknik yang cukup“. Pertimbangan utama yang
mempengaruhi penyusunan staf adalah perlunya kesinambungan dari
tahun ke tahun. Pertimbangan lain yaitu bahwa orang-orang yah diserahi
tugas harus akrab dengan bidang usaha klien.

F. Memperoleh Surat Penugasan


Surat Penugasan adalah kesepakatan antara kantor akuntan publik dan
klien untuk pelaksanaan audit dan pelayanan lain yang terkait. Surat itu
harus menyebutkan apakan auditor akan melaksanakan audit, penelaahan,
kompilasi,dan jasa lain seperti pengisian SPT dan jasa manajemen. Juga
harus dinyatakan pembatasan yang dikenakan terhadap pekerjaan auditor,
batas waktu penyelesaian audit bantuan yang akan diberikan oleh klien
untuk memperoleh catatan dan dokumen, serta daftar rincian yang perlu
disiapkan oleh auditor. Surat penugasan tidak mempengaruhi tanggung
jawab kantor akuntan publik terhadap pihak pemakai ekstern laporan
keuangan yang di audit, tetapi dapat dipengaruhi tanggung jawab hukum
terhadap klien.

Walaupun memperoleh dan mempertahankan klien bukanlah hal yang


mudah dalam profesi yang kompetitif seperti akuntan publik,kantor akuntan
publik(KAP),harus berhati-hati dalam memutuskan klien mana yang dapat
diterima.Tanggung jawab hukum dan profesional KAP adalah sedemikian
rupa,sehingga klien yang kurang memiliki integritas atau selalu
memperdebatkan tentang pelaksanaan audit dan fee yang tepat dapat
menimbulkan lebih banyak masalah ketimbang manfaat yang diterima.

7
2.3 Memahami Bisnis dan Industri Klien

Auditor harus mendapatkan pemahaman yang memadai atas entitas dan


lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya untuk menilai resiko salah
saji material dalam laporan keuangan baik disebabkan karena kesalahan atau
kecurangan dan untuk merancang sifat, waktu dan keluasan prosedur audit
yang lebih lanjut. Beberapa faktor dalam pemahaman atas bisnis dan industri 
klien.
1. Teknologi informasi antar klien perusahaan, pelanggan dan pemasok
2. Perluasan usaha secara global
3. Teknologi informasi dalam mempengaruhi pengendalilan internal, kualitas
dan ketepatan informasi keuangan
4. Sumber daya manusia dan aset tak berwujud dalam  peningkatan
kompleksitas akuntansi
5. Pemahaman auditor lebih baik terhadap bisnis dan industri klien dalam
memberikan jasa

A. Industri dan Lingkungan Eksternal


Terdapat 3 alasan dalam mendapatkan pemahaman baik atas industri
klien dan lingkungan eksternal
1. Resiko industri dapat mempengaruhi penilaian auditor atas bisnis klien
dan resiko audit yang dapat diterima.
2. Resiko bawaan umum atas semua klien dalam beberapa industri
tertentu.
3. Industri yang memiliki ketentuan akuntansi yang khusus.

B. Operasi dan Proses Bisnis


Auditor harus memahami faktor atas sumber utama pendapatan,
pelanggan, pemasok utama, sumber pendanaa, dan informasi pihak relasi
dengan melakukan beberapa kegiatan yaitu :
1. Mengunjungi pabrik dan kantor yang dimiliki klien dalam mendapatkan
pemahaman atas operasi bisnis klien dengan mengamati kegiatan
operasi secara langsung serta menemui pegawai

8
2. Mengidentifikasi pihak-pihak atas transaksi yang memiliki hubungan
istemewa kepada klien

C. Manajemen dan Tata Kelola Perusahaan


Auditor harus mengidentifikasi tata kelola perusahaan dari struktur
organisasi, aktivitas dewan direksi serta dari komite audit dalam
menghadapi resiko karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap
penyajian material terhadap laporan keuangan. Untuk mendapatkan
pemahaman atas sistem tata kelola klien, auditor harus memahamai akta
pendirian perusahaan dan peraturan-peraturan, serta kode etik perusahaan
dan membaca notulensi rapat perusahaan.

D. Tujuan dan Strategi Klien


Auditor harus memahami tujuan klien terkait dengan hal berikut :
1. Keandalan laporan keuangan
2. Efektivitas dan efisiensi operasional perusahaan
3. Kepatuhan dengan hukum dan peraturan

E. Pengukuran dan Kinerja


Sistem pengukuran kinerja klien digunakan manajemen dalam
mengukur kemajuan dalam mencapai tujuan perusahaan. Resiko bawaan
dalam salah saji laporan keungan dapat meningkat apabila klien
menetapkan seperangkat tujuan tidak masuk akal atau sistem pengukuran
kinerja memici pembukuan agresif.  Sebagai pemahaman terhadap bisnis
klien auditor menjalankan analisis rasio atau penelaah atas perhitungan
rasio kinerja penting klien.

2.4 Melaksanakan Prosedur Analitis Pendahuluan

Tujuan pelaksanaan  prosedur analisis :

1. Membantu dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit


yang akan digunakan untuk memperoleh bukti saldo akun

9
2. Memahami bidang usaha klien
3. Penetapan kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya
4. Indikasi adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
5. Mereview secara menyeluruh atas informasi keuangan

A. Menentukan materialistis dan risiko


Materialistis dan risiko Adalah unsure penting dalam merencanakan
audit dan merancang pendekatan yang akan digunakan.

Materialistas Adalah jumlah atau besarnya kekeliruan atau salah saji dalam
informasi akuntansi.

Langkah-langkah dalam penetapan materialistas Adalah sebagai berikut :

Langkah 1 : menetukan pertimbangan awal mengenai materialistas

Langkah 2 : mengalokasikan pertimbangan awal mengenai materialistas

Langkah 3 : mengestimasikan total salah saji dalam segmen

Langkah 4 : mengestimasikan salah saji gabungan

Langkah 5 : membandingkan estimasi salah saji gabungan dengan


pertimbangan awal mengenai meterialistas.

Estimasi jumlah kekeliruan atau salah saji dalam tiap segmen (langkah
3) terjadi selama audit. Langkah 4 dan 5 dilakukan pada tahap
penyelesaian audit. Selain itu,risiko dalam audit berarti bahwa auditor
menerima suatu tingkat ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit.

B. Memahami struktur pengendalian interen

10
Luasnya pemahaman tersebut ,paling tidak,mencukupi untuk
merencanakan audit yang memadai,dalam hal empat masalah spesifik
perencanaan,yakni sebagai berikut :
1. Auditability
Auditor harus mendapatkan informasi yang cukup memusakan
mengenai integritas  manajemen dan sifat serta lus catatan
akuntansi,sehingga bahan bukti kompeten tersedia untuk mendukung
saldo laporan keuangan.
2. Potensi salah saji yang material
Pemahaman seharusnya memungkinkan auditor untuk mengenditifikasi
jenis-jenis kekeliruan dan ketidakberesan yang potensial yang dapat
mempengaruhi laporan keuangan,dan menetapkan risiko akibat
kekeliruan dan ketidakberesan yang terjadi dalam jumlah yang material
terhadap laporan keuangan.
3. Risiko penemuan
Informasi mengenai struktur pengendalian intern dugunakan untuk
menetapkan risiko pengendalian bagi setiap tujuan pengendalian,yang
selanjutnya mempengaruhi risiko penemuan yang direncanakan.
4. Perancangan pengujian
Informasi yang diperoleh seharusnya memungkinkan auditor untuk
merancang pengujian saldo laporan keuangan yang efektif. Pengujian
tersebut mencakup baik pengujian terinci atas transaksi maupun atas
saldo,prosedur analisis dan yang disebut sebagai pengujian subtantif.

Berikut ini prosedur yang berkaitan dengan perancangan dan


penempatan dalam operasi dan dapat dijadikan sebagai bahan untuk
memperoleh pemahaman terhadap struktur pengendalian intern klien :

1. Pengalaman auditor dalam periode sebelumnya atas satuan usaha


2. Tanya jawab dengan pegawai klien
3. Kebijakan dan pedoman system klien
4. Inspeksi dokumen dan catatan
5. Pengamatan atas aktivitas dan operasi satuan usaha

11
C. Mengembangkan rencana dan program audit menyeluruh
Rencana audit dan program audit berkaitan dengan jenis-jenis
pengujian audit yang dilakukan,yaitu prosedur untuk memperoleh
pemahaman atas struktur pengendalian intern,pengujian atas
pengendalian,pengujian substantive atas transaksi,prosedur analisis dan
pengujian terinci atas saldo.

D. Prosedur analisis
Prosedur analisis merupakan evaluasi terhadap informasi keuangan
yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data
keuangan yang satu dengan data keuangan yang lainnya,atai antara data
keuangan dengan non keuangan.
Prosedur analisis antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut :
1. Membandingkan informasi keuangan tahun berjalan dengan :
a. Tahun-tahun sebelumnya
b. Perusahaan lain di industry yang sama atau rata-rata industry
c. Anggaran dan prakiraan
d. Estimasi prediktif auditor
2. Analisis mengenai hubungan antara unsur-unsur informasi keuangan
yang diharapkan bersesuian dengan pola yang terprediksi
3. Membandingkan informasi keuangan dengan informasi nonkeuangan.
4. Membandingkan dari cabang yang satu dengan yang lainnya,atau antara
lokasi yang satu dengan yang lainnya.

Beberapa hal yang harus dinyatakan dari hasil pelaksanaan prosedur


analisis,antara lain sebagai berikut :

1. Pemahaman tentang bidang usaha dan industry klien


2. Karakteristik keuangan dari industry yang bersangkutan
3. Penetapan kemampuan klien untuk mempertahankan kelangsungan
usahanya

12
4. Penekanan audit  karena adanya indikasi kekeliruan dalam laporan
keuangan seperti adanya perbedaan yang signifikan antara data
keuangan tahun berjalan dengan tahun-tahun sebelumnya,atau antara
data keuangan klien dengan data keuangan dari industry terkait

Contoh beberapa prosedur analisis dalam kaitannya dengan tes saldo nilai
persediaan pada siklus persediaan dan pergudangan Adalah sebagai berikut :

Prosedur analisis Kemungkinan kekeliruan

Bandingkan persentase margin bruto Lebih saji atau kurang saji persediaan
dengan tahun lalu dan harga pokok penjualan

Bandingkan perputaran persediaan Keusangan persediaan yang berdampak


dengan tahun lalu pada harga pokok penjualan

Bandingkan biaya per unit Lebih saji atau kurang saji persediaan
persediaan dengan tahun lalu dan harga pokok persediaan

Bandingkan nilai persediaan dengan Kekeliruan dalam kompilasi biaya per


tahun lalu unit atau perluasannya yang berdampak
pada persediaan dan harga pokok
penjualan

Bandingkan biaya manufaktur tahun Salah saji biaya per unit


berjalan dengan tahun lalu persediaan,terutama upah langsung dan
overhead pabrik,yang berdampak pada
persediaan dan HPP

Tujuan prosedur analisis pada tahap penyelesaian audit Adalah untuk


menunjukkan kemungkinan adanya salah saji/kekeliruan (arahan perhatian) dan
menilai kelangsungan hidup usaha.

Prosedur analisis pada tahap penelaahan secara menyeluruh tersebut dapat


membantu auditor dalam menilai kesimpulan yang diperoleh dan dalam
mengevaluasi penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Penelahaan secara

13
menyeluruh umumnya meliputi pembacaan laporan keuangan dan catatannya serta
mempertimbangkan hal-hal berikut ini :

1. Kecukupan bukti yang terkumpul sebagai respon terhadap saldo yang tidak
biasa atau yang tidak diharapkan,yang diidentifikasi pada waktu perencanaan
audit atau dalam pelaksanaan audit.
2. Saldo atau hubungan yang tidak biasa atai tidak diharapkan yang sebelumnya
tidak diidentifikasi.

Sumber-sumber informasi yang dapat digunakan untuk melakukan prosedur


analitis dapat diperoleh dari :

1. Surat kabar dan majalah industri


2. Laporan keuangan periode berjalan dan periode-periode sebelumnya
3. Rencana kerja dan anggaran perusahaan
4. Data-data non keuangan

2.5 Penggunaan Rasio Keuangan

Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dangan


menggunakan laporan keuangan yang berfungsi sebagai alat ukur dalam
menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan
antara satu pos lapooran keuangan dengan pos lainya yang mempunyai
hubungan yang relevan dan signifikan.
Contoh:membandingkan antara asset lancer terhadap kewajiban lancer
(sebagai rasio likuiditas) atau antara total kewajiban terhadap total asset (rasio
solvabilitas), sedangkan contoh perbandingan antara laporan keuangan adalah
dengan membandingkan antara laba bersih dengan total asset (sebagai rasio
profitabilitas).
Rasio keuangan yang biasa digunakan oleh auditor adalah:
1. Rasio likuiditas
a. Rasio lancar/current ratio

14
Asset Lancar
Rasio lancar =   
Kewajiban Lancar
           
b. Rasio sangat lancer/rasio cepat(quick ratio/acid test ratio)
Kas+Sekuritas Jangka Pendek + Piutang
Rasio sangat lancar =
Kewajiban Lancar

c. Rasio kas/ratio cash


Kas dan Setara Kas
Rasio kas = 
Kewajiban Lancar

2. Rasio Solvabilitas
a. Rasio utang/debt ratio
Total Utang
Rasio utang =  
Total Asset

                      

b. Rasio utang terhadap equitas/debt to equity ratio


Total Utang
Rasio utang terhadap ekuitas =
Total Ekuitas

                                             

c. Rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas/long term debt to equity


ratio
Utang Jangka Panjang
Rasio utang jangka panjang terhadp ekuitas =
Total Ekuitas

                                                                    

d. Rasio kelipatan bunga yang dihasilkan/times interest earned ratio


Rasio kelipatan bunga yang

Laba Sebelum Bunga dan Pajak


dihasilkan=  
Beban Bunga

15
e. Rasio laba operasional terhadap kewajiban
LabaOperasional
Rasio laba operasional terhadap kewajiban =   
Kewajiban

                                                           

3. Rasio Aktivitas
a. Perputaran piutang usaha/accont receivable turn over
Penjualan Kredit
Rasio perputaran piutang usaha =          
Rata−Rata PiutangUsaha

Rata-rata piutang usaha = (piutang usaha awl thn+piutang usaha akhir


th):2

Lamanya rata-rata penagihan piutang usaha

365 hari

Rasio Perputaran Piutang

b. Perputaran persediaan/inventory turn over


Penjualan
Rasio perputaran persediaan =  
Rata−Rata Persediaan
Atau
Harga Pokok Penjualan
Rasio perputaran persediaan = 
Rata−Rata Persediaan

Rata-rata persediaan = (persediaan awal tahun + persediaan akhir th ) :2

365 hari
Lamanya rata-rata persediaan =  
Rasio Perputaran Persediaan

c. Perputaran modal kerja/working capital turn over


Penjualan
Rasio perputaran modal kerja =  
Rata−Rata Asset Lancar

16
Rata-rata asset lancar = (asset lancar awal th +asset lancar akhir th) :2

d. Perputaran asset tetep/fixed assets turnover


Penjualan
Rasio perputaran asset tetap =    
Rata−Rata Asset Tetap

Rata-rata asset tetap = (asset tetap th+asset tetap akhir th):2

e. Perputaran total asset /total asset turnover


Penjualan
Rasio perputaran total asset =   
Rata−Rata Total Asset

Rata-rata total aset = (total asset awal tahun + total asset akhir tahun):2

4. Rasio Profitabilitas
a. Hasil pengembalian atas asset/return on asset
Laba Bersih
Hasil pengembalian asset tetap =          
Total Asset

b. Hasil pengembalian atas ekuitas/return on equity

Laba Bersih
hasil pengembalian atas asset =   
Total Ekuitas

                                                                          

5. Rasio Kinerja Operasional


a. Marjin laba kotor/gross profit margin
Laba Kotor
Marjin laba kotor =     
Penjualan Bersih

b. Marjin laba operasional/operating profit margin

17
LabaOperasional
Marjin laba operasional = 
Penjualan Bersih

                                                  

c. Marjin laba bersih/net profit margin


Laba Bersih
Marjin laba bersih = 
Penjualan Bersih

                                          

6. Rasio Penilaian atau rasio ukuran pasar


a. Laba per lembar saham biasa(earnings per share)
Laba Bersih
Laba per saham =   
Rata−Rata Saham Biasa Beredar

                               

b. Rasio harga terhadap laba(price earnings ratio)


Harga Pasar per Saham
Rasio harga terhadap laba =     
Laba per Saham

c. Imbal hasil deviden (dividend yield)


Deviden per Saham
Imbal hasil deviden =  
Harga Pasar per Saham

d. Rasio Pembayaran Deviden(dividend payout ratio)


Deviden per Saham
Rasio pembayaran deviden =     
Laba per Saham

                                            

e. Rasio harga terhadap nilai buku(price to book value ratio)


Harga Pasar per Saham
Rasio harga terhadap nilai buku =   
Nilai buku per Saham

18
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan:

1. Sebelum menerima suatu penugasan, auditor harus memastikan bahwa


penugasan tersebut dapat diselesaikan sesuai dengan semua standar

19
profesional, termasuk standar auditing, kode etik akuntan, dan standar
pengendalian mutu.
2. Tahap-tahap penting dalam penerimaan suatu penugasan meliputi: evaluasi
integritas manajemen, mengidentifikasi keadaan-keadaan khusus dan resiko
tak biasa, menentukan kompetensi, menilai independensi, menentukan
bahwa pekerjaan dapat dilaksanakan dengan cermat dan teliti, serta
menerbitkan surat penugasan.
3.  Penetapan perencanaan yang tepat merupakan pekerjaan yang cukup sulit
dalam melaksanakan audit yang efisien dan efektif. Tahapan-tahapan
perencanaan meliputi pekerjaan mendapatkan pemahaman tentang bisnis
dan industri klien dan melaksanakan prosedur analitis.

3.2 Saran-saran

Dalam makalah ini penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua dalam memahami tentang Perencanaan Audit sekaligus dapat menambah
wawasan pembaca. Di sini penulis juga minta maaf kepada pembaca jika ada
kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini atau ada persepsi yang
berbeda dari pembaca, kami harap untuk dapat dimaklumi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A, Randal J. Elder, Marks S. Beasley, and Amir Abadi


Jusuf, Auditing And Assurance Services: An Integrated Approach, An
Indonesian Adaptation, 12th ed. Prentice Hall 2009

Jusup, Haryono. 2001. Auditing. Yogyakarta : Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu


Ekonomi YKPN.

Mulyadi. 2002. Auditing. Jakarta: Salemba Empat.

21

Anda mungkin juga menyukai