DISUSUN OLEH:
Rahmi Anisa (01044822225009)
Lydia Febriati (01044822225001)
MATA KULIAH:
Forensic Accounting
Auditor adalah orang yang berwenang untuk meninjau dan memverifikasi keakuratan catatan
keuangan dan memastikan bahwa perusahaan telah mematuhi seluruh undang-undang
perpajakan.
Mereka berperan dalam melindungi bisnis dari beragam skema penipuan dan menunjukkan
perbedaan dalam metode akuntansi. Terkadang, mereka bekerja sama dengan klien untuk
memberikan konsultasi mengenai trik pemeriksaan finansial.
Setelah memeriksa catatan keuangan, tugas auditor berikutnya adalah menulis laporan pada
akhir prosedur audit yang menentukan tingkat akurasi dan kejelasan yang diperhitungkan
organisasi.
Misalnya, jika semua langkah akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan tercermin dalam
pembukuan, dan semua data yang muncul dalam catatan sesuai dengan strategi bisnis di
perusahaan, audit akan menunjukkan bahwa tidak ada kesalahan.
Auditor juga membantu organisasi untuk menemukan cara agar dapat meningkatkan efisiensi
operasional, seperti mengurangi biaya pada hal yang dianggap kurang esensial. Auditor
bekerja dalam berbagai kapasitas dalam industri yang berbeda.
Contohnya pada perusahaan publik, di mana tugas utama mereka adalah untuk menentukan
apakah laporan keuangan sudah mengikuti prinsip akuntansi yang diterapkan oleh perbankan.
Untuk memenuhi persyaratan ini, auditor harus memeriksa data akuntansi, seluruh catatan
keuangan, hingga aspek operasional bisnis. Lalu, mereka membuat catatan terperinci pada
setiap langkah proses, atau yang dikenal sebagai jejak audit.
Setelah rampung, hasil penelitian para auditor akan disajikan dalam laporan yang ditampilkan
sebagai sebuah pernyataan dalam laporan keuangan.
Laporan-laporan pribadi yang terpisah juga dapat dikeluarkan untuk manajemen perusahaan
serta pihak yang berwenang.
B. Hasil ulasan auditor
Hasil ulasan auditor dibagi menjadi dua kategori yang berbeda sebagai berikut ini:
1. Unqualified opinion
Pendapat tersebut mewujudkan asumsi bahwa bisnis yang dijalankan perusahaan mematuhi
seluruh aturan mengenai prinsip akuntansi yang berlaku secara umum dan hukum.
Ulasan ini dikenal juga dengan laporan bersih. Laporan seperti ini menyiratkan bahwa setiap
perubahan, penerapan, dan pengaruh dalam kebijakan akuntansi sebuah lembaga, telah
ditentukan dan dieksekusi dengan baik.
2. Qualified report
Qualified report yang dibentuk oleh auditor adalah sebuah laporan yang menyimpulkan
bahwa sebagian besar masalah telah ditangani secara memadai, kecuali untuk beberapa
masalah tertentu.
Laporan auditor satu ini akan disetujui oleh pihak berwenang ketika ada ketidaksepakatan
antara lembaga audit dengan manajemen perusahaan mengenai penerapan, penerimaan atau
kejelasan kebijakan keuangan yang diterapkan perusahaan.
Untuk auditor, masalah yang akan dicatat harus bersifat material, dan layak untuk memenuhi
syarat sebuah laporan. Itu dia penjelasan Glints mengenai serba-serbi karier seorang auditor.
C. Peran auditor
1. aktivitas kriminal.
Masalah kecurangan merupakan masalah yang dihadapi perusahaan di seluruh dunia. Karena
banyak skandal akuntansi, kepercayaan pada keandalan dan obyektivitas laporan keuangan
pihak yang berkepentingan telah berkurang secara signifikan. Manajemen, dewan komisaris,
komite audit, auditor eksternal dan auditor internal memiliki peran penting dalam
memastikan pelaporan keuangan yang andal.
Dalam menyediakan layanannya, akuntan publik harus menjaga kredibilitas mereka pada
semua masyarakat. Oleh karena itu, akuntan publik harus menjaga dan mengembangkan
kemampuan teknisnya sehingga kualitas pelayanannya terhadap masyarakat harus terjaga
sesuai dengan standar profesional akuntan publik. Audit laporan keuangan harus dapat
memberikan kepercayaan kepada pengguna bahwa akuntan publik menggunakan kompetensi
teknis, integritas, independensi dan obyektivitas dalam audit dan pendeteksian materi yang
salah dalam laporan keuangan dengan tujuan, untuk penelitian lebih lanjut dan mendeteksi
kesalahan yang tidak tepat dan juga mencegah penerbitan laporan ilegal.
Menurut SA 200, bahwa auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan
audit guna memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari
salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Tanggungjawab
tersebut tentunya dalam rangka untuk menilai kewajaran laporan keuangan dari salah saji
secara material yang sesuai dengan standar auditing dan kode etik akuntan. Apabila terjadi
pelanggaran atau penyimpangan terhadap etika profesi seperti yang diisyaratkan dalam
standar auditing dan kode etik akuntan berarti auditor kurang menunjukkan sikap independen
dan tidak menghindarkan terjadi berbagai kepentingan.
Dalam proses audit, auditor diharuskan mempunyai perilaku yang sesuai dengan etika
profesional (kode etik). Adapun kode etik merupakan norma dan asas yang diterima oleh
suatu kelompok tertentu sebagai landasan ukuran tingkah laku. Perilaku profesional auditor
seperti yang telah ditetapkan oleh AICPA, meliputi:
Selain kode etik, auditor harus memahami beberapa faktor yang memungkinkan
terjadinya fraud.
Menurut Statement on Auditing Standard (SAS) No.82 mengenai Consideration of Fraud in a
Financial Statement Audit, menyatakan bahwa auditor mempunyai tanggungjawab yang
besar untuk mendeteksi kecurangan dengan merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh kepastian mengenai apakah laporan keuangan bebas dari salah
saji (misstatement) secara material baik yang disebabkan oleh kesalahan atau kecurangan
(ACIPA; 1997).
Faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan salah saji yang berasal dari kecurangan pelaporan
keuangan dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu:
a) Karakteristik Manajemen
Faktor-faktor risiko dalam kelompok ini menyangkut kemampuan, tekanan, gaya, dan
sikap manajemen yang berkaitan dengan pengendalian internal dan proses pelaporan
keuangan.
b) Kondisi-kondisi Industri
Faktor-faktor risiko yang termasuk dalam kelompok ini meliputi faktor-faktor
ekonomi dan peraturan-peraturan yang terkait dengan operasi perusahaan
c) Karakteristik Operasi dan Stabilitas Keuangan.
Faktor-faktor berikut ini berkaitan dengan sifat dan rumitnya transaksi, kondisi
keuangan, dan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba.
Faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan salah saji yang berasal dari penyalahgunaan aset
dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu:
Audit forensik merupakan pemeriksaan dan evaluasi catatan keuangan perusahaan atau
personal guna mendapatkan bukti pada saat di pengadilan atau saat proses hukum
berlangsung.
Dalam rangka melakukan audit forensik, dibutuhkan prosedur akuntansi untuk mengaudit dan
pengetahuan ahli tentang hukum audit itu sendiri. Dalam hal ini, audit forensik mencakup
berbagai kegiatan investigasi yang kerap dilakukan untuk menuntut suatu pihak atas
penipuan, penggelapan, atau kejahatan yang berkaitan dengan keuangan lainnya.
Selama proses audit, auditor dipanggil untuk menjadi saksi ahli dalam proses persidangan.
Selain tindakan yang disebutkan sebelumnya, audit forensik ini pun dapat dilibatkan dalam
situasi seperti perselisihan terkait kebangkrutan, penipuan bisnis, hingga perceraian. Melalui
audit forensik, dapat terungkap atau terkonfirmasi berbagai aktivitas ilegal. Itu sebabnya
audit forensik lebih sering dipilih daripada audit reguler.
Investigas yang dilakukan dengan melibatkan audit forensik biasanya karena beberapa alasan.
Berikut ini termasuk beberapa alasan tersebut dan contoh kasus audit forensik yang umum
ditemukan.
1. Suap
Suap berarti memberikan penawaran sejumlah dana untuk menyelesaikan suatu masalah atau
memengaruhi kondisi yang menguntungkan seseorang. Misal, perusahaan C menyuap
karyawan dari perusahaan lawan, katakanlah perusahaan A dengan maksud karyawan
tersebut memberikan sejumlah data yang akan digunakan perusahaan C untuk dijadikan
bahan tawaran tender kepada perusahaan A.
2. Konflik Kepentingan
Dalam hal ini, seseorang yang memiliki kekuasaan akan menggunakan pengaruhnya untuk
keuntungan pribadi yang dapat merugikan perusahaan. Misalnya, seorang manajer
menyetujui pengeluaran dana yang tidak akurat dari seorang rekan yang secara pribadi
memiliki hubungan erat. Meski secara finansial manajer tersebut tidak mendapatkan
keuntungan, namun secara pribadi ia bisa mendapatkan keuntungan.
Dapat dikatakan bahwa penyalahgunaan aset perusahaan merupakan tindak penipuan yang
paling umum ditemukan. Penyalahgunaan aset yang sering dilakukan adalah penggunaan
uang tunai yang tidak semestinya, pemalsuan faktur, pembayaran yang dilakukan kepada
pemasok atau karyawan namun tidak ada keterangannya, dan pencurian inventaris kantor.
4. Pemerasan
Kasus ini biasa terjadi apabila perusahaan A meminta uang untuk memberi kontrak kepada
perusahaan C. Hal ini dapat disebut sebagai pemerasan.
Biasanya hal ini dilakukan dengan cara menyajikan angka-angka yang tidak sebenarnya
dengan tujuan meningkatkan likuiditas, menghadapi tekanan kinerja pasar, memastikan
manajemen secara terus menerus mendapatkan bonus, dan hal lainnya. Pemalsuan catatan
akuntansi yang disengaja, menghilangkan segala jenis transaksi, dan tidak mengungkapkan
detail yang relevan pada laporan keuangan pun termasuk dalam penipuan laporan keuangan.
Jenis-jenis fraud sendiri dapat dibedakan atas penyelewengan aset, dalam bentuk pencurian
uang tunai atau persediaan, kecurangan dan penggelapan gaji, dan bentuk kecurangan dalam
laporan keuangan serta korupsi.
Berdasarkan hal tersebut, tanggung jawab auditor adalah untuk mendesain dan menerapkan
prosedur audit yang cukup di lapangan dan untuk mendeteksi adanya kekurangan materi
dalam laporan keuangan yang disajikan, tanpa harus mendeteksi asal kekurangan atau
ketidaksesuaian tersebut. Penyidik akuntansi forensik memiliki seperangkat fokus yang
berbeda berdasarkan perannya yang tentunya membutuhkan alat yang berbeda, proses
berpikir yang berbeda, dan sikap yang berbeda. Perhatian penyidik akuntansi forensik adalah
pada tingkat yang lebih mendalam dengan perkembangan rinci informasi faktual yang
dihasilkan dari bukti dokumen dan kesaksian tentang siapa, apa, kapan, dimana, bagaimana,
dan mengapa sesuatu hal dicurigai atau dikenal ketidakwajaran.
Sampling dan konsep materialitas pada umumnya tidak digunakan dalam menentukan
lingkup prosedur akuntansi forensik. Sebaliknya, semua bukti yang relevan dicari dan
diperiksa. Berdasarkan temuan investigasi, penyidik akuntansi forensik melakukan kajian dan
langkah-langkah untuk mengatasi kerugian atau kerusakan organisasi. Kemudian,
merekomendasikan serta mengimplementasikan tindakan korektif, sering termasuk perubahan
proses dan kebijakan dan/atau tindakan terhadap personil akuntansi. Selain itu, penyidik
akuntansi forensik mengambil tindakan pencegahan untuk mengatasi kemungkinan
terulangnya masalah. Temuan penyidik akuntansi forensik dan rekomendasi dapat dijadikan
dasar untuk kesaksian dalam proses litigasi atau tindakan pidana terhadap para pelaku
kecurangan.
Seorang auditor harus memiliki sikap yang bisa mendukung kinerjanya di lapangan. Sikap
tersebut adalah :
1. Skeptisisme professional,
Untuk melaksanakan audit ini, dibutuhkan pelatihan khusus terkait teknik mengaudit forensik
beserta legalitas akuntansinya. Berikut ini prosedur yang perlu dilalui kala pelaksanaan audit
forensik:
Untuk melaksanakan audit ini, dibutuhkan pelatihan khusus terkait teknik mengaudit forensik
beserta legalitas akuntansinya. Berikut ini prosedur yang perlu dilalui kala pelaksanaan audit
forensik:
Ketika seorang klien menyewa auditor forensik, maka auditor tersebut sebaiknya memahami
betul fokus auditnya. Contoh, klien merasa curiga dengan kemungkinan penipuan dalam hal
bahan baku yang dipasok. Maka auditor mungkin akan merencanakan penyelidikan untuk
mencapai tujuan sebagai berikut:
Auditor pun diharapkan dapat memastikan bukti atau dokumen yang dikumpulkan tidak
rusak atau diubah oleh pihak manapun. Teknik yang biasa dilakukan untuk
mengumpulkan bukti dalam audit forensik ini adalah:
1. Teknik analitis: untuk membandingkan tren selama periode waktu tertentu atau
mendapatkan data komparatif dari segmen yang berbeda-beda.
2. Teknik subtantif: Melakukan rekonsiliasi, tinjau dokumen, dll.
3. Audit komputer: Melacak program perangkat lunak yang digunakan untuk
mengindentifikasi kecurangan.
4. Mendalami pengendalian internal dan mengujinya: Agar mengetahui celah
kemungkinan terjadinya kecurangan.
c) Pelaporan
Membuat laporan agar dapat disajikan kepada klien. Laporan tersebut mencakup temuan
investigasi, ringkasan bukti, penjelasan tentang seperti apa kecurangan dilakukan, serta
saran agar pengendalian internal dapat ditingkatkan guna mencegah kecurangan yang
sama terjadi di masa depan. Laporan ini diserahkan kepada klien agar klien dapat
menentukan untuk mengajukan kasus hukum apabila dibutuhkan.
d) Proses Pengadilan
Selama proses pengadilan, sebaiknya auditor forensik dapat pula hadir untuk
menjelaskan bukti yang telah terkumpul. Auditor harus dapat menyederhanakan masalah
akuntansi yang kompleks dan menjelaskan dengan bahasa yang mudah dicerna oleh
orang awam sehingga dapat memahami istilah akuntansi. Dengan begitu proses akan
jauh lebih mudah dan fokus kecurangan dapat disampaikan secara lebih sederhana
namun rinci dan pasti.