Anda di halaman 1dari 38

RINGKASAN MATERI KULIAH

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Manajemen Perpajakan


Dosen pengampu: Dra. Triana Murtiningtyas, Ak., MM., CA

Disusun Oleh :
Isnaini Hidayatun Muharromah (2022.15.00187)

Program Pendidikan Profesi Akuntansi


STIE Malang Kucecwara (ABM)
2022
MATERI I

PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN, STANDAR DAN ETIKA PROFESI

A. Pengertian Audit dan Asurans

Pengertian umum dari suatu perikatan asurans adalah, suatu perikatan dimana seorang
praktisi harus memeriksa sesuatu, pada umumnya suatu kumpulan atau rangkaian data,
kemudian praktisi menyimpulkan hasil pemeriksaanya, berupa pernyataan pendapat atas
seautu yang diperikasanya. Pernyataan pendapat tersebut harus mampu meningkatkan tingkat
keyakinan dari pengguna laporan. Sedangkan audit merupakan bagian dari jenis perikatan
asurans, audit atas laporan keuangan merupakan bagian dari jenis-jenis perikatan audit.

B. Tanggung Jawab
1. Tanggungjawab Manajemen
Manajemen bertanggung jawab untuk:
a. Mengelola bisnis untuk mencapai tujuan perusahaan
b. Menilai risiko bisnis untuk tujuan-tujuan yang dicapai tersebut
c. Menjaga aset perusahaan
d. Menyimpan catatan akuntansi yang tepat
e. Menyusun laporan keuangan perusahaan
f. Memastikan perusahaan patuh dengan hukum dan peraturan yang berlaku
2. Tanggungjawab Auditor
Auditor bertanggungjawab untuk:
a. Mempertanggungjawabkan opini yang dikeluarkan apakah dapat
menjamin laporan keuangan klien bebas dari salah saji material atau tidak.
Sebagaimana dalam SA 240 dinyatakan bahwa auditor memiliki tanggung
jawab untuk memperoleh keyakinan yang yang memadai apakah laporan keuangan
telah bebas dari salah saji material, yang disebabkan oleh kesalahan ataupun
kecurangan dan oleh karena itu memungkinkan auditor untuk menyatakan suatu opini
tentang apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai
dengan suatu kerangka pelaporan keuangan yang beraku, dan melaporkan tentang
laporan keuangan, dan berkomunikasi seperti yang diisyaratkan oleh standar auditing,
sesuai dengan temuan auditor (SPAP).
b. Tanggung jawab auditor mempunyai peran terhadap kemampuan auditor dalam
mendeteksi kecurangan. Semakin tinggi tanggungjawab seorang auditor maka
semakin tinggi kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan.
c. Mempunyai pengetahuan mengenai kecurangan, jenis-jenis kecurangan dan
cara atau metode mendeteksinya.
d. Bila auditor juga melaporkan tentang keefektifan pengendalian internal atas pelaporan
keuangan, auditor juga bertanggung jawab untuk mengidentifikasi kelemahan yang
material dalam pengendalian internal atas pelaporan keuagan.
e. Tanggung jawab untuk menemukan pelanggaran hukum oleh klien, meliputi
mendeteksi adanya tindakan kekeliruan dan kecurangan.
f. Tanggung jawab mempertahankan sikap independen, meliputi mempertahankan sikap
mental independen.
3. Penanggungjawab tata kelola
(1) Dewan komisaris
Dewan Komisaris merupakan suatu mekanisme mengawasi dan mekanisme untuk
memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaan. Adapun tugas-tugas
utama Dewan Komisaris meliputi:
1) Menilai dan mengarahkan strategi perusahaan, garis-garis besar rencana kerja,
kebijakan pengendalian risiko, anggaran tahunan dan rencana usaha; menetapkan
sasaran kerja; mengawasi pelaksanaan dan kinerja perusahaan; serta memonitor
penggunaan modal perusahaan, investasi dan penjualan asset.
2) Menilai sistem penetapan penggajian pejabat pada posisi kunci dan penggajian
anggota Dewan Direksi, serta menjamin suatu proses pencalonan anggota
Dewan Direksi yang transparan dan adil.
3) Memonitor dan mengatasi masalah benturan kepentingan pada tingkat
manajemen, anggota Dewan Direksi dan anggota Dewan Komisaris, termasuk
penyalahgunaan aset perusahaan dan manipulasi transaksi perusahaan.
4) Memonitor pelaksanaan Governance dan mengadakan perubahan apabila perlu;
5) Memantau proses keterbukaan dan efektifitas komunikasi dalam perusahaan.
(OECD Principles of Corporate Governance)
(2) Komite audit
Pada umumnya, Komite Audit mempunyai tanggung jawab pada tiga bidang,
yaitu;
a. Laporan Keuangan (Financial Reporting)
Untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen telah
memberikan gambaran yang sebenarnya tentang hal-hal sebagai berikut:
1) Kondisi keuangan
2) Hasil Usahanya
3) Rencana dan komitmen jangka panjang.
4) Ruang lingkup pelaksanaan dalam bidang ini adalah:
 Merekomendasikan auditor eksternal
 Memeriksa hal-hal yang berkaitan dengan auditor eksternal, yaitu surat
penunjukkan auditor, perkiraan biaya audit, jadwal kunjungan auditor,
koordinasi dengan internal audit, pengawasan terhadap hasil audit, dan menilai
pelaksanaan pekerjaan auditor.
 Menilai kebijakan akuntansi dan keputusan-keputusan yang menyangkut
kebijaksanaan.
 Meneliti Laporan Keuangan (Financial Statement), yang meliputi; Laporan
Paruh Tahun (Interim Financial Statements); Laporan Tahunan (Annual
Financial Statements); dan Opini Auditor dan Management Letters.
b. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)
Untuk memastikan, bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai undang-undang
dan peraturan yang berlaku, melaksanakan usahanya dengan beretika,
melaksanakan pengawasannya secara efektif terhadap benturan kepentingan dan
kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan. Ruang lingkup pelaksanaan
dalam bidang ini adalah:
1) Menilai kebijakan perusahaan yang berhubungan dengan kepatuhan
terhadap undang-undang dan peraturan, etika, benturan kepentingan dan
penyelidikan terhadap perbuatan yang merugikan perusahaan dan
kecurangan
2) Memonitor proses pengadilan yang sedang terjadi ataupun yang ditunda
serta yang menyangkut masalah Corporate Governance dalam hal mana
perusahaan menjadi salah satu pihak yang terkait di dalamnya.
3) Memeriksa kasus-kasus penting yang berhubungan dengan benturan
kepentingan, perbuatan yang merugikan perusahaan, dan kecurangan.
4) Keharusan auditor internal untuk melaporkan hasil pemeriksaan
Corporate Governance dan temuan-temuan penting lainnya.
c. Pengawasan Perusahaan (Corporate Control).

Tanggungjawab Komite Audit untuk pengawasan perusahaan termasuk di


dalamnya pemahaman tentang masalah serta hal-hal yang berpotensi mengandung
risiko dan sistem pengendalian intern serta memonitor proses pengawasan yang
dilakukan oleh auditor internal. Ruang lingkup audit internal harus meliputi
pemeriksaan dan penilaian tentang kecukupan dan efektifitas sistem pengawasan
intern.

C. Kesalahan dan Penipuan (Fraud)


(1) Kesalahan

Kesalahan adalah salah saji pada laporan keuangan yang tidak disengaja termasuk
kelalaian atas sebuah angka atau pengungkapan. Hal ini bisa diminimalisir dengan adanya
pengendalian internal dimana sebuah proses yang dirancang dan dipengaruhi oleh pihak-
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, manajemen, dan karyawan lainnya untuk
memberikan keyakinan yang memadai mengenai pencapaian dari tujuan entitas terkait
dengan keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi dan kepatuhan
dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Atas hal tersebut, pengendalian internal
dirancang dan diimplementasikan untuk menjawab risiko bisnis yang diidentifikasi
mengancam pencapaian atas satu atau lebih tujuan tersebut. Pengendalian internal dirancang
sebagian untuk mencegah kesalahan yang terjadi dalam informasi keuangan, atau untuk
mendeteksi kesalahan dan memperbaikinya.

(2) Kecurangan

Kecurangan merupakan sebuah kata yang biasa kita gunakan untuk mencakup rentang
yang luas atas tindakan illegal. Untuk tujuan audit, SA 240 mengidentifikasi dua jenis risiko
salah saji yang dapat timbul dari kecurangan:

a. Salah saji yang timbul dari kecurangan atas pelaporan keuangan.


b. Salah saji yang timbul dari penyalahgunaan aset

Agar memiliki ekspektasi yang memadai atas deteksi kecurangan dan kesalahan, auditor
harus mengikuti prosedur yang ada di dalam SA 240. Tanggung Jawab Terkait Kecurangan
SA 240 menetapkan tanggung jawab manajemen dan auditor terkait kecurangan. Terkait
manajemen, ISA menyatakan bahwa tanggung jawab utama untuk pencegahan dan deteksi
atas kecurangan terletak pada pihak-pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dari
entitas dan pada manajemen. Untuk memenuhi tanggung jawab ini, berbagai tindakan dapat
diambil termasuk:

a. Membuktikan bahwa manajemen mengikuti sebuah budaya kejujuran dan perilaku


etis serta mengkomunikasikan bahwa mereka berharap seluruh karyawan untuk
mengikuti budaya ini.
b. Membangun sistem pengendalian internal yang kuat.
c. Dari sudut pandang pihak-pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, memastikan
bahwa manajemen mengimplementasikan kebijakan dan prosedur untuk memastikan,
sejauh mungkin, pelaksanaan yang tertib dan efisien atas bisnis perusahaan.

Terkait auditor, SA menyatakan bahwa auditor harus memperoleh keyakinan yang


memadai bahwa laporan keuangan, secara keseluruhan, bebas dari salah saji yang material,
baik disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Auditor oleh karenanya tidak
menawarkan keyakinan yang lengkap bahwa laporan keuangan bebas dari kecurangan
dan/atau kesalahan karena pengujian audit tidak dirancang untuk memberikan keyakinan ini.

C. Penilaian Risiko

Bagian dari pekerjaan seorang auditor harus mencakup penilaian risiko atas adanya
kecurangan. SA 240 menetapkan bahwa auditor:

a. Berhak untuk menerima representasi sebagai representasi yang jujur dan arsip sebagai
arsip yang asli, kecuali jika terdapat bukti yang menyatakan sebaliknya; namun juga
b. Disyaratkan untuk membawa skeptisisme profesional ke dalam pekerjaan

Auditor juga harus melakukan diskusi atas kerentanan laporan keuangan entitas terhadap
kecurangan. Hal ini biasanya termasuk pertimbangan atas:

- Ketika sistem perusahaan lemah dan bagaimana manajemen dapat melakukan


kecurangan.
- Keadaan yang dapat mengindikasikan manajemen laba yang dapat menyebabkan
kecurangan atas pelaporan keuangan.
- Faktor internal dan eksternal yang diketahui dapat menjadi sebuah insentif untuk
dilakukannya kecurangan.
- Keterlibatan manajemen dalam mengawasi karyawan dengan akses terhadap kas atau
aset lainnya yang dapat disalahgunakan
Adanya perubahan yang tidak biasa atau tidak dapat dijelaskan dalam perilaku/gaya hidup
dari manajemen atau karyawan. Apabila auditor mengidentifikasi salah saji yang
mungkin dapat mengindikasikan bahwa telah terjadi kecurangan, mereka harus
mempertimbangkan dampaknya terhadap aspek lainnya atas audit, terutama representasi
manajemen yang mungkin tidak dapat dipercaya apabila terindikasi kecurangan. Hal ini
dapat menyebabkan pada pembatasan dalam ruang lingkup audit.

D. Kepatuhan pada Peraturan dan Perundangan

Auditor tertarik pada dua kategori hukum dan peraturan:

a) Hukum dan peraturan dengan dampak langsung terhadap laporan keuangan Hukum
dan peraturan yang memberikan kerangka legal dimana perusahaan beroperasi.
b) Auditor harus memperoleh pemahaman atas kerangka legal dimana perusahaan
beroperasi sebagai bagian dari pemahamannya atas entitas dan lingkungannya.

Area hukum yang memengaruhi seluruh bisnis seperti:

(i) Hukum ketenagakerjaan (sebagai contoh, auditor harus memperhatikan apabila


pekerjaan audit pada sikus penggajian tampaknya mengindikasikan bahwa
perusahaan membayar karyawan lebih kecil daripada upah minimum).
(ii) Hukum jaminan sosial (sebagai contoh, auditor harus memastikan bahwa
perusahaan tampaknya membayar jumlah yang tepat terkait dengan pembayaran
seperti tunjangan persalinan).
(iii) Hukum kesehatan dan keselamatan kerja (sebagai contoh, auditor mungkin
memperhatikan apabila perusahaan tidak memiliki pemberitahuan keselamatan yang
jelas di pabriknya dan tidak menampilkan pemberitahuan pintu keluar darurat dan
prosedur yang jelas

E. Pihak Berelasi

PSAK 7 mendefinisikan pihak berelasi sebagai orang atau entitas yang terkait dengan
entitas klien dalam menyiapkan laporan keuangannya. Ini bisa karena mereka merupakan
direksi, pemilik atau investor utama dari klien dan dapat termasuk keluarga dari direksi atau
pemilik. Ini penting bahwa apabila menemukan adanya transaksi yang melibatkan pihak-
pihak ini selama audit Saudara harus mencatatnya pada dokumen audit. Direksi harus
memberikan daftar lengkap atas transaksi-transaksi pihak berelasi ini. Namun, kita harus
yakin bahwa daftar mereka lengkap, dan dengan membandingkan transaksi yang Saudara
temukan dengan daftar dari direksi kita dapat memperoleh bukti mengenai keandalannya.

1. Sifat dari Transaksi Pihak Berelasi

Transaksi dengan pihak berelasi dapat dilakukan dengan ketentuan yang mungkin
tidak sama seperti pada sebuah transaksi yang wajar dan lazim dengan pihak ketiga yang
independen. Pendekatan yang diadopsi di dalam standar pelaporan keuangan yakni untuk
mengungkapkan jumlah dan hubungan yang relevan sehingga pembaca dari laporan
keuangan dapat memutuskan untuk diri mereka sendiri apakah transaksi tersebut
menyebabkan manipulasi laporan keuangan. Pihak berelasi adalah orang atau perusahaan
yang mungkin memiliki, atau diekspektasikan untuk memiliki, pengaruh yang tidak
semestinya terhadap perusahaan yang sedang diaudit. Sebagai contoh (namun daftar
lengkapnya jauh lebih panjang), direksi dan manajemen kunci dari perusahaan, bersama
dengan keluarga mereka, dianggap sebagai pihak berelasi perusahaan tersebut, perusahaan
lain yang dikendalikan oleh mereka, perusahaan lain di dalam grup yang sama, dan
sebagainya. SA 550 merinci pekerjaan audit yang disyaratkan terkait dengan transaksi pihak
berelasi. Pekerjan tersebut dapat dibagi menjadi tiga tahapan utama dari audit (1)
Perencanaan, (2) Pekerjaan rinci dan (3) Penelaahan.

Auditor perlu untuk mempertimbangkan risiko bahwa terdapat transaksi pihak


berelasi material yang tidak diungkapkan. Ini merupakan sebuah area yang sangat sulit,
karena aturan materialitas untuk transaksi pihak berelasi tidak seperti umumnya. Aturan
umum menilai materialitas dengan mengacu pada perusahaan yang sedang diaudit, padahal
transaksi pihak berelasi yang material dinilai baik dengan mengacu pada perusahaan yang
sedang diaudit maupun mengacu pada pihak berelasi individu (yang bisa jadi jauh lebih kecil
daripada perusahaan yang sedang diaudit). SA 550 mengakui bahwa risiko dari salah saji
material lebih tinggi ketika terdapat transaksi pihak berelasi karena hal berikut:

a. Kerumitan hubungan dan struktur pihak berelasi


b. Sistem informasi yang mungkin tidak efektif dalam mengidentifikasi transaksi pihak
berelasi
c. Ketentuan pasar normal mungkin tidak berlaku Auditor juga perlu untuk mengingat
bahwa kecurangan dapat lebih mudah dilakukan melalui pihak berelasi, dan prosedur
audit perlu dirancang sesuai dengan hal tersebut.
F. Skeptisisme profesional

Secara khusus dalam audit, Standar Profesional Akuntan Publik (IAPI,


2011) menjelaskan bahwa skeptisisme profesional adalah sikap yang selalu
mempertanyakan dan melakukan evaluasi bukti audit secara kritis. Pengertian
serupa dipaparkan dalam International Standards on Auditing (IAASB, 2009),
skeptisisme profesional adalah sikap yang meliputi pikiran yang selalu bertanyatanya
(questioning mind), waspada (alert) terhadap kondisi dan keadaan yang
mengindikasikan adanya kemungkinan salah saji material yang disebabkan oleh
kesalahan atau kesengajaan (fraud), dan penilaian (assessment) bukti-bukti audit
secara kritis. Konsep skeptisisme profesional yang tercermin dalam standar
tersebut adalah sikap selalu bertanya-tanya, waspada, dan kritis dalam
melaksanakan seluruh proses audit. Singkatnya, skeptis adalah sebuah sifat kehati-hatian atau
kewaspadaan terhadap bukti atau kondisi perusahaan auditee.

Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), Standar Audit (SA) 200 dikenal istilah
“Skeptisisme Profesional”. Skeptisisme profesional mencakup hal-hal berikut ini:
1. Bukti audit yang bertentangan dengan audit lain yang diperoleh.
2. Keadaan yang tidak ada kemungkinan adanya kemungkinan.
3. Kondisi yang diminta oleh SA (Audit Standar).
4. Informasi yang menimbulkan pertanyaan tentang tindakan dan bukti terhadap
permintaan permintaan digunakan sebagai bukti audit mempertahankan skeptisisme
profesional selama audit diperlukan jika auditor berusaha untuk mengurangi risiko
seperti misalnya kegagalan dalam melihat kondisi-kondisi tidak lazim, terlalu keliru
menganggap kesimpulan dari observasi audit dan menggunakan asumsi yang tidak
tepat dalam menetapkan sifat, saat, dan prosedur audit serta atas hasilnya.
Skeptisisme profesional diperlukan dalam hal penting atas bukti audit. Hal ini
ditunjukkan untuk mempertanyakan bukti audit yang kontradiktif, dokumen dan tanggapan
terhadap pertanyaan, dan informasi lain yang diperoleh dari manajemen dan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola. Hal ini juga mencakup pertimbangan tunggal mengenai
penilaian dan ketepatan bukti audit yang diperoleh sesuai kondisi perikatan, sebagai contoh:
dalam hal ketika terdapat faktor risiko dan suatu dokumen, yang rentan terhadap kejadian,
merupakan satu-satunya bukti bagi suatu angka laporan keuangan.
Auditor dapat menganggap catatan dan dokumen yang diterimanya asli, kecuali
auditor memiliki alasan untuk sebaliknya. Namun, auditor tetap diharuskan untuk
mempertimbangkan informasi yang akan digunakan sebagai bukti audit. Jika terdapat
keraguan terhadap informasi atau terdapat indikasi kemungkinan adanya kecurangan (sebagai
contoh, jika kondisi yang selama audit menyebabkan auditor untuk yakin bahwa suatu
dokumen tidak autentik atau dokumen telah dimanipulasi), SA mengharuskan auditor untuk
menginvestigasi lebih lanjut dan menentukan perlunya dilakukan modifikasi atau
penambahan terhadap prosedur audit untuk menyelesaikan hal tersebut.
Auditor tidak dapat mengunjungi pengalaman lalu mengenai kejujuran dan integritas
manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas. Namun, suatu
keyakinan bahwa manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola adalah jujur
dan memiliki integritas tidak melepaskan auditor dari kebutuhan untuk memelihara
skeptisisme profesional atau mengizinkan auditor menerima bukti audit yang kurang
meyakinkan, ketika memenuhi kecukupan

G. Standar Operasional
(i) Perlunya standar profesional

Jasa audit atas laporan keuangan historis, sangat dibutuhkan terutama bagi perusahaan
yang akan melibatkan masyarakat umum untuk ikut serta dalam bisnis perusahaan tersebut,
baik melalui penawaran umum untuk saham perusahaan yang akan dijual pada masyarakat,
atau melalui penerbitan obligasi komersial. Para investor dan calon investor membutuhkan
informasi keuangan yang akuntable dan transparan, yang dapat dipenuhi oleh jasa audit,
investor, dan calon investor yang bertransaksi di bursa efek Indonesia, tidak saja dari
Indonesia, tetapi mereka dai berbagai Negara lainnya. Mereka membutuhkan transparansi
laporan keuangan, apabila masing masing Negara menyusun dan menerbitkan standar profesi
masing masing, yang berbeda satu dengan lainnya, maka transaparansi laporan keuangan
akan sangat terganggu. Demikian pula dengan standar auiditing, para investor akan
mengharapkan bahwa laporan keuangan dari emiten Indonesia telah diaudit dengan standar
yang sama seperti yang berlaku di Negara Negara lainnya. Pasal 66, Undang Undang
Republik Indonesia no 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, mewajibkan laporan
keuangan disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia.
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik, pasal 25,
mewajibkan akuntan publik untuk mematuhi dan melaksankan Standar Profesional Akuntan
Publik dan Kode Etik Profesi.
(ii) Standar audit dan asurans internasional

International Standards on Auditing adalah standar audit yang dikeluarkan oleh The
International Auditing and Assurance Standards Board (IAASB). IAASB ini merupakan
badan yang dibentuk oleh International Federation of Accountants (IFAC) sebagai badan
pembuat standar auditing dan assurance. Seperti yang sudah diketahui bersama bahwa IFAC
merupakan the organization for the accountancy profession with members and associates in
127 countriesHarmonisasi . Perkembangan pasar modal berarti semakin banyak unvestor dari
berbagai negara bertransaksi di bursa efek Indonesia, kondisi ini menuntut adanya
harmonisasi standar profesi di Indonesia, baik standar akuntansi keuangan maupun standar
auditing. Dalam perjalanan pasar modal di Indonesia, proses harmonsasi telah dimulai sejak
hadirnya pasr modal.dimulai dengan adaptasi dan harmonisasi dengan standar profesi dari
Amerika Serikat, yang kemudian pada tahun 2010 mulai melakukan adosi IFRS oleh Dewan
Standar Akuntansi Keuangan, dilanjutkan pada tahun 2011 adopsi standar audit dan
asurans.yang diterbitkan oleh IAASB.

Standar yang dikeluarkan oleh IAASB terbagi menjadi tiga kategori:

a. Standar audit dan review informasi keuangan historis. Standar ini terdiri dari dua
standar yaitu International Standard on Auditing (ISAs) dan International Standard on
Review Engagement (ISRES).
b. Standar penugasan assurance selain audit atau rivew laporan keuangan historis. Untuk
standar ini, IAASB mengeluarkan International Standard Assurance Engagemnets
(ISAES).
c. Standar jasa lainnya. Untuk kategori ini, IAASB menerbitkan standar yang diterapkan
pada penugasan kompilasi, pengolahan informasi, jasa penugasan lain yaitu
International Standard on Related Service (ISRSs). ISA merupakan salah satu produk
dari standar audit informasi keuangan historis yang cakupannya lebih terbatas pada
KAP dan para praktisinya (partner dan staf KAP) saja. Berbeda dengan International
Financial Reporting Standards (IFRS) yang cakupannya lebih luas karena melibatkan
perusahaan dari segala macam ukuran, bentuk hukum, bentuk kepemilikan, dan
bentuk latar belakang investasi yang berbeda pula. Sehingga IFRS lebih dikenal
daripada ISA diberbagai negara. ISA di Indonesia juga belum terlalu dikenal oleh
berbagai kalangan. Selain disebabkan arena lingkup cakupannya, di Indonesia ISA
juga baru mulai diadopsi mulai 1 Januari 2014 untuk audit atas laporan keuangan
2013.

H. Pengendalian internal

Resiko usaha atau business risk, selalu ada disetiap jenis usaha, baik perusahaan besar
maupun UKM (Usaha Kecil Menengah). Business Risk melekat pada setiap kegiatan usaha,
resiko ini disebut dengan Inherent Risk yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai
Resiko Bawaan. Apabila tidak dikendalikan, kemungkinan terjadi kegagalan bisnis, yang
selanjutnya berdampak pada kesalahan yang terjadi pada laporan keuangan. Proses akuntansi
(accounting process), informasi keuangan diawali dengan terjadinya suatu transaksi,
kemudian dicatat, diikhtisarkan, diklasifikasikan dan disusunnya laporaan keuangan. Disetiap
proses tidak lepas dari resiko, apabila resiko - resiko tersebut tidak diidentifikasi dan
dianalisa dan tidak dikendalikan tingkat kemungkinan terjadinya kesalah pada laporan
keuangan menjadi tinggi, kemungkinan kesalahan tersebut termasuk terjadinya penipuan atau
kecurangn melalui laporan keuangan (financial statement fraud). Disetiap titik kritis pada
suatu proses harus diciptakan alat untuk mengendalikan (control device) proses untuk
menurunkan tingkat kemungkinan terjadinya kesalahan atau kegagalan pada proses itu.
Ilustrasi yang sederhana dapat kita perhatikan kusir delman atau pedati yang menggunakan
tali kekang atau tali kendali kuda, dan sebuah cambuk untuk mengendalikan kuda yang
menarik gerobak delman atau pedati. Sistem pengendalian internal atau internal control
system harus dirancang untuk tujuan:

a. Menjaga aset atau harta kekayaan organisasi.

b. Memeriksa dan mengidentifikasi keunggulan data akuntansi.

c. Mendorong efisiensi dalam operasional organisasi

d. Mendorong kepatuhan para staf terhadap kebijakan yang telah ditetapkan dalam organisasi.

Sistem pengendalian harus dirancang (desaign) sesuai dengan keubutuhan perusahaan


dan berjalan dengan efektif. Sistem pengendalian yang secanggih apapun mempunyai
keterbatasan bawaan (inherent limitation), yaitu apabila terjadi kolusi diantara pemegang
kendali. Pada semua kasus penipuan keuangan (financial fraud), yang terjadi adalah para
direksi perusahaan yang melakukan pembobolan sistem pengendalian (management over-
ride).
I. Etika profesional
1. Perlunya etika profesional

Pentingnya etika profesional yakni bahwa agar jasa akuntansi menjadi berarti, publik
harus mempercayai akuntan. Kepercayaan dibangun dengan pengetahuan bahwa akuntan
terikat oleh sebuah kode etik profesional. Independensi dan objektivitas (fitur utama dari
Kode Etik Akuntan Profesional) penting bagi pemberian jasa asurans. Profesi akuntansi
memiliki citra yang paradoks. Di satu sisi Akuntan dipandang sebagai pilar masyarakat yang
memberikan informasi keuangan yang dapat diandalkan di kehidupan pekerjaan. Sisi lainnya
yakni citra atas skema pajak yang agresif, skandal keuangan dan pencucian uang.

Akuntan meyakini bahwa informasi keuangan penting. Penting bagi pemerintah,


pemegang saham, manajemen dan sejumlah pemangku kepentingan lain, bahwa laporan dan
informasi keuangan dan lainnya yang diberikan oleh akuntan dapat diandalkan dan dapat
digunakan oleh pihak lain. Sehingga pekerjaan yang dilakukan oleh akuntan dan penyedia
asurans lainnya memiliki manfaat untuk kepentingan publik.

Oleh karena itu, apabila profesi ini bertahan dan berkembang, dan apabila anggotanya
menjaga posisi mereka, harus terdapat kode etik sehingga publik merasa bahwa mereka dapat
mempercayai akuntan.

2. Kode etik akuntan profesional

IAI mengeluarkan Kode Etik Akuntan Profesional IAI - Prinsip Dasar. Prinsip dasarnya
yaitu:

1) Integritas adalah bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan profesional dan
bisnis. Akuntan profesional tidak boleh terkait dengan laporan, pernyataan resmi,
komunikasi, aau informasi lain ketika akuntan profesional meyakini bahwa informasi
tersebut terdapat:
- Kesalahan yang material atau pernyataan yang menyesatkan;
- Pernyataan atau informasi yang dilengkapi secara sembarangan; atau
- Penghilangan atau pengaburan informasi yang seharusnya diungkapkan sehingga
akan menyesatkan.
2) Objektivitas adalah tidak membiarkan bias, benturan kepentingan, atau pengaruh
yang tidak semestinya dari pihak lain, yang dapat mengesampingkan
pertimbangan profesional atau bisnis.
3) Kompetensi dan kehati-hatian profesional adalah menjaga pengetahuan dan
keahlian profesional pada tingkat yang dibutuhkan untuk memastikan bahwa
klien atau pemberi kerja akan menerima jasa profesional yang kompeten
berdasarkan perkembangan praktik, peraturan, dan teknik mutakhir, serta
bertindak sungguh-sungguh dan sesuai dengan teknik dan standar profesional
yang berlaku. Akuntan profesional mengambil langkah-langkah yang rasional
untuk menjamin bahwa orang-orang yang bekerja di bawah kewenangannya telah
memperoleh pelatihan dan pengawasan yang memadai.
4) Kerahasiaan adalah menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh dari hasil
hubungan profesional dan bisnis dengan tidak mengungkapkan informasi tersebut
kepada pihak ketiga tanpa kewenangan yang memadai dan spesifik, kecuali jika
terdapat hak atau kewajiban hukum atau profesional untuk mengungkapkannya,
serta tidak menggunakan informasi tersebut untuk keuntungan pribadi akuntan
profesional atau pihak ketiga. Akuntan profesional menjaga kerahasiaan
informasi, termasuk dalam lingkungan sosialnya, serta waspada terhadap
kemungkinan pengungkapan yang tidak disengaja terutama kepada rekan bisnis
dekat atau anggota keluarga dekat.
MATERI II

ISU TERKINI

A. Harmonisasi dengan standar global

“Harmonisasi” merupakan proses untuk meningkatkan kompabilitas (kesesuaian)


praktik akuntansi dengan menentukan batasan-batasan seberapa besar praktik-praktik tersebut
dapat beragam. Standar harmonisasi ini bebas dari konflik logika dan dapat meningkatkan
komparabilitas (daya banding) informasi keuangan yang berasal dari berbagai negara. Upaya
untuk melakukan harmonisasi standar akuntansi telah dimulai jauh sebelum
pembentukan International Accounting Standards Committee (IASC) pada tahun 1973.
Harmonisasi akuntansi internasional merupakan salah satu isu terpenting yang dihadapi oleh
pembuat standar akuntansi, badan pengatur pasar modal, bursa efek, dan mereka yang
menyusun atau menggunakan laporan keuangan.
Harmonisasi akuntansi mencakup harmonisasi standar akuntansi (yang berkaitan
dengan pengukuran dan pengungkapan); pengungkapan yang dibuat oleh perusahaan-
perusahaan publik terkait dengan penawaran surat berharga dan pencatatan pada bursa efek
dan standar audit.
Adapun Pro dan kontra harmonisasi akuntansi, yaitu terdiri dari :
1. Keuntungan harmonisasi akuntansi Internasional
a. Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruhdunia
tanpa hambatan berarti. Standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang
digunakan secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi lokasi modal.
b. Investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih baik, portfolio akan lebih
beragam dan risiko keuangan berkurang.
c. Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan strategi
dalam bidang merger dan akuisisi.
d. Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standar dapat disebarkan
dalam mengembangkan standar global yang berkualitas tertinggi

2. Kritik atas standar Internasional Internasionalisasi standar akuntansi juga menuai


kritik. Pada awal tahun 1971 (sebelum pembentukan IASC), beberapa pihak
mengatakan bahwa penentuan standar internasional merupakan solusi yang terlalu
sederhana atas masalah yang rumit. Dinyatakan pula bahwa akuntansi, sebagai ilmu
sosial, telah memiliki fleksibilitas yang terbangun dengan sendiri di dalamnya dan
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang sangat berbeda merupakan
salah satu nilai terpenting yang dimilikinya. Lebih jauh lagi, ditakutkan bahwa adopsi
standar internasional akan menimbulkan “standar yang berlebihan”. Perusahaan harus
merespons terhadap susunan tekanan nasional, sosial, politik, dan ekonomi yang
semakin meningkat dan semakin dibuat untuk memenuhi ketentuan internasional
tambahan yangrumit dan berbiaya besar. Argumen terkait adalah perhatian politik
nasional seringkali berpengaruh terhadap standar 34 akuntansi dan bahwa pengaruh
politik internasional tidak terhindari lagi akan menyebabkan kompromi standar
akuntansi.
Adapun Enam organisasi telah menjadi pelaku utama dalam penentuanstandar
akuntansi internasional dan dalam mempromosikan harmonisasi
akuntansiinternasional :
1) International Accounting Standard Board (IASB) Badan Standar Akuntasi
Internasional (IASB) merupakan badan pembuat standar sektor swasta yang
independen yang didirikan pada tahun 1973 oleh organisasi akuntansi professional
di sembilan negara dan direstrukturisasi pada tahun 2001.
2) Komisi Uni Eropa (EU) Komisi Uni Eropa (EU) memiliki tujuan untuk mencapai
integrasi pasar keuangan Eropa. Untuk mencapai tujuan ini, EC telah
memperkenalkan direktif dan mengambil langkah inisiatif yang sangat besar
untuk mencapai pasar tunggal.
3) Organisasi Internasional Komisi Pasar Modal (IOSCO) Organisasi Internasional
Komisi Pasar Modal (IOSCO) beranggotakan sejumlah badan regulator pasar
modal yang ada di lebih dari 100 negara.
4) International Federation of Accountant (IFAC) IFAC merupakan organisasi
tingkat dunia yang memiliki 159 organisasi anggota di 118 negara, yang mewakili
lebih dari 2,5 juta orang akuntan.
5) Kelompok kerja ahli pemerintah PBB dalam ISAR dan UNTACD. Kelompok
kerja Ahli Antar Pemerintah Perserikatan Bangsa – Bangsa atas Standar
Internasional Akuntansi dan Pelaporan (ISAR) merupakan satu-satunya kelompok
kerja antar pemerintah yang membahas akuntansi dan audit pada tingkat
perusahaan.
6) Kelompok kerja dalam OECD. Kelompok kerja dalam Standar Akuntansi
Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (EOCD) merupakan
organisasi internasional negara-negara industri maju yang berorientasi pada
ekonomi pasar.
Standar akuntansi di Indonesia saat ini belum menggunakan secara penuh (full
adoption) standar akuntansi internasional atau International Financial Reporting
Standard (IFRS). Standar akuntansi di Indonesia yang berlaku saat ini mengacu pada
US GAAP (United Stated Generally Accepted Accounting Standard), namun pada
beberapa pasal sudah mengadopsi IFRS yang sifatnya harmonisasi. Adopsi yang
dilakukan Indonesia saat ini 37 sifatnya belum menyeluruh, baru sebagian
(harmonisasi). Era globalisasi saat ini menuntut adanya suatu sistem akuntansi
internasional yang dapat diberlakukan secara internasional di setiap negara, atau
diperlukan adanya harmonisasi terhadap standar akuntansi internasional, dengan
tujuan agar dapat menghasilkan informasi keuangan yang dapat diperbandingkan,
mempermudah dalam melakukan analisis kompetitif dan hubungan baik dengan
pelanggan, supplier, investor, dan kreditor. Namun proses harmonisasi ini memiliki
hambatan antaralain nasionalisme dan budaya tiap-tiap negara, perbedaan sistem
pemerintahan pada tiap-tiap negara, perbedaan kepentingan antara perusahaan
multinasional dengan perusahaan nasional yang sangat mempengaruhi proses
harmonisasi antar negara, serta tingginya biaya untuk merubah prinsip akuntansi.
Indonesia perlu mengadopsi standar akuntansi international untuk
memudahkan perusahaan asing yang akan menjual saham di negara ini atau
sebaliknya. Namun demikian untuk mengadopsi standar international itu bukan
perkara mudah karena memerlukan pemahaman dan biaya sosialisasi yang mahal.
Indonesia sudah melakukannya namun sifatnya baru harmonisasi dan selanjutnya
akan dilakukan full adoption atas standar internasional tersebut. Adopsi standar
akuntansi international tersebut terutama untuk perusahaan publik. Hal ini
dikarenakan perusahaan publik merupakan perusahaan yang melakukan transaksi
bukan hanya nasional tetapi juga secara internasional. Jika terjadi jual beli saham di
Indonesia atau sebaliknya, tidak akan lagi dipersoalkan perbedaan standar akuntansi
yang dipergunakan dalam penyusunan laporan. Ada beberapa pilihan untuk
melakukan adopsi, menggunakan IAS apa adanya, atau harmonisasi. Harmonisasi
adalah kita yang menentukan mana saja yang harus diadopsi , sesuai dengan
kebutuhan. International Accounting Standard.
Harmonisasi adalah kita yang menentukan mana saja yangharus diadopsi ,
sesuai dengan kebutuhan. Contohnya adalah PSAK no 24, itu mengadopsi
sepenuhnya IAS nomor 19. Standar berhubungan dengan imbalan kerja atau
employee benefit. Bapepam telah memberikan sinyal kepada semua perusahaan go
public tentangkerugian apa yang akan kita hadapi bila kita tidak melakukan
harmonisasi, Dalam pernyataannya Bapepam menjelaskan bahwa kerugian yang
berkaitan dengan pasar modalyang masuk ke Indonesia, maupun perusahaan
Indonesia yang listing di bursa efek di Negaralain. Perusahaan Asing akan kesulitan
untuk menterjemahkan laporan keuangannya dulusesuai standar nasional kita
sebaliknya perusahaan Indonesia yang listing di Negara lain, juga cukup kesulitan
untuk membadingkan laporan keuangan sesuai standar di Negara tersebut.Hal ini akan
menghambat perekonomian dunia, dan aliran modal akan berkurang dan tidak
mengglobal.
Keuntungn Harmonisasi Internasional :
 Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia
tanpahambatan. Standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan
secara konsisten diseluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi modal.
 Investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih baik; portofolio akan
lebih beragam dan risiko keuangan berkurang.
 Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan strategi
dalam bidang merger dan akuisisi.
 Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standard pat disebarkan
dalam mengembangkan standar global yang berkualitas tertinggi.

B. Kegagalan audit dan ekspektasi pengguna laporan keuangan yang


diaudit

Kesenjangan ekspektasi adalah kesenjangan antara pengguna dari laporan asurans


jawab perihal laporan tersebut dan perusahaan yang bertanggung. Kesenjangan yang disebut
ini yaitu antara ekspektasi pengguna dari laporan asurans, terutama laporan audit, dan
tanggung jawab legal perusahaan asurans. Sebagai contoh, pengguna dari laporan keuangan
mungkin berekspektasi bahwa perikatan asurans melibatkan pemeriksaan atas setiap
transaksi, sementara perusahaan asurans menilai bahwa pemeriksaan berdasarkan pengujian
sudah cukup. Ini semakin diperparah oleh kebingungan tentang makna laporan yang
diberikan auditor. Kesalahpahaman yang dibuat oleh pengguna laporan keuangan awam
dapat diringkas sebagai berikut:
a. Banyak yang meyakini bahwa tanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan
terletak pada auditor, bukan pada manajemen.
b. Secara luas dipercaya oleh masyarakat umum bahwa tugas utama auditor yakni untuk
mendeteksi kecurangan, padahal sebenarnya tugasnya yakni untuk membuat sebuah
laporan mengenai apakah laporan keuangan salah saji secara material atau tidak,
terlepas dari apakah salah saji tersebut muncul sebagai akibat dari kecurangan.
c. Umumnya para pengguna laporan keuangan juga kurang memiliki persepsi mengenai
konsep materialitas dan meyakini bahwa auditor memeriksa seluruh transaksi yang
dilakukan oleh perusahaan.
d. Publik pada umumnya menganggap bahwa laporan audit yang dilampirkan pada
laporan keuangan berarti bahwa laporan keuangan tersebut benar', dan bukan hanya
berarti bahwa terdapat keyakinan yang mema ai bahwa laporan tersebut memberikan
pandangan yang benar dan wajar.

Berbagai langkah telah diambil untuk mencoba mengurangi kesenjangan ekspektasi, yaitu:

1. Perluasan laporan audit. SA 700 revisi menyaratkan auditor untuk melaporkan risiko
salah saji material yang diidentifikasi oleh auditor, dan bagaimana auditor telah
mengaplikasikan konsep materialitas. Auditor juga diharuskan untuk memberikan
ikhtisar atas ruang lingkup audit, menunjukkan bagaimana risiko yang
diidentifikasikan telah ditangani.
2. Surat perikatan. Ketika perusahaan mengeluarkan surat perikatan, surat tersebut
mencakup sebuah paragraf yang mengingatkan direksi atas tanggung jawab mereka
dan menetapkan tanggung jawab perusahaan (asurans).
3. Memasukkan paragraf terkait dengan tanggungjawab direksi/auditor dalam surat
perikatan. Persyaratan pelaporan diperluas dengan panduan atas penyusunan laporan
audit, untuk memasukkan pernyataan atas tanggungjawab direksi. Ini berfungsi
untukmembuat tanggungjawab masing-masing dari manajemen dan auditor lebih jelas
bagi pengguna laporan keuangan.
4. Peran komite audit, yang bekerja sama dengan auditor dan menerima laporan dari
auditor eksternal maupun internal. Keberadaan komite audit berfungsi sebagai
pengingat atas pembagian tanggungjawab antara auditor dan manajemen.
Pengungkapan yang dibuat di laporan tahunan perusahaan mengenai praktik tata
kelolanya harus memuat ulasan mengenai pekerjaan dari komite auditnya.
Auditor diharapkan dapat mendeteksi dan memperbaiki atau mengungkapkan penghilangan
atau kesalahan saji informasi keuangan yang material. Ketika auditor gagal untuk memenuhi
ekspektasi ini, maka kegagalan audit adalah hasil yang tidak dapat dielakan. Maka kemudian tingkat
kualitas auditlah yang dapat menghindarkan terjadinya kegagalan audit. Kualitas audit (audit quality)
didefinisikan sebagai probabilitas bahwa laporan keuangan tidak memuat penghilangan ataupun
kesalahan penyajian yang material. Kualitas audit juga didefinisikan dari segi resiko audit, dengan
jasa bermutu tinggi akan mencerminkan risiko audit yang lebih kecil. Risiko audit (audit risk)
didefinisikan sebagai risiko bahwa “auditor kemungkinan dengan tanpa sepengetahuannya gagal
untuk dengan tepat memodifikasi pendapatnya atas laporan keuangan yang memuat kesalahan
penyajian yang material.

Namun kegagalan audit memang terjadi, dan sebagai konsekuensinya, akan membuat
kantor akuntan publik berhadapan dengan litigasi yang merugikan dan hilangnya reputasi,
belum termasuk keputusan yang diberikan oleh pengadilan dan penyelesaian diluar
persidangan.kerugian yang dialami klien atau penggunalah yang mengarah terjadinya situasi
ligitasi dan potensi pembayaran kepada penggugat. Ligitasi dapat digunakan sebagai suatu
ukuran tidak langsung dari kualitas audit dengan menggunakan suatu hubungan terbalik-
auditor dengan tingkat ligitasi yang relatif rendah (tinggi) berarti menawarkan kualitas audit
yang lebih tinggi (lebih rendah). 

Tetapi tidak semua ligitasi langsung berasal dari kegagalan audit. Di sebuah studi
yang menguraikan peranan kegagalan bisnis dan kecurangan manajemen baik pada langkah
hukum yang dilakukan melawan auditor maupun penyelesaiannya. Hampir dari setengah
kasus-kasus yang melibatkan kegagalan audit melibatkan

(a) kegagalan bisnis atau klien dengan tingkat kesulitan keuangan yang parah, dan
(b) kebanyakan tuntutan hukum yang melibatkan klien-klien yang bangkrut juga
melibatkan kecurangan manajemen.

Temuan ini menunjukkan kenyataan bahwa kegagalan bisnis dan kecurangan


manajemen memainkan peranan yang sangat penting dalam terjadinya kegagalan audit,
yang meminta auditor untuk mengambil sikap yang bertanggung jawab dalam pendeteksian
kecurangan, karena ia dapat mempengaruhi kualitas audit, risiko audit, dan potensi
terjadinya litigasi yang merugikan. Meskipun kecurangan manajemen dan kegagalan bisnis
dapat memainkan peranan yang penting dalam kegagalan audit, terdapat alasan-alasan lain
dari kegagalan-kegagalan tersebut. Misalnya analisis yang diperluas oleh St. Pierre dan
Anderson terhadap kegagalan-kegagalan audit yang didokumentasikan mengidentifikasi
tiga alasan lain:

(1) kesalahan yang berpusat pada interpretasi auditor atas prinsip-prisip akuntansi yang
berlaku umum,

(2) kesalahan yang berpusat pada interpretasi auditor atas standar audit yang berlaku
umum atau implementasi dari standar audit yang berlaku umum dan

(3) kesalahan atau kelalaian auditor dalam beberapa hal yang meliputi; Merencanakan
audit; Melakukan audit; Menarik kesimpulan dari pekerjaan yang dilakukan.

Kegagalan ini biasanya dapat ditelususri ke satu dari empat penyebab utama yaitu:

a. Kegagalan untuk secara tepat menilai risiko audit


b. Kegagalan untuk merespon risiko audit dengan sesuai
c. Kegagalan untuk mengenali dan merespon situasi dimana obyektivitas auditor
terancam
d. Kegagalan untuk mengenali dan merespon situasi diluar area kompetensi.

Auditor mungkin tidak bersalah apabila:

- Dampaknya tidak material


- Laporan keuangan, meskipun peristiwa tersebut terjadi, masih memberikan
pandangan yang benar dan wajar
- Prosedur auditor telah secara sesuai direncanakan, dilaksanakan dan
didokumentasikan namun peristiwa tersebut tidak dapat dideteksi untuk
beberapa alasan, mungkin kecurangan yang dilakukan dengan hati-hati atau
perubahan yang mendadak dan dahsyat yang menyebabkan kehancuran
perusahaan.
MATERI III

PENERIMAAN DAN PENGELOLAAN PERIKATAN ASURANS DAN PERIKATAN


AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN HISTORIS

A. Penerimaan Perikatan
1. Analisis risiko

Suatu perikatan audit kemungkinan memiliki potensi risiko. Colbert et al (1996)


menyatakan bahwa risiko perikatan menunjukkan risiko secara keseluruhan yang berkaitan
dengan suatu perikatan audit. Risiko perikatan terdiri dari risiko bisnis klien, risiko audit, dan
risiko bisnis auditor (Ramdhani, 2019).

(1) Risiko Bisnis Klien


Risiko bisnis klien timbul karena kemungkinan klien akan gagal memenuhi
keandalan laporan keuangan, efisiensi dan efektifitas operasi, serta kepatuhan terhadap
hukum yang berlaku. Pemahaman proses dan sifat bisnis serta lingkungan klien sangat
diperlukan oleh auditor untuk menilai risiko bisnis dan menilai pengendalian intern
klien. Sehingga, auditor dapat menentukan respon atas risiko yang mungkin muncul
ataupun menghindari hubungan dengan klien yang tidak memiliki integritas. Keputusan
penerimaan klien merupakan langkah penting sebelum memulai perikatan. Untuk
memutuskan menerima atau menolak klien adalah hal yang penting dan kompleks, yang
akan memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi auditor dan klien. Tahap
keputusan penerimaan klien mencakup sebagian besar langkah audit laporan keuangan
tetapi pada skala yang lebih kecil. Penilaian atas calon klien dengan cermat dan ekstensif
akan memberikan kontribusi pada perencanaan dan kinerja perikatan audit yang lebih
baik, sehingga mengurangi biaya dan kesalahan audit
(2) Risiko Audit
Risiko audit timbul karena kemungkinan auditor akan gagal mendeteksi salah saji
yang material pada laporan keuangan, tetapi auditor memberikan opini wajar tanpa
modifikasian atas laporan keuangan tersebut. Untuk menyatakan opini atas suatu laporan
keuangan berdasarkan pertimbangan profesionalnya, auditor harus meminimalisir risiko
audit hingga pada tingkat yang rendah. Pada saat merencanakan audit dan merancang
prosedur audit, risiko audit perlu dipertimbangkan. Sehingga, rencana audit dan prosedur
audit efektif dalam mendeteksi kemungkinan salah saji material pada laporan keuangan.
(3) Risiko Bisnis Auditor
Risiko bisnis auditor timbul karena kemungkinan auditor atau kantor akuntan
publik akan menerima kerugian dari perikatan dengan kliennya. Atas suatu perikatan
auditor mungkin akan terpapar kerugian pada praktik profesionalnya karena tuntutan
hukum, reputasi yang buruk, dan kerugian lain yang diakibatkan oleh hasil auditnya.
Dengan mempertimbangkan risiko bisnis yang mungkin dihadapinya, auditor cenderung
menolak klien yang akan mengancam bisnisnya.
2. Etika profesi: independensi

Pada dasarnya prinsip dasar etika profesi ini memiliki hubungan yang sangat erat
dengan penerimaan perikatan audit. Oleh sebab itu, berdasarkan Kode Etik Profesi Akuntan
Publik Bagian A Seksi 100, terdapat beberapa prinsip dasar etika profesi yang harus dipatuhi
oleh setiap praktisi, yaitu :

1. Prinsip integritas, yaitu setiap praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan
profesinal dan hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya.

2. Prinsip objektivitas, yaitu setiap praktisi tidak boleh membiarkan subjektivitas, benturan
kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak (undue influence) dari pihak-pihak lain
memengaruhi pertimbangan profesional atau pertimbangan bisnisnya.

3. Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional (professional


competence and due care), yaitu setiap praktisi wajib memelihara pengetahuan dan keahlian
profesionalnya pada suatu tingkatan yang dipersyaratkan secara berkesinambungan, sehingga
klien atau pemberi kerja dapat menerima jasa profesional yang diberikan secara kompeten
berdasarkan perkembagan terkini dalam praktik, perundang-undangan, dan metode
pelaksanaan pekerjaan. Setiap praktisi harus bertindak secara profesional dan sesuai dengan
standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam memberikan jasa profesionalnya.

4. Prinsip kerahasiaan, yaitu setiap praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang
diperoleh sebagai hasil dari hubungan profesional dan hubungan bisnisnya, serta tidak boleh
mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan dari klien atau
pemberi kerja, kecuali jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkan sesuai dengan
ketentuan hukum atau peraturan lainnnya yang berlaku. Informasi rahasia yang diperoleh dari
hubungan profesional dan hubungan bisnis tidak boleh digunakan oleh praktisi untuk
keuntungan pribadinya atau pihak ketiga.
5. Prinsip perilaku profesional, yaitu setiap praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan
yang berlaku dan harus menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
Adanya prinsip dasar profesionalisme yang harus dipatuhi oleh praktisi menyebabkan
timbulnya ancaman akan adanya ketidakpatuhan praktisi dalam menjalankan prinsip dasar
etika profesi (Ristiaji, 2020).

 Pengaruh Etika Auditor Terhadap Kinerja Auditor menurut Sitohang dan Siagian
(2019), etika yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) bertujuan untuk
meningkatkan profesionalisme pada auditor sehingga auditor mampu meningkatkan
kinerjanya secara professional. Artinya semakin tinggi penerapan etika auditor maka
kinerja auditor mengalami peningkatan. Sebaliknya, jika etika auditor rendah, maka
hasil kerja juga merendah (tidak professional).
 Pengaruh Independensi Terhadap Kinerja Auditor Primadana dan Sudjiman (2021)
berpendapat bahwa auditor harus jauh dari tekanan yang menimbulkan subjektifitas
saat melakukan audit laporan keuangan. Artinya sifat objektif atau independensi
mampu meningkatkan kinerja auditor agar sesuai dengan keadaan yang sejujurnya.
Sikap objektif ini merupakan hal penting dari hasil kerja (kinerja) auditor. Oleh sebab
itu peningkatan independensi mampu meningkatkan kinerja auditor (Situmorang &
Sudjiman, 2022).
 Pengaruh Etika Auditor dan Independensi Terhadap Kinerja Auditor. Auditor
merupakan salah satu profesi yang membutuhkan sikap professional sehingga
memerlukan peningkatan etika dan independensi dari setiap auditor. Tidak adanya
sikap professional (etika) dan sikap objektif (independensi) pada diri auditor
berdampak pada pelanggaran peraturan perundangan yang berlaku dan menyebabkan
hasil kerja (kinerja) auditor tidak berlaku. Oleh karenanya, semakin tinggi etika
auditor dan independensi berfungsi pada peningkatan kinerja auditor. Pernyataan ini
didukung dari hasil penelitian Sidauruk dan Fatullah (2018), Monique dan Nasution
(2020), Marita dan Gultom (2018) dan Prambowo dan Riharjo (2020).
 Kode Etik Akuntan Profesional IAI Ancaman terhadap Objektivitas dan Independensi
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika dapat berasal dari situasi dan
keadaan yang dihadapi oleh akuntan profesional. Di samping itu, sifat perjanjian dan
penugasan kerja mungkin berbeda, sehingga menimbulkan ancaman yang berbeda dan
membutuhkan perlindungan yang berbeda-beda (Ramdhani, 2019).
Ancaman tersebut sebagai berikut ini:
 Ancaman kepentingan pribadi adalah ancaman yang terkait dengan kepentingan
keuangan atau kepentingan lain yang akan memengaruhi pertimbangan atau perilaku
akuntan profesional secara tidak layak.
 Ancaman telaah pribadi adalah ancaman yang terjadi akibat dari akintan profesional
tidak dapat sepenuhnya melakukan evaluasi atas pertimbangan yang dilakukan atau
jasa yang diberikan oleh akuntan profesonal lain pada kantor akuntan atau organisasi
tempatnya bekerja yang akan digunakan oleh akuntan profesional untuk melakukan
pertimbangan sebagai bagian dari jasa yang sedang diberikan.
 Ancaman advokasi adalah ancaman yang terjadi ketika akuntan profesional akan
mempromosikan posisi klien atau organisasi tempatnya bekerja sampai pada titik
yang dapat mengurangi objektivitasnya.
 Ancaman kedekatan adalah ancaman yang terjadi ketika akuntan profesional terlalu
bersimpati pada kepentingan klien atau organisasi tempatnya bekerja, atau terlalu
mudah menerima hasil pekerjaan mereka, karena hubungan yang dekat dan telah
berlangsung lama dengan klien atau oganisasi tempatnya bekerja.
 Ancaman intimidasi adalah ancaman yang terjadi ketika akuntan profesional dihalangi
untuk bertindak secara objektif karena tekanan yang nyata atau dirasakan, termasuk
upaya memengaruhi akuntan profesional secara tidak sepantasnya.
3. Sumber daya manusia

Auditor dalam hal ini mengevaluasi diri apakah ia memiliki kompetensi profesional
dalam menyelesaikan pekerjaannya. Kebutuhan sumber daya untuk mengaudit klien harus
dipertimbangkan. Hal ini penting karena mengingat sumberdaya yang dibutuhkan tersedia
atau tidak untuk menyelesaikan pekerjannya. Tersedia dalam hal ini adalah pengetahuan yang
relevan mengenai kondisi industri atau pada masalah audit, tingkat pengalaman yang relevan
mengenai persyaratan pelaporan dan ketentuan perundang-undangan. Jika semua sudah
terpenuhi ada satu hal lagi yang penting untuk dinilai yaitu waktu yang dibutuhkan. Waktu
menentukan hasil dari pengauditan yang dilakukan oleh auditor. Dalam hal ini apakah waktu
pengerjaan realistis untuk menyelesaikan suatu tugas yang diberikan.

Penilaian atas kompetensi untuk melaksanakan audit secara jelas tercantum dalam SA
220, paragraf 14 dan kemudian dijelaskan dalam paragraf A11, yaitu ketika
mempertimbangkan kompetensi dan kemampuan yang tepat atas tim perikatan, rekan harus
mempertimbangkan hal-hal berikut :
1) Pemahaman dan pengalaman praktik atas perikatan audit.

2) Pemahaman standar profesi serta ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku.

3) Keahlian teknis, termasuk keahlian dalam bidang teknologi informasi yang relevan dan
keahlian tertentu dalam bidang akuntansi atau audit

4) Pengetahuan industri yang relevan dengan bidang usaha klien.

5) Kemampuan menggunakan pertimbangan profesional

6) Pemahaman tentang kebijakan dan prosedur pengendalian mutu KAP

4. Isu hukum

Memperkirakan adanya persoalan hukum dan stabilitas keuangan klien dengan


prosedur yang dapat digunakan oleh auditor untuk mengidentifikasi hal-hal semacam itu
dengan mengajukan pertanyaan kepada manajemen, menganalisa laporan keuangan yang
pernah diterbitkan baik yang diaudit maupun yang tidak diaudit dan apabila ada mereview
laporan-laporan yang disampaikan kepada berbagai instansi.

Alasan auditor mengenai unsur pelanggaran hukum oleh klien, yang menyatakan
bahwa unsur pelanggaran hukum oleh klien dapat terjadi pada kondisi-kondisi yang pasti
terjadi, bukan sesuatu yang lazim. Secara tidak langsung, pelanggaran hukum ini dapat
merusak integritas manajemen yang menjadi pertimbangan auditor dalam mengambil
keputusan penerimaan perikatan audit. Dengan maksud bahwa auditor akan lebih untuk
mempertimbangkan integritas manajemen dibandingkan dengan unsur pelanggaran hukum
oleh klien.

B. Surat Perikatan Audit

Surat perikatan disyaratkan di dalam ISA 210. Merupakan persyaratan dari standar ini
bahwa ketentuan dari perikatan dimasukkan dalam tulisan. Bentuk dan konten dari sebuah
surat perikatan beragam, namun harus mencakup permasalahan-permasalahan berikut:

1) Tujuan dan ruang lingkup dari audit atas laporan keuangan (termasuk acuan pada
undang-undang, peraturan, kerangka pelaporan keuangan dan standar audit yang berlaku)
2) Tanggung jawab manajemen (termasuk tanggung jawab untuk laporan keuangan dan
sistem pengendalian internal perusahaan)
3) Tanggung jawab auditor
4) Bentuk dan konten dari laporan dan komunikasi yang akan timbul dari audit
5) Fakta bahwa karena sifat pengujian dan keterbatasan lainnya dari audit, terdapat risiko
yang tidak dapat dihindari bahwa beberapa salah saji material tetap tidak dapat ditemukan
6) Fakta bahwa auditor berhak atas akses yang tidak terbatas pada catatan, dokumen dan
informasi lainnya yang diminta sehubungan dengan audit
7) Ekspektasi bahwa manajemen akan memberikan representasi tertulis
8) Surat tersebut juga mencakup hal-hal praktis, seperti pengaturan terkait dengan
perencanaan, penggunaan atas pekerjaan ahli, hubungan dengan departemen audit
internal, biaya jasa audit dan pembatasan atas kewajiban auditor.

Apabila auditor diminta untuk mengubah perikatan ke perikatan yang memberikan


tingkatan asurans yang lebih rendah maka auditor harus mempertimbangkan ketepatan untuk
melakukannya. Tentu saja, apabila audit merupakan audit wajib auditor harus memberikan
audit yang sesuai dengan yang disyaratkan oleh hukum yaitu audit yang memberikan
keyakinan yang memadai atas kebenaran dan kewajaran dari perikatan. Apabila ketentuannya
diubah, auditor dan klien harus setuju dengan ketentuannya. Apabila auditor dan klien tidak
setuju, auditor harus mengundurkan diri dari pengaturan yang ada saat ini.

Tujuan dari surat perikatan tersebut yakni untuk:

a) Mendefinisikan secara jelas jangkauan dari tanggung jawab kami, dan jawab
perusahaan Bapak.
b) Meminimalisir kemungkinan adanya kesalahpahaman di antara kami Gonzo
Animations Ltd.
c) Memberikan konfirmasi tertulis mengenai penerimaan kami atas ruang lingkup audit
dan bentuk laporannya.

Isi dari surat perikatan ditetapkan di bawah ini, bersama, apabila diperlukan, pembenaran atas
dimasukkannya bagian tersebut.

1. Masing-masing dari tanggung jawab wajib dan profesional yang relevan (menghindari
kesalahpahaman).
2. Penjelasan atas ruang lingkup audit (sehingga kami menginformasikan mengenai apa
yang akan kami lakukan). Hal ini mencakup beberapa isu:
a) Audit akan dilakukan sesuai dengan Standar Audit yang dikeluarkan Institut Akuntan
Publik Indonesia.
b) Kami perlu nemperoleh pemahaman atas sistem akuntansi untuk menilai
kecukupannya sebagai dasar bagi penyusunan laporan keuangan.
c) Kami perlu memperoleh bukti yang relevan dan dapat diandalkan, yang cukup
memungkinkan kami untuk menarik kesimpulan yang masuk akal darinya.
d) Sifat dan jangkauan dari prosedur kami akan beragam tergantung pada penilaian atas
sistem akuntansi dan, apabila kami akan mengandalkannya, sistem pengendalian
internal.
e) Kami akan berupaya untuk merencanakan audit sehingga kami memiliki sebuah
ekspektasi yang wajar untuk mendeteksi salah saji material dalam laporan keuangan
atau catatan akuntansi yang berasal dari kecurangan, kesalahan, atau ketidakpatuhan
pada hukum atau peraturan namun bahwa pemeriksaan seharusnya tidak diandalkan
untuk mengungkapkan seluruh kecurangan, kesalahan, atau kejadian-kejadian
ketidakpatuhan yang mungkin ada (karena beberapa mungkin tidak material).
f) Dikarenakan oleh sifat pengujian dan keterbatasan inheren lainnya dari audit,
bersama dengan keterbatasan inheren dari sistem pengendalian internal, terdapat
risiko yang tidak dapat dihindari bahwa bahkan beberapa salah saji material dapat
tetap tidak ditemukan.
g) Penjelasan bahwa representasi manajamen mungkin diperlukan dalam bentuk tulisan
selama audit (ini hanya akan terjadi pada area audit dimana kami mengandalkan
representasi perusahaan Bapak).
h) Fakta bahwa kami mungkin mengirimkan sebuah surat berisi komentar, yang
menambah nilai dari audit, dengan menguraikan cara-cara yang berdasarkan diskusi
kami dapat ditingkatkan oleh bisnis.

Penting untuk menyepakati ketentuan dalam konteks audit wajib. Lebih penting lagi
apabila sebuah perusahaan ditunjuk untuk melaksanakan beberapa jenis penugasan lainnya.
Ketika tidak terdapat kerangka aturan yang rinci, akan terdapat risiko kesalahpahaman yang
jauh lebih besar atas kesalahpahaman sehingga negosiasi dan dokumentasi formal atas
ketentuan menjadi jauh lebih penting.

Surat Perikatan untuk Reviu atas Laporan Keuangan memiliki tujuan dari reviu atas
laporan keuangan yakni, menurut ISRE 2400, 'untuk memungkinkan praktisi untuk
menyatakan apakah, berdasarkan prosedur yang tidak memberikan seluruh bukti yang akan
diperlukan dalam audit, tidak terdapat hal yang menarik perhatian praktisi yang menyebabkan
praktisi meyakini bahwa laporan keuangan tidak disusun, dalam segala hal yang material,
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.' Dengan kata lain reviu atas
laporan keuangan menghasilkan tingkatan asurans yang terbatas/sedang yang diekspresikan
secara negatif. Ketentuan atas perikatan disepakati antara klien dan praktisi, tidak seperti
perikatan audit yang ditentukan oleh undang-undang dan standar profesional.

Apabila sebuah perusahaan ditunjuk, misalnya, untuk melakukan reviu atas prediksi
arus kas yang telah disusun oleh klien untuk mendukung usahanya untuk mengajukan
pendanaan dari bank, terdapat isu lebih lanjut untuk dipertimbangkan dan dimasukkan di
dalam surat perikatan:

1) Tujuan penggunaan informasi.


2) Apakah informasi tersebut untuk disebarkan secara umum atau terbatas.
3) Sifat dari asumsi, yakni apakah mereka merupakan estimasi terbaik atau asumsi
hipotetis.
4) Elemen yang harus dimasukkan di dalam informasi.
5) Periode yang tercakup oleh informasi.
6) Peringatan bahwa terdapat perbedaan antara prediksi dan kinerja aktual dikarenakan
keadaan yang tidak terduga

C. Pengelolaan Perikatan
1. Pengendalian mutu

Prosedur pengendalian mutu penting untuk memastikan bahwa pekerjaan yang dapat
diterima dilakukan oleh perusahaan asurans dan risiko perikatan asurans dikurangi sampai ke
tingkatan yang dapat diterima. Sebuah perikatan bisa salah karena masalah yang berasal dari
klien, atau masalah yang berasal dari perusahaan asurans, misalnya bahwa tim perikatan tidak
memiliki pengetahuan yang cukup atas bisnis atau diarahkan dan disupervisi dengan buruk.
Terdapat enam elemen kunci dari sistem pengendalian mutu:

1) Kepemimpinan
2) Persyaratan etika
3) Penerimaan dan kelanjutan atas hubungan klien/perikatan tertentu
4) Sumber daya manusia
5) Kinerja perikatan
6) Pengawasan
Alasan utama pengguna akhir ingin laporan asurans disusun yakni untuk mengurangi
risiko membuat keputusan yang salah. Sebagai akibatnya seseorang siap untuk membayar
biaya bagi perusahaan asurans. Jumlah pekerjaan yang dilakukan perusahaan didikte oleh
kebutuhan untuk mengurangi risiko perikatan asurans ke tingkatan yang dapat diterima.
Apabila perusahaan tidak melakukan ini, perusahaan tidak melakukan sebuah pekerjaan yang
dapat diterima ketika dinilai terhadap standar profesional. Perusahaan harus memastikan
bahwa mutu atas pekerjaannya tidak gagal dengan mengimplementasikan prosedur
pengendalian mutunya sendiri.

Perikatan asurans, termasuk audit, tidak menawarkan pengguna akhirnya asurans


absolut mengenai pokok tugas dari laporan asurans. Sebagus bagusnya, perikatan asurans
menawarkan asurans yang memadai, sebuah tingkatan asurans yang tinggi. Sebagai
akibatnya, perusahaan perlu untuk memiliki sistem mutu dan prosedur terutama untuk
memastikan bahwa pekerjaannya cukup berstandar tinggi sehingga kegagalan sama sekali
tidak terjadi. Dalam hal terjadi pengaduan, perusahaan akan memiliki sebuah pembelaan,
asalkan telah mengikuti prosedur yang sesuai. Jelas, apabila praktik kerja sebuah perusahaan
ditemukan tidak memadai, terdapat konsekuensi disiplin. Konsekuensi dari kegagalan dapat
menjadi bencana besar seperti Andersens ditemukan mengikuti perkara Enron, namun bahkan
sebuah pengaduan yang berhasil dipertahankan dapat menyerap sejumlah besar waktu dan
biaya. Benar-benar masuk akal untuk menghindari masuk ke situasi tersebut sejak pertama
kali.

2. Perlunya pengendalian mutu

Apabila merencanakan tindakan penanggulangan terhadap ancaman yang terdapat di


atas, tindakan ini dapat dicantumkan dalam sejumlah kecil kategori:

Prosedur untuk memastikan hanya klien yang cocok yang diambil

a. Prosedur untuk memastikan hanya klien yang cocok yang dipertahankan

b. Prosedur untuk memastikan bahwa rekan dan staf perusahaan memiliki pengetahuan dan
kompetensi yang dibutuhkan

d. Pedoman atas etika

e. Kemampuan komunikasi

f. Kemampuan memberi pengarahan dan supervisi


g. Skeptisisme dan pertimbangan profesional

h. Pengawasan

ISQC 1 mencantumkan hal-hal berikut ini sebagai elemen atas sistem pengendalian
mutu sebuah perusahaan:

a. Kepemimpinan

b. Persyaratan etika

c. Penerimaan dan kelanjutan atas hubungan klien/perikatan tertentu

d. Sumber daya manusia

e. Kinerja perikatan

f. Pengawasan

ISQC 1 juga menyaratkan bahwa perusahaan mendokumentasikan kebijakan dan


prosedurnya serta mengkomunikasikannya kepada personil perusahaan.

Manfaat dari prosedur pengendalian mutu termasuk:

a) Standar dari seluruh pekerjaan audit yang diselesaikan tinggi dan konsisten
b) Auditor yang teregister dianggap sebagai profesional yang mengikuti standar
c) Mutu dari pekerjaan yang diselesaikan dapat diukur dengan sebuah standar
d) Individu di dalam perusahaan tahun kalai pekerjaan yang telah mereka selesaikan
dapat diterima

3. Kepemimpinan

ISQC menunjukkan pentingnya mutu dibangun sebagai bagian dari budaya


perusahaan. Ini harus didesak oleh pimpinan dari perusahaan, yakni, para rekan. Mutu sangat
penting dalam melakukan perikatan asurans. Ini harus dipimpin oleh pimpinan dari
perusahaan, yakni para rekan. Dalam praktik, orang-orang yang memimpin perusahaan dan
sumber dayanya harus memastikan bahwa:

1. Pertimbangan komersil tidak mengabaikan mutu dari pekerjaan yang dilakukan


2. Kebijakan perusahaan terkait dengan promosi, remunerasi dan penelaahan kinerja
staf memasukkan pentingnya pekerjaan yang bermutu
3. Sumber daya yang cukup dialokasikan untuk pengembangan, dokumentasi dan
dukungan atas kebijakan dan prosedur pengendalian mutu

Etika penting bagi penyedia jasa asurans, karena etika mendukung kepercayaan publik
yang diperlukan untuk membuat jasa asurans dapat berjalan. Perusahaan harus menyusun
kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa perusahaan memenuhi persyaratan etika.

Sebagai bagian dari budaya keseluruhan perusahaan atas pengendalian mutu,


perusahaan harus memiliki kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa perusahaan
mempekerjakan dan mempertahankan staf dengan kapabilitas, kompetensi dan komitmen
kepada prinsip etika yang diperlukan untuk melakukan perikatan. Artinya perusahaan harus
memiliki kebijakan atas seluruh aspek dari mempekerjakan staf profesional. ISQC
mencantumkan hal-hal berikut ini:

a. Rekrutmen

b. Evaluasi kinerja

c. Kapabilitas, termasuk waktu untuk melakukan penugasan

d. Kompetensi

e. Pengembangan karir

f. Promosi

g. Kompensasi (yaitu, bagaimana staf diremunerasi)

h. Estimasi atas kebutuhan personil (sebagai contoh, penghargaan diri juga penghargaan oleh
orang lain)

Ini akan mencakup hal-hal seperti pendidikan profesional (untuk trainee),


pengembangan profesional yang berkelanjutan (untuk semuanya), pengalaman kerja praktik
dan pembinaan oleh staf yang lebih berpengalaman.

4. Pelaksanaan perikatan

Isu kunci dari pelaksanaan perikatan yaitu supervisi, pengarahan, penelaahan,


konsultasi dan resolusi atas perselisihan.

 Pengarahan
Ini sebagian besar merupakan tanggung jawab dari rekan perikatan yang mengendalikan
bagaimana perikatan asurans harus dilakukan, namun tugas ini akan didelegasikan kepada
sebagian besar anggota tim senior di tempat perikatan, yang akan mengarahkan perikatan
sesuai dengan strategi keseluruhan.

Rekan perikatan bertanggung jawab untuk memastikan anggota tim tahu:

a. Pekerjaan apa yang seharusnya mereka lakukan

b. Sifat dari bisnis entitas

c. Segala risiko yang relevan untuk perikatan

d. Masalah yang mungkin timbul selama perikatan

e. Pendekatan yang rinci untuk perikatan

 Supervisi

SA 220 mencantumkan empat fitur dari supervisi:

a. Menelusuri kemajuan

b. Mempertimbangkan kompetensi dan kapabilitas dari anggota tim audit

c. Menangani hal-hal signifikan yang timbul selama audit

d. Mengidentifikasi hal-hal untuk konsultasi atau pertimbangan oleh anggota tim


perikatan yang lebih berpengalaman selama perikatan audit

Supervisi yang baik sulit untuk dikuasai:

a. Apabila terlalu ketat, dapat memadamkan inisiatif dan membuang waktusupervisor

b. Apabila terlalu longgar, kesalahan dapat dibuat atau buang-buang waktu dalam
pekerjaan yang tidak efektif

Rekan memiliki tanggung jawab keseluruhan untuk melakukan supervisi audit, namun
biasanya akan mendelegasikan tugas supervisi kepada seorang manajer atau supervisor yang
demikian pula akan mendelegasikan kepada 'senior' atau 'in charge' yang bertanggung jawab
untuk manajemen perikatan sehari-hari.

 Penelaahan
Pekerjaan yang dilakukan oleh staf ditelaah oleh staf yang lebih senior atau rekan
perikatan. Tujuan dari penelaahan yakni untuk mempertimbangkan apakah pekerjaan yang
dilakukan sesuai dengan strategi audit dan apakah pekerjaan telah dilakukan sesuai dengan
standar profesional dan persyaratan regulasi dan legal.

Rekan perikatan harus yakin bahwa bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh
untuk mendukung kesimpulan dalam laporan audit.

- Penelaahan pengendalian mutu perikatan


Sebuah penelaahan pengendalian mutu perikatan dilakukan oleh rekan yang
berkualifikasi sesuai atau orang lain dalam perusahaan yang tidak terlibat dalam
perikatan atau oleh konsultan eksternal. Tujuan dari penelaahan independen ini bukan
untuk melakukan kembali penelaahan lain dalam proses audit namun untuk
memberikan sebuah pemeriksaan keamanan tambahan mengenai validitas dari opini
perusahaan atas laporan keuangan.
- Dokumentasi dan Penelaahan
SA 230 menyaratkan bahwa dokumentasi audit harus berisi hal-hal berikut:
Apa yang diperlukan untuk memberikan auditor berpengalaman, tanpa hubungan
sebelumnya dengan audit tersebut, pemahaman atas sifat, waktu dan cakupan dari
prosedur audit, hasil dari prosedur audit, dan bukti audit yang diperoleh, serta hal-hal
signifikan yang timbul selama audit dan kesimpulan yang dicapai setelah itu. Salah
satu tujuan utama dari dokumentasi atas prosedur audit yakni memungkinkan
penelaahan untuk dilakukan. Dokumentasi yang memadai juga penting untuk
memungkinkan perusahaan mengimplementasikan pengawasan keseluruhan atas
mutu.
 Konsultasi dan resolusi atas perselisihan
Ketika isu yang sulit atau kontroversial timbul, tim asurans harus berkonsultasi
dengan tepat atas hal ini dan kesimpulan yang ditarik sebagai hasil dari konsultasi
harus dicatat dengan sesuai. Segala perbedaan atas pendapat harus diselesaikan
sebelum laporan asurans dikeluarkan.
5. Pemantauan

ISQC menyampaikan bahwa perusahaan harus memiliki kebijakan untuk


memastikan bahwa prosedur pengendalian mereka memadai dan relevan, bahwa
prosedur tersebut beroperasi secara efektif dan dipatuhi. Perusahaan mungkin
memiliki departemen kepatuhan atau mutu yang melakukan penelaahan tersebut.
Pengawasan mungkin terjadi melalui evaluasi atas sistem yang sedang berlangsung
dan juga melalui penelaahan berkala atas dokumen perikatan yang dipilih untuk
menilai apakah kebijakan dan prosedur ditempatkan selama perikatan.

Pengawasan (cold review) dirancang sebagai sebuah bagian yang berkelanjutan atas
proses pengendalian mutu dan terjadi setelah penugasan asurans telah diselesaikan.
Biasanya dilakukan antara:

a. Sebagai sebuah proses, dimana rekan dalam sebuah perusahaan menelaah


pekerjaan rekan lainnya.
b. Oleh sebuah tim yang secara khusus didirikan untuk melakukan penelaaham
seperti itu – biasanya di bawah arahan dari seorang rekan, namun pekerjaannya
biasanya dilakukan oleh manajer yang memenuhi syarat yang sesuai dan
berpengalaman.
c. Oleh konsultan eksernal yang mmenuhi syarat yang sesuai.

Tim penelaah juga harus mengembangkan program aksi yang sesuai ketika kesalahan
teridentifikasi termasuk:

- Komunikasi atas temuan dalam perusahaan


- Pelatihan dan pengembangan professional tambahan
- Perubahan untuk kebijakan dan prosedur perusahaan
- Tindakan disipliner terhadap mereka yang berulang kali gagal untuk mematuhi
standar perusahaan

6. Analisis risiko

Dalam merecanakan audit, auditor harus mempertimbangkan risiko audit, SA 312.02


(PSA No.25) mendefinisikan risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor tanpa
sadar tidak memodifikasikan pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu laporan
keuangan yang memiliki salah saji matreial. Menurut SAS 39 tentang sampling audit dan
SAS 47 tentang materialitas dan risiko, risiko audit terdiri dari toga komponen yaitu risiko
bawaan (inherent risk), risiko pengendalian (control risk), risiko deteksi (detection risk).

1) Inherent Risk
Risiko bawaan mengukur penilaian auditor atas kemungkinan terdapatnya salah saji
material (baik kecurangan maupun kesalahan) dalam suatu bagian pengauditan
sebelum melakukan pertimbangan efektivitas pengendalian internal klien (Elder, R. J.
et al., 2011). Risiko bawaan meliputi suatu kententuan saldo rekening atau golongan
transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang terkait.
2) Control Risk
Risiko pengendalian merupakan suatu salah saji material yang dapat terjadi apabila
dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur
pengendalian intern pihak klien. Risiko pengendalian adalah ukuran penetapan auditor
akan kemungkinan adanya kekeliruan salah saji dalam segmen audit yang melewati
batas toleransi, yang tak terdeteksi atau tercegah oleh struktur pengendalian intern
klien (Arens dan Loebbecke, 1997).
3) Detection Risk
Risiko deteksi merupakan risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi. Dalam hal mengetahui risiko tersebut dapat
dilakukan uji analitis (analytical procedure) dan tes uji atas transaksi (test of detail).

Faktor yang mempengaruhi audit risk Faktor-faktor yang mempengaruhi inherent risk

 Sifat bisnis klien

a. Inherent risk yang terdapat pada sejumlah akun yang dipengaruhi dari sifat bisnis
klien seperti contohnya akun persediaan, piutang dagang, dan aktiva tetap,

b. Sifat dari bisnis hanya memberi pengaruh kecilpada akun kas, hutang wesel, dan
hutang hipotik.

 Temuan dari audit sebelumnya


a. Temuan salah saji dalam audit sebelumnya kemungkinan besar akan ditemukan
kembali dalam penugasan audit berjalan.
b. Bisanya salah saji yang terjadi bersifat sistematik atau teratur, atau perusahaan
seringkali melakukan keterlambatan dalam melakukan perubahan menghapus salah
saji yang terjadi.
c. Auidor kebanyakaan menetapkan tingkat inherent risk yang tinggi di awal tahun
penugasan dan akan mengurangi tingkat inherent risk pada tahun berikutnya setelah
menerima sejumlah bukti.
 Pihak Terkait
a. Menurut SFAS 57 berbagai transaksi yang terjadi antar perusahaan induk dan anak,
serta transaksi anatara pihak manajemen dengan entitas perusahaan.
b. Transaksi dari pihak yang tidak independen akan meningkatkan terjadinya salah
saji material, sehingga akan meningkatkan risiko bawaan.
c. Transaksi non rutin Klien yang kurang memiliki pengalaman akan mengakibatkan
transaksi yang tidak rutin dicatat dan kemudian dicatat tidak benar. Contoh dari
transaksi tersebut adalah leasing
d. Pertimbangan atas sejumlah akun Beberapa saldo emmerlukan sejumlah estimasi
dari pertimbangan besar pihak manajemen seperti misalnya cadangan atas piutang tak
tertagih, nilai persediaan yang rusak, hutang garansi, dan transaksi atas penggantian
sebagian aktiva.

Faktor-faktor yang mempengaruhi control risk, dan ada dua cara yang dilakukan oleh
auditor dalam mengevaluasi control risk :

1. Mendapat pengetahuan dan pemahaman atas internal control suatu perusahaan. Hal
ini berlaku terhadap semua jenis jasa audit.

2. Melakukan tes keefektifan dari internal control. Hal tersebut berlaku apabila
auditor menetapkan control risk di bawah tingkat maksimum.

Faktor faktor yang mengurangi detection risk adalah dengan melakukan kegiatan
subtantif test dalam jumlah yang lebih banyak.
REFERENSI

Ikatan Akuntan Indonesia, Modul Chartered Account “Audit & Assurans”, Jakarta: IAI.
2021. Hal 42-44

Ramdhani, A. F. (2019). Pengaruh Risiko Perikatan Terhadap Keputusan Penerimaan Klien.


Kajian Akuntansi, 20(2), 219–227. https://doi.org/10.29313/ka.v20i2.5042

Ristiaji, A. (2020). Analisis Penerimaan Perikatan Audit Pada Kap Heroe Pramono & Rekan
Jakarta.

Situmorang, H., & Sudjiman, L. S. (2022). Pengaruh Etika Auditor dan Independensi
Terhadap Kinerja Auditor di Kantor Akuntan Publik Jakarta. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi (JIMMBA), 4(2), 206–216.
https://doi.org/10.32639/jimmba.v4i2.91

http://spi.upi.edu/2020/11/15/kegagalan-audit/ Diakses pada 22 September 2022: 21.36 WIB

Anda mungkin juga menyukai