Anda di halaman 1dari 16

TUGAS 2

Audit, Asurans & Etika Profesi


Tanggung Jawab Akuntan Publik

OLEH:

KELOMPOK 2
Haslindah (A014202002)
Sri Reskiawati Syam (A014202005)

PROGRAM PROFESI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
Tanggung Jawab Akuntan Publik

Akuntan adalah seseorang yang berhak menyandang gelar atau sebutan


akuntan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akuntan
Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari Menteri untuk
memberikan jasa sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan.
Kantor Akuntan Publik adalah badan usaha yang telah mendapatkan izin dari
Menteri sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam memberikan jasanya. (PMK
No. 17 tahun 2008, pasal 1).
Profesi akuntan publik (auditor independen) memiliki tangggung jawab yang
sangat besar dalam mengemban kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh
masyarakat (publik). Terdapat tiga tanggung jawab akuntan publik dalam
melaksanakan pekerjaannya, yaitu:
1. Tanggung Jawab Moral (Moral Responsibility)
Akuntan publik memiliki tanggung jawab moral untuk:
a) Memberi informasi secara lengkap dan jujur mengenai perusahaan
yang diaudit kepada pihak yang berwenang atas informasi tersebut,
walaupun tidak ada sanksi terhadap tindakannya.
b) Mengambil keputusan yang bijaksana dan obyektif dengan kemahiran
profesional (due professional care).
2. Tanggung Jawab Profesional (Professional Responsibility)
Akuntan publik harus memiliki tanggung jawab profesional terhadap
asosiasi profesi yang mewadahinya (rule professional conduct).
3. Tanggung Jawab Hukum (Legal Responsibility)
Akuntan publik harus memiliki tanggung jawab diluar batas standar
profesinya yaitu tanggung jawab terkait dengan hukum yang berlaku.
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang diterbitkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Auditing Seksi 110 mengatur
tentang “Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen”.
Pada paragraf 2, standar tersebut antara lain dinyatakan bahwa auditor
bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan
bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau
kecurangan.
Laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen. Tanggung
jawab auditor adalah untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
Manajemen bertanggung jawab untuk menerapkan kebijakan akuntansi yang
sehat dan untuk membangun dan memelihara pengendalian internal yang di
antaranya mencatat, mengolah, memeringkas dan melaporkan transaksi
(termasuk peristiwa dan kondisi) yang konsisten dengan asersi manajemen yang
tercantum dalam laporan keuangan. Auditor independen dapat memberikan
saran tentang bentuk dan isi laporan keuangan atau membuat draft laporan
keuangan seluruhnya atau Sebagian berdasarkan informasi dari manajemen
dalam pelaksanaan audit. Namun, tanggung jawab auditor atas laporan
keuangan audit terbatas pada pernyataan pendapatnya atas laporan keuangan
tersebut. (SA 110 No. 3)
Auditor independen juga bertanggung jawab terhadap profesinya, yaitu
tanggung jawab untuk mematuhi standar yang diterima oleh para praktisi rekan
seprofesinya. Dalam mengakui pentingnya kepatuhan tersebut, IAI telah
menerapkan aturan yang mendukung standar tersebut dan membuat basis
penegakan kepatuhan tersebut, sebagai bagian dari Kode Etik IAI yang
mencakup Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik. Bidang jasa akuntan
publik meliputi:
1. Jasa Atestasi, termasuk di dalamnya adalah audit umum atas laporan
keuangan, pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, pemeriksaan
atas pelaporan informasi keuangan, review atas laporan keuangan, dan
jasa audit serta atestasi lainnya.
2. Jasa Non-atestasi, yang mencakup jasa yang berkaitan dengan
akuntansi, keuangan, manajemen, kompilasi, perpajakan, dan konsultasi.

1.1 Atestasi
Atestasi adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan yang
diberikan oleh seorang yang independen dan kompeten yang menyatakan
apakah asersi suatu entitas telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Standar atestasi membagi tipe perikatan atestasi, yaitu:
1. Audit (audit service), tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan
positif tentang apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar
sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
2. Pemeriksaan (examination), bertujuan untuk menguraikan jasa lain yang
muncul dalam pernyataan positif suatu pendapat tentang kesesuaian
asersi yang dibuat oleh pihak lain dengan kriteria yang ditentukan.
3. Review (review service), bertujuan untuk memberikan pernyataan negatif
sebagai lawan dari penrnyataan positif yang diberikan suatu audit.
4. Prosedur yang disepakati (agreedupon procedures)
Dalam melaksanakan tugas atestasi seorang akuntan public harus
melakukan hal-hal berikut:
1. Mengumpulkan bukti yang mendukung asersi 
2. Menilai secara obyektif pengukuran yang membuat asersi 
3. Melaporkan temuan-temuannya.
Sifat penugasan jasa atestasi, yaitu: 
1. Analitis, dalam hal ini diharapkan auditor memiliki kemampuan dalam
menganalisis dan mengihitung rasio-rasio untuk mengetahui dan
membandingkan dengan laporan tahun lalu sehingga dapat diambil
tindakan pencegahan dan pembuatan rencana berikutnya.  
2. Kritis, dimana auditor harus memperhatikan segala kemungkinan yang
mungkin terjadi, serta harus teliti dan peka terhadap penemuan-
penemuan dalam perusahaan. 
3. Investigatif, auditor memiliki kewajiban untuk menemukan segala bentuk
kecurangan yang ada dalam perusahaan sehingga auditor punya hak
untuk melontarkan pertanyaan pada pihak managemen.

1.2 Audit
Audit adalah suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan dan
mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi
untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang
telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak yang
berkepentingan.
Terdapat beberapa jenis audit atau pemeriksaan, antara lain:
1. Audit Keuangan
Audit keuangan adalah audit terhadap laporan keuangan perusahaan
atau organisasi yang akan menghasilkan opini pihak ketiga mengenai
relevansi, akurasi dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit
keuangan umumnya dilaksanakan oleh perusahaan atau akuntan publik
independen yang harus mengikuti prinsip-prinsip akuntansi yang diterima
umum. Banyak perusahaan mempekerjakan auditor internal yang
berfokus pada pengawasan pelaksanaan dan operasi perusahaan untuk
memastikan kesesuaiannya dengan kebijakan organisasi.
2. Audit Operasional
Audit operasional adalah suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi
suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan
operasional yang telah ditetapkan oleh manajemen dengan maksud untuk
mengetahui apakah kegiatan operasi telah dilakukan secara
efektif, efisien dan ekonomis.
3. Audit Ketaatan
Audit ketaatan adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui apakah perusahaan telah menaati peraturan-peraturan dan
kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern
perusahaan maupun pihak ekstern perusahaan.
Sedangkan berdasarkan kelompok atau pelaksanaan audit, jenis audit dibagi
menjadi empat, yaitu:
1. Auditor eksternal, yaitu auditor independent yang bekerja untuk KAP yang
statusnya diluar struktur perusahaan yang mereka audit. Umumnya
auditor estern menghasilkan laporan atas financial audit.
2. Auditor intern, yaitu auditor yang bekerja untuk perusahaan yang mereka
audit. Laporan audit manajemen umumnya berguna bagi manajemen
perusahaan yang diaudit. Oleh karena itu, tugas auditor internal biasanya
adalah audit manajemen yang termasuk jenis compliance audit.
3. Auditor pemerintah, yaitu dimana tugas auditor pemerintah adalah menilai
kewajaran informasi keuangan yang disusun oleh instansi pemerintah.
Disamping itu audit juga dilakukan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan
ekonomisasi operasi program dan penggunaan barang milik pemerintah,
Auditing yang dilaksanakan oleh pemerintah dapat dilaksanakan oleh
Badan Pemeriksa Keungan (BPK) atau Badan Pemeriksa Keuangan dan
Pembangunan (BPKP).
Standar audit merupakan ukuran mutu pekerjaan audit yang ditetapkan oleh
organisasi profesi audit yang merupakan persyaratan minimum yang harus
dicapai auditor dalam melaksanakan tugas auditnya. Standar audit diperlukan
untuk menjaga mutu pekerjaan auditor. Mutu audit perlu dijaga supaya profesi
auditor tetap mendapat kepercayaan dari masyarakat. Untuk meyakinkan
pembaca laporan audit, maka auditor harus mencantumkan bahwa auditnya
telah dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku di dalam
laporannya.
Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing, yaitu "prosedur"
berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan "standar"
berkaitan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut dan
berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur
tersebut.
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (SA 150 No. 2) adalah sebagai berikut:
1. Standar Umum
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama
2. Standar Pekerjaan Lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman memadai mengenai pengendalian intern harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.
3. Standar Pelaporan
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidak
konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip
akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersil bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara
keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka
laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung
jawab yang dipikul oleh auditor.

1.3 Kompilasi dan Review


Kompilasi merupakan suatu bentuk penyajian dalam bentuk laporan
keuangan  berdasarkan dokumen transaksi dan dokumen lain yang
terkait dengan keuangan perusahaan sehingga menjadi laporan keuangan yang
utuh dan lengkap sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku
umum untuk memberikan pernyataan suatu keyakinan apapun terhadap laporan
keuangan. 
Prosedur yang harus dilakukan dalam jasa kompilasi adalah
sebagai berikut: 
1. Akuntan harus memiliki tingkat pengetahuan mengenai prinsip dan praktik
akuntansi industri tempat operasi satuan usaha agar ia dapat melakukan
kompilasi laporan keuangan dalam bentuk yang tepat bagi satuan usaha
yang beroperasi dalam industri tersebut.  
2. Akuntan harus memahami secara garis besar sifat transaksi satuan
usaha tersebut,  bentuk catatan akuntansinya, kualifikasi para
petugas pembukuannya, basis akuntansi yang digunakan untuk penyajian
laporan keuangan serta bentuk dan isi laporan keuangan. 
3. Akuntan harus membaca laporan keuangan yang telah dikompilasi
dan mempertimbangkan apakah laporan keuangan tersebut layak bila
ditinjau dari sisi  bentuknya, dan bebas dari kekeliruan material nyata. 
Akuntan biasanya memperoleh pengetahuan mengenai hal tersebut melalui
pengalamannya atau melalui pengajuan pertanyaan kepada personel entitas
tersebut. Berdasarkan pemahaman tersebut, pada saat melakukan kompilasi
laporan keuangan, akuntan harus menentukan apakah perlu melakukan jasa
akuntansi yang lain, seperti membantu mempersiapkan buku besar atau
memberikan jasa konsultansi mengenai masalah akuntansi. Dalam
melakukan penugasan kompilasi, ada beberapa persyaratan yang wajib dipenuhi
oleh seorang akuntan, yaitu: 
1. Memperoleh pemahaman bersama klien mengenai jenis dan
keterbatasan jasa yang diberikan dan penjelasan atas laporan, jika
laporan akan diterbitkan.  
2. Mengetahui prinsip-prinsip akuntansi dan praktik industri klien.
3. Memahami klien, termasuk sifat transaksi bisnisnya, pencatatan
akuntansi dan isi laporan keuangan.
4. Melakukan tanya jawab untuk menentukan apakah informasi klien
memenuhi  persyaratan. 
5. Membaca kompilasi laporan keuangan dan berhati-hati dengan hal-hal
yang tidak dimasukkan atau kesalahan dalam perhitungan dan GAAP 
Review atas laporan keuangan merupakan pelaksanaan prosedur
permintaan keterangan dan analisis yang menghasilkan dasar memadai bagi
akuntan untuk memberikan keyakinan terbatas, bahwa tidak terdapat modifikasi
material yang harus dilakukan atas laporan keuangan agar laporan tersebut
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau sesuai
dengan basis akuntansi komprehensif yang lain.
Tujuan review sangat berbeda dengan tujuan kompilasi. Hasil review
yang dilaksanakan melalui prosedur permintaan keterangan dan analisis harus
menjadi dasar memadai bagi akuntan untuk memberikan keyakinan terbatas,
bahwa tidak ada modifikasi material yang harus dilakukan atas laporan keuangan
sedangkan dalam suatu kompilasi, akuntan tidak memberikan keyakinan seperti
itu.
Standar jasa akuntansi dan review memberikan kerangka untuk fungsi
non-atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review.
Sifat pekerjaan non-atestasi tidak menyatakan pendapat, hal ini sangat berbeda
dengan tujuan audit atas laporan keuangan yang dilaksanakan sesuai dengan
standar auditing. Tujuan audit adalah untuk memberikan dasar memadai untuk
menyatakan suatu pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan.
Review tidak memberikan dasar untuk menyatakan pendapat seperti itu, karena
dalam review tidak mencakup pemerolehan suatu pemahaman atas
pengendalian intern, penetapan risiko pengendalian, pengujian catatan akuntansi
dan pengujian atas respon terhadap permintaan keterangan dengan cara
pemerolehan bahan bukti yang menguatkan melalui inspeksi, pengamatan, atau
konfirmasi, dan prosedur tertentu lainnya yang biasa dilaksanakan dalam suatu
audit. Review dapat menjadikan perhatian akuntan tertuju kepada hal-hal penting
yang mempengaruhi laporan keuangan, namun tidak memberikan keyakinan
bahwa akuntan akan mengetahui semua hal penting yang akan terungkap
melalui suatu audit. Jasa akuntansi yang diatur dalam standar ini, antara lain:
1. Kompilasi laporan keuangan, penyajian informasi-informasi yang
merupakan pernyataan manajemen (pemilik) dalam bentuk laporan
keuangan.
2. Review atas laporan keuangan, pelaksanaan prosedur permintaan
keterangan dan analisis yang menghasilkan dasar memadai bagi
akuntan untuk memberikan keyakinan terbatas, bahwa tidak terdapat
modifikasi material yang harus dilakukan atas laporan keuangan agar
laporan tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
3. Laporan keuangan komparatif, penyajian informasi dalam bentuk laporan
keuangan dua periode atau lebih yang disajikan dalam bentuk berkolom.

1.4 Laporan Keuangan Prospektif


Laporan keuangan prospektif (prospective  financial  statements) adalah
laporan keuangan proyeksi atau prakiraan. Laporan keuangan prospektif dapat
mencakup periode yang akan datang maupun yang masih berjalan. Laporan
untuk periode yang telah berakhir bukanlah laporan keuangan prosoektif
(tetapi mungkin bisa merupakan laporan keuangan  proforma). 
Laporan keuangan prospektif megacu pada prediksi atau ekspektasi
laporan keuangan selama beberapa periode di masa depan (laporan laba rugi)
atau pada suatu tanggal di masa depan (neraca). Standar atestasi AICPA
mendefinisikan dua jenis umum laporan keuangan prospektif, yaitu:
1. Peramalan (forecasts) adalah laporan keuangan prospektif yang
menyajikan  posisi keuangan entitas yang diharapkan hasil operasi dan
arus kas pada pengetahuan dan keyakinan terbaik dari pihak yang
bertanggung jawab.
2. Proyeksi (projection) adalah laporan keuangan prospektif yang posisi
keuangan entitas, hasil operasi, dan arus kas pada pengetahuan dan
keyakinan terbaik pihak yang bertanggung jawab berdasarkan satu atau
lebih asumsi hipotesis.

1.5 Pengendalian Mutu


Standar pengendalian mutu KAP memberikan panduan bagi kantor akuntan
publik di dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh
kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan
Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP
IAPI) dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh IAPI.
Unsur-unsur pengendalian mutu yang harus diterapkan oleh setiap KAP
pada semua jenis jasa audit, atestasi dan konsultasi meliputi:
1. Independensi, meyakinkan semua personel pada setiap tingkat organisasi
harus mempertahankan independensi.
2. Penugasan personil, meyakinkan bahwa perikatan akan dilaksanakan
oleh staf profesional yang memiliki tingkat pelatihan dan keahlian teknis
untuk perikatan dimaksud.
3. Konsultasi, meyakinkan bahwa personel akan memperoleh informasi
memadai sesuai yang dibutuhkan dari orang yang memiliki tingkat
pengetahuan, kompetensi, pertimbangan (judgement) dan wewenang
memadai.
4. Supervisi, meyakinkan bahwa pelaksanaan perikatan memenuhi standar
mutu yang ditetapkan oleh KAP.
5. Perekrutan (hiring), meyakinkan bahwa semua orang yang dipekerjakan
memiliki karakteristik semestinya, sehingga memungkinkan mereka
melakukan penugasan secara kompeten.
6. Pengembangan professional, meyakinkan bahwa setiap personil memiliki
pengetahuan memadai sehingga memungkinkan mereka memenuhi
tanggung jawabnya. Pendidikan profesional berkelanjutan dan pelatihan
merupakan wahana bagi KAP untuk memberikan pengetahuan memadai
bagi personelnya untuk memenuhi tanggung jawab mereka dan untuk
kemajuan karier mereka di KAP.
7. Penerimaan dan kelanjutan klien, menentukan apakah perikatan dari klien
akan diterima atau dilanjutkan untuk meminimumkan kemungkinan
terjadinya hubungan dengan klien yang manajemennya tidak memiliki
integritas berdasarkan pada prinsip pertimbangan kehati-hatian
(prudence).
8. Inspeksi, meyakinkan bahwa prosedur yang berhubungan dengan unsur-
unsur lain pengendalian mutu telah diterapkan dengan efektif.
Kantor akuntan publik juga harus mematuhi standar auditing yang ditetapkan
IAI dalam pelaksanaan audit. Oleh karena itu, kantor akuntan publik harus
membuat kebijakan dan prosedur pengendalian mutu untuk memberikan
keyakinan memadai tentang kesesuaian penugasan audit dengan standar
auditing yang ditetapkan. Sifat dan luasnya kebijakan dan prosedur pengendalian
mutu yang ditetapkan oleh KAP tergantung atas faktor-faktor tertentu, seperti
ukuran KAP, tingkat otonomi yang diberikan kepada karyawan dan kantor-kantor
cabangnya, sifat praktik, organisasi kantornya, serta pertimbangan biaya
manfaat. (SA 161 No. 2)
Standar auditing yang ditetapkan IAI berkaitan dengan pelaksanaan
penugasan audit secara individual, standar pengendalian mutu berkaitan dengan
pelaksanaan praktik audit KAP secara keseluruhan. Oleh karena itu, standar
auditing yang ditetapkan IAI dan standar pengendalian mutu berhubungan satu
sama lain, dan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu yang diterapkan oleh
KAP berpengaruh terhadap pelaksanaan penugasan audit secara individual dan
pelaksanaan praktik audit KAP secara keseluruhan. (SA 161 No.3)

1.6 Peraturan Peraturan


1.6.1 Peraturan Menteri Keuangan No.17 Tahun 2008
Bidang jasa akuntan publik dan KAP adalah jasa atestasi meliputi jasa audit
umum atas laporan keuangan, jasa pemeriksaan atas laporan keuangan
prospektif, jasa pemeriksaan atas pelaporan informasi keuangan proforma, jasa
reviuw atas laporan keuangan, jasa atestasi lainnya sebagaimana tercantum
dalam SPAP. Selain itu, Akuntan Publik dan KAP dapat memberikan jasa audit
lainnya dan jasa yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, manajemen,
kompilasi, perpajakan, dan konsultansi sesuai dengan kompetensi Akuntan
Publik dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Pasal 2 ayat 1&3)
Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas
sebagaimana disebut di atas dilakukan oleh KAP paling lama untuk enam tahun
buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk tiga tahun
buku berturut-turut. Akuntan Publik tersebut dapat menerima kembali penugasan
audit umum untuk klien setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit
umum atas laporan keuangan klien tersebut. Jasa audit umum atas laporan
keuangan dapat diberikan kembali kepada klien yang sama melalui KAP setelah
satu tahun buku tidak diberikan melalui KAP tersebut. (Pasal 3 ayat 1-3)
Akuntan Publik wajib mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL)
yang diselenggarakan dan/atau yang diakui oleh IAPI dan PPAJP. Akuntan
Publik yang dalam waktu satu tahun tidak melakukan audit umum atas laporan
keuangan, wajib mengikuti PPL di bidang auditing dan akuntansi paling sedikit
sebanyak lima belas SKP (Satuan Kredit PPL) pada tahun berikutnya. Akuntan
Publik wajib menyampaikan laporan realisasi PPL tahunan dengan lengkap
kepada Sekretaris Jenderal u.p Kepala Pusat paling lama pada akhir bulan
januari tahun berikutnya dengan menggunakan formulir realisasi PPL pada
Lampiran XI sebagaimana terlampir dalam Peraturan Menteri Keuangan ini.
(Pasal 34 ayat 1,4&5).
Akuntan publik wajib melaporkan secara tertulis kepada Sekretaris Jenderal
u.p. Kepala Pusat paling lambat satu bulan sejak menjadi Rekan KAP dengan
melampirkan perjanjian kerja sama yang disahkan oleh notaris, mengundurkan
diri dari KAP, pindah alamat tempat tinggal. Kewajiban melapor dilakukan
dengan menggunakan formulir Pemberitahuan Pindah Alamat atau Status Rekan
KAP pada Lampiran XII PMK ini. (Pasal 35 ayat 1&2)
KAP wajib menyampaikan dengan lengkap kepada Sekretaris Jenderal u.p.
Kepala Pusat laporan tahunan sebagai berikut:
1. Laporan kegiatan usaha
2. Laporan keuangan KAP
3. Laporan realisasi program kerja tenaga asing
Laporan tahunan tersebut wajib diserahkan dalam bentuk hard copy dan soft
copy. KAP yang bekerja sama dengan KAPA (Kantor Akuntan Publik Asing) atau
OAA (Organisasi Audit Asing), wajib menyampaikan hasil reviuw mutu kepada
Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat paling sedikit sekali dalam empat tahun
sejak tanggal perjanjian kerjasama. Kepala Pusat dapat menunjuk pejabat atau
petugas untuk melakukan penelitian langsung terhadap laporan tersebut. (Pasal
36)
KAP yang mempekerjakan tenaga asing wajib menyampaikan laporan
kepada Sekretaris Jenderal u.p. Kepala Pusat yang paling kurang memuat nama,
izin kerja tenaga asing yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang,
kewarganegaraan, keahlian, rencana kerja dan jangka waktu penugasan, paling
lama satu bulan sejak tenaga asing yang bersangkutan dipekerjakan. (Pasal 37)
KAP wajib melaporkan secara tertulis kepada Sekretaris Jenderal u.p. Kepala
Pusat paling lama satu bulan sejak terjadinya (Pasal 38 ayat 1):
a. Perubahan alamat dengan melampirkan tanda bukti kepemilikan atau
sewa kantor dan denah kantor yang menunjukkan kantor terisolasi dari
kegiatan lain.
b. Perubahan susunan Rekan dengan melampirkan perjanjian kerja sama
yang disahkan oleh notaris.
c. Perubahan pemimpin Rekan dan/atau Pemimpin Cabang KAP dengan
melampirkan bukti domisili dan surat perjanjian dari seluruh Rekan
mengenai perubahan atau surat penunjukkan menjadi Pemimpin Cabang
KAP
d. Pemimpin Rekan dan/atau rekan KAP mengundurkan diri atau meninggal
dunia.
KAP wajib melaporkan secara tertulis kepada Sekretaris Jenderal u.p. Kepala
Pusat paling lambat satu bulan sejak: (1) KAPA yang melakukan perjanjian
kerjasama dengan KAP oleh negara asal dicabut izin usahanya; (2) OAA yang
melakukan perjanjian dengan KAP bubar; (3) perubahan dan/atau berakhirnya
kerja sama dengan KAPA atau OAA. (Pasal 38 ayat 2)
Berdasarkan pasal 40, dijelaskan bahwa dalam memberikan jasa-jasanya,
Akuntan Publik dan KAP wajib mematuhi:
1. SPAP yang ditetapkan oleh IAI.
2. Etika profesi yang ditetapkan oleh IAI.
3. Peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berhubungan dengan
bidang jasa yang diberikan.

1.6.2 UU Pasar Modal


Berdasarkan pasal 16 PMK No.17/PMK.1/2008, sebuah KAP hanya dapat
berbentuk Perseorangan  ataupun Persekutuan Perdata atau Persekutuan
Firma. Mengingat badan usaha yang menjadi dasar dari KAP tersebut bukanlah
berbentuk badan hukum, maka tanggung jawab terhadap kewajiban untuk
mengganti kerugian terhadap pihak yang dirugikan, sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, dibebankan kepada pribadi dari anggota persekutuan tersebut
secara tanggung renteng. Dengan pengertian lain, bahwa harta yang akan
menjadi jaminan pembayaran terhadap pemenuhan ganti-ganti rugi tersebut
adalah harta pribadi dari masing-masing Akuntan Publik dalam hal KAP yang
merupakan badan usaha dalam menjalankan Jasanya berbentuk Perorangan
ataupun Persekutuan Perdata ataupun Persekutuan Firma.
Jika ditemukan bukti-bukti pelanggaran dalam memberikan jasanya baik
yang bersifat ringan hingga yang bersifat berat, berdasarkan PMK No.
17/PMK.01/2008 hanya dikenakan sanksi administratif,  berupa: sanksi
peringatan, sanksi pembekuan ijin dan sanksi pencabutan ijin seperti yang diatur
antara lain dalam pasal 62, pasal 63, pasal 64 dan pasal 65. Sanksi peringatan
dikenakan terhadap pelanggaran ringan, sanksi pembekuan ijin dikenakan
terhadap pelanggaran berat, dan sanksi pencabutan ijin dikenakan terhadap
pelanggaran yang sangat berat.

1.6.3 Peraturan Bapepam


Berdasarkan Peraturan Bapepam-LK No. IX.1.5 mengenai Pembentukan
dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, tanggung jawab dan tugas
komite audit, yaitu:
1. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang dikeluarkan
perusahaan.
2. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan atas peraturan
perundang-undangan di pasar modal dan peraturan perundang-undangan
lainnya.
3. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor
eksternal.
4. Melaporkan kepada komisaris berbagai risiko yang dihadapi perusahaan
dan pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi.
5. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada komisaris atas
pengaduan yang berkaitan dengan emiten.
6. Menjaga kerahasiaan data, dokumen, dan informasi perusahaan.
7. Membuat pedoman kerja komite audit (audit committee charter).
Pembentukan komite audit berdasarkan peraturan ini, minimal terdiri dari tiga
orang yaitu satu orang komisaris independen yang bertindak sebagai ketua
komite audit, dan dua orang pihak independen dari luar emiten dengan latar
belakang pendidikan akuntansi dan keuangan.
1.6.4 Peraturan Bank Indonesia
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006, tugas dan
tanggung jawab komite audit adalah melakukan pemantauan dan evaluasi atas
perencanaan dan pelaksanaan audit serta pemantauan atas tindak lanjut hasil
audit dalam rangka menilai kecukupan pengendalian intern termasuk kecukupan
proses pelaporan keuangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, komite audit
harus melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap:
1. Pelaksanaan tugas Satuan Kerja Audit Intern.
2. Kesesuaian pelaksanaan pelaksanaan audit oleh Kantor Akuntan Publik
dengan standar audit yang berlaku.
3. Kesesuain laporan keuangan dengan standar akuntansi yang berlaku.
4. Pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan Satuan Kerja
Audit Intern, akuntan publik, dan hasil pengawasan Bank Indonesia, guna
memberikan rekomendasi kepada dewan Komisaris.
Selain itu, komite audit wajib memberikan rekomendasi mengenai
penunjukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik kepada dewan Komisaris
untuk disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang Saham. Dan berdasarkan
peraturan BI ini, pembentukan komite minimal terdiri dari tiga orang yaitu satu
orang komisaris independen sebagai ketua komite audit, satu orang dari pihak
independen yang memiliki keahlian di bidang keuangan atau akuntansi, dan satu
orang dari pihak independen yang memiliki keahlian di bidang hukum atau
perbankan.
DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin, A Randal J Elder & Mark, S Beasley. 2006. Auditing and Assurance
Service, An Integrated Approach, International Edition, ninth edition.
Upper Saddle River, New Jersey. Pearson Education,
Inc. Boynton,W.C., Johnson.R.N., Kell, W.G. (2003). Modern Auditing jilid 1 (edisi
7). (alih bahasa: Paul A.Rajoe, Gina Gania, Ichsan Setiyo Budi). Jakarta:
Penerbit Erlangga
SPAP Institut Akuntan Publik Indonesia.2011. Standar Profesi akuntan Publik per
31 maret 2011. Jakarta: PT. Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai