OLEH:
KELOMPOK 2
Haslindah (A014202002)
Sri Reskiawati Syam (A014202005)
1.1 Atestasi
Atestasi adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan yang
diberikan oleh seorang yang independen dan kompeten yang menyatakan
apakah asersi suatu entitas telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Standar atestasi membagi tipe perikatan atestasi, yaitu:
1. Audit (audit service), tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan
positif tentang apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar
sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
2. Pemeriksaan (examination), bertujuan untuk menguraikan jasa lain yang
muncul dalam pernyataan positif suatu pendapat tentang kesesuaian
asersi yang dibuat oleh pihak lain dengan kriteria yang ditentukan.
3. Review (review service), bertujuan untuk memberikan pernyataan negatif
sebagai lawan dari penrnyataan positif yang diberikan suatu audit.
4. Prosedur yang disepakati (agreedupon procedures)
Dalam melaksanakan tugas atestasi seorang akuntan public harus
melakukan hal-hal berikut:
1. Mengumpulkan bukti yang mendukung asersi
2. Menilai secara obyektif pengukuran yang membuat asersi
3. Melaporkan temuan-temuannya.
Sifat penugasan jasa atestasi, yaitu:
1. Analitis, dalam hal ini diharapkan auditor memiliki kemampuan dalam
menganalisis dan mengihitung rasio-rasio untuk mengetahui dan
membandingkan dengan laporan tahun lalu sehingga dapat diambil
tindakan pencegahan dan pembuatan rencana berikutnya.
2. Kritis, dimana auditor harus memperhatikan segala kemungkinan yang
mungkin terjadi, serta harus teliti dan peka terhadap penemuan-
penemuan dalam perusahaan.
3. Investigatif, auditor memiliki kewajiban untuk menemukan segala bentuk
kecurangan yang ada dalam perusahaan sehingga auditor punya hak
untuk melontarkan pertanyaan pada pihak managemen.
1.2 Audit
Audit adalah suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan dan
mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi
untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang
telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak yang
berkepentingan.
Terdapat beberapa jenis audit atau pemeriksaan, antara lain:
1. Audit Keuangan
Audit keuangan adalah audit terhadap laporan keuangan perusahaan
atau organisasi yang akan menghasilkan opini pihak ketiga mengenai
relevansi, akurasi dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit
keuangan umumnya dilaksanakan oleh perusahaan atau akuntan publik
independen yang harus mengikuti prinsip-prinsip akuntansi yang diterima
umum. Banyak perusahaan mempekerjakan auditor internal yang
berfokus pada pengawasan pelaksanaan dan operasi perusahaan untuk
memastikan kesesuaiannya dengan kebijakan organisasi.
2. Audit Operasional
Audit operasional adalah suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi
suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan
operasional yang telah ditetapkan oleh manajemen dengan maksud untuk
mengetahui apakah kegiatan operasi telah dilakukan secara
efektif, efisien dan ekonomis.
3. Audit Ketaatan
Audit ketaatan adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui apakah perusahaan telah menaati peraturan-peraturan dan
kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern
perusahaan maupun pihak ekstern perusahaan.
Sedangkan berdasarkan kelompok atau pelaksanaan audit, jenis audit dibagi
menjadi empat, yaitu:
1. Auditor eksternal, yaitu auditor independent yang bekerja untuk KAP yang
statusnya diluar struktur perusahaan yang mereka audit. Umumnya
auditor estern menghasilkan laporan atas financial audit.
2. Auditor intern, yaitu auditor yang bekerja untuk perusahaan yang mereka
audit. Laporan audit manajemen umumnya berguna bagi manajemen
perusahaan yang diaudit. Oleh karena itu, tugas auditor internal biasanya
adalah audit manajemen yang termasuk jenis compliance audit.
3. Auditor pemerintah, yaitu dimana tugas auditor pemerintah adalah menilai
kewajaran informasi keuangan yang disusun oleh instansi pemerintah.
Disamping itu audit juga dilakukan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan
ekonomisasi operasi program dan penggunaan barang milik pemerintah,
Auditing yang dilaksanakan oleh pemerintah dapat dilaksanakan oleh
Badan Pemeriksa Keungan (BPK) atau Badan Pemeriksa Keuangan dan
Pembangunan (BPKP).
Standar audit merupakan ukuran mutu pekerjaan audit yang ditetapkan oleh
organisasi profesi audit yang merupakan persyaratan minimum yang harus
dicapai auditor dalam melaksanakan tugas auditnya. Standar audit diperlukan
untuk menjaga mutu pekerjaan auditor. Mutu audit perlu dijaga supaya profesi
auditor tetap mendapat kepercayaan dari masyarakat. Untuk meyakinkan
pembaca laporan audit, maka auditor harus mencantumkan bahwa auditnya
telah dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku di dalam
laporannya.
Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing, yaitu "prosedur"
berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan "standar"
berkaitan dengan kriteria atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut dan
berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai melalui penggunaan prosedur
tersebut.
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (SA 150 No. 2) adalah sebagai berikut:
1. Standar Umum
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
b. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama
2. Standar Pekerjaan Lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman memadai mengenai pengendalian intern harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan.
c. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diaudit.
3. Standar Pelaporan
a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidak
konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip
akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersil bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara
keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka
laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung
jawab yang dipikul oleh auditor.
Arens, Alvin, A Randal J Elder & Mark, S Beasley. 2006. Auditing and Assurance
Service, An Integrated Approach, International Edition, ninth edition.
Upper Saddle River, New Jersey. Pearson Education,
Inc. Boynton,W.C., Johnson.R.N., Kell, W.G. (2003). Modern Auditing jilid 1 (edisi
7). (alih bahasa: Paul A.Rajoe, Gina Gania, Ichsan Setiyo Budi). Jakarta:
Penerbit Erlangga
SPAP Institut Akuntan Publik Indonesia.2011. Standar Profesi akuntan Publik per
31 maret 2011. Jakarta: PT. Salemba Empat.