PEMERIKSAAN AKUNTANSI
DAN AKUNTAN PUBLIK
f. Menyampaikan hasil-hasilnya
Yaitu menyampaikan hasil-hasil audit yang disajikan dalam bentuk laporan
akuntan (audit report) yang mengungkapkan tingkat kesesuaian antara asersi-
asersi dengan kriteria yang telah ditentukan yang dapat menaikkan atau
menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat pihak/badan usaha yang diperiksa.
2) Complaince audit
Pemeriksaan akuntansi ini dimaksudkan untuk menentukan apakah kegiat an
financial maupun operasi tertentu suatu perusahaan/organisasi telah sesuai
dengan kondisi-kondisi, aturan-aturan atau regulasi yang telah ditetapkan.
Aturan-aturan atau regulasi itu bisa berasal dari kebijakan manajemen,
pemerintah, organisasi profesi ataupun para investor atau kreditor.
3) Operasional audit
Audit ini dimaksudkan untuk mengevaluasi kegiatan operasional suatu
perusahaan atau organisasi dalam hubungannya dengan pencapaian efisiensi
dan efektivitas dalam operasi perusahaan atau organisasi. Efisiensi adalah
perbandingan antara masukan dengan keluaran sedangkan efektivitas
perbandingan antara keluaran dengan target yang sudah ditetapkan. Dalam
4. Tipe Auditor
Auditor yang ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan diklasifikasikan ke
dalam tiga kelompok yaitu :
a. Auditor eksternal
Auditor eksternal sering juga disebut auditor independen yaitu para akuntan
publik yang memberikan jasa auditing profesional kepada para pihak yang
membutuhkan. Para pihak tersebut dapat berupa organisasi bisnis
(perusahaan), organisasi nirlaba, badan-badan pemerintah maupun individu-
individu/perseorangan. Disamping memberikan jasa auditing, akuntan publik
juga menyediakan jasa konsultasi pajak, konsultasi manajemen, penyusunan
system akuntansi dan lainnya.
b. Auditor internal
Auditor internal adalah auditor yang bekerja dalam suatu perusahaan yang
merupakan bagian dari struktur organisasi perusahaan dan statusnya sama
dengan pegawai atau karyawan perusahaan lainnya. Tugas utamanya
berhubungan dengan audit operasional dan audit kepatuhan yang dapat
membantu tugas-tugas manajemen. Adanya auditor internal dalam suatu
perusahaan akan memudahkan auditor eksternal melakukan pekerjaannya.
c. Auditor pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja dalam pada instansi
pemerintah yang tugas utamanya adalah untuk melakukan audit atas
pertanggung jawaban keuangan dari unit-unit organisasi pemerintah.
Ternasuk auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja di BPKP,
Direktorat Jendral Pajak, BPK, dan lain-lain.
RANGKUMAN :
Auditing adalah suatu proses yang sistematis yang menghimpun dan
mengevaluasi bukti-bukti secara objektif mengenai asersi-asersi yang disajikan
PERTANYAAN :
1. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan akuntansi?
2. Pemeriksaan akuntansi dapat digambarkan dalam suatu model. Gambarkan model
pemeriksaan akuntansi (audit) tersebut!
3. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi pemeriksaan akuntansi yang ada!
4. Sebutkan dan jelaskan tipe-tipe auditor?
5. Jelaskan perbedaan akuntansi dan pemeriksaan akuntansi!
6. Bagaimana hirarki suatu kantor akuntan public?
7. Mengapa suatu perusahaan diperiksa oleh akuntan public?
8. Jasa-jasa apa saja yang ditawarkan oleh akuntan public?
>>>>>>>>>> OOO<<<<<<<<
Suatu teori biasanya tercipta atau timbul untuk menerangkan gejala-gejala atau
phenomena yang dapat diamati dalam dunia nyata. Dengan adanya teori memungkinkan
ide-ide yang nampaknya terpisah menjadi terorganisasi ke dalam suatu kumpulan ide-
ide yang kemudian membentuk ilmu pengetahuan. Suatu pengetahuan tanpa disadari
suatu teori maka pengetahuan itu akan sulit untuk diobservasi dan diterangkan. Namun
demikian teori-teori memiliki keterbatasan-keterbatasan yang merupakan cerminan
keterbatasan manusia itu sendiri hingga teori selalu terbuka untuk didebat atau
didiskusikan atau menjadi tidak berlaku lagi (usang).
Menurut Lee dalam bukunya corporate audit theory ada tiga kelompok postulat
sebagai dasar teori dalam auditing . Pertama , postulat yg berkaitan dgn aspek
beradaan , kedua yg berfokus pada tindakan auditor dan aspek prilaku dan ketiga yg
berfokus pada produsen audit dan fungsional audit.
Dalam melakukan audit, auditor menerapkan produsen audit sesuai dgn sesuai
dgn standar yg diterima umum . untuk menerapkan standar, diperlukan konsep dasar yg
mendasari sehingga standar tersebut dapat dijabarkan dalam produsen audit untuk
mencapai suatu kualitas audit yg ditetapkan
Konsep dasar merupakan dasar untuk menetapkan standar yaitu pengarah dan
pengukur kualitas dari mana standar –standar audit diturunkan. Konsep dasar adalah
abtraksi-abtraksi yg diturunkan dari pengalaman dan observari dan dirancang untuk
Menurut Mautz dan Sharaf auditing tersusun atas lima konsep dasar yaitu:
a. Bukti(evidencea)
b. Kehati-hatian dalam pemeriksaan (due audit care)
c. penyajian atau pengunkapan yg wajar
d. etika prilaku (etical conduct)
a. Bukti
d. Independensi
e. Etika Prilaku
Etika dalam auditing berkaitan dengan prilaku yang ideal seorang auditor
professional yang independent dalam melaksanakan audit.
2. Standar Auditing
Standar auditing telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI) yang secara garis besar terdiri dari tiga standar yaitu standar umum (general
standards) yang terdiri dari tiga standar yang mengatur mutu professional auditor
independen atau persyaratan pribadi auditor, standar pekerjaan lapangan (field work
standards) juga terdiri dari tiga standar yang mengatur tentang pertimbangan-
pertimbanganyang harus digunakan dalam melaksanakan audit dan terakhir adalah
standar pelaporan (reporting standards) dengan empat standar didalamnya dimana
mengatur tentang ketentuan-ketentuan didalam membuat laporan keuangan auditan.
Dengan demikian jumlah standar auditing adalah sepuluh standar. Standar auditing
adalah kaidah agar mutu atau kualitas audit atas laporan keuangan yang dilakukan
auditor independen terjamin tanpa memandang besar kecilnya usaha klien, bentuk
organisasi bisnis, jenis industri atau apakah kegiatan yang berorientasi mencari laba
a. Standar Umum
a) Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan yang cukup sebagai auditor
b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam
sikap mental harus dipertahankan oleh auditor
c) Dalam Pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
Adapun penjelasan lebih detail dari masing-masing standar di atas adalah sebagai
berikut :
Standar Umum
Standar umum pertama berbunyi :
Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan yang cukup sebagai auditor
Standar pertama inim mengatur persyaratan keahlian/ kompetensi akuntan
public dalam menjalankan profesinya. Suatu profesi adalah suatu pekerjaan
dalam masyarakat yang memerlukan syarat-syarat kecakapan dan
kewenangan. Masing-masing profesi mempunyai syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh siapapun yang yang ingin masuk sebagai anggota profesi
tersebut untuk memjamin bahwa anggota profesi mempunyai keahlian dan
ketrampilan/pengalaman yang memadai untuk menjamin kualitas pekerjaan
Standar Pelaporan
Standar pelaporan pertama berbunyi:
Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
RANGKUMAN
Teori auditing tersusun ke dalam lima konsep dasar yaitu bukti, kehati-hatian,
penyajian atau pengungkapan yang wajar, independensi dan etika perilaku. Dari
konsep dasar tersebut dibuat standar auditing. Standar auditing terdiri dari sepuluh
>>>>>>>OOO<<<<<<<
PERTANYAAN :
Laporan auditor independen bentuk baku baru diberikan oelh auditor apabila
dipenuhinya kondisi-kondisi sebagai berikut :
a. Semua jenis laporan sudah dimasukan dalam laporan keuangan .
b. Semua standar umum dan standar pekerjaan lapangan telah dilaksankan dan
bukti yang cukup telah dihimpun.
c. Laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum termasuk pengungkapan yang memadai.
d. Tidak ada kondisi lain yang mengharuskan auditor untuk menambahkan
paragraf penjelas.
No. : 4321/XII/SY/04
Tanggal : 31januari 2003
Kepada Yth.,
Direksi dan Dewan Komisaris
PT langit Biru
Jalan Tegal Lantang
Denpasar
Kami telah mengaudit neraca PT langit Biru per 31 Desember 2003 serta laporan
laba rugi, laporan perubahan laba ditahan dan laporan arus kas untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen
perusahaan. Tanggung jawab kami adalah pada pernyataan pendapat atas laporan
keuangan berdasarkan audit kami.
Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut diatas menyajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT Langit Biru per 31
Desember 2003, dan hasil usaha serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal
tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Keharusan pencatuman judul ini tidak terdapat di dalam laporan akuntan bentuk
baku yang lama. Pencatuman kata ‘Independen’ untuk lebih menegaskan posisi auditor
didalam melakukan pemeriksaan yaitu sebgai pihak yang bebas atau tidak tergantung
atau independen.
Tanggal
Tanggal yang tercantum dalam laporan akuntan adalah tanggal selesainya
pekerjaan lapangan dan bukan tanggal dibuatnya laporan akuntan.
Pendapat auditor adalah pendapat atau opini yang diberikan oleh auditor dalam
pemeriksaan terhadap laporan keuangan. Pendapat akuntan ini akan mempengaruhi
penilaian para pihak yang berkepentingan terhadap laopran keuangan dengan demikian
jenis pendapat yang di berikan oleh auditor mempunyai pengaruh besar. Pendapat
akuntan diberikan setelah auditor melakukan audit secara seksama sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Standar Pemeriksaan Akuntan Publik (SPAP).
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP nomor 29),ada lima jenis pendapat
akuntan yaiut :
a. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified opinion)
b. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas
yangditambahkan dalam laporan audit standar (Unqualified opinien with
explanatory language)
c. Pendapat wajar dengan pengecualina (Qualified Opinion)
d. Pendapat tidak wajar (adverse opinion)
e. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of opinion)
Jika auidtor telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar auditing dan
telah mengumpulkan bahan-bahan pembuktian (audit evidence) yang cukup untuk
mendukung opininya serta tidak menemukan adanya kesalahan material atau salah saji
material atau penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Pendapat wahar tanpa pengecualian merupakan jenis pendapat akuntan yang
terbaik dimana auditor berkesimpulan bahwa laporan keuangan yang diperiksanya
telah menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil
usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Dalam standar Auditng 411 pernyataan 04 (SA 4111 par 04) dikatakan bahwa
laporan keuangan yang wajar telah melalui pertimbangan-pertimbangan :
1. Apakah prinsip akuntansi yang dipilih dan dilaksanakan telah berlaku umum
1. Tidak ada bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan lingkup
audit yang material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara
keseluruhan.
2. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip
akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material tetapi tidak
mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan penyimpangan tersebut
dapat berupa pengungkapan yang tidak memadai maupun perubahan dalam
prinsip akuntansi.
jenis pendapat akuntan ini diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar Posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Apabila auditor memberikan pendapat tidak wajar maka auditor harus
memberikan penjelasan dalam paragraph yang terpisah sebelum paragraph pendapat
yaitu semua alsan yang mendukung pendapat tidak wajar dan dampak utamanya
terhadap posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas jika hal tersebut bisa dimungkinkan
atau jika dampak tersebut tidak dapt ditentukan secara beralasa, laporan akuntan harus
menyatakan hal tersebut.
Jenis pendapat ini diberikan oleh auditor apabila adanya pembatasan terhadap
lingkup pemeriksaan baik yang disebabkan oleh klien (perusahaan yang diperiksa) atau
4. Expectation Gap
Expectation Gap adalah apa yang diharapkan masyaratkan dan pemakai laporan
keuangan dengan apa yang sesungguhnya terjadi. Expectation Gap ini menjadi
tanggung jawab auditor. Sering masyarakaat mengeluh terhadap profesi ini yang
mengharuskan profesi akuntan publik terus menerus melakukan pembenahan dan
penyempurnaan seperti penyempurnaan dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan
Standar Auditing.
Karena tuntutan masyarakat dan pemakai jasa auditor terus berkembang seiring
semakin komplek dan dinamisnnya dunia usaha maka profesi ini harus bersikap proaktif
dengan tuntutan tersebut. Masyarakat dan pemakai jasa auditor mengharapkan :
1. Melaksanakan audit dengan kompetensi teknik, integritas, independensi dan
objektif
2. Mencari dan mendeteksi salah saji material baik akibat kekeliruan maupun
ketidakberesan.
3. Mencegah laporan keuangan yang menyesatkan terutama akibat kecurangan dan
pelanggaran hukum
4. Mengungkapkan kemungkinan ketidakmampuan perusahaan untuk meneruskan
usahanya dimasa datang
Tuntutan masyarakat dan pemakai jasa auditor tersebut menuntut auditor untuk
terus menerus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan teknis. Pengetahuan tentang
ketentuan=ketentuan baru dibidang perpajakan, bisnis, industri dan hukum yang relevan
dengan profesi ini harus selalu diikuti demikian juga kemampuan teknis melakukan
audit juga terus disempurnakan.
No. : 431/JL/II/03
Tanggal : 28 Pebruari 2003
Kepada Yth.,
Direksi dan Dewan Komisaris
PT langit Biru
Jln. Imam Bonjol
Denpasar
Kami telah mengaudit neraca PT langit Biru per 31 Desember 2002 serta laporan
laba rugi, laporan perubahan laba ditahan dan laporan arus kas untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen
perusahaan. Tanggung jawab kami adalah pada pernyataan pendapat atas laporan
keuangan berdasarkan audit kami.
Menurut Pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut diatas menyajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT langit Biru per 31
Desember 2002 dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal
tersebut sesuai dengan Prinsip akuntansi yang berlaku umum.
No. : 431/JL/II/03
Tanggal : 28 Pebruari 2003
Kepada Yth.,
Direksi dan Dewan Komisaris
PT langit Biru
Jln. Imam Bonjol
Denpasar
Kami telah mengaudit neraca PT langit Biru per 31 Desember 2002 dan 2001
serta laporan laba rugi, laporan perubahan laba ditahan dan laporan arus kas untuk tahun
yang berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab
manajemen perusahaan. Tanggung jawab kami adalah pada pernyataan pendapat atas
laporan keuangan berdasarkan audit kami.
Perusahaan tidak memasukan kewajiban sewa guna usaha tertentu dari aktiva
tetap dan kewajiban dalam neraca terlampir dan menurut pendapat kami, harus
dikapitalisasi agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, harus
dikapitalisasi agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Jika kewajiban
No. : 431/JL/II/03
Tanggal : 28 Pebruari 2003
Kepada Yth.,
Direksi dan Dewan Komisaris
PT langit Biru
Jalan Tegal Lantang
Denpasar
Kami telah mengaudit neraca PT langit Biru per 31 Desember 2002 dan 2001
serta laporan laba rugi, laporan perubahan laba ditahan dan laporan arus kas untuk tahun
yang berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab
manajemen perusahaan. Tanggung jawab kami adalah pada pernyataan pendapat atas
laporan keuangan berdasarkan audit kami.
Menurut pendapat kami, karena dampak hal yang kami uraikan dalam paragraf
diatas, laporan keuangan yang kami sebut di atas tidak menyajikan secara wajar, sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, posisi keuangan PT langit Biru per 31
Desember 2002 dan 2001 atau hasil usaha, atau arus kas untuk tahun yang berakhir pada
tanggal – tanggal tersebut.
Kami telah mengaudit neraca PT langit Biru per 31 Desember 2002 dan 2001
serta laporan laba rugi, laporan perubahan laba ditahan dan laporan arus kas untuk tahun
yang berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab
manajemen perusahaan. Perusahaan tidak melakukan penghitungan pisik sediaan dalam
tahun 2002 yang dicantumkan dalam laporan keuangan sebesar Rp........ pada tanggal 31
Desember 2002. Lebih lanjut, bukti –bukti yang mendukung harga perolehan aktiva
tetap yang dibeli sebelum tanggal 31 Desember 2002 tidak lagi tersedia dalam arsip
perusahaan. Catatan perusahaan tidak memungkinkan dilaksanakannya penerapan
prosedur audit lain terhadap persediaan dan aktiva tetap.
Adanya perbedaan antara apa yang diharapkan para pemakai jasa auditor dengan
keadaan sesungguhnya disebut dengan Expectation gap. Expectation gan ini menjadi
tanggung jawab auditor dan dijawab dengan terus-menerus meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan teknis sebagai auditor disamping juga menyempurnakan aturan-aturan
yang mengatur tata kerja auditor seperti standar-standar auditing termasuk pernyataan
standar auditing dan interprestasi penyataan Standar auditing.
PERTANYAAN :
a. Program Audit
Program audit merupakan daftar prosedur audit atau langkah-langkah yang akan
dilakukan dalam melakukan audit elemen-elemen atau pos-pos tertentu dari laporan
keuangan. Dalam program audit meliputi langkah-langkah pemeriksaan yang harus
diikuti dalam melakukan verifikasi pos-pos tertentu dalam laporan keuangan, tanggal
d. Daftar Pendukung
Dalam melakukan pemeriksaan, auditor melakukan pengujian-pengujian
elemen-elemen yang terdapat dalam laporan keuangan. Untuk itu auditor membuat
kertas kerja untuk mendukung informasi yang dikumpulkan. Dalam tiap elemen yang
diperlukan, auditor mencantumkan metode verifikasi, pertanyaan-pertanyaan yang
timbul serta jawaban atas pertanyaan tersebut. Daftar pendukung memberikan
informasi yang rinci tentang pos tertentu dari laporan keuangan yang diperiksa.
e. Daftar Utama
Untuk memudahkan supervisi kertas kerja yang dibuat oleh asisten maupun staf
auditor, berbagai jenis kertas kerja tersebut harus disajikan dalam susunan yang
sistematis. Adapun susunan kertas kerja tersebut pada umunya adalah :
a) Draft laporan audit
b) Laporan keuangan auditan
c) Ringkasan informasi bagi penelaah
d) Program audit
e) Laporan keuangan atas neraca lajur yang dibuat klien
f) Ringkasan jurnal penyesuaian
g) Working trial balance
h) Daftar utama
i) Daftar pendukung
PERTANYAAN :
1. Apakah yang dimaksud dengan kertas kerja pemeriksaan?
2. Apa tujuan dibuatnya kertas kerja pemeriksaan?
3. Jelaskan prinsip-prinsip atau ketentuan umum pembuatan kertas kerja
pemeriksaan!
4. Sebutkan dan jelaskan tipe-tipe kertas kerja pemeriksaan!
5. Jelaskan dua jenis pengarsipan kertas kerja pemeriksaan!
6. Jelaskan hubungan antar tipe kertas kerja pemeriksaan!
a. Pertanggungjawaban manajemen
b. Kewajaran atau keyakinan rasional yang memadai
c. Keterbatasan bawaan
d. Metode pengolahan data
a. Pertanggungjawaban Manajemen
c. Keterbatasan Bawaan
a. Lingkungan pengendalian
b. Sistem akuntansi
c. Prosedur pengendalian
a. Lingkungan Pengendalian
Sistem akuntansi terdiri dari metode dan catatan yang diciptakan untuk
mengidentifikasikan, menghimpun, menganalisis, mengelompokkan, dan melaporkan
transaksi satuan usaha dan untuk menyelenggarakan pertanggungjawaban aktiva dan
kewajiaban yang bersangkutan dengan transaksi tersebut.
c. Prosedur Pengendalian
Aktiva Tetap
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut sistem dan prosedur
penambahan dan pengurangan aktiva tetap, pencatatan dan penilaian
aktiva tetap dan lain-lain.
Gaji dan Upah
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut kebijakan personalia (
human resources development ) serta sistem dan prosedur pembayaran
gaji dan upah.
c. Narrative
1. Validitas ( validity )
Transaksi yang dicatat merupakan transaksi yang benar-
benar terjadi dan bukan transaksi fiktif atau transaksi rekayasa
belaka.
2. Kelengkapan ( Completeness )
Semua transaksi yang terjadi telah dicatat dan tidak ada
yang terlewatkan. Ini berarti semua transaksi yang dicatat valid
telah dicatat.
3. Keabsahan Pencatatan ( Recording propriety )
Transaksi telah dinilai, dievaluasi, diklasifikasi, dicatat
dan diposting
4. Penjagaan/ Pengamanan ( Safeguarding )
Pengamanan terhadap aktiva dan dokumen penting
perusahaan adalah sangat diperlukan. Aktiva dan dokumen
harus dijaga atau diakses hanya oleh orang atau pejabat yang
berwenang. Tidak ada pihak yang berwenang yang dapat
melakukan akses terhadap dokumen atau aktiva perusahaan.
5. Purna Tanggung Jawab ( Subsequent accountability )
Saldo tercatat atas setiap aktiva dan hutang
dibandingkan dengan wujud nyata dari setiap aktiva dan
hutang. Pencocokan harus dilakukan secara periodic untuk
mengetahui akurasi pencatatan dengan keadaan yang
sesungguhnya.
PERTANYAAN :
2) Waktu pemeriksaan
a) Waktu dimulainya suatu pemeriksaan.
b) Berapa lama waktu pemeriksaan.
c) Dead lama, dalam hubungan dengan laporan akuntan:
- Selesai kapan
- Dikirim kemana dan kapan sampainya
- Kepada siapa laporan itu dikirim
d) Budget, baik dalam jumlah jam kerja maupun biaya
pemeriksaan. Tarif yang dibebankan kepada klien antara lain:
Tarif masing-masing dan taksiran jumlah jam kerja masing-
masing staf, antara lain untuk
-Partner
- Manager.
- Senior
- Yunior
- Asisten
- Anggaran per bagian atau area
(misalnya pemeriksaan piutang 60 jam, terdiri dari
10jam incharge 50 jam asisten).
5)Time schedule
Misal: Bulan November,
Evaluasi kembali struktur pengendalian intern
Program audit sementara(Tentative audit program)
Bulan Desember
Penghitungan fisik kas (opname cash)
Pengamatan penghitungan fisik sediaan akhir
tahun
Pengamatan cut-off produksi akhir tahun
Pada jadwal waktu kerja juga ditulis siapa yang mengerjakan dan berapa
jam kira-kira waktu yang dibutuhkan.
Pada akhir audit plan ditulis :
1. Dibuat oleh :
2. Review oleh:
3. Approved oleh :
1) Risiko Bawaan
2) Resiko Pengendalian
Resiko pengendalian adalah resiko bawahwa salah saji yang material yang
dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicagah atau diditeksi secara
tepat waktu oleh struktur pengendalian intern satuan usaha. Contoh :
pengendalian intern mungkin menjadi tidak efektif karena kelalaian manusia
atau adanya kolusi.
3) Risiko Deteksi
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi merupakan fungsi
5. Rangkuman
Agar pelaksanaan audit dapat berjalan dengan efektif dan efesien makan
auditor membuat perencanaan audit. Luas dan kelengkapan perencanaan
sangat tergantung pada ukuran dan kompleksitas perusahaan klien,
pengalaman auditor, pengetahuan dan kemampuan auditor beserta seluruh
stafnya. Untuk melakukan perencanaan audit ada enam langkah yang dapat
dilakukan auditor yaitu menghimpun pemahaman bisnis klien dan industri,
melakukan prosedur analistis, melakukan penilaian awal terhadap
materialitas, menilai resiko audit, mengembangkan strategi audit untuk
asersi-asersi yang signifikan dan terakhir menghimpun pemahaman terhadap
struktur pengendalian intern.
Selanjutnya auditor menyusun program audit yang merupakan rangkaian
prosedur yang akan dilakukan dalam audit dan dibuat secara tertulis.
Program audit ini akan mengarahkan pelaksanaan audit agar dapat efektif
dan efeisen. Program pemeriksaan yang baik harus berisi tujuan
pemeriksaan, audit prosedur yang akan dijalankan dan simpulkan tas
pemeriksaan. Dalam melakukan audit harus dipertimbangkan resiko audit
dan materialitas.
PERTANYAAN :
Disamping itu, sampel harus mengandung stabilitas dimana seandainya jumlah sampel
ditambah, maka hasilnya harus sama atau berubah secara proposional. Pada
kenyataanya, auditor tidak akan mengetahui apakah sampel yang diambilnya merupakan
sampel yang representatif, meskipun ia telah selesai melaksanakan seluruh pengujian.
Auditor maksimal hanya dapat meningkatkan kualitas pengambilan sampel menjadi
mendekati kualitas sampel yang representatif. Hal tersebut dapat dilaksanakan auditor
dengan cara merancang dan melakukan seleksi sampel, dan mengevaluasi hasil sampel,
dan mengevaluasi hasil sampel secara cermat dan teliti.
Sedangkan resiko non sampling meliputi semua aspek resiko audit yang tidak
berkaitan dengan sampling. Resiko ini tidak akan pernah dapat diukur secara matematis
atau secara akurat. Resiko non sampling timbul karena kesalahan pemilihan maupun
penerapan prosedur audit yang tidak sesuai dengan tujuan audit dan salah interprestasi
hasil sampel.
Sekalipun resiko non sampling tidak dapat diukur secara matematis, resiko non-
sampling ini dapat ditekan oleh auditor dengan cara melakukan perencanaan yang tepat,
melakukan pengawasan atau supervise yang tepat dan menerapkan standar pengendalian
kualitas yang ketat atas pelaksanaan audit.
Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit yang dapat dipilih auditor
untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup. Kedua pendekatan tersebut adalah
:
a. Sampling stattistik
b. Sampling non-statistik
Untuk menentukan cukup tidaknya bukti antara lain berkaitan dengan rancangan
dan ukuran sampel audit. Penilaian kompetensi bukti audit semata-mata merupakan
pertimbangan audit. Penilaian sampel hanya berkaitan dengan kemungkinan terjadinya
salah saji atau penyimpangan moneter dari kebijakan dan prosedur struktur
pengendalian intern yang ditetapkan Oleh karena itu, pemilihan metode sampling
statistik atau sampling non statistik tidak secara langsung mempengaruhi keputusan
auditor mengenai :
Prosedur audit yang akan diterapkan atas sampel yang dipilih.
Kompetensi bukti audit yang diperoleh berkaitan dengan item sampel individual.
Tanggapan auditor atas kesalahan yang ditemukan dalam item sampel.
Pemilihan antara kedua pendekatan tersebut didasarkan terutama pada
pertimbangan manfaat dan biaya. Sampling non statistik penentuan dan evaluasi sampel
dilakukan secara subyektif atas dasar pengalaman auditor, sehingga mungkin terjadi
sampel yang terlalu besar atau terlalu kecil. Namun demikian, sampling non statistik
dapat menghasilkan efektivitas yang sama dengan sampling statistik. Kedua pendekatan
sampling tersebut merupakan subyek risiko sampling dan risiko non sampling. Auditor
dapat menggunakan sampling statistik atau sampling non statistik atau kedua-duanya
dalam melaksanakan pengujian audit.
a. Sampling Statistik
Sampling statistik lebih banyak memerlukan biaya dari pada sampling non
statistik. Biaya tersebut dikeluarkan berkaitan dengan biaya pelaksanaan training bagi
staf auditor untuk menggunakan statistik dan biaya pelaksanaan implementasi rencana
sampling statistik.
Tinggi biaya sampling statistik dikompensasi dengan tingginya manfaat yang
dapat diporoleh melalui pelaksanaan sampling statistik. Sampling statistik lebih
membenkan manfaat dari pada sampling non statistik. Sampling statistik
menguntungkan manajement dalam tiga hal berikut;
laporan keuangan adalah untuk memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan
klien. Untuk mendasari pemberian pendapat tersebut, auditor harus mengumpulkan dan
membuktikan) dan tidak sekedar evident atau bukti konkrit sebagai dasar untuk
Bukti audit merupakan suatu konsep yang fundamental di dalam audit. Hal itu
dinyatakan secara jelas dalam standar auditing yaitu standar pekerjaan lapangan ketiga,
yang menyatakan bahwa . "Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
Dari kalimat tersebut di atas, diperoleh hal penting yang berkaitan dengan bukti
audit, yaitu :
e. Kecukupan Bukti
Kecukupan bukti audit lebih berkaitan dengan kuantitas atau banyaknya bukti
1) Materialitas
atas tingkat materialitas laporan keuangan. Hal ini penting untuk menentukan jumlah
bukti yang harus dikumpulkan auditor selama proses pemeriksaan. Ada hubungan
terbalik antara tingkat materialitas dan kuantitas bukti audit yang diperlukan. Semakin
Sebaliknya, jika tingkat materialitas tinggi, maka kuantitas bukti yang diperlukan
rendah. Rendahnya salah saji yang dapat ditoleransi menuntut auditor untuk
yang terjadi.
Auditor harus dapat membedakan secara jelas antara tingkat materialitas saldo
akun dengan akun yang material. Pada umumnya akun yang material terhadap laporan
keuangan Iebih banyak memerlukan bukti dari pada akun yang tidak material. Di
samping itu, akun yang berisiko tinggi terhadap salah saji dalam laporan keuangan lebih
banyak memerlukan bukti daripada akun yang berisiko rendah terjadi salah saji.
2)Risiko Audit
resiko audit mempunyai hubungan terbalik. Rendahnya risiko audit berarti juga
Tingginya tingkat kepastian tersebut menuntut auditor untuk menghimpun bukti yang
lebih banyak. Semakin rendah tingkat risiko audit yang dapat diterima auditor, semakin
Hubungan terbalik juga ada antara risiko deteksi dengan jumlah bukti yang
diperlukan. Semakin rendah tingkat risiko deteksi yang dapat diterima auditor, semakin
banyak bukti yang diperlukan. Sebaliknya ada hubungan searah antara risiko bawaan
dan risiko pengendalian dengan kuantitas bukti yang diperlukan. Semakin tinggi tingkat
risiko bawaan, semakin banyak bukti yang diperlukan. Semakin tinggi tingkat risiko
ekonomi. Auditor memiliki keterbatasan waktu dan biaya yang digunakan untuk
memperoleh bukti yang diperlukan sebagai dasar yang memadai untuk memberikan
memperhitungkan apakah setiap tambahan biaya dan waktu untuk menghimpun bukti
seimbang dengan keuntungan atau mantaat yang diperoleh melalui kuantitas dan
kualitas bukti yang dihimpun atau dengan kata lain beban yang dikeluarkan dan manfaat
dan mengevaluasi seluruh bukti yang ada untuk mendukung pendapatnya. Hal tersebut
sangat tidak efisien. Pengumpulan bukti audit dilakukan atas dasar sampling.
Menentukan jumlah sampel yang diambil dari populasi, ada hubungan searah
antara besar populasi dengan besar sampling yang harus diambil. Semakin besar
populasinya semakin besar jumlah sampel bukti audit yang harus diambil dari
Jumlah sampel yang diambil dari populasi juga dipengaruhi oleh karakteristik
individual yang menjadi anggota populasi. Auditor memerlukan lebih banyak sampel
dan informasi yang lebih kuat mendukung atas populasi yang bervariasi anggotanya dari
b. Kompetensi Bukti
dikumpulkan. Kompetensi bukti yang berupa catatan akuntansi berkaitan erat dengan
semakin kompeten catatan akuntansi yang dihasilkan atau kualitas bukti semakin tinggi.
Kompetensi bukti audit yang berupa informasi penguat tergantung pada beberapa faktor
yaitu :
1) relevansi,
2) sumber bukti,
3) ketepatan waktu,
4) obyektivitas,
1) Relevansi
laporan akuntan melainkan hanya bukti-bukti yang relevan dengan tujuan pemeriksaan.
Bukti yang relevan adalah bukti yang tepat digunakan untuk suatu maksud tertentu.
Sebagai contoh pengamatan fisik aktiva tetap yang dilakukan auditor relevan digunakan
persediaan tidak relevan digunakan untuk menentukan apakah aktiva tetap tersebut
benar-benar menjadi milik perusahaan (asersi hak dan kewajiban) karena seandainya
ada barang milik entitas atau perusahaan lain yang sekedar dititipkan ke gudang
perusahaan maka auditor tidak dapat mendeteksinya melalui pengamatan fisik . Bukti
yang relevan lebih kompeten dari pada bukti yang tidak relevan.
2) Sumber
dikumpulkan atau diperoleh. Apakah bukti tersebut berasal dari dalam atau luar
bukti audit. Bukti yang diperoleh auditor secara langsung dari pihak di luar perusahaan
yang independen merupakan bukti yang paling dapat dipercaya. Bukti semacam ini
memberikan tingkat keyakinan keandalan yang lebih besar dari pada yang dihasilkan
dan diperoleh dari dalam perusahaan. Di samping itu data akuntansi dan laporan
keuangan yang dikembangkan atau dihasilkan dari suatu pengendalian internal yang
baik dan memuaskan lebih meyakinkan keandalannya dan lebih dapat dipercaya dari
analisa yang dilakukan dan inspeksi lebih memberikan keyakinan dari pada
pengetahuan yang diperoleh secara tidak langsung karena auditor bisa melihat langsung
atau menghitung atau mengalisa sendiri pristiwa, proses transaksi atau bukti-bukti
3) Ketepatan Waktu
Suatu bukti menjadi kompeten apabila bukti yang dibutuhkan tersebut bisa
disediakan pada saat diperlukan atau bukti yang dikumpulkan tersebut berasal dari
periode waktu yang tepat. Kriteria ketepatan waktu ini berhubungan dengan tanggal
pemakaian bukti tersebut dan kapan bukti bukti tersebut diperoleh. Ketepatan waktu ini
sangat penting terutama dalam verifikasi aktiva lancar, utang lancar dan rekening
laporan rugi laba terkait karena hasilnya digunakan untuk mengetahui apakah cut-off
atau pisah batas telah dilakukan secara tepat. Disamping itu bukti yang diperoleh dekat
dekat dengan pembuatan laporan keuangan. Rekayasa bukti atau transaksi biasanya
4) Objektivitas
kepentingan para pihak terhadap bukti yang ada atau diperoleh Bukti yang obyektif
lebih dapat dipercaya (reliabel) dan kompeten dari pada bukti subyektif. Dalam
pertimbangan.
tingkat keyakinan auditor untuk keperluan menyimpan hasil audit unruk menyatakan
yang mempunyai tingkat keyakinan yang bervariasi tidak mungkin dilakukan dengan
penerapan secara wajar jumlah dan kualitas bukti yang disyaratkan. Penenruan
2) Integritas Manajemen
yang harus diperoleh. Semakin rendah tingkat kepercayaan auditor terhadap manajemcn
maka semakin banyak bukti audit kompeten yang harus dikumpulkan karena
manajemen yang perannya dalam mengendalikan data akuntansi dan bukti penguat yang
Semakin banyak jenis dan frekuensi transaksi yang terjadi dalam suatu
kompeten yang hams diperoleh. Apabila perusahaan tersebut perusahaan publik (yang
sudah go public) maka audit atas perusahaan jenis ini memerlukan tingkat keyakinan
yang lebih tinggi dari pada misalnya perusahaan milik perseorangan karena banyak
pihak yang berkepentingan dengan laporan akuntan disamping juga adanya ketentuan-
ketentuan atau aturan-aturan yang harus dipenuhi dalam audit untuk perusahaan publik.
5) Kondisi Keuangan
keuangan maka auditor harus lebih hati-hati dan bukti-bukti audit kompeten yang lebih
besar dengan sengaja melakukan salah saji atau rekayasa laporan keuangan untuk
2. Sifat Bukti
Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari dua jenis yaitu :
a) Jurnal
2) Bukti audit pendukung adalah bukti yang mendukung atas laporan keuangan yang
dapat berupa :
a) Bukti fisik
b) Bukti konfirmasi
c) Bukti dokumenter
independen
f) Bukti lisan
g) Bukti analistis
Struktur pengendalian interen adalah salah satu bentuk bukti audit yang
catatan akuntansi yang dibuat klien. Baik buruknya system pengendalian interen
b. Bukti fisik
Bukti fisik diperoleh auditor dari aktiva berwujud yang dimiliki klien. Bukti fisik
diperoleh melalui verifikasi saldo aktiva berujud misalnya kas, sediaan, surat berhaga
dan aktiva tetap. Pemeriksaan langsung secara fisik terhadap aktiva merupakan cara
yang paling obyektif dalam menentukan kualitas aktiva yang bersangkutan. Oleh
karena itu bukti fisik merupakan jenis bukti yang paling bisa dipercaya.
c. Catatan Akuntansi
Catatan akuntansi yang dibuat klien merupakan salah satu objek utama yang
diperiksa dalam laporan audit laporan keuangan. Catatan akuntansi seperti jumal,
buku besar, buku pembantu merupakan sumber dalam penyusunan laporan keuangan.
Konfirmasi merupakan bukti audit yang sangat tinggi reabilitasnya karena berisi
informasi dari pihak ketiga secara langsung dan tertulis. Konfirmasi dilakukan
auditor untuk mendapat keyakinan terhadap unsur tertentu yang berdampak terhadap
pemeriksaan terhadap kas di bank, piutang usaha, sediaan dan lain-lain. Bukti
konfirmasi dapat memberikan bukti yang reliabel untuk semua asersi terutama asersi
e. Bukti dokumenter
1) Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar dan dikirim kepada auditor
secara langsung
2) Bukti dokementer yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor
melalui klien
paling rendah karena dokumen yang dibuat dan disimpan klien mempunyai
notulen rapat, rekening koran bank, faktur penjualan, faktur pembelian dan
lain-lain.
kondisi atau kejadian tertentu. Surat pernyataan tertulis bisa dibuat oleh klien
g. Bukti Matematis
anuitas obligasi
h. Bukti Lisan
secara lisan tentang hal-hal tertentu untuk mendapat keyakinan atau untuk
lapangan yang ketiga, ada empat metode yang dapat dilakukan yaitu :
1) Inspeksi merupakan prosedur pemeriksaan fisik secara rinci terhadap dokumen atau
kondisi suatu aktiva berujud untuk mendapat keyakinan yang memadai bahwa
cara mengajukan pertanyaan secara lisan maupun tertulis kepada manajer, penasehat
mengumpulkan bukti audit. Bukti audit bisa berupa bukti lisan mapun representasi
tertulis.
sediaan konsinyasi.
Disamping metode di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal
yang berkaitan dengan proses pengumpulan bukti yaitu penentuan prosedur audit,
penentuan besarnya sampel yang diambil, penentuan cara bagaimana sampel itu dipilih
dan penentuan waktu kapan pelaksanaan prosedur audit. Hal ini akan mempengaruhi
kompetensi bukti yang diperoleh sebagai dasar untuk menyusun laporan audit.
Evaluasi bukti audit dilakukan auditor untuk membuat laporan audit yang tepat
sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Audit harus bersikap objektif, hati-hati dan
menyeluruh dalam mengevaluasi bukti audit. Evaluasi bukti audit dilakukan untuk
menguji asersi-asersi yang disajikan dalam laporan keuangan. Evaluasi dapat dapat
Tujuan audit dapat berkaitan dengan fakta misalnya keberadaan sediaan barang jadi di
gudang atau aktiva tetap maupun dengan judgemeni misalnya kecukupan pengungkapan
kewajiban bersyarat dan sebagainya. Evaluasi bukti ini harus lebih tcliti bila
sesungguhnya
PERTANYAAN :