Anda di halaman 1dari 108

1 TINJAUAN UMUM

PEMERIKSAAN AKUNTANSI
DAN AKUNTAN PUBLIK

Kerangka Isi : : Pada bab ini akan diuraikan tentang :


1. Pengertian pemeriksaan akuntansi
2. Perbedaan akuntansi dan pemeriksaan akuntansi
3. Klasifikasi pemeriksaan akuntansi
4. Tipe-tipe Auditor
5. Jasa-jasa yang ditawarkan oleh akuntan public
6. Mengapa audit diperlukan
7. Hirarki kantor akuntan publik

Standar Kompetensi : Dapat memahami secara komprehensif tentang konsep/


prinsip/ standar pemeriksaan akuntansi dan mampu
membuat perencanaan dan program pemeriksaan
akuntansi.

Kompetensi dasar : Dapat menjelaskan pengertian, perbedaan, klasifikasi


pemeriksaan akuntansi, tipe-tipe auditor, jasa-jasa dan
hirarki akuntan public

Indikator Hasil Belajar : 1. Pengertian, perbedaan, klasifikasi pemeriksaan


akuntansi
2. Type-type auditor
3. Jasa-jasa dan hirarki akuntan publik

1. Pengertian Pemeriksaan Akuntansi


Pemeriksaan akuntansi (Audit) merupakan peran yang sangat penting di
dalam perkembangan dunia usaha. Berkembangnya dunia usaha menuntut adanya
profesionalisme dalam pengelolaan. Perusahaan tidak lagi mesti dikelola oleh
pemilik lingkaran keluarga pemilik seandainya mereka tidak mampu tetapi
diserahkan kepada para profesional yang ahli dibidangnya. Dengan demikian
semakin berkembang suatu perusahaan ada kecenderungan pemisahan dengan jelas
antara pemilik perusahaan dengan pengelola. Pemilik perusahaan tidak lagi terlibat

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


1
langsung dengan operasi perusahaan sehari-hari atau day-to day operation tetapi
sudah diserahkan kepada para manajer-manajer yang ahli dibidangnya. Peranan
pemilik perusahaan bergeser sebagai pengawas atau menetapkan kebijakan-
kebijakan umum perusahaan.

Dengan diserahkannya pengelolaan perusahaan kepada para manajer, maka


diperlukan adanya pihak yang independen untuk menilai kinerja perusahaan secara
objektif. Pihak independen ini akan memberikan laporan kepada pemilik atau
pihak-pihak yang membutuhkan yang tidak mempunyai akses langsung untuk
memeriksa perusahaan. Pihak independen tersebut adalah auditor atau akuntan
publik. Auditor akan melakukan pemeriksaan akuntansi (auditing) terhadap laporan
keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan untuk menilai kewajarannya
dibandingkan dengan standar-standar atau peraturan-peraturan yang telah
ditetapkan.

Ada beberapa pengertian tentang pemeriksaan akuntansi (auditing) yang


diberikan oleh para ahli di bidang akuntansi antara lain :
Menurut Alvin A. Arens dan James K. Loebbecke ‘… Auditing is the process by
which a competent, independent person accumulates and evaluates evidence about
quantittiable information related to a specific economic entity for the purpose of
determining and reporting on the degree of correspondence between the quantitiable
information and established criteria.”
Sedangkan menurut Sukrisno Agoes mengatakan :
“Pemeriksaan akuntansi adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan
sistimatis oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah
disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut.”.

Secara umum pemeriksaan akuntansi adalah suatu proses sistimatik untuk


memperoleh dan mengevaluasi bukti secara bojektif mengenai pernyataan-
pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan
tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kretiria yang telah

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


2
ditetapkan serta menyampaikan hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.

Dari pengertian-pengertian di atas pemeriksaan akuntansi memiliki unsur-


unsur penting sebagai berikut :
a. Proses yang sistematik
Pemeriksaan akuntan merupakan proses sistematik yang meliputi rangkaian
langkah atau prosedur yang logis, yaitu urutan-urutan langkah atau prosedur
yang terencana, terorganisasi dan mempunyai tujuan.

b. Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara objektif


Proses sistematik yang dilakukan adalah untuk menghimpun bukti-bukti yang
dipakai sebagai dasar atas pernyataan-pernyataan atau asersi-asersi yang dibuat
oleh individu atau badan usaha dan mengevaluasi secara objektif tanpa memihak
terhadap bukti-bukti tersebut. Baik dalam mengumpulkan maupun dalam
mengevaluasi bukti-bukti auditor harus objektif yaitu mengungkapkan fakta apa
adanya yang senyatanya, tidak bisa atau tidak memihak terhadap pihak-pihak
yang membuat asersi-asersi tersebut.

c. Asersi-asersi tentang berbagai kegiatan dan kejadian ekonomi


Asersi merupakan suatu pernyataan atau rangkaian pernyataan secara
keseluruhan oleh pihak yang bertanggung jawab dengan pernyataan tersebut.
Dalam audit laporan keuangan historis, yang dimaksud dengan kegiatan dan
kejadian ekonomi disini adalah hasil dari proses akuntansi yang disajikan dalam
laporan keuangan. Asersi-asersi meliputi informasi yang terkandung dalam
laporan keuangan, laporan operasi internal, laporan penunjang laporan keuangan
dan sebagainya.

d. Menetukan tingkat kesuaian


Menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti dimaksudkan untuk mengukur
tingkat kesesuaian atau sesuai tidak asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


3
telah ditetapkan. Tingkat kesuaian ini disampaikan dalam bentuk kuantitatif
maupun kualitatif.

e. Kriteria yang ditentukan atau ditetapkan


Yang dimaksud dengan kriteria disini adalah patokan atau standar yang dipakai
sebagai dasar untuk menilai asersi-asersi yang telah dibuat. Patokan atau standar
dapat berupa prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum atau Standar
Akuntansi Keuangan, aturan-aturan spesifik yang ditentukan oleh lembaga
legislatif atau pihak lain.

f. Menyampaikan hasil-hasilnya
Yaitu menyampaikan hasil-hasil audit yang disajikan dalam bentuk laporan
akuntan (audit report) yang mengungkapkan tingkat kesesuaian antara asersi-
asersi dengan kriteria yang telah ditentukan yang dapat menaikkan atau
menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat pihak/badan usaha yang diperiksa.

g. Para pemakai yang berkepentingan


Laporan audit dipergunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan sebagai
informasi yang berguna sebelum mengambil keputusan kepada pihak yang
diperiksa. Pihak yang berkepentingan meliputi : investor, kreditor, serikat buruh
pemegang saham dan sebagainya.

2. Perbedaan Akuntasi dengan Pemeriksaan Akuntansi


Pada dasarnya perbedaan akuntansi dengan pemeriksaan akuntansi (audit)
adalah terletak pada proses pengerjaan dimana akuntansi bersifat konstruktif
sedangkan pemeriksaan akuntansi bersifat analistis. Bersifat konstruktif karena
pekerjaan akuntansi dimulai dari adanya atau diciptakannya bukti-bukti transaksi
atau dokumen yang kemudian dicatat dalam jurnal lanjutan dengan posting ke dalam
buku besar/buku pembantu kemudian diringkas dalam neraca saldo sampai
dihasilkannya laporan keuangan. (Proses mengkonstruksi laporan keuangan).
Sedangkan pemeriksaan akuntansi dimulai memeriksa angka-angka yang disajikan
dalam laporan keuangan kemudian ditelusuri ke dalam neraca saldo, buku besar,

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


4
jurnal, buku pembantu, bukti transaksi atau dokumen-dokumen untuk mendapa tkan
suatu keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan secara wajar atau sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

Pada umumnya didalam proses menghasilkan laporan keuangan berpegang


atau berpedoman pada standar-standar yang telah ditetapkan dalam Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) sedangkan didalam melakukan pemeriksaan akuntansi
berpegang pada standar-standar yang telah ditetapkan dalam Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP).

3. Klafikasi Pemeriksaan Akuntansi


a. Klafikasi berdasarkan Tujuan Pemeriksaan Akuntansi
Berdasarkan tujuannya pemeriksaan akuntansi (audit) dibedakan menjadi tiga
yaitu :
1) Financial statement audit
Pemeriksaan akuntansi dimaksudkan untuk memberikan pendapat akuntan
apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria
yang telah ditentukan yaitu prinsip akuntansi yang berlaku umum (PABU).

2) Complaince audit
Pemeriksaan akuntansi ini dimaksudkan untuk menentukan apakah kegiat an
financial maupun operasi tertentu suatu perusahaan/organisasi telah sesuai
dengan kondisi-kondisi, aturan-aturan atau regulasi yang telah ditetapkan.
Aturan-aturan atau regulasi itu bisa berasal dari kebijakan manajemen,
pemerintah, organisasi profesi ataupun para investor atau kreditor.

3) Operasional audit
Audit ini dimaksudkan untuk mengevaluasi kegiatan operasional suatu
perusahaan atau organisasi dalam hubungannya dengan pencapaian efisiensi
dan efektivitas dalam operasi perusahaan atau organisasi. Efisiensi adalah
perbandingan antara masukan dengan keluaran sedangkan efektivitas
perbandingan antara keluaran dengan target yang sudah ditetapkan. Dalam

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


5
operasional audit yang menjadi tolok ukur adalah apakah operasional suatu
perusahaan atau organisasi sudah sesuai dengan rencana, anggaran dan
stadar biaya atau kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Adapun tujuan dari operasional audit adalah untuk menilai prestasi yang
telah dicapai, mengidentifikasi masalah-masalah untuk perbaikan atau
meraih peluang yang ada, membuat rekomendasi untuk perbaikan atau
pengembangan.

b. Berdasarkan Kepentingan Dilaksanakan Pemeriksaan Akuntansi


Apabila dilihat dari sisi untuk siapa pemeriksaan akuntansi (audit)
dilaksanakan, auditing dapat juga diklasifikasikan menjadi tiga yaitu :
1) Auditing Eskternal
Auditing eksternal yaitu auditing yang dilakukan oleh pihak luar perusahaan
yang independen yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan informasi
kepada pihak-pihak yang membutuhkan khususnya pihak-pihak diluar
perusahaan. Auditing eksternal biasanya dilakukan oleh akuntan publik yang
telah diakui oleh yang berwenang/telah diberikan kewenangan oleh
pemerintah untuk melaksanakan tugas ini. Auditing eksternal yang dilakukan
akuntan publik pada umumnya adalah untuk memberikan pendapat akuntan
atas laporan keuangan yang disajikan oleh suatu perusahaan.

2) Auditing internal yaitu suatu kontrol yang dilakukan staf interen


perusahaan atau organisasi untuk mengukur dan mengevaluasi efektivitas
organisasi didalam mencapai tujuan. Pelaksanaannya sering juga disebut
dengan internal auditor yang bertanggung jawab terhadap struktur
pengendalian interen perusahaan demi tercapainya efisiensi, efektivitas serta
ketaatan pada kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan perusahaan.
Internal auditor merupakan staf/karyawan perusahaan sendiri yang mendapat
gaji sebagaimana pegawai lainnya.

3) Auditing sektor publik

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


6
Auditing sektor publik adalah suatu audit yang dilaksanakan terhadap
organisasi pemerintah yang memberikan jasanya kepada masyarakat baik
untuk pemerintahan pusat maupun pemerintah daerah.

4. Tipe Auditor
Auditor yang ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan diklasifikasikan ke
dalam tiga kelompok yaitu :
a. Auditor eksternal
Auditor eksternal sering juga disebut auditor independen yaitu para akuntan
publik yang memberikan jasa auditing profesional kepada para pihak yang
membutuhkan. Para pihak tersebut dapat berupa organisasi bisnis
(perusahaan), organisasi nirlaba, badan-badan pemerintah maupun individu-
individu/perseorangan. Disamping memberikan jasa auditing, akuntan publik
juga menyediakan jasa konsultasi pajak, konsultasi manajemen, penyusunan
system akuntansi dan lainnya.

b. Auditor internal
Auditor internal adalah auditor yang bekerja dalam suatu perusahaan yang
merupakan bagian dari struktur organisasi perusahaan dan statusnya sama
dengan pegawai atau karyawan perusahaan lainnya. Tugas utamanya
berhubungan dengan audit operasional dan audit kepatuhan yang dapat
membantu tugas-tugas manajemen. Adanya auditor internal dalam suatu
perusahaan akan memudahkan auditor eksternal melakukan pekerjaannya.

c. Auditor pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja dalam pada instansi
pemerintah yang tugas utamanya adalah untuk melakukan audit atas
pertanggung jawaban keuangan dari unit-unit organisasi pemerintah.
Ternasuk auditor pemerintah adalah auditor yang bekerja di BPKP,
Direktorat Jendral Pajak, BPK, dan lain-lain.

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


7
5. Jasa Yang Diberikan oleh Akuntan Publik
Jasa-jasa yang dapat diberikan oleh akuntan publik secara garis besar dapat
dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Jasa Asurans (Jasa Atestasi)
Atestasi adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan dari seseorang
yang independen dan kompeten mengenai kesesuaian, dalam segala hal yang
signifikan, asersi suatu entitas dengan kriteria yang ditet apkan. Jadi dalam jasa
atestasi ini akuntan publik memberikan pendapat atau pertimbangan yang berisi
kesimpuan terhadap asersi-asersi yang dibuat atau disajikan oleh suatu entitas.
Yang termasuk jasa asurans antara lain :
- Audit yaitu jasa yang diberikan oleh akuntan publik berupa audit atas
laporan keuangan historis untuk menilai kewajaran asersi-asersi yang
disajikan dalam laporan keuangan. Disini akuntan publik memberikan
pendapat akuntan atas laporan keuangan yang diauditnya.
- Pemeriksaan (Examination) yaitu jasa yang diberikan oleh akuntan publik
berupa audit diluar laporan keuangan historis. Contoh : pemeriksaan atas
laporan keuangan prospektif.
- Penelahaan (Review) yaitu jasa yang diberikan oleh akuntan publik berupa
penelahaan atau pengkajian ulang atas laporan keuangan interim perusahaan
publik atau laporan tahunan dari perusahaan non publik.
- Prosedur yang disepakati bersama (Agreed-upon Procedures) yaitu
salah satu jasa yang diberikan oleh akuntan publik yang didasarkan atas
kesepakatan bersama antara klien dengan akuntan publik untuk melakukan
prosedur tertentu atas elemen tertentu dari laporan keuangan yang disajikan
klien. Misalnya disepakati melakukan prosedur tertentu atas akun atau
rekening piutang dagang dan surat berharga.

b. Jasa Non Asurans


Jenis jasa non asurans yang diberikan oleh akuntan publik antara lain :
- Jasa Akuntansi yaitu jasa penyusunan laporan keuangan klien (jasa
kompilasi) serta jasa penyusunan sistem akuntansi klien.

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


8
- Jasa perpajakan meliputi pengisian surat laporan pajak, penasehat dalam
masalah perpajakan dan melakukan pembelaan bila perusahaan yang
menerima jasa sedang mengalami masalah dengan kantor pajak.
- Jasa konsultasi manajemen yaitu jasa diberikan berupa pemberian
konsultasi yang berbentuk saran-saran atau bantuan teknis kepada klien
untuk meningkatkan kemampuan klien untuk mencapai tujuan.

6. Mengapa Pemeriksaan Akuntansi Diperlukan


Audit atas laporan keuangan terutama diperlukan oleh perusahaan-
perusahaan yang telah terjadi pemisahan antara pemilik dengan
pengelola/manajemen dimana para pengelola bukan lagi pemilik perusahaan tetapi
orang-orang profesional yang digaji. Dengan demikian para pemilik tidak lagi punya
akses langsung ke perusahaan sehinga memerlukan orang yang independen untuk
menilai kinerja perusahaannya. Disamping itu perusahaan yang di audit juga
dikarenakan adanya suatu ketentuan-ketentuan yang mengharuskan demikian.
Misalnya : meminjam uang di bank dalam jumlah tertentu atau perusahaan yang
mau go public dan sebagainya.

Laporan keuangan yang merupakan tanggung jawab manajemen perlu


diaudit oleh akuntan publik yang independen karena :
a. Untuk meningkatkan kepercayaan atas laporan keuangan karena manajemen
berkepentingan untuk membuat laporan keuangan yang bagus sebagai indikator
keberhasilan sehingga perlu pihak independen untuk menilai.
b. Perusahaan yang sudah go public harus memasukkan audited financial
statement ke Bapepam paling lambat dua puluh hari setelah akhir tahun buku.
c. Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) yang didukung laporan keuangan yang sudah
diaudit lebih dipercaya pihak pajak dibandingkan tidak diaudit.
d. Ada ketentuan mulai tahun 1999 perusahaan yang total assetsnya Rp. 50 milyar
ke atas harus memasukkan audited financial report ke Departemen Perdagangan
dan Industri.

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


9
7. Hirarki Kantor Akuntan Publik
Akuntan publik atau auditor didalam melaksanakan kegiatannya berada dibawah
suatu kantor akuntan publik. Kantor akuntan publik, sebagai suatu organisasi
mempunyai hiearki/jenjang mengenai tugas-tugas, keahlian dan kewenangan yang
dimiliki dari masing-masing pegawai. Hirarki staf kantor konsultan publik adalah
sebagai berikut :
a. Partner, merupakan top legal client relationship. Yang bertugas menelaah
pekerjaan audit, menandatangani laporan audit, menyetujui masalah fee audit
dan penagihnya dan bertanggung jawab atas laporan audit yang
ditandatanganinya. Dalam suatu kantor akuntan publik bisa terdapat lebih dari
satu partner.
b. Manajer, merupakan staf yang banyak berhubungan dengan klien, mengawasi
langsung tugas-tugas audit, mereview lebih rinci terhadap pekerjaan audit dan
melakukan penagihan atas fee audit.
c. Akuntan Senior merupakan staf yang bertanggung jawab langsung terhadap
perencanaan dan pelaksanaan audit dan meriview pekerjaan para akuntan junior
yang dibawahinya.
d. Akuntan Junior, merupakan staf pelaksana langsung dan bertanggung jawab atas
pekerjaan lapangan. Para junior ini penugasannya dapat berupa bagian-bagian
dari pekerjaan audit, dan bahkan bila memungkinkan memberikan pendapat atas
bagian yang diperiksanya.
Dalam prakteknya kantor akuntan publik bisa saja hirarkinya tidak précis sama
seperti diatas tergantung dengan besar kecilnya organisasi kantor akuntan pbulik. Pada
akuntan publik yang besar bisa saja mungkin saja ada klasifikasi akuntan semi senior
atau setelah akuntan junior ada asisten akuntan junior. Sedangakan pada kantor akuntan
publik kecil mungkin tidak ada manajer dan akuntan senior, melainkan partner 
Akuntan Junior  Asisten akuntan. Kualitas pekerjaan akuntan publik juga dipengaruhi
jenjang hirarki yang ada di setiap kantor akuntan publik.

RANGKUMAN :
Auditing adalah suatu proses yang sistematis yang menghimpun dan
mengevaluasi bukti-bukti secara objektif mengenai asersi-asersi yang disajikan

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


10
manajemen dalam laporan keuangan dan menentukan tingkat kesesuaian dengan kriteria
yang ditetapkan.
Pemeriksaan akuntansi (auditing) berbeda dengan akuntansi dimana akuntansi
merupakan proses mengkonstruksi laporan keuangan yang mulai dari mencatat bukti ke
dalam jurnal, posting ke buku besar, neraca saldo sampai disusunnya laporan keuangan
sedangkan auditing adalah bersifat analitis yaitu menilai laporan keuangan yang telah
dibuat dengan memeriksa catatan akuntansi dan bukti-bukti.
Auditing diklasifikasikan berdasarkan tujuan audit dan kepentingan audit
sedangkan tipe auditor ada tiga auditor eksternal, auditor internal dan auditor
pemerintah. Jasa yang ditawarkan akuntan publik terdiri dari jasa atestasi dan jasa non
atestasi sedangkan hirarki kantor akuntan publik mulai dari partner, manajer, akuntan
senior, akuntan semi senior dan akuntan junior.

PERTANYAAN :
1. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan akuntansi?
2. Pemeriksaan akuntansi dapat digambarkan dalam suatu model. Gambarkan model
pemeriksaan akuntansi (audit) tersebut!
3. Sebutkan dan jelaskan klasifikasi pemeriksaan akuntansi yang ada!
4. Sebutkan dan jelaskan tipe-tipe auditor?
5. Jelaskan perbedaan akuntansi dan pemeriksaan akuntansi!
6. Bagaimana hirarki suatu kantor akuntan public?
7. Mengapa suatu perusahaan diperiksa oleh akuntan public?
8. Jasa-jasa apa saja yang ditawarkan oleh akuntan public?

>>>>>>>>>> OOO<<<<<<<<

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


11
2 TEORI, KONSEP DASAR DAN
STANDAR AUDITING

Kerangka Isi : : Pada bab ini akan diuraikan tentang :


1. Pengertian teori dan Konsep dasar
2. Standar auditing

Standar Kompetensi : Dapat memahami secara komprehensif tentang konsep/


prinsip/ standar pemeriksaan akuntansi dan mampu
membuat perencanaan dan program pemeriksaan
akuntansi.

Kompetensi dasar : Dapat menjelaskan pengertian teori, konsep-konsep


pemeriksaan akuntansi dan standar auditing (standar
umum, pekerjaan lapangan dan pelaporan)

Indikator Hasil Belajar :


1. Pengertian teori, konsep pemeriksaan akuntansi
2. Standar auditing

1. Pengertian Teori dan Konsep Dasar

Suatu teori biasanya tercipta atau timbul untuk menerangkan gejala-gejala atau
phenomena yang dapat diamati dalam dunia nyata. Dengan adanya teori memungkinkan
ide-ide yang nampaknya terpisah menjadi terorganisasi ke dalam suatu kumpulan ide-
ide yang kemudian membentuk ilmu pengetahuan. Suatu pengetahuan tanpa disadari
suatu teori maka pengetahuan itu akan sulit untuk diobservasi dan diterangkan. Namun
demikian teori-teori memiliki keterbatasan-keterbatasan yang merupakan cerminan
keterbatasan manusia itu sendiri hingga teori selalu terbuka untuk didebat atau
didiskusikan atau menjadi tidak berlaku lagi (usang).

Adanya ilmu pengetahuan tersebut biasanya dinyatakan sebagai suatu syarat


utama aktivtas profesi. Dengan dimilikinya suatu ilmu pengetahuan yang formal, suatu

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


12
profesi dapat memajukan proses profesionalisasinya. Namun demikian, tanpa teori,
pengetahuan itu sulit diobservasi dan diterangkan. Dengan demikian, toeri dimaksudkan
untuk praktik lebih berguna (make sense).
Bedasarkan sifatnya, teori dapat diklafikasikan menjadi teori normative dan teori
deskritif. Teori normative merupakan teori yang seharusnya dilaksanakan sedangkan
teori deskriptif merupakan teori yg sesungguhnya dilaksanakan
Elemen- elemen dasar teori adalah sebagai berikut :
a. Postulat yaitu konsep dasar yg harus diterima tanpa perlu pembuktian
b. Teori yaitu dalil yg diterangkan oleh postulat
c. Stuktur yaitu komponen disiplin tertentu & berhubung antar komponen
tersebut
tersebut
d. Prinsip yaitu kaidah – kaidah yg diterapkan dalam praktik
e. Standar yaitu kualitas yg ditetapkan dalam hubungannya dengan praktik
Auditing sebagai suatu teori tidak banyak orang dibicarakan karena auditing
dianggap tidak labih dari sekedar suatu cara untuk malakukan sesuatu dgn sedikit
penjelasan, uraian, rekonsiliasi, &argumentasi. Namun demikian ada berbagai usaha yg
telah dicoba untuk meyakinkan perlunya norma normatif pada auditing

Menurut Lee dalam bukunya corporate audit theory ada tiga kelompok postulat
sebagai dasar teori dalam auditing . Pertama , postulat yg berkaitan dgn aspek
beradaan , kedua yg berfokus pada tindakan auditor dan aspek prilaku dan ketiga yg
berfokus pada produsen audit dan fungsional audit.

Dalam melakukan audit, auditor menerapkan produsen audit sesuai dgn sesuai
dgn standar yg diterima umum . untuk menerapkan standar, diperlukan konsep dasar yg
mendasari sehingga standar tersebut dapat dijabarkan dalam produsen audit untuk
mencapai suatu kualitas audit yg ditetapkan

Konsep dasar merupakan dasar untuk menetapkan standar yaitu pengarah dan
pengukur kualitas dari mana standar –standar audit diturunkan. Konsep dasar adalah
abtraksi-abtraksi yg diturunkan dari pengalaman dan observari dan dirancang untuk

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


13
memehami kesamaan –kesamaan didalam suatu subjek dan perbedaan-perbedaannya
dengan subjek yg lain. Sebagaimana dengan ilmu-ilmu lain, auditing juga didasarkan
pada konsep-konsep dasar.

Dari konsep-konsep dasar kemudian diturunkan atau ditetapkan standar-standar


sebagai pengarah dan pengukur kualitas darimana produsen-produsen audit diturunkan.
Standar auditing adalah pengukur kualitas dan tujuan sehinga jarang berubah,
sedangkan prosedur audit adalah metode-metode atau teknik-teknik rinci untuk
melaksanakan standar sehingga prosedur akan berubah bila lingkungan auditnya
berubah bila lingkungan auditnya berubah. Apabila antara konsep dasar, standar dan
prosedur dikaitkan satu sama lainnya maka konsep dasar letaknya paling atas sebagai
dasar dibuat standar, kemudian standar, kemudian standard an prosedor.standar
merupakan kualitas yg ditetapkan dalam hubungannya dengan
Praktik yg merupakan penjabaran dari konsep dasar`sedangkan prosedur adalah
merupakan penjabaran bagaimana standar tersebut bisa dicapai.

Menurut Mautz dan Sharaf auditing tersusun atas lima konsep dasar yaitu:
a. Bukti(evidencea)
b. Kehati-hatian dalam pemeriksaan (due audit care)
c. penyajian atau pengunkapan yg wajar
d. etika prilaku (etical conduct)

a. Bukti

tujuan memperoleh dan evaluasi bukti adalah untuk memperoleh pengerian


sebagai dasar untuk memberikan simpulan atas pemeriksaan yg dituangkan dalam
pendapat auditor. Bukti harus diperoleh dengan cara –cara tertentu agar dapat dicapai
hasil yg maksimal.

b. Kehati-hatian dalam pemeriksaan

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


14
Auditor adalah seorang manusia sebagaimana manusia lainnya yg terlapas dari
kemungkinan melakukan kesalahan. Namun demikian auditor professional dituntut
melakukan pekerjaan dgn tingkat kehati-hatian yg tinggi. Konsep ini dibuat untuk
mengurangi timbulnya keslahan yg diakibatkan oleh kesalahan manusiawi tersebut.
Prinsip kehati-hatian dalam audit ini disebut sebagai Prudent Auditor sedangkan konsep
dasarnya lebih dikenal dengan konsep konservatif.

c. Penyajian atau pengungkapan dengan wajar

konsep ini menurut informasi yg disajikan dalam laporan keuangan tidak


memihak(indepen), tidak bias dan mencerminkan posisi keuangan, hasil operasi dan
aliran kas perusahaan yg sesungguhnya. Konsep ini dijabarkan lagi dalam tiga
subkonsep yaitu:
1)Accounting propierty yaitu hubungan dengan penerapan prinsip akuntasi tertentu
dalam kondisi tertentu. Misalnya bagaimana kebijakkan akuntasi penilaian sediaan
dalam keadaan ekonomi dengan tingkat inflasinya tinggi
2)Adequate Disclosure yaitu berkaita dengan jumlah dan luas pengungkapan atau
penyajian informasi. Misalnya : Transaksi dengan pihak-pihak istimewa atau affiliasi
harus diuungkapkan dengan cukup agar tidak menyesatkan.
3)Audit obligation yaitu berkaitan dengan auditor untuk bersikap independent
Dalam memberikan pendapat

d. Independensi

Para pihak berkepentingan dengan laporan keuangan akuntan , mengharap


auditor bersikap indepanden didalam melakukan pemeriksaan. Indepensi adalah
merupakan sikap mental yg dimiliki auditor untuk tidak memihak dalam melakukan
audit. Apabila auditor tidak bisa bersukap independent, maka laporan keuangan
menjadi tidak memiki arti.

Konsep indepensi berkaitan dengan indepensi diri pribadi auditor (practitioner-


indepence) dan indepensi pada seluruh auditor secara bersama-sama dalam

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


15
profesi(profession- independence). Pranctitioner-independence) mengarah pada
individu-individu auditor dalam melakukan audit yg independent .Masing-masing
auditor bebas untuk menggunakan teknik dan prosedur audit yg dipandang perlu,
bebas dalam memilih aktivitas, bebas dalam mengemukan fakta hasil pemeriksaan dan
sebagainya .Sedangkan profession-independence merupakan persepsi yg timbul oleh
anggota masyarakat / bisnis tentang profesi akuntan sebagai kelompok profesi

e. Etika Prilaku
Etika dalam auditing berkaitan dengan prilaku yang ideal seorang auditor
professional yang independent dalam melaksanakan audit.

2. Standar Auditing

Sebagai suatu profesi, auditor berkepentingan dengan kualitas jasa yang


diberikan kepada masyarakat. Untuk mengukur kualitas pelaksanaan audit maka
diperlukan suatu kreteria. Standar auditing merupakan salah satu ukuran kualitas
pelaksanaan pemeriksaan.

Standar auditing telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI) yang secara garis besar terdiri dari tiga standar yaitu standar umum (general
standards) yang terdiri dari tiga standar yang mengatur mutu professional auditor
independen atau persyaratan pribadi auditor, standar pekerjaan lapangan (field work
standards) juga terdiri dari tiga standar yang mengatur tentang pertimbangan-
pertimbanganyang harus digunakan dalam melaksanakan audit dan terakhir adalah
standar pelaporan (reporting standards) dengan empat standar didalamnya dimana
mengatur tentang ketentuan-ketentuan didalam membuat laporan keuangan auditan.
Dengan demikian jumlah standar auditing adalah sepuluh standar. Standar auditing
adalah kaidah agar mutu atau kualitas audit atas laporan keuangan yang dilakukan
auditor independen terjamin tanpa memandang besar kecilnya usaha klien, bentuk
organisasi bisnis, jenis industri atau apakah kegiatan yang berorientasi mencari laba

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


16
(profit-oriented) atau nir-laba (non-profit oriented). Kesepuluh standar adalah saling
berkaitan dan saling tergantung satu sama lainnya.

Penerapan kesepuluh standar auditing sangat dipengaruhi oleh materialitas dan


resiko audit. Materialitas berhubungan dengan besarnya nilai yang dihilangkan atau
salah saji informasi akuntansi yang dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi.
Sedangkan resiko audit berhubungan dengan kemungkinan adanya konskwensi/akibat
yang tidak bagus/jelek/ tidak menguntungkan atau tidak sesuai dengan keadaan
sesungguhnya yang harus ditanggung oleh auditor karena laporan keuangan yang
diauditnya sebenarnya mengandung salah saji material tapi tidak mampu diditeksi oleh
auditor dalam proses auditnya. Dengan demikian laporan keuangan auditan (laporan
keuangan yang telah diaudit) memberikan informasi yang dapat merugikan para
pemakai laporan keuangan. Berikut ini adalah rincian kesepuluh standar auditing
tersebut :

a. Standar Umum
a) Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan yang cukup sebagai auditor
b) Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam
sikap mental harus dipertahankan oleh auditor
c) Dalam Pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

b. Standar Pekerjaan Lapangan


a) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya.
b) Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian interen harus diperoleh
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan.
c) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan auditan.

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


17
c. Standar Pelaporan
a) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
b) Laporan audit harus menunjukan keadaan yang didalamnya prinsip
akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip yang
diterapkan dalam periode sebelumnya.
c) Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.
d) Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian
tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat
diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang nama
auditor dikaitkan dengan laporan keuanga, laporan auditor harus memuat
petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat
tanggung jawab yang dipikulnya.

Adapun penjelasan lebih detail dari masing-masing standar di atas adalah sebagai
berikut :

 Standar Umum
Standar umum pertama berbunyi :
 Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan yang cukup sebagai auditor
Standar pertama inim mengatur persyaratan keahlian/ kompetensi akuntan
public dalam menjalankan profesinya. Suatu profesi adalah suatu pekerjaan
dalam masyarakat yang memerlukan syarat-syarat kecakapan dan
kewenangan. Masing-masing profesi mempunyai syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh siapapun yang yang ingin masuk sebagai anggota profesi
tersebut untuk memjamin bahwa anggota profesi mempunyai keahlian dan
ketrampilan/pengalaman yang memadai untuk menjamin kualitas pekerjaan

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


18
yang dilakukan. Kompetensi seorang akuntan public ditentukan oleh tiga
factor yaitu :
 Pendidikan formal dalam bidang akuntansi dari suatu perguruan
tinggi yang bisa menghasilkan gelar akuntan dan lulus ujian
profesi sebagai akuntan publik/ auditor (BAP=Bersertifikat
Akuntan Publik sekarang CPA=Certified Public Accountant)
 Pelatihan yang bersifat praktis dan pengalaman dalam bidang
auditing. Pelatihan dapat diperoleh melalui training, work shop
dan sebagainya sedangkan pengalaman dapat diperoleh
pengalaman bekerja pada kantor-kantor akuntan public.
 Pendidikan professional yang berkelanjutan selama karier auditor
professional. Pendidikan berkelanjutan ini biasanya dilaksanakan
organisasi profesi secara rutin untuk menambah kemampuan
teknis atau keilmuan auditor karena adanya peraturan-peraturan
baru atau perkembangan-perkembangan dalam teknik/ prosedur
auditing atau perkembangan teknologi atau dunia usaha yang
semakin dinamanis.
Melalui pendidikan dan latihan dan pengalamannya dalam bidang akuntansi
dan auditing yang memadai, audito diharapkan menjadi orang yang ahli
bidang akuntansi/ auditing, memiliki kemampuan untuk menilai secara
objektif dan mempergunakan pertimbangan tidak memihak (independen)
terhadap informasi akuntansi yang berhasil diungkapkan oleh auditor
selama melakukan audit.

Standar umum kedua berbunyi :


 Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor
Dari standar ini auditor dituntut bersikap independen atau bebas dari
pengaruh para pihak didalam melaksakan audit, membuat dan
menyampaikan laporan auditor. Temuan-temuan audit yang diperoleh
selama proses audit harus disampaikan dan didiskusikan dengan dengan

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


19
auditee untuk meng-”cross-check” semua temuan sebelum laporan final
disampaikan. Auditor tidak dibenarkan untuk menyatakan pendapat dalam
laporan audit apabila tidak independen terhadap auditee. Sikap independen
auditor menjadikannya bisa bersikap netral terhadap bukti-bukti audit.

Standar umum ketiga berbunyi :


 Dalam Pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
Standar ini menuntut auditor untuk cermat dan seksama dalam melaksakan
audit dan dalam melaporkan temuan-temuannya audit dalam laporan audit.
Auditor diharuskan menggunakan seluruh kemampuan profesioanalnya agar
kualitas pekerjaan audit terjamin dan mampu menemukan, seandainya ada,
salah saji material yang ada dalam laporan keuangan auditee. Kecermatan
dan keseksamaan dalat diujudkan adanya supervisi yang baik dalam setiap
jenjang/ tahap pekerjaan audit mulai dari perencaan audit, pelaksanaan dan
pelaporan hasil audit. Seorang auditor harus menggunakan seluruh
kemampuan dan keahliannya yang dilandasi sikap kritis dan pertimbangan-
pertimbangan yang matang dalam melaksanakan tugasnya.

 Standar Pekerjaan Lapangan


Standar pekerjaan lapangan pertama berbunyi :
 Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
Dalam standar ini auditor dituntut bahwa audit yang dilaksanakan harus
direncanaka secara memadai agar audit dapat berjalan dengan efektif dan
efisien. Termasuk dalam perencanaan audit meliputi pemilihan strategi audit
dan perancangan program audit yang tepat dengan melihat situasi dan
kondisi auditee (karakteristik, resiko audit yang ada pada auditee dan
kondisi ekonomi/ keuangan secara umum)

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


20
Standar pekerjaan lapangan kedua berbunyi :
 Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian interen harus
diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan
lingkup pengujian yang akan dilakukan.
Dalam melakukan audit atas laporan keuangan auditee tidak memeriksa
seluruh populasi melainkan dengan melakukan pengujian terhadap sampel
yang diambil dari popolasi. Maka teknik pengambilan sampel dan besarnya
sampel yang diambil menjadi penting. Oleh karena itu pemahaman yang
memadai atas struktur pengendalian interen (SPI) auditee dapat menentukan
teknik sample yang diterapkan dan besarn-kecilnya sampel yang diambil.
Pemahaman yang memadai atas SPI akan membantu auditor untuk
memperkirakan salah saji yang mungkin/ potensial terjadi, sehingga sangat
membantu merancang pengujian-pengujian terhadap angka-angka
(substantive) yang disajikan dalam laporan keuangan.

Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi :


 Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
Dalam standar auditor dituntut untuk mengumpulkan bukti-bukti audit
kompeten yang cukup sebagai dasar untuk menyatakan pendapat auditor
dalam laporan keuangan auditan. Bukti-bukti yang dikumpulkan auditor
adalah bukti audit yang relevan dengan tujuan audit dan bukan sekedar
bukti. Didalam menentukan kecukupan jumlah bukti, kualitas dan
kompetensi bukti audit, auditor harus mempergunakan keahlian dan sikap
keprofesionalan sebagai seorang yang ahli dan kompeten dari seorang
auditor yang independen.

 Standar Pelaporan
Standar pelaporan pertama berbunyi:
 Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


21
Dari standar ini auditor diminta untuk menilai atau mengevaluasi apakah
asersi-asersi yang disajikan dalam laporan keuangan auditee sudah sesuai
dengan prisip akuntansi yang berlaku umum. (PABU). Apabila asersi-asersi
yang disajikan dalam laporan keuangan tidak sesuai PABU akan
mempengaruhi pendapat auditor yang akan diberikan tergantung koskwensi
salah saji yang ditimbulkan atas laporan keuangan auditee. PABU di
Indonesia yang diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang
dijabarkan kedalam PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan)
sebagai pengganti Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI)

Standar pelaporan kedua berbunyi:


 Laporan audit harus menunjukan keadaan yang didalamnya prinsip
akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan
prinsip yang diterapkan dalam periode sebelumnya.
Standar ini mewajibkan auditor untuk menilai dan mengevaluasi apakah
prinsip-prinsip akuntansi berlaku umum telah diterapkan secara konsisten di
dalam penyusunan laporan keuangan auditee dibandingkan dengan laporan
keuangan tahun sebelumnya. Konsistensi penerapan prinsip akuntansi
berlaku umum diperlukan untuk mendukung komparasi (perbandingan)
laporan keuangan dari suatu period eke periode berikutnya. Konsep
konsistensi menuntut diterapkannya standar-standar akuntansi secara terus-
menerus, tidak berubah-ubah kecuali dengan alasan yang dapat dibenarkan
dan perubahan tersebut harus diungkapkan, untuk menghindari informasi
yang menyesatkan.

Standar pelaporan ketiga berbunyi:

 Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus dipandang


memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.
Standar ini berkaitan erat dengan informasi tambahan sebagai pendukung
dan pelengkap laporan keuangan. Informasi tambahan dapat dinyatakan

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


22
dalam bentuk catatan atas laporan keuangan (notes to financial statements)
yang meliputi penjelasan atas pos-pos reraca dan laba rugi, kebijakan-
kebijakan akuntansi yang diterapkan, PSAK-PSAK yang dipergunakan
untuk menyusun laporan keuangan, informasi tentang perusahaan (sejarah
berdirinya, kepemilikan perusahaa dll) dan informasi yang lain yang
dianggap perlu.

Standar pelaporan keempat berbunyi:

 Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai


laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara
keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
Dalam semua hal yang nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuanga, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai
sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang
dipikulnya.
Standar pelaporan terakhir ini menyampaikan bahwa pendapat yang
diberikan auditor adalah untuk keseluruhan laporan keuangan dan bukan
sepotong-potong (piece meal opinion). Di samping itu standar ini juga
bertujuan untuk mencegah terjadinya salah tafsir tingkat tanggung jawab
yang dipikul auditor bila namanya dikaitkan dengan laporan keuangan yang
tidak diaudit tapi namanya dikaitkan dengan laporan keuangan tersebut.
Sebagaimana jasa yang ditawarkan oleh akuntan public bukan saja jasa
audit tapi juga jasa-jasa yang lain. Auditor juga harus menyatakan bahwa ia
tidak bisa memberikan pendapatnya meskipun telah melakukan beberapa
prosedur audit apabila auditor tidak independen terhadap klien/ auditee.

Apabila dari kesepuluh standar auditing di atas dihubungkan dengan


konsep-konsep dasar auditing, maka standar umum didasari konsep kehati-
hatian, independensi dan etika. Standar pekerjaan lapangan didasari konsep

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


23
bukti dan standar pelaporan didasari konsep penyajian atau pengungkapan
yang memadai atau wajar.

Standar di atas (umum, pekerjaan lapangan dan pelaporan)


merupakan merupakan pedoman untuk melakukan audit atas laporan
keuangan historis. Setiap standar dirinci dalam bentuk pernyataan standar
auditing (PSA) ysng memberikan informasi rinci tentang standar tersebut.
PSA berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman-pedoman utama yang harus
diikuti oleh auditor dalam setiap penugasan audit. Kepatuhan auditor
terhadap PSA bersifat wajib (mandatory). Apabila PSA dapat memberikan
atau memunculkan berbagai interprestasi (multi tafsir), maka dikeluarkan
interprestasi resmi dari IAI. Interprestasi Pernyataan Standard Auditing
(IPSA) merupakan jawaban atas keragu-raguan dalam penafsiran ketentuan-
ketentuan yang dimuat dalam PSA sehingga IPSA dapat dikatakan
penjelasan lebih lanjut ketentuan-ketentuan dalam PSA dan juga bersifat
wajib (mandatory) dilaksanakan oleh akuntan public. Dengan demikian
standar auditing yang meliputi sepuluh standar dijabarkan ke dalam PSA
dan penjelasan lebih rinci terhadap ketentuan-ketentuan dalam PSA
dituangkan dalam IPSA sehingga tidak ada keragu-raguan atau adanya
persepsi yang sama diantara para auditor.

RANGKUMAN

Ilmu pengetahuan merupakan syarat utama aktivitas suatu profesi. Ilmu


pengetahuan yang didasari teori-teori akan lebih mudah berkembang sedangkan ilmu
pengetahuan tanpa didasari teori akan sulit diobservasi dan diterangkan. Auditing
sebagai salah satu ilmu pengetahuan, sekalipun belum banyak dibicarakan tentang
teori-teori auditing tapi juga didasari oleh teori dan konsep dasar.

Teori auditing tersusun ke dalam lima konsep dasar yaitu bukti, kehati-hatian,
penyajian atau pengungkapan yang wajar, independensi dan etika perilaku. Dari
konsep dasar tersebut dibuat standar auditing. Standar auditing terdiri dari sepuluh

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


24
standar yang secara garis besar dikelompokan menjadi tiga yaitu standar umum (tiga
standar), standar pekerjaan lapangan (tiga standar) dan standar pelaporan (4 standar).
Apabila standar auditing ini dihubungkan dengan konsep dasar auditing, maka standar
umum didasari konsep kehati-hatian, independensi dan etika. Standar pekerjaan
lapangan didasari konsep bukti sedangkan standar pelaporan didasari oleh konsep
penyajian atau pengungkapan yang wajar. Standar auditing dijabarkan ke dalam PSA
dan IPSA yang bersifat wajib bagi auditor untuk dilaksanakan dalam setiap penugasan
audit.

>>>>>>>OOO<<<<<<<

PERTANYAAN :

1. Apakah semua pengetahuan didasarkan pada teori? Bagaimana kalau ilmu


pengetahuan tidak didasari suatu teori?
2. Apa itu profesi? Sebutkan jenis-jenis profesi yang saudara ketahui!
3. Jelaskan hubungan antara konsep, standar, prinsip dan prosedur!
4. Sebutkan dan jelaskan lima konsep dasar auditing!
5. Konsep penyajian atau pengungkapan yang wajar dijabarkan dalam tiga sub
konsep. Sebutkan dan jelaskan tiga sub konsep tersebut!
6. Sebutkan sepuluh standar auditing!
7. Bagaimana hirarki standar auditing ? Jelaskan !
8. Mengapa kita membutuhkan suatu standar kalau bekerja? Jelaskan!

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


25
3 LAPORAN KEUANGAN AUDITAN
DAN PENDAPAT AUDITOR INDEPENDEN

Kerangka Isi : : Pada bab ini akan diuraikan tentang :


1. Laporan Keuangan Auditan
2. Laporan Auditor Independen bentuk baku
3. Pendapat auditor independen
4. Expectation gap

Standar Kompetensi : Dapat memahami secara komprehensif tentang konsep/


prinsip/ standar pemeriksaan akuntansi dan mampu
membuat perencanaan dan program pemeriksaan
akuntansi.

Kompetensi dasar : Dapat menjelaskan laporan keuangan auditan, laporan


auditor independen bentuk baku, jenis-jenis pendapat
auditor independen dan expectation gap

Indikator Hasil Belajar :


1. Laporan keuangan auditan
2. Laporan auditor independen bentuk baku
3. Jenis-jenis pendapat auditor independen

1. Laporan Keuangan Auditan

Pada akhir pemeriksaan yang bersifat pemeriksaan umum (general audit),


auditor akan memberikan suatu laporan keuangan yang telah diperiksa /laporan
keuangan auditan (Audited financial statements). Sebelum laporan akuntan tersebut
diterbitkan, auditor mendiskusikan temuan-temuan yang diperoleh selama melakukan
pemeriksaan dan penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan atau disarankan berdasarkan
bukti-bukti pemeriksaan. Laporan akuntan merupakan alat formal auditor unttuk
mengkomunikasi suatu simpulan yang diperoleh mengenai laporan keuangan auditan

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


26
kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan yang dibuat auditor harus
memenuhi standar pelaporan yang diatur dalam standar auditing.

Laporan keuangan auditan (Independence Auditor reports) terdiri dari :

a. Lembaran pendapat akuntan (opini), yang merupakan tanggung jawab auditor,


dimana auditor memberikan pendapatnya terhadap laporan keuangan yang
disusun oleh manajemen. Tanggung jawab atas laporan keuangan berada pada
manajemen atau auditan.

b. Laporan keuangan yang terdiri dari :


1. Neraca
2. Laporan laba rugi
3. Laporan perubahan laba rugi ditahan yang bisa digabung dengan
laporan laba rugi
4. Laporan arus kas
5. Catatan atas laporan keuangan yang memberikan informasi tentang
gambaran umum perusahaan auditan, kebijakan akuntansi yang
diterapkan dan penjelasan terhadap pos-pos neraca dan laba rugi
6. Informasi tambahan yang dapat berupa lampiran rincian pos-pos
yang dianggap penting untuk memberikan informasi yang lebih
lengkap, misalnya : rincian penjualan,piutang usaha,beban dan
sebagainya.

2. Laporan auditor Independen Bentuk baku

Laporan Auditor independen bentuk baku paling banyak dikeluarkan auditor.


Laporan auditor independen bentuk baku memuat suatu pernyataan auditor independen
bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar,dalam semua hal yang bersifat
material, posisi keuangan suatu satuan usaha, hasil usaha dan arus kas sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Dilihat dari perkembangan laporan audit bentuk baku mengalami sejarah cukup
panjang dimana terjadi beberapa kali perubahan laporan audit bentuk baku. Laporan
audit bentuk baku yang dipakai sekarang dirancang untuk meningkatkan komunikasi
kepada para pemakai laporan keuangan auditan mengenai pekerjaan yang dilaksanankan
oleh auditor dan karakter serta keterbatasan audit. Disamping itu laporan audit bentuk

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


27
baku yang dipakai sekarang dimaksudkan untuk memisahkan secara jelas antara
tanggung jawab manajemen dengan auditor. Kalau dibandingkan dengan laporan audit
bentuk baku sebelumnya maka terjadi perubahan dalam :
a. penambahan paragraf pengantar yang membedakan secara jelas antara
tanggung jawab manajemen dengan tanggung jawab auditor.
b. Suatu pengakuan eksplisit bahwa audit memberikan keyakinan memadai
dalam konteks materialitas.
c. Penambahan ringkas mengenai audit.
d. Penyebutan konsistensi dalam laporan audit dilakukan hanya jika prinsip
akuntansi yang berlaku umum tidak secara konsisten diterapkan.
e. Pengubahan cara pelaporan suatu ketidakpastian yang material dengan
menghapus kata-kata “tergantung dari” yang selama ini digunakan dalam
pendapat wajar dengan pengecualian dengan menambah paragraf penjelas
setelah paragraf pendapat.

Laporan auditor independen bentuk baku baru diberikan oelh auditor apabila
dipenuhinya kondisi-kondisi sebagai berikut :
a. Semua jenis laporan sudah dimasukan dalam laporan keuangan .
b. Semua standar umum dan standar pekerjaan lapangan telah dilaksankan dan
bukti yang cukup telah dihimpun.
c. Laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum termasuk pengungkapan yang memadai.
d. Tidak ada kondisi lain yang mengharuskan auditor untuk menambahkan
paragraf penjelas.

Berikut disajikan laporan akuntan bentuk baku sebagai berikut:


(Dalam bahasa Indonesia)

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


28
Laporan Auditor Independen

No. : 4321/XII/SY/04
Tanggal : 31januari 2003

Kepada Yth.,
Direksi dan Dewan Komisaris
PT langit Biru
Jalan Tegal Lantang
Denpasar

Kami telah mengaudit neraca PT langit Biru per 31 Desember 2003 serta laporan
laba rugi, laporan perubahan laba ditahan dan laporan arus kas untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen
perusahaan. Tanggung jawab kami adalah pada pernyataan pendapat atas laporan
keuangan berdasarkan audit kami.

Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan ikatan


Akuntan indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan
melaksanakan audit agar kami memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan
keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan atas dasar
pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam
laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas standar akuntansi yang digunakan
dan astimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen serta menilaian terhadap penyajian
laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar
yang memadai untuk menyatakan pendapat.

Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut diatas menyajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT Langit Biru per 31
Desember 2003, dan hasil usaha serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal
tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


29
Kantor akuntan Publik
Drs.Ketut Teruja Jaya & Rekan

(DRS.Made Lanjut Arsana)


Register negara D-11211

Unsur-unsur pokok laporan auditor independen bentuk baku adalah :

 Judul laporan yang berbunyi ‘Laporan Auditor Independen’

Keharusan pencatuman judul ini tidak terdapat di dalam laporan akuntan bentuk
baku yang lama. Pencatuman kata ‘Independen’ untuk lebih menegaskan posisi auditor
didalam melakukan pemeriksaan yaitu sebgai pihak yang bebas atau tidak tergantung
atau independen.

 Pihak kepada siapa laporan akuntan tersebut ditujukan


Dalam laporan akuntan dicantumkan kepada siapa laporan akuntan itu ditujukan.
Laporan akuntan dapat ditunjukkan kepada dewan komisaris, para pemegang saham
atau kepada para pihak pemberi penugasan audit.

 Paragraf pengantar (Introductory paragraph)


Dalam paragraph pengantar ini terdiri dari :
a. Suatu pernyataan mengenai laporan keeuangan apa saja yang diaudit
b. Suatu pernyataan auditor bahwa tanggung jawab terhadap laporan keuangan
berada pada pihak manajemen sedangkan auditor hanya bertanggung jawab
atas pendapat yang dinyatakan atas laporan keuangan auditan.

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


30
 Paragraph lingkungan audit (scope paragraph)
Dalam paragraph lingkungan audit terdiri dari beberapa pernyataan yaitu :
a. Suatu pernyataan bahwa auditor melaksanakan audit berdasarkan standar
audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI).
b. Suatu pernyataan bahwa auditor diharuskan merencanakan dan
melaksanakan audit agar memperoleh keyakinan yang memadai bahwa
laporan keuangan auditan bebas dari salah saji material
c. Suatu pernyataan bahwa audit yang telah dilaksanakan meliputi pemeriksaan
terhadap bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan
dalam laporan keuangan, penilaian terhadap prinsip akuntansi yang
diterapkan, penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara
keseluruhan.
d. Suatu pernyataan auditor bahwa audit yang dilaksanakan memberikan dasar
yang memadai untuk menyatakan pendapat.

 Paragraph pendapat (opinion Paragraph)


Dalam paragraph ini tercantum pernyataan pendapat auditor atas laporan
keuangan secara keseluruhan yang telah diperiksanya. Pendapat akuntan ini
merupakan tanggung jawab auditor dan pendapat jenis akuntan akan
mempengaruhi persepsi para pihak yang berkepentingan terhadap laporan
keuangan.

 Tanda tangan auditor, nama dan nomor register negara auditor


Dalam bagian ini dicantumkan tanda tangan, nama dan nomor register negara
dari auditor sebagai orang atau pihak yang bertanggung jawab terhadap laporan
akuntan. Nomor register negara diberikan kepada para akuntan yang telah
mendaftarkan diri pada pemerintah c.q. Departemen keuangan.

 Tanggal
Tanggal yang tercantum dalam laporan akuntan adalah tanggal selesainya
pekerjaan lapangan dan bukan tanggal dibuatnya laporan akuntan.

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


31
3. Jenis-Jenis Pendapat Auditor

Pendapat auditor adalah pendapat atau opini yang diberikan oleh auditor dalam
pemeriksaan terhadap laporan keuangan. Pendapat akuntan ini akan mempengaruhi
penilaian para pihak yang berkepentingan terhadap laopran keuangan dengan demikian
jenis pendapat yang di berikan oleh auditor mempunyai pengaruh besar. Pendapat
akuntan diberikan setelah auditor melakukan audit secara seksama sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang diatur dalam Standar Pemeriksaan Akuntan Publik (SPAP).
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP nomor 29),ada lima jenis pendapat
akuntan yaiut :
a. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified opinion)
b. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas
yangditambahkan dalam laporan audit standar (Unqualified opinien with
explanatory language)
c. Pendapat wajar dengan pengecualina (Qualified Opinion)
d. Pendapat tidak wajar (adverse opinion)
e. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclaimer of opinion)

a. Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian

Jika auidtor telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar auditing dan
telah mengumpulkan bahan-bahan pembuktian (audit evidence) yang cukup untuk
mendukung opininya serta tidak menemukan adanya kesalahan material atau salah saji
material atau penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Pendapat wahar tanpa pengecualian merupakan jenis pendapat akuntan yang
terbaik dimana auditor berkesimpulan bahwa laporan keuangan yang diperiksanya
telah menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil
usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Dalam standar Auditng 411 pernyataan 04 (SA 4111 par 04) dikatakan bahwa
laporan keuangan yang wajar telah melalui pertimbangan-pertimbangan :

1. Apakah prinsip akuntansi yang dipilih dan dilaksanakan telah berlaku umum

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


32
2. Apakah prinsip akuntansi yang dipilih tepat untuk keadaan yang
bersangkutan
3. Apakah laporan keuangan beserta catatannya memberikan informasi cukup
yang
4. Dapat mempengaruhi penggunanya, pemahamannya dan penafsiran
5. Apakan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan diklasifikasikan
dan diikhtisarkan dengan semestinya yang tidak terlalu rinci ataupun terlalu
ringkas.
6. Apakah laporan keuangan mencerminkan peristiwa dan transaksi yang
mendasarinya dalam batas-batas yang dapat diterima yaitu batas-batas yang
rasional dan praktis untuk dicapai dalam laporan keuangan.

b. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas

Auditor memberikan jenis pandapat tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas


jika terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan auditor menambahkan paragraph atau
alinea tambahan untuk memberikan suatu penjelasan terhadap suatu keadaan dalam
laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang
dinyatakan oleh auditor. Keadaan-keadaan tersebut adalah :
1. Diantar dua periode akuntansi terdapat perubahan material dalam
pengguanaan prinsip akuntansi . misalnya metode harga pokok FIFO dirubah
menjadi LIFO.
2. Laporan keuangan dipengaruhi oleh ketidakpastian peristiwa yang akan
datang yang hasilnya belum dapat diperkirakan pada tanggal laporan audit.
3. Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain
maksudnya sebagian pekerjaan pemeriksaan dilakukan oleh auditor
independen lain. Misalnya kantor pusat diperiksa auditor A sedangkan
kantor cabang diperiksa oleh auditor B.
4. Untuk mencegah agar laporan keuangan tidakmenyesatkan karena keadan-
keadaan yang luar biasa, laporan keuangan disajikan manyimpang dari suatu
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
5. Terdapat keraguan yang besar tentang kemampuan satuan usaha dalam
mempertahankan kelangsungan usaha . misalnya terancamnya bahan baku
untuk produksi karena suplai terganggu.

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


33
c. Pendapat wajar Dengan Pengecualian

pendapat akuntan wajar dengan penegcualian menyatakan bahwa laporan


keuangan yang diperiksa telah menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum, kecuali yang hal-hal berhubungan atau berkaitan dengan yang
dikecualikan. Menurut Standar Auditing 508 pernyataan 38 menyatakan bahwa jenis
pendapat ini diberikan apabila :

1. Tidak ada bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan lingkup
audit yang material tetapi tidak mempengaruhi laporan keuangan secara
keseluruhan.
2. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip
akuntansi yang berlaku umum yang berdampak material tetapi tidak
mempengaruhi laporan keuangan secara keseluruhan penyimpangan tersebut
dapat berupa pengungkapan yang tidak memadai maupun perubahan dalam
prinsip akuntansi.

d. Pendapat Tidak Wajar

jenis pendapat akuntan ini diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan tidak
menyajikan secara wajar Posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Apabila auditor memberikan pendapat tidak wajar maka auditor harus
memberikan penjelasan dalam paragraph yang terpisah sebelum paragraph pendapat
yaitu semua alsan yang mendukung pendapat tidak wajar dan dampak utamanya
terhadap posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas jika hal tersebut bisa dimungkinkan
atau jika dampak tersebut tidak dapt ditentukan secara beralasa, laporan akuntan harus
menyatakan hal tersebut.

e. Pernyataan Tidak Memberikan pendapat

Jenis pendapat ini diberikan oleh auditor apabila adanya pembatasan terhadap
lingkup pemeriksaan baik yang disebabkan oleh klien (perusahaan yang diperiksa) atau

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


34
karena kondisi tertentu sehingga auditor tidak memperoleh bukti-bukti yang cukup
sebagai dasar pemberian pendapat atas laporan keuangan yang diperiksa.
Pendapat ini jugadiberikan auditor tidak independen terhadap klien namun jenis
pendapat ini tidak boleh diberikan oleh auditor jika ia yakin, berdasarkan
auditnya,terhadap penyimpangan material dari prinsip akuntansi yang berlaku umum
karena auditor mempunyai cukup bukti untuk memberikan pendapat.
Jika pernyataan tidak memberikan pendapat disebabkan adanya pembatasan
lingkup audit,auditor harus menunjukan dalam paragraph yang terpisah alasan-alasan
mengapa lingkup auditnya tidak memadai untuk menyatakan suatu pendapat atas
laporan keuangan yang diperiksanya
Besikut disajiakan beberapa jenis laporan akuntan independen dengan berbagai jenis
pendapat :

4. Expectation Gap

Expectation Gap adalah apa yang diharapkan masyaratkan dan pemakai laporan
keuangan dengan apa yang sesungguhnya terjadi. Expectation Gap ini menjadi
tanggung jawab auditor. Sering masyarakaat mengeluh terhadap profesi ini yang
mengharuskan profesi akuntan publik terus menerus melakukan pembenahan dan
penyempurnaan seperti penyempurnaan dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan
Standar Auditing.
Karena tuntutan masyarakat dan pemakai jasa auditor terus berkembang seiring
semakin komplek dan dinamisnnya dunia usaha maka profesi ini harus bersikap proaktif
dengan tuntutan tersebut. Masyarakat dan pemakai jasa auditor mengharapkan :
1. Melaksanakan audit dengan kompetensi teknik, integritas, independensi dan
objektif
2. Mencari dan mendeteksi salah saji material baik akibat kekeliruan maupun
ketidakberesan.
3. Mencegah laporan keuangan yang menyesatkan terutama akibat kecurangan dan
pelanggaran hukum
4. Mengungkapkan kemungkinan ketidakmampuan perusahaan untuk meneruskan
usahanya dimasa datang

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


35
5. Mengharapkan laporan auditor dapat dipergunakan sebagai sumber informasi
keuangan yang dapat dipercaya dengan akurasi yang tinggi.

Tuntutan masyarakat dan pemakai jasa auditor tersebut menuntut auditor untuk
terus menerus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan teknis. Pengetahuan tentang
ketentuan=ketentuan baru dibidang perpajakan, bisnis, industri dan hukum yang relevan
dengan profesi ini harus selalu diikuti demikian juga kemampuan teknis melakukan
audit juga terus disempurnakan.

Contoh: laporan audit dengan pendapat auditor wajar tanpa pengecualian

Laporan Auditor Independen

No. : 431/JL/II/03
Tanggal : 28 Pebruari 2003

Kepada Yth.,
Direksi dan Dewan Komisaris
PT langit Biru
Jln. Imam Bonjol
Denpasar

Kami telah mengaudit neraca PT langit Biru per 31 Desember 2002 serta laporan
laba rugi, laporan perubahan laba ditahan dan laporan arus kas untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen
perusahaan. Tanggung jawab kami adalah pada pernyataan pendapat atas laporan
keuangan berdasarkan audit kami.

Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan ikatan


Akuntan indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan
melaksanakan audit agar kami memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


36
keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan atas dasar
pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam
laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas standar akuntansi yang digunakan
dan astimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen serta menilaian terhadap penyajian
laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar
yang memadai untuk menyatakan pendapat.

Menurut Pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut diatas menyajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT langit Biru per 31
Desember 2002 dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal
tersebut sesuai dengan Prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Kantor Akuntan Publik


Drs Ketut John landung & Rekan

Drs.Nyoman Lakar Bagus


Reg, Neg D-4231

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


37
Contoh : Laporan audit dengan auditor wajar dengan pengecualian

Laporan Auditor Independen

No. : 431/JL/II/03
Tanggal : 28 Pebruari 2003
Kepada Yth.,
Direksi dan Dewan Komisaris
PT langit Biru
Jln. Imam Bonjol
Denpasar

Kami telah mengaudit neraca PT langit Biru per 31 Desember 2002 dan 2001
serta laporan laba rugi, laporan perubahan laba ditahan dan laporan arus kas untuk tahun
yang berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab
manajemen perusahaan. Tanggung jawab kami adalah pada pernyataan pendapat atas
laporan keuangan berdasarkan audit kami.

Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan ikatan


Akuntan indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan
melaksanakan audit agar kami memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan
keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan atas dasar
pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam
laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas standar akuntansi yang digunakan
dan astimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen serta menilaian terhadap penyajian
laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar
yang memadai untuk menyatakan pendapat.

Perusahaan tidak memasukan kewajiban sewa guna usaha tertentu dari aktiva
tetap dan kewajiban dalam neraca terlampir dan menurut pendapat kami, harus
dikapitalisasi agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, harus
dikapitalisasi agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Jika kewajiban

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


38
sewa guna dikapitalisasi aktiva tetap akan bertambah sebesar RP ................. dan
RP .............., kewajiban jangka panjang sebesar RP ........... dan RP ............ secara
berturut- turut pada tanggal 31 Desember 2002 dan 2001. Tambah lagi, laba bersih akan
bertambah (berkurang) sebesar RP ............. dan RP ............ berturut – turut Untuk tahun
yang berakhir pada tanggal – tanggal tersebut.

Menurut pendapat kami, kecuali untuk dam pak tidak dikapitalisasinya


kewajiban sewa guna tertentu seperti yang kami uraikan dalam paragraph diatas,
laporan keuangan yang kami sebut diatas menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan PT langit Biru per 31 Desember 2002 dan 2001 dan
hasil usaha , serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
Kantor Akuntan Publik
Drs Ketut John landung & Rekan

Drs.Nyoman Lakar Bagus


Reg, Neg D-4231

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


39
Contoh : laporan audit dengan pendapat tidak wajar

Laporan Auditor Independen

No. : 431/JL/II/03
Tanggal : 28 Pebruari 2003

Kepada Yth.,
Direksi dan Dewan Komisaris
PT langit Biru
Jalan Tegal Lantang
Denpasar

Kami telah mengaudit neraca PT langit Biru per 31 Desember 2002 dan 2001
serta laporan laba rugi, laporan perubahan laba ditahan dan laporan arus kas untuk tahun
yang berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab
manajemen perusahaan. Tanggung jawab kami adalah pada pernyataan pendapat atas
laporan keuangan berdasarkan audit kami.

Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan ikatan


Akuntan indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan
melaksanakan audit agar kami memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan
keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan atas dasar
pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam
laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas standar akuntansi yang digunakan
dan astimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen serta menilaian terhadap penyajian
laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar
yang memadai untuk menyatakan pendapat.

Sebagai mana telah dijelaskan dalam catatan X laporan keuangan, perusahaan


mencantumkan perkiraan pabrik dan Ekuipmen pada nilai appraisal dan menghitung
depresiasinya berdasarkan nilai tersebut.

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


40
Karena penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum seperti yang
diuraikan diatas, pada tanggal 31 Desember 2002 dan 2001, saldo persedaan lebih tinggi
sebesar Rp.....dan Rp..... dengan diperhitungkannya biaya depresiasi ke dalam biaya
overhead pabrik berdasarkan nilai revaluasi yang lebih besar dari harga pokok aktiva
tetap dan aktiva tetap dikurangi akumulasi depresiasinya disajikan lebih tinggi Rp.....
dan Rp..... dibandingkan jika disajikan atas dasar harga pokoknya.

Menurut pendapat kami, karena dampak hal yang kami uraikan dalam paragraf
diatas, laporan keuangan yang kami sebut di atas tidak menyajikan secara wajar, sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, posisi keuangan PT langit Biru per 31
Desember 2002 dan 2001 atau hasil usaha, atau arus kas untuk tahun yang berakhir pada
tanggal – tanggal tersebut.

Kantor Akuntan Publik


Drs Ketut John landung & Rekan

Drs.Nyoman Lakar Bagus


Reg, Neg D-4231

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


41
Contoh :laporan audit yang berisi pernyataan tidak memberikan pendapat

Laporan Auditor Independen


No. : 431/JL/II/03
Tanggal : 28 Pebruari 2003
Kepada Yth.,
Direksi dan Dewan Komisaris
PT langit Biru
Jalan Tegal Lantang
Denpasar

Kami telah mengaudit neraca PT langit Biru per 31 Desember 2002 dan 2001
serta laporan laba rugi, laporan perubahan laba ditahan dan laporan arus kas untuk tahun
yang berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab
manajemen perusahaan. Perusahaan tidak melakukan penghitungan pisik sediaan dalam
tahun 2002 yang dicantumkan dalam laporan keuangan sebesar Rp........ pada tanggal 31
Desember 2002. Lebih lanjut, bukti –bukti yang mendukung harga perolehan aktiva
tetap yang dibeli sebelum tanggal 31 Desember 2002 tidak lagi tersedia dalam arsip
perusahaan. Catatan perusahaan tidak memungkinkan dilaksanakannya penerapan
prosedur audit lain terhadap persediaan dan aktiva tetap.

Karena perusahaan tidak dilaksanakan penghitungan pisik sediaan dan kami


tidak dapat menerapkan prosedur audit untuk meyakinkan kami atas kuantitas sediaan
dan harga perolehan aktiva tetap, lingkup audit kami tidak cukup untuk memungkinkan
kami menyatakan, dan kami tidak menyatakan, pendapat atas laporan keuangan.

Kantor Akuntan Publik


Drs Ketut John landung & Rekan

Drs.Nyoman Lakar Bagus


Reg, Neg D-4231

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


42
RANGKUMAN :

Di dalam auditor memeriksa laporan keuangan klien, Auditor harus menyatakan


pendapat atas kewajaran laporan keuangan yang dibuat oleh klien. Jenis-jenis pendapat
auditor mencerminkan berbagai keyakinan auditor terhadap laporan keuangan klien
diamana akan mempunyai pengaruh bagi masyarakat terutama para pihak yang
mempergunakan informasi keuangan tersebut. Ada lima jenis laporan yaitu pendapat
wajar tanpa pengecualian (Unqualified opinion), pendapat wajar tanpa pengecualian
dengan bahasa penjelas yang ditambahkan dalam laporan audit standar (Unqualified
opinion with explanatory language), pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified
opinion), pendapat tidak wajar (adverse opinion) dan pernyataan tidak memberikan
pendapat (disclaimer opinion).

Adanya perbedaan antara apa yang diharapkan para pemakai jasa auditor dengan
keadaan sesungguhnya disebut dengan Expectation gap. Expectation gan ini menjadi
tanggung jawab auditor dan dijawab dengan terus-menerus meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan teknis sebagai auditor disamping juga menyempurnakan aturan-aturan
yang mengatur tata kerja auditor seperti standar-standar auditing termasuk pernyataan
standar auditing dan interprestasi penyataan Standar auditing.

PERTANYAAN :

1. Jelaskan secara singkat perlunya audit terhadap laporan keuangan ?


2. Sebutkan jenis-jenis pendapat auditor independen ?
3. Pendapat manakah yang paling bagus diantara jenis-jenis pendapat akuntan
independen di atas? Jelaskan secara singkat dan jelas!
4. Apa pengaruh pendapat akuntan independen terhadap para pemakai laporan
keuangan auditan?
5. Apa arti kata wajar menurut auditing? Jelaskan dengan singkat!
6. Apa yang dimaksud dengan expectation gap dalam profesi akuntan public ?
bagaimana usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk memperkecil jurang (gap)
tersebut ?

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


43
7. Usaha-usaha apa yang dapat dilakukan oleh profesi akuntan publik untuk
meningkatkan dan mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap profesi
ini?
8. Buatlah laporan lembar pendapat akuntan independen bentuk baku!

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


44
4 KERTAS KERJA PEMERIKSAAN
(AUDIT WORKING PAPERS)

Kerangka Isi : : Pada bab ini akan diuraikan tentang :


1. Pengertian kertas kerja pemeriksaan
2. Tujuan kertas kerja pemeriksaan
3. Tipe-tipe kertas kerja pemeriksaan
4. Isi kertas kerja pemeriksaan
5. Susunan kertas kerja pemeriksaan
6. Current dan permanent files
7. Ketentuan pembuatan kertas kerja pemeriksaan
8. Kepemilikan dan penyimapanan kertas kerja
pemeriksaan

Standar Kompetensi : Dapat memahami secara komprehensif tentang konsep/


prinsip/ standar pemeriksaan akuntansi dan mampu
membuat perencanaan dan program pemeriksaan
akuntansi.

Kompetensi dasar : Dapat menjelaskan pengertian, tujuan, tipe-tipe, isi,


susunan dan ketentuan pembuatan kerja
pemeriksaan serta kepemilikan dan penyimanannya.

Indikator Hasil Belajar :


1. Pengertian, tujuan, jenis kertas kerja pemeriksaan
2. Isi, susunan, ketentuan, kepemilikan dan
penyimnanan kertas kerja pemeriksaan
3. Current dan permanent files

1. Pengertian Kertas Kerja Pemeriksaan

Kertas kerja pemeriksaan merupakan media penghubung antara catatan atau


laporan yang dibuat oleh klien dengan laporan audit. Bukti-bukti pemeriksaan yang
diperoleh selama pemeriksaan akan terekam dalam kertas kerja pemeriksaan dan

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


45
kemudian dipakai sebagai dasar dalam pembuatan laporan audit. Oleh karena itu
pembuatan kertas kerja yang baik merupakan pekrjaan penting dalam audit.
Kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan oleh auditor meliputi
prosedur-prosedur audit diterapkannya, test atau pengujian-pengujian yang dilakukan
serta informasi yang dikumpulkan dan kesimpulan-kesimpulan yang dibuatnya
berkaitan dengan pemeriksaan yang dilakukannya.
Temuan-temuan yang diperoleh selama pemeriksaan sebagian besar merupakan
informasi yang bersifat rahasia yang tidak dapat diketahui oleh pihak lain tanpa ijin
khusus dari klien kecuali jika dikehendaki oleh hukum atau negara.
Dalam menjalankan pemerikasaannya (general audit) auditor harus berpedoman
kepada SPAP. Semua prosedur audit yang dilakukan dan temuan-temuan pemeriksaan
harus didokumentasikan dalam kertas kerja pemeriksaan. Kertas kerja yang dibuat
sepenuhnya menjadi milik auditor/akuntan publik sekalipun dalam proses pembuatan
kertas kerja tersebut atas biaya klien atau atas persetujuan klien. Hal ini disebabkan
karena dalam kertas kerja tidak hanya berisi tentang catatan-catatan atau laporan yang
dibuat klien tetapi juga berisi prosedur-prosedur, pengujian-pengujian dan analisa-
analisa yang dilakukan satau dibuat auditor selam proses pemeriksaan.

Kertas kerja pemeriksaan adalah semua berkas-berkas yang dikumpulkan


oleh auditor yang menjalankan pemeriksaan yang dapat berasal :
a) Dari pihak klien yang dapat berupa :
1) Neraca saldo (trial balance)
2) Rekonsiliasi bank (bank reconciliation)
3) Analisis umur piutang (accounts receivable aging schedule)
4) Rincian persediaan (final inventori list)
5) Rincian utang
6) Rincian biaya umum dan administrasi
7) Rincian biaya penjualan
8) Surat pernyataan langganan
b) Dari analisa yang dibuat oleh auditor antara lain dapat berupa :
1) Berita acara kas opname (cash count sheet)

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


46
2) Pemahaman dan evaluasi terhadap internal control klien, termasuk
internal control questionaires
3) Analisis penarikan aktiva tetap
4) Analisis mengenai cukup tidaknya allowance for bad debts
5) Working balance sheet (WBS)
6) Working profit and loss (WPL)
7) Top schedule
8) Konsep laporan audit (draft audit report)
9) Management letter
c) Dari pihak ketiga.
Berkas yang diperoleh dari pihak ketiga, misalnya :
1) Piutang
2) Utang
3) Dari bank
4) Dari penasehat hukum pemeriksaan

2. Tujuan Kertas Kerja Pemeriksaan

Kertas kerja pemeriksaan yang merupakan dokumentasi auditor atas prosedur-


prosedur audit dan analisa-analisa yang dilakukannya, test-test yang diadakan,
informasi yang diperoleh meliputi memorandum, surat-surat konfirmasi dan ikhtisar
dokumen-dokumen perusahaan, rincian-rincian pos neraca dan rugi laba, serta
komentar-komentar yang dibuat atas pemeriksaan. Kertas kerja yang dibuat dan
dikumpulkan oleh auditor tidak hanya sekedar untuk mendokumentasikan
pelaksanaan audit tetapi juga mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Ada beberapa
tujuan dibuatnya kertas kerja pemeriksaan :
a) Mendukung opini auditor mengenai kewajaran laporan keuangan.
Opini yang diberikan auditor harus sesuai dengan simpulan pemeriksaan
yang dicantumkan dalam kertas kerja pemeriksaan berdasarkan bukti-bukti
pemeriksaan (audit evidence) yang diperoleh selama pemeriksaan.
b) Sebagai bukti bahwa auditor telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan
standar audit yang ditetapkan. Dalam kertas kerja pemeriksaan harus terlihat

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


47
bahwa apa yang diatur dalam SPAP sudah diikuti atau dilakukan dengan
baik oleh auditor.
c) Sebagai referensi dalam hal ada pertanyaan dari pihak-pihak yang
berkepentingan yaitu pihak pajak, bank atau client sendiri. Dengan melihat
kertas kerja pemeriksaan seandainya ada pertanyaan-pertanyaan yang timbul
setelah membaca laporan audit dapat dijawab dengan cepat.
d) Sebagai salah satu dasar penilaian terhadap asisten atau seluruh tim audit
sehingga dapat dibuat evaluasi kemampuan tim audit mulai dari anggota,
ketua timatau patner sesudah selesai suatu penugasan.
e) Sebagai alat untuk melakukan koordinasi dan mengawasi pelaksanaan
seluruh tahapan sudit.
f) Sebagai pegangan untuk audit tahun berikutnya Kertas kerja yang disimpan
baik dalam cureent file dan permanent file dapat digunakan untuk
pemeriksaan tahun berikutnya.

3. Tipe Kertas Kerja


Ada beberapa tipe kertas kerja :
a) Program audit
b) Working trial balance
c) Ringkasan jurnal penyesuaian dan jurnal pengklasifikasian kembali
d) Daftar pendukung
e) Daftar utama
f) Memorandum audit dan dokumentasi informasi pendukung

a. Program Audit
Program audit merupakan daftar prosedur audit atau langkah-langkah yang akan
dilakukan dalam melakukan audit elemen-elemen atau pos-pos tertentu dari laporan
keuangan. Dalam program audit meliputi langkah-langkah pemeriksaan yang harus
diikuti dalam melakukan verifikasi pos-pos tertentu dalam laporan keuangan, tanggal

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


48
pelaksanaan prosedur audit, paraf pelaksana prosedur audit dan pemberian indek
kertas kerja. Program audit ini berfungsi sebagai alat yang bermanfaat untuk
menetapkan jadwal pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan lapangan.

b. Working Trial Balance


Working trial balance adalah suatu daftar yang berisi saldo berbagai akun-akun
buku besar pada akhir tahun dan tahun sebelumnya, kolom jurnal penyesuaian,
kolom neraca saldo setelah penyesuaian, kolom laba rugi, kolom nearaca, kolom
klafisikasi kembali dan kolom per audit. Working trial balance merupakan dasar
untuk pemerikasaan kertas kerja secara individual dan merupakan ringkasan atau
rangkuman semua data yang diperoleh selama pemerikasaan dan merupakan dasar
untuk pembuatan laporan keuangan.

c. Jurnal Penyesuaian dan Pengklasifikasian Kembali


Apabila dalam proses pemeriksaan auditor menemukan kesalahan dalam catatan
akuntansi atau laporan klien maka auditor akan melakukan koreksi dengan membuat
jurnal penyesuaian. Jurnal pengklasifikasian kembali dilakukan untuk memastikan
pengklasifikasian akun-akun yang tepat. Apabila menurut klien salah di dalam
melakukan pengklasifikasian akun-akun buku besar maka auditor mengkoreksi
dalam jurnal pengklasifikasian kembali. Misalnya elemen-elemen atau pos-pos yang
termasuk dalam kelompok aktiva lancar atau aktiva tetap.

d. Daftar Pendukung
Dalam melakukan pemeriksaan, auditor melakukan pengujian-pengujian
elemen-elemen yang terdapat dalam laporan keuangan. Untuk itu auditor membuat
kertas kerja untuk mendukung informasi yang dikumpulkan. Dalam tiap elemen yang
diperlukan, auditor mencantumkan metode verifikasi, pertanyaan-pertanyaan yang
timbul serta jawaban atas pertanyaan tersebut. Daftar pendukung memberikan
informasi yang rinci tentang pos tertentu dari laporan keuangan yang diperiksa.

e. Daftar Utama

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


49
Daftar utama merupakan ringkasan dari daftar pendukung dimana dalam daftar
utama berisi ringkasan akun-akun yang saling berkaitan. Jadi daftar utama digunakan
untuk menghubungkan akun buku besar yang sejenis yang akan disajikan dalam
laporan keuangan dalam satu pos. Misal : Akun Bank terdiri dari akun-akun Bank
BNI, Bank BRI Bank Mandiri dan sebagainya. Kolom-kolom yang ada dalam daftar
utama adalah sama dengan kolom-kolom dalam working trial balance.

f. Memorandum audit dan Dokumentasi Informasi Penguat


Memorandum audit merupakan data tertulis yang disiapkan auditor dalam
bentuk naratif, misalnya komentar atas kinerja prosedur auditing dan kesimpulan
yang diperoleh dari pelaksanaan audit. Dokumentasi informasi penguat meliputi
pendokumentasian pengajuan pertanyaan mengenai hasil rapat dewan komisaris,
respon konfirmasi, salinan kontrak-kontrak penting dan sebagainya.

4. Isi Kertas Kerja

Dalam kertas kerja pemeriksaan biasanya berisi dokumentasi yang


memperlihatkan hal-hal sebagai berikut :
a) Pemeriksaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik
Hal ini sesuai dengan standar pekerjaan lapangan yang pertama
b) Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian interen yang telah
diperoleh auditor. Pemahaman atas struktur pengendalian interen perusahaan
klien dapay diperoleh dengan pengjuan daftar pertanyaan atau interview. Hal
ini sangat penting untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan
lingkup pengujian yang akan dilakukan.
c) Bukti audit yang diperoleh, prosedur pemeriksaan dan pengujian-pengujian
yang telah dilaksanakan yang memberikan bukti kompeten yang cukup
sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang diaudit yang menunjukkan telah dilaksanakannya standar
pekerjaan lapangan.

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


50
5. Susunan Kertas Kerja

Untuk memudahkan supervisi kertas kerja yang dibuat oleh asisten maupun staf
auditor, berbagai jenis kertas kerja tersebut harus disajikan dalam susunan yang
sistematis. Adapun susunan kertas kerja tersebut pada umunya adalah :
a) Draft laporan audit
b) Laporan keuangan auditan
c) Ringkasan informasi bagi penelaah
d) Program audit
e) Laporan keuangan atas neraca lajur yang dibuat klien
f) Ringkasan jurnal penyesuaian
g) Working trial balance
h) Daftar utama
i) Daftar pendukung

6. Current File dan Permanent File


Kertas kerja pemeriksaan biasanya dikelompokkan dalam :
a) Current File :
Berisi kertas kerja yang mempunyai kegunaan untuk tahun berjalan, misalnya :
- Nerca saldo
- Berita Acara Kas Opname
- Rekonsiliasi Bank
- Rincian Persediaan
- Rincian Utang
- Rincian Biaya, dan lain-lain
b) Permanent File
Berisi kertas kerja yang mempunyai kegunaan untuk beberapa tahun, misalnya :
- Akte pendirian
- Buku Pedoman Akuntansi [Accounting Manual]

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


51
- Kontrak-kontrak
- Notulen Rapat

7. Ketentuan Dalam Pembuatan Kertas Kerja Yang Baik


Agar kertas kerja pemeriksaan mempunyai manfaat yang optimal, harus
dipenuhi kriteria berikut ini :
a) Kertas kerja pemeriksaan harus mempunyai tujuan.
Misalnya : cash count sheet dapat ditafsir dengan angka pada neraca.
b) Harus dihindari menulis kembali catatan atau laporan klien dalam kertas
kerja pemeriksaan sebab banyak kerugiannya, antara lain membuang waktu
dan dapat salah dalam menyalin.
c) Dalam kertas kerja pemeriksaan harus dijelaskan prosedur audit apa yang
dilakukan dengan menggunakan audit tick mark. Misalnya : Dalam
pemeriksaan umur piutang dagang (aging schedule account receivable)
menggunakan tick mark antara lain:
^ = footing telah dilakukan
C = konfirmasi telah dilakukan
d) Kertas kerja pemeriksaan harus diindex / croos index.
Ada beberapa cara penggunaan index :
1. Alphabetis = A – Z
2. Numerical = 1 – 11
3. Gabungan = A1, A2 dan seterusnya
e) Kertas kerja diparaf oleh orang yang membuat dan mereview sehingga dapat
diketahui siapa yang bertanggung jawab.
f) Setiap pertanyaan yang timbul pada review notes harus dijawab, tidak boleh
ada open question.(pertanyaan yang belum dijawab).
1) Pada kertas kerja pemeriksaan harus dicantumkan :
a. Sifat dari perkiraan yang diperiksa.
b. Prosedur pemeriksaan yang dilakukan
c. Kesimpulan mengenai kelayakan perkiraan yang diperiksa
2) Hal-hal tambahan antara lain:

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


52
a. Kertas kerja pemeriksaan harus rapi dan bersih
b. Kertas kerja pemeriksaan harus mudah dibaca
c. Bahasa yang digunakan harus baik
d. Jangan hanya memphoto copy data dari client tanpa diberi
suatu penjelasan.
3) Dibagian muka file kertas kerja pemeriksaan harus dimasukkan
daftar isi dan index kertas kerja pemeriksaan dan contoh paraf
seluruh tim pemeriksaan yang terlibat dalam penugasan audit
tersebut.

8. Kepemilikan dan Penyimpanan Kertas Kerja Pemeriksaan


Kertas kerja pemeriksaan yang dibuat auditor adalah milik auditor / akuntan
publik. Hak auditor sebagai pemilik kertas kerja pemeriksaan terikat pada batasan-
batasan moral yang dibuat untuk mencegah kebocoran-kebocoran atau terungkapnya
informasi yang tidak semestinya kepada pihak yang berkepentingan dan atau
berwenang mengenai kerahasiaan (confidentiality) data-data client.
Sekalipun sebagian kertas kerja akuntan publik dapat digunakan sebagai sumber
referensi bagi clientnya, namun kertas kerja pemeriksaan tersebut tidak dapat
dianggap sebai bagian atau pengganti dari catatan akuntansi client tersebut dengan
kata lain kertas kerja tidak dapat saling menggantikan dengan catatan atau laporan
klien.
Apabila dan pihak lain yang ingin meminjam atau mereview kertas kerja
pemeriksaan, hal tersebut baru bisa diberikan setelah ada persetujauan tertulis dari
klien yang bersangkutan dan sebaiknya hanya begian yang diperlukan saj yang
dipinjamkan atau diperliahatkan.
Akuntan publik harus mengambil langkah-langkah yang tepat untuk keamanan
kertas kerja pemeriksaannya dan menyimpan kertas kerja tersebut sesuai dengan
peraturan pemerintah yang berlaku sehingga apabila diperlukan dapat diakses dengan
cepat.

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


53
RANGKUMAN :

Kertas kerja pemeriksaan merupakan penghubung antara catatan akuntansi atau


laporan keuangan klien dengan laporan audit. Kertas kerja merekam apa saja yang
telah dilakukan auditor di dalam mengumpulkan dan mengaevaluasi bukti-bukti
(evident matter) sebagai dasar untuk menyusun laporan audit. Kerta kerja berupa
catatan-catatan dibuat auditor mengenai prosedur audit, pengujian-pengujian,
analisa-analisa dan simpula-simpulan yang dibuat berkaitan dengan pemeriksaan
yang dilakukan.
Kertas kerja dibuat bertujuan untuk mendukung opini auditor mengenai
kewajaran alat untuk melakukan koordinasi, sebagai alat untuk menilai asisten yang
digunakan dan sebagai pegangan untuk audit tahun berikutnya.
Ada beberapa tipe kertas kerja yaitu program audit, working trial balance,
ringkasan jurnal penyesuaian dan jurnal pengklasifikasian kembali,daftar pendukung,
daftar utam dan memorandum audit. Kerta kerja diarsip didalam current file dan
permanent file. Current file yaitu kertas kerja yang mempunyai kegunaan untuk
tahun yang diperiksa sedangkan permanent file adalah kerta kerja yang mempunyai
kegunaan beberapa tahun.
Kertas kerja dibuat menjadi milik auditor dan berkewajiban untuk menjaga
kerahasiaan informasi yang ada didalamnya. Apabila ada pihak yang ingin
meminjam kertas kerja tersebut maka harus mendapat ijin tertulis dari klien dan
hanya bagian yang diperlukan saja yang dipinjamkan.

PERTANYAAN :
1. Apakah yang dimaksud dengan kertas kerja pemeriksaan?
2. Apa tujuan dibuatnya kertas kerja pemeriksaan?
3. Jelaskan prinsip-prinsip atau ketentuan umum pembuatan kertas kerja
pemeriksaan!
4. Sebutkan dan jelaskan tipe-tipe kertas kerja pemeriksaan!
5. Jelaskan dua jenis pengarsipan kertas kerja pemeriksaan!
6. Jelaskan hubungan antar tipe kertas kerja pemeriksaan!

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


54
7. Siapa yang menyimpan dan memiliki kertas kerja pemeriksaan? Jelaskan dengan
singkat.

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


55
5 STRUKTUR
PENGENDALIAN INTEREN

Kerangka Isi : : Pada bab ini akan diuraikan tentang :


1. Pengertian struktur pengendalian
2. Konsep dasar struktur pengendalian interen
3. Elemen struktur pengendalian interen
4. Hubungan struktur pengendalian interen dengan
lingkup pemeriksaan
5. Bagaimana melakukan pemahaman dan evaluasi atas
struktur pengendalian interen
6. Indentifikasi sasaran pengendalian

Standar Kompetensi : Dapat memahami secara komprehensif tentang konsep/


prinsip/ standar pemeriksaan akuntansi dan mampu
membuat perencanaan (audit plan) dan program
pemeriksaan akuntansi (audit program).

Kompetensi dasar : Dapat menjelaskan pengertian, konsep dasar, elemen


dan mengevaluasi struktur pengendalian interen(SPI),
menjelaskan hubungan SPI dengan lingkup
pemeriksaan serta mengindentifikasi sasaran
pengendalian

Indikator Hasil Belajar :


1. Pengertian, konsep dasar, elemen SPI
2. Hubungan SPI dengan ringkup pemeriksaan
3. Memahami dan mengevaluasi SPI
4. Indentifikasi sasaran SPI

1. Pengertian Struktur Pengendalian Intern

Menurut Standar Professional Akuntan Publik Pada SA 319, par 06


dikemukakan bahwa: “Struktur Pengendalian Intern adalah kebijakan dan prosedur
yang diterapkan untuk memberikan keyakinan (assurance) yang memadai bahwa
tujuan tertentu satuan usaha akan dicapai”.

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


56
Sedangkan menurut Mulyadi mengatakan sistem pengendalian intern
meliputi struktur organisasi, Metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk
menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,
mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Dari definisi di atas SPI dapat mencangkup berbagai kebijakan, prosedur


dan ukuran-ukuran yang sangat bervariasi dan luas serta dapat mencangkup berbagai
tujuan. Sebagaimana dalam definisi SPI yang kedua tujuan yang ingin dicapai dari
SPI adalah menjaga kekayaan perusahaan, mengecek ketelitian dan keandalan data
akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan-kebijakan
manajemen. Namun demikian, hanya beberapa dari tujuan, kebijakan dan prosedur
tersebut yang relevan dengan audit atas laporan keuangan dan sisanya tidak ada
hubungannya. Yang relevan adalah seperti kemampuan satuan usaha untuk mencatat,
memproses, mengiktisarkan dan melaporkan data keuangan ke dalam laporan
keuangan sedangkan yang tidak relevan adalah seperti kebijakan dan prosedur
mengenai penentuan besarnya biaya periklanan, penentuan harga pokok yang layak,
penentuan langganan atau supplier baru dan lain-lain. Semua kebijakan dan prosedur
di atas adalah penting untuk satuan usaha di dalam mencapai tujuan namun tidak
semua berkaitan langsung dengan audit atas laporan keuangan.

Dalam standar auditing untuk standar pekerjgaan lapangan yang kedua


menuntut auditor agar mempunyai pemahaman yang memadai atas struktur
pengendalian intern perusahaan klien. Standar ketiga pekerjaan lapangan yang kedua
mengatakan :

“Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus


diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup
pengujian yang akan dilakukan”

Dari standar di atas dapat disimpulkan bahwa auditor harus melaksanakan


prosedur audit untuk memperoleh pemahaman yang memadai terhadap struktur
pengendalian intern. Pentingnya pemahaman SPI akan menentukan di dalam

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


57
merencanakan dan menentukan sifat, saat lingkup pengujian yang akan dilakukan
disamping itu juga akan dapat mengurangi beban pelaksanaan audit sehingga dapat
mengurangi biaya atau fee audit. SPI juga merupakan salah satu jenis bukti audit.

2. Konsep Dasar Struktur Pengendalian Intern

Konsep adalah abstraksi-abstraksi yang diturunkan dari pengalaman dan


observasi dan dirancang untuk memahami kesamaan-kesamaan di dalam suatu subjek
dan perbedaan-perbedaan dengan subjek yang lain. Ada beberapa konsep dasar yang
berkaitan dengan struktur pengendalian intern. Kosep dasar itu meliputi hal-hal
sebagai berikut :

a. Pertanggungjawaban manajemen
b. Kewajaran atau keyakinan rasional yang memadai
c. Keterbatasan bawaan
d. Metode pengolahan data

a. Pertanggungjawaban Manajemen

Manajemen bertanggung jawab untuk menetapkan dan mempertahankan


struktur pengendalian intern yang diterapkan perusahaan. Struktur pengendalian
intern dipengaruhi oleh :
1) Besar kecilnya entitas/ organisasi atau perusahaan
2) Karakteristik organisasi dan kepemilikan
3) Sifat kegiatan usahanya
4) Keanekaragaman dan kompleksitas oprasinya
5) Metode pemerosesan data
6) Persyaratan perundang-undangan yang harus dipatuhi

Tanggung jawab manajemen meliputi pelaksanaan dan pengawasan


struktur pengendalian intern yang sedang diterapkan dan selalu memperbaiki atau
memperbaharuinya sesuai dengan tuntutan perkembangan perusahaan.

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


58
b. Kewaajaran atau Keyakinan Rasional yang Memadai

Untuk memastikan sasaran struktur pengendalian intern dapat dicapai,


maka manajemen menetapkan kualitas struktur pengendalian intern dimana tingkat
kualitasnya tidak bersifat mutlak melainkan pada tingkat wajar. Kriteria absolut tidak
digunakan karena manajemen tidak terlepas dari penggunaan estiminasi atau
judgement dalam pengambilan keputusan-keputusanya.

c. Keterbatasan Bawaan

Struktur pengendalian intern mempunyai keterbatasan bawaaan yang


melekat pada struktur pengendalian intern yaitu :

a. Faktor manusia yang melaksanakan fungsi prosedur pengendalian.


Manusia mempunyai keterbatasan yang bersifat behavior dan
manusiawi misalnya lelah/ capek, lupa atau jenuh, cendrung
melanggar kalau kurang pengawasan, kolusi dan lain-lain.
Keterbatasan hanya bisa diminimumkan dan tidak bisa dihilangkan
sama sekali. Sebaik-baiknya struktur pengendalian intern akan dapat
dikalahkan oleh kolusi.

b. Pengendalian intern tidak dapat mrngarah atau mencangkup seluruh


transaksi terutama transaksi atau peristiwa yang bersifat tidak rutin
atau tidak umum misalnya kejadian-kejadian luar biasa.

d. Metode Pengolahan Data


Struktur pengendalian intern mempunyai sifat yang dinamis dan tidak
bersifat statis. Struktur pengendalian intern yang diterapkan pada sistem pengolahan
data manual maupun koputerisasi. Sistem pengolahan data manual dipergunakan
untuk perusahaan sekala kecil sedangkan komputerisasi dipakai untuk perusahaan
besar atau multinasional. Perubahan kondisi lingkungan mungkin akan
mengakibatkan perlunya modifikasi atas struktur pengendalian intern.

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


59
3. Elemen Struktur Pengendalian Intern

Untuk kepentingan audit atas laporan keungan struktur pengendalian intern


satuan usaha terdiri dari tiga unsur berikut ini :

a. Lingkungan pengendalian
b. Sistem akuntansi
c. Prosedur pengendalian

Dalam semua penugasaan audit, auditor harus memperoleh pemahaman


memadai atas masing-masing dari ketiga unsur tersebut untuk merencanakan audit
dengan cara melaksanakan prosedur untuk memahami rancangan kebijakan dan
prosedur yang relevan dengan perencanaan audit dan untuk menentukan apakah
rancangan tersebut dilaksanakan hal tersebut dapat dilaksanakan.

a. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian merupakan pengaruh gabungan dari berbagai


faktor dalam membentuk memperkuat atau memperlemah efektivitas kebijakan dan
prosedur tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut termasuk :

1) Falsafah manajemen dan gaya oprasinya.


2) Struktur organisasi satuan usaha.
3) Berfungsinya dewan komisaris, dan komite-komite yang dibentuk
(misalnya komite audit).
4) Metode pemberian wewenang dan tanggung jawab.
5) Metode pengendalian manajemen dalam memantau dan
menindaklanjuti kinerja, termasuk audit intern.
6) Kebijakan dan praktek personalia
7) Berbagai faktor ekstren yang mempengaruhi operasi dan praktek
satuan usaha seperti pemeriksaan yang dilakukan oleh badan
legislative dan lembaga pemerintah

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


60
b. Sistem Akuntansi

Sistem akuntansi terdiri dari metode dan catatan yang diciptakan untuk
mengidentifikasikan, menghimpun, menganalisis, mengelompokkan, dan melaporkan
transaksi satuan usaha dan untuk menyelenggarakan pertanggungjawaban aktiva dan
kewajiaban yang bersangkutan dengan transaksi tersebut.

Sistem akuntansi yang efektif mempertimbangkan pembuatan metode dan


catatan yang akan :

1) Mengidentifikasikan dan mencatat semua transaksi yang sah.


2) Menggambarkan transaksi secara tepat waktu dan cukup rinci sehingga
memungkinkan pengelompokkan transaksi secara semestinya untuk
pelaporan keuangan.
3) Mengukur nilai transaksi dengan cara yang memungkinkan pencatatan nilai
keungan yang layak dalam laporan keuangan.
4) Menentukan periode terjadinya transaksi untuk memungkinkan pencatatan
transaksi pada periode akuntansi yang semestinya.
5) Menyajikan dengan semestinya transaksi dan pengungkapannya dalam
laporan keuangan.

c. Prosedur Pengendalian

Prosedur pengendalian adalah kebijakan dan prosedur sebagai tambahan


lingkungan pengendalian dan sistem akuntansi yang telah diciptakan oleh manajemen
untuk memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan tertentu satuan usaha akan
tercapai.

Prosedur pengendalian mempunyai beberapa tujuan dan diterapkan pada


berbagai tingkat organisasi dan pemerosesan data. Prosedur pengendalian dapat juga
diintegrasikan dalam komponen tertentu lingkungan pengendalian dan sistem

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


61
akuntansi secara umum, prosedur pengendalian dapat dikelompokkan ke dalam
prosedur yang bersangkutan dengan :

1) Otorisasi yang semestinya atas transaksi dan kegiatan


2) Pemisahaan tugas yang dapat melakukan dan sekaligus dapat menutupi
kekeliruan atau ketidakberesan dalam pelaksanaan tugasnya sehari-
sehari oleh sebab itu, tanggung jawab untuk memberikan otorisasi
transaksi, mencatat transaksi dan menyimpan aktiva perlu dipisahkan
ditangan karyawan yang bebeda.
3) Perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai
untuk membantu pencatatan secara semestinya transaksi dan pristiwa,
misalnya dengan memantau penggunaan dokumen pengiriman barang
yang bernomor urut cetak.
4) Pengamanan yang cukup atas akses dan penggunaan aktiva perusahaan
dan catatan, misalnya penetapan fasilitas yang dilindungi dan
diotorisasi untuk akses ke program dan arsip data komputer.
5) Pengecekan secara independen atas pelaksanaan dan penilaian yang
semestinya atas jumlah yang dicatat, misalnya pengecekan atas
pekerjaan klerikal, rekonsiliasi, pembandingan aktiva yang ada dengan
pertanggung jawaban yang tercatat, pengawasan dengan menggunakan
program komputer, penelahan oleh manajemen atas laporan yang
mengikhtisarkan rincian perkiraan [ misalnya ; saldo piutang yang
dirinci menurut umur piutang dan penelaahan oleh pemakai atas
laporan yang dihasilkan oleh computer ]

Dapat diterapkan atau tidaknya dan pentinya faktor-faktor khusus


lingkungan pengendalian, metode dan catatan sistem akuntansi, serta prosedur
pengendalian yang diciptakan oleh satuan usaha harus dipertimbangkan dalam
hubungannya dengan :

- Besarnya satuan usaha


- Karakteristik organisasi dan pemilikan
- Sifat kegiatan usahanya
- Keanekaragaman dan kompleksitas operasi
- Metode untuk memproses data
- Persyaratan peraturan perundang-undangan yang harus dipatuhi

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


62
4. Hubungan Struktur Pengendalian Intern Dengan Lingkup
Pemeriksaan

Struktur pengendalian intern suatu entitas ( Perusahaan ) mempunyai


hubungan yang dengn ruang lingkup pemeriksaan. Jika struktur pengendalian intern
suatu usaha lemah, maka kemungkinan terjadinya kesalahan, ketidakakuratan
ataupun kecurangan dalam perusahaan sangat besar bagi auditor, hal tersebut
menimbulkan risiko yang besar dalam arti risiko untuk memberikan opini yang tidak
sesuai dengan kenyataan, jika auditor kurang hati-hati dalam melakukan pemeriksaan
dan tidak cukup banyak mengumpulkan bukti-bukti yang mendukung pendapat yang
diberikannya.

Untuk mencegah kemungkinan tersebut, jika dari hasil pemahaman dan


evaluasi atas pengendalian intern perusahaan, auditor menyimpulkan bahwa
pengendalian intern tidak berjalan efektif, maka auditor harus memperluas
pemeriksaannya pada waktu melakukan pengujian substantif. Misalnya : Pada waktu
mengirim konfirmasi piutang, jumlah konfirmasi yang dikirimkan harus lebih banyak
atau pada waktu melakukan observasi atas stock opname ( Perhitungan pisik
persediaan ) harus lebih dilakukan lebih banyak dan teliti.

Sebaliknya jika auditor menyimpulkan bahwa struktur pengendalian intern


berjalan efektif, maka scope atau luas pemeriksaan pada waktu melakukan pengujian
substantif bisa dipersempit atau jumlah yang diambil dari populasi dapat dikurangi
kareana data akuntansi atau laporan akuntansi yang dihasilkan dari struktur
pengendalian intern yang baik dapat dipercaya. Untuk menentukan efektif tidaknya
struktur pengendalian intern suatu entitas, auditor harus melakukan prosedur audit
untuk memperoleh pemahaman yang memadai.

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


63
5. Bagaimana Melakukan Pemahaman dan Evaluasi atas Struktur
Pengendalian Intern

Pemahaman dan evaluasi atas sruktur pengendalian intern merupakan


bagian yang sangat penting dalam proses pemeriksaan oleh akuntan publik karena
baik burukknya struktur pengendalian intern akan memberikan pengaruh yang besar
terhadap :
- Keamanan harta perusahaan
- Dapat dipercayai atau tidaknya laporan keuangan perusahaan
- Lama atau cepatnya proses pemeriksaan akuntan
- Tinggi atau rendahnya audit fee
- Jenis opini yang akan diberikan akuntan publik

Ada tiga cara yang bisa digunakan akuntan publik, yaitu :


A. Internal Control Questionnaires
B. Flow Chart
C. Narrative

a. Internal Control Questionnaires

Cara ini paling banyak digunakan oleh kantor akuntan publik [ K A P ],


karena dianggap lebih sederhana dan praktis. Biasana KAP sudah memiliki satu set
ICQ yang standar, yang bisa digunakan untuk memahami dan mengevaluasi sruktur
pemgendalian intern diberbagai perusahaan pertanyaan-pertanyaan dalam ICQ
diminta untuk menjawab Ya [Y], Tidak [T], atau tidak relevan [TR]. Jika pertanyaan-
pertanaan tersebut sudah disusun dengan baik ;” Tidak” akan menunjukan ciri
internal control yang lemah, “ tidak relevan” berarti pertanyaan tidak relevan untuk
perusahaan tersebut.

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


64
ICQ biasanya dikelompokkan sebagai berikut
 Umum
Biasanya pertanyaan menyangkut struktur organisasi, pembagian
tugas dan tanggungjawab, akte pendirian dan pertanyaan umum lainnya
mengenai keadaan perusahaan.
 Akuntansi
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut keadaan pembukuan
perusahaan, misalnya apakah proses pembukuan dilakukan secara
manual atau computerized, jumlah dan kualifikasi tenaga dibagian
akuntansi dan lain-lain.
 Siklus Penjualan – Piutang – Penerimaan Kas
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut sistem dan prosedur yang
terdapat di perusahaan dalam siklus pembelian ( Kredit dan tunai ),
utang dan pengeluaran kas.
 Siklus Pembelian – Utang – Pengeluaran Kas
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut sistem dan prosedur yang
terdapat di perusahaan dalam siklus pembelian ( Kredit dan tunai ),
utang dan pengeluaran kas.
 Persediaan
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut sistem dan prosedur
penyimpanan dan pengawan pisik persediaan, sistem pencatatan dan
metode penilaian persedian dan stock opname.
 Surat Berharga
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut surat berharga, otorisasi
untuk pembelian dan penjualan surat berharga dan penilaiannya.

 Aktiva Tetap
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut sistem dan prosedur
penambahan dan pengurangan aktiva tetap, pencatatan dan penilaian
aktiva tetap dan lain-lain.
 Gaji dan Upah
Pertanyaan-pertanyaan menyangkut kebijakan personalia (
human resources development ) serta sistem dan prosedur pembayaran
gaji dan upah.

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


65
Hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah :

1) Auditor harus menayakan langsung pertanyaan-pertanyaan di


ICQ kepada staf klien dan kemudian mengisi sendri
jawabannya, jangan sekedar menyerahkan ICQ kepada klien
untuk diisi.
2) Untukn penugasan yang berulang ( repeat engagement ) ICQ
tersebut harus dimutakhirkan berdasarkan hasil tanya jawab
dengan klien
3) Ada kecendrungan bahwa klien akan memberikan jawaban
seakan-akan struktur pengendalian intern sangat baik oleh
karena itu auditor harus melakukan pengujian kepatuhan (
complience test ) untuk membuktikan efektifitas dari struktur
pengendalian yang diterapkan perusahaan klien

b. Bagan Arus ( Flow chart )

Bagan arus biasanya sering digunakan dalam menilai struktur


pengendalian intern karena lebih mudah dan cepat untuk dipahami. Menggambarkan
dengan melihat bagan alir, auditor secara mudah dan cepat dapat melihat kelemahan-
kelemahan dan kebaikan-kebaikan dari suatu sistem dan prosedur. Bagan arus
menggambarkan arus dokumen dalam sistem dan prosedur di suatu unit kegiatan atau
uasha. Misalnya bagan arus sistem pembelian digambarkan aliran dokumen mulai
dari permintaan pemakian barang, pemesanan barang, penerimaan barang dan
pencatatan pembelian.

Apabila penugasan audit dilakukan beulang-ulang terhadap suatu


perusahaan maka auditor dapat menggunakan bagan alir sebelumnya dan harus selalu
memutakhirkan ( Meng- Update ) dengan informasi baru untuk mengetahui
perubahan-perubahan dalam sistem dan prosedur perusahaan.

Setelah bagan alir dibuat, auditor harus melakukan pengujian-pengujian


dengan mengambil dua atau tiga dokumen untu menentukan sistem dan prosedur
yang dijalankan sesuai dengan apa yang digambarkan dalam bagan arus dokumen.
Auditor melakukan evaluasi tingkat kepatuhan dalam melaksanakan sistem dan

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


66
prosedur dan apabila ada penyimpangan bagaimana pengaruhnya terhadap asersi-
asersi yang disaikan dalam laporan keuangan klien. Misalnya ambil satu set dokumen
untuk pelunasan utang yang berasal dari pembelian kredit kemudian dipriksa apakah
semua dokumen yang berhubungan dengan transaksi tersebut seperti dokumen
permintaan pembelian barang, order pembelian, laporan penerimaan barang, faktur
pembelian, bukti pengeluaran kas ( cash payment voucher ) sudah diproses sesuai
dengan sistem dan prosedur yang digambarkan dalam bagan arus dokumen.

c. Narrative

Narrative juga sering digunakan dalam menilai struktur pengendalian


intern perusahaan klien. Dalam metode ini auditor menceritakan dalam bentuk
memo/ tulisan struktur pengendalian intern yang berlaku di perusahaan klien
kemudian auditor dapat mengevaluasi kelemahan dan kebaikan sistem dan prosedur
pengendalian intern tersebut. Cara biasanya digunakan untuk perusahaan yang
relative kecil yang pembukuannya dilakukan secara sederhana.

6. Indentifikasi Sasaran Pengendalian

Struktur pengendalian intern suatu perusahaan pada umumnya dirancang


untuk mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut :

1. Menjamin dapat dipercayanya catatan keuangan yang dihasilkan


dari sistem akuntansi yang diterapkan perusahaan
2. Menjaga kekayaan perusahaan
3. Mendorong ditingkatkanya efisiensi
4. Mendorong dipatuhinya kebijaakan manajemen

Catatan akuntansi merupakan sumber atau dasar untuk penyusunan laporan


keungan baik untuk intern maupun eksteren. Catatan Akuntansi yang dihasilkan
melalui struktur pengendalian intern yang baik lebih dapat dipercaya. Auditor
didalam melakukan pemeriksaan atas laporan keungan, sangat berkepentingan
dengan pengendalian terutama yang berkaitan dengan laporan untuk pihak ekstern
karena pengendalian yang baik dapat mencegah kerugian aktiva akibat kesalahan dan

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


67
ketidakberesan. Sasaran pengendalian dapat diidentifikasikan atas lima sasaran
berikut :

1. Validitas ( validity )
Transaksi yang dicatat merupakan transaksi yang benar-
benar terjadi dan bukan transaksi fiktif atau transaksi rekayasa
belaka.

2. Kelengkapan ( Completeness )
Semua transaksi yang terjadi telah dicatat dan tidak ada
yang terlewatkan. Ini berarti semua transaksi yang dicatat valid
telah dicatat.
3. Keabsahan Pencatatan ( Recording propriety )
Transaksi telah dinilai, dievaluasi, diklasifikasi, dicatat
dan diposting
4. Penjagaan/ Pengamanan ( Safeguarding )
Pengamanan terhadap aktiva dan dokumen penting
perusahaan adalah sangat diperlukan. Aktiva dan dokumen
harus dijaga atau diakses hanya oleh orang atau pejabat yang
berwenang. Tidak ada pihak yang berwenang yang dapat
melakukan akses terhadap dokumen atau aktiva perusahaan.
5. Purna Tanggung Jawab ( Subsequent accountability )
Saldo tercatat atas setiap aktiva dan hutang
dibandingkan dengan wujud nyata dari setiap aktiva dan
hutang. Pencocokan harus dilakukan secara periodic untuk
mengetahui akurasi pencatatan dengan keadaan yang
sesungguhnya.

Selain itu sasaran struktur pengendalian intern harus dapat mencegah


kesalahan dalam pencatatan akuntansi. Struktur pengendalian intern harus menjamin
bahwa :

 Transaksi yang dicatat adalah transaksi yang sah ( Validity )


 Transaksi telah memadai otorisasi ( Authorization )

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


68
 Transaksi yang sah semua telah dicatat ( Completeness )
 Transaksi telah dinilai dengan memadai ( Valuation )
 Transaksi telah diklasifikasikan dengan benar ( Classification )
 Transaksi telah dicatat pada waktunya ( Timing )
 Transaksi telah dicatat dalam buku pembantu dan ringkas dengan benar
( Posting dan summarization )

PERTANYAAN :

1. Apa yang dimaksud dengan struktur pengendalian interen?


2. Apa tujuan struktur pengendalian interen?
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan lingkungan pengendalian dan sebutkan
elemen-lemen lingkungan pengendalian !
4. Bagaimana hubungan struktur pengendalian dengan lingkup atau luas pemeriksaan
yang dilakukan
5. Sebutkan dan jelaskan sasaran dari struktur pengendalian interen?
6. Bagaimana pendapat saudara apakah dalam system akuntansi yang baik sudah
terdapat pengendalian interen yang baik? Jelaskan dengan singkat!
7. Langkah-langkah apa yang dilakukan oleh audior untuk dapat memperoleh
pemahaman yang memadai tentang struktur pengendalian interen perusahaan/
organisasi yang diperiksanya?

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


69
6 PERENCANAAN PEMERIKSAAN dan
PROGRAM PEMERIKSAAN

Kerangka Isi : : Pada bab ini akan diuraikan tentang :


1. Perencanaan pemeriksaan (audit plan)
2. Program pemeriksaan (Audit program)
3. Prosedur dan teknik audit
4. Resiko audit dan materialitas

Standar Kompetensi : Dapat memahami secara komprehensif tentang konsep/


prinsip/ standar pemeriksaan akuntansi dan mampu
membuat perencanaan (audit plan) dan program
pemeriksaan akuntansi (audit program).

Kompetensi dasar : Dapat menjelaskan tentang perencanaan dan program


pemeriksaan, prosedur dan teknik audit, resiko audit
dan materialitas

Indikator Hasil Belajar :


1. Pengertian perencanaan dan program pemeriksaan
2. Prosedur dan teknik audit yang dapat diterapkan
3. Hubungan resiko audit dan materialitas

1. Perencanaan Pemeriksaan (Audit Plan)

Dalam standar pelaksanaan pekerjaan lapangan pertama dari Standar


Auditing yang terdapat buku Standar Profesional Pemeriksaan Akuntan Publik
(SPAP) berbunyi sebagai berikut :” Pekerjaan harus direncanakan sebaik
baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya”.

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


70
Perencanaan dan supervisi berlangsung terus menerus selama audit, dan
prosedur yang berkaitan sering kali tumpang tindih [overlap]. Auditor sebagai
penanggung jawab akhir atas audit dapat mendelegasikan sebagai fungsi
perencanaan dan supervisi auditnya kepada staf lain dalam kantor akuntannya
[asisten].

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh


pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Sifat, luas, dan saat
perencanaan audit bervariasi dengan ukuran dan kompleksitas satuan usaha,
pengalaman mengenai satuan usaha dan pengetahuan tentang bisnis satuan usaha
sejenis. Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan, antara lain:
a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis satuan usaha tersebut dan
industri dimana satuan usaha tersebut beroperasi didalamnya.
b. Kebijakan dan prosedur akuntansi satuan usaha tersebut.
c. Metode yang digunakan oleh satuan usaha tersebut dalam mengolah
informasi akuntansi yang disignifikan, termasuk penggunaan
organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi akuntansi pokok
perusahaan.
d. Penetapan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
e. Pertimbangan awal tentang tingkat materialisme untuk tujuan audit.
f. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan
penyesuaian[adjustment].
g. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan
pengujian audit, seperti risiko kekeliruan dan ketidak beresan yang
material atau adanya transaksi antar pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa.
h. Sifat laporan audit yang diharapkan akan diserahkan kepada pemberi
tugas sebagai contoh, laporan audit tentang laporan keuangan
konsolidasi, laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien
terhadap konteak perjanjian.

Prosedur yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam


perencanaan dan supervisi biasanya mencakup review terhadap catatan auditor
yang berkaitan dengan satuan usaha dan diskusi dengan staf lain dalam kantor
akuntan dan pegawai satuan usaha tersebut. Contoh prosedur tersebut meliputi;

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


71
a. Mereview arsip korespondensi, kertas kerja, arsip permanen,
laporan keuangan, dan laporan audit tahun lalu.
b. Membahas masalah-masalah yang berdampak terhadap audit
dengan staf kantor akuntan yang bertanggung jawab atas non
audit bagi satuan usaha.
c. Mengajukan pertanyaan tentang perkembangan bisnis saat ini
yang berdampak terhadap satuan usaha.
d. Membaca laporan keuangan interim tahun berjalan.
e. Membicarakan tipe, luas, dan waktu audit dengan manajemen,
dewan komisaris, atau komite audit.
f. Mempertimbangkan dampak diterapkannya pernyataan standar
akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Indonesia,
terutama yang baru.
g. Mengkoordinasikan bantuan dari pegawai satuan usaha dalam
penyiapan data.
h. Menentukan luasnya keterlibatan, jika ada, konsultan, spesialis,
dan auditor intern.
i. Membuat jadwal pekerjaan audit (time schedule)
j. Menentukan dan mengkoordinasikan kebutuhan staf audit.
k. Melaksanakan diskusi dengan pihak pemberi tugas untuk
memperoleh tambahan informasi tentang tujuan audit yang akan
dilaksanakan sehingga auditor dapat mengantisipasi dan
memberikan perhatikan terhadap hal-hal yang berkaitan yang
dianggap perlu.

Pengetahuan mengenai bisnis satuan usaha biasanya diperoleh


auditor melalui pengalaman pemeriksaan sebelumnya atau dengan satuan usaha
sejenis atau industrinya serta dari pengajuan pertanyaan kepada pengawai
perusahaan. Kertas kerja audit dari tahun sebelumnya dapat berisi informasi
yang bermanfaat mengenai sifat bisnis, struktur organisasi, dan karakteristik
operasi, serta transaksi yang memerlukan pertimbangan khusus. Sumber lain
yang dapat digunakan oleh auditor adalah publikasi yang dikeluarkan oleh
industri, laporan keuangan satuan usaha lain dalam industry, buku teks,
majalah, dan perorangan yang memiliki pengetahuan mengenai industry.

Pengetahuan tentang bisnis klien membantu auditor dalam :


a. Mengidentifikasi bidang yang memerlukan pertimbangan
khusus.

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


72
b. Menilai kondisi yang di dalamya data akuntansi yang
dihasilkan, diolah, direview dan dikumpulkan dalam
organisasi.
c. Menilai kewajaran estimasi, seperti penilai atas persedian,
depresiasi, penyisihan tang ragu-ragu, persentase
penyelesaian kontrak jangka panjang.
d. Menilai kewajaran representasi manajemen.
e. Mempertimbangkan kesesuain prinsif akuntansi yang
diterapkan dan kecukupan pengungkupannya.

Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten yang terkait


dalam pencapaian tujuan audit dan menentukan apakah tujuan tersebut tercapai.
Unsur supervisi adalah memberikan intruksi kepada asisten, tetap menjaga
penyampaian informasi maslah-masalah penting yang dijumpai dalam audit,
mereview pekerjaan yang dilaksanakan, dan meyelesaikan perbedaan pedapatan
antara staf audit kantor akuntan.
Pekerjaan yang dilaksanakan oleh aisten harus direview untuk
menentukan apakah pekerjaan tersebut telah dilaksanakan secara memadai dan
menilai apakah hasilnya sejalan dengan kesimpulan yang disajikan dalam
laporan audit.

Auditor harus menyusun audit plan, segera setelah engagement


letter disetujui oleh klien. Isi dari audit plan mencakup:
a. Hal-hal mengenai klien
b. Hal-hal yang mempengaruhi klien
c. Rencana kerja auditor

a. Hal-hal mengenai klien


1) Bidang usaha klient, alamat, nomor telephone, facksimile dan lain-lain
a) Status hokum perusahaan (berdasarkan akte pendirian).
 Nama pemilik
 Permodalan
b) Kebijakan Akuntansi (accounting policy)
(1) Buku-buku yang digunakan:
 Buku Penjualan.
 Buku Pembelian.
 Buku Kas/Bank.

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


73
 Buku Memorial.

(2) Metode Pembukuan:


 Manual
 Komputer
 Mesin Pembukuan’
(3) Komentar mengenai mutu pembekuan secara umum (membantu
dan menyusun budget dan pemilihan tenaga-tenaga yang akan
ditugaskan di klien tersebut).
c) Neraca komparatif dan perbandingan penjualan, laba/rugi tahun lalu
dan sekarang, perbandingan antara neraca lalu dan neraca tahun
sekarang/bulan terakhir tahun sekarang agar diperoleh gambaran
mengenai ukuran besar kecilnya perusahaan.
d) Kontak dengan klien
Kontak klien yaitu nama dari orang-orang yang akan sering kita
hubungi.
Misalnya :
 Direktur utama
 Controller, Akuntansi kepala(Chief accountant).
Selain itu juga diketahui penasehat hukumnya siapa
berikut alamat, nomor telephone dan fax.

e) Accounting, Auditing dan Tax Problem.


Harus dijelaskan persoalan yang mungkin akan dihadapi oleh klien,
seperti:
(1) Persoalan-persoalan akuntansi, misalnya :
 Perusahaan metode pencatatan dari menual ke computer.
 Revaluasi aktiva tetap.
 Perubahan metode atau tariff penyusutan.
(2) Persoalan-persoalan pemeriksaan (audit),misalnya :
 Hasil konfirmasi tahun lalu tidak memuaskan.
 Perubahan kebijakan akuntansi.
(3) Masalah-masalah perpajakan, misalnya;
 Masalah restitusi, kekurangan penyetoran
 Adanya 2 pembekuan di dalam perusahaan.

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


74
b. Hal-hal Yang Mempengaruhi Klien
Bisa didapat dari majalah-majalah ekonomi/surat kabar, antara lain:
Business News, Ekonomi Keuangan Indonesia.
Contoh: Adanya peraturan baru yang dapat mempengaruhi klien.

c. Rencana Kerja Auditor.


Hal-hal yang penting antara lain:
1) Staffing
 Nama Partner
 Nama Manager
 Nama Supervisor
 Nama Senior
 Nama Junior
 Nama Asisten

2) Waktu pemeriksaan
a) Waktu dimulainya suatu pemeriksaan.
b) Berapa lama waktu pemeriksaan.
c) Dead lama, dalam hubungan dengan laporan akuntan:
- Selesai kapan
- Dikirim kemana dan kapan sampainya
- Kepada siapa laporan itu dikirim
d) Budget, baik dalam jumlah jam kerja maupun biaya
pemeriksaan. Tarif yang dibebankan kepada klien antara lain:
Tarif masing-masing dan taksiran jumlah jam kerja masing-
masing staf, antara lain untuk
-Partner
- Manager.
- Senior
- Yunior
- Asisten
- Anggaran per bagian atau area
(misalnya pemeriksaan piutang 60 jam, terdiri dari
10jam incharge 50 jam asisten).

3) Jenis Jasa yang Diberikan :


a) Pemeriksaan umum(general audit).

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


75
b) Pemeriksaan khusus(special audit).
c) Bantuan administrasi.
d) Menyusun laporan keuangan.
e) Perpajakan.

4) Bantuan-bantuan yang dapat diberikan klien


a) Mengisi formulir
b) Membuat daftar-daftar yang terdiri dari :
-Daftar umum piutang
-Rincian aktiva tetap.
-Rincian utang dan piutang.
-Rincian biaya yang masih harus dibayar.

5)Time schedule
Misal: Bulan November,
 Evaluasi kembali struktur pengendalian intern
 Program audit sementara(Tentative audit program)

Bulan Desember
 Penghitungan fisik kas (opname cash)
 Pengamatan penghitungan fisik sediaan akhir
tahun
 Pengamatan cut-off produksi akhir tahun

Pada jadwal waktu kerja juga ditulis siapa yang mengerjakan dan berapa
jam kira-kira waktu yang dibutuhkan.
Pada akhir audit plan ditulis :
1. Dibuat oleh :
2. Review oleh:
3. Approved oleh :

2. Program Pemeriksaan (Audit Program )

Setelah audit plan disusun, tetapi sebelum pemeriksaan lapangan


dimulai,auditor harus menyusun program pemeriksaan (audit program) yang
merupakan kumpulan dari prosedur audit yang akan dijalankan dan dibuat secara

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


76
tertulis. Program pemeriksaan akan menuntun auditor agar pemeriksaan lebih
terarah di dalam mengumpulkan bukti-bukti audit. Program pemeriksaan
membantu auditor dalam memberikan perintah kepada para asisten mengenai
pekerjaan yang harus dilaksanakan sehingga lebih efektif dan efesien.
Program pemeriksaan harus menggariskan dengan rinci prosedur audit
yang menurut keyakinan auditor diperlukan untuk mencapai tujuan audit.
Rangkian prosedur yang dibuat dalam program pemeriksaan harus dikaitkan
dengan lamanya waktu yang tersedia, biaya yang akan dikeluarkan dan manfaat
yang diperoleh dikaitkan dengan tujuan pemeriksaan. Audit program yang baik
secara garis besar harus berisi :
- Tujuan pemeriksaan
- Audit prosedur yang akan dijalankan
- Simpulan pemeriksaan.

Di dalam program pemeriksaan akan lebih baik jika prosedur pengujian


substantive (substantif test) dan prosedur pengujian kepatuhan dibuat secara
terpisah untuk setiap elemen-elemen laporan keuangan yang diaudit. Pengujian
substatif adalah pengujian terhadap angka-angka yang disajikan dalam laporan
keuangan klien.

3. Presedur dan Teknik Audit

Prosedur audit adalah langkah-langkah yang harus dijalankan auditor


dalam melaksanakan pemeriksaan dan sangat diperlukan oleh asisten agar tidak
melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secara efesien dan efektif.
Prosedur audit yang baik dapat menghemat waktu dan biaya karena suatu
pelaksanaan pekerjaan lapangan dapat dilakukan secara sistematis dan terarah
sehingga dapat dihindari duplikasi pekerjaan atau melakukan pekerjaan
berulang-ulang dalam memeriksa elemen-elemen laporan keuangan tertentu.
Audit prosedur dilakukan dalam rangka mendapatkan bukti-bukti pemeriksaan
yang cukup untuk mendukung pendapat auditor atas kewajaran laporan
keuangan.

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


77
4. Resiko Audit dan Materialitas

Dalam setiap penugasan audit, auditor harus mempertimbangkan resiko


audit dan materialitas. Kedua hal ini sangat penting karena bias berpengaruh
besar terhadap laporan akuntan dihasilkan apabila auditor tidak mengantisipasi
dengan seksama resiko audit yang ada dan materialitas. Resiko audit adalah
resiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadarinya, tidak memodifikasi
sebagaimana mestinya pendapatnya atas laporan keuangan yang mengandung
salah saji materialitas. Resiko audit yang mau diterima auditor mempunyai
hubungan yang terbalik dengan tingkat keinginannya mengekspresikan pendapat
yang tepat. Misalnya keinginan kepastian ketepatan pendapat adalah 90% maka
resiko auditnya 10% (100%-90%).Tingkat resiko audit yang dianggap standar
adalah 5% dan tingkat resiko audit tidak pernah tidak ada atau nol.
Materialitas adalah besarnya salah saji yang dapat mempengaruhi
keputusan pemakai informasi. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam buku
Standar Pemeriksaan Akuntan Publik (SPAP) mendifinisikan materialitas
sebagai :”besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi,
dilihat dari keadaan yang melingkupnya, yang mungkin dapat mengakibatkan
perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan
kepercayaan atas informasi tersebut karena adanya penghilangan atau salah saji
tersebut”.
Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan
tersebut mengandung salah saji yang dampaknya, secara individu dan
keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan
tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Dalam menilai materialitas, auditor harus
mempertimbangkan ukuran dan karakteristik satuan usaha, kondisi yang
berkaitan dengan perusahaan (sehat atau mau bangkrut), dan informasi yang
diperlukan para pihak yang mengandalkan laporan keuangan.

Dalam PSA No.25, diberikan pedoman bagi auditor dalam mempertimbangkan


resiko adan materialitas pada saat perencanaan dan pelaksanaan audit atas

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


78
laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia yaitu :
a) Risiko audit dan materialitas mempengaruhi penerapan standar auditing,
khususnya standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan, serta tercermin
dalam laporan audit bentuk baku.
b) Adanya risiko audit diakui dengan pernyataan dalam laporan audit bentuk
baku bahwa auditor memperoleh “keyakinan memadai” mengenai apakah
laporan keuangan bebas dari salah saji material.
c) Konsep materialitas mengakui beberapa hal, baik secara individu ataupun
keseluruhan, adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, sedangkan beberapa
hal lainnya adalah tidak penting.
d) Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan
tersebut mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual maupun
secara keseluruhan.
e) Dalam mengambil kesimpulan mengenai materialitas dampak suatu salah
saji, secara individual maupun keseluruhan, auditor umumnya harus
mempertimbangkan sifat dan jumlahnya dalam hubungan dengan sifat dan
nilai pos laporan keuangan yang sedang diaudit.
f) Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan
propesioanl dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan orang yang
memiliki pengetahuan memadai dan yang akan meletakan kepercayaan
terhadap laporan keuangan.
g) Sebagai akibat interaksi antara pertimbangan kuantatif dan kualitatif dalam
mempertimbangkan materialitas, salah saji yang jumlahnya relatif kecil yang
ditemukan oleh auditor dapat mempunyai dampak material terhadap laporan
keuangan.
h) Auditor harus mempertimbangkan risiko dan materialitas baik dalam :
1. Merencanakan audit dan merancang prosedur audit, dan
2. Mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.

i) Auditor harus merencanakan auditnya sedemikian rupa, sehingga risiko audit


dapat dibatasi pada tingkat yang rendah, yang menurut pertimbangan
propesionalnya, memadai untuk menyatakan pendapatnya terhadap laporan
keuangan. Risiko audit dapat ditentukan dalam ukuran kuantitatif dan
kualitatif.
j) Dalam merencanakan auditnya, auditor harus menggunakan pertimbangan
dalam menentukan tingkat risiko audit yang cukup rendah dan pertimbangan
awal mengenai tingkat materialitas dengan suatu cara yang diharapkan,

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


79
dalam keterbatasan yang melekat pada proses audit, dapat memberikan bukti
audit yang cukup untuk mencapai keyakinan yang memadai bahwa laporan
keuangan bebas dari salah saji material.
k) Auditor merencanakan audit untuk mencapai keyakinan memadai guna
mendeteksi salah saji yang diyakini jumlahnya cukup sesar, serta individual
atau keseluruhan, yang secara kuantitatif berdampak material terhadap
laporan keuangan.
l) Dalam situasi tertentu, untuk perencanaan audit, auditor
mempertimbangkang materialitas sebelum laporan keuangan yang akan
diauditnya selesai disusun.

1) Risiko Bawaan

Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo perkiraan atau golongan


transaksi terhadap suatu salah saji yang material, dengan asumsi bahwa tidak
terdapat kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang terkait.
Risiko salah saji demikian adalah lebih besar pada saldo perkiraan atau
golongan transaksi tertentu dengan dibandingkan dengan yang lain. Sebagai
contoh, perhitungan yang rumit lebih mungkin disajikan salah jika
dibandingkan dengan perhitungan yang sederhana. Uang tunai lebih mudah
dicuri dari pada persediaan batu bara. Factor ekstern juga mempengaruhi
risiko bawaan.sebagai contoh perkembangan teknologi mungkin
menyebabkan produk tertentu asing, sehingga mengakibatkan persediaan
cenderung dilaporkan lebih besar.

2) Resiko Pengendalian

Resiko pengendalian adalah resiko bawahwa salah saji yang material yang
dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicagah atau diditeksi secara
tepat waktu oleh struktur pengendalian intern satuan usaha. Contoh :
pengendalian intern mungkin menjadi tidak efektif karena kelalaian manusia
atau adanya kolusi.

3) Risiko Deteksi
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi merupakan fungsi

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


80
efektivitas dari prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini
timbul karena ketidak pastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa
100% saldo perkiraan atau golongan transaksi dan sebagian lagi karena
ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo perkiraan atau golongan
transaksi tersebut diperiksa 100%.

5. Rangkuman

Agar pelaksanaan audit dapat berjalan dengan efektif dan efesien makan
auditor membuat perencanaan audit. Luas dan kelengkapan perencanaan
sangat tergantung pada ukuran dan kompleksitas perusahaan klien,
pengalaman auditor, pengetahuan dan kemampuan auditor beserta seluruh
stafnya. Untuk melakukan perencanaan audit ada enam langkah yang dapat
dilakukan auditor yaitu menghimpun pemahaman bisnis klien dan industri,
melakukan prosedur analistis, melakukan penilaian awal terhadap
materialitas, menilai resiko audit, mengembangkan strategi audit untuk
asersi-asersi yang signifikan dan terakhir menghimpun pemahaman terhadap
struktur pengendalian intern.
Selanjutnya auditor menyusun program audit yang merupakan rangkaian
prosedur yang akan dilakukan dalam audit dan dibuat secara tertulis.
Program audit ini akan mengarahkan pelaksanaan audit agar dapat efektif
dan efeisen. Program pemeriksaan yang baik harus berisi tujuan
pemeriksaan, audit prosedur yang akan dijalankan dan simpulkan tas
pemeriksaan. Dalam melakukan audit harus dipertimbangkan resiko audit
dan materialitas.

PERTANYAAN :

1. Apa yang dimaksud dengan perencanaan audit? Mengapa auditor harus


membuat suatu perencanaan yang lengkap sebelum melakukan audit?

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


81
2. Sebutkan dan jelaskan langkah-langkah dalam membuat perencanaan
audit?
3. Apa itu program audit ? Apa perbedaannya dengan perencanaan audit?
4. Apa itu prosedur dan teknik audit?
5. Apa itu resiko audit dan materialitas? Bagaimana hubungan antara resiko
audit dengan materialitas?
6. Bagaimana hubungan pengalaman auditor didalam menentukan tingkat
resiko audit suatu perusahaan atau organisasi yang akan diauditnya?
7. Apa yang dilakukan auditor apabila perusahaan yang akan diperiksanya
mempunyai resiko audit yang tinggi? Jelaskan dengan singkat dan jelas!

>>>>>> OOO <<<<<

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


82
7 SAMPLING AUDIT

Kerangka Isi : : Pada bab ini akan diuraikan tentang :


1. Pengertian samping audit
2. Ketidakpastian dan resiko audit
3. Pendekatan sampling audit
4. Sampling dalam pengujian kepatuhan
5. Sampling dalam pengujian substantive

Standar Kompetensi : Dapat memahami secara komprehensif tentang konsep/


prinsip/ standar pemeriksaan akuntansi dan mampu
membuat perencanaan (audit plan) dan program
pemeriksaan akuntansi (audit program).

Kompetensi dasar : Dapat menjelaskan tentang pengertian, pendekatan-


pendekatan, ketidakpastian dan resiko dalam audit
sampling serta melakukan sampling dalam pengujian
kepatuhan dan substantive.

Indikator Hasil Belajar :


1. Pengertian, ketidakpastian, pendekatan-pendekatan
dan resiko dalam audit sampling
2. Sampling dalam pengujian kepatuhan dan substantif

1. Pengertian Sampling Audit

Setelah Auditor memutuskan prosedur pengujian yang dipilih, auditor perlu


menentukan jumlah item yang tepat sebagai sampel dari suatu populasi untuk
pengujian tersebu. Disamping itu, auditor harus menentukan bagian populasi mana
yang dipilih sebagai sample.

Pemilihan sampel dimaksud untuk memperoleh sampel yang representatif yang


dapat mewakili populasi. Sample yang representatif adalah sampel yang mempunyai

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


83
karakteristik yang sama dengan karakteristik populasi. Sebagai contoh: auditor
menemukan 3% kesalahan atas faktur penjualan seandainya ia melakukan infeksi atas
seluruh fakur penjualan. Misalnya, auditor mangambil 200 buah jumlah faktur
penjualan sebagai sampel. Sampel tersebut dapat dikatakan sebagai sampel yang
representatif apabila auditor menemukan maksimal enam buah faktur yang
menggandung kesalahan.

Disamping itu, sampel harus mengandung stabilitas dimana seandainya jumlah sampel
ditambah, maka hasilnya harus sama atau berubah secara proposional. Pada
kenyataanya, auditor tidak akan mengetahui apakah sampel yang diambilnya merupakan
sampel yang representatif, meskipun ia telah selesai melaksanakan seluruh pengujian.
Auditor maksimal hanya dapat meningkatkan kualitas pengambilan sampel menjadi
mendekati kualitas sampel yang representatif. Hal tersebut dapat dilaksanakan auditor
dengan cara merancang dan melakukan seleksi sampel, dan mengevaluasi hasil sampel,
dan mengevaluasi hasil sampel secara cermat dan teliti.

Dalam buku Standar Profisional Akuntan Publik (SPAP) seksi 350


mendefinisikan sampling Audit sebagai: “penerapan prosedur audit terhadap unsure-
unsur suatu saldo akun atau kelompok transaksi yang kurang dari seratus persen dengan
tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi
tersebut”.

Sampling audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian kepatuhan


maupun pengujian substantif Meskipun demikian, auditor biasanya tidak menerapkan
sampling audit dalam prosedur pengujian yang berupa pengajuan pertanyaan atau tanya
jawab, observasi, dan prosedur analitis. Sampling audit banyak diterapkan auditor
dalam prosedur pengujian yang berupa vouching, tracing, dan konfirmasi. Sampling
audit, jika diterapkan dengan semestinya akan dapat menghasilkan bukti audit yang
cukup, sesuai dengan yang diingmkan standar pekerjaan lapangan yang ketiga sebagai
dasar yang layak untuk dasar pemberian pendapat auditor.

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


84
2. Ketidakpastian dan Resiko Sampling Audit

Pengambilan besarnya sampel dalam penugasan audit berhubungan dengan biaya


dan waktu diperlukan. Auditor mengakui adanya factor-faktor seperti biaya dan waktu
yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan baik atas sampel data maupun atas
seluruh data. Semakin banyak sampel yang diambil, semakin banyak waktu dan biaya
yang diperlukan. Adanya konsekuensi negatif dari kemungkinan kesalahan pengambilan
keputusan yang didasarkan hasil audit atas data sampel semata.
Auditor menerima ketidakpastian atas dasar adanya hubungan antara faktor-
taktor biaya dan waktu yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan atas semua data
dengan konsekuensi negatif akibat kesalahan keputusan yang didasarkan atas
kesimpulan yang dihasilkan dari audit terhadap data sampel semata. Ada trade off
antara kedua hal tersebut. Apabila auditor mgm mengurangi kemungkinan kesalahan
keputusan tersebut maka auditor hams menambah jumlah sampel. Hal ini
mengakibatkan pemngkatan biaya dan waktu yang diperlukan. Sebaliknya, apabila
auditor ingm mengurangi biaya dan waktu untuk melakukan pemeriksaan, maka auditor
harus mengurangi jumlah sampel. Hal ini akan memperbesar kemungkinan kesalahan
pengambilan keputusan yang didasarkan atas kesimpulan hasil audit terhadap data
sampel tersebut.
Auditor dapat memutuskan untuk menerima beberapa ketidakpastian yang timbul
akibat pelaksanaan sampling. Hal tersebut ditempuh auditor apabila biaya dan waktu
yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan atas semua data lebih besar dari pada
konsekuensi negatif dari kemungkinan kesalahan pemberian pendapat auditor dari audit
terhadap data sampel semata.
Ketidakpastian yang melekat dalam penerapan berbagai prosedur audit sering
disebut denga nsiko audit. Risiko audit terdin atas nsiko bawaan, risiko pengendalian,
dan nsiko deteksi.
Ketidakpastian meliputi ketidakpastian yang disebabkan langsung oleh
penggunaan sampling (risiko sampling) dan ketidakpastian yang disebabkan faktor
selain sampling (risiko non sampling).
Timbulnya risiko sampling karena sampel yang diambil bukanlah sampel yang
representatif. Tingkat risiko sampling mempunyai hubungan yang terbalik dengan

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


85
ukuran sampel. Semakin kecil ukuran sampel, semakin tinggi risiko samplingnya
demikian sebaliknya.
Auditor harm menerapkan pertimbangan professional dalam menentukan
besarnya risiko sampling. Risiko sampling dapat dibedakan atas :nsiko sampling dalam
pengujian substantif dan resiko sampling dalam pengujian pengendalian.
Dalam menyelenggarakan pengujian substantif, auditor memperhatikan dua
aspek penting dan risiko sampling, yang meliputi risiko keliru menerima (risk of
incorrect acceptance dan risiko keliru menolak (risk of incorrect rejection).
Risiko keliru menerima berkaitan dangan efektifitas audit dalam pendeteksian
terhadap ada tidaknya salah saji yang material. Risiko keliru menerima adalah suatu
risiko bahwa auditor menerima atau membuat kesimpulan berdasarkan hasil sampel,
dimana suatu saldo akun dari laporan tampaknya disajikan secara wajar, padahal pada
kenyataannya saldo akun tersebut mengandung salah saji secara material.
Risiko keliru menolak merupakan kebalikan dari resiko keliru menerima dimana
resiko keliru menolak merupakan risiko bahwa auditor mengambil kesimpulan,
berdasarkan hasil sampel, bahwa saldo akun bensi salah saji secara material, padahal
pada kenyataannya saldo akun tidak bensi salah saji secara material.
Dalam menyelenggarakan pengujian pengendalian, auditor memperhatikan dua
aspek penting dalam risiko sampling, yang meliputi :
a. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of
assessing control risk too low)
b. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of
assessing control risk too high)
Risiko penetuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah adalah risiko
yang terjadi karena menentukan tingkat risiko pengendalian, berdasar hasil sampel,
terlalu rendah dibandingkan dengan efektifitas operasi prosedur atau kebijakan yang
sesungguhnya. Risiko ini berkaitan dengan efektifitas audit.
Seluruh risiko baik yang berkitan maupun yang tidak berkaitan dengan sampling,
memungkinkan kesalahan pemberian pendapat Auditor kemungkinan dapat
memberikan pernyataan wajar atas nilai buku yang mengandung salah saji yang
material. Kesalahan pemberian pendapat auditor dapat disebabkan oleh kombmasi
kemungkinan kesalahan berikut:

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


86
a. Kesalahan material yang terjadi dalam laporan keuangan .
b. Struktur pengendalian inter gagal mendeteksi dan melakukan koreksi kesalahan.
c. Prosedur audit yang dilaksanakan auditor, gagal mendeteksi kesalahan.

Sedangkan resiko non sampling meliputi semua aspek resiko audit yang tidak
berkaitan dengan sampling. Resiko ini tidak akan pernah dapat diukur secara matematis
atau secara akurat. Resiko non sampling timbul karena kesalahan pemilihan maupun
penerapan prosedur audit yang tidak sesuai dengan tujuan audit dan salah interprestasi
hasil sampel.
Sekalipun resiko non sampling tidak dapat diukur secara matematis, resiko non-
sampling ini dapat ditekan oleh auditor dengan cara melakukan perencanaan yang tepat,
melakukan pengawasan atau supervise yang tepat dan menerapkan standar pengendalian
kualitas yang ketat atas pelaksanaan audit.

3. Pendekatan Sampling Audit

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) pada standar pekerjaan lapangan


yang ketiga menyatakan bahwa: “Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh
melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan”.

Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit yang dapat dipilih auditor
untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup. Kedua pendekatan tersebut adalah
:
a. Sampling stattistik
b. Sampling non-statistik

Kedua pendekatan tersebut apabila diterapkan sebagaimana mestinya akan


menghasilkan bukti audit yang cukup. Pendekatan-pendekatan ini mengharuskan
auditor untuk melaksanakan rencana sampling. Auditor harus menggunakan
pertimbangan profesionalnya dalam melakukan evaluasi hasil sampling. Sampling
statistic dan non-statistik mengharuskana auditor untuk menggunakan pertimbangan

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


87
profesionalnya dalam menghubungkan bukti audit yang dihasilkan melalui pengambilan
sampel, dengan bukti-bukti audit lain dan dalam mengambil kesimpulan atas saldo akun
atau kelompok transaksi yang berkaitan.

Untuk menentukan cukup tidaknya bukti antara lain berkaitan dengan rancangan
dan ukuran sampel audit. Penilaian kompetensi bukti audit semata-mata merupakan
pertimbangan audit. Penilaian sampel hanya berkaitan dengan kemungkinan terjadinya
salah saji atau penyimpangan moneter dari kebijakan dan prosedur struktur
pengendalian intern yang ditetapkan Oleh karena itu, pemilihan metode sampling
statistik atau sampling non statistik tidak secara langsung mempengaruhi keputusan
auditor mengenai :
 Prosedur audit yang akan diterapkan atas sampel yang dipilih.
 Kompetensi bukti audit yang diperoleh berkaitan dengan item sampel individual.
 Tanggapan auditor atas kesalahan yang ditemukan dalam item sampel.
Pemilihan antara kedua pendekatan tersebut didasarkan terutama pada
pertimbangan manfaat dan biaya. Sampling non statistik penentuan dan evaluasi sampel
dilakukan secara subyektif atas dasar pengalaman auditor, sehingga mungkin terjadi
sampel yang terlalu besar atau terlalu kecil. Namun demikian, sampling non statistik
dapat menghasilkan efektivitas yang sama dengan sampling statistik. Kedua pendekatan
sampling tersebut merupakan subyek risiko sampling dan risiko non sampling. Auditor
dapat menggunakan sampling statistik atau sampling non statistik atau kedua-duanya
dalam melaksanakan pengujian audit.

a. Sampling Statistik
Sampling statistik lebih banyak memerlukan biaya dari pada sampling non
statistik. Biaya tersebut dikeluarkan berkaitan dengan biaya pelaksanaan training bagi
staf auditor untuk menggunakan statistik dan biaya pelaksanaan implementasi rencana
sampling statistik.
Tinggi biaya sampling statistik dikompensasi dengan tingginya manfaat yang
dapat diporoleh melalui pelaksanaan sampling statistik. Sampling statistik lebih
membenkan manfaat dari pada sampling non statistik. Sampling statistik
menguntungkan manajement dalam tiga hal berikut;

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


88
1) Perancangan sampel yang efisien.
2) Pengukuran kecukupan bukti yang dihimpun.
3) Pengevaluasian hasil sampel.
Di samping itu, sampling statistik mendukung auditor untuk
mengkuantitlkasikan dan mengendalikan risiko sampling. Ada dua macam teknik
sampling statistik yaitu :
1) Attribute sampling
Teknik mi digunakan dalam pengujian pengendallan. Kegunaannya adalah untuk
memperkirakan tingkat deviasi atau penyimpangan dan pengendallan yang
dltentukan dalam populasi.
2) Variables sampling.
Teknik ini digunakan dalam pengujian substantif. Kegunaan variables sampling
adalah untuk memperkirakan jumlah rupiah total dari populasi atau jumlah rupiah
kesalahan dalam populasi.

b. Sampling Non Statistik

Sampling non statistik merupakan pengambilan sampel yang dilakukan berdasar


kriteria subyektif. Auditor dapat menentukan besarnya sampel yang diambil dalam
sampling non statistik, dengan melakukan pertimbangan subyektif berdasar
pengalamannya. Pelaksanaan evaluasi atas sampel juga dilakukan berdasar kriteria
subyektif dan pengalaman auditor yang bersangkutan. Dalam sampling non statistik,
auditor menghadapi kemungkinan terjadinya ;
a. Terlalu banyak sampel yang digunakan melebihi yang diperlukan. Hal ini
mengakibatkan terjadinya pemborosan waktu dan biaya.
b. Terlalu sedikit sampel yang digunakan sehingga mengakibatkan ketidakefektifan
pengambilan sampel.
c. Kurangnya kecukupan bukti audit yang berdasarkan sampel. Auditor
menghimpun terlalu sedikit bukti dari yang diperlukan untuk memperoleh dasar
yang memadai untuk memberikan pendapat auditor dalam mengambil
kesimpulan atas kewajaran laporan keuangan.

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


89
Terlepas dari kemungkinan terjadinya berbagai ketidak cfesienan dan ketidak
etektifan pengambilan sampel diatas, sampling non statistik yang direncanakan secara
tepat akan dapat seetektif sampling statistik.

4. Sampling Dalam Pengujian Substantif

Perencanaan sampling meliputi pengembangan strategi pelaksanaan audit


Standar Profesional Akuntan Pubiik 350. Par 16 menyebutkan berbagai faktor yang
harus dipertimbangkan auditor dalam perencanaan sampel atas pengujian substantif.
Faktot-faktor tersebut meliputi:
a. Hubungan antara sampel dengan tujuan audit yang ralevan yang harus dicapai.
b. Pertimbangan pendahuluan atas tingkat matenalitas.
c. Tingkat risiko keliru menerima yang dapat diterima auditor.
d. Karakteristik populasi.

Di samping factor-faktor tersebut diatas auditor harus cermat dalam


mempertimbangkan pula hal-hal berikut;
a. Pemilihan sampel. Unsur-unsur sampel harus dipilih sedemikian rupa sehingga
sampel dapat mewakili populasinya. Setiap unsur dalam populasi harus memiliki
peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
b. Pelaksanaan evaluasi atas hasil sampel.
Prosedur audit yang memadai untuk suatu tujuan audit tertentu harus diterapkan
terhadap setiap unsur sampel. Apabila ada unsur sampel yang terpilih yang tidak
diperiksa karena dokumen pendukungnya hilang misalnya, maka perlakuan terhadap
unsur itu tergantung pada dampak unsur itu terhadap penilaian hasil sampel. Auditor,
dengan menggunakan judgement profesionalnya wajib memproyeksikan salah saji hasil
sampel terhadap unsur-unsur dalam populasi yang menjadi asal sampel terpilih. Auditor
wajib mempertimbangkan aspek kualitatif suatu salah saji yang meliputi :
a. Sifat dan penyebab salah saji.
b. Kemungkinan hubungan antara salah saji dengan tahapan audit sebelumnya.

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


90
Jika auditor menemukan hasil sampel yang menunjukkan bahwa asumsi
perencanaan auditor yang tidak benar, auditor harus mengambil tindakan yang
dipandang perlu, seperti :
a. Mengubah tingkat risiko yang ditentukan sebelumnya.
b. Memodifikasi pengujian audit yang lain telah dirancang berdasar tingkat risiko
bawaan dan risiko pengendalian sebelimnya.
Auditor harus mengkaitkan penilaian atas sampel dengan bukti audit lain yang
relevan dalam penankan kesimpulan atas saldo-saldo akun atau kelompok transaksi
terkait. Auditor harus mempertimbangkan secara total hasil proyeksi salah saji untuk
penerapan sampling audit dan non sampling audit, bersama-sama dengan bukti audit
lain yang relevan, dalam rangka penilaian auditor terhadap apakah laporan keuangan
secara keseluruhan telah salah saji secara material.
Rencana sampling untuk pengujian substantif harus dirancang untuk
memperoleh bukti bahwa saldo akun tidak mengandung salah saji yang material dan
membuat estimasi independen atas jumlah tertentu seperti menilai sejumlah persediaan
yang tidak mempunyai nilai buku.
Seperti telah dikemukakan tedahulu bahwa dalam menyelenggarakan pengujian
substantif, auditor memperhatikan dua aspek penting dari risiko sampling, yang
meliputi risiko keliru menerima (risk of incorrect acceptance) dan risiko keliru menolak
(risk of incorrect rejection).
Risiko keliru menolak merupakan nsiko bahwa auditor mengambil kesimpulan,
berdasarkan hasil sampel, bahwa saldo akun bensi salah saji secara material, padahal
pada kenyataannya saldo akun tidak berisi salah saji secara material.
Jadi, risiko keliru menolak menunjukan bahwa bukti statistik mungkin gagal
untuk mendukung pernyataan wajar atas nilai buku yang tepat. Dengan demikian,
auditor yang selayaknya memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian, atau menolak
memberikan pendapat. Tipe kesalahan ini biasanya dihasilkan dalam pengujian hasil
item sampel tambahan. Risiko Alpha merupakan kompleman dari reliabilitas yang
dispesifikasikan auditor saat penghitungan ukuran sampel. Risiko alpha dikendalikan
auditor dengan menaikkan atau menurunkan tingkat reliabilitas.
Metode-metode statistik secara detail akan dipelajari dalam mata kuliah statistik

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


91
RANGKUMAN
Di dalam auditor memenksa bukti, ia tidak memeriksa semua bukti-bukti
(populasi) karena banyak membutuhkan biaya, waktu dan juga tidak efektif tetapi hanya
mengambil sebagian dari populasi untuk diperiksa atau berdasarkan sampel.
Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu
saldo akun atau kelompok transakasi yang kurang dari seratus persen dengan tujuan
untuk menilai meilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi
tersebut. Tujuan dari sampling audit adalah agar sampel yang diperoleh representatif
yakti sampel yang mempunyai karakteristik yang sama dengan populasi. Sampel
haruslah mengandung stabilitas artinya apabila jumlah sampelnya ditambah hasilnya
tidak berubah (proporsional). Samping audit berkaitan dengan berkaitan erat dengan
ketidakpastian dengan kemungkinan mempunyai konsekuensi negatif akibat kesalahan
keputusan yang didasarkan kesimpulan dari audit berdasarkan sampel semata.
Dengan diterapkannya sampling audit maka kemungkinan timbulnya resiko
sampling. Resiko sampling berhubungan dengan kemungkinan bahwa sampel yang
diambil bukanlah sampel yang representatif. Resiko ini dibedakan atas resiko sampling
dalam pengujian substantif atas detail dan resiko sampling dalam pengujian
pengendalian. Resiko sampling dalam pengujian substantif meliputi resiko keliru
menerima dan resiko keliru menolak sedangkan resiko sampling dalam pengujian
pengendalian meliputi resiko penentuan tingkat pengendalian terlalu rendah atau tinggi.
Ada dua pendekatan dalam sampling audit yaitu sampling statistik dan sampling
non statistik. Sampling statistik biaya lebih banyak danpada sampling non statistik
tetapi manfaatnya lebih tinggi. Ada dua teknik dalam sampling statistik yaitu attribute
sampling dan variable sampling. Attrribute sampling digunakan untuk pengujian
pengendalian dan variable sampling digunakan untuk pengujian substantif. Variable
sampling dipergunakan untuk memperkirakan saldo akun dan mengusulkan penyesuaian
saldo akun agar sesuai dengan hasil estimasi statistik. Attribute sampling digunakan
untuk memperkirakan tingkat deviasi atau penyimpangan dan pengendalian yang
ditenrukan dalani populasi.

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


92
PERTANYAAN:

1. Apa yang dimaksud dengan sampling audit ?


2. Bagaimana hubungan antara ketidakpastian dengan sampling audit. Mengapa
auditor menerima ketidakpastian itu. Jelaskan !
3. Dalam resiko sampling dikenal istilah resiko salah menerima dan resiko salah
menolak. Jelaskan pengertian tersebut !
4. Apa yang dimaksud dengan attribute sampling dan variable sampling ? Bilamana
kedua teknik sampling itu digunakan dalam audit sampling ?
5. Mengapa auditor mengunakan sampling audit dalam penugasan audit atas laporan
keuangan histories ?
6. Apa yang menyebabkan timbulnya resiko non audit ? Jelaskan !

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


93
8 BUKTI AUDIT

Kerangka Isi : : Pada bab ini akan diuraikan tentang :


1. Pengertian bukti audit
2. Jenis-jenis bukti audit
3. Sifat bukti audit
4. Prosedur pengumpulan bukti audit
5. Evaluasi bukti audit

Standar Kompetensi : Dapat memahami secara komprehensif tentang konsep/


prinsip/ standar pemeriksaan akuntansi dan mampu
membuat perencanaan (audit plan) dan program
pemeriksaan akuntansi (audit program).

Kompetensi dasar : Dapat menjelaskan tentang pengertian, jenis-jenis,sifat


bukti audit, prosedur pengumpulan bukti audit serta
bagaimana mengevaluasi bukti-bukti audit.

Indikator Hasil Belajar :


1. Pengertian, jenis-jenis,sifat bukti audit
2. Prosedur pengumpulan bukti audit
3. Bagaimana mengevaluasi bukti audit

1. Pengertian Bukti Audit

Di dalam auditor melakukan pemeriksanaan meliputi menghimpun,

mengevaluasi dan menganalisa bukti-bukti pemeriksaan yang diperoleh. Tujuan audit

laporan keuangan adalah untuk memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan

klien. Untuk mendasari pemberian pendapat tersebut, auditor harus mengumpulkan dan

mengevaluasi bukti-bukti yang mendukung laporan keuangan tersebut. Dengan

demikian, pekerjaan pemeriksaan adalah pekerjaan mengumpulkan atau memperoleh

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


94
dan mengevaluasi bukti. Sebagian besar waktu audit sebenarnya tercurah pada

perolehan atau mengumpulkan dan pengevaluasian bukti tersebut.

Auditor harus menghimpun evidential matter (hal-hal yang bersifat

membuktikan) dan tidak sekedar evident atau bukti konkrit sebagai dasar untuk

menyatakan pendapat atas laporan keuangan klien.

Bukti audit merupakan suatu konsep yang fundamental di dalam audit. Hal itu

dinyatakan secara jelas dalam standar auditing yaitu standar pekerjaan lapangan ketiga,

yang menyatakan bahwa . "Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui

inspeksi, pengamatan pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang

memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan".

Dari kalimat tersebut di atas, diperoleh hal penting yang berkaitan dengan bukti

audit, yaitu :

e. Kecukupan Bukti

Kecukupan bukti audit lebih berkaitan dengan kuantitas atau banyaknya bukti

audit. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecukupan bukti audit, meliputi;

1) Materialitas

Dalam melakukan pemeriksaan, auditor harus membuat pendapat pendahuluan

atas tingkat materialitas laporan keuangan. Hal ini penting untuk menentukan jumlah

bukti yang harus dikumpulkan auditor selama proses pemeriksaan. Ada hubungan

terbalik antara tingkat materialitas dan kuantitas bukti audit yang diperlukan. Semakin

rendah tingkat materialitas, semakin banyak kuantitas bukti yang diperlukan.

Sebaliknya, jika tingkat materialitas tinggi, maka kuantitas bukti yang diperlukan

sedikit. Tingkat materialitas yang ditentukan rendah berarti tolerable misstatement

rendah. Rendahnya salah saji yang dapat ditoleransi menuntut auditor untuk

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


95
menghimpun Iebih banyak bukti sehingga auditor yakin tidak ada salah saji material

yang terjadi.

Auditor harus dapat membedakan secara jelas antara tingkat materialitas saldo

akun dengan akun yang material. Pada umumnya akun yang material terhadap laporan

keuangan Iebih banyak memerlukan bukti dari pada akun yang tidak material. Di

samping itu, akun yang berisiko tinggi terhadap salah saji dalam laporan keuangan lebih

banyak memerlukan bukti daripada akun yang berisiko rendah terjadi salah saji.

2)Risiko Audit

Kuantitas bukti yang harus dikumpulkan dalam pemeriksaan dikaitkan dengan

resiko audit mempunyai hubungan terbalik. Rendahnya risiko audit berarti juga

tingginya tingkat kepastian yang diyakini auditor mengenai ketepatan pendapatnya.

Tingginya tingkat kepastian tersebut menuntut auditor untuk menghimpun bukti yang

lebih banyak. Semakin rendah tingkat risiko audit yang dapat diterima auditor, semakin

banyak kuantitas bukti yang diperlukan.

Hubungan terbalik juga ada antara risiko deteksi dengan jumlah bukti yang

diperlukan. Semakin rendah tingkat risiko deteksi yang dapat diterima auditor, semakin

banyak bukti yang diperlukan. Sebaliknya ada hubungan searah antara risiko bawaan

dan risiko pengendalian dengan kuantitas bukti yang diperlukan. Semakin tinggi tingkat

risiko bawaan, semakin banyak bukti yang diperlukan. Semakin tinggi tingkat risiko

pengendalian, semakin banyak bukti yang diperlukan.

3) Faktor - faktor Ekonomi

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


96
Kecukupan bukti dalam pemeriksaan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor

ekonomi. Auditor memiliki keterbatasan waktu dan biaya yang digunakan untuk

memperoleh bukti yang diperlukan sebagai dasar yang memadai untuk memberikan

pendapat atas kewajaran laporan keuangan. Oleh karena itu.auditor harus

memperhitungkan apakah setiap tambahan biaya dan waktu untuk menghimpun bukti

seimbang dengan keuntungan atau mantaat yang diperoleh melalui kuantitas dan

kualitas bukti yang dihimpun atau dengan kata lain beban yang dikeluarkan dan manfaat

yang diperoleh dalam mengumpulkan harus dipertimbangkan dengan baik.

4) Ukuran dan Karakteristik Populasi

Didalam auditor melakukan pemeriksaan, auditor tidak mungkin menghimpun

dan mengevaluasi seluruh bukti yang ada untuk mendukung pendapatnya. Hal tersebut

sangat tidak efisien. Pengumpulan bukti audit dilakukan atas dasar sampling.

Menentukan jumlah sampel yang diambil dari populasi, ada hubungan searah

antara besar populasi dengan besar sampling yang harus diambil. Semakin besar

populasinya semakin besar jumlah sampel bukti audit yang harus diambil dari

populasinya demikian sebaliknya.

Jumlah sampel yang diambil dari populasi juga dipengaruhi oleh karakteristik

populasi. Karakteritik populasi berkaitan dengan homogenitas atau hetrogenitas item

individual yang menjadi anggota populasi. Auditor memerlukan lebih banyak sampel

dan informasi yang lebih kuat mendukung atas populasi yang bervariasi anggotanya dari

pada populasi yang seragam.

b. Kompetensi Bukti

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


97
Kompetensi atau reabilitas bukti berkaitan dengan kualitas bukti yang

dikumpulkan. Kompetensi bukti yang berupa catatan akuntansi berkaitan erat dengan

efektivitas pengendalian internal klien. Semakin efektif pengendalian internal klien

semakin kompeten catatan akuntansi yang dihasilkan atau kualitas bukti semakin tinggi.

Kompetensi bukti audit yang berupa informasi penguat tergantung pada beberapa faktor

yaitu :

1) relevansi,

2) sumber bukti,

3) ketepatan waktu,

4) obyektivitas,

1) Relevansi

Tidak semua bukti pemeriksaan dapat digunakan sebagai dasar pembuatan

laporan akuntan melainkan hanya bukti-bukti yang relevan dengan tujuan pemeriksaan.

Bukti yang relevan adalah bukti yang tepat digunakan untuk suatu maksud tertentu.

Sebagai contoh pengamatan fisik aktiva tetap yang dilakukan auditor relevan digunakan

untuk menentukan keberadaan aktiva tetap. Meskipun demikian pengamatan fisik

persediaan tidak relevan digunakan untuk menentukan apakah aktiva tetap tersebut

benar-benar menjadi milik perusahaan (asersi hak dan kewajiban) karena seandainya

ada barang milik entitas atau perusahaan lain yang sekedar dititipkan ke gudang

perusahaan maka auditor tidak dapat mendeteksinya melalui pengamatan fisik . Bukti

yang relevan lebih kompeten dari pada bukti yang tidak relevan.

2) Sumber

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


98
Sumber bukti berhubungan dengan darimana bukti tersebut diperoleh atau

dikumpulkan atau diperoleh. Apakah bukti tersebut berasal dari dalam atau luar

perusahaan yang diaudit. Sumber informasi sangat berpengaruh terhadap kompetensi

bukti audit. Bukti yang diperoleh auditor secara langsung dari pihak di luar perusahaan

yang independen merupakan bukti yang paling dapat dipercaya. Bukti semacam ini

memberikan tingkat keyakinan keandalan yang lebih besar dari pada yang dihasilkan

dan diperoleh dari dalam perusahaan. Di samping itu data akuntansi dan laporan

keuangan yang dikembangkan atau dihasilkan dari suatu pengendalian internal yang

baik dan memuaskan lebih meyakinkan keandalannya dan lebih dapat dipercaya dari

pada yang dikembangkan dalam pengendalian internal yang buruk. Pengetahuan

langsung auditor melalui pemeriksaan fisik, observasi, perhitungan-perhitungan atau

analisa yang dilakukan dan inspeksi lebih memberikan keyakinan dari pada

pengetahuan yang diperoleh secara tidak langsung karena auditor bisa melihat langsung

atau menghitung atau mengalisa sendiri pristiwa, proses transaksi atau bukti-bukti

pemeriksaan yang diperoleh

3) Ketepatan Waktu

Suatu bukti menjadi kompeten apabila bukti yang dibutuhkan tersebut bisa

disediakan pada saat diperlukan atau bukti yang dikumpulkan tersebut berasal dari

periode waktu yang tepat. Kriteria ketepatan waktu ini berhubungan dengan tanggal

pemakaian bukti tersebut dan kapan bukti bukti tersebut diperoleh. Ketepatan waktu ini

sangat penting terutama dalam verifikasi aktiva lancar, utang lancar dan rekening

laporan rugi laba terkait karena hasilnya digunakan untuk mengetahui apakah cut-off

atau pisah batas telah dilakukan secara tepat. Disamping itu bukti yang diperoleh dekat

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


99
tanggal neraca lebih kompeten daripada bukti yang diperoleh jauh sebelumnya karena

dekat dengan pembuatan laporan keuangan. Rekayasa bukti atau transaksi biasanya

sering terjadi menjelang disusunnya laporan keuangan.

4) Objektivitas

Objektivitas bukti berkaitan dengan indenpendenditas bukti. Bagaimana

kepentingan para pihak terhadap bukti yang ada atau diperoleh Bukti yang obyektif

lebih dapat dipercaya (reliabel) dan kompeten dari pada bukti subyektif. Dalam

menelaah bukti subyektif, misalnya estimasi atau perhitngan-perhitungan yang dibuat

manajemen, auditor harus mempertimbangkan kualifikasi dan integritas individu

pembuatnya dan menentukan ketetapan proses pembuatan keputusan dalam membuat

pertimbangan.

c. Dasar Yang Memadai

Persyaratan dasar yang memadai atau realistis berhubungan dengan seluruh

tingkat keyakinan auditor untuk keperluan menyimpan hasil audit unruk menyatakan

pendapat atas laporan keuangan. Pengkombinasian dan menyimpulkan berbagai item

yang mempunyai tingkat keyakinan yang bervariasi tidak mungkin dilakukan dengan

pengevaluasian secara obyektif secara menyeluruh. Pertimbangan yang dilakukan

auditor dipengaruhi berbagai faktor yaitu :

1) Pertimbangan Professional Auditor

Pertimbangan profesional auditor biasanya diperoleh melalui pendidikan atau

pengalaman lama sebagai auditor. Pertimbangan profesional memberi kontribusi pada

penerapan secara wajar jumlah dan kualitas bukti yang disyaratkan. Penenruan

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


100
kecukupan dan kompetensi bukti dalam suaru audit sangat ditentukan pertimbangan

auditor dan tenrunya pertimbangan sebagai auditor yang professional.

2) Integritas Manajemen

Integritas manajemen mempengaruhi banyaknya sedikitnya bukti kompeten

yang harus diperoleh. Semakin rendah tingkat kepercayaan auditor terhadap manajemcn

maka semakin banyak bukti audit kompeten yang harus dikumpulkan karena

manajemen yang perannya dalam mengendalikan data akuntansi dan bukti penguat yang

tnendukung laporan keuangan.

3) Transaksi yang Terjadi di Perusahaan

Semakin banyak jenis dan frekuensi transaksi yang terjadi dalam suatu

perusahaan akan mempengaruhi informasi akuntansi yang dihasiikan sehingga semakin

banyak bukti audit kompeten yang harus diperoleh demikian sebaliknya.

4) Jenis Kepemilikan Perusahaan

Jenis kepemilikan perusahaan akan mempengaruhi banyak sedikitnya bukti audit

kompeten yang hams diperoleh. Apabila perusahaan tersebut perusahaan publik (yang

sudah go public) maka audit atas perusahaan jenis ini memerlukan tingkat keyakinan

yang lebih tinggi dari pada misalnya perusahaan milik perseorangan karena banyak

pihak yang berkepentingan dengan laporan akuntan disamping juga adanya ketentuan-

ketentuan atau aturan-aturan yang harus dipenuhi dalam audit untuk perusahaan publik.

5) Kondisi Keuangan

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


101
Apabila kondisi keuangan perusahaan yang diaudit mengalami masalah

keuangan maka auditor harus lebih hati-hati dan bukti-bukti audit kompeten yang lebih

banyak dihimpun karena perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan kemungkinan

besar dengan sengaja melakukan salah saji atau rekayasa laporan keuangan untuk

menutupi kondisi keuangannya yang sesungguhnya.

2. Sifat Bukti

Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari dua jenis yaitu :

1) Data akuntansi yang terdiri dari :

a) Jurnal

b) Buku besar dan buku pembantu

c) Buku pedoman akuntansi

d) Memorandum dan catatan informal seperti worksheet, rekonsiliasi atau

perhitungan-perhitungan yang dibuat perusahaan.

2) Bukti audit pendukung adalah bukti yang mendukung atas laporan keuangan yang

dapat berupa :

a) Bukti fisik

b) Bukti konfirmasi

c) Bukti dokumenter

d) Bukti representasi atau pernyataan tertulis dari manajemen atau pihak

independen

e) Perhitungan sebagai bukti matematis

f) Bukti lisan

g) Bukti analistis

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


102
h) Struktur pengendalian interen

3. Jenis-Jenis Bukti Audit

Jenis-jenis bukti audit adalah :

a. Struktur Pengendalian lnteren

Struktur pengendalian interen adalah salah satu bentuk bukti audit yang

dipergunakan untuk menentukan tingkat kepercayaan auditor terhadap data atau

catatan akuntansi yang dibuat klien. Baik buruknya system pengendalian interen

mempengaruhi jumlah bukti audit yang harus dikumpulkan oleh auditor.

b. Bukti fisik

Bukti fisik diperoleh auditor dari aktiva berwujud yang dimiliki klien. Bukti fisik

diperoleh melalui verifikasi saldo aktiva berujud misalnya kas, sediaan, surat berhaga

dan aktiva tetap. Pemeriksaan langsung secara fisik terhadap aktiva merupakan cara

yang paling obyektif dalam menentukan kualitas aktiva yang bersangkutan. Oleh

karena itu bukti fisik merupakan jenis bukti yang paling bisa dipercaya.

c. Catatan Akuntansi

Catatan akuntansi yang dibuat klien merupakan salah satu objek utama yang

diperiksa dalam laporan audit laporan keuangan. Catatan akuntansi seperti jumal,

buku besar, buku pembantu merupakan sumber dalam penyusunan laporan keuangan.

Tingkat kepercayaan terhadap catatan akuntansi tergantung pada penilaian auditor

terhadap struktur pengendalian interen.

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


103
d. Konfirmasi

Konfirmasi merupakan bukti audit yang sangat tinggi reabilitasnya karena berisi

informasi dari pihak ketiga secara langsung dan tertulis. Konfirmasi dilakukan

auditor untuk mendapat keyakinan terhadap unsur tertentu yang berdampak terhadap

asersi laporan keuangan. Konfirmasi ini dilakukan pada umumnya dalam

pemeriksaan terhadap kas di bank, piutang usaha, sediaan dan lain-lain. Bukti

konfirmasi dapat memberikan bukti yang reliabel untuk semua asersi terutama asersi

keberadaan dan keterjadiaan. Jenis konfirmasi bisa bersifat konfirmasi positif,

konfirmasi negatif atau konfirmasi kosong (blank confirmation).

e. Bukti dokumenter

Bukti dokumenter dapat dikelompokan menjadi:

1) Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar dan dikirim kepada auditor

secara langsung

2) Bukti dokementer yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor

melalui klien

3) Bukti dokementer yang dibuat dan disimpan oleh klien.

Bukti dokementer yang masuk kelompok ketiga mempunyai kredibilitas yang

paling rendah karena dokumen yang dibuat dan disimpan klien mempunyai

resiko tinggi untuk direkayasa. Bukti dokumenter kelompok pertama

mempunyai kredibilitas paling tinggi kemudian diikuti kelompok kedua.

Bukti dokementer antara lain konfirmasi piutang, kontrak-kontrak bisnis,

notulen rapat, rekening koran bank, faktur penjualan, faktur pembelian dan

lain-lain.

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


104
f. Bukti Surat Pernyataan Tertulis

Surat pemyataan tertulis merupakan pernyataan yang ditandatangani

seseorang yang bertanggung jawab dan berpengetahuan mengenai rekening,

kondisi atau kejadian tertentu. Surat pernyataan tertulis bisa dibuat oleh klien

contohnya representation letter atau pihak luar contohnya surat pernyataan

dari konsultan hukum, ahli teknik dan sebagainya.

g. Bukti Matematis

Bukti matematis diperoleh auditor melalui perhitungan kembali yang

dilakukan oleh auditor untuk membuktikan ketelitian catatan akuntansi

klien. Contoh : perhitungan kembali penyusutan, pembayaran angsuran,

anuitas obligasi

h. Bukti Lisan

Di dalam menjalankan tugasnya auditor dapat mangajukan pertanyaan

secara lisan tentang hal-hal tertentu untuk mendapat keyakinan atau untuk

menguatkan bukti audit yang telah dikumpulkan. Jawaban atas pertanyaan

lisan harus dicatat dalam kertas kerja audit.

i. Bukti Analistis dan Perbandingan

Bukti analistis dapat dipakai sebagai dasar untuk menentukan kewajaran

pos-pos tertentu dalam laporan keuangan. Bukti analistis meliputi

penggunaan ratio dan perbandingan data klien dengan periode sebelumnya,

perbandingan dengan anggaran yang dibuat atau perbandingan dengan ratio

industri yang sejenis. Keandalan bukti analistis sangat tergantung pada

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


105
relevansi data pembanding. Bukti-bukti analistis dan perbandingan ini

dikumpulkan pada awal untuk memberikan signal apakah pos-pos tertentu

memerlukan pemeriksaan yang lebih mendalam.

4. Prosedur Untuk Menghimpun Bukti

Didalam menghimpun bukti sebagai mana disyaratkan dalam standar pekerjaan

lapangan yang ketiga, ada empat metode yang dapat dilakukan yaitu :

1) Inspeksi merupakan prosedur pemeriksaan fisik secara rinci terhadap dokumen atau

kondisi suatu aktiva berujud untuk mendapat keyakinan yang memadai bahwa

dokumen atau aktiva yang mendukung asersi-asersi yang dinyatakan manajemen

dalam laporan keuangan.

2) Pengamatan yaitu prosedur pemeriksaan yang digunakan auditor untuk melihat

atau mengamati suatu pelaksanaan kegiatan. Aktivitas yang diamati auditor

misalnya proses terjadinya transaksi bagaimana transaksi dicatat, penghitungan pisik

sediaan, opname kas dan sebagainya.

3) Pengajuan Pertanyaan yaitu prosedur pemeriksaan yang dilakukan auditor dengan

cara mengajukan pertanyaan secara lisan maupun tertulis kepada manajer, penasehat

hukum, karyawan atau pihak-pihak yang dianggap perlu dalam rangka

mengumpulkan bukti audit. Bukti audit bisa berupa bukti lisan mapun representasi

tertulis.

4) Konfirmasi yaitu suatu bentuk prosedur audit yang memungkinkan auditor

memperoleh informasi secara langsung dari pihak ke tiga yang independen

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan asersi-asersi dalam laporan keuangan.

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


106
Bukti yang dihasilkan berupa bukti konfirmasi. Misalnya konfirmasi piutang atau

sediaan konsinyasi.

Disamping metode di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal

yang berkaitan dengan proses pengumpulan bukti yaitu penentuan prosedur audit,

penentuan besarnya sampel yang diambil, penentuan cara bagaimana sampel itu dipilih

dan penentuan waktu kapan pelaksanaan prosedur audit. Hal ini akan mempengaruhi

kompetensi bukti yang diperoleh sebagai dasar untuk menyusun laporan audit.

5. Evaluasi Bukti Audit

Evaluasi bukti audit dilakukan auditor untuk membuat laporan audit yang tepat

sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Audit harus bersikap objektif, hati-hati dan

menyeluruh dalam mengevaluasi bukti audit. Evaluasi bukti audit dilakukan untuk

menguji asersi-asersi yang disajikan dalam laporan keuangan. Evaluasi dapat dapat

dilakukan dalam proses audit dan pada akhir pekerjaan lapangan.

Dalam mengevaluasi bukti audit, auditor harus mempcrhatikan tujuan audit.

Tujuan audit dapat berkaitan dengan fakta misalnya keberadaan sediaan barang jadi di

gudang atau aktiva tetap maupun dengan judgemeni misalnya kecukupan pengungkapan

kewajiban bersyarat dan sebagainya. Evaluasi bukti ini harus lebih tcliti bila

menghadapi situasi audit yang mengandung resiko antara lain :

a. Struktur pengendalian intern klien yang lemah.

b. Kondisi keuangan klien yang tidak schat. Ada kecendrungan manajemen

membuat kebijakan-kebijakan untuk memanipulasi keadaan keuangan yang

sesungguhnya

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


107
c. Manajemen yang tidak dapat dipercaya atau tidak punya integritas sehingga

laporan keuangan yang dibuat manajemen mempunyai resiko tinggi.

d. Penggantian kantor akuntan publik.

e. Perubahan peraturan perpajakan. Manajemen cendrung merubah prinsip

akuntansi yang berlaku umum untuk memperkccil pajak penghasilan karena

adanya perubahan peraturan perpajakan.

f. Usaha yang bersifat spekulatif.

g. Transaksi yang komplek. Semakin komplek transaksi mengandung resiko

kesalahan yang besar sehingga resiko auditor juga besar.

Adanya faktor-faktor di atas mengharuskan auditor mengevaluasi bukti secara objektif,


teliti, hati-hati dan menyeluruh sehingga dapat menghindari atau meminimalisasi resiko
audit yang mungkin dapat timbul.

PERTANYAAN :

1. Jelaskan antara evident matter dengan evident!


2. Sebutkan dan jelaskan factor-faktor yang mempengaruhi kecukupan bukti!
3. Sebutkan dan jelaskan dua jenis bukti audit yang harus dikuumpulkan untuk
mendukung pendapat auditor!
4. Sebutkan peosedur pengumpulan bukti audit!
5. Jelaskan perbedaan antara tracing dengan vouching
6. Jelaskan factor-faktor apa dipertimbangkan dalam auditor mengevaluasi bukti
audit!

·••••Pemeriksaan Akuntansi (auditing ) I Halaman :


108

Anda mungkin juga menyukai