Anda di halaman 1dari 207

PERTEMUAN 1

AUDITING

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu:
1. Pengertian Auditing dan Akuntansi
2. Perbedaan auditing dan akuntansi
3. Tujuan Audit
4. Jenis-Jenis Audit
5. Manfaat Audit
6. Peer reviu dan kendali mutu

B. URAIAN MATERI
1. Pengertian Auditing dan Akuntansi
Pengertian Akuntansi
American accounting Association akuntansi merupakan proses
pengindentifikasian, pencatatan, pengukuran, dan laporan transaksi
keuangandari suatu organisasi yang dijadikan sebagai informasi dalam
pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak yang membutuhkan
Warren dkk akuntansi adalah system informasi yang menghasilkan
sebuah laporan keuangan kepada pihak-pihak terkait atau berkepentingan
mengenai kegiatan ekonomi dan kondisi perusahaan
Rudianto akuntansi merupakan system informasi yg menghasilkan
sebuah laporan keuangan kepada pihak-pihak terkait yang berkepentingan
dengan kegiatan ekonomi dan keadaan suatu badan usaha tertentu.

Pengertian Auditing
Menurut Sukrisno Agoes: Auditing merupakan suatu pemeriksaan yang
dilakukana secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen
terhadap laporan keuangan yang disusun oleh manajemen, beserta catatan-
catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukung untuk dapat memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Menurut Mulyadi auditing adalah suatu proses sistematik untuk
memperoleh dan dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai
pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan
tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan
tersebut dengan kreteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-
hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Alvin A.Arens, dkk auditing adalah akumulasindan evaluasi bukti
tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkay kesesuaian
antara informasi dan kreteria yang telah ditetapkan.
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (2011) auditing adalah
proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi
yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang
yang kompeten dan independen untu dapat diukur mengenai kesesuaian
informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan.
Auditing yaitu proses sistimatik untuk memperoleh dan mengevaluasi
bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang kegiatan dan persitiwa
ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi asersi tersebut
dengan kreteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada
pihak yang berkepentingan

2. Perbedaan Auditing dan Akuntansi


Dalam pengertian masing-masing diatas untuk prosesnya dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Gambar 1.1 Perbedaan Proses Akuntansi dan Auditing

Dan penjelasan terkait perbedaan auditing dengan akuntansi


dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini:
Tabel 1.1 Perbedaan Auditing dan Akuntansi

Sedangkan persamaan akuntansi dan audit obyeknya adalah laporan


keuangan dan ditujukan kepada pimpinan.
3. Tujuan Audit
Tujuan audit laporan keuangan adalah memberikan pendapat atas
kewajaran penyajialaporan keuangan organisasi sesuai dengan prinsip
akuntansi yang diterima umum di Indonesia.
Audit diperlukan menurut Sukrisno Agoes karena;
a. Laporan keuangan kemungkinan mengandung kesalahan baik
disengaja maupun tidakdisengaja
b. Terhindar salah saji yang material dan disajikan sesesuai dengan prinsip
akuntansi yangberlaku
c. Aset diatas 50 milyar ke atas harus memasukan audited finansial
statetmentnya
d. Perusahaan yang sudah go publik
e. Pengisian SPT

Secara umum, tujuan audit dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


a. Kelengkapan (Completeness). Untuk meyakinkan bahwa seluruh
transaksi telah dicatat atau ada dalam jurnal secara aktual telah
dimasukkan
b. Ketepatan (Accurancy). Untuk memastikan transaksi dan saldo perkiraan
yang ada telah dicatat berdasarkan jumlah yang benar, perhitungan yang
benar, diklasifikasikan, dan dicatat dengan tepat.
c. Eksistensi (Existence). Untuk memastikan bahwa semua harta dan
kewajiban yang tercatat memiliki eksistensi atau keterjadian pada tanggal
tertentu, jadi transaksi tercatat tersebut harus benar-benar telah terjadi
dan tidak fiktif.
d. Penilaian (Valuation). Untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum telah diterapkan dengan benar.
e. Klasifikasi (Classification). Untuk memastikan bahwa transaksi yang
dicantumkan dalam jurnal diklasifikasikan dengan tepat. Jika terkait
dengan saldo maka angka-angka yang dimasukkan didaftar klien telah
diklasifikasikan dengan tepat.
f. Ketepatan (Accurancy). Untuk memastikan bahwa semua transaksi
dicatat pada tanggal yang benar, rincian dalam saldo akun sesuai dengan
angka angka buku besar. Serta penjumlahan saldo sudah dilakukan
dengan tepat.
g. Pisah Batas (Cut-Off). Untuk memastikan bahwa transaksi-transaksi yang
dekat tanggal neraca dicatat dalam periode yang tepat. Transaksi yang
mungkin sekali salah saji adalah transaksi yang dicatat mendekati akhir
suatu peride akuntansi.
h. Pengungkapan (Disclosure). Untuk meyakinkan bahwa saldo akun dan
persyaratan pengungkapan yang berkaitan telah disajikan dengan wajar
dalam laporan keuangan dan dijelaskan dengan wajar dalam isi dan
catatan kaki laporan tersebut

Tujuan Umum: Menyatakan suatu pendapat terhadap kewajaran Laporan


Keuangan, hasil operasional dan perubahan posisi keuangan sesuai PAI

Segmentasi Audit: Menempatkan jenis transaksi dan saldo perkiraan yang


saling berhubungan erat yang dapat memudahkan pelaksanaan audit.

4. Jenis-jenis Audit
Menurut Mulyadi Auditor dikelompokan menjadi tiga golongan, yaitu:
a. Auditor Independen/ Akuntan Publik
Melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan
oleh perusahaan. Pengauditan ini dilakukan pada perusahaan terbuka,
yaitu perusahaan yang go public, perusahaan-perusahaan besar dan juga
perusahaan kecil serta organisasi-organisasi yang tidak bertujuan mencari
laba. Praktik akuntan publik harus dilakukan melalui suatu Kantor Akuntan
Publik (KAP).
b. Auditor Pemerintah
Adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan pada
instansi instansi pemerintah. Di Indonesia, auditor pemerintah dapat
dibagi menjadi dua yaitu:
1) Auditor Eksternal Pemerintah
Dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Untuk
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan
negara diadakan satu badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan
mandiri. Hasil pemeriksaannya diserahkan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah sesuai kewenangan.
2) Auditor Internal Pemerintah
Lebih dikenal sebagai Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah
(APFP) yang dilaksanakan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal Departemen/LPND, dan
Badan Pengawasan Daerah
c. Auditor Intern
Auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun
perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah
dipatuhi, menentukan baik tidaknya pengawasan terhadap kekayaan
organisasi, menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh
berbagai bagian dalam organisasi.
Namun, Arens & Loebbecke dalam bukunya Auditing Pendekatan
Terpadu yang diadaptasi oleh Amir Abadi Jusuf, menambahkan satu lagi jenis
auditor, yaitu:

• Auditor Pajak. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang berada dibawah


Departemen Keuangan Republik Indonesia, bertanggungjawab atas
penerimaan negara dari sektor perpajakan dan penegakan hukum dalam
pelaksanaan ketentuan perpajakan. Aparat pelaksanaan DJP dilapangan
adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan Kantor Pemeriksaan dan
Penyidikan Pajak (Karikpa). Karikpa mempunyai auditor-auditor khusus.
Tanggungjawab Karikpa adalah melakukan audit terhadap para wajib
pajak tertentu untuk menilai apakah telah memenuhi ketentuan
perundangan perpajakan.

Sedangkan Jenis Audit menurut Mulyadi (2014), dibagi menjadi tiga


golongan, yaitu:
a. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor
independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya
untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan
tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umum
b. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)
Audit Kepatuhan adalah audit yang tujuannya untuk menentukan apakah
yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit
kepatuhan biasanya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat
kriteria
c. Audit Operasional (Operasional Audit)
Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan
organisasi, atau bagian daripadanya, dalam hubungannya dengan tujuan
tertentu. Biasanya dibutuhkan oleh manajemen atau pihak ketiga dan
hasil auditnya diserahkan kepada yang meminta dilaksanakan
pemeriksaan tersebut.

Menurut Sukrisno Agoes (2012) jenis audit meliputi untuk luas


pemeriksaan terdiri ;
a. General Audit ( Pemeriksaan Umum)
Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh
KAP independen dengan tujuan untuk memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan sesuai dengan SPAP
berlandaskan kode etik akuntan dan standar pengendalian mutu.
b. Spesial Audit ( Pemeriksaan Khusus )
Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan Auditee) yang
dilakukan oleh KAP yang independen, dan pada akhir pemeriksaannya
auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan
keuangan secara keseluruhan

Menurut Sukrisno Agoes (2012) jenis audit meliputi untuk jenis


pemeriksaan terdiri:
a. Management Audit ( operasional Audit )
Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan,
termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah
ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan
operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan
ekonomis.
Efektif: mencapai tujuan atau sasaran dan bermanfaar sesuai
dengan waktu yang ditentukan
Efisien: mencapai hasil atau manfaat sesuai waktu yang ditentukan
dengan biaya tertentu
Ekonomis: mencapai hasil optimal secara hemat dan dengan
pengorbanan serendah-rendahnya
b. Compliance Audit ( Pemeriksaan Ketaatan)
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan
sudah menaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang
berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen,
dewan komisaris) maupun pihak eksternal (Pemerintah, Bapepam, Bank
Indonesia, Direktorat Jendral Pajak, dan lain-lain).Pemeriksaan bisa
dilakukan oleh KAP maupun bagian internal audit
c. Internal Audit ( Pemeriksaan Intern)
Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik
terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun
ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah
ditentukan.Pemeriksaan umum yang dilakukan internal auditor biasanya
lebih rinci dibandingkan dengan pemeriksaan umum yang dilakukan oleh
KAP. Internal auditor biasanya tidak memberikan opini terhadap
kewajaran laporan keuangan, karena pihak-pihak di luar perusahaan
menganggap bahwa internal auditor yang merupakan orang dalam
perusahaan tidak independen. Laporan internal auditor berisi temuan
pemeriksaan (audit finding) mengenai penyimpangan dan kecurangan
yang ditemukan, kelemahan pengendalian intern, beserta saran-saran
perbaikannya (recommendations).
d. Computer Audit
pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data
akuntansinya dengan menggunakan Electronic Data Processing (EDP)
sistem.

Lingkup Pemeriksaan laporan keuangan meliputi


a. Neraca / Laporan Posisi Keuangan
b. Laporan Laba rugi
c. Laporan Perubahan Ekuitas
d. Laporan Arus Kas
e. Catatan Atas Laporan Keuangan

5. Manfaat Audit
Adapun manfaat audit dibagi menjadi tiga bagian dasar yang menikmati
manfaat audit yaitu:
a. Bagi Pihak Yang Diaudit
1) Menambah integritas laporan keuangannya sehingga laporan tersebut
bisa dipercaya untuk kepentingan pihak luar entitas seperti pemegang
saham, kreditor, pemerintah dan lain-lain.
2) Mencegah dan menemukan fraud yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan yang diaudit.
3) Memberikan dasar yang dapat lebih dipercaya untuk penyiapan surat
pemberitahuan pajak yang diserahkan kepada pemerintah.
4) Membuka pintu bagi masuknya sumber-pembiayaan dari luar.
5) Menyiapkan kesalahan dan penyimpangan moneter dalam catatan
keuangan.
b. Bagi Anggota Lain Dalam Dunia Usaha
1) Memberikan dasar yang lebih menyakinkan para kreditur atau para
rekanan untuk mengambil keputusan pemberian kredit.
2) Memberikan dasar yang lebih meyakinkan kepada perusahaan
asuransi untuk menyelesaikan klaim atas kerugian diasuransikan.
3) Memberikan dasar yang terpercaya kepada para investor dan calon
investor untuk menilai prestasi investasi dan kepengurusan
manajemen.
4) Memberikan dasar yang objektif kepada serikat buruh dan pihak yang
diaudit untuk menyelesaikan sengketa mengenai upah dan tunjangan.
5) Memberikan dasar yang independen kepada pembeli maupun penjual
untuk menentukan syarat penjualan, pembelian atau penggabungan
perusahaan.
6) Memberikan dasar yang lebih baik, meyakinkan kepada para
langganan atau klien untuk menilai profitabilitas atau audit finansial,
audit manajemen, dan sistem pengendalian intern 45 rentabilitas
perusahaan itu, efisiensi operasionalnya dan keadaan keuangannya.
c. Bagi Badan Pemerintah Dan Orang-Orang Yang Bergerak Di Bidang
Hukum
1) Memberikan tambahan kejelasan yang independen tentang ketelitian
dan jaminan laporan keuangan.
2) Memberikan dasar yang independen kepada mereka yang bergerak di
bidang hukum untuk mengurus harta warisan dan harta titipan,
menyelesaikan masalah dalam kebangkrutan dan insolvensi dan
menentukan pelaksanaan perjanjian persekutuan dengan cara
semestinya.
3) Memegang peranan yang menentukan dalam mencapai tujuan
undang-undang keamanan sosial.

6. Peer Review dan Kendali Mutu


Sukrisno agoes mengungkapakan bahwa perlunya adanya Peer revieu.
Peer Review adalah suatu penelaahan yang dilakukan terhadap Kantor
Akuntan Publik untuk menilai apakah Kantor Akuntan Publik telah
mengembangkan secara memadai kebijakan dan prosedur pengendalian mutu
yang disyaratkan dalam Pernyataan Standar Auditing (PSA) No.20 yang
ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.Quality Control Standards
Committee telah mengindentifikasikan lima elemen pengendalian mutu yang
harus dipertimbangkan KAP dalam menetapkan prosedur dan kebijakan
pengendalian mutunya. (Arens et. Al., 2003: 35-37).
Peer reviu akan bermnfaat bagi kantor akuntan public dan bagi profesi
Penalahaan dilakukan oleh profesi akuntan (IAI) juga oleh BPKP.
Menurut Mulyadi, jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan public terdiri:
a. Jasa assurance, jasa profesional independen yang meningkatkan mutu
informasi bagi pengambil keputusan
b. Jasa Atestesi, adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan
orang yang independen dan kompeten tentang asersi suatu entitas,
dalam semua hal yang material,dengan kreteria yang ditetapkan
c. Jasa Nonassurance adalah jasa oleh akuntan publik yang didalamnya
tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan,
atau bentuk lain keyakinan.

Persyaratan Profesional
Persyaratan profesional yang dituntut dari auditor independen adalah orang
yang memiliki pendidikan dan pengalaman berpraktik sebagai auditor
independen. Mereka tidak termasuk orang yang terlatih untuk atau
berkeahlian dalam profesi atau jabatan lain.

Sistem Pengendalian mutu


Meliputi struktur organisasi, kebijakan yang digariskan dan prosedur yang
ditetapkan yang akan memberikan keyakinan yang layak bagi akuntan public
bahwa mutu pekerjaan yang dilaksanakan sesuai dengan standar auditing.

Unsur-unsur Pengendalian Mutu :


a. Independensi,
b. Penugasan Pemeriksa,
c. Konsultasi, Supervisi,
d. Pengangkatan Pemeriksa,
e. Pengembangan Profesional,
f. Promosi,
g. Penerimaan dan pemeliharaan hubungan dengan client dan

Pembatasan Masa Pemberian Jasa Audit


Peraturan Menteri Keuangan No.17/PMK.01/2008 tentang jasa Akuntan
Publik, Pasal 3 Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari
suatu entitas sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 1 huruf a dilakukan
oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut turut dan oleh
seorang akuntan public paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut turut,
dan harus satu tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan
keuangan klien diantara 3 tahun tersebut. Sering disebut 3 + 3.

PERTANYAAN :
1. Jelaskan kesimpulan dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian
auditing
2. Jelaskan perbedaan dan persamaan auditing dan akuntansi
3. Jelaskan lingkup pemeriksaan
4. Pihak siapa saja yang mempergunakan hasil audit
DAFTAR
PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2014. Auditing. Jakarta: Salemba Empat

Agoes, Sukrisno, 2013. Auditing, Petunjuk praktis pemeriksaan akuntan oleh akuntan
publik. (Edisi 4). Jakarta: Salemba Empat

Mulyadi. 2013. Auditing Buku 1 edisi 6 . Jakarta: Salemba Empat

Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik. Salemba Empat
Jakarta PUSTAKA PENDUKUN

Arens

https://accounting.binus.ac
PERTEMUAN 2
STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK
(SPAP)

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu:
1. Pengertian SPAP
2. Perkembangan Standard Profesional Akuntan Publik
3. Isi SPAP
4. Sepuluh Standar Auditing
B. URAIAN MATERI
1. Pengertian SPAP
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah kodifikasi berbagai pernyataan
standar teknis yang merupakan paduan dalam memberikan jasa bagi akuntan public di
Indonesia. SPAP dikeluarkan Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan
Publik Indonesia’.
2. Perembangan Standar Profesional Akuntan Publik
Tahun 1972, Pertama kalinya Ikatan Akuntan Indonesia berhasil menerbitkan Norma
Pemeriksaan Akuntan yang disahkan dalam Kongres ke III Ikatan Akuntan Indonesia. Norma
Pemeriksaan Akuntan itu berisi: tanggung jawab akuntan public, unsur-unsur norma
pemeriksaan akuntan yang meliputi: pengkajian dan penilaian pengendalian intern, bahan
pembuktian dan penjelasan informatif, serta pembahasan mengenai peristiwa kemudian,
laporan khusus dan berkas pemeriksaan.
Dalam kongres ke IV IAI tanggal 25-26 Oktober 1982, komisi norma pemeriksaan
akuntan mengusulkan agar segera diakukan penyempurnaan atas buku Norma
Pemeriksaan Akuntan yang lama, dan melengkapinya dengan serangkaian suplemen yang
merupakan penjabaran lebih lanjut norm aitu.
19 April 1986, Norma Pemeriksaan Akuntan yang telah diteliti dan disempurnakan
oleh Tim Pengesahan, disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia sebagai
norma pemeriksaan yang berlaku efektif selambat-lambatnya untuk penugasan
pemeriksaan atas laporan keuangan yang diterima setelah tanggal 31 Desember 1986.
Tahun 1992, IAI menerbitkan Norma Pemeriksaan Akuntan edisi revisi yang
memasukan suplemen No. 1 sampai dengan No. 12 dan interpretasi No. 1 sampai dengan
No. 12.
Dalam Kongres ke VII IAI tahun 1994, disahkan Standar Profesional Akuntan Publik
yang berisi
1. Uraian mengenai standar professional akuntan public
2. Berbagai pernyataan standar auditing yang telah diklasifikasikan
3. Berbagai pernyataan standar atestasi yang telah diklasifikasikan
4. Pernyataan jasa akuntansi dan review
Tahun 1999 IAI mengubah nama Komite Norma Pemeriksaan Akuntan menjadi
Dewan Standar Profesional Akuntan Publik. Dan menerbitkan buku yang diberi judul Standar
Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001

Gambar 1. Sejarah SPAP

3. ISI SPAP
Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001 terdiri atas lima standar, yaitu
1) Pernyataan Standar Auditing (PSA)
Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. prosedur yaitu Tindakan yang
harus dilaksanakan auditor sedangkan standar auditing berkenaan dengan kriteria atau
ukuran mutu kinerja Tindakan tersebut. Standar auditing yang telah ditetapkan dan
disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia terdiri dari sepuluh standar yang
dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar
2) Pernyataan Standar Atestasi (PSAT)
Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan yang
diberikan oleh seorang yang independen dan kompeten yang menyatakan apakah
asersi (assertion) suatu entitas telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Asersi
adalah suatu pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang dimaksudkan untuk
digunakan oleh pihak lain, contoh asersi dalam laporan keuangan historis adalah adanya
pernyataan manajemen bahwa laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Standar atestasi membagi tiga tipe perikatan atestasi (1) pemeriksaan
(examination), (2) review, dan (3) prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures).
3) Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR)
Memberikan rerangka untuk fungsi non-atestasi bagi jasa akuntan publik yang
mencakup jasa akuntansi dan review. Jasa akuntansi yang diatur dalam standar ini
antara lain:
a. Kompilasi laporan keuangan – penyajian informasi-informasi yang merupakan
pernyataan manajemen (pemilik) dalam bentuk laporan keuangan
b. Review atas laporan keuangan - pelaksanaan prosedur permintaan keterangan dan
analisis yang menghasilkan dasar memadai bagi akuntan untuk memberikan
keyakinan terbatas, bahwa tidak terdapat modifikasi material yang harus dilakukan
atas laporan keuangan agar laporan tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia
c. Laporan keuangan komparatif – penyajian informasi dalam bentuk laporan keuangan
dua periode atau lebih yang disajikan dalam bentuk berkolom
4) Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (PSJK)
merupakan panduan bagi praktisi (akuntan publik) yang menyediakan jasa konsultasi
bagi kliennya melalui kantor akuntan publik. Dalam jasa konsultasi, para praktisi
menyajikan temuan, kesimpulan dan rekomendasi. Sifat dan lingkup pekerjaan jasa
konsultasi ditentukan oleh perjanjian antara praktisi dengan kliennya. Umumnya,
pekerjaan jasa konsultasi dilaksanakan untuk kepentingan klien. Jasa konsultasi dapat
berupa:
a. Konsultasi (consultation) – memberikan konsultasi atau saran profesional
(profesional advise) berdasarkan pada kesepakatan bersama dengan klien. Contoh
jenis jasa ini adalah review dan komentar terhadap rencana bisnis buatan klien
b. Jasa pemberian saran profesional (advisory services) - mengembangkan temuan,
kesimpulan, dan rekomendasi untuk dipertimbangkan dan diputuskan oleh klien.
Contoh jenis jasa ini adalah pemberian bantuan dalam proses perencanaan strategik
c. Jasa implementasi - mewujudkan rencana kegiatan menjadi kenyataan. Sumber
daya dan personel klien digabung dengan sumber daya dan personel praktisi untuk
mencapai tujuan implementasi. Contoh jenis jasa ini adalah penyediaan jasa
instalasi sistem komputer dan jasa pendukung yang berkaitan.
d. Jasa transaksi - menyediakan jasa yang berhubungan dengan beberapa transaksi
khusus klien yang umumnya dengan pihak ketiga. Contoh jenis jasa adalah jasa
pengurusan kepailitan.
e. Jasa penyediaan staf dan jasa pendukung lainnya - menyediakan staf yang memadai
(dalam hal kompetensi dan jumlah) dan kemungkinan jasa pendukung lain untuk
melaksanakan tugas yang ditentukan oleh klien. Staf tersebut akan bekerja di bawah
pengarahan klien sepanjang keadaan mengharuskan demikian. Contoh jenis jasa ini
adalah menajemen fasilitas pemrosesan data
f. Jasa produk - menyediakan bagi klien suatu produk dan jasa profesional sebagai
pendukung atas instalasi, penggunaan, atau pemeliharaan produk tertentu. Contoh
jenis jasa ini adalah penjualan dan penyerahan paket program pelatihan, penjualan
dan implementasi perangkat lunak komputer
5) Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSPM) SM).
memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam melaksanakan pengendalian
kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang
diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik
Indonesia (DSPAP IAPI) dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang
diterbitkan oleh IAPI. Unsur-unsur pengendalian mutu yang harus harus diterapkan oleh
setiap KAP pada semua jenis jasa audit, atestasi dan konsultansi meliputi:
a. independensi - meyakinkan semua personel pada setiap tingkat organisasi harus
mempertahankan independensi
b. penugasan personel - meyakinkan bahwa perikatan akan dilaksanakan oleh staf
profesional yang memiliki tingkat pelatihan dan keahlian teknis untuk perikatan
dimaksud
c. konsultasi - meyakinkan bahwa personel akan memperoleh informasi memadai
sesuai yang dibutuhkan dari orang yang memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi,
pertimbangan (judgement), dan wewenang memadai
d. supervisi - meyakinkan bahwa pelaksanaan perikatan memenuhi standar mutu yang
ditetapkan oleh KAP
e. pemekerjaan (hiring) - meyakinkan bahwa semua orang yang dipekerjakan memiliki
karakteristik semestinya, sehingga memungkinkan mereka melakukan penugasan
secara kompeten
f. pengembangan profesional - meyakinkan bahwa setiap personel memiliki
pengetahuan memadai sehingga memungkinkan mereka memenuhi tanggung
jawabnya. Pendidikan profesional berkelanjutan dan pelatihan merupakan wahana
bagi KAP untuk memberikan pengetahuan memadai bagi personelnya untuk
memenuhi tanggung jawab mereka dan untuk kemajuan karier mereka di KAP
g. promosi (advancement) - meyakinkan bahwa semua personel yang terseleksi untuk
promosi memiliki kualifikasi seperti yang disyaratkan untuk tingkat tanggung jawab
yang lebih tinggi.
h. penerimaan dan keberlanjutan klien - menentukan apakah perikatan dari klien akan
diterima atau dilanjutkan untuk meminimumkan kemungkinan terjadinya hubungan
dengan klien yang manajemennya tidak memiliki integritas berdasarkan pada prinsip
pertimbangan kehati-hatian (prudence)
i. inspeksi - meyakinkan bahwa prosedur yang berhubungan dengan unsur-unsur lain
pengendalian mutu telah diterapkan dengan efektif
Gambar 2. SPAP per 31 Maret 2011

4. Sepuluh Standar Auditing


Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. prosedur yaitu Tindakan yang harus
dilaksanakan auditor sedangkan standar auditing berkenaan dengan kriteria atau ukuran
mutu kinerja Tindakan tersebut.
Standar auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia
terdiri dari sepuluh standar yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, diantaranya
adalah:
a. Standar Umum
1) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap
mental harus dipertahankan oleh auditor
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan
kemahiran professional dengan cermat dan seksama
b. Standar Pekerjaan Lapangan
1) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya
2) Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan
dilakukan.
3) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfrmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diaudit
c. Standar Pelaporan
1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
2) Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan
penerapan standar akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
dibandingkan dengan penerapan standar akuntansi tersebut dalam periode
sebelumnya.
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,
kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor
4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak
dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka
alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat
pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul
auditor (IAPI, 2011:150.1 & 150.2)

C. LATIHAN SOAL

1. Jelaskan pengaruh SPAP terhadap hasil pemeriksaan

2. Jelaskan sepuluh standar pemeriksaan sesuai dengan standar yang berlaku

D. DAFTAR PUSTAKA
1. Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik Buku
1 dan 2, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta, 2012
2. Mulyadi, Auditing Buku 1 dan 2 , Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2013

3. Arens
PERTEMUAN 04
KODE ETIK AKUNTAN

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu:

1. Pengertian Etika

2. Macam-macam Kode Etik Akuntan Indonesia

3. Prinsip-Prinsip Etika Profesi

4. Aturan Etika profesi

B. URAIAN MATERI

1. Pengertian Etika

Kode etik terdiri dari dua kata, yakni kode dan etik. Kode artinya tanda yang
disertai maksud atau makna tertentu dan disepakati bersama. Etik berasal dari bahasa
Yunani, yakni ethos, artinya watak, cara hidup, dan adab. Dari dua pengertian tersebut,
Anda dapat menyimpulkan bahwa kode etik berarti tanda yang mengatur adab dalam
bekerja dan telah disepakati bersama.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) juga mencatat pengertian kode etik
sebagai norma dan asas yang diterima oleh kelompok tertentu sebagai landasan tingkah
laku. Sementara itu, kode etik profesi merupakan rangkaian peraturan yang berisi apa
yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh seseorang dalam menjalankan profesinya.
Kode etik profesi menjaga lingkungan kerja agar tetap profesional lantaran pekerja lebih
disiplin dalam menunaikan kewajibannya. Pelanggaran terhadap kode etik profesi akan
berujung pada pemberian sanksi ringan, keras, bahkan pemecatan.

Etika Profesi akuntansi adalah yaitu suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan
baik dan buruk manusia sejauh yang dapat di pahami oleh pikiran manusia terhadap
pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan
khusus sebagai seorang akuntan. Arens memberikan defines etika sebagai serangkaian
prinsip atau nilai moral.

Kode etik ini merupakan kewajiban para akuntan untuk melaksanakan


tanggjungjawab profesionalnya kepada public, pemakai jasa akuntan, dan rekan sebagai
landasan dasar perilaku etika dan perilaku profesionalnya. hal mendasar dalam kode etik
akuntan yang harus menjadi prinsip akuntan yang harus memiliki sikap-sikap seperti,
objektivitas, integritas, independensi, profesional, memiliki keahlian, dan menjaga
kerahasiaan, bertanggung jawab.
Selanjutnya ada beberapa alasan mengapa kode etik perlu untuk dibuat. Beberapa
alasan tersebut adalah (Adams., dkk, dalam Ludigdo, 2007) :

a. Kode etik merupakan suatu cara untuk memperbaiki iklim organisasional sehingga
individu-individu daoat berperilaku secara etis.

b. Kontrol etis diperlukan karena sistem legal dan pasar tidak cukup mampu
mengarahkan perilaku organisasi untuk mempertimbangkan dampak moral dalam
setiap keputusan bisnisnya.

c. Perusahan memerlukan kode etik untuk menentukan status bisnis sebagai sebuah
profesi, dimana kode etik merupakan salah satu penandanya.

d. Kode etik dapat juga dipandang sebagai upaya menginstitusionalisasikan moral dan
nilai-nilai pendiri perusahaan, sehingga kode etik tersebut menjadi bagian dari budaya
perusahaan dan membantu sosialisasi individu baru dalam memasuki budaya
tersebut.

e. Kode etik merupakan sebuah pesan.

Tujuan kode etik profesi akuntansi meliputi:

a. Untuk meningkatkan kualitas organisasi profesional.

b. Untuk menjaga dan menjaga kesejahteraan anggota.

c. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi

d. Untuk meningkatkan kualitas profesi.

e. Untuk meningkatkan layanan para anggota profesi

f. Tingkatkan layanan di atas manfaat pribadi.

g. Memiliki organisasi profesional yang kuat dan mapan.

h. Tentukan standar standar

2. Macam-Macam Kode Etik Akuntan Indonesia

a. Prinsip Etika, memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur
pelaksanaan pemberi jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh
Kongres dan berlaku bagi seluruh anggota.

b. Aturan Etika, disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan hanya mengikat anggota
Himpunan yang bersangkutan.

c. Interprestasi Aturan Etika, merupakan interprestasi yang dikeluarkan oleh Badan yang
dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-
pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan

d. Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.

Rerangka kode etik akuntan Indonesia bisa dilihat pada model rerangka Kode Etik
Ikatan Akuntan Indonesia sebelum 1 Januari 2011.

Tanggung Jawab Profesi


Kepentingan Umum (Publik)
Integritas IAPI PUSAT
Objektivitas PRINSIP ETIKA
Kehati-hatian Profesional
Kerahasaiaan
Perilaku profesional
Standar Teknis

ATURAN ETIKA IAPI KAP

100 RAPAT
200 300 400 500
Independensi Standar Tanggung Tanggung Tanggung ANGGOOTA
, Integritas, Umum Prinsip Jawab Jawab Kepada Jawab dan
Objektivitas KAP
Akuntansi Kepada Klien Rekan Praktik Lain

INTERPRETASI
PENGURUS
ATURAN ETIKA
IAPI-KAP

TANYA DAN DEWAN


JAWAB SPAP

Gambar 1. Rerangka Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (SPAP IAI 2001: 20000.7)

3. Prinsip-prinsip Etika Profesi


Prinsip-prinsip yang membentuk kode perilaku profesi sudah ditentukan dan dipegang
teguh oleh profesi tersebut. Sebagai contoh terdapat prisip-prinsip kode etik menurut
lembaga-lembaga yang mengaturnya, antara lain;
1) Menurut IFAC (The Inrernational Federation of Accountants)
Menurut The Inrernational Federation of Accountants, seorang profesi dituntut
memiliki berbagai sikap seperti :
a. Integritas,
b. Objektivitas,
c. Kompetensi profesional dan Kesungguhan,
d. Kerahasiaan,
e. Perilaku Profesional.
2) Menurut AICPA (American Institute of Certified Public Accountants)
Menurut American Institute of Certified Public Accountants, seorang profesi dituntut
memiliki berbagai sikap seperti:
a. Tanggung Jawab,
b. Kepentingan Umum
c. Integritas
d. Objektivitas dan Independensi,
e. Due Care,
f. Sifat dan Cakapan Layanan,
3) Prinsip Etika menurut Arens
a. Tanggung jawab
b. Kepentingan Publik
c. Integritas
d. Obyektivitas dan independensi
e. Keseksamaan
f. Ruang Lingkup dan Sifat JasaAturan Etika Profesi
4) Menurut IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia)
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia, seorang profesi dituntut memiliki berbagai sifat
seperti yang akan dijelaskan dibawah, karena kita dibawah langsung IAI maka kita
memegang teguh prinsip berikut:
a. Tanggung Jawab
a) A. Seorang akuntan dalam menjalankan tanggung jawabnya sebagai seorang
profesional, harus selalu menggunakan pertimbangan moral dan profesional
b) B. pada semua aktivitas yang dilakukan anggota memiliki tanggung jawab
kepada pengguna layanan mereka dan tanggung jawab
c) C. untuk bekerja dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi
akuntansi dan menjaga kepercayaan publik.
d) D. Semua upaya ini diperlukan untuk mempertahankan dan meningkatkan
tradisi profesi.
b. Kepentingan Publik
a) A. Anggota akuntan profesional wajib bertindak dalam konteks pelayanan
kepada publik, menghormati kepercayaan publik dan menunjukkan
profesionalisme.
b) B. Salah satu ciri profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada publik.
Profesi akuntansi juga memainkan peran penting dalam masyarakat.
c) C. Arti publik dari profesi akuntansi meliputi klien, pemerintah, penyedia kredit,
karyawan. Investor, dunia bisnis dan pihak-pihak yang bergantung pada
integritas dan objektifitas akuntan dalam menjaga fungsi bisnis secara tertib
c. Integritas
a) Untuk mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap
anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas
setinggi mungkin.
b) Integritas menuntut anggota untuk jujur dan terus terang tanpa harus
mengorbankan rahasia penerima layanan.
c) Layanan publik dan kepercayaan tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan
pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan
perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima penipuan atau
menghilangkan prinsip.
d. Objektivitas
a) Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari konflik
kepentingan dalam memenuhi kewajiban profesionalnya.
b) Objektivitas adalah kualitas yang memberikan nilai untuk layanan yang
diberikan oleh anggota.
c) Prinsip objektivitas menuntut anggota untuk bersikap adil, tidak memihak, jujur
secara intelektual, tidak berprasangka, dan bebas dari konflik kepentingan
atau di bawah pengaruh pihak lain.
e. Kompetensi dan kehati-hatian
Prinsip kompetensi profesional dan kehati-hatian mengharuskan setiap anggota
akuntan untuk:
a) Mempertahankan pengetahuan dan keahlian profesional yang diperlukan
untuk menjamin pemberi kerja (klien menerima layanan profesional dan
kompeten.
b) Bertindak dengan rajin dan hati-hati sesuai dengan teknis dan profesional yang
berlaku saat memberikan layanan profesional.
f. Kerahasiaan
Prinsip kerahasiaan mengharuskan setiap akuntan untuk tidak melakukan hal
berikut:
a) Mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional
dan hubungan bisnis pada pihak di luar kantor akuntan atau organisasi di
mana akuntan bekerja tanpa otoritas yang memadai dan spesifik, kecuali
mereka memiliki hak dan kewajiban hukum atau profesional untuk
mengungkapkan kerahasiaan tersebut.
b) Menggunakan informasi rahasia untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga.
Informasi diperoleh melalui hubungan profesional dan hubungan bisnis.
g. Perilaku Profesional
a) Setiap anggota harus berperilaku konsisten dengan reputasi profesi yang baik
dan menjauh dari tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi tersebut.
b) Kewajiban untuk menjauh dari perilaku yang dapat mendiskreditkan profesi
harus dipenuhi sebagai perwujudan tanggung jawabnya terhadap penerima
layanan, pihak ketiga, anggota lain, staf, pengusaha, dan masyarakat umum.
c) Dalam upaya memasarkan dan mempromosikan diri dan pekerjaan, akuntan
profesional tidak disarankan untuk mencemarkan nama baik profesi. Akuntan
harus memiliki sikap yang jujur dan dapat dipercaya.
h. Standar Teknis
Sebagai akuntan wajib untuk bekerja sesuai dengan standar yang berlaku dalam
pengauditan, yaitu standar pemeriksaan akuntan publik yang sebelumnya sudah
dibahas.
4. Aturan Etika
Aturan Etika mengikat kepada anggota kompartemen dan merupakan produk
Raapat Anggota Kompartemen. Aturan etika tidak boleh bertentangan dengan prinsip
etika. Isi dari Aturan etika sesuai dengan gambar 1 yang sudah dipaparkan yaitu
1) 100 – Independensi, Integritas dan Objektivitas
a) 101 – Independensi
b) 102 – Integritas dan Objectivitas
2) 200 – Standar Umum dan Standar Akuntansi
a) 201 – Standar Umum
b) 202 – Kepatuhan terhadap Standar
c) 203 – Standar Akuntansi
3) 300 – Tanggung Jawab kepada Klien
a) 301 – Informasi Klien yang Rahasi
b) 302 – Fee Profesional
4) 400 – Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi
a) 401 – Tanggung jawab kepada rekan seprofesi
b) 402 – Komunikasi antar akuntan publik
c) 403 – Perikatan Atestasi
5) 500 – Tanggung Jawab dan Praktik Lain
a) 501 – Perbuatan dan perkataan yang Mendiskreditkan
b) 502 – Iklan, Promosi dan Kegiatan Pemasaran lainnya
c) 503 – Komisi dan Fee Referal
d) 504 – Bentuk Organisasi dan KAP
5. Interpretasi Aturan Etika
Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan
yanng dibentuk oleh Kompartemen setelah memperhatikan tanggapan dari anggota dan
pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika,
tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup penerapannya.
Penegakkan kode etik di Indonesia diawasi oleh:
1) Kantor Akuntan Publik
2) Unit Peer-Review Kompartemen Akuntan Publik- IAI
3) Badan Pengawas Profesi Kompartemen Akuntan Publik-IAI
4) Dewan Pertimbangan Profesi IAI
5) Departemen Keuangan RI
6) BPKP
7) Anggota dan Pimpinan KAP
Jika dalam standar dan kode etik akuntan tidak dijalan oleh seorang akuntan maka
konsekuensinya adalah sanksi yang terbagi menjadi : Sanksi Pelanggaran Etika :
1) Sanksi Sosial adalah Skala relatif kecil, dipahami sebagai kesalahan yangdapat
‘dimaafkan’
2) Sanksi Hukum adalah Skala besar, merugikan hak pihak lain.
a) Sanksi Administratif dari Menteri Keuangan
b) Sanksi Administratif dari OJK
c) Sanksi Pidana
C. LATIHAN SOAL
1. Jelaskan pengertian kode etika dalam akuntan!
2. Jelaskan kode yang berlaku di Indonesia!
3. Siapakah pihak yang mengawasi pelaksanaan kode etik!
D. DAFTAR PUSTAKA
• Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik
Buku 1 dan 2, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta, 2012
• Mulyadi, Auditing Buku 1 dan 2 , Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2013
• Alvin A. Arens, Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Buku 1 dan 2 , Airlangga, Jakarta,
2006
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

PERTEMUAN KE-17

PEMERIKSAAN ATAS PREPAID EXPENSE DAN PREPAID TAXES

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu menganalisis pengertian, tujuan dan prosedur pemeriksaan biaya
dan pajak dibayar dimuka dan dapat mempraktekan cara memeriksanya secara buku
ataupun keadaan fisik serta memverifikasikan biaya dan pajak dibayar dimuka
tersebut

B. URAIAN MATERI
1. SIFAT DAN CONTOH PREPAID EXPENSE DAN PREPAID TAXES
Keduanya mempunyai manfaat kurang atau sama dengan satu tahun, sehingga
dikelompokkan sebagai aset lancar (curren asset). Menurut Standar Akuntansi
Keuangan:
a. Biaya dibayar dimuka dimaksudkan sebagai biaya yang telah terjadi, yang akan
digunakan untuk aktivitas perusahaan yang akan dating.
b. Bagian dari biaya dibayar dimuka yang akan memberikan manfaat untuk
beberapa periode kegiatan diklasifikasikan sebagai asset tak lancer.
Contoh dari perkiraan-perkiraan yang bias digolongkan sebagai biaya dibayar
dimuka adalah:
• Premi asuransi (Prepaid Insurance).
• Sewa Dibayar Dimuka untuk masa satu tahun yang akan datang (Prepaid Rent).
• Biaya Lain-lain Dibayar Dimuka (Prepaid Others), misalnya: biaya iklan diradio,
televisi,yang berdasarkan kontrak, barang-barang untuk promosi (hadiah berupa
gantungan kunci, payung, dll).
Pajak dibayar dimuka adalah pajak yang dibayar oleh perusahaan setiap bulan atau
dipotong/dipungut oleh pihak ketiga dan akan diperhitungkan sebagai kredit pajak
diakhir tahun (untuk pajak penghasilan) atau diakhir bulan (untuk PPN).
Contoh dari pajak dibayar dimuka:
• PPh 22 ( dari impor barang ).

AUDITING 1 Page 1
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

• PPh 23 ( dari bunga, dividend, royalty, management fee).


• PPh 25 (setoran masa pajak penghasilan ).
• PPN Masukan ( pajak pertambahan nilai yang dipungut oleh pengusaha kena pajak
pada waktu perusahaan membeli barang atau jasa kena pajak).
Yang dimaksud sewa dibayar dimuka dalam buku ini adalah sewa opras. Menurut
SAK ETAP: Pembayaran sewa merupakan beban sewa yang diakui berdasarkan
metode garis lurus selama masa sewa, meskipun pembayaran sewa dilakukan dalam
jumlah yang tidak sama setiap periode.
2. TUJUAN AUDIT
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas biaya
dibayar dimuka dan pajak dibayar dimuka (prepaid expense dan prepaid taxes).
2. Untuk memeriksa apakah biaya yang mempunyai kegunaan untuk tahun
berikutnya sudah dicatat sebagai biaya dibayar dimuka.
3. Untuk memeriksa apakah biaya dibayar dimuka yang mempunyai kegunaan
untuk tahun berjalan telah dibebankan/ dicatat sebagai biaya tahun berjalan.
4. Untuk memeriksa apakah pajak dibayar dimuka didukung oleh bukti
setoran/pemungutan pajak yang sah dan lengkap sehingga bisa diperhitungkan
sebagai kredit pajak pada akhir periode.
5. Untuk memeriksa apakah penyajian biaya dan pajak dibayar dimuka dalam
laporan keuangan sudah sesuai dengan standart akuntansi keuangan di Indonesia
(SAK ETAP/IFRS).
Penjelasan atas tujuan Audit.
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas
biaya dan pajak dibayar dimuka. Jika akuntan pablik dapat meyakinkan
dirinya bahwa internal control atas biaya dan pajak dibayar dimuka berjalan
efektif, maka luasnya Audit dalam melakukan substantive test dapat
dipersempit.
Ciri internal control yang baik atas biaya dan pajak dibayar dimuka adalah:
Setiap pengeluaran untuk biaya dan pajak dibayar dimuka diotorisasi oleh pejabat
perusahaan yang berwenang.

AUDITING 1 Page 2
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

Setiap pengeluaran untuk biaya dan pajak dibayar dimuka didukung oleh bukti-
bukti yang sah dan lengkap.
Misalnya: polis asuransi, perjanjian sewa menyewa (lease agreement), kontrak
untuk advertensi, surat setoran pajak (SSP), faktur pajak masukan, bukti
pemotongan PPh 22,23 dan lainlain.
1. Untuk memeriksa apakah biaya yang mempunyai kegunaan untuk tahun
yang berikutnya sudah dicatat sebagai biaya dibayar dimuka. Maksudnya
adalah auditor harus memeriksa apakah bagian yang belum expired
(mempunyai kegunaan untuk periode yang akan datang) tidak dibebankan
sebagai biaya, tetapi dicatat sebagai biaya dibayar dimuka.
2. Untuk memeriksa apakah biaya dibayar dimuka yang mempunyai
kegunaan untuk tahun berjalan telah dibebankan/dicatat sebagai biaya tahun
berjalan. Maksudnya adalah auditor harus memeriksa apakah bagian yang
belum expired (masa manfaatnya sudah berlalu) sudah dibebankan sebagai
biaya tahun berjalan.
3. Untuk memeriksa apakah pajak dibayar dimuka didukung oleh bukti
setoran/pemungutan pajak yang sah dan lengkap sehingga bisa
diperhitungkan sebagai kredit pajak akhir periode.
4. Untuk memeriksa apakah penyajian biaya dan pajak dibayar dimuka
dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan di
Indonesia (SAKETAP/IFRS). Biasanya biaya dibayar dimuka yang
mempunyai masa manfaat kurang dari atau sama dengan satu tahun disajikan
sebagai aset lancer,sedangkan yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun
disajikan sebagai asset tak lancar.
3. PROSEDUR AUDIT
Prosedur audit dibagi atas prosedur compliance test dan prosedur substantive test.
Pembahasan prosedur audit untuk substantive test akan dibagi dalam beberapa
bagian, yaitu sewa dibayar dimuka, premi asuransi dibayar dimuka, biaya advertensi
dibayar dimuka dan pajak dibayar dimuka. Dalam praktiknya, prosedur audit yang
dibahas disini harus disesuaikan dengan kondisi perusahaan yang diaudit.

AUDITING 1 Page 3
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

Prosedur audit Untuk Compliance Test.


1. Pelajari dan evaluasi internal control atas biaya dan pajak dibayar dimuka:
Dalam hal ini internal control questionnaires(ICQ) yang digunakan tercakup dalam
internal control questionnaires atas pengeluaran kas dan setara kas.
• Apakah setiap pembayaran yang menyangkut biaya dan pajak dibayar dimuka
didukung oleh bukti-bukti sah dan lengkap.
• Apakah pembayaran tersebut diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang.
• Apakah bukti setoran pajak, faktur pajak masukan,bukti pemotong pajak oleh
pihak ketiga di file dengan baik dan rapih.
• Apakah lease agreement, insurance policy di file dengan baik dan rapih. Lakukan
tes transaksi (compliance test) atas biaya dan pajak dibayar dimuka. Yang
digunakan sebagai sampel biayanya adalah bukti pengeluaran kas dan bank dan
sampel cukup dipilih secara random.
2. Tarik kesimpulan mengenai internal control atas biaya dan pajak dibayardimuka.
Jika dari tes transaksi auditor tidak menemukan sesuatu kesalahan, maka auditor
bisa menyimpulkan bahwa internal control atas biaya dan pajak dibayar dimuka
berjalan efektif. Karena itu substantive test atas perkiraan biaya dan pajak dibayar
dimuka bisa dipersempit.
Prosedur Audit Substantive Sewa Dibayar Dimuka (Prepaid Rent).
1. Minta rincian (schedule) prepaid rent per tanggal neraca.
2. Check ketelitian perhitungan mathematis (mathematical accuracy).
3. Cocokan saldo awal prepaid rent per tanggal neraca dengan saldo buku
besar (general ledger) prepaid rent.
4. Cocokan saldo awal prepaid rent dengan kertas kerja Audit tahun lalu.
5. Lakukan vouching untuk pembayaran prepaid rent ditahun berjalan dan
periksa lease agreement (jika sudah dilakukan di compliance test,refer ke
kertas kerja compliance test).
6. Cocokkan total yang dibebankan sebagai biaya sewa ke buku besar biaya
sewa.Dalam hal ada biaya sewa yang langsung dibebankan ke perkiraan

AUDITING 1 Page 4
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

biaya sewa (tanpa melalui prepaid rent), jumlah biaya sewa dibuku besar
akan terlihat lebih besar.
7. Buat usulan audit adjustment jika diperlukan.
Prosedur Audit Substantive Premi Asuransi Dibayar Dimuka (Prepaid Insurance).
1. Minta rincian prepaid insurance per tanggal neraca.
2. Check mathematical accuracy.
3. Cocokan saldo prepaid insurance per tanggal neraca dengan saldo buku
besar (general ledger) prepaid insurance.
4. Cocokan saldo awal prepaid insurance dengan kertas kerja Audit tahun
lalu.
5. Lakukan vouching untuk pembayaran prepaid insurance ditahun berjalan,
perhatikan apakah ada discount untuk pembayaran tersebut.
6. Periksa polis asuransi dan cocokan data dalam polis asuransi dengan
rincian prepaid insurance.
7. Tie-up total yang dibebankan sebagai biaya asuransi ke buku besar biaya
asuransi.
8. Periksa apakah nilai pertanggungan (insurance coverage) cukup atau tidak
dalam arti tidak terlalu besardan tidak terlalu kecil.
9. Perhatikan apakah didalam polis asuransi terdapat BANKER’S CLAUSE,
maksudnya apakah dalam polis asuransi tersebut ada salah satu pasal yang
menyebutkan bahwa klau terjadi klaim, karena yang diasuransikan terbakar
atau hilang, maka ganti rugi harus dibayarkan kepada bank.
10. Buat usulan audit adjustment jika diperlukan.
Prosedur Audit Substantive Prepaid Advertising.
1. Minta rincian prepaid adverting per tanggal neraca.
2. Chek footing dan cocokan saldo akhir prepaid advertising ke buku besar
dan saldo awal ke kertas kerja Audit tahun lalu.
3. Periksa bukti pembayaran dan surat perjanjian (untuk iklan
diTV/Radio/Bill Board) dan bukti pembelian (untuk barang-barang
souvenir).

AUDITING 1 Page 5
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

4. Periksa kebenaran pembebanan ke biaya, untuk barang-barang souvenir


harus dilakukan stock opname (perhitungan fisik) pada akhir tahun.
Prosedur Audit Substantive Prepaid Taxes.
1. Minta rincian prepaid taxes per tanggal neraca. (rincian bisa per jenis
pajak atau dicampur).
2. Chek footing dan cocokan saldo akhirnya dengan buku besar.
3. Untuk pajak penghasilan, bandingkan angka prepaid taxes dirincian
dengan SPT PPh Badan.
4. Untuk pajak pertambahan nilai (PPN Masukan), bandingkan angka
prepaid taxes dirincian dengan SPT Masa.
Dalam top schedule biasanya si auditor harus mencantumkan kesimpulan dari hasil
Audit atas perkiraan tersebut, apakah menurut pendapat auditor, perkiraan tersebut
disajikan secara wajar atau tidak. Menurut SAK ETAP (IAI,2009:86,87):
Untuk sewa operasi, leeasse mengungkapkan hal-hal berikut:
a. Jumlah pembayaran sewa yang harus dibayar selama masa sewa.
b. Jumlah pembayaran sewa selama periode berjalan yang diakui sebagai
beban sewa.
c. Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa.
d. Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya
sehubungan dengan transaksi jual dan sewa balik.
e. Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa.
Sedangkan bagi lessor, pembayaran sewa selama tahun berjalan dari lesse
harus diakui sebagai pendapatan sewa. Pendapatan sewa harus diakui dan
diukur berdasarkan metode garis lurus sepanjang masa sewa, meskipun
pembayaran sewa guna usaha mungkin dilakukan dalam jumlah yang tidak
sama setiap periode.
LATIHAN SOAL

1. Definisikan biaya dan pajak dibayar dimuka! Jelaskan menggunakan pemahaman


anda perbedaan dan kesamaan dari biaya dibayar dimuka dan pajak dibayar dimuka!

AUDITING 1 Page 6
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

2. Uraikan tujuan-tujuan yang harus dicapai auditor dalam melakukan pemeriksaan


biaya dan pajak dibayar dimuka!

3. Menurut anda, prosedur apakah yang paling tepat untuk dilakukan dalam
melakukan pemeriksaan terhadap biaya dan pajak dibayar dimuka! Jelaskan!

DAFTAR PUSTAKA

Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan


Publik Buku 1 dan 2, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta, 2017
Mulyadi, Auditing Buku 1 dan 2 , Edisi 6, Salemba Empat,Jakarta, 2013
Alvin A. Arens, Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Buku 1 dan 2, Airlangga, Jakarta,
2006

AUDITING 1 Page 7
PERTEMUAN 05
LAPROAN AKUNTAN

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu:

1. Pengertian dan Jenis Pendapat Akuntan Publik

2. Kriteria dalam memberikan Opini Audit

3. Jenis Laporan Akuntan Publik

4. Pertimbangan Auditor atas Kemampuan Entitas dalam mempertahankan


kelangsungan hidupnya

B. URAIAN MATERI

1. Pengertian dan Jenis Pendapat Akuntan Publik

Laporan audit yang dibuat merupakan pertanggungjawaban auditor tugas


yang dilakukan dalam bentuk pendapat atau opini terhadap kewajaran laporan
keuangan yang diauditnya. Format laporan standar pada prinsip dengan tiga
paragraph yaitu pengantar, lingkup pemeriksaan, dan pendapat. Format
tersebut dapat disesuaikan menjadi paragraph lain tetapi terkait dengan
pemeriksaan.

Pendapat tersebut menurut PSA 29 SA Seksi 508 – Standar Profesional


Akuntan Publik per 31 Maret 2011, terdiri dari 5 pendapat, auditor akan
menyapaikan pendapat sesuai dengan hasil pemeriksaan yang akan
disampaikan kepada entitas. Pendapat tersebut adalah sebagai berikut:

1) Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)

2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan Bahasa penjelasan


(Unqualified Opinion with Explanatory Languange)

3) Pendapt wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)

4) Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)

5) Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclamer Opinion)

2. Kriteria dalam memberikan Opini Audit


1) Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)

Auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar,


dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan
ekvitas, dan arus kas suatu eritas sesuai dengan SAK/ETAP/IFRS.
Dengan kriteria atau alasan auditor memberikan pendapat ini adalah:

a) Bukti audit yang dibutuhkan telah terkumpul secara lengkap ataupun


mencukupi dan auditor sudah melakukan tugasnya sedemikian rupa,
sehingga ia dapat memastikan kerja lapangan telah ditaati.

b) Ketiga standar umum telah dipenuhi dan diikuti dalam perikatan kerja.

c) Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan GAAP (Generally


Accepted Accounting Principles)

d) Tidak adanya keadaan yang membuat auditor menambahkan paragraf


penjelas atau memodifikasi laporan

2) Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan Bahasa penjelasan


(Unqualified Opinion with Explanatory Languange).

Pendapat ini diberikan jika auditor diharuskan menambahkan paragraph


penjelas walaupun tidak memengaruhi pendapat wajar tanpa
pengecualian, seperti dalam keadaan :

a) Pendapat wajar sebagian berdasarkan atas laporan auditor


independen lain

b) Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena


keadaan yang luar biasa

c) Pertimbangan auditor terhadap rencana manajeman

d) Perubahan metode dalam dua peroide

e) Data keuangan tertentu belum disajikan/direview

f) Informasi lain dalam satu dokumen yang berisi laporan keuangan


secara material tidak konsisten.

g) Kurang konsistennya suatu entitas dalam menerapkan GAAP

h) Belum adanya aturan yang jelas sehingga laporan keuangan


menyimpang dari SAK

i) Di antara dua periode akuntansi terdapat perubahan yang material


dalam penerapan prinsip akuntansi

j) Data keuangan tertentu yang diharuskan ada oleh BAPEPAM tidak


disajikan

3) Pendapt wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)

Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan


keuangan menyajikan secara wajar, didalam semua hal material, posisi
keuangan, hasil usaha, perubahan ekvitas dan arus kas sesuai
SAK/ETAP/IFRS kecuali dampak hal yang berkaitan dengan yang
dikecualikan bila :

a) Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatas


terhadap lingkup audit

b) Auditor yakin atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi


penyimpangan dari SAK/ETAP/IFRS yang berdampak material

c) Pendapat wajar dengan pengecualian ini disampaikan harus dengan


jelas dan dengan alasan yang kuat.

4) Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)

Suatu pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak


menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekvitas
dan arus kas sesuai dengan SAK/ETAP/IFRS paragraph pendapat tidak
wajar harus berisi :

a) Semua alasan yang mendukung pendapat tidak wajar

b) Dampak utama hal yang menyebabkan pemberian pendapat tidak


wajar terhadap komponen laporan keuangan.
Lalu untuk kriteria atau alasan auditor memberikan opini ini adalah:

a) Laporan keuangan tidak disusun berdasar standar akuntansi


keuangan.

b) Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatas terhadap


lingkup audit
c) Laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak
dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan
keputusan

5) Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclamer Opinion)

Suatu pernyataan tidak memberikan pendapat bahwa editor


menyatakan pendapat atas laporan keuangan, auditor tidak menyatakan
pendapat bilamana ia tidak dapat merumuskan atau tidak merumuskan
suatu pendapat tentang kewajaran laporan keuangan sesuai
SAK/ETAP/IFRS. Kriteria atau alasan auditor memberikan pendapat ini
adalah:

a) Auditor tidak dapat melakukan pemeriksaan, di karnakan di batasi


ruang gerak nya dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan.

b) Auditor tidak memiliki keyakinan untuk nilai yang disajikan dalam


laporan keuangan, ada beberapa perusahaan yang nakal melakukan
manipulasi nilai penjualan tinggi walaupun bila di telusur kebukti
transaksi perusahaan dapat menyajikannya, tetapi pada saat
melakukan konfirmasi ke pihak external auditor mengalami kesulitan.

c) Auditor tidak dapat pembanding untuk nilai yang di sajikan, di


karnakan Standar Prosedur Internal yang di miliki perusahaan sangat
lemah sehingga auditor meragukan atas nilai yang di sajikan

d) Perusahaan yang sedang di audit sedang menjalani kasus hukum


yang di kuatirkan akan mempengaruhi laporan keuangan sebelumnya
yang nilainya cukup material, contonya perusahaan yang di audit
sedang menghadapi tuntutan hukum mengenai sengketa lahan
dimana proses persidangan masih berjalan.

e) Auditor tidak memiliki keyakinan akan bertahannya perusahaan di


masa mendatang, di karnakan kerugian yang berulang dan material
nilanya.

3. Jenis Laporan Akuntan Publik

1) Laporan Audit Bentuk Baku

Laporan audit bentuk baku harus menyebutkan laporan yang diaudit


dalam ; a) paragraf pengantar, b) paragraf lingkup audit, c) Parafgraf
pendapat auditor. Contoh Laporan Auditor Independen bentuk baku
adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Laporan audit bentuk baku


Gambar 2. Laporan Audit Bentuk Baku
Gambar 3. Laporan Audit Bentuk Baku atas Laporan Keuangan
Komparatif

2) Laporan Auditor Independen

Memburuknya kondisi ekonomi Indonesia berdampak signifikan terhadap


laporan keuangan suatu entitas di Indonesia, dampak tersebut perlu
dipertimbangkan oleh auditor dalam penyusunan laporan keuangan
auditnya, sehingga dapat diketahui dampaknya
terhadap laporan keuangan dan kelangsungan hidup
perusahaan, hal yang perlu di pertimbangkan :

• Dampak kondisi ekonomi terhadap kelangsungan hidup entitas

• Peristiwa yang mungkin timbul dari kondisi ekonomi

• Modifikasi laporan bentuk baku jika kondisi ekonomi mempengaruhi


kemampuan dan kelangsungan hidup entitas

Informasi yang diungkapkan oleh manajemen

• Gambaran memburuknya kondisi ekonomi Indonesia

• Tindakan manajemen terhadap memburuknya kondisi ekonomi

• Rencana tindakan manajemn yang belum diimplimentasikan

• Pernyataan penyelesaian memburuknya kondisi ekonomi sesuai


kebijakan Pemeritah.Pertimbangan Auditor atas Kemampuan Entitas
dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya

Contoh laporan audit independen atas dampak memburuknya


kondisi ekonomi Indonesia terhadap kelangsungan hidup entitas
Gambar 4. Laporan audit independen dampak buruk kondisi ekonomu
terhadap kelangsungan hidup entitas

4. Pertimbangan Auditor atas Kemampuan Entitas dalam mempertahankan


kelangsungan hidupnya

Dalam PSA No. 30 (IAPI, 2011: 341.1 – 342.7) antara lain dinyatakan

• Auditor bertanggung jawab untuk menevaluasi apakah terdapat


kesangsian terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan
kelangsungan hidupnya, dengan cara:

1) Auditor mempertimbangkan hasil prosedur dan penyelesaian auditnya,


terdapat kesangsian terhadap kemampuan enitas dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya.

2) Jika auditor yakin terdapak kesangsian, ia harus :

a. Memperoleh informasi rencana manajemen untuk mengurangi


dampak kondisi dan peristiwa tersebut

b. Menentukan kemungkinan efektifnya rencana yang akan di


laksanakan.

• Auditor tidak bertanggung jawab untuk memprediksi kondisi atau peristiwa


yang akan datang

• Auditor tidak perlu merancang prosedur audit dengan tujuan tanggal utnuk
mengidentifikasi kondisi dan peristiwa yang menunjukan adanya
kesangsian mengenai kemampuan perusahaan.

• Jika auditor yakin terdapat kesangsian besar, auditor harus mencari


informasi tentang rncana manajemen meliputi :

1) Rencana untuk menjual asset

2) Rencana penarikan utang atau restruktursasi utang

3) Rencana untuk mengurangi atau menunda pengeluaran

4) Rencana untuk menaikan modal pemilik

• Auditor harus mengevaluasi dan mempertimbangkan rencana- rencana


manajemen tersebut.

• Apabila setelah dipertimbangkan auditor tidak menyangsikan kemampuan


dan keberlangsungan hidup perusahaan maka auditor memberikan
pendapat wajar tanpa pengecualian.
• Auditor menyatakan tidak memberikan pendapat jika setelah dampak
kondisi dipertimbangkan, satuan usaha tidak memiliki rencana manajemen
atau auditor berkesimpulan rencana manajemen tidak efektif.
Dalam bagan alur untuk mengetahui apa yang harus diputuskan auditor
dalam memberikan pendapat jika ada dampak terhadap kelangsungan entias
adalah sebagai berikut:
5. LATIHAN SOAL
1. Apa yang harus dilakukan jika auditor dibatasi dalam pemeriksaannya?
2. Buatkan contoh laporan audit untuk pendapat tidak wajar!

6. DAFTAR PUSTAKA
• Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan
Publik Buku 1 dan 2, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta, 2012
• Mulyadi, Auditing Buku 1 dan 2 , Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2013
• Alvin A. Arens, Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Buku 1 dan 2 , Airlangga, Jakarta,
2006
PERTEMUAN 06
PENGENDALIAN INTERNAL (INTERNAL CONTROL)

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu:

1. Pengertian Pengendalian Internal

2. Hubungan Pengendalian Intern dengan Ruang Lingkup (Scope) Pemeriksaan

3. Evaluasi atas Pengendalian Intern

4. Keterbatasan Pengendalian Intern Entitas

B. URAIAN MATERI

1. Pengertian Pengendalian Internal

Menurut IAPI (2011 : 319.2) Pengendalian intern sebagai suatu proses yang
dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang ddesain
untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan
berikut ini :

a. keandalan pelaporan keuangan,

b. efektivitas dan efisiensi operasi, dan

c. kepatuhan terhadap hukum dan peraturan berlaku.


Pengendalian internal terdiri dari lima komponen yang saling berkaitan yaitu sebagai
berikut:

a. Lingkungan pengendalian

Lingkungan pengendalian merupakan corak suatu organisasi, landasan bagi


komponen-komponen lainnya, dengan menciptakan disiplin dan sistem.

b. Perhitungan Risiko

Pengelolaan dan perhitungan risiko yang dinilia manajemen atas perusahaannya


yang bertujuan untuk penyusunana laporan keuangan agar disajikan secara
wajar sesuai prinsip akuntansi

c. Aktivitas pengendalian

Merupakan pelaksanaan dari pengendalian yang telah ada yaitu kebijakan dan
prosedur agar manajemen yakin bahwa semua aktivitas perusahaan sesuai
dengan perintah tanpa menlanggar kebijakan dan prosedur.
d. Informasi dan komunikasi

Informasi yang diberikan pada laporan keuangan dan menyelenggarakan


pertanggung jawaban atas laporan keuangan tersebut. Dan komunikasi
menyangkut pemberian pemahaman tentang peran dan tanggung jawab masing-
masing individu tentang pengendalian internal

e. Pemantauan

Dari ke empat komponen yang sudah dijalankan diatas, kemudian di evaluasi dan
dinilai kualiatas dari sistem pengendalian setiap saat.

Berikut dijelaskan kembali penjabaran dari masing-masing komponen pengendalian


internal, yaitu sebagai berikut:

1) Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian mencakup hal-hal sebagai berikut:

a) Integritas dan nilai etika

b) Komitmen terhadap kompetensi

c) Partisipasi dewan komisaris atau komite audit

d) Struktur organisasi

e) Pemberian wewenang dan tanggung jawab

f) Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

2) Penaksiran Risiko

Risiko dalam pelaporan keuangan mencakup ke dalam peristiwa dan keadan


internal maupun eksternal perusahaan yang dapat terjadi secara negatif
mempengaruhi kemampuan entitas/perusahaan untuk mencatat, mengolah,
meringkas, dan melaporkan data keuangan yang konsisten dengan asersi
manajemen dalalm laporan keuangan. Risiko yang dapat timbul yaitu karena
keadaan sebagai berikut:

a) Perubahan dalam lingkungan operasi’

b) Personel baru

c) Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki

d) Teknologi baru

e) Lini produk, produk atau aktivitas baru


f) Restrukturisasi korporasi

g) Operasi luar negeri

h) Standar akuntansi baru

3) Aktivitas Pengendalian

Aktivitas membantu memastikan bahwa tindakan yang perlu dilakukan dalam


menanggulangi risiko dalam pencapaian entitas, sudah dilaksanakan. Umumnya
aktivitas ini relecan dengan audit yang digolongkan sebagai kebijakan dan
prosedur yang berkaitan sebagai berikut:

a) Review terhadap kinerja

b) Pengolahan informasi

c) Pengendalian phisik

d) Pemisahan tugas

4) Informasi dan Komunikasi

Kualitas informasi yang dihasilkan dari sistem tersebut berdampak terhadap


kemampuan manajemen untuk membuat keputusan semestinya dalam
mengendalikan aktivitas entitas dan menyiapkan laporan yang andal.

Kualitas komunikasi adalah komunikasi mencakup penyediaan suatu


pemahaman tentang peran dan tanggung jawab individual berkaitan dengan
pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan.

Auditor harus memahami dan mempunyai pengetahuan sistem informasi


mengenai pelaporan keuangan, yaitu sebagai berikut:

a) Golongan transaksi dalam operasional entitas dalam laporan keuangan

b) Bagaimana memulai transaksi tersebut

c) Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam laporan


keuangan termasuk ke dalam pengolahan dan pelaporan transaksi

d) Pengolahan akuntansi yang mumpuni mulai dari memasukannya ke dalam


laporan keuangan, alat yang digunakan untuk pembuatan laporan keuangan
melalui media elektronik (komputer dan data sistem lain) untuk mengakses
informasi.

5) Pemantauan

Setelah dilaksanakannya aktivitas pengendalian dan informasi yang sudah


dikomunikasikan tersebut, kemudian melakukan pemantauan atau proses
penentuan kualitas pengendalian internal yang sudah dijalankan sudah dapat
dikatakan baik, terus menerus, evaluasi secara terpisah, dan kombinasi
keduanya.
Jenis internal control yang digunakan dalam suatu organisasi tergantung pada
sifat dan proses kerja organisasi. Penting bahwa proses audit perusahaan
mengandung semua proses dan metode untuk menetapkan metode pengendalian
internal yang efektif. Berikut ini adalah berbagai jenis internal control dalam sebuah
bisnis.

1) Pengendalian preventif

Tujuan dari jenis pengendalian internal ini sama dengan namanya. Pengendalian
preventif dilakukan agar kesalahan dan anomali dapat dikendalikan dan
dihentikan sebelum terjadi dan menyebabkan kerusakan apa pun.

2) Pengendalian detektif

Jenis pengendalian ini dilakukan tanpa pemberitahuan sebelumnya dan tujuan


dari pengendalian internal jenis ini adalah untuk mengetahui semua anomali dan
kesalahan yang telah terjadi dalam organisasi.

3) Pengendalian korektif

Seperti namanya, pengendalian korektif dilakukan untuk mengetahui anomali dan


kesalahan yang terjadi dalam proses bisnis dan kemudian tindakan korektif
diambil untuk menghapusnya atau memperbaikinya agar proses bisnis bebas dari
kesalahan lagi.

2. Hubungan Pengendalian Intern dengan Ruang Lingkup (Scope) Pemeriksaan

Jika pengendalian intern suatu satuan usaha lemah, maka kemungkinan


terjadinya kesalahan, ketidakakuratan ataupun kecurangan dalam perusahaan sangat
besar. Bagi akuntan publik, hal tersebut menimbulkan risiko cukup besar, dalam arti
risiko untuk memberikan opini tidak sesuai dengan kenyataan, jika auditor kurang
hati-hati dalam melakukan pemeriksaan dan tidak cukup banyak mengumpulkan
bukti–bukti yang mendukung pendapat yang diberikannya.

Untuk mencengah kemungkinan tersebut, jika dari hasil pemahaman dan


evaluasi atas pengendalian intern perusahaan, auditor menyimpulkan bahwa
pengendalian intern tidak berjalan efektif, maka auditor harus memperluas scope
pemeriksaannya pada waktu melakukan subtantive test. Misalnya:
a. Pada waktu mengirimkan konfirmasi piutang jumlah konfirmasi yang dikirim
harus lebih banyak.

b. Pada waktu melakukan observasi atas stock opname, tes atas perhitungan fisik
persediaan harus lebih banyak.

Sebaliknya jika auditor menyimpulkan bahwa pengendalian intern berjalan efektf,


maka scope pemeriksaan pada waktu melakukan subtantive test bisa dipersempit.

3. Evaluasi atas Pengendalian Intern

Auditor harus mendokumentasikan pemahamannya tentang komponen pengendalian


intern entitas yang diperoleh untuk merencanakan audit. Bentuk dan isi dokumen
dipengaruhi oleh ukuran dan kompleksitas entitas, serta sifat pengendalian intern
entitas. Pemahaman dan evaluasi atas pengendalia intern merupakan bagian yang
sangat penting dalam proses pemeriksaan oleh akuntan public. Karena baik buruknya
pengendalian intern akan memberikan pengaruh yang besar terhadap:

a. Keamanan harta perusahaan

b. Dapat dipercayai atau tidaknya laporan keuangan perusahaan

c. Lama atau cepatnya proses pemeriksaan akuntan

d. Tinggi rendahnya audit fee

e. Jenis opini yang akan diberikan akuntan public

Seorang akuntan publick dapat mengukur pengendalian internal suatu perusahaan


dengan beberapa cara yaitu

1) Internal Control Question : pertanyaan-pertanyaan seputar pengendalian internal


yang disesuaikan dengan kebijakan dan prosedur baik dalam perusahaan
maupun pemerintah dan kebijakan lainnya. Pertanyaan ini hanya membutuhkan
jawaban YA, TIDAK atau TIDAK RELEVAN. Jika pertanyaan-pertanyaan tersebut
sudah disusun dengan baik, maka jawaban “YA” akan menunjukkan ciri internal
control yang baik, “Tidak” akan menunjukkan ciri internal control yang lemah,
“Tidak Relevan” berarti pertanyaan tersebut tidak relevan untuk perusahaan
tersebut.

ICQ biasanya dikelompokkan sebagai berikut:

a) Umum

Pertanyaan mengenai struktur organisasi, pembagian tugas dan tanggung


jawab (jobdesk), akta-akta perusahaan dan pertanyaan umum tentang
perusahaan

b) Akuntansi

Pertanyaan mengenai pembukuan perusahaan, misal pembukuan dicatat


manual atau komputerisasi, jumlah dan kualifikasi akunting dan lainnya.

c) Siklus Penjualan-Piutang-Penerimaan Kas

Pertanyaan mengenai sistem dan prosedur dalam siklus penjualan( tunai dan
kredit), utang dan kas keluar

d) Siklus Pembelian-Utang-Pengeluaran Kas

Pertanyaan mengenai sistem dan prosedur dalam siklus pembelian (tunai


dan kredit, utang dan kas keluar

e) Persediaan

Pertanyaan mengenai sistem dan prosedur penyimpanan dan pengawasan


stock, pencatatan, penilaian stock dan stock opname

f) Surat Berharga

Pertanyaan mengenai surat berharga, otorisasi pembelian dan penjualan


serta penilaian atas surat berharga

g) Aset Tetap

Pertanyaan mengenai sistem dan prosedur, penambahan dan pengurangan


aset tetap, pencatatan, penilain dan lainnya

h) Gaji dan Upah

Pertanyaan mengenai kebijakan personalia (human resources development),


pembayaran gaji dan upah

Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan ICQ adalah:

i) Auditor harus menanyakan langsung pertanyaan-pertanyaan di ICQ kepada


staff klien dan kemudian mengisi sendiri jawabannya, jangan sekedar
menyerahkan ICQ kepada klien untuk diisi.

j) Untuk repeat angangement (penugasan yang berikutnya) ICQ tersebut harus


dimutakhirkan berdasarkan hasil Tanya jawab dengan klien.

k) Ada kecenderungan bahwa klien akan memberikan jawaban seakan- akan


pengendalian intern sangat baik.
Karena itu auditor harus melakuakn compliance test untuk membuktikan
efektivitas dari pengendalian intern klien.

Contoh ICQ umum

4. Flow Chart : arus bagan yang menggambarkan suatu proses daru suatu unit atau
bagian dan divisi yang seharusnya alur tersebut sesuai dengan prosedur dan
kebijakan yang ada, missal flow chart sistem dan prosedur pembelian, pengeluaran
kas, penjualan dan lain sebagainya. Setelah flowchart dibuat lalu auditor harus
melakukan walk through atau pengambilan sampel dokumen dan membandingkan
perjalanan atau arus nya sesuai dengan apa yang telah digambarkan.

Untuk auditor yang terlatih baik, penggunaan flow chart lebih disukai, karena
auditor bias cepat melihat apa saja kelemahan- kelemahan dan kebaikan-kebaikan
dari suatu system dan prosedur. Setelah flow chart dibuat, auditor harus melakukan
walk through, yaitu mengambil dua atau tiga dokumen untuk mentest apakah
prosedur dijalankan sesuai dengan apa yang digambarkan dalam flow chart.
Contoh Flow chart

5. Narrative : merupakan memo yang berisikan tentang cerita auditor mengenai


prosedur akuntansi dan lain sebagainya yang berlaku pada perusahaan tersebut,
untuk narrative biasa digunakan untuk perusahaan kecil yang pembukuannya
secara sederhana.

Contoh Narrative:
6. Keterbatasan Pengendalian Intern Entitas

Terlepas dari bagaimana bagusnya desain dan operasinya, pengendalia intern


hanya dapat memberikan keyakinan memadai bagi manajemen dan dewan komisaris
berkaitan dengan pencapaian tujuan pengendalian intern entitas. Kemungkinan
pencapaian tersebut dipengaruhi oleh keterbatasan bawaa yang melekat dalam
pengendalian intern. Hal ini mencakup kenyataan bahwa pertimbangan manusia
dalam pengambilan keputusan dapat salah dan bahwa pengendalian intern dapat
rusak karena kegagala yang bersifat manusiawi tersebut, seperti kekeliruan atau
kesalahan yang sifatnya sederhana.

Disamping itu pengendalian dapat tidak efektif karena adanya kolusi diantara
dua orang atau lebih atau manajemen mengesampingkan pengendalian intern. Factor
lain yang memebatasi pengendalian intern adalah biaya pengendalian intern entitas
tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian tersebut. Meskipun
hubungan manfaat-biaya merupakan criteria utama yang harus dipertimbangkan
dalam pendesainan pengendalian intern, pengukuran secara tepat biaya dan manfaat
umumnya tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu,Manajemen melakukan estimasi
kualitatif dan kuantitatif serta pertimban gan dalam menilai hubungan biaya manfaat
tersebut.

Tabel 1. Gambaran pemahamn dan evaluasi penegndalian internal


7. LATIHAN SOAL
1. Buatlah contoh mengevaluasi pengendalian internal dengan menggunakan ICQ?
2. Coba lah cari prosedur suatu fungsi/divisi dan gambarkan menggunakan flowchart
dari prosedur tersebut!
3. Apakah pengendalian intern itu, dan mengapa pengendalian intern diperlukan
perusahaan?
8. DAFTAR PUSTAKA
• Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan
Publik Buku 1 dan 2, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta, 2012
• Mulyadi, Auditing Buku 1 dan 2 , Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2013
• Alvin A. Arens, Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Buku 1 dan 2 , Airlangga, Jakarta,
2006
PERTEMUAN 07
AUDIT PLAN, AUDIT PROGRAM, AUDIT PROCEDURES, AUDIT TEKNIK

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu:

1. Audit Plan (Perencanaan Pemeriksaan)

2. Audit Program

3. Audit Procedur

4. Audit Teknik

B. URAIAN MATERI

1. Audit Plan (Perencanaan Pemeriksaan)

Standar pekerjaaan lapangan pertama “ pekerjaan harus direncanakan sebaik-


baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya “
Perencanaan dan supervisi berlangsung terus-menerus dalam audit, dan prosedur
yang berkaitan sering kali tumpang tindih (overlap). Auditor sebagai penanggung
jawab akhir atas audit dapat mendelegasikan sebagai fungsi perencanaan dan
supervisi auditnya kepada staf lain dalam kantor akuntannya (asisten).

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan


dan lingkup audit yang di harapkan. Dalam perencanaan audit, auditor harus
mempertimbangkan antara lain:

a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis satuan usaha tersebut dan industri di
mana satuan usaha tersebut beroperasi didalamnya.

b. Kebijakan dan prosedur akuntansi satuan usaha tersebut.

c. Metode yang di gunakan oleh satuan usaha tersebut dalam mengolah informasi
akuntansi yang singfikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk
mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan.

d. Penetapan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.

e. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.

f. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian (adjustment)

g. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit,


seperti risiko kekeliruan dan ketidak beresan yang material atau adanya transaksi
antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
h. Siat laporan audit yang diharpkan akan diserahkan kepada pemberi tugas
(sebagai contoh, laporan audit tentang laporan keuangan konsolidasi, laporan
khusus untuk mengambarkan kepatuhan klien terhadap kontrak/ perjaanjian).

Prosedur yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam perencanaan dan


supervisi meliputi:

a. Mereview arsip korespondensi, kertas kerja, arsip permanen, laporan keuangan,


dan laporan audit tahun lalu.

b. Membahas masalah-masalah yang berdampak terhadap audit dengan staf kantor


akuntan yang bertanggung jawab atas jasan non audit bagi satuan usaha.

c. Mengajukan pertanyaan tentang perkembangan bisnis saat ini yang berdampak


terhadap satuan usaha.

d. Membaca laporan keuangan interim tahun berjalan.

e. Membicarakan tipe, luas dan waktu audit dengan manajemen, dean komisaris,
atau komite audit.

f. Mempertimbangkan dampak di terapkannya pernyataan standar akuntansi dan


standar auditing yang ditetapkan ikatan akuntan indonesia, terutama yang baru.

g. Mengkordinasikan bantuan dari pegawai satuan usaha dalam penyiapan data.

h. Menentikan luasnya keterlibatan, jika ada, konsultan, spesialis, dan auditor intern.

i. Membuat jadwal pekerjaan audit (time schedule).

j. Menentukan dan mengkoordinasikan kebutuhan staf audit.

k. Melaksanakan diskusi dengan pihak pemberi tugas untuk memperoleh tambahan


informasi tentang tujuan audit yang akan dilaksanakan sehingga auditor dapat
mengantisipasi dan memberikan perhatian terhadap hal-hal yang berkaitan yang
dipandang perlu.

Pengetahuan mengetahui tentang bisnis klien, membantu auditor dalam:

a. Mengidentifikasikan bidang yang memerlukan pertimbangan khusus.

b. Menilai kondisi yang didalamnya data akuntansi yang dihasilkan, diolah, direview
dan dikumpulkan dalam organisasi.

c. Menilai keajaran estimasi, seperti penilaian atas persediaan,


depresiasi, penyisihan pitang ragu-ragu, persentase penyelesaian kontrak
jangka panjang.

d. Menilai kewajaran representasi manajemen.

e. Mempertimbangkan kesesuaian standar akuntansi yang


diterapkan dan kecukupan pengungkapannya.

Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten yang terkait dalam


pencapaian tujuan audit dan menentukan apakah tujuan tersebut tercapai.

Pekerjaan yang dilaksanakan oleh asisten harus di riview untuk menentukan


apakah pekerjaan tersebut telah dilaksanakan secara memadai dan menilai apakah
hasil sejalan dengan kesimpulan yang disajikan dalam laporan audit.

Auditor harus menyusun audit plan, segera setelah angagement letter disetujui
oleh klien.

Isi dari audit plan mencakup:

1. Hal-hal mengenai klien.

a. Bidang usaha klien, alamat, nomor telpon, faksimile dan lain-lain.

b. Status hukum perusahaan (berdasarkan akta pendirian)

1) Nama pemilik

2) Permodalan

c. Accounting policy (kebijakan akuntansi)

1) Buku-buku yang digunakan:

a) Buku penjualan

b) Buku pembelian

c) Buku memorial

2) Metode pembukuan

a) Manual

i. Tulis tembus

ii. Biasa

b) Komputer

c) Mesin pembukuan

d) Komentar mengenai mutu pembukuan secara umum (membantu


dalam menyusun budget dan pemeliharaan tenaga-tenaga yang
akan ditugaskan di klien tersebut).

d. Laporan posisi keuangan (neraca) komparatif dan perbandingan penjualan,


laba/rugi tahun lalu dan sekarang. Perbandingan antara laporan posisi
keuangan (neraca) tahun sekarang/ bulan trakhir tahun sekarang agar
diperoleh gambar mengenai ukuran besar kecilnya perusahaan.

e. Client contact

Yaitu mengenai nama dari orang-orang yang akan sering dihubungi auditor.
Misalnya:

1) Presiden direktur

2) Controller, chief accountant

Sealin itu perlu juga diketahui penasihat hukumnya siapa berikut alamat,
nomor telpon, aks, dan email address

f. Accounting, auditing & tax problem

Harus diperjelas persoalan-persoalan yang (mungkin) akan dihadapi oleh klien,


seperti:

1) Accounting problem, misalnya:

• Perubahan metode pencatatan dari manual ke komputer.

• Revaluasi ixed asset.

• Perubahan metode atau tarif penyusutan.

2) Auditing problem

• Hasil konfirmasi tahun lalu tidak memuaskan.

• Perubahan accounting policy

3) Tax problem

• Masalah restitusi, kekurangan penyetoran.

• Adanya 2 pembukuan didalam perusahaan

2. Hal-hal yang mempengaruhi klien

Bisa di dapat dari majalah-majalah ekonomi/surat kabar, antara lain: business


news, ekonomi keuangan indonesia. Contoh adanya peraturan-peraturan baru
yang dapat mempengaruhi klien.
3. Rencana kerja auditor

Hal-hal yang penting antara lain:

a. Staffing

• Nama partner

• Nama manager

• Nama supervisor

• Nama senior

• Nama asisten

b. Waktu pemeriksaan

1) Waktu dimulainya suatu pemeriksaan

2) Berapa lama aktu pemeriksaan

3) Dead line, dalam arti laporan pemeriksaan:

• Selesai kapan?

• Dikirim kemana dan waktu sampainya kapan?

• Kepada siapa report itu dikirim?

4) Budget, baik dalam jumlah jam kerja maupun biaya pemeriksaan. Tari
yang dibebankan kepada klien antara lain:

• Tarif masing-masing staf dan taksiran jumlah jam kerja masing-


masing staf, antara lain: partner, manager, senior, junior, budget per
section/area.

(misalnya pemeriksaan piutang 60 jam), terdiri atas: 10 jam incarge, 50


jam asisten.

c. Jenis jasa yang diberikan

a) General audit

b) Special audit

c) Bantuan administrasi

d) Menyusun laporan posisi keuangan (neraca)/laba rugi (L/R


komprehensif)

e) Perpajakan
Hal-hal tambahan:

d. Bantuan-bantuan yang dapat diberikan klien.

1. Mengisi formulir konfirmasi piutang, utang

2. Membuat schedule-schedule:

• Aging schedule

• Rincian aset tetap

• Rincian utang dan piutang

• Rincian biaya yang harus di bayar

e. Time schedule Misal:

Bulan november:

1) Review internal control.

2) Tentative audit program (audit program sementara)


Bulan desember:

1) Cash count.

2) Observasi persediaan.

3) Dan lain-lain.

Pada time schedule juga ditulis siapa yang mengerjakan dan berapa jam kira-
kira waktu yang dibutuhkan.

Pada akhir audit plan dituliskan:

1) Dibuat oleh:

2) Review oleh:

3) Approved oleh:

Contoh gambaran Audit Plan


2. Audit Program

Setelah audit plan disusun, tetapi sebelum pemeriksaan lapangan di mulai,


auditor harus menyusun audit program yang merupakan kumpulan dari prosedur audit
yang akan di jalankan dan dibuat secara tertulis.

Audit program membantu auditor dalam memberikan perintah kepada asisten


mengenai pekerjaan yang harus dilaksanakan. Audit program harus mengariskan
dengan rinci, prosedur audit yang menurut keyakinan auditor di perlukanuntuk
mencapai tujuan audit.

Audit program yang baik harus mencantumkan:

• Tujuan pemeriksaan

• Prosedur audit yang akan dijalankan

• Kesimmpulan pemeriksaan

Sebagian KAP mengunakan audit program yang sudah di standarisasidan


digunakan setiap klienya, sebagian lagi menggunakan audit programyang disusun
sesuai kondisi dan situasi di perusahaan (tailor made). Akan lebih baik jika audit
program dibuat terpisahuntuk compliance test dan subtantive test.

Contoh Audit Program compliance test

Contoh Audit Program Substantif test


3. Audit Prosedur

Audit procedures adalah langkah-langkah yang harus dijalankan auditor dalam


melaksanakan pemeriksaannya dan sangat di perlukan oleh asisten agar tidak
melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif.

Audit prosedures dilakukan dalam rangka mendapatkan bahan-bahan bukti


(audit evidence) yang cukup untuk mendukung pendapat auditor atas kewajaran
laporan keuangan.

4. Audit Teknik

Untuk mendapatkan bahan-bahan bukti (audit evidence) yang cukup untuk


mendukung pendapat auditor atas kewajaran laporan keuangan, maka diperlukan
audit teknik, yaitu cara untuk memperoleh audit evidence seperti : konfirmasi,
observasi, inspeksi, tanggung jawab (inquiry) dan lain-lain.

1) Inspecting, meliputi pemeriksaan atau penelitian secara cermat atas dokumen


dan catatan secara detail. Juga meliputi pemeriksaan fisik atas aktiva berwujud
untuk memperoleh pengetahuan langsung mengenai eksistensi dan kondisi
(menilai physical evidence).

2) Confirming, suatu bentuk pengajuan pertanyaan yang memungkinkan auditor


memperoleh informasi secara langsung dari sumbernya yang independen.
Prosedur audit ini menghasilkan confirmation evidence.

3) Inquiring, suatu bentuk pengajuan pertanyaan lisan atau tertulis kepada pihak
internal (manajemen) atau eksternal (pengacara) perusahaan. Prosedur audit ini
menghasilkan oral evidence atau written representation.

4) Counting, teknik pemeriksaan dengan melakukan penghitungan kembali atas


aktiva berwujud, misalnya penghitungan kas atau persediaan. Prosedur audit ini
digunakan untuk menilai physical evidence.

5) Observing, yaitu cara memeriksa dengan mengamati langsung suatu aktivitas


dimana subjek pemeriksaannya meliputi personel, prosedur, dan proses.
Prosedur audit ini memungkinkan auditor memperoleh pengetahuan langsung
atas aktiva dalam bentuk physical evidence.

6) Tracing, teknik pemeriksaan dengan cara menelusuri proses suatu kegiatan


untuk menentukan apakah transaksi telah dicatat dengan benar. Arah pengujian
dari dokumen ke catatan. Prosedur audit ini berhubungan dengan documentary
evidence, untuk mendeteksi completeness.

7) Vouching, teknik pemeriksaan dengan menginspeksi dokumen yang digunakan


sebagai dasar pencatatan untuk menentukan validitas dan kecermatan
pencatatan. Arah pengujian dari catatan ke dokumen. Prosedur audit ini untuk
mendeteksi existence.

8) Reperforming, teknik pemeriksaan dengan cara mengulang kembali


penghitungan dan rekonsiliasi yang telah dibuat oleh klien, misalnya menghitung
kembali penjumlahan dan perkalian. Prosedur audit ini menghasilkan
mathematical evidence.

9) Analytical procedures, studi dan perbandingan hubungan antara data meliputi


penggunaan ratio, analisa, perbandingan, dan strategi regresi. Prosedur audit ini
menghasilkan analytical evidence.

10) Computer Assisted Audit Techniques, penggunaan program software untuk


membantu auditor dalam melaksanakan prosedur-prosedur audit tertentu bagi
klien yang akuntansinya telah computerized.

5. LATIHAN SOAL

1. Jelaskan pengertian perencanaan audit, prosedur audit dan teknik audit

2. Buatlah time schedule terhadap pemeriksan


3. Jelaskan mengapa bisnis klien harus masuk dalam perencanaan audit

6. DAFTAR PUSTAKA
• Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan
Publik Buku 1 dan 2, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta, 2012
• Mulyadi, Auditing Buku 1 dan 2 , Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2013
• Alvin A. Arens, Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Buku 1 dan 2 , Airlangga, Jakarta,
2006
PERTEMUAN 08
RISIKO AUDIT

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu:

1. Pengertian Risiko Audit

2. Komponen Risiko Audit

3. Hubungan Antar Materialitas, Risiko Audit dan Bukti Audit

4. Model Perhitungan Risiko Audit

B. URAIAN MATERI

1. Pengertian Risiko Audit

Setiap pekerjaan dapat dipastikan mengandung risiko. Risiko dapat diartikan


sebagai suatu kemungkinan timbulnya kejadian atau peristiwa yang tidak diinginkan.
Dalam proses audit atas laporan keuangan, seorang auditor juga dihadapkan pada
risiko audit.

Risiko yang dihadapi oleh seorang auditor adalah berupa kemungkinan adanya
kesalahan yang dibuat oleh seorang auditor dalam memberikan pendapat atas
laporan keuangan yang diauditnya. Standar Auditing 312.02 merumuskan risiko audit
sebagai risiko yang terjadi dalam hal auditor tanpa disadari tidak memodifikasikan
pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material”. Dengan kata lain, risiko audit merupakan
kemungkinan masih terdapatnya kesalahan yang material dalam laporan keuangan
setelah proses audit selesai dan laporan wajar tanpa pengecualian (WTP) diterbitkan.

Risiko audit merupakan sesuatu yang tidak dapat diabaikan oleh seorang
auditor. Seorang auditor harus sanggup menghadapi risiko audit. Oleh karena itu,
seorang auditor harus menetapkan kesanggupannya dalam menghadapi risiko audit.
Ukuran kesanggupan seorang auditor untuk menerima risiko audit disebut Acceptable
Audit Risk (AAR). Dengan demikian, Acceptable Audit Risk (AAR)merupakan
kesanggupan seorang auditor untuk menerima kemungkinan masih terdapatnya
kesalahan yang material dalam laporan keuangan setelah proses audit selesai dan
laporan wajar tanpa pengecualian (WPT) diterbitkan.

2. Komponen Risiko Audit

Risiko audit terdiri dari tiga komponen, yaitu: Risiko bawaan (inherent risk), risiko
pengendalian (control risk), dan risiko deteksi (detection risk). Berbagai risiko yang
terkait dengan risiko audit tersebut semuanya berhubungan dengan kemungkinan
terdapatnya kesalahan dalam laporan keuangan. Berikut ini adalah penjelasan
singkat mengenai risiko-risiko tersebut.

a. Risiko Inheren (Inheren Risk)

Risko inheren (inheren risiko) merupakan suatu ukuran yang dipergunakan


oleh auditor dalam menilai adanya kemungkinan bahwa terdapat sejumlah salah
saji yang material (kekeliruan atau kecurangan) dalam suatu segmen sebelum ia
mempertimbangkan keefektifan dan pengendalian intern yang ada. Dengan
mengasumsikan tiadanya pengendalian intern, maka risiko inheren ini dapat
dinyatakan sebagai kerentanan laporan keuangan terhadap timbulnya salah saji
yang material. Jika auditor, dengan mengabaikan pengendalian intern,
menyimpulkan bahwa terdapat suatu kecenderungan yang tinggi atas
keberadaan sejumlah salah saji, maka auditor akan menyimpulkan bahwa tingkat
risiko inherennya tinggi.

Hubungan antara risiko dengan risiko deteksi terencana serta dengan bukti
audit yang direncanakan adalah sebagai berikut : risiko inheren saling
berlawanan dengan risiko deteksi terencana serta memiliki hubungan yang
searah dengan bukti audit.

Selain semakin meningkatnya bukti audit yang diperlukan untuk suatu


tingkat risiko inheren yang lebih tinggi dalam suatu area audit tertentu,
merupakan hal yang umum dilakukan pula untuk menugaskan staf yang telah
memiliki lebih banyak pengalaman untuk melakukan audit pada area tersebut
serta melakukan riview yang lebih mendalam pada kertas kerja yang telah selesai
dibuat. Sebagai contoh : jika risiko inheren atas keusangan persediaan sanagt
tinggi, maka sangatlah masuk akal bila kantor akuntan publik memilih staf yang
berpengalaman untuk melakukan sejumlah tes yang lebih mendalam atas
keusangan persediaan ini dan melakukan review yang lebih cermat atas hasil-
hasil yang diperoleh dari audit ini.

Sudah menjadi pemahaman publik bahwa inherent risk adalah diluar


jangkauan auditor dalam melakukan pencegahan. Bahkan, juga diluar kendali
pihak auditee sendiri. Dengan kata lain, auditor hanya bisa menemukan tetapi
tidak bisa melakukan apa-apa. Beberapa ciri IR yg tinggi, antara lain:

1) Terjadi profitabilitas dan kinerja laporan keuangan yang terus menurun;

2) Terjadi kekurangan modal kerja; dan


3) Tingginya asset menganggur (tidak menghasilkan)

Pada awal audit tidak banyak yang bisa diperbuat untuk mengubah
Inherent risk. Sebaliknya, auditor harus menetapkan faktor-faktor pembentuk
risiko tersebut dan memodifikasi bahan bukti audit. Faktor- faktor utama dibawah
ini harus ditelaah dalam menetapkan Inherent risk:

1) Sifat bidang usaha klien (nature of the client’s business)

Risiko bawaan (Inherent risk) dalam beberapa hal dipengaruhi oleh sifat
bidang usaha dari perusahaan klien sendiri. Misalnya, akan lebih besar
kemungkinan usangnya persediaan pada pabrik elektronik daripada
peleburan baja. Atau piutang pinjaman yang diberikan oleh lembaga
keuangan kecil akan lebih rendah kolektibilitasnya daripada pinjaman oleh
Bank. Risiko bawaan (Inherent risk) tiap jenis usaha akan lebih bervariasi
pada akun seperti persediaan, piutang usaha, piutang pinjaman, tanah dan
bangunan. Sifat usaha ini akan kurang pengaruhnya untuk akun kas, wesel
tagih dan utang hipotek.

2) Integritas manajemen (management integrity)

Jika manajemen didominasi satu atau beberapa orang yang integritasnya


kurang, maka kemungkinan bahwa laporan keuangan disalah sajikan akan
lebih besar. Contohnya, kurangnya integritas manajemen ditemukan dalam
kebanyakan kasus dimana auditor menghadapi kasus tuntutan hukum.
Auditor mengambil risiko profesional dan hukum yang besar jika mereka
menerima penugasan dari klien yang integritasnya kurang, dan banyak
kantor akuntan publik tidak akan menerima penugasan demikian.

Seringkali manajemen memiliki tingkat integritas tertentu yang memadai


tetapi tidak dapat disebut jujur dalam semua hal. Misalkan manajemen
mengurangkan artikel aktiva tetap sebagai beban perbaikan dan
pemeliharaan dalam SPT, atau tidak memberitahu pelanggan bahwa klien
menerima dua kali pembayaran untuk transaksi yang sama. Auditor harus
mengevaluasi dahulu apakah ia akan menerima penugasan dari klien
semacam itu, jika ya, harus ditetapkan tingkat risiko bawaan (Inherent risk)
yang tinggi untuk semua segmen dalam penugasan untuk menguji
kemungkinan salah saji yang disengaja

3) Motivasi klien (Client’s motivation)

Dalam situasi tertentu, manajemen dapat merasa bahwa akan lebih


menguntungkan mensalahsajikan laporan keuangan. Misalkan jika
manajemen akan menerima persentase dari laba sebagai bonus, mungkin
terjadi kecenderungan untuk melebih sajikan laba bersih. Demikian pula
kalau suatu utang obligasi mensyaratkan rasio likuiditas tertentu, klien
mungkin berkeinginan untuk melebih sajikan aktiva lancar dan mengkurang
sajikan utang lancar untuk memenuhi hal tersebut. Juga , perlu
dipertimbangkan motivasi untuk mengurang-kan sajikan laba sebelum pajak
untuk mengurangi pajak yang harus dibayar. Jadi kalau manajemen tidak
memiliki integritas yang tinggi, motivasi tertentu bisa membuat mereka
mensalah sajikan laporan keuangan. Dengan demikian, jika auditor
menganggap bahwa penyajian laporan keuangan telah

dicampuri oleh motivasi klien, ia harus menetapkan risiko bawaan


(Inherent risk) yang tinggi.

4) Hasil audit tahun sebelumnya (result of previous audits)

Salah saji yang terjadi pada audit sebelumnya memiliki kemungkinan untuk
terjadi lagi dalam audit tahun berjalan. Ini disebabkan beberapa salah saji
mempunyai sifat yang sistemis dan organisasi cenderung lamban melakukan
pengubahan untuk mengatasinya. Maka auditor harus dianggap lalai jika
tidak memperhatikan hasil audit tahun sebelumnya dalam audit program
tahun berjalan. Jika misalnya pada tahun sebelumnya ditemukan banyak
salah saji pada penetapan harga, kemungkinan besar risiko bawaan
(Inherent risk) akan tinggi dan pengujian ekstensif harus dilakukan tahun
berjalan untuk memeriksa apakah kelemahan dalam sistem klien ini telah
diperbaiki. Akan tetapi kalau pada beberapa tahun sebelumnya tidak ditemui
salah saji apapun, auditor dibenarkan untuk mengurangi risiko bawaan
(Inherent risk), dengan catatan tidak ada perubahan keadaan yang relevan.

5) Penugasan pertama atau penugasan ulang (initial versus repeat


engagement)

Auditor akan memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai


kemungkinan terjadinya salah saji setelah mengaudit sebuah klien untuk
beberapa tahun. Tidak ada pengalaman sebelumnya biasanya membuat
auditor menetapkan tingkat risiko bawaan (Inherent risk) yang lebih tinggi
dari pada penugasan ulang tanpa salah saji yang material. Kebanyakan
auditor menetapkan risiko bawaan (Inherent risk) yang tinggi pada
penugasan pertama, dan menguranginya pada tahun-tahun berikutnya
setelah memperoleh pengalaman

6) Transaksi hubungan istimewa (related parties transaction)

Transaksi antara induk perusahaan dengan anak perusahaan atau antara


perusahaan dengan pribadi manajemennya adalah contoh hubungan
istimewa seperti yang didefinisikan PSAK 7. Transaksi yang dilakukan dua
pihak yang independen dan dilaksanakan secara normal tidak termasuk
dalam definisi ini. Dalam hal transaksi semacam ini terjadi, auditor harus
meningkatkan risiko bawaan (Inherent risk) klien yang bersangkutan

7) Transaksi tidak rutin (nonroutine transactions)

Transaksi yang tidak biasa akan lebih besar kemungkinannya untuk tidak
dicatat dengan benar karena kurangnya pengalaman klien dalam
penanganannya. Contohnya adalah kerugian karena kebakaran, pembelian
tanah dan bangunan yang besar atau persetujuan sewa guna usaha.
Transaksi tidak rutin mengandung risiko bawaan (Inherent risk) yang lebih
tinggi dari pada transaksi rutin.

8) Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi


secara benar ( judgement required correctly record account balances and
transaction)

Banyak akun yang melibatkan unsur estimasi dan pertimbangan manajemen.


Contohnya adalah penyisihan piutang tertagih, usangnya persediaan,
kewajiban pembayaran garansi, dan cadangan kredit tak tertagih. Demikian
pula transaksi perbaikan besar-besaran atau penggantian aktiva merupakan
contoh diperlukannya pertimbangan untuk mencatat transaksi dengan benar.
Semakin diperlukan pertimbangan dalam mencatat akun atau transaksi
dengan benar, risiko bawaan (Inherent risk) semakin tinggi.

9) Kerentanan terhadap kecurangan (susceptibility to defalcation)

Auditor perlu mempertimbangkan risiko akan adanya kecurangan dalam


situasi dimana relatif mudah untuk memindahkan aktiva perusahaan menjadi
milik pribadi. Contohnya kalau uang tunai, efek-efek atau persediaan yang
mudah dijual tidak diawasi dengan baik. Kalau ini terjadi, risiko bawaan
(Inherent risk) harus ditingkatkan.

10) Unsur-unsur populasi (makeup of the population)

Unsur-unsur individual yang membentuk populasi seringkali


mempengaruhi ekspektasi salah saji yang material. Misalkan, kebanyakan
auditor menetapkan risiko bawaan yang tinggi untuk akun piutang usaha
yang kebanyakan telah jatuh tempo dari pada yang unsur-unsurnya adalah
piutang yang masih baru. Contoh lain, kemungkinan salah saji pada
persediaan yang dibeli bertahun-tahun yang lalu akan lebih besar dari
persediaan yang baru dibeli beberapa bulan. Transaksi dengan perusahaan
afiliasi, piutang karyawan, pembayaran utang lewat kas dan piutang usaha
yang belum tertagih beberapa bulan adalah contoh situasi yang
membutuhkan risiko bawaan (Inherent risk) yang tinggi, dan karenanya
membutuhkan penelaahan lebih seksama karena lebih tingginya
kemungkinan terjadinya salah saji dari pada transaksi biasa.

Catatan Penting:

2 (dua) faktor berikut ikut menentukan tingginya tingkat IR

1) Penugasan audit pertama kalinya untuk klien yang sama oleh auditor dihitung
sebagai faktor IR yang penting. Misalnya PT ABC baru IPO tanggal 1 Juni
2015, maka audit yang diselenggarakan pertama kali (untuk Laporan Keuang
Per 31 Desember 2015) diasumsikan mengandung IR yang tinggi, sebab
auditor tidak memiliki informasi valid mengenai kondisi keuangan PT ABC
yang bisa dipercaya.

2) Perusahaan yang memiliki anak/cabang dalam jumlah banyak dan melibatkan


banyak mata uang asing, diasumsikan mengandung IR yang tinggi. Sebab
model perusahaan seperti ini cenderung menghasilkan laporan keuangan
yang kompleks dan besar kemungkinan terjadi banyak kesalahan dalam
proses konsolidasi laporan yang disebabkan oleh kompleksitas data transaksi
yang terlibat di dalamnya.

b. Risiko Pengendalian (Control Risk)

Risiko pengendalian (control risk) adalah ukuran kemungkinan


terdapatnya suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak
dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern satuan
usaha. Risiko pengendalian adalah fungsi dari keefektifan kebijakan dan
prosedur pengendalian intern klien.

Tingkat risiko pengendalian sesungguhnya tidak bisa diubah oleh auditor,


namun demikian auditor bisa mengubah tingkat risiko pengendalian yang
ditetapkan dengan memodifikasi (1) prosedur- prosedur yang digunakan untuk
mendapatkan pemahaman mengenai struktur pengendalian intern yang
berhubungan dengan asersi-asersi, dan (2) prosedur-prosedur yang digunakan
untuk melakukan pengujian pengendalian. Biasanya auditor menetapkan
perhitungan tingkat risiko pengendalian direncanakan untuk setiap asersi penting
laporan keuangan pada tahap perencanaan audit.

Langkah-langkah dalam penilaian risiko pengendalian:

1) Mengidentifikasi tujuan audit

2) Mengidentifikasi pengendalian yang ada

3) Menghubungkan pengendalian dengan tujuan audit

4) Mengidentifikasi dan mengevaluasi defisiensi pengendalian, defisiensi yang


signifikan dan kelemahan yang material

5) Menghubungkan defisiensi yang signifikan dan kelemahan yang material


dengan tujuan audit terkait.

6) Menilai risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit.

CR tidak bisa dikendalikan oleh auditor akan tetapi bisa dikendalikan oleh
auditee jika mereka mau. Karakter perusahaan ber CR tinggi, antara lain:

1) Struktur Organisasi (SO). Tidak jelas dengan pembagian tugas yang juga
tidak jelas. Jika ini terjadi maka bisa dipastikan CR nya tinggi;

2) Lemahnya pengawasan manajemen (para manager) terhadap operasional


perusahaan. ciri ini bisa dilihat dari beberapa hal, misal: tidak ada level
otorisasi transaksi yang jelas, semua orang bisa mengakses semua
data/informasi, tidak ada aktivitas supervisi, tidak pernah ada audit fisik, tidak
ada performance review, tidak ada budgeted financial statement. Kalau ini
yang terjadi maka angka persentase CR sudah pasti tinggi.

3) Tidak memiliki auditor internal dan komite audit. Jika ini yang tejadi maka
bisa dipastikan angka CR juga tinggi.

4) Sistim Pengendalian Internal lemah atau tidak efektif. semua aspek SPI perlu
diperiksa terlebih dahulu untuk menentukan faktor ini, perhatikan contoh
dibawah.

i. Pemeriksaan SPI : Pemisahan Tugas

“Pemisahan Tugas” pada departemen-departemen yang


berpotensi terjadi “Asset Fraud.” Dua jenis asset dimana kerap terjadi
fraud adalah wilayah “Persediaan” dan “Kas.” Katakanlah anda sedang
memeriksa Persediaan. Di sini anda memeriksa apakah ada 2
pekerjaan terkait atau lebih dirangkap oleh satu orang petugas? Misal:

a) Pegawai Purchasing merangkap sebagai petugas yang penerima


barang atau pekerjaan gudang persediaan lainnya (ini buruk); atau
Pegawai Shipping merangkap sebagai petugas gudang yang
mengurus persediaan barang jadi (ini juga buruk).

b) Foreman di bagian produksi (yang biasa request persediaan untuk


keperluan produksi) diijinkan bebas keluar-masuk gudang
persediaan bahan baku atau bahan penolong (ini buruk).

c) Pegawai admin yang input Receipt of Goods (ROG) memiliki


kemampuan akses ke dalam data-data accounting terkait seperti
Accounts Payable (Utang).

d) Pegawai admin yang input picking sheet di Shipping memiliki


kemampuan akses ke dalam data-data accounting terkait seperti
Accounts Receivable (Piutang).

ii. Pemeriksaan SPI : Pemisahan Akurasi Saldo

Periksa akurasi saldo Persediaan yang disajikan pada “Laporan


Posisi Keuangan” (Neraca.) Ada 2 hal yang bisa anda lakukan di sini,
yaitu:

a) Menelusuri dokumen penerimaan barang ‘masuk-dan-keluar’


gudang untuk tanggal-tanggal yang mendekati tanggal tutup buku
(jika tutup buku dilakukan tanggal 31 Desember misalnya, maka
periksa dokumen barang masuk-dan-keluar tanggal 30 hingga 31).
Dari hasil pemeriksaan ini mungkin anda menemukan barang
persediaan yang harusnya tidak diperhitungkan sebagai
penambah saldo (atau pengurang saldo) akan tetapi diikutkan oleh
aduitee, atau sebaliknya.

b) Melakukan perhitungan fisik secara acak (random physical


counts). Hasil penghitungan ini kemudian dibandingkan dengan
hasil perhitungan yang dilakukan oleh auditee, apakah sama? Jika
beda, maka uji dengan physical count terus dilakukan.

c) Jika auditee menggunakan peralatan teknologi dalam mengelola


persediaan misalnya “Self-alarming antitheft tags” atau “Electronic
Cash Register” (ECR), maka anda perlu memeriksa apakah
peralatan tersebut berfungsi dengan baik atau rusak atau tidak
konsisten?

c. Risiko Deteksi (Detection Risk)

Risiko deteksi adalah ukuran kemungkinan seorang auditor tidak dapat


mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi
adalah suatu fungsi dari keefektifan prosedur auditing dan penerapannya oleh
auditor. Tingkat risiko auditor sesungguhnya bisa diubah oleh auditor dengan
memodifikasi sifat, saat, dan luas pengujian substantif yang dilakukan untuk
setiap asersi. Dalam menentukan risiko deteksi, auditor juga harus
memperhitungkan kemungkinan bahwa ia melakukan kesalahan. Aspek risiko
deteksi dapat dikurangi melalui perencanaan yang memadai dan supervisi yang
tepat serta melalui penerapan standar pengendalian mutu.

Para auditor menetapkan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima (risiko
deteksi yang direncanakan) yang mempengaruhi tes-tes substantif yang mereka
lakukan.

1) Jika tingkat risiko deteksi yang direncanakan rendah, maka auditor akan
mengumpulkan bukti sebanyak mungkin untuk menurunkan risiko kesalahan
saji .

2) Tingkat risiko deteksi yang direncanakan tinggi maka auditor mengurangi


pengumpulan bukti .

Ada dua jenis risiko deteksi berkaitan dengan audit sampling, yaitu risiko
prosedur analitis dan risiko pengujian substantive.

1) Risiko prosedur analitis berasal dari keputusan pemeriksa untuk


menggunakan pertimbangannya dan menentukan apakah prosedur analitis
merupakan prosedur yang efektif dan efisien dalam mendapatkan bukti
pemeriksaan yang memadai.

2) Penilaian risiko prosedur analitis sangat subyektif dan sulit untuk


dikuantifikasikan. Oleh sebab itu biasanya pemeriksa secara konservatif
memberikan nilai risiko ini cukup tinggi, yaitu antara 40% hingga 100%.
Ada 4 faktor yang berpotensi menghasilkan DR yang tinggi, yaitu:

1) Salah Mengaplikasikan Prosedur Audit. Contoh kesalahan fatal, misalnya:


anda menggunakan rasio untuk mengukur tingkat akurasi angka saldo, dan
ternyata anda menggunakan rasio yang salah.

2) Salah Menginterpretasikan Hasil Audit. Contoh (lanjutan yang tadi): mungkin


sudah menggunakan rasio yang benar, namun anda salah dalam
menginterpretasikan hasil perhitungan (misal: anda menyatakan inventory
sudah disajikan dengan semestinya padahal sebenarnya mengandung
salahsaji bersifat material).

3) Salah Memilih Metod Uji. Setiap saldo akun yang disajikan pada Laporan
Keuangan seharusnya diuji dengan menggunakan metode yang paling
sesuai dengan nature nya masing-masing. Anda ingin memastikan apakah
suatu penjualan memang seharusnya diakui (atau tidak diakui), maka anda
mengujinya dengan melihat tanggal transaksi yang kemudian disandingkan
dengan periodisasi pelaporan (bukan dengan menguji hitungan
matematisnya)

4) Pengujian CR Yang Kurang Intensive. DR juga meningkat bila pengujian


terhadap DR kurang intensif (beberapa wilayah pengendalian lemah namun
lolos dari pengujian karena anda tidak tahu wilayah tersebut ternyata lemah),
sehingga ada salahsaji atau fraud yang tidak terdeteksi selama proses
pengujian anda jalankan.

3. Hubungan Antar Materialitas, Risiko Audit dan Bukti Audit


Mempertahankan agar risiko audit tetap, dan apabila kita menurunkan tingkat
mterialitas, maka bukti audit harus ditingkatkan agar lingkaran tetap bulat. Begitu pula
apabila kita menginginkan agar tingkat materialitas tetap, dan mengurangi bukti audit,
maka risiko audit harus dinaikkan agar lingkaran tetap bulat. Atau apabila kita ingin
mengurangi risiko audit, maka kita bisa melakukan salah satu dari hal-hal berikut: (1).
Meningkatkan tingkat materialitas, sementara bukti audit tetap (2). Menaikan bukti
audit, sementara tingkat materialitas tetap atau (3). Melakukan sedikit kenaikan pada
jumlah bukti audit dan pada tingkat materialitas.

4. Model Perhitungan Risiko Audit


Model Risiko Audit (audit risk) yang paling lumrah digunakan dan diajarkan:
AR = IR x CR x DR
Dimana:
AR = Audit Risk
IR = Inherent Risk
CR = Control Risk
DR = Detection Risk

Model Risiko Audit ini bisa diterapkan dengan 3 langkah berikut ini:
Pertama, Kantor Akuntan Publik (KAP) biasanya sudah mematok besaran
angka persentase Audit Risk (AR) yang bisa diterima (biasanya tak boleh lebih dari
10%).
Kedua, menentukan IR dan CR. Inherent risk (IR) diukur dengan
mempertimbangkan faktor eksternal dan internal seperti yang sudah saya jelaskan di
atas. Sedangkan CR diukur dengan menilai desain dan implementasi sistim
pengendalian internal yang dimiliki oleh auditee seperti yang sudah saya jelaskan di
atas.
Ketiga, menentukan DR dengan menggunakan persamaan di atas, sehingga
menjadi:
DR = AR/(IR x CR)
Nah, besaran DR inilah yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam merancang prosedur audit, substantive test dan rencana audit
secara keseluruhan.

CONTOH:

Kantor Akuntan Publik “JAK dan Rekan” menerima penugasan untuk mengaudit
PT. ABC Tbk, untuk pertama kalinya sejak IPO. Engagement Manager, pada fase
persiapan audit, menyampaikan informasi berikut terkait PT ABC Tbk:

➢ Ini adalah sesi audit eksternal pertama kalinya untuk PT ABC Tbk

➢ PT. ABC adalah perusahaan kontraktor yang memiliki banyak cabang di


Singapura, Malaysia, India, Dubai, Jepang dan Australia.

➢ Tim internal Audit PT ABC baru dibentuk 2 bulan lalu;

➢ Komite Audit PT ABC terdiri dari Board of Director member yang tidak satupun
memiliki latar belakang bidang akuntansi dan keuangan.

Sementara itu KAP JAK dan Rekan mematok angka 10% sebagai “accepted
audit risk level.” Dari informasi tersebut, tim audit KAP “JAK & Rekan” menghitung
besaran angka DR yang harus diantisipasi dengan prosedur dan metode audit yang
paling efektif:

❖ Inherent Risk (IR) diperkirakan mencapai 60%.

mengingat: (a) klien adalah usaha kontraktor yang besar kemungkinannya


menerapkan metode pengakuan pendapatan bertahap melalui beberapa periode
akuntansi (kompleksitas pengakuan transaksi); (b) ini adalah audit eksternal
pertamakalinya (minim informasi obyektif); dan (c) klien memiliki tingkat
kompleksitas pelporan yang tergolong tinggi dengan adanya banyak perusahaan
cabang di luar negeri dengan mata uang asing yang berbeda-beda pula.

❖ Control Risk (CR) juga diperkirakan mencapai 60%.

mengingat: (a) tim internal auditnya PT ABC Tbk tergolong baru; (b) anggota audit
komite nya terdiri dari orang-orang yang tidak berlatarbelakang akuntansi dan
keuangan—thus besar kemungkinanya tidak melakukan tugas pengawasan yang
prudent terhadap proses pencatatan dan pelaporan transkasi keuangan PT ABC
Tbk.

❖ Kesimpulan. Dari simpulan itu, maka sudah bisa ditentukan berapa besarnya
angka DR yang harus diantisipasi oleh auditor, dengan menggunakan persamaan
di atas:

AR = IR x CR x DR

10% = 60% x 60% x DR

0.10 = 0.60 x 0.60 x DR

0.10 = 0.36 x DR

DR = 0.10/0.36

DR = 0.278 (dibulatkan)

DR = 0.28 (pembulatan ke atas)

DR = 28%

DR = 28% inilah yang harus diantisipasi dengan prosedur pemeriksaan yang


dirancang sedemikian rupa oleh auditor, sehingga bisa ditekan ke tingkatan yang
paling minimal.
5. LATIHAN SOAL

1. Coba analisis risiko audit pada salah satu kegiatan di salah satu tempat kalian bekerja
dan hitunglah model perhitungan risiko audit!

6. DAFTAR PUSTAKA
• Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan
Publik Buku 1 dan 2, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta, 2012
• Mulyadi, Auditing Buku 1 dan 2 , Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2013
• Alvin A. Arens, Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Buku 1 dan 2 , Airlangga, Jakarta,
2006
PERTEMUAN 09
MATERIALITAS

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu:

1. Pengertian Materialitas

2. Tingkatan Materialitas

3. Hubungan Materialitas dengan Bukti Audit

4. Cara Menentukan Materialitas

B. URAIAN MATERI

1. Pengertian Materialitas

Materialitas adalah Besarnya suatu penghilangan atau salah saji informasi


akuntansi yang, dipandang dari keadaan-keadaan yang melingkupinya,
memungkinkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang yang mengandalkan pada
informasi menjadi berubah atau dipengaruhi oleh penghilangan atau salah saji
tersebut. Definisi mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan: · Keadaan-
keadaan yang berhubungandengansatuanusaha (perusahaanklien). · Infromasi yang
diperlukan oleh mereka yang akan mengandalkan padalaporan keuangan yang telah
diaudit.

Kepentingan Auditor Terhadap Materialitas Dan Salah-saji. Auditor jelas sangat


berkepentingan terhadap persoalan materialitas. SA seksi 312, “Risiko dan
Materialitas Audit Dalam Pelaksanaan Audit” mengharuskan Auditor menentukan
materialitas dalam 2 jenis aktivitas proses audit, yaitu:

a. Perencanaan audit dan perancangan prosedur audit; dan

b. Evaluasi kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan

2. Tingkatan Materialitas

Pertimbangan Materialitas Awal

Dalam merencanakan suatu audit, auditor harus mempertimbangkan materialist pada


dua tingkatan yaitu;

a. Tingkat Laporan Keuangan karena pendapatan auditor mengenai kewajaran


mencakup laporan keuangan sebagai keseluruhan.
1) Meliputi besarnya salah saji minimum dalam suatu laporan keuangan yang
cukup penting sehingga membuat laporan keuangan menjadi tidak disajikan
secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

2) Pedoman Kuantitatif yaitu pada saat ini ada standar akuntansi ataupun
standar auditing yang berisi pedoman tentang pengukuran materialitas
secara kuantitatif. Contoh: berikut ini adalah pedoman yang sering digunakan
oleh kantor-kantor akuntan dalam praktik:

➢ 5% sampai 10% dari laba bersih (10% untuk laba bersih kecil, dan 5%
untuk yang lebih besar).

➢ ½% sampai 1% dari total aktiva. ·

➢ 1% dari modal.

➢ ½% sampai 1% dari pendapatan kotor


Persentase yang berbeda-beda berdasarkan total aktiva atau pendapatan
mana yang lebih besar.
Contoh :
Contoh PERTIMBANGAN KUANTITATIF:
Pt. ABC mempunyai total aktiva Rp. 10.000.000. Terjadi salah saji sebesar
Rp. 200.000. Apakah pendapat auditor mengenai salah saji materil pada
laporan keuangan Pt. ABC sudah wajar/tidak?
Jawab :

➢ menghitung tingkat materialitas =1% x Rp. 10.000.000 = Rp. 100.000

➢ salah saji sebesar Rp. 200.000

➢ jadi, pendapat auditor jika salah saji sebesar Rp. 200.000 berarti lebih
dari nilai tingkat materialitas Rp. 100.000 ( Rp. 200.000 > Rp. 100.000).
maka, total aktiva tidak wajar karena melebihi tingkat materialitas
sebesar 100.000.

3) Pertimbangan Kualitatif yaitu berhubungan dengan penyebab salah saji.


Suatu salah saji yang secara kuantitatif tidak material, bias menjadi material
secara kualitatif. misalnya: apabila suatu salah saji berhubungan dengan
ketidakberesan atau tindakan melawan hokum oleh klien. Ditemukannya hal
demikiandalam audit, akan berakibat auditor menarik kesimpulan bahwa
terdapat risiko signifikan sebagai tambahan atas risiko untuk salah saji yang
sama tetapi tidak berhubungan dengan ketidakberesan atau tindakan
melawan hukum.
b. Tingkat saldo rekening karena auditor melakukan verifikasi atas saldo-saldo
rekening untuk dapat memperoleh kesimpulan menyeluruh mengenai kewajaran
laporan keuangan.

Materialitas saldo rekening adalah minimum salah saji yang bias ada pada suatu
saldo rekening yang dipandang sebagai salah saji material. Salah saji sampai
tingkat tersebut salah saji bias diterima. Konsep materialitas pada tingkat saldo
rekening hendaknya tidak dicampur adukkan dengan istilah saldo rekening yang
material. Perlu dipahami bahwa saldo rekening yang material menunjukkan
besarnya saldo sebuah rekening yang tercatat dalam pembukuan, sedangkan
konsep materialitas dengan jumlah salah saji yang bias berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan oleh pemakai laporan keuangan.

Contoh materialitas tingkat saldo rekening:

3. Hubungan Materialitas dengan Bukti Audit

a. Semakin rendah tingkat materialitas , semakin besar jumlah bukti audit yg


diperlukan ( hubungan terbalik ). Begitu sebaliknya.

b. Semakin tinggi saldo akun, semakin banyak bukti audit yg diperlukan


(hubungan searah)
Jika materialitas berhubungan dengan bukti audit maka pasti akan
berpengrauh kedalam risiko audit.
Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit, dan risiko
audit digambarkan sebagai berikut :

a. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat meterialitas


dikurangi, auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.

b. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi


jumlah bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.

c. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat


menempuh salah satu dari tiga cara berikut ini :
1) Menambah tingkat meterialiras, sementara itu mempertahankan
jumlah bukti audit yang dikumpulkan.

2) Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat


materialitas tetap dipertahankan.

3) Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat


materialitas secara bersama-sama.

4. Cara Menentukan Materialitas


Langkah-langkah dalam menetapkan materialitas adalah:
1) Menetapkan pertimbangan awal tentang materialitas
Pertimbangan pendahuluan tentang materialitas adalah jumlah maksimum
yang membuat auditor yakin bahwa laporan keuangan akan salah saji tetapi tidak
mempengaruhi keputusan para pemakai yang bijaksana. Auditor menetapkan
pertimbangan pendahuluan tentang materialitas untuk membantu merencanakan
pengumpulan bukti yang tepat. Semakin rendah nilai uang pertimbangan
pendahuluan ini, semakin banyak bukti audit yang dibutuhkan.
Auditor seringkali mengubah pertimbangan pendahuluan tentang
materialitas yang disebutkan dengan pertimbangan tentang materialitas yang
direvisi. Hal ini terjadi karena auditor memutuskan bahwa pertimbangan
pendahuluan terlalu besar atau terlalu kecil.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pertinbangan pendahuluan auditor
tentang materialitas adalah materialitas yang memiliki konsep yang relatif, dasar
yang diperlukan untuk mengevaluasi materialitas, dan faktor – faktor kualitatif.
Pertimbangan awal mengenai materialitas adalah jumlah maksimum suatu
salah saji dalam laporan keuangan yang menurut pendapat auditor tidak
mempengaruhi pengambilan keputusan dari pemakai. Adapun penetapan
materialitas sendiri bertujuan untuk membantu auditor merencanakan bahan bukti
yang cukup.
Seorang auditor eksternal dituntut untuk memiliki profesionalisme yang
tinggi. Alasan yang mendasari diperlukannya perilaku profesional yang tinggi ada
setiap profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa
yang diberikan profesi, terlepas dari yang dilakukan secara perorangan.
Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam
perencanaan auditnya. Penentuan materialitas ini, yang seringkali disebut
dengan materialitas perencanaan, mungkin dapat berbeda dengan tingkat
materialitas yang digunakan pada saat pengambilan kesimpulan audit dan dalam
mengevaluasi temuan audit karena keadaan yang melingkupi berubah, informasi
tambahan tentang klien dapat diperoleh selama berlangsungnya audit.
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif.
Pertimbangan kuantitatif berkaitan dengan hubugan salah saji dengan jumlah
kunci tertentu dalam laporan keuangan. Pertimbangan kualitatif berkaitan dengan
penyebab salah saji. Suatu salah saji yang secara kuantitatif tidak material dapat
secara kualitatif material, karena penyebab yang menimbulkan salah saji
tersebut.
2) Mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas kedalam
segmen.

Hal ini perlu dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti persegmen dan bukan
untuk laporan keuangan secara keseluruhan yang nantinya akan membantu
auditor dalam memutuskan bukti audit yang tepat yang harus dikumpulkan. Ketika
auditor mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke saldo
akun, materialitas yang dialokasikan ke saldo akun tertentu itu sebagai salah saji
yang dapat ditoleransi.

3) Mengestimasi total salah saji dalam segmen.

Salah saji yang diketahui adalah salah saji dalam akun yang jumlahnya dapat
ditentukan oleh auditor. Salah saji yang mungkin terbagi menjadi dua jenis yaitu
salah saji yang berasal dari perbedaan antara pertimbangan manajemen dan
auditor tentang estimasi saldo akun, contohnya adalah perbedaan estimasi
penyisihan piutang tak tertagih atau kewajiban garansi. Jenis kedua adalah
proyeksi salah saji berdasarkan pengujian auditor atas sampel dari suatu
populasi, contohnya adalah auditor menggunakan salah saji yang ditemukan yaitu
6 dari jumlah sampel 200 untuk mengestimasi total salah saji yang mungkin dalam
persediaan. Total ini disebut estimasi atau proyeksi atau ekstrapolasi karena
hanya sampel yang diaudit, bukan keseluruhan populasi.

4) Memperkirakan salah saji gabungan.

Jumlah salah saji yang diproyeksikan dalam langkah ketiga untuk setiap akun
kemudian digabungkan dalam kertas kerja.

5) Membandingkan salah saji gabungan dengan pertimbangan pendahuluan atau


yang direvisi tentang materialitas

Langkah terakhir setelah dilakukan langkah ketiga dan keempat yaitu gabungan salah
saji yang mungkin dibandingkan dengan materialitas.

5. Performance Materiality

Performance materiality (materialitas yang digunakan dalam pelaksaan audit atau


disingkat “materialitas pelaksanaan”) digunakan auditor untuk menekan risiko sampai
ke titik rendah yang dapat diterima (appropriately low level). Yang ditekan adalah risiko
besarnya salah saji melampaui angka materialitas. Dalam hal ini salah saji yang
dimaksud adalah akumulasi salah saji yang tidak dikoreksi entitas dan salah saji yang
tidak teridentifikasi oleh auditor (accumulation of uncorrected and unidentified
misstatement).
Menurut SA 320, par A.12, penentuan materialitas pelaksanaan bukan merupakan
suatu perhitungan mekanis yang sederhana dan membutuhkan adanya pertimbangan
(kearifan) professional. Penentuan ini dipengaruhi oleh:

1) Pemahaman auditor atas entitas, yang dimutakhirkan selama pelaksanaan


prosedur penilaian risiko

2) Sifat serta luasnya kesalahan penyajian yang terdeteksi dalam audit sebelumnya
serta harapan auditor berkaitan dengan kesalahan penyajiand alam periode
berjalan

Menurut SA 320, par 11, materialitas pelaksanaan digunakan untuk sebagai berikut:

1) Menilai risiko kesalahan penyajian material

2) Menentukan sifat, saat, dan luar prosedur audit lanjutan (further audit procedures)

Contoh menentukan performance materiality adalah sebagai berikut:

1) 60% (dari materialitas keseluruhan atau materialitas spesifik)apabila risiko


kesalahan penyajian material lebih tinggi

2) 85% (dari materialitas keseluruhan atau materialitas spesifik) apabila risiko


kesalahan penyajian material lebih rendah

Performance materiality dapat ditetapkan menjadi:

1) Satu performance materiality untuk setiap area

2) Lebih dari satu performance materiality untuk masing-masing area, tergantung


pada penilaian risikonya

Contoh dengan pemakaian satu performance materiality adalah sebagai berikut:

1) Performance materiality untuk risiko-risiko kesalahan penyajian material secara


keseluruhan tinggi, dan Tbk 60%

2) Performance materiality untuk risiko-risiko kesalahan penyajian material secara


keseluruhan tinggi, tetapi non Tbk 70%

Performance materiality untuk risiko-risiko kesalahan penyajian material secara


keseluruhan rendah 80%

Contoh dengan pemakaian lebih dari satu performance materiality adalah sebagai
berikut:

1) Performance materiality bagi asersi untuk golongan transaksi, saldo akun, dan
pengungkapan dengan risiko kesalahan penyajian material tinggi 60%
2) Performance materiality bagi asersi untuk golongan transaksi, saldo akun, dan
pengungkapan dengan risiko kesalahan penyajian material sedang 70%

3) Performance materiality bagi asersi untuk golongan transaksi, saldo akun, dan
pengungkapan dengan risiko kesalahan penyajian material rendah 80%

Ilustrasi penghitungan performance materiality adalah sebagai berikut:

Asumsi materialitas pada tingkat laporan keuangan secara keseluruhan pada PT. Sumber
Rezeki, Tbk yang digunakan adalah IDR 18,14 miliar.

Contoh dengan pemakaian satu performance materiality :

PT. Sumber Rezeki adalah Tbk, performance materiality = IDR 18,14 miliar x 60% = IDR
10,88 miliar

Performance materiality ini akan diterapkan untuk seluruh area audit

Contoh dengan pemakaian lebih dari satu performance materiality:

1) Performance materiality untuk risiko kesalahan penyajian material tinggi – IDR 18,14
miliar x 60% = IDR 10,88 miliar.

2) Performance materiality untuk risiko kesalahan penyajian material sedang – IDR 18,14
miliar x 70% = IDR 12,70 miliar.

3) Performance materiality untuk risiko kesalahan penyajian material rendah – IDR 18,14
miliar x 80% = IDR 4,51 miliar

Ketiga performance materiality ini akan diterapkan pada setiap area audit, tergantung pada
hasil penilaian risiko kesalahan penyajian material.
Ada beberapa hal dimana salah saji yang lebih kecil dari angka materialitas untuk laporan
keuangan secara keseluruhan dapat diperkirakan secara layak, akan mempengaruhi
pengambil keputusan oleh pemakai laporan keuangan, diantaranya:

1) Disclosures yang sensitive, seperti remunerasi manajemen dan TCWG

2) Related party transactions (transaksi hubungan istimewa)

3) Ketidakpatuhan terhadap perjanjian pinjaman, perikatan lainnya, ketentuan


perundangan, dan kewajiban pelaporan statute atau yang ditetapkan regulator

4) Pengeluaran tertentu seperti illegal payments (suap, gratifikasi) atau biaya eksekutif

5) Besarnya cadangan dan biaya eksplorasi dalam perusahaan tambang


6) Besarnya biaya penelitian dan pengembangan dalam perusahaan farmasi

7) Bisnis yang baru diakuisisi atau perluasan usaha

8) Kegiatan usaha yang dihentikan

9) Peristiwa luar biasa atau contingencies (seperti tuntutan hukum)

10) Perkenalan produk atau jasa baru

6. Salah Saji yang dapat dikoreksi

1) Perlu karena bahan bukti dikumpulkan berdasarkan segmen-segmen daripada L/K


secara keseluruhan. Berguna untuk membantu auditor dalam memutuskan jumlah
bahan bukti yang cukup untuk dikumpulkan dalam segmen tersebut sehingga akan
meminimalisasi biaya audit.

2) Sebagian besar alokasi materialitas pada pos-pos neraca karena neraca memiliki lebih
sedikit komponen. Kesulitan pengalokasian materialitas pada akun neraca :

a) Anggapan bahwa akun tertentu lebih banyak kekeliruan daripada yang lain.

b) Perlunya mempertimbangkan apakah kekeliruan tersebut lebih saji atau kurang


saji.

c) Biaya audit relatif dari prosedur audit yang mempengaruhi alokasi untuk tiap akun
sulit diramalkan
Salah saji yang dapat ditoleransi (tolerable misstatement) yaitu materialitas yang
dialokasikan dalam pertimbangan awal kepada saldo perkiraan. Tolerable misstatement
dapat melebihi materialitas dalam hal :

1) Kecil kemungkinan seluruh akun akan salah saji sejumlah tolerable misstatement.

2) Kemungkinan bahwa sebagian akun terjadi lebih saji dan lainnya kurang saji,
berakibat efek nettonya menjadi lebih kecil dari nilai materialitas total.

7. LATIHAN SOAL

1. Jelaskan pengertian materialitas menurut pendapat Anda masing-masing?

2. Sebutkan dan jelaskan tingkatan dalam materialitas.

8. DAFTAR PUSTAKA
• Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan
Publik Buku 1 dan 2, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta, 2012
• Mulyadi, Auditing Buku 1 dan 2 , Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2013
• Alvin A. Arens, Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Buku 1 dan 2 , Airlangga, Jakarta,
2006
PERTEMUAN 10
KERTAS KERJA PEMERIKSAAN (KKP)

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu:

1. Pengertian Kertas Kerja Pemeriksaan

2. Tujuan Penyusunan Kertas Kerja Pemeriksaan

3. Pengelompokkan Kertas Kerja Pemeriksaan

4. Kriteria Pembuatan Kertas Kerja Pemeriksaan

5. Pemilikan dan Penyimpanan Kertas Kerja Pemeriksaan

6. Indeks Kertas Kerja Pemeriksaan

B. URAIAN MATERI

1. Pengertian Kertas Kerja Pemeriksaan

Kertas Kerja Pemeriksaan menurut Sukrisno Agoes adalah Semua berkas-berkas


yang dikumpulkan oleh auditor dalam menjalankan pemeriksaan, yang berasal dari:

a. Pihak Klien : Neraca Saldo (Trial balance), Rekonsiliasi Bank (Bank


Reconciliation), Analisis Umur Piutang (Accounts Receivable Aging Schedule),
Rincian Persediaan (Final Inventory List), Rincian Utang, Rincian Beban Umum
dan Administrasi, Rincian Beban Penjualan dan Surat Pernyataan Langganan.

b. Analisis yang dibuat oleh Auditor : Berita Acara Kas (Cash Count Sheet),
Pemahaman dan Evaluasi Internal Control termasuk Internal Control
Questionnaires, Analisis penarikan aktiva tetap, analisis mengenai cukup
tidaknya allowance forbad debts, working Balance Sheet (WBS), Working Profit
Loss(WPL), Top Schedule, Supporting Schedule, Konsep Laporan Audit
(konsep Audit report) dan Management Letter.

c. Pihak Ketiga : Misalnya jawaban konfirmasi Piutang, Utang, Dari Bank, Dari
penasihat hukum perusahaan.Dalam menjalankan pemeriksaanya (General
Audit) KAP harus berpedoman kepada SPAP, khususnya standard auditing,
standard pengendalian mutu, kode etik Ikatan Akuntan Indonesia dan aturan
etika IAI Kantor Akuntan Publik.

2. Tujuan Penyusunan Kertas Kerja Pemeriksaan

Kertas kerja pemeriksaan yang merupakan dokumentasi auditor atas prosedur-


prosedur audit yang dilakukannya, test-test yang diadakan, informasi-informasi yang
didapat dan kesimpulan yang dibuat atas pemeriksaan, analisis, memorandum,
surat-surat konfirmasi dan representation, ikhtisar dokumen-dokumen perusahaan,
rincian-rincian pos neraca dan laba rugi, serta komentar-komentar yang dibuat atau
yang diperoleh si auditor, mempunyai beberapa tujuan. Tujuan tersebut antara lain:

a. Mendukung opini auditor mengenai kewajaran laporan keuangan. Opini yang


diberikan harus sesuai dengan kesimpulan pemeriksaan uang dicantumkan
dalam kertas kerja perusahaan.

b. Sebagai bukti bahwa auditor telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan


Standar Profesional Akuntan publik.Dalam kertas kerja pemeriksaan harus
terlihat bahwa apa yang diatur dalam SPAP sudah diikuti dengan baik oleh
auditor. Misalnya melakukan penilaian terhadap pengendalian intern dengan
menggunakan Internal Control Questionnaires, mengirimkan konfirmasi piutang,
memonya Surat Pernyataan langganan dan lain-lain.

c. Sebagai referensi dalam hal ada pertanyaan dari:

1) Pihak Pajak

2) Pihak Bank

3) Pihak Klien

Jika kertas kerja pemeriksaan lengkap, pertanyaan apapun yang diajukan


pihak-pihak tersebut, yang berkaitan dengan laporan audit, bisa dijawab dengan
mudah oleh auditor, dengan menggunakan kertas kerja pemeriksaan sebagai
referensi.

d. Sebagai salah satu dasar penilaian asisten ( Seluruh Tim Audit) sehingga dapat
dibuat evaluasi mengenai kemampuan asisten sampai dengan partner, sesudah
selesai suatu penugasan. Evaluasi tersebut biasa digunakan sebagai salah satu
dasar pertimbangan untuk kenaikan jenjang jabatan dan kenaikan gaji.

e. Sebagai pegangan untuk audit tahun berikutnya.

Untuk persiapan audit tahun berikutnya kertas kerja tersebut dapat


dimanfaatkan antara lain:

1) Untuk menchek saldo awal

2) Untuk dipelajari oleh audit staf yang baru ditugaskan untuk memeriksa klien
tersebut.
3) Untuk mengetahui masalah-masalah yang terjadi di tahun lalu dan berguna
untuk penyusunan audit plan tahun berikutnya.

3. Pengelompokkan Kerja Pemeriksaan

Kertas kerja pemeriksaan biasanya dikelompokkan dalam :

a. Berkas tahun berjalan (Current File)

Berisi kertas kerja yang mempunyai kegunaan untuk tahun berjalan, misalnya:

1) Neraca Saldo

2) Berita Acara Kas Opname

3) Rekonsiliasi Bank

4) Rincian Piutang

5) Rincian Persediaan

6) Rincian Utang

7) Rincian Biaya, dll

b. Berkas permanen (Permanent File)

Berisi kertas kerja yang mempunyai kegunaan untuk beberapa tahun, misalnya :

1) Akta pendirian

2) Buku pedoman Akuntansi

3) Kontrak-Kontrak

4) Notulen rapat

c. Berkas surat menyurat (Correspondence File)

Berisi korespondensi dengan klien, berupa surat menyurat, Facsimile dan lain-
lain.

4. Kriteria Pembuatan Kertas Kerja Pemeriksaan

Agar kertas kerja pemeriksaan mempunyai manfaat yang optimal, harus


dipenuhi kriteria berkut ini:

a. Kertas kerja pemeriksaan harus mempunyai tujuan. Misalnya; cash count sheet
dapat ditrasir dengan angka pada neraca.

b. Hindari penulisan ulang. Penulisan ulang seperti halnya menyalin


menyebabkan terbuangnya waktu, tambahan biaya, risiko salah tulis,
ketidakrapian dan lain-lain. Penekanan penyusunan kertas kerja audit adalah
sedapat mungkin menghindari penulisan ulang, tetapi haruslah dapat meringkas
isi atau pokok yang menjadi fokus auditor dari hasil analisis bukti audit, misalnya
buku besar,dokumen pendukung dan lain-lain yang disusun dalam kertas kerja
audit secara rapi dan lengkap serta dapat menyediakan informasi yang cukup
dalam format yang jelas dan mudah dipahami. Staf audit di lapangan harus
menyadari bahwa pekerjaan mereka akan ditelaah oleh auditor senior yang
menangani klien tertentu ( in charge) yang mempunyai waktu lebih berharga
dibanding asisten tersebut. Kertas kerja audit yang disusun dengan baik
memungkinkan untuk selalu siap ditelaah baik on the spot di lapangan maupun
oleh supervisor manajer.

c. Tulislah langkah prosedur audit apa saja yang telah dilakukan Setiap kertas
kerja harus menunjukkan ringkasan singkat tapi lengkap tentang prosedur audit
(langkah-langkah) apa saja yang telah dilakukan untuk memeriksa suatu akun
dan transaksi tertentu. Tick mark yang tepat harus digunakan untuk
menjelaskan prosedur audit yang telah dilakukan oleh staf audit.

Misalnya:

1) Periksa aging schedule

2) Cek penjumlahan dengan cara footing dan cross footing.


Penggunaan tick mark antara lain:

^ = Footing/cross footing

C.B = Confirmed balance

R.D = Reporting difference

Contoh audit trik mark yang biasa digunakan bisa dilihat :


d. Kertas kerja pemeriksaan harus diindeks/cross indeks

1) Alphabetis = A-Z

2) Numerical =

e. Kertas kerja harus diparaf oleh orang yang membuat dan mereview working
papers sehingga dapat diketahui siapa yang bertanggung jawab.

f. Setiap pertanyaan yang timbul pada review notes harus terjawab, tidak boleh
ada “open question” (pertanyaan yang belum terjawab).

g. Pada kertas kerja pemeriksaan harus dicantumkan:

1) Sifat dari perkiraan yang diperiksa

2) Prosedur pemeriksaan yang dilakukan

3) Kesimpulan mengenai kewajaran perkiraan yang diperiksa

h. Hal-hal tambahan

1) Kertas kerja pemeriksaan harus rapih dan bersih

2) Kertas kerja pemeriksaan harus mudah dibaca

3) Bahasa yang digunakan (Indonesia atau Inggris) harus baik


4) Jangan hanya memphoto copy data dari klien tanpa diberi suatu penjelasan

i. Di bagian muka file kertas kerja pemeriksaan harus dimasukkan daftar isi dan
index kertas kerja pemeriksaan dan contoh paraf seluruh tm pemeriksa yang
terlibat dalam penugasan audit tersebut

5. Pemilikan dan Penyimpanan Kertas Kerja Pemeriksaan

a. Kertas kerja adalah milik kantor akuntan publik, bukan milik klien atau milik
pribadi auditor. Namun, hak kepemilikan kertas kerja oleh kantor akuntan publik
masih tunduk pada pembatasan- pembatasan yang diatur dalam aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik yang berlaku, untuk menghindarkan penggunaan
hal-hal yang bersifat rahasia oleh auditor untuk tujuan yang tidak semestinya.
Sebagian besar informasi yang disediakan oleh klien untuk auditor bersifat
rahasia. Oleh karena itu, klien akan dengan rela melepaskan informasi yang
menjadi rahasia perusahaannya kepada auditornya, jika klien tidak memperoleh
jaminan dari auditor mengenai penjagaan kerahasiaan informasi tersebut. Dan
karena hampir semua informasi yang diperoleh auditor dicatat dalam kertas
kerja, maka bagi auditor, kertas kerja merupakan hal yang bersifat rahasia.
Seorang auditor harus menerapkan prosedur memadai untuk menjaga
keamanan kertas kerja dan harus menyimpannya sekurang-kurannya 10 tahun,
sehingga dapat memenuhi kebutuhan praktiknya dan ketentuan-ketentuan yang
berlaku mengenai penyimpanan dokumen. Karena sifat kerahasiaan yang
melekat pada kertas kerja, auditor harus selalu menjaga kertas kerja dengan
cara mencegah terungkapnya informasi yang tercantum dalam kertas kerja
kepada pihak-pihak yang tidak diinginkan. Misalnya, klien memberitahukan
kepada auditor untuk merahasiakan informasi mengenai gaji direksi, manager
dan aspek lain usaha perusahaan, maka auditor tidak boleh melanggar pesan
klien tersebut dengan mengungkapkan informasi tersebut kepada karyawan
klien yang tidak berhak untuk mengetahuinya. Aturan Etika Kompartemen
Akuntan Publik memuat aturan yang berkaitan dengan kerahasiaan kertas kerja.
Aturan Etika 301 berbunyi sebagai berikut:“Anggota Kompartemen Akuntan
Publik tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia, tanpa
persetujuan dari klien”.Seorang auditor tidak dapat memberikan informasi
kepada pihak bukan klien kecuali jika klien mengizinkannya. Jika misalnya
seorang akuntan publik akan menjual praktik kantor akuntannya kepada
akuntan publik lain, terlebih dahulu akuntan publik penjual tersebut harus
meminta izin dari kliennya, jika akuntan publik penjual akan menyerahkan kertas
kerjanya kepada akuntan publik pembeli. Dalam perkara pengadilan (dalam
perkara pidana),kemungkinan auditor diperintahkan oleh hakim untuk
mengungkapkan informasi yang tecantum dalam kertas kerjanya. Tanpa
memerlukan izin kliennya, dalam hal ini auditor dapat mengungkapkan informasi
tersebut kepada hakim di pengadilan. Dalam program pengendalian mutu,
profesi akuntan publik dapat menetapkan keharusan untuk mengadakan peer
review ini, kertas kerja kantor akuntan publik yang satu akan di- review oleh
kantor akuntan publik lain, untuk me-review kepatuhan auditor terhadap standar
auditing yang berlaku. Dalam peer review ini, informasi yang tercantum dalam
kertas kerja diungkapkan kepada pihak lain (kantor akuntan publik lain) tanpa
memerlukan izin dari klien yang bersangkutan dengan kertas kerja tersebut.

b. Meskipun kertas kerja dibuat dan dikumpulkan auditor dalam daerah wewenang
klien, dari catatan-catatan klien, serta atas biaya klien, hak pemilikan atas kertas
kerja tersebut sepenuhnya berada ditangan kantor akuntan publik, bukan milik
klien atau milik pribadi auditor. Karena kertas kerja tidak hanya berisi informasi
yang diperoleh auditor dari catatan klien saja, tetapi berisi pula program audit
yang akan dilakukan oleh pihak auditor, maka tidak semua informasi yang
tercantum dalam kertas kerja dapat diketahui oleh klien.

6. Indeks Kertas Kerja Pemeriksaan

Kertas kerja harus diberi indeks, sub-indeks dan indeks silang dalam audit atau
pada saat pekerjaan audit telah selesai dilakukan. Pemberian indeks terhadap
kertas kerja akan memudahkan pencarian informasi dalam berbagai daftar yang
terdapat diberbagai tipe kertas kerja.

Setiap auditor mempunyai cara tersendiri mengenai cara pemberian indeks


kertas kerja. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemberian indeks kertas
kerja adalah sebagai berikut:

a. Setiap kertas kerja harus diberi indeks, dapat disudut atas atau di sudut bawah.

b. Pencantuman indeks silang (cross indeks) harus dilakukan sebagai berikut:

1) Indeks silang dari skedul pendukung ke skedul utama. Rincian jumlah yang
tercantum dalam suatu skedul pendukung diberi indeks silang dengan
menunjuk indeks skedul utama yang berkaitan yang memuat jumlah
tersebut. Pencantuman indeks silang dalam skedul pendukung dilakukan
dengan cara sebagai berikut: “Ke A” sedangkan dibelakang angka yang
berkaitan dalam skedul utama harus diberi indeks skedul pendukung yang
berkaitan.
2) Indeks silang dari skedul akun pendapatan dan biaya. Seringkali analisis
akun neraca berhubungan dengan analisis akun laba-rugi. Oleh karena itu,
kertas kerja yang berhubungan dengan akun neraca harus diberi indeks
silang dengan kertas kerja yang berhubungan dengan akun laba- rugi.

3) Indeks silang antarskedul pendukung. Sering kali pendukung tertentu


memuat informasi yang berkaitan dengan informasi lain yang tercantum
dalam skedul pendukung lain. Untuk menghubungkan informasi yang saling
berkaitan, yang terdapat dalam berbagai skedul pendukung, diperlukan
indeks silang antarskedul pendukung.

4) Indeks silang dari skedul pendukung ke ringkasan jurnal adjustment. Setiap


jurnal Adjustment yang dicatat dalam kertas kerja ringkasan jurnal
adjustment harus diberi indeks silang, dengan cara mencantumkan indeks
skedul pendukung di belakang jurnal adjustment yang dicantumkan
kedalam ringkasan jurnal adjustment tersebut.

5) Indeks silang dari skedul utama ke working trial balance. Indeks skedul
utama dicantumkan pada working trial balance agar memudahkan
pencarian kembali informasi yang lebih rinci dari working trial balance ke
skedul utama.

6) Indeks silang dapat digunakan pula untuk menghubungkan program audit


dengan kertas kerja. Indeks kertas kerja dicantumkan pada program audit
untuk menunjukkan di kertas kerja mana hasil pelaksanaan audit tersebut
dapat ditemukan.

7) Jawaban konfirmasi, pita mesin hitung, print out computer, dan sebagainya
tidak diberi indeks kecuali jika dilampirkan di belakang kertas kerja yang
berindeks.
Ada tiga metode pemberian indeks terhadap kertas kerja:

1) Indeks angka. Kertas kerja utama (program audit, working trial balance,
ringkasan jurnal adjustment), skedul utama, dan skedul pendukung diberi
kode angka. Kertas kerja utama dan skedul utama diberi indeks dengan
angka, sedangkan skedul pendukung diberi subindeks dengan
mencantumkan nomor kode skedul utama yang berkaitan. Contoh:
6 Skedul
6-1 Kas di Bank
6-2 Konfimasi Bank
6-3 Kas Kecil
7 Skedul Utama Piutang Usaha dan Piutang Wesel 7-1 Piutang Usaha
7-2 Piutang Wesel
7-3 Konfirmasi piutang usaha
7-4 Cadangan Kerugian Piutang Usaha.

2) Indeks kombinasi angka dan huruf. Kertas kerja diberi kode yang
merupakan kombinasi huruf dan angka. Kertas kerja utama dan skedul
utama diberi kode huruf, sedangkan skedul pendukungnya diberi kode
kombinasi huruf dan angka.
Contoh :
A Skedul Utama Kas A-1 Kas dan Bank
A-2 Konfirmasi Bank A-3 Dana Kas Kecil
c. Indeks angka berurutan. Kertas kerja diberi kode angka yang berurutan.
Contoh :

a) Skedul Utama Kas

b) Kas dan Bank

c) Konfirmasi Bank

d) Dana Kas Kecil

Selain faktor diatas ada beberapa faktor lain yang harus diperhatikan dalam
membuat indeks pemeriksaan, yaitu sebagai berikut: Factor yang harus diperhatkan
dalam pemberian indeks pada kertas kerja pemeriksaan:

1) Indeks harus ditempatkan disudut kanan atas atau kanan bawah dari KKP

2) Tinta yang digunakan untuk penulisan kode indeks/nomor KKP maupun tanda
tickmark sebaiknya menggunakan warna yang berbeda dengan tulisan hasil
KKP

3) Untuk setiap KKP yang sejenis, hendaknya ditandai dengan nomor halaman yg
berurutan

4) Perhatikan prosedur indeks silang atau referensi silang

5) Kertas kerja pendukung diberi indeks sesuai dengan kertas kerja induk dengan
nomor setelah indeks induk

6) Setiap kertas kerja harus diberi indeks, dapat disudut atas atau di sudut bawah.

C. LATIHAN SOAL
1. Jelaskan pengertian kertas kerja pemeriksaan dan sebutkan berkas berasal dari
mana saja!

2. Sebutkan tujuan kertas kerja pemeriksaan?

3. Bagaimana criteria kertas kerja pemeriksaan yang baik jelaskan!

4. Jelaskan perbedaan current file dan permanen file seta berikan contohnya?

5. Tolong buatkan contoh working balance sheet dan working profit and loss!

D. DAFTAR PUSTAKA
• Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan
Publik Buku 1 dan 2, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta, 2012
• Mulyadi, Auditing Buku 1 dan 2 , Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2013
• Alvin A. Arens, Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Buku 1 dan 2 , Airlangga, Jakarta,
2006
PERTEMUAN 11
BUKTI AUDIT

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu:

1. Pengertian Bukti Audit

2. Tipe Bukti Audit

3. Sifat Asersi Bukti Audit

4. Kompetensi dan Penilaian Bukti Audit

B. URAIAN MATERI

1. Pengertian Bukti Audit

Menurut Mulyadi(2002),“bukti audit adalah segala informasi yang mendukung


angka-angka atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan,yang dapat
digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapatnya.”

Menurut Arrens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf
(2003), “bukti audit adalah segala informasi yang digunakan oleh auditor dalam
menentukan kesesuian informasi yang sedang diaudit dengan kriteria yang
ditetapkan.”

Sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka memberikan


pendapat atas laporan keuangan terdiri dari usaha untuk mendapatkan dan
mengevaluasi bukti audit. Ukuran keabsahan (validity) bukti tersebut untuk tujuan audit
tergantung pada pertimbangan auditor independen, dalam hal ini bukti audit (audit
evidence) berbeda dengan bukti hukum (legal evidence) yang diatur secara tegas oleh
peraturan yang ketat. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan
yang ditarik oleh auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas
laporan keuangan auditan. Relevansi, objektivitas, ketepatan waktu, dan keberadaan
bukti audit lain yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap
kompetensi bukti.

2. Tipe Bukti Audit

Menurut Mulyadi (2002), tipe bukti audit dapat digolongkan menjadi dua golongan:

a) Tipe data akuntansi

1) Pengendalian intern. Semakin kuat pengendalian intern, semakin sedikit bukti


audit yang harus dikumpulkan sebagai dasar pernyataan pendapat auditor.
Jika pengendalian auditor lemah, auditor harus mengumpulkan jumlah bukti
audit yang lebih banyak.

2) Catatan akuntansi. Keandalan catatan akuntansi sebagai bukti audit


tergantung pada pengendalian intern yang diterapkan dalam penyelenggaraan
catatan akuntansi tersebut

b) Tipe Informasi Penguat

1) Bukti fisik adalah bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau
perhitungan aktiva berwujud.

2) Bukti dokumenter dibuat dari kertas bertuliskan huruf dan atau angka atau
simbol-simbol yang lain. Antara lain:

i. Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang
dikirimkan langsung kepada auditor.

ii. Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar yang bebas yang disimpan
dalam arsip klien.

iii. Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien

3) Perhitungan sebagai bukti

i. Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan vertikal.

ii. Cross-footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal.

iii. Pembuktian ketelitian perhitungan biaya depresiasi dengan cara


menggunakan tarif depresiasi yang digunakan oleh klien.

iv. Pembuktian ketelitian penentuan taksiran kerugian piutang usaha, laba


per saham yang beredar, taksiran pajak perseroan dan lain- lain.

4) Bukti lisan adalah jawaban lisan yang diperoleh dari permintaan keterangan.
Keterangan yang diminta oleh auditor akan meliputi masalah- masalah yang
sangat luas, seperti kebijakan akuntansi, lokasi catatan dan dokumen, alasan
penggunaan prinsip akuntansi yang tidak berterima umum, kemungkinan
pengumpulan piutang usaha yang sudah lama tidak tertagih, dan
kemungkinan adanya utang bersyarat.

5) Perbandingan dan rasio ini dikumpulkan oleh auditor pada awal audit untuk
membantu penentuan objek audit yang memerlukan penyelidikan yang
mendalam dan diperiksa kembali pada akhir audit untuk menguatkan
kesimpulan-kesimpulan yang dibuat atas dasar bukti-bukti lain.

3. Sifat Asersi Bukti Audit

Asersi (assertion) adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam


komponen laporan keuangan. Pernyataan tersebut dapat bersifat implisit atau eksplisit
serta dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Keberadaaan atau Keterjadian (Existence or Occurrence)

b. Kelengkapan (Completencess)

c. Hak dan kewajiban (right and obligation).

d. Penilaian (valuation) atau alokasi

e. Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)


Contoh dari masing-masing pengklasifikasian tersebut adalah sebagai berikut:

a. Keberadaaan atau Keterjadian (Existence or Occurrence). Asersi tentang


keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan apakah aktiva atau utang
entitas ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah terjadi
selama periode tertentu.

Contoh : manajemen membuat asersi bahwa sediaan produk jadi yang tercantum
dalam neraca adalah tersedia untuk dijual.

b. Kelengkapan (Completencess). Asersi tentang kelengkapan berhubungan


dengan apakah semua transaksi dan akun yang seharusnya disajikan dalam
laporan keuangan telah dicantumkan di dalamnya.

Contoh: manajemen membuat asersi bahwa seluruh pembelian barang dan jasa
dicatat dan dicantumkan dalam laporan keuangan

c. Hak dan kewajiban (right and obligation). Asersi tentang hak dan kewajiban
berhubungan dengan apakah aktiva merupakan hak entitas dan utang
merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu.

Contoh: manajemen membuat asersi bahwa jumlah sewa guna usaha (lease)
yang dikapitalisasi di neraca mencerminkan nilai pemerolehan hak entitas atas
kekayaan yang disewaguna-usahakan (leased) dan utang sewa guna usaha yang
bersangkutan mencerminkan suatu kewajiban entitas

d. Penilaian (valuation) atau alokasi. Asersi tentang penilaian atau alokasi


berhubungan dengan apakah komponen-komponen aktiva, kewajiban,
pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan keuangan pada jumlah
yang semestinya.

Contoh: manajemen membuat asersi bahwa aktiva tetap dicatat berdasarkan


harga pemerolehannya dan pemerolehan semacam itu secara sistematik
dialokasikan ke dalam periode-periode akuntansi yang semestinya.

e. Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure). Asersi tentang


penyajian dan pengungkapan berhubungan dengan apakah komponen-
komponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan
diungkapkan semestinya.

Contoh: manajemen membuat asersi bahwa kewajiban-kewajiban yang


diklasifikasikan sebagai utang jangka panjang di neraca tidak akan jatuh tempo
dalam waktu satu tahun.

4. Kompetensi dan Penilaian Bukti Audit

Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit, terlepas bentuknya, harus sah
dan relevan. Keabsahan sangat tergantung atas keadaan yang berkaitan dengan
pemerolehan bukti tersebut. Dengan demikian penarikan kesimpulan secara umum
mengenai dapat diandalkannya berbagai macam bukti audit, tergantung pada
pengecualian penting yang ada. Namun, jika pengecualian yang penting dapat
diketahui, anggapan berikut ini mengenai keabsahan bukti audit dalam audit,
meskipun satu sama lain tidak bersifat saling meniadakan, dapat bermanfaat:

a. Apabila bukti dapat diperoleh dari pihak independen di luar perusahaan, untuk
tujuan audit auditor independen, bukti tersebut memberikan jaminan keandalan
yang lebih daripada bukti yang diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri.

b. Semakin efektif pengendalian intern, semakin besar jaminan yang diberikan


mengenai keandalan data akuntansi dan laporan keuangan.

c. Pengetahuan auditor secara pribadi dan langsung yang diperoleh melalui inspeksi
fisik, pengamatan, perhitungan, dan inspeksi lebih bersifat menyimpulkan
dibandingkan dengan yang diperoleh secara tidak langsung.

Kompetensi atau reliabilitas bahan bukti yang berupa catatan akuntansi


berkaitan erat dengan efektivitas pengendalian internal klien. Semakin efektif
pengendalian intern klien, semakin kompeten catatan akuntansi yang dihasilkan.
Kompetensi bukti yang berupa informasi penguat tergantung pada beberapa faktor,
yaitu:

a. Relevansi → bukti audit harus berkaitan dengan tujuan audit.


Contoh: pengamatan fisik persediaan yang di auditor relevan digunakan untuk
menentukan keberadaan persediaan. Namun, pengamatan fisik persediaan tidak
relevan digunakan untuk menentukan apakah persediaan tersebut benar-benar
dimiliki perusahaan.

b. Sumber → bukti audit yang berasal dari sumber di luar organisasi klien pada
umumnya merupakan bukti yang tingkat kompetensinya dianggap tinggi.

Contoh : Jawaban hasil konfirmasi baik piutang, hutang maupun bank.

c. Ketepatan waktu → berkaitan dengan tanggal berlakunya bukti yang diperoleh


oleh auditor.

Contoh : cutoff telah dilakukan secara tepat untuk setiap akun aktiva, utang dan
laba rugi

d. Objektivitas → bukti objektif umumnya lebih andal dibandingkan dengan bukti


yang bersifat subjektif.

Contoh: bukti yang penilaian nya adalah berdasarkan fakta fisik dan semacam.
bukti subjektif, seperti estimasi manajemen, auditor harus mempertimbangkan
kualifikasi dan integritas individu pembuat estimasi, dan menentukan ketepatan
proses pembuatan keputusan dalam membuat judgement.

Seperti yang sudah pernah dibahas pada pertemuan sebelumnya mengenai


Teknik Audit yaitu bagaimana seorang auditor mendapatkan bukti audit yang
kompeten, maka dapat dibedakan beberapa macam dan cara memperolehnya, berikut
penjelasannya:

a. Bukti Fisik.

Merupakan suatu bukti yang sudah diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik, misalnya
dari hasil pemeriksaan persediaan, pemeriksaan kas, observasi dari aktiva tetap.
Bukti-bukti fisik ini memang seharusnya diperoleh dari pemeriksaan dan
perhitungan obyek yang sudah memilki bentuk yang nyata.

b. Bukti Konfirmasi.

Adalah bukti yang sudah diperoleh dari berbagai tindakan-tindakan konfirmasi


terhadap pihak ketiga. Konfirmasi ini biasanya akan dilakukan untuk menanyakan
bagaimana kebenaran dari saldo yang telah disajikan pada laporan keuangan.
Oleh karena bukti ini dianggap sebagai salah satu bukti yang jauh lebih handal dari
pada bukti-bukti yang sudah diperoleh dari perusahaan, maka pihak yang akan
menjadi sasaran dari surat konfirmasi diharapkan akan mampu dalam memberikan
pernyataan yang sebenarnya dan dengan sejujur-jujurnya. Pihak-pihak yang telah
dikirimkan surat konfirmasi, baik dari mitra bisnis auditee misalnya suplier,
konsumen dengan nilai piutang terbesar maupun dari pihak yang independen
misalnya kantor hukum.

c. Proses dokumentasi.

Suatu bukti yang sudah diperoleh dari pemeriksaan catatan transaksi keuangan.
Proses seperti ini biasanya lebih sering disebut dengan pemeriksaan kepada bukti
transaksi atau lebih dikenal dengan Vouching. Beberapa catatan akuntansi yang
lebih sering diperiksa adalah bukti-bukti transaksinya, yaitu:

• Bukti kas masuk dan kas keluar.

• Surat pesanan pembelian.

• Dokumen pengapalan/bill of leading.

• Duplikat faktur penjualan dan lain sebagainya

d. Observasi.

Suatu tindakan yang sudah dilakukan untuk memperoleh bukti-bukti audit dengan
cara menggunakan panca indra. Misalnya memanfaatkan indera penglihatan,
indera pendengaran, sentuhan, penciuman. Bukti audit yang dapat diperokeh
melalui pengamatan yaitu bukti yang memiliki wujud, bentuk fisik. Bukti audit dari
hasil observasi adalah sebagai berikut:

• Hasil pengamatan terhadap berbagai fasilitas-fasilitas yang telah disediakan


oleh perusahaan.

• Barang-barang yang sudah tersimpan baik yang masih memang berfungsi


maupun yang sudah mendekati akhir dari masa ekonomisya

e. Inquiries.

Bukti-bukti yang berasal dari peryataan atau jawaban atas berbagai pertanyaan-
pertanyaan dari pihak auditor yang baik yang sudah berbentuk tulisan maupun
yang berupa lisan. Bukti yang berupa lisan dapat diperoleh melalui pertanyaan-
pertanyaan dan bukti-bukti tertullis yang hanya dapat diperoleh dari berbagai
jawaban atas pertanyaan tertulis. Auditor juga bisa mendapatkan bukti tertulis dari
pertanyaan lisan dengan cara menkonversi menjadi pernyataan tertulis kemudian
memintanya tanda tangan.

f. Perhitungan. Suatu bukti yang sudah diperoleh dari beberapa kali pengujian
perhitungan kembali. Para auditor dapat memberikan tanda-tanda pada kertas
kerja bahwa saldo yang sudah diperiksa perhitungannya telah dilakukan dengan
sangat cermat dan tepat. Perhitungan kembali yang harus dilakukan untuk
memeriksa tingkat kecermatan perhitungan yang seblumnya telah dilakukan oleh
auditee.

g. Reperformance. Bukti-bukti penting yang sudah diperoleh dari pemeriksaan


prosedur kerja yang masih berlaku dan masih bisa dijalankan oleh pihak auditee
termasuk juga tentang pengendalian internalnya. Tujuan dari dilakukan
reperformance ini adalah untuk menguji sampai seberapa handal informasi-
informasi keuangan yang sudah dihasilkan. Analisis otorisasi melalui
pemeriksaaan specimen sangat perlu untuk dilakukan agar bisa mengetahui kuat
dan efektifnya penerapa dalam hal pengendalian internal perusahaan.

h. Tes analisis. Suatu bukti yang sudah diperoleh dengan cara membandingkan dari
beberapa saldo sampai dengan membentuk sebuah rasio. Tujuan dari
dilakukannya analitikal prosedur adalah untuk menilai bagaimana tren, dengan
cara membandingkan rasio dari periode yang berjalan dengan rasio periode yang
lalu. Selain itu penjelasan atas berbagai tren, baik yang menurun atau yang sudah
meningkat dapat digunakan sebagai salah satu dari bukti audit.
Bukti Audit Sebagai Dasar yang Layak untuk Menyatakan Pendapat Auditor.
Pertimbangan auditor tentang kelayakan bukti audit dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu:

1) Pertimbangan professional, merupakan salah satu faktor yang menentukan


keseragaman penerapan mutu dan jumlah bukti yang diperlukan dalam audit.

2) Integritas manajemen, auditor akan meminta bukti kompeten jika terdapat


keraguan terhadap integritas manajemen.

3) Kepemilkikan publik versus terbatas, auditor memerlukan tingkat keyakinan yang


lebih tinggi dalam audit atas laporan keuangan perusahaan publik dibandingkan
dengan audit atas laporan keuangan perusahaan yang dimiliki oleh dikalangan
terbatas.

4) Kondisi keuangan, auditor harus mempertahankan pendapatnya atas laporan


keuangan auditan dan mutu pekerjaan audit yang telah dilaksanakan sekalipun
jika perusahaan yang telah diaudit mengalami kesulitan keuangan ataupun
kebangkrutan.

C. LATIHAN SOAL

1. Jelaskan pengertian bukti audit menurut pendapat kalian!

2. Menurut pendapat kalian jika auditor menemukan salah saji atau penyimpangan tidak
disertai dengan Bukti maka apa yang akan terjadi?

3. Untuk mendapatkan bukti audit yang kompeten auditor dapat memperoleh dari pihak
ketiga contohnya adalah konfirmasi, buatlah konfirmasi atas suatu hutang di
perusahaan!

D. DAFTAR PUSTAKA
• Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan
Publik Buku 1 dan 2, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta, 2012
• Mulyadi, Auditing Buku 1 dan 2 , Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2013
• Alvin A. Arens, Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Buku 1 dan 2 , Airlangga, Jakarta,
2006
PERTEMUAN 12
TES TRANSAKSI

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu:
1. Sifat Bukti Audit
2. Compliance Test dan Substantive Test
3. Cara Pemilihan Sampel
4. Membuat Contoh Tes Transaksi

B. URAIAN MATERI
1. Sifat Bukti Audit
Bukti audit penguat meliputi baik informasi tertulis maupun elektronik, seperti cek:
a. electronic fund system
b. faktur
c. surat kontrak
d. notulen rapat
e. konfirmasi dan
f. representasi tertulis dari pihak yang mengetahui
g. informasi yang diperoleh auditor melalui permintaan keterangan,
pengamatan, inspeksi dan pemeriksaan fisik
h. informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor untuk
menarik kesimpulan dalam alasan yang kuat
Menurut Konrath (2002:114 & 115) ada enam tipe bukti audit, adalah sebagai
berikut:
1) Physical evidence
terdiri atas keseluruhan sesuatu yang bisa dihitung, dipelihara, diobservasi atai
diinspeksi, dan terutama berguna untuk mendukung tujuan eksistensi atau
keberadaan. contohnya adalah bukti-bukti fisik yang diperoleh dari kas opname,
observasi dari perhitungan fisik persediaan, pemeriksaan fisik surat
berharga dan inventarisasi asset tetap
2) Evidance Obtain Through confirmation
bukti yang diperoleh mengenai eksistensi, kepemilikan atau penilaian, langsung
dari pihak ketiga diluar klien. contohnya jawaban konfirmasi piutang, utang,
barang konsinyasi, surat berharga yang disimpan biro administrasi efek dan
konfirmasi dari penasehat hukum klien.
3) documentaty evidence
terdiri dari catatan-catatan akuntansi dan seluruh dokumen pendukung
transaksi. contoh: faktur pembelian, copy faktur penjualan, journal voucher,
general ledger, dan sub ledger.
4) mathematical evidence
merupakan perhitungan, perhitungan kembali dan rekonsiliasi yang dilakukan
auditor. misalnya footing, cross footing dan extension dari rincian persediaan,
perhitungan dan alokasi beban penyusutan, perhitungan beban bunga, laba/rugi
penarikan asset tetap, PPh dan accruals. misalnya: pemeriksaan rekonsiliasi
bank, rekonsiliasi saldo piutang usaha dan utang menurut buku besar dan sub
buku besar, rekonsiliasi inter company account
5) analythical evidence
bukti dari penelaahan analitis terhadap informasi keuangan klien. penelaahan
analitis. penelaahan analitis ini harus dilakukan pada waktu membuat
perencanaan audit, sebelum melakukan substantive test dan pada akhir
pekerjaan lapangan. prosedur analitis dilakukan dalam bentuk:
a) Trend (Horizontal) Analysis, yaitu membandingkan angka-angka laporan
keuangan tahun berjalan dengan tahun-tahun sebelumnya dan menyelidiki
kenaikan/penurunan yang signifikan baik dalam jumlah rupiah maupun
persentase
b) Common Size (Vertical) Analysis
c) Ratio Analysis, misalnya menghitung rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio
leverage dan rasio manajemen asset.
6) hearsay evidence
merupakan bukti dalam bentuk jawaban lisan dari klien atas pertanyaan-
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan auditor. misalnya pertanyaan-pertanyaan
mengenai pengendalian intern, ada tidaknya contigent liabilities, persediaan
yang bergerak lambat atau rusak, kejadian penting sesudah tanggal neraca dan
lainnya.
2. Compliance Test dan Susbtantive Test
Tes ketaatan (Compliance test) atau of recorded transactions adalah tes
terhadap bukti-bukti pembukuan yang mendukung transaksi yang dicatat
perusahaan untuk mengetahui apakah setiap transaksi yang terjadi sudah
diproses dan dicatat sesuai dengan system dan prosedur yang ditetapkan
manajemen.
Dalam test ketaan jika terjadi kesalahan atau penyimpangan dalam proses
pencatatan transaksi, walaupun jumlah (rupiah)nya tidak material, auditor harus
memperhitungkan pengaruh dari penyimpangan tersebut terhadap efektivitas
pengendalian intern. serta harus dipertimbangkan apakah kelemahan dalam
salah satu aspek pengendalian intern bisa diatasi dengan suatu “Compensating
control”
contoh:
Salah saji/ Temuan Kelemahan / I/C Compensating Control
1. Bukti Timbul kemungkinan 1) subledger utang
pengeluaran kas bukti pendukung selalu di update
dan bukti-bukti digunakan untuk dan setiap akhir
pendukung tidak pembyaran yang kedua bulan direconcile
di cap lunas kalinya denga saldo
utang di buku
besar
2) perusahaan
memiliki again
internal audit
yang cukup kuat
dan setiap bulan
memeriksa
kelengkapan
bukti-bukti
pengeluaran kas
2. bukti pengeluaran Timbul kemungkinan Perusahaan
kas tidak penyalahgunaan bukti menggunakan imprest
bernomor urut tersebut untuk fund system untuk
cetak kepentingan pribadi pengeluaran ≤ Rp.
750.000,- untuk jumlah
≥ 750.000,- dibayar
dengan giro, yang urutan
nomornya selalu diawasi

Compliance test biasanya dilakukan untuk transaksi berikut :


Jenis Transaksi Jenis Compliance Test Sample yang
digunakan
Penjualan Sales test Faktur penjualan
Penerimaan kas Cash Receipts test Kwitansi
Pengeluaran kas Cash disbursements Nomor check/giro
test
Pembelian Purchase test Purchase Order
Pembayaran gaji dan Payrol test Daftar Gaji
upah
Journal Journal voucher test Jurnal Voucher
koreksi/penyesuaian

Dalam melaksanakan compliance test, auditor harus memperhatikan hal-


hal sebagai berikut:
a. kelengkapan bukti pendukung (supporting documents)
b. kebenaran perhitungan mathematis (footing, cross footing, extension)
c. otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang
d. kebenaran nomor perkiraan yang didebit/dikredit
e. kebenaran posting ke buku besar dan sub buku besar
Compliance test bisa dilakukan pada waktu interim audit dan dilanjurkan setelah
perushaan melakukan penutupan buku pada akhir tahun.

Substantive test adalah tes terhadap kewajaran saldo-saldo perkiraan


laporan keuangan (neraca dan laba rugi). substantive test biasa dilakukan dalam
pemeriksaan antara lain:
1) inventarisasi asset tetap
2) observasi atas stock opname
3) konfirmasi piutang, utang dan bank
4) subsequents collection dan subsequent payment
5) kas opname
6) pemeriksaan rekonsiliasi bank dan lain-lain

jika pada waktu melakukan substantive test, auditor menemukan


kesalahan-kesalahan, harus dipertimbangkan apakah kesalahan tersebut
jumlahnya material atau tidak. jika kesalahannya material, auditor harus
mengusulkan audit adjustmen secara tertulis (Dalam bentuk daftar audit
adjustment). jika usulan adjustment tidak disetujui klien, dan auditor yakin usulan
adjustment tersebut benar, maka auditor tidak boleh memberikan unqualified
opinion.
untuk kesalahan yang jumlahnya tidak material (immaterial). auditor tetap
perlu mengajukan usulan adjustment, tetapi tidak perlu dipaksakan karena tidak
akan mempengaruhi opini akuntan public. dalam melakukan substantive test,
auditor perlu membuat kertas kerja dalam bentuk working balance sheet, working
profit and loss, top schedule dan supporting schedule.

3. Cara pemilihan sampel


Dalam melakukan pemeriksaannya, akuntan publik biasanya tidak
memeriksa keseluruhan transaksi dan bukti-bukti yang terdapat dalam
perusahaan. karena jika seluruhnya diperiksa, tentunya akan memerlukan waktu
yang lam dan memakan biaya yang besar. karena itu transaksi-transaksi dan
bukti-bukti diperiksa secara “test basis” atau secara sampling. dari keseluruhan
“universe” diambil beberapa sampel untuk ditest, dan dari hasil pemeriksaan
sampel, auditor akan menarik kesimpulan mengenai “universe” secara
keseluruhan.
Cara pemilihan sampel tidak boleh seenaknya, karena sampel tersebut
haruslah mewakili universe secara tepat, karena jika sampel yang dipilih tidak
tepat, akan sangat mempengaruhi kesimpulan yang ditarik. sampel harus dipilih
dengan cara tertentu yang bisa dipertanggungjawabkan, sehingga sampel
tersebut betul-betul representative.
Menurut PSA No 26, “sampling audit adalah penerapan prosedur audit
terhadap unsur-unsur suatu saldo akun atau kelompok transaksi yang kurang dari
serratus persen dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun
atau kelompok transaksi tersebut.”. “Ada dua pendekatan umum dalam sampling
audit: nonstatistik dan statistic, kedua pendekatan tersebut mengharuskan
auditor menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian sampel, serta dalam menghubungkan bukti audit
yang dihasilkan dari sampel dengan bukti audit lain dalam penarikan kesimpulan
atas saldo akun kelompok transaksi yang berkaitan”
Metode sampling apapun yang digunakan, auditor dianjurkan untuk terlebih
dahulu Menyusun “sampling plan”. beberapa cara pemilihan sampling yang
sering digunakan adalah;
a. random/judgement sampling
pemilihan sampel dilakukan secara random dengan menggunakan judgement
si akuntan public
salah satu cara misalnya; dalam melakukan tes transaksi atas pengeluaran
kas auditor menentukan bahwa semua pengeluaran kas yang lebih besar atau
sama dengan Rp. 5.000.000,’- harus di vouching, ditambah dua setiap bulan
yang berjumalh dibwah Rp. 5.000.000,-
cara lainnya auditor bisa menggunakan random sampling table dalam memilih
sampel. pemilihan sampel bisa juga dilakukan dengan menggunakan
komputer
b. block sampling
dalam hal ini auditor memilih transaksi dibulan-bulan tertentu sebagai sampel,
misalnya bulan januari, juni dan desember.
keberhasilan kedua cara diatas walaupun paling mudah, tetapi sangat
tergantung pada judgemenert si auditor, semakin banyak pengalaman
auditor, semakin baik hasilnya, dalam arti sampel yang dipilih betul-betul
representative. tetapi jika auditor kurang pengalaman, sampel yang dipilih
akan kurang representative.
c. statistical sampling
pemilihan sampel dilakukan secara ilmiah, sehingga walaupun lebih sulit
namun sampel yang terpilih betul-betul representative. karena memakan
waktu lebih banyak, statistic sampling lebih banyak digunakan dalam audit di
perusahaan yang sangat besar dan mempunyai internal control yang cukup
baik.
C. LATIHAN SOAL
1. buatkan contoh tes transaksi untuk pemeriksaan persediaan!
2. berikan contoh sampling audit dari masing-masing cara , random sampling, block
sampling dan statistical sampling!

D. DAFTAR PUSTAKA

• Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan


olehAkuntan Publik Buku 1 dan 2, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta,
2012
• Mulyadi, Auditing Buku 1 dan 2 , Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2013

• Arens
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

PERTEMUAN KE-13

PEMERIKSAAN KAS DAN SETARA KAS

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Peserta didik mampu menganalisis sifat, contoh, tujuan dan prosedur pemeriksaan
kas dan setara kas. dan mampu menyajikannya dalam kertas kerja audit serta
mampu menganalisa salah saji material dalam penyajian kas dan setara kas dalam
laporan posisi keuangan.

B. URAIAN MATERI
1. Sifat Dan Contoh Kas dan Setara Kas
Kas merupakan aset lancar perusahan yang sifatnya sangat liquid, dan
mudah untuk diselewengkan. Selain itu banak transaksi perusahaan berkaitan
dengan penerimaan dan pengeluaran kas. Untuk mengurangi tidak
kecurangan terkait kas maka diperlukan pengendalian internal perusahaan
yang baik atas kas dan setara kas.
Berikut adalah definisi kas menurut beberapa sumber :
Menurut PSAK No 2, Hal 2.2 dan 2.3 (IAI:2002) “kas adalah sebuah
investasi yang dapat bersifat sangat liquid, memiliki jangka pendek dan
dapat dengan cepat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi
risiko atas perubahan nilai yang signifikan.”
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Tahun 1994 : “ Kas adalah
alat pembayaran yang siap dan bebas digunakan untuk membiayai kegiatan
umum perusahaan.”
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kas merupakan alat pembayaran yang
sifatnya sangat liquid sehingga mudah dipergunakan untuk pembiayaan
keperluan perusahaan yang sifatnya mendesak dan segera.
Contoh dan yang bisa digolongkan sebagai kas dan setara kas :
a. Kas Kecil (Uang tunai baik uang kertas, uang logam) dengan mata uang
rupiah atau mata uang asing

AUDITING 1 Page 1
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

b. Saldo rekening di bank atas nama perusahaan dengan mata uang rupiah
atau mata uang asing.
c. Cek/Giro
d. Deposit Bank
e. Bon kas kecil
Yang bukan termasuk kas dan setara kas
a. Uang untuk tujuan tertentu seperti cadangan dana pensiun.
b. Cek mundur atau cek kosong tidak dapat digolongkan sebagai kas
sebelum jangka waktunya.
c. Saldo rekening bank yang dibekukan karena satu dan lain hal.
Untuk membedakan kas dengan aset lain, Anda dapat melihatnya dengan
memahami karakteristik atau ciri-cirinya, yaitu:
a. Aset perusahaan yang paling liquid dan siap digunakan dalam transaksi.
b. Standar pertukaran yang paling umum.
c. Dapat menjadi basis perhitungan dan pengukuran.
2. Tujuan Pemeriksaan Kas dan Setara Kas
a. Untuk mengetahui apakah internal control atas kas dan setara kas cukup
baik serta penerimaan dan pengeluaran kas dan bank.
b. Untuk memastikan apakah saldo kas dan setara kas yang tercantum dalam
laporan posisi keuangan sudah sesuai dan dimiliki oleh perusahaan.
c. Untuk memeriksa apakah yang dinyatakan pada rekonsiliasi benar dan
sesuai dengan buku besar dan akurat.
d. Penerimaan kas dan transaksi pengeluaran kas dicatat pada periode yang
tepat (cut-off).
e. Untuk memeriksa apakah saldo kas dan setara kas dalam mata uang asing
sudah dikonfersi dengan mata uang rupiah pertanggal neraca dan selisih
kurs sudah dibebankan di laporan laba rugi dan penghasilan
komperhenshif lainnya di tahun berjalan.

AUDITING 1 Page 2
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

f. Untuk memeriksa apakah penyajian kas dan setara kas di dalam laporan
posisi keuangan sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan
Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
3. PROSEDUR PEMERIKSAAN KAS DAN SETARA KAS
a. Memahami dan mengevaluai internal kontrol atas kas dan setara kas atas
transaksi penerimaan dan pengeluaran kas.
Untuk memahami internal control yang terdapat di perusahaan auditor
bisa melakukan tanya jawab dengan klien dengan menggunakan internal
control questionnaires. Kemudian dari hasil tanya jawab digambarkan
dengan menggunakan flowchart, dan (jika dianggap perlu) dalam bentuk
narrative.
1) Internal Control Questionnaires (ICQ)
Internal Control Questionnaires Cara ini banyak digunakan oleh
Kantor Akuntan Publik (KAP), karena dianggap lebih sederhana dan
praktis. Biasanya KAP sudah memiliki satu set ICQ yang standar,
yang bisa digunakan untuk memahami dan mengevaluasi
pengendalian intern berbagai jenis perusahaan. Pertanyaan-
pertanyaan dalam ICQ diminta untuk dijawab “YA”, “TIDAK”, atau
“TIDAK RELEVAN”. Jika pertanyaan–pertanyaan tersebut sudah
disusun dengan baik, maka jawaban “YA” akan menunjukkan ciri
internal control yang baik, “TIDAK” akan menunjukkan ciri internal
control yang lemah, “TIDAK RELEVAN” berarti pertanyaan
tersebut tidak relevan untuk perusahaan tersebut.

AUDITING 1 Page 3
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

Gambar 13.1
Internal Control Questionnaires (ICQ) Pengeluaran Kas
1) Flowchart
Flowchart menggambarkan arus dokumen dalam sistem dan prosedur
disuatu unit usaha, misalnya dalam flowchart untuk sistem dan prosedur
pembelian, utang dan pengeluaran kas, digambarkan arus dukumen mulai
dari permintaan pembelian (purchases requisition), order pembelian
(purchases order) sampai dengan pelunasan hutang yang berasal dari
pembelian tersebut. Untuk auditor yang terlatih baik, pengunaan flowchart

AUDITING 1 Page 4
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

lebih disukai, karena auditor bisa lebih cepat melihat apa saja kelemahan-
kelamahan dan kebaikan-kebaikan dari suatu sistem dan prosedur. Setelah
flowchart dibuat, auditor harus melakukan walk through, yaitu mengambil
dua atau tiga dokumen untuk mengetes apakah prosedur yang dijalankan
sesuai dengan apa yang digambarkan dalam flowchart.

AUDITING 1 Page 5
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

Gambar 13.2
Flow Chart Pengeluaran Kas

AUDITING 1 Page 6
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

2) Narrative
Narrative Dalam hal ini auditor menceritakan dalam bentuk memo, sistem
dan prosedur akuntansi yang berlaku diperusahaan, misalnya prosedur
pengeluaran kas. Cara ini biasa digunakan untuk klien kecil yang
pembukuannya sederhana.
Contoh narrative pengeluaran kas :
a) Suplier mengirimkan faktur penagihan dibuat 2 rangkap satu untuk di
file satu untuk dikirimkan kepada Bagian pembayaran PT XYZ.
b) Bagian pembayaran menerima faktur penagihan dari supplier dan
membuat surat permintaan pengeluaran kas (SPPK) dibuat 2 rangkap
satu rangkap diajukan kepada manager untuk meminta persetujuan
pembayaran satu rangkap untuk file.
c) Manager menerima SPPK dan menyutujui pembayaran, SPPK yang
telah disetujui manager diberikan kepada bagian pemegang kas.
d) Bagian pemegang kas menerima SPPK yang telah disetujui manager
membuat Bukti Kas Keluar (BKK) 3 rangkap beserta uang. Satu
rangkap untuk file, satu rangkap beserta uang ke bagian pembayaran,
satu rangkap ke bagian akuntansi.
e) Bagian pembayaran beserta uang melakukan pembayaran kepada
supplier, setelah seslesai pembayaran data bukti pembayaran dikirim ke
supplier, supplier membuat surat pelunasan pembayaran (SPP) dibuat
rangkap 2 satu untuk file satu untuk bagian pembayaran.
f) SPP dari supplier diterima bagian pembayaran lalu bagian pembayaran
membuat laporan pembayaran (LP) dibuat 2 rangkap satu untuk di file
satu untuk bagian akuntansi.
g) Laporan pembayaran (LP) dan BKK dicatat dan dibuatkan laporan
pengeluaran kas (LPK) oleh bagian akuntansi dibuat 2 rangkap satu
untuk difile satu untuk bagian manager.
h) Manager menerima LPK dari bagian akuntansi dan transaksi
dinyatakan selesai.

AUDITING 1 Page 7
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

Berdasarkan jawaban ICQ, flowchart dan penjelasan narrative, auditor bisa


mengevaluasikan internal control atas kas dan setara kas serta penerimaan dan
pengeluarkan kas/bank baik, sedang atau lemah. Jika disimpulkan sementara bahwa
internal control baik atau sedang, auditor harus melakukan tes ketaatan atas
transaksi penerimaan dan pengeluaran kas/bank untuk membuktikan apakah internal
control berjalan efektif atau tidak. Yang diambil sebagai sampel biasanya bukti
penerimaan kas/bank dan bukti pengeluaran kas/bank atau nomor check/ giro.
Langkah pengujian transaksi Penerimaan Kas/Bank
a) Ambil sampel bukti pengeluaran kas/bank secara random: semua
penerimaan kas yang berjumlah >Rp. 10 juta ditambah 10 pengeluaran
kas/bank yang berjumlah < Rp.10 juta.
b) Periksa apakah bukti pengeluara kas tersebut : Sudah diotorisasi pejabat
perusahaan yang berwenang. Lengkap bukti pendukungnya (misalnya
kwitansi bernomor urut tercetak, deposit slip). Mencantumkan nomor
perkiraan yang didebet dengan benar dan perhitungan methematicnya sudah
bener.
c) Periksa apakah posting ke buku besar kas (untuk pembelian tunai) dan
hutang (untuk pelunasan hutang) serta buku besar pembelian sudah dengan
benar. Begitu juga posting ke sub buku besar piutang.
d) Tarik kesimpulan mengenal hasil compliance test.
b. Buat top schedule kas dan setara kas per tanggal neraca ( misal per 31-
12-2021 ), atau kalau belum selesai, boleh per 31-11-2021 atau 30-11-
2021; penambahan mutasi akan diperiksa kemudian, apakah ada hal-hal
yang unsual (diluar kebiasaan) atau tidak.

AUDITING 1 Page 8
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

Gambar 13.3
Contoh Top Schedule Kas dan setara Kas
c. Lakukan cash count (perhitungan fisik uang kas) per tanggal laporan
posisi keuangan, perhitungan juga dapat dilakukan sesudah tanggal
laporan posisi keuangan, dan harus dituangkan dalam berita acara kas
opname. Apabila tidak dilakukan kas opname maka dapat digantikan
dengan surat konfirmasi yang menyatakan saldo kas dari kasir
(pemegang uang kas).

AUDITING 1 Page 9
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

Gambar 13.4
Contoh Berita Acara Kas Opname
d. Mengirimkan surat konfirmasi ke rekening bank yang dimiliki oleh
perusahaan. Lakukan review atas jawaban dari Bank apakah ada
perbedaan jumlah saldo yang dimiliki perusahaan.

AUDITING 1 Page 10
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

Gambar 13.5
Contoh Surat Konfirmasi Bank
e. Periksa rekonsiliasi bank pertanggal laporan posisi keuangan, dan
cocokkan dengan saldo rekening giro perusahaan.
f. Periksa inter bank transfer 2 minggu sebelum dan 2 minggu sesudah
tanggal laporan posisi keuangan berikut dengan perusahaan afiliasi untuk
mengetahui adanya kitting yang bertujuan manipulasi laporan keuangan
seperti window dressing.
g. Lakukan pemeriksaan transaksi sebelum dan sesudah laporan posisi
keuangan, buatkan subsequent payment dan subsequent collection bisa
dibuatkan 2 minggu sebelum dan 2 minggu sesudah tanggal laporan
posisi keuangan.
h. Apabila ada saldo kas dan setara kas menggunakan mata uang asing cek
kembali apakah sudah dikonfersi kedalam rupiah, dengan menggunakan
kurs tengah BI. dan selisih kursnya sudah dibebankan di laporan laba
rugi komperhensif lainnya.

AUDITING 1 Page 11
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

Gambar 13.5
Contoh Supporting Schedule Bank
i. Analisa apakah penyajian kas dan setara kas sudah sesuai dengan sandar
akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS) dan berikan
kewajaran penyajiannya kas dan setara kas.
4. LATIHAN SOAL
1. Jelaskan tentang kas dan setara kas, beserta contohnya.
2. Apa saja prosedur yang harus dilakukan auditor dalam memeriksa kas dan
setara kas.
5. DAFTAR PUSTAKA

Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan


Akuntan oleh Akuntan Publik Buku 1 dan 2, Edisi 4, Salemba
Empat, Jakarta, 2017

AUDITING 1 Page 12
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

Mulyadi, Auditing Buku 1 dan 2 , Edisi 6, Salemba Empat,


Jakarta, 2013

Alvin A. Arens, Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Buku 1 dan 2 ,


Airlangga, Jakarta, 2006

AUDITING 1 Page 13
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

PERTEMUAN KE-14

PEMERIKSAAN PIUTANG

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu menganalisis sifat, contoh, tujuan dan prosedur pemeriksaan
piutang dan dapat mempraktekan cara memeriksa piutang secara buku ataupun
realitas dengan verifikasi. Mahasiswa mampu menyajikannya dalam kertas kerja
audit serta menganalisa salah saji material dalam penyajian piutang dalam laporan
posisi keuangan.

B. URAIAN MATERI
1. Sifat Dan Contoh Piutang
Standar akuntansi keuangan menggolongkan piutang berdasarkan sumber
terjadinya piutang menjadi dua kategori, yaitu piutang usaha dan piutang
lain-lain.
Piutang Usaha adalah piutang yang timbul akibat dari penjualan barang/jasa
secara kredit.
Piutang lain-lain adalah piutang yang timbul dari transaksi di luar kegiatan
usaha perusahaan.
Contoh dan yang bisa digolongkan sebagai piutang :
a. Piutang Usaha
b. Allowance for bad debt (penyisihan piutang tak tertagih)
c. Wesel tagih
d. Kasbon/piutang karyawan
e. Piutang bunga
f. Uang jaminan
g. Piutang lain-lain
h. Piutang pemegang saham
i. Piutang afiliasi

AUDITING 1 Page 1
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

2. Tujuan Pemeriksaan Piutang


a. Untuk mengetahui apakah internal control atas piutang cukup baik atas
transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas.
Beberapa ciri-ciri internal kontrol yang baik atas transaksi penjualan,
piutang dan penerimaan kas adalah :
1) Memisahkan tugas dan tanggung jawab bagian pengiriman barang,
penjualan, pembuatan tagihan, pengotorisasi penjualan kredit, dan
pencatatan.
2) Menggunakan formulir bernomor urut cetak seperti surat jalan, kredit
memo, sales order/PO, invoice, kuitansi.
3) Menggunakan pricelist harga jual tertulis dan pemberian diskon harus
diotorisasi pejabat pihak berwenang.
4) Kartu piutang selalu diupdate.
5) Setiap bulan dilakukan analisa umur piutang.
6) Setiap laporan bulanan saldo piutang dicek ke masing-masing
pelanggan dan dibandingkan jumlahnya dengan buku besar dan
kirimkan montly statement of account kepada masing-masing
pelanggan.
7) Setoran pembayaran dari pelanggan berupa uang tunai, cek, giro atau
bukti transfer harus dicek jumlahnya apakah sudah sesuai dengan yang
tercantum pada dokumen penagihan.
8) Mutasi kredit piutang yang berasal dari retur pelanggan harus
diotorisasi oleh pihak pejabat berwenang.
9) Piutang karyawan, pemegang saham dan perusahaan afiliasi harus
diotorisasi oleh pihak pejabat berwenang dan didukung bukti dokumen
yang memadai.
b. Piutang yang diperiksa harus valid dan otentik.
Valid yang merupakan piutang itu sah, berlaku dan diakui oleh kreditur.
Otentik merupakan piutang yang didukung bukti-bukti seperti surat jalan,
kredit memo, sales order, invoice, kuitansi.

AUDITING 1 Page 2
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

c. Perkiraan penyisihan piutang tak tertagih cukup.


Piutang yang disajikan di laporan posisi keuangan jumlah yang bisa
ditagih, karena jumlah yang tidak bisa tertagih dicadangkan dan
dibebankan sebagai beban piutang tak tertagih.
d. Untuk mengetahui adakah piutang bersyarat atas pendiskontoan wesel
tagih.
e. Untuk memeriksa apakah yang dinyatakan pada rekonsiliasi benar dan
sesuai dengan buku besar dan akurat.
f. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di dalam laporan posisi
keuangan sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan Indonesia
(SAK/ETAP/IFRS).

Menurut SAK ETAP

Penurunan nilai pinjaman yang diberikan dan piutang dibentuk sebesar estimasi
kerugian yang tidak dapat ditagih.Penurunan nilai ditentukan dengan
memperhatikan antara lain pengalaman, prospek industri, prospek usaha, kondisi
keuangan dengan penekanan pada arus kas, kemampuan membayar debitor, dan
agunan yang dikuasai. Jika estimasi nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual
melebihi jumlah tercatat aset, maka estimasi harus menaikan jumlah tercatat aset
tersebut ke nilai wajar dikurangibiaya untuk menjual, tergantung dengan
pembatasan yang dijelaskan dalam paragraf berikut. Kenaikan tersebut adalah
pemulihan kerugian penurunan nilai. Kenaikan jumlah tercatat aset yang dapat
didistribusikan pada pemulihan kerugian penurunan nilai aset tidak boleh melebihi
jumlah tercatat yang telah ditentukan (nilai bersih dari amortisasi atau penyusutan)
tanpa kerugian penurunan nilai yang diakui pada periode lalu.

Selain itu penulis berpendapat bahwa piutang pegawai, piutang direksi, pemegang
saham, piutang perusahaan afiliasi harus dilaporkan tersendiri dan dijelaskan apakah
dikenakan bunga atau tidak.

AUDITING 1 Page 3
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

3. PROSEDUR PEMERIKSAAN PIUTANG

1. Pahami dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan,
piutang dan penerimaan kas.
2. Buat top schedulepiutang per tanggal neraca.
3. Minta aging scheduledari piutang usaha per tanggal neracayang antara lain
menunjukkan nama pelanggan, saldo piutang, umur piutang dan kalau bisa
subsequent collectionnya.

Selain itu perlu juga diminta rincian piutang pegawai, wesel tagih uang
muka dan lain-lain, per tanggal neraca.

4. Periksa mathematical accuracy-nya dan check individual 99

balance ke subledger lalu totalnya ke general ledger.

5. Test check umur piutang dari beberapa customer ke

subledger piutang dan sales invoice.

6. Kirimkan konfirmasi piutang:


1. Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirimi
surat konfirmasi.
2. Tentukan apakah akan digunakan konfirmasi positif apa konfirmasi
negatif.
3. Cantumkan nomor konfirmasi baik di schedule piutang maupun di
surat konfirmasi.
4. Jawaban konfirmasi yang berbeda harus diberitahukan kepada klien
untuk dicari perbedaannya.
5. Buat ikhtisar (summary) dari hasil konfirmasi.
7. Periksa subsequent collectiondengan memeriksa buku kas dan bukti
penerimaan kas untuk periode sesudah tanggal neraca sampai mendekati

AUDITING 1 Page 4
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

tanggal penyelesaian Audit lapangan (audit field work). Perhatikan bahwa


yang dicatat sebagai subsequent collection hanyalah yang berhubungan
dengan penjualan dari periode yang sedang diperiksa.
8. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah
yang disediakan oleh client sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan
tidak terlalu kecil.
9. Test sales cut-off dengan jalan memeriksa sales invoice, credit note, dan
lain-lain, lebih kurang 2 (dua) minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca.

Periksa apakah barang-barang yang dijual melalui invoice sebelum tanggal


neraca, sudah dikirim per tanggal neraca. Kalau belum dikirim cari tahu
alasannya.

Periksa apakah ada faktur penjualan dari tahun yang diperiksa, yang
dibatalkan dalam periode berikutnya.

10.Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank, dan


correspondence fileuntuk mengetahui apakah ada piutang yang dijadikan sebagai
jaminan.

11.Periksa apakah penyajian piutang di neraca dilakukan sesuai dengan standar


akuntansi keuangan di Indonesia (SAKETAP/IFRS).

12.Tarik Kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.

Penjelasan Prosedur Audit:

1. Pahami dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan,
piutang dan penerimaan kas.

a. Memahami dan mengevaluai internal kontrol atas piutang.

AUDITING 1 Page 5
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

Untuk memahami internal control yang terdapat di perusahaan auditor


bisa melakukan tanya jawab dengan klien dengan menggunakan internal
control questionnaires. Kemudian dari hasil tanya jawab digambarkan
dengan menggunakan flowchart, dan (jika dianggap perlu) dalam bentuk
narrative.
1) Internal Control Questionnaires (ICQ)
Internal Control Questionnaires Cara ini banyak digunakan oleh
Kantor Akuntan Publik (KAP), karena dianggap lebih sederhana dan
praktis. Biasanya KAP sudah memiliki satu set ICQ yang standar,
yang bisa digunakan untuk memahami dan mengevaluasi
pengendalian intern berbagai jenis perusahaan. Pertanyaan-
pertanyaan dalam ICQ diminta untuk dijawab “YA”, “TIDAK” , atau
“TIDAK RELEVAN”. Jika pertanyaan–pertanyaan tersebut sudah
disusun dengan baik, maka jawaban “YA” akan menunjukkan ciri
internal control yang baik, “TIDAK” akan menunjukkan ciri internal
control yang lemah, “TIDAK RELEVAN” berarti pertanyaan
tersebut tidak relevan untuk perusahaan tersebut.

AUDITING 1 Page 6
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

Gambar 13.1
Internal Control Questionnaires (ICQ) Pengeluaran Kas
1) Flowchart
Flowchart menggambarkan arus dokumen dalam sistem dan prosedur
disuatu unit usaha, misalnya dalam flowchart untuk sistem dan prosedur
pembelian, utang dan pengeluaran kas, digambarkan arus dukumen mulai
dari permintaan pembelian (purchases requisition), order pembelian
(purchases order) sampai dengan pelunasan hutang yang berasal dari
pembelian tersebut. Untuk auditor yang terlatih baik, pengunaan flowchart

AUDITING 1 Page 7
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

lebih disukai, karena auditor bisa lebih cepat melihat apa saja kelemahan-
kelamahan dan kebaikan-kebaikan dari suatu sistem dan prosedur. Setelah
flowchart dibuat, auditor harus melakukan walk through, yaitu mengambil
dua atau tiga dokumen untuk mengetes apakah prosedur yang dijalankan
sesuai dengan apa yang digambarkan dalam flowchart.

Gambar 13.2
Flow Chart Penjualan kredit
2) Narrative
Narrative Dalam hal ini auditor menceritakan dalam bentuk memo, sistem
dan prosedur akuntansi yang berlaku diperusahaan, misalnya prosedur
pengeluaran kas. Cara ini biasa digunakan untuk klien kecil yang
pembukuannya sederhana.
Contoh narrative pengeluaran kas :

AUDITING 1 Page 8
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

a) Bagian penjualan menerima pesanan dari pelanggan yang datang


kantor, melalui telepon, atau mengirim Purchase Order (PO) melalui
fax. Bagian penjualan dapat melihat rekapan persediaan untuk melihat
ketersediaan barang yang dipesan pelanggan.
b) Bagian penjualan mempertimbangkan batas kredit dengan melihat kartu
piutang dari bagian akuntansi. Jika kredit tidak disetujui, maka
pelanggan disarankan untuk membeli secara tunai. Jika pelanggan tidak
mau membeli tunai, maka siklus penjualan kredit ini akan berakhir.
c) Jika kredit disetujui, bagian penjualan mencatat pesanan pada Sales
Order (SO) sebanyak dua rangkap dan pada Outstanding Order (OO).
Bagian penjualan mengotorisasi kredit dengan memberikan stempel &
tanda tangan dan selanjutnya pelanggan diminta menandatangani SO.
SO #1 diberikan kepada pelanggan dan SO #2 diarsip bagian penjualan
berdasarkan nomor SO. OO diarsip berdasarkan nomor.
d) Bagian penjualan membuat surat jalan (SJ) tiga rangkap dan memo
perintah berdasarkan SO #2. Setelah itu, barang dikirim atau tidak
tergantung permintaan dari pelanggan. Jika barang dikirim, SJ dan
memo perintah diberikan kepala gudang agar dapat mengkoordinasi
mandor untuk menyiapkan barang pesanan. Memo perintah diarsip
berdasarkan tanggal.
e) SJ diberikan kepada mandor supaya buruh dapat menyiapkan barang
dan memuat pada truk. Barang dan SJ dibawa bagian pengiriman
menuju lokasi pelanggan.
f) Barang diturunkan di lokasi pelanggan dan pelanggan diminta
menandatangani SJ. SJ #2 diberikan kepada pelanggan, SJ #1 dan #3
dibawa kembali oleh bagian pengiriman kembali ke gudang.
g) Bagian pengiriman memberikan SJ #1 dan #3 ke kepala gudang.
Kepala gudang meng-update kartu stok barang berdasarkan SJ #3 dan
membuat rekapan persediaan berdasarkan kartu stok barang. Rekapan

AUDITING 1 Page 9
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

persediaan diberikan ke bagian penjualan dan SJ #3 diarsip berdasarkan


tanggal.
h) SJ #1 diberikan kepada bagian penjualan supaya bagian penjualan
dapat meng-update Outstanding Order bahwa barang telah diterima
pelanggan dan diarsip berdasarkan nomor serta mencari SO #2. SJ#1
kemudian diberikan ke bagian keuangan supaya dapat membuat faktur
penjualan.
i) Bagian penjualan memberikan SO #2 ke bagian akuntansi supaya dapat
meng-update kartu piutang. SO#2 diarsip bagian akuntansi berdasarkan
nomor SO dan kartu piutang diarsip berdasarkan nama pelanggan serta
siklus penjualan kredit ini berakhir.
j) Jika barang tidak dikirim, pelanggan datang dan bagian penjualan
memeriksa SO #1 yang dibawa pelanggan. Pelanggan diminta
menandatangani SJ. SJ #2, SJ #3, dan memo perintah diberikan kepada
pelanggan.
k) Pelanggan menuju ke kepala gudang dan kepala gudang mengecek SJ
#3, dan memo perintah yang dibawa pelanggan. Kepala gudang
mengkoordinasi mandor untuk memproses pengiriman barang dengan
memberikan SJ #3.
l) Mandor mengkoordinasi buruh agar barang dapat dipersiapkan dan
dimuat pada truk pelanggan. Barang berserta dengan SJ #2 dan SO #1
dibawa oleh pelanggan. SJ #3 dikembalikan ke kepala gudang.
m) Kepala gudang menerima SJ #3 dan meng-update kartu stok barang
berdasarkan SJ #3 serta membuat rekapan persediaan berdasarkan kartu
stok barang. Rekapan persediaan diberikan bagian penjualan. SJ #3
diarsip berdasarkan tanggal.
n) Bagian penjualan memberikan SJ #1 kepada bagian keuangan supaya
dapat membuat faktur. Bagian penjualan meng-update Outstanding
Order bahwa barang telah diterima pelanggan, mengarsip OO

AUDITING 1 Page 10
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

berdasarkan nomor serta mencari SO #2. SO #2 diberikan bagian


akuntansi.
o) Bagian akuntansi menerima SO #2 dan meng-update kartu piutang. SO
#2 diarsip berdasarkan nomor SO dan kartu piutang diarsip berdasarkan
nama pelanggan serta siklus penjualan kredit berakhir.

Jika disimpulkan sementara bahwa internal control baik atau sedang auditor harus
melakukan compliance test atau test of recorded transaction, untuk membuktikan
apakah internal control berjalan efektif atau tidak.

Yang diambil sebagai sample biasanya sales invoice atau delivery order.

Jika disimpulkan sementara bahwa internal control lemah, auditor tidak perlu
melakukan compliance test, tetapi langsung melakukan substantive test yang
diperluas. Karena jika auditor tetap melakukan compliance test,

kesimpulan akhir pasti menyatakan bahwa internal control lemah.

Setelah melakukan compliance test, auditor harus menarik kesimpulan akhir apakah
internal control baik, sedang atau lemah. Setelah itu baru auditor melakukan
substantive test.

Proses audit untuk compliance test harus dipisahkan dari prosedur audit untuk
substantive test, begitu juga kertas kerja Auditnya.

Harus diingat bahwa tugas auditor adalah memeriksa kewajaran laporan keuangan,
bukan menyiapkan rincian-rincian atau menyusun laporan keuangan, karena laporan
keuangan merupakan tanggung jawab manajemen.

2. Periksa mathematical accuracynya dan check individual balance ke sub


ledger lalu totalnya ke general ledger.

AUDITING 1 Page 11
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

Auditor harus mencheck penjumlahan (footing dan crossfoting) dan rincian-


rincian yang diberikan klien dan saldo masing-masing pelanggan atau
pegawai harus dicocokan dengan saldo menurut sub ledger piutang uasa,
lalu total dari masing-masing rincian dicocokan dengan saldo general
ledgernya. Jika ada saldo yang tidak cocok atau ditemukan kesalahan
penjumlahan, beritahu kepada klien dan minta mereka memperbaikinya.
Bukan tugas auditor untuk memperbaiki rincian-rincian tersebut.

3. Test check umur piutang usaha dari beberapa customer ke subledger


piutang usaha dan sales invoice.

Pengecekan umur piutang usaha merupakan prosedur audit yang penting


karena akan mempengaruhi penilaian cukup tidaknya penyisihan piutang
usaha tidak tertagih. Prinsipnya adalah bahwa semakin tua umur piutang
usaha, semakin besar kemungkinan piutang usaha tersebut tidak tertagih.
Karena itu auditor harus yakin bahwa tidak terjadi pergeseran umur
piutang usaha.

Pengecekan umur piutang usaha dilakukan dengan memeriksa subledger


piutang dan faktur penjualan: perhatikan apakah tanggal faktur penjualan
dicatat dengan benar di subledger.

tersebut dan apakah umur piutang sesuai dengan jangka waktu antara tanggal faktur
dengan tanggal neraca.

Selain itu harus diperhatikan jangka waktu kredit (term of credit) yang diberikan
perusahaan kepada para pelanggan yang biasanya dicantumkan di masing-masing
invoice. Untuk pelanggan baru.

4. Kirimkan konfirmasi piutang usaha.

AUDITING 1 Page 12
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

a. Konfirmasi piutang usaha adalah surat yang di tandatangani klien, ditujukan ke


pelanggannya untuk meminta penegasan (konfirmasi) mengenai saldo utang
pelanggan tersebut per tanggal tertentu (biasanya tanggal neraca).

Pelanggan diminta menandatangani surat tersebut dan mengembalikan langsung ke


KAP dengan menggunakan amplop yang sudah dibubuhi perangko, dan
mencantumkan alamat KAP. Surat konfirmasi tersebut harus dikirim oleh KAP,
untuk mencegah jangan sampai surat tersebut lupa atau tidak dikirim oleh klien.

Surat konfirmasi terdiri atas dua bagian:

• Bagian atas yang merupakan surat pengantar


• Bagian bawah yang akan dikembalikan langsung ke KAP setelah
ditandatangani oleh pelanggan. Jika setelah satu bulan konfirmasi positif
belu dijawab, auditor harus mengirim surat konfirmasi yang kedua. Dari
jawaban konfirmasi piutang usaha kadang-kadang auditor bisa menemukan
adanya lapping.

b. Dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirimi konfirmasi piutang usaha harus
dijelaskan dalam kertas kerja Audit.

Pemilihan bisa menggunakan statistical sampling atau random/judgement sampling.


Misalnya: pilih pelanggan dengan saldo ≥ Rp. 10.000.000 ditambah dengan 5
pelanggan dengan saldo < Rp. 10.000.000.

Surat konfirmasi piutang usaha harus diberi nomor dan nomor tersebut dicantumkan
juga kertas kerja, sehingga pada waktu jawaban konfirmasi diterima kembali (hanya
bagian bawahnya) bisa diketahui untuk klien yang mana dan untuk perkiraan apa.
c. Ada dua jenis konfirmasi piutang, yaitu:

- Konfirmasi positif, yaitu pelanggan diminta untuk memberikan jawaban baik


saldonya cocok maupun tidak

AUDITING 1 Page 13
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

- Konfirmasi negatif, yaitu konfirmasi negatif, pelanggan diminta untuk


memberikan jawaban jika hanya saldonya tidak cocok, sehingga jika pelanggan
tidak menjawab akan dianggap bahwa saldonya cocok.

Konfirmasi positif digunakan dalam keadaan:

• Saldo piutang per pelanggan realtif besar.


• Jumlah pelanggan sedikit.
• Pengendalian intern piutang (agak) lemah.

Konfirmasi negatif digunakan dalam keadaan:

• Saldo piutang per pelanggan realtif kecil.


• Jumlah pelanggan (cukup) banyak.
• Pengendalian intern piutang (cukup) kuat.

d. Jawaban konfirmasi bisa digolongkan dalam beberapa bentuk:

• Confirmed Balance (CB), berati saldo menurut pelanggan cocok dengan


surat konfirmasi.
• Reporting Difference (RD), berarti saldo menurut pelanggan berbeda
dengan surat konfirmasi. Jika saldonya berbeda, auditor harus
memberitahukan klient tersebut mungkin bisa di rekonsiliasi sehingga bisa
diketahui saldo mana yang benar, mungkin juga tidak bisa direkonsiliasi.
• Dikembalikan oleh kantor pos (Returned by Post Office-RPO)
• Tidak dijawab (No. Reply – NR)

e. Buat ikhtisar (summary) dari jawabn hasil konfirmasi piutang.


Tujuannya untuk mengetahui berapa ban- yak konfirmasi yang dijawab dengan
saldo yang sesuai maupun yang berbeda, yang akan mempengaruhi keyakinan
auditor ter-

AUDITING 1 Page 14
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

104

hadap kewajaran saldo piutang.

5. Periksa subsequent collections.


6. Caranya: periksa buku penerimaan kas/bank bulan januari sampai dengan
mendekati tanggal penyelesaian pemerikasaan lapangan. Catat nomor bukti
penerimaan kas/bank dan jumlahnya untuk pelunasan piutang yang berasal
dari penjualan kredit di periode yang di audit (saldo piutang per tanggal
neraca). Kemudian periksa kelengkapan bukti penerimaan kas/bank tersebut
berserta otorisasinya.
7. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan cukup tidaknya
allowance tersebut.

Cukup dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, kareka jika
allowance terlalu besar berarti laba perusahaan akan terlalu kecil
(understated), jika allowance terlalu kecil berarti laba perusahaan akan
overstated.

Dalam hal ini auditor harus mempelajari dasar penentuan allowance yang
digunakan klien:

• Apakah berdasarkan presentase tertentu dari penjualan kredit.


• Apakah berdasarkan analisis umur piutang usaha, apakah
berdasarkan presentase tertentu dari saldo piutang, apakah dasar
penentuan allowance dan perhitungan klien sudah masuk akal
(reasonable) dan

konsisten dengna tahun-tahun sebelumnya.

8. Test sales cut-off.

AUDITING 1 Page 15
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

Auditcut-offpenjualan sangat penting, untuk meyakinkan auditor


bahwa penjualan sudah dicatat pada periode terjadinya, untuk
kepentingan proper matching cost again revenue, dan tidak ada
pergeseran waktu pencatatan.

Maksudnya jangan sampai ada penjualan tahun 2016 yang dicatat


sebagai penjualan 2017, atau penjualan 2017 yang dicatat sebagai
penjualan 2016 (window dressing).

Kadang-kadang untuk memperbesar penjualan, supaya target


penjualan “kelihatannya” tercapai dan laba “kelihatannya” besar,
klient sengaja mencatat penjualan 2017 sebagaipenjualan 2016 dan
sales commitment yang ditandatangani 2016 dan baru akan
direalisir di 2017, dicatat sebagai penjualan 2016.

Bisa juga pada minggu-minggu terakhir tahun 2016 dibuat faktu penjualan fiktif
yang akan direverse di awal tahun 2017, untuk bisa melaporkan penjualan 2016
lebih besar dari jumlah yang sebenarnya.

9. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi Bank dan


correspondence file untuk mengetahui apakah ada piutang yang dijadikan
jaminan.

Piutang bisa dijadikan salah satu jaminan dari kredit yang diperoleh
perusahaan dari bank, kalau hal tersebut terjadi, harus diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan (notes to financial statement).

Dalam notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi bank bisa dilihat
bahwa seandainya perusahaan mendapat kredit dari bamk dan bentuk
jaminannya.

AUDITING 1 Page 16
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

10. Periksa apakah penyajian piutang sesuai dengan standard akuntansi


keuangan di Indonesia (SAKETAP/ IFRS), dalam hal ini:
• Piutang pemegang saham, piutang direksi, dan piutang perusahaan
afiliasi harus dilaporkan tersendiri, terpisah dari piutang usaha.
• Piutang dinyatakan sebesar jumlah tagihan, dikurangi penyisihan
untuk piutang yang tidak dapat ditagih.
• Contoh penyajian piutang usaha di laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
• Di Neraca piutang usaha disajikan sebagai aset lancar (jika jatuh
temponya ≤ 1 tahun) atau aset lain-lain (jika jatuh tempo > 1 tahun).

4. LATIHAN SOAL

1. Jelaskan Jelaskan pengertian piutang dan berikan contoh perkiraan-


perkiraan yang bisa digolongkan sebagai piutang?
2. Apakahtujuanpengujianprosedurauditawalpadapiutangusah?
3. Prosedur apakah yang digunakan untuk menguji keberadaan piutang usaha?
4. Dalamkonfirmasipiutangadakonfirmasipositifdankonfirmasi
5. negative tolong jelaskan perbedaannya! Buatlah KKP untuk pemeriksaan
piutang!

DAFTAR PUSTAKA

Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan


Akuntan oleh Akuntan Publik Buku 1 dan 2, Edisi 4, Salemba
Empat, Jakarta, 2017
Mulyadi, Auditing Buku 1 dan 2 , Edisi 6, Salemba Empat,
Jakarta, 2013
Alvin A. Arens, Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Buku 1 dan 2 ,
Airlangga, Jakarta, 2006

AUDITING 1 Page 17
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

PERTEMUAN KE-15

AUDIT ATAS REKENING SURAT BERHARGA DAN INVESTASI

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu menganalisis sifat, contoh, tujuan dan prosedur pemeriksaan
surat berharga dan investasi dan dapat mempraktekan cara memeriksa psurat
berharga dan investasi secara buku ataupun realitas dengan verifikasi. Mahasiswa
mampu menyajikannya dalam kertas kerja audit serta menganalisa salah saji
material dalam penyajian surat berharga dan investasi dalam laporan posisi
keuangan.

B. URAIAN MATERI
1. SIFAT DAN CONTOH REKENING SURAT BERHARGA DAN
INVESTASI
Investasi dalam surat berharga dapat merupakan asset lancer (current assets)
atau non current assets tergantung maksud/ tujuan dari pembelian surat berharga
tersebut. Kalau surat berharga dibeli dengan tujuan untuk memanfaatkan kelebihan
dana yang tersedia, biasanya surat berharga tersebut mudah diuangkan dalam waktu
singkat dan surat berharga tersebut diklasifikasikan sebagai temporary investment
atau marketable securities yang merupakan current assets. Misalnya dalam bentuk
deposito berjangka (kurang sama dengan 1 tahun) dan surat-surat saham atau
obligasi yang marketable. Surat berharga yang digolongkan sebagai long term
investment biasanya dibeli dengan tujuan sebagai berikut : • Untuk meguasai
manajemen dari perusahaan yang sahamnya dibeli (lebih besar atau sama dengan
50% dari saham yang beredar). • Untuk memperoleh pendapatan continue (missal
dalam bentuk bunga dari pembelian obligasi). • Sebagai sumber penampungan dari
penjualan hasil produksi atau sumber pembelian bahan baku. Menurut PSAK No. 1,
hal. 1.10 Surat berharga diklasifikasikan sebagai asset lancar apabila surat berharga
tersebut diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu dua belas bulan dari
tanggal neraca dan jika lebih dari dua belas bulan diklasifikasikan sebagai asset

AUDITING 1 Page 1
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

tidak lancar. Akuntansi untuk Investasi menurut PSAK No. 13.1 s/d 13.2 dan 13.4
s/d 13.8)
Investasi adalah suatu aset yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan
kekayaan (accretion of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga,
royalti, dividend, dan uang sewa), untuk depresiasi nilai investasi atau untuk
manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh
melalui hubungan perdagangan. Investasi lancar adalah investasi yang dapat segera
dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama setahun atau kurang. Investasi
jangka panjang adalah investasi selain investasi lancar. Nilai wajar (fair value)
adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar pertukaran aset atau
penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham (knowledgeable) dan
berkeinginan untuk keinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm’s length
transaction). Nilai pasar adalah jumlah yang dapat diperoleh dari penjualan suatu
investasi dalam pasar yang aktif. Dapat dipasarkan berarti terdapat suatu pasar yang
aktif darimana suatu nilai pasar (atau beberapa indikator yang memungkinkan nilai
pasar dihitung) tersedia. Untuk investasi yang dimiliki pasar aktif, nilai pasar
digunakan sebagai indikator penetapan nilai wajar. Sedangkan untuk investasi yang
tidak memiliki pasar yang aktif, cara lain digunakan untuk menentukan nilai wajar.
Investasi lancar termasuk dalam aset lancar, kenyataan bahwa investasi yang dapat
dipasarkan telah dimiliki lebih dari satu tahun tidak membatasi penyajiannya
sebagai aset lancar. Biaya perolehan suatu investasi mencakup biaya perolehan lain
disamping harga beli, seperti komisi broker, jasa bank dan pungutan oleh bursa
efek. Jika suatu atau sebagian investasi diperoleh dengan penerbitan saham atau
surat berharga lain, maka biaya perolehannya adalah nilai wajar dari surat berharga
yang diterbitkan dan hukan nilai nominal atau par value. SAK ETAP mengatur
tentang investasi pada efek tertentu sebagai berikut: Efek adalah surat berharga,
yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti
utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan
setiap derivative dari efek. a. Efek utang adalah efek yang menunjukkan hubungan
utang piutang antara kreditur dengan entitas yang menerbitkan efek. b. Efek ekuitas

AUDITING 1 Page 2
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

adalah efek yang menunjukkan hak kepemilikan atas suatu ekuitas, atau hak untuk
memperoleh (misalnya : waran, opsi beli) atau hak untuk menjual (misalnya opsi
jual) kepemilikan tersebut dengan harga yang telah atau akan ditetapkan. Pada saat
perolehan, entitas harus mengklasifikasikan efek utang dan efek ekuitas kedalam
salah satu dari tiga kelompok berikut ini :
a. Dimiliki hingga jatuh tempo (held to maturity).
b. Diperdagangkan (trading).
c. Tersedia untuk dijual (available for sale).
Pada setiap tanggal pelaporan, kelayakan pengelompokan tersebut harus ditelaah
ulang. Jika entitas mempunyai maksud untuk memiliki efek utang hingga jatuh
tempo, maka investasi dalam efek utang tersebut harus diklasifikasikan dalam
kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo” dan disajikan dalam neraca sebesar biaya
perolehan setelah amortisasi premi atau diskonto. Investasi efek utang yang tidak
diklasifikasikan kedalam “dimiliki hingga jatuh tempo” dan efek ekuitas yang nilai
wajarnya telah tersedia, harus diklasifikasikan kedalam salah satu kelompok berikut
ini dan diukur sebesar nilai wajarnya dalam neraca :
a. “diperdagangkan”. Efek yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali dalam
waktu dekat harus diklasifikasikan dalam kelompok “diperdagangkan”. “Efek
dalam kelompok “diperdagangkan” biasanya menunjukkan frekuensi pembelian
dan penjualan yang sangat sering dilakukan. Efek ini dimiliki dengan tujuan
untuk menghasilkan laba dari perbedaan harga jangka pendek.
b. “tersedia untuk dijual”. Efek yang tidak diklasifikasikan dalam kelompok
“diperdagangkan” dan dalam kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo”, harus
diklasfikasikan dalam kelompok “tersedia untuk dijual”. Laba atau rugi yang
belum direalisasi atas efek dalam kelompok diperdagangkan harus diakui sebagai
penghasilan. Laba atau rugi yang belum direalisasi atas efek dalam kelompok
tersedia untuk dijual (termasuk efek yang diklasifikasikan sebagai aset lancar)
harus dimasukkan sebagai komponen ekuitas yang disajikan secara terpisah, dan
tidak boleh diakui sebagai penghasilan sampai saat laba atau rugi tersebut dapat
direalisasi. Untuk ketiga kelompok efek tersebut, dividen dan pendapatan bunga,

AUDITING 1 Page 3
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

termasuk amortisasi premi dan diskonto yang timbul saat perolehan, diakui
sebagai penghasilan. Untuk efek individual dalam kelompok tersedia untuk dijual
atau dimiliki hingga jatuh tempo, entitas harus menentukan apakah penurunan
nilai wajar dibawah biaya perolehan (termasuk amortisasi premi dan diskonto)
merupakan penurunan yang bersifat permanen atau tidak. Jika ada kemungkinan
investor tidak dapat memperoleh kembali seluruh jumlah biaya perolehan yang
seharusnya diterima sehubungan dengan persyaratan perjanjian efek utang, maka
penurunan yang bersifat permanen dianggap telah terjadi. Jika penurunan nilai
wajar dinilai sebagai penurunan permanen, biaya perolehan efek individual harus
diturunkan hingga sebesar nilai wajarnya, dan jumlah penurunan nilai tersebut
harus diakui dalam laporan laba rugi sebagai rugi yang telah direalisasi. Biaya
perolehan yang baru tidak boleh diubah kembali.
Kenaikan selanjutnya dalam nilai wajar efek dalam kelompok tersedia untuk
dijual harus dimasukkan kedalam komponen ekuitas secara terpisah, sebagimana
dinyatakan dalam paragraph diatas. Penurunan selanjutnya dinilai dari nilai wajar, jika
buka merupakan penurunan nilai sementara, juga harus dimasukkan kedalam
komponen ekuitas secara terpisah. Entitas dengan neraca yang asetnya dikelompokkan
menjadi aset lancar dan aset tidak lancar, kewajibannya dikelompokkan menjadi
kewajiban jangka pendek dan jangka panjang (classified balance sheet) harus
melaporkan semua efek yang diperdagangkan sebagai aset lancar. Efek dalam
kelompok dimiliki hingga jatuh tempo dan efek dalam kelompok tersedia untuk dijual
disajikan sebagai aset ;lancar atau aset tidak lancar berdasarkan keputusan
manajemen. Khusus untuk efek utang dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo
pada tahun berikutnya harus dikelompokkan sebagai aset lancar. Dalam laporan arus
kas, arus kas yang digunakan untuk atau berasal dari pembelian, penjualan dan jatuh
tempo efek dalam kelompok tersedia untuk dijual dan dimiliki hingga jatuh tempo
harus diklasifikasikan sebagai arus kas aktivitas investasi dan dilaporkan sebesar nilai
bruto untuk setiap kelompok efek didalam laporan arus kas. Arus kas untuk atau dari
pembelian, penjualan dan jatuh tempo efek dalam kelompok diperdagangkan harus
diklasifikasikan sebagai arus kas aktivitas operasi. Untuk efek dalam kelompok

AUDITING 1 Page 4
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

tersedia untuk dijual dan kelompok dimiliki hingga jatuh tempo, informasi berikut ini
harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan untuk setiap kelompok utama
efek :
a. Nilai wajar agregat.
b. Laba yang belum direalisasi dari pemilikan efek.
c. Rugi belum direalisasi dari pemilikan efek.
d. Biaya perolehan, termasuk jumlah premium dan diskonto yang belum diamortisasi.
Untuk efek utang dalam kelompok tersedia untuk dijual dan kelompok dimiliki hingga
jatuh tempo, informasi mengenai tanggal jatuh tempo efek utang tersebut harus
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan tahun berkahir yang disajikan.
Informasi tentang tanggal jatuh tempo dapat dikelompokkan menurut jangka
waktunya sejak tanggal neraca. Lembaga keuangan harus mengungkapkan nilai wajar
dan biaya perolehan efek utang, termasuk diskonto dan premium yang belum
diamortisasi berdasarkan, sedikitnya, 4 kelompok tanggal jatuh tempo berikut ini : a.
Jatuh tempo dalam waktu kurang dari 1 tahun. b. Jatuh tempo dalam waktu antara 1
sampai 5 atahun. c. Jatuh tempo dalam waktu antara 5 sampai 10 tahun. d. Jatuh
tempo dalam waktu lebih dari 10 tahun. Efek yang tidak jatuh tempo pada tanggal
tertentu, seperti efek pembayarannya dijamin hipotek, dapat diungkapkan secara
terpisah (tidak dialokasikan kedalam beberapa kelompok jatuh tempo tersebut). Jika
penggolongan jatuh temponya dialokasinya, maka dasar alokasinya harus
diungkapkan. Untuk setiap periode akuntansi, entitas harus mengungkapkan : a.
Penerimaan dari penjualan efek dalam kelompok tersedia untuk dijual, laba dan rugi
yang direalisasi dari penjualan tersebut. b. Dasar penentuan biaya perolehan dalam
menghitung laba atau rugi yang direalisasi (misalnya : identifikasi khusus, rata-rata,
metode lain). c. Laba atau rugi yang dimasukkan sebagai penghasilan dari
pemindahan pengelompokkan efek dari kelompok tersedia untuk dijual ke kelompok
diperdagangkan. d. Perubahan laba atau rugi pemilikan yang belum direalisasi untuk
efek dalam kelompok tersedia untuk dijual yang telah dimasukkan kedalam komponen
ekuitas secara terpisah selama periode yang bersangkutan. e. Perubahan dalam laba
atau rugi pemilikan efek yang belum direalisasi dari efek untuk tujuan diperdagangkan

AUDITING 1 Page 5
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

yang telah diakui sebagai penghasilan dalam periode pelaporan. Untuk setiap
penjualan atau transfer efek dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo harus
diungkapkan : a. Jumlah akumulasi amortisasi diskonto atau premium untuk efek yang
dijual atau dipindahkan kekelompok lain. b. Laba atau rugi penjualan efek, baik yang
telah direalisasi maupun yang belum direalisasi, dan c. Kondisi yang mengakibatkan
diambilnya keputusan menjual atau memindahkan kelompok efek tersebut. Selain itu
SAK ETAP (IAI, 2009: 58,59,60,61) : mengatur tentang investasi pada entitas asosiasi
dan entitas anak sebagai berikut : Entitas Asosiasi Entitas Asosiasi adalah suatu
entitas, termasuk entitas bukan Perseroan Terbatas seperti persekutuan, dimana
investor mempunyai pengaruh signifikan dan bukan merupakan entitas anak ataupun
dalam joint venture. Entitas anak adalah suatu entitas yang dikendalikan oleh entitas
induk. Pengendalian adalah kemampuan untuk mengatur kebijakan keuangan dan
operasional dari suatu entitas sehingga mendapatkan manfaat dari aktivitas tersebut.
Pengendalian dianggap ada jika entitas induk memiliki baik secara langsung atau tidak
langsung melalui entitas anak lebih dari setengah hak suara dari suatu entitas, kecuali
dapat ditunjukkan secara jelas bahwa kepemilikan tersebut tidak menunjukkan adanya
pengendalian. Pengendalian dapat juga muncul ketika entitas induk memiliki setengah
atau kurang hak suara suatu entitas tetapi memiliki : a. Mempunyai hak suara lebih
dari setengah berdasarkan suatu perjanjian dengan pemegang saham lain. b.
Mempunyai hak untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional berdasarkan
anggaran dasar atau perjanjian. c. Mempunyak hak untuk menunjuk atau
memberhentikan mayoritas anggota dewan direksi atau badan yang setara dan
pengendalian entitas dilakukan oleh dewan atau badan tersebut, atau d. Mempunyai
hak untuk bertindak sebagai suara mayoritas dalam rapat dewan direksi atau badan
yang setara dan pengendalian entitas entitas dilakukan oleh dewan atau badan
tersebut. Metode Akuntansi Entitas Asosiasi Investor harus mengukur investasinya
pada entitas asosiasi dengan menggunakan metode biaya (cost method). Dalam
metode biaya, investasi diukur pada biaya perolehan dikurangi akumulasi kerugian
penurunan nilai sesuai dengan penurunan nilai aset. Investor harus mengakui dividen
dan penerimaan distribusi lainnya sebagai penghasilan terlepas apakah hal tersebut

AUDITING 1 Page 6
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

berasal dari akumulasi laba entitas asosiasi yang timbul sebelum atau sesudah tanggal
perolehan. Entitas Anak Investor harus mengukur investasinya pada entitas asosiasi
dengan menggunakan metode ekuitas (equity method). Dalam metode ekuitas,
investasi pada entitas anak awalnya diakui pada biaya perolehan (termasuk biaya
transaksi) dan selanjutnya disesuaikan untuk mencerminakan bagian investor atas laba
rugi dan pendapatan dan beban dari entitas anak. Entitas anak tidak dikonsolidasikan
dalam laporan keuangan investor (sebagai entitas induk). PENGUNGKAPAN
Investor harus mengungkapkan hal-hal berikut : a. Kebijakan akuntansi yang
digunakan untuk investasi pada entitas asosiasi dan entitas anak. b. Jumlah tercatat
investasi pada entitas asosiasi dan entitas anak. c. Niali wajar investasi pada entitas
asosiasi dan entitas anak yang tersedia kuodasi harga yang dipublikasikan. Untuk
investasi pada entitas asosiasi, investor harus mengungkapkan jumlah dividend dan
penerimaan distribusi lainnya yang diakui sebagai penghasilan. Untuk investasi pada
entitas anak, investor harus mengungkapkan secara terpisah bagiannya atas laba atau
rugi dan bagiannya atas operasi yang dihentikan dari entitas anak tersebut.
2. TUJUAN AUDIT
Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas
temporary dan long term investment. 1. Untuk memeriksa apakah surat berharga yang
tercantum di neraca, betul-betul ada, dimiliki oleh dan atas nama perusahaan (klien)
per tanggal neraca. 2. Untuk memeriksa apakah semua pendapatan dan penerimaan
yang berasal dari surat berharga tersebut telah dibukukan dan uangnya diterima oleh
perusahaan. 3. Untuk memeriksa apakah penilaian (valuation) dari surat berharga
tersebut sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia/SAKETAP/IFRS. 4. Untuk memeriksa apakah penyajian di dalam Laporan
Keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK
ETAP/IFRS.
3. PROSEDUR AUDIT
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas temporary&long term investment
2. Minta rincian surat berharga yang memperlihatkan saldo awal, penambahan, dan
pengurangan serta saldo akhirnya.

AUDITING 1 Page 7
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

3. Periksa fisik dari surat-surat berharga tersebut dan juga pemilikannya (apakah
atas nama perusahaan).
4. Biasanya Audit fisik dilakukan bersamaan dengan kas opname. Seandainya surat-
surat berharga tersebut disimpan oleh pihak ketiga, harus dikirimkan konfirmasi.
5. Cocokkan data-data dalam rincian dengan berita acara Audit fisik surat berharga
tersebut.
6. Periksa mathemathical accuracy dari rincian surat berharga.
7. Cocokkan saldo akhir dari rincian tersebut dengan buku besar.
8. Lakukan Vouching atas pembelian dan penjualan surat berharga, terutama
perhatikan otorisasi dan kelengkapan bukti pendukung.
9. Periksa perhitungan bunga dan dividen nya dan perhatikan segi perpajakannya.
Periksa apakah bunga/ dividen yang diterima telah dibukukan semuanya.
10. Periksa harga pasar dari surat berharga pada tanggal neraca. Untuk temporary
investment, valuationnya adalah mana yang lebih rendah antara harga beli dan
harga pasar.
11. Adakan diskusi dengan management untuk mengetahui apakah ada perubahan
tujuan dari pembelian surat berharga yang akan mempengaruhi klasifikasi dari surat
berharga tersebut.
12. Periksa subsequent events untuk mengetahui apakah ada transaksi sesudah
tanggal neraca yang akan mempengaruhi klasifikasi atau disclosure dari surat-surat
berharga tersebut, misalnya penjualan long term investment dalam subsequent
period.
13. Periksa apakah penyajiannya sudah sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia (SAKETAP/IFRS).
14. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo temporary and long term
investment yang diperiksa.
LATIHAN SOAL
1. Apakah yang dimaksud dengan surat berharga dan investasi? Jelaskan
jenis-jenis surat berharga dan investasi!
2. Jabarkan tujuan dari pemeriksaan surat berharga dan investasi!

AUDITING 1 Page 8
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

3. Uraikan secara jelas prosedur-prosedur yang harus dijalankan dalam


pemeriksaan surat berharga dan investasi!

DAFTAR PUSTAKA

Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan


Akuntan oleh Akuntan Publik Buku 1 dan 2, Edisi 4, Salemba
Empat, Jakarta, 2017
Mulyadi, Auditing Buku 1 dan 2 , Edisi 6, Salemba Empat,
Jakarta, 2013
Alvin A. Arens, Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Buku 1 dan 2 ,
Airlangga, Jakarta, 2006

AUDITING 1 Page 9
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

PERTEMUAN KE-16

PEMERIKSAAN ATAS PERSEDIAAN

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu menganalisis pengertian, tujuan dan prosedur pemeriksaan
persediaan dan dapat mempraktekan cara memeriksanya secara buku ataupun
keadaan fisik (stock opname) serta memverifikasikan persediaan tersebut.

B. URAIAN MATERI
1. DEFINISI PERSEDIAAN
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK : No. 14, hal 14.1 s/d 14.2 dan
14.9-IAI, 2002), persediaan adalah aset : a. Yang tersedia untuk dijual dalam
kegiatan usaha normal. b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau c.
Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses
atau pemberian jasa. Persediaan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : • Biasanya
merupakan aset lancar (current asssets) karena masa perputarannya biasanya kurang
atau sama dengan satu tahun. • Merupakan jumlah yang besar, terutama dalam
perusahaan dagang dan industri. • Mempunyai pengaruh yang besar terhadap neraca
dan perhitungan laba rugi, karena kesalahan dalam menentukan persediaan pada
akhir periode akan mengakibatkan kesalahan dalam jumlah aset lancar dan total
aset, harga pokok penjualan, laba kotor dan laba bersih, taksiran pajak penghasilan,
pembagian dividen dan laba rugi ditahan, kesalahan tersebut akan terbawa ke
laporan keuangan periode berikutnya. Perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan
sebagai persediaan adalah :
• Bahan baku (raw materials).
• Barang dalam proses (work in process).
• Barang jadi (finished goods).
• Suku cadang (spare-parts).
• Bahan pembantu: olie, bensin, solar.

AUDITING 1 Page 1
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

• Barang dalam perjalanan (goods in transit), yaitu barang yang dikirim oleh
Supplier tetapi belum sampai di gudang perusahaan.
• Barang konsinyasi : consignment in (barang perusahaan lain yang dititip jual di
perusahaan) tidak boleh dilaporkan/dicatat sebagai persediaan perusahaan.
Menurut SAK ETAP (IAI, 2009 : 56-57) : Entitas harus menentukan biaya
persediaan dengan menggunakan rumus biaya masuk-pertama keluar-pertama
(MPKP) atau rata-rata tertimbang. Rumus biaya yang sama harus digunakan untuk
seluruh persediaan dengan sifat dan pemakaian yang serupa. Untuk persediaan
dengan sifat atau pemakaian yang berbeda, penggunaan rumus biaya yang berbeda
dapat dibenarkan. Metode masuk terakhir keluar pertama (MTKP) tidak
diperkenankan oleh SAK ETAP. Entitas harus mengukur biaya persediaan untuk
jenis persediaan yang normalnya tidak dapat dipertukarkan, dan barang atau jasa
yang dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek tertentu dengan menggunakan
identifikasi khusus atas biayanya secara individual. Entitas harus menguji pada
setiap tanggal pelaporan apakah persediaan menurun nilainya yaitu nilai tercatatnya
tidak dapat dipulihkan secara penuh (misalnya karena kerusakan).
2. TUJUAN AUDIT
a. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas
persediaan.
b. Untuk memeriksa apakah persediaan yang tercantum di neraca betul-betul ada
dan dimiliki oleh perusahaan pada tanggal neraca
c. Untuk memeriksa apakah metode penilaian persedian (valuation) sesuai dengan
standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAKETAP/IFRS).
d. Untuk memeriksa apakah sistem pencatatan persedian sesuai dengan standar
akuntansi keuangan di Indonesia (SAK ETAP/IFRS).
e. Untuk memeriksa apakah terhadap barang barang yang rusak (defective),
bergerak lambat(slow moving) dan ketinggalan mode (absolescence) sudah
dibuatkan allowance yang cukup.
f. Untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijadikan jaminan kredit.

AUDITING 1 Page 2
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

g. Untuk mengetahui apakah persedian diasuransikan dengan nilai pertanggungan


yang cukup.
h. Untuk mengetahui apakah ada perjanjian pembelian/ penjualan persediaan
(Purchase/Sales Commitment) yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap
laporan keuangan.
i. Untuk memeriksa apakah penyajiaan persediaan dalam laporan Keuangan sudah
sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK ETAP/IFRS).
Penjelasan atas tujuan Audit
1. Untuk memeriksa apakah terdapatinternal control yang cukup baik atas
persediaan. Jika akuntan publik dapat meyakinkan dirinyabahwa internal control
atas perolehan, penyimpanan dan pengeluaran persediaan berjalan efektif, maka
luasnya audit dalam melakukan substantive test atas persediaan dapat dipersempit.
Ciri internal control yang baik atas persediaan adalah:
a. Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawabantara bagian pembelian,
penerimaan barang, gudang, akuntansi dan keuangan.
b. Digunakan formulir-formulir yang bernomor urut tercetak (Prenumbered)
seperti:purchases requisition (permintaan pembelian),order Pembelian(Purchases
Order), Surat jalan (Delivery Order), laporan penerimaan barang (Receiving
report),Order penjualan (sales Order), 120 faktur penjualan (Sales Invoice).
c. Untuk pembelian dalam jumlah besar dilakukan melalui tender.
d. Adanya sistem otorisasi, baik untuk pembelian,penjualan,penerimaan kas/Bank,
maupun pengeluaran kas/Bank.
e. Digunakan anggaran (budget) untuk pembelian,produksi penjualan, dan
penerimaan serta pengeluaran kas.
f. Pemesanan barang dilakukan dengan memperhitungkan economic order quantity
dan iron stock.
g. Digunakan perpetual inventory system dan Stock card, terutama di perusahaan
yang nilai persediaan per jenisnya cukup material.
2. Untuk memeriksa apakah tersedia yang tercantumdi neraca betul betul ada dan
dimiliki oleh perusahaan pada tanggal neraca. Di Amerika pernah terjadi

AUDITING 1 Page 3
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

“Robinson Case” yaitu adanya perusahaan yang melaporkan saldo persediaannya


sangat besar,padahal sebenarnya jumlah tersebut banyak yang fiktif. Sejak kasus itu
akuntan publik diharuskan untuk melakukan pengamatan terhadap persediaan
perusahan pertanggal neraca, untuk menyakinkan keberadaan persediaan tersebut.
Dalam hal ini saldo persediaan termasuk barang dalam perjalanan dan barang
konsinyasi (hanya consigment out).
3. Untuk memeriksa apakah metode penilaian persedian sesuai dengan standar
akuntansi keuangan. Pada umumnya persedian dinilai berdasarkan harga perolehan
(Acquisition cost) dalam hal ini bisa dipilih metode first in first out (FIFO) last in
first out (LIFO) atau AVERAGE COST (Moving average atau weighted average).
Untuk barang barang yang haarga jualnya sudah pasti(Logam mulia) atau cepat
rusak(hasil pertanian seperti sayuran dan buah-buahan) bisa dinilai berdasarkan
harga jual. Untuk barang barang yang usang,rusak atau bergerak lambat bisa
diadakan penyisihan (allowance)sehingga sesuai dengan metode lower of cost or
market(mana yang lebih rendah antara harga perolehan dan harga pasar). Dalam
keadaan inflasi, penggunaan FIFO akan mengakibatkan harga pokok penjualan
rendah dan laba kotor menjadi tinggi; penggunaan LIFO akan menghasilkan laba
kotor yang rendah; penggunaan AVERAGE COST akan menghasilkan laba kotor
yang lebih kecil dibandingkan FIFO tetapi lebih besar dari penggunaan LIFO. Dari
segi undang-undang pajak tidak diperkenankan menggunakan LIFO karena berarti
pajak yang terutang akan lebih kecil dibandingkan penggunaan FIFO dan
AVERAGE Cost.
4. Untuk memeriksa apakah sistempencatatan persediaan sesuai dengan standar
akuntansi keuangan di indonesia (SAKETAP/IFRS). Ada dua sistem pencatatan
persediaan yang biasa digunakan,yaitu perpetual system dan physical (periodical)
system. Dalam perpetual system, setiap ada pembelian,perkiraan persedian akan di
debet dan setiap ada penjualan perkiraaan persediaan akan dikredit. Jika digunakan
physical system, perkiraan persedain tidak pernah didebit waktu pembelian dan
tidak pernah dikredit waktu ada penjualan. Karena itu jika perusahan ingin
mengetahui berapa saldo perssediaan pada akhir periode, harus dilakukan stock

AUDITING 1 Page 4
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

opname (perhitungan fisik persediaan). Jika perusahaan ingin memperkirakan


berapa saldo persediaan pada akhir bulan atau tanggal tertentu bisa digunakan retail
inventory method atau gross profit method. Namun demikian pada akhir tahun
teteap teru dilakukann stock opname, agar bisa diketahu berapa saldo persediaan
yang betul-betul dimiliki perusahaan. Perbedaan pencatatan antara perpetual dan
physical inventory system: Perpetual system biasanya digunakan pada perusahaan
pada perusahaan yang jenis persediaannya tidak banyak tetapi nilai persediaan per
unit besar, misalnya dealer mobil dan toko emas. Phisycal system biasanya
digunakan pada perusahaan yang jenis persedaan per unitnya kecil, misalnya toko
bahan banguan.
1. Untuk mengetahui apakah terhadap barang barang yang rysak, bergerak lambat
dan ketinggalan mode sudah dibuatkan allowance yang cukup. Barang barang
tersebut diatas tidak mungkin lagi dijualn dengan harga harga normal, supaya bisa
terjual dengan harga obral yang umumnya lebih rendah dari harga perolehannya.
Karena itu harus dibuatkan allowance dalam jumlah yang cukup, dalam arti tidak
terlalu kecil (karena akan mengakibatkan laba terlalu besar) dan tidak terlalu besar
(akan mengakibatkan lama terlalu kecil).
2. Untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijadikan jaminan kredit. Salah
satu bentuk barang jaminan dari kredit yang diperoleh dari bank adalah persediaan.
Jika ada persediaan yang dijadikan jaminan, hal ini harus diungkapkan (didisclose)
dalam catatan atas laporan keuangan (notes to financial statement).
3. Untuk mengetahui apakah persediaan diasuransikan dengan nilai pertanggungan
(insurance coverage) yang cukup. Persediaan harus diasuransikan, sehingga
seandainya terjadi kebakaran, bisa diperoleh ganti rugi dari perusahaan asuransi
dan perusahaan bisa terhindar dari kerugian karena kebakaran tersebut. Nilai
pertanggungan asuransi harus cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu
kecil. Yang harus diwaspadai adalah, jika perusahaan mengasuransikan persediaan
dengan insurance coverage yang terlalu besar, terutama dalam keadaan bisnis yang
lesu, mungkin perusahaan bermaksud membakar persediannya agar mendapatkan
keuntungan dari ganti rugi perusahaan asuransi.

AUDITING 1 Page 5
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

4. Untuk mengetahui apakah ada perjanjian pembelian/ penjuaan persediaan yang


mempuyai pengaruh yang besar terhadap laporan keuangan. Jika hal tersebut
ditemukan,harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Misalnya :
pada tanggal 24 November 2016, perusahaan menandatangi kontrak penjualan
dengan salah satu pelanggannya untuk menjual 10.0000 unit barang X dengan
harga jual Rp,100.000,- perunit, penyerahan barang akan dilakukan pada tanggal 13
Pebruari 2017. Ternyata dibulan Pebruari 2017 harga pasar barang X tersebut
meningkat menjadi Rp.130.000,- per unit. Karena sudah ada sales commitment,
maka perusahaan mau tidak mau harus tetap menjual barang tersebut ke
pelanggannya sebanyak10.000 unit dengan harga sesuai kontrak, yaitu Rp 100.000
per unit. Dalam hal ini perusahaan rugi sebesar 10.000 X (Rp.130.000,- -
Rp.100.000,-) = Rp.300.000.000.-
5. Untuk memeriksa penyajian pesediaan dalam laporan keuangan sudah sesuai
dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAKETAP/IFRS). Dalam hal ini
harus diketahui sistem pencatatan persediaan yang digunakan perusahaan
(perpetual/ physcal sistem) dan metode penilaian persediaan yang digunakan
perusahaan (apakah berdasarkan harga perolehan, dengan FIFO atau LIFO Average
Cost Method) apakah sudah diterapkan lower of costor market atas persedian
tersebut. Menurut SAK ETAP (IAI,2009;124) : Entitas harus menilai pada setiap
tanggal pelaporan apakah persedian turun nilainya. Entitas harus membuat
penilaian dengan membandingkan jumlah tercatat setiap jenis persediaan (atau
kelompok persedia yang sama) dengan harga jual dikurangi baya untuk
menyelesaikan dan menjual. Jika suatu jenis persedian (atau kelompok jeni
persedian) turun nilainya, maka entitas harus mengakui kerugian dalam laporan
laba rugi atas perbedaan antara jumlah tercata dan harga jual dikurangi biaya untuk
menyelesaikan dan menjual. Jika tidak praktis untuk menentukan harga jual
dikurangi biaya untuk menyelesaikan dan menjual setiap jenis persediaan, maka
entitas diperkenankan mengelompokan jenis persediaan dalam lini produk yang
sama tujuan dan pemakaiannya serta diproduksi dan dipasarkan dalam area
geografis yang sama untuk tujuan menguji penurunan nilai

AUDITING 1 Page 6
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

3. PROSEDUR AUDIT
Prosedur audit dibagi atas prosedur compliance test, analytical review dan
substantive test. Dalam praktiknya, prosedur Audit yang dibahas di sini harus
disesuaikan dengan kondisi perusahaan yang diaudit Prosedur Audit persediaan
mencakup pembelian, penyimpanan, pemakaian dan penjualan persediaan, karena
berkaitan dengan siklus pembelian, utang dan pengeluaran kas serta siklus
penjualan, piutang dan penerimaan kas. Prosedur Audit untuk compliance test.
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas persediaan.
a. Dalam hal ini auditor biasanya menggunakaninternal control
questionnaires.
b. Lakukan test transaksi (compliance test} atas pembelian dengan
menggunakan purchase order sebagai sample. Untuk test transaksi atas
pemakaian persediaan (bahan baku) bisa digunakan material requisition
sebagai sample. Untuk test transaksi atas penjualan, bisa digunakan faktur
penjualan sebagai sample.
2. Tarik kesimpulan mengenai infernal controlatas persediaan. Jika dari test
transaksi auditor tidak menemukan kesalahan yang berarti, maka auditor bisa
menyimpulkan bahwa internal control atas persediaan berjalan efektif. Karena itu
substantive test atas persediaan bisa dipersempit. Prosedur Audit Substantive atas
Persediaan.
1. Lakukan observasi atas stock opname (perhitungan phisik) yang dilakukan
perusahaan (klien).
2. Minta Final Inventory List [Inventory Compilation) dan lakukan prosedur Audit
berikut ini: • check mathematical accuracy (penjumlahan dan perkalian). • cocokkan
“quantity per book” dengan stock card. • cocokkan “quantity per count
dengan“count sheet kita (auditor) • cocokkan “total value” dengan buku besar
persediaan.
3. Kirimkan konfirmasi untuk persediaan consignment out.
4. Periksa unit price dari bahan baku (raw material), barang dalam proses (work in
process), barang jadi (finished goods ) dan bahan pembantu (supplies).

AUDITING 1 Page 7
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

5. Lakukan rekonsiliasi jika stock opname dilakukan beberapa waktu sebelum atau
sesudah tanggal neraca.
6. Periksa cukup tidaknya allowance for slow moving (barang-barang yang
bergerak lambat), barangbarang yang rusak dan barang-barang yang ketinggalan
mode.
7. Periksa kejadian sesudah tanggal neraca (subsequent event).
8. Periksa cut-off penjualan dan cut-off pembehan.
9. Periksa jawaban konfirmasi dari bank, perjanjian kredit (loan agreement), notulen
rapat.
10. Periksa apakah ada sales atau purchase commitment per tanggal neraca.
11. Seandainya ada barang dalam perjalanan (goods in transit), lakukan prosedur
berikut ini: • minta rincian goods in transit per tanggal neraca. • periksa
mathematical accuracy, • periksa subsequent clearance.
12. Buat kesimpulan dari hasil Audit persediaan dan buat usulan adj ustment jika
diperlukan.
13. Periksa apakah penyajian persediaan di laporan keuangan sudah sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAKETAP/IFRS.
Penjelasan Prosedur Audit
1. Lakukan observasi atas stock opnameyang dilakukan klien.
Stock opname dilakukan terutama untuk persediaan yang berada di gudang
perusahaan. Untuk barang consignment out dan barang-barang yang tersimpan di
public warehouse jika jumlahnya material harus dilakukan stock opname, jika tidak
material, cukup dikirim konfirmasi. Stock opname bisa dilakukan pada akhir tahun
atau beberapa waktu sebelum/sesudah akhir tahun. Untuk perusahaan yang internal
controlnya lemah, stock opname sebaiknya dilakukan pada tanggal neraca. Untuk
perusahaan yang internal controlnya baik, stock opname bisa dilakukan beberapa
waktu sebelum atau sesudah tanggal neraca. Namun demikian, sebaiknya tidak
terlalu jauh dari tanggal neraca, untuk memudahkan auditor pada waktu melakukan
trace backward/trace forward (rekonsiliasi saldo persediaan pertanggal stock
opname dengan pertanggal neraca). Contoh trace forward di perusahaan dagang:

AUDITING 1 Page 8
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

Saldo persediaan per tanggal Stock Opname 30-11-2016 Pembelian 1-12-2016 s/d
31-12-2016 Penjualan 1-12-2016 s/d 31-12-2016 Saldo persediaan per 31-12-2016
Hal yang harus dilakukan auditor sebelum pelaksanaan stock pname:
Dapatkan dan pelajari Petunjuk Pelaksanaan Stock Opname (Phisycal Inventory
Instruction) yang dibuat oleh perusahaan, dimana biasanya telah mencakup: •
Pengaturan team/petugas stock opname. • Tanggal pelaksanaan stock opname. •
Lokasi dan denah gudang • Pembatasan semininal mungkin ke luar masuknya
barang pada waktu pelaksanaan stock opname. Rp. 150.000.000 Rp. 350.000.000
(Rp.430.000.000) Rp. 70.000.000 127 • Prosedur cut-off, yaitu mencatat nomor dan
tanggal terakhir dari receiving report dan issuing report/ shipping report. •
Penggunaan bin-tag untuk mencatat hasil perhitungan, yang sebelumnya
ditempelkan di setiap jenis barang.
2. Minta Daftar Hasil Stock Opname.
3. Kirimkan konfirmasi untuk persediaan konsinyasi. Biasanya barang
konsinyasi jumlahnya tidak terlalu besar sehingga lebih praktis untuk
mengirim konfirmasi dibandingkan jika auditor harus menghitungnya, selain
itu auditor juga bisa memeriksa bukti pengiriman barang konsinyasi
tersebut.
4. Lakukan rekonsiliasi antara saldo menurut stock opname dan saldo per
tanggal neraca jika stock opname dilakukan beberapa waktu sebelum/
sesudah tanggal neraca.
5. Periksa cukup tidaknya allowance untuk barang-barang yang bergerak
lambat, rusak dan ketinggalan mode. Cukup dalam arti tidak terlalu besar
(menyebabkan laba terlalu kecil) dan tidak terlalu kecil (menyebabkan laba
terlalu besar). Sehingga auditor harus memeriksa kebijakan dan cara
perusahaan menentukan allowance, apakah konsisten dengan periode
sebelumnya. Salah satu cara yang biasa digunakan oleh perusahaan adalah:
Untuk barang yang tidak dipakai atau tidak terjual selama 3 bulan, allowance
10% 6 bulan, allowance 30% 9 bulan, allowance 50% 12 bulan, allowance
80% lebih dari 12 bulan, allowance 100%. Untuk mengetahui waktu tidak

AUDITING 1 Page 9
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

dipakainya kembali atau tidak terjualnya persediaan, auditor harus


memeriksa stock card. Selain itu, saat stock opname biasanya barang-barang
yang rusak sudah dipisahkan dan dibuatkan daftarnya, yang bergerak lambat
atau ketinggalan mode sudah berdebu karena lama tidak disentuh.
6. Periksa kejadian sesudah tanggal neraca (subsequent event). Tujuannya
untuk mengetahui apakah ada penjualan fiktif yang dicatat untuk
memperbesar jumlah laporan penjualan (salah satu bentuk window dressing)
dan kemudian di awal periode berikutnya di reverse/dibuat jurnal balik.
Untuk mecatat penjualan fiktif dibuat jurnal: Dr Piutang xx CrPenjualan xx
Dan jika digunakan perpetual system ada tambahan jurnal: Dr Harga Pokok
Penjualan xx Cr Persediaan xx Pada awal periode berikutnya dibuat
reversing entry. Dr Penjualan xx Cr Piutang xx dan jika digunakan perpetual
system ada tambahan jurnal : Dr Persediaan xx Cr Harga Pokok Penjualan
xx
7. Periksa cut-off penjualan dan cut-off pembelian. Tujuannya untuk
meyakinkan jangan sampai ada perggeseran waktu dalam pencatatan
penjualan dan pembelian. Jadi, jangan sampai ada penjualan tahun 2016
yang dicatat sebagai penjualan tahun 2017 atau penjualan 2017 yang dicatat
sebagai penjualan 2016. Begitu juga dengan pembelian, jangan sampai ada
pembelian tahun 2016 yang dicatat sebagai pembelian 2017 atau pembelian
tahun 2017 yang dicatat sebagai pembelian tahun 2016. Untuk itu harus
dicatat (lebih baik minta copynya) tanggal dan nomor terakhir dari faktur
penjualan, delivery order, faktur pembelian dan receiving report. Perhatikan
juga syarat pengiriman barang apakah FOB shipping pointatau destination
point.
8. Periksa jawaban konfirmasi bank, loan agreement (perjanjian kredit),
notulen rapat (minus of meeting). Tujuannya adalah untuk mengetaui apakah
ada persediaan yang dijadikan sebagai barang jaminan atas kredit yang
diperoleh perusahaan dari pihak ketiga. Jika ada tentunya akan disebutkan
dalam jawaban konfirmasi bank perjanjian kredit dan notulen rapat. Dan jika

AUDITING 1 Page 10
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

ada persediaan yang dijaminkan, maka haltersebut harus dijelaskan dalam


catatan atas keuangan (notes to financial statements).
9. Periksa apakah ada sales atau purchase commitment per tanggal neraca.
Jika ada purchase atau sales commitment yang menimbulkan kerugian yang
material bagi perusahaan dalam periode berikutnya, hal tersebut harus
dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan. Untuk itu auditor harus
memeriksa kontrak penjualan dan pembelian yang realisasinya akan
dilakukan di periode berikutnya, dan memeriksa apakah ada penurunan
harga beli atau harga jual dipasar (market value) di periode berikutnya.
10. Jika ada barang dalam perjalanan, lakukan prosedur audit yang
diperlukan. Prosedur auditnya adalah: • Minta rincian barang dalam
perjalanan per tanggal neraca. • Periksa perhitungan mathematisnya
(penjumlahan dan perkalian). • Periksa apakah syarat pengiriman barang
menggunakan fee on board (fob) shipping point atau fob destination point.
Jika digunakan fob destination point, disebut juga loko gudang pembeli,
berarti hak milik (title of ownership) dari barang akan berpindah dari tangan
penjual ke tangan pembeli pada saat berang tiba digudang pembeli, dari
ongkos angkut menjadi tanggungan penjual. Jika digunakan fob shipping
point, disebut juga loko gudang penjual, berarti hak milik dari barang akan
berpindah dari tangan penjual ketangan pembeli pada saat barang siap diatas
alat pengangkut (truk atau kapal), dan ongkos angkut menjadi tanggungan
pembeli. • Periksa subsequent clearance (penyelesaian sesudah tanggal
neraca). • Dalam hal ini auditor harus menanyakan kepada klien dan
memeriksa bukti pendukung, apakah sesudah tanggal neraca barang dalam
perjalanan tersebut sudah diterima. Bukti yang harus diperiksa adalah
laporan penerimaan barang (receiving report). Jika sesudah tanggal neraca,
sampai mendekati tanggal selesainya Audit lapangan, barang dalam
perjalanan belum juga diterima, kemungkinan terjadi pembatalan pembelian
atau kesalahan pencatatan. Misalnya pada waktu kirim purchase order dan
dibayar uang muka pembelian dicatat: Dr barang dalam perjalanan Rp.

AUDITING 1 Page 11
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

10.000.000 Cr Kas/Bank Rp. 1.000.000 Cr Utang Dagang Rp. 9.000.000


Pada saat barang diterima seharusnya dicatat: Dr Persediaan Rp. 10.000.000
Cr Barang dalam Perjalanan Rp. 10.000.000 Tetapi oleh bagian akuntansi
(karena kurang teliti dan tidak di check dahulu) dicatat: Dr Persediaan Rp.
10.000.000 Cr Utang Dagang Rp. 10.000.000 Karena itu barang dalam
perjalanan terus terlihat dibuku besar dan neraca sebesarRp. 10.000.000,
padahal per tanggal neraca barangnya sudah diterima. Auditor harus
mengusulkan audit adjustment sebagai berikut: Dr Utang Dagang Rp.
10.000.000 Cr Barang dalam Perjalanan Rp. 10.000.000
11. Buat kesimpulan dari hasil Audit persediaan dan buat usulan audit
adjustment jika diperlukan. Auditor harus menyimpulkan (biasanya ditulis di
Top Schedule) apakah berdasarkan prosedur Audit tang telah dilakukannya,
persediaan disajikan secara wajar atau tidak.
12. Periksa apakah penyajian persediaan dilaporkan keuangan sudah sesuai
dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK ETAP/IFRS).
LATIHAN SOAL

1. Apakah yang dimaksud dengan persediaan? Uraikan jenis-jenis persediaan dan


bedakan kategori persediaan antar masing-masing jenis usaha!

2. Sebutkan dan jelaskan tujuan dari pemeriksaan persediaan!

3. Uraikan tahapan-tahapan prosedur yang harus dijalankan dalam pemeriksaan


persediaan!

4. Jelaskan alasan mengapa pemeriksaan persediaan memakan waktu yang relatif


lama dan menggunakan biaya yang cukup besar dalam pemeriksaannya!

DAFTAR PUSTAKA

Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan


Akuntan oleh Akuntan Publik Buku 1 dan 2, Edisi 4, Salemba
Empat, Jakarta, 2017

AUDITING 1 Page 12
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

Mulyadi, Auditing Buku 1 dan 2 , Edisi 6, Salemba Empat,


Jakarta, 2013
Alvin A. Arens, Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Buku 1 dan 2 ,
Airlangga, Jakarta, 2006

AUDITING 1 Page 13
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

PERTEMUAN KE-17

PEMERIKSAAN ATAS PREPAID EXPENSE DAN PREPAID TAXES

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu menganalisis pengertian, tujuan dan prosedur pemeriksaan biaya
dan pajak dibayar dimuka dan dapat mempraktekan cara memeriksanya secara buku
ataupun keadaan fisik serta memverifikasikan biaya dan pajak dibayar dimuka
tersebut

B. URAIAN MATERI
1. SIFAT DAN CONTOH PREPAID EXPENSE DAN PREPAID TAXES
Keduanya mempunyai manfaat kurang atau sama dengan satu tahun, sehingga
dikelompokkan sebagai aset lancar (curren asset). Menurut Standar Akuntansi
Keuangan:
a. Biaya dibayar dimuka dimaksudkan sebagai biaya yang telah terjadi, yang akan
digunakan untuk aktivitas perusahaan yang akan dating.
b. Bagian dari biaya dibayar dimuka yang akan memberikan manfaat untuk
beberapa periode kegiatan diklasifikasikan sebagai asset tak lancer.
Contoh dari perkiraan-perkiraan yang bias digolongkan sebagai biaya dibayar
dimuka adalah:
• Premi asuransi (Prepaid Insurance).
• Sewa Dibayar Dimuka untuk masa satu tahun yang akan datang (Prepaid Rent).
• Biaya Lain-lain Dibayar Dimuka (Prepaid Others), misalnya: biaya iklan diradio,
televisi,yang berdasarkan kontrak, barang-barang untuk promosi (hadiah berupa
gantungan kunci, payung, dll).
Pajak dibayar dimuka adalah pajak yang dibayar oleh perusahaan setiap bulan atau
dipotong/dipungut oleh pihak ketiga dan akan diperhitungkan sebagai kredit pajak
diakhir tahun (untuk pajak penghasilan) atau diakhir bulan (untuk PPN).
Contoh dari pajak dibayar dimuka:
• PPh 22 ( dari impor barang ).

AUDITING 1 Page 1
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

• PPh 23 ( dari bunga, dividend, royalty, management fee).


• PPh 25 (setoran masa pajak penghasilan ).
• PPN Masukan ( pajak pertambahan nilai yang dipungut oleh pengusaha kena pajak
pada waktu perusahaan membeli barang atau jasa kena pajak).
Yang dimaksud sewa dibayar dimuka dalam buku ini adalah sewa opras. Menurut
SAK ETAP: Pembayaran sewa merupakan beban sewa yang diakui berdasarkan
metode garis lurus selama masa sewa, meskipun pembayaran sewa dilakukan dalam
jumlah yang tidak sama setiap periode.
2. TUJUAN AUDIT
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas biaya
dibayar dimuka dan pajak dibayar dimuka (prepaid expense dan prepaid taxes).
2. Untuk memeriksa apakah biaya yang mempunyai kegunaan untuk tahun
berikutnya sudah dicatat sebagai biaya dibayar dimuka.
3. Untuk memeriksa apakah biaya dibayar dimuka yang mempunyai kegunaan
untuk tahun berjalan telah dibebankan/ dicatat sebagai biaya tahun berjalan.
4. Untuk memeriksa apakah pajak dibayar dimuka didukung oleh bukti
setoran/pemungutan pajak yang sah dan lengkap sehingga bisa diperhitungkan
sebagai kredit pajak pada akhir periode.
5. Untuk memeriksa apakah penyajian biaya dan pajak dibayar dimuka dalam
laporan keuangan sudah sesuai dengan standart akuntansi keuangan di Indonesia
(SAK ETAP/IFRS).
Penjelasan atas tujuan Audit.
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas
biaya dan pajak dibayar dimuka. Jika akuntan pablik dapat meyakinkan
dirinya bahwa internal control atas biaya dan pajak dibayar dimuka berjalan
efektif, maka luasnya Audit dalam melakukan substantive test dapat
dipersempit.
Ciri internal control yang baik atas biaya dan pajak dibayar dimuka adalah:
Setiap pengeluaran untuk biaya dan pajak dibayar dimuka diotorisasi oleh pejabat
perusahaan yang berwenang.

AUDITING 1 Page 2
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

Setiap pengeluaran untuk biaya dan pajak dibayar dimuka didukung oleh bukti-
bukti yang sah dan lengkap.
Misalnya: polis asuransi, perjanjian sewa menyewa (lease agreement), kontrak
untuk advertensi, surat setoran pajak (SSP), faktur pajak masukan, bukti
pemotongan PPh 22,23 dan lainlain.
1. Untuk memeriksa apakah biaya yang mempunyai kegunaan untuk tahun
yang berikutnya sudah dicatat sebagai biaya dibayar dimuka. Maksudnya
adalah auditor harus memeriksa apakah bagian yang belum expired
(mempunyai kegunaan untuk periode yang akan datang) tidak dibebankan
sebagai biaya, tetapi dicatat sebagai biaya dibayar dimuka.
2. Untuk memeriksa apakah biaya dibayar dimuka yang mempunyai
kegunaan untuk tahun berjalan telah dibebankan/dicatat sebagai biaya tahun
berjalan. Maksudnya adalah auditor harus memeriksa apakah bagian yang
belum expired (masa manfaatnya sudah berlalu) sudah dibebankan sebagai
biaya tahun berjalan.
3. Untuk memeriksa apakah pajak dibayar dimuka didukung oleh bukti
setoran/pemungutan pajak yang sah dan lengkap sehingga bisa
diperhitungkan sebagai kredit pajak akhir periode.
4. Untuk memeriksa apakah penyajian biaya dan pajak dibayar dimuka
dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan di
Indonesia (SAKETAP/IFRS). Biasanya biaya dibayar dimuka yang
mempunyai masa manfaat kurang dari atau sama dengan satu tahun disajikan
sebagai aset lancer,sedangkan yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun
disajikan sebagai asset tak lancar.
3. PROSEDUR AUDIT
Prosedur audit dibagi atas prosedur compliance test dan prosedur substantive test.
Pembahasan prosedur audit untuk substantive test akan dibagi dalam beberapa
bagian, yaitu sewa dibayar dimuka, premi asuransi dibayar dimuka, biaya advertensi
dibayar dimuka dan pajak dibayar dimuka. Dalam praktiknya, prosedur audit yang
dibahas disini harus disesuaikan dengan kondisi perusahaan yang diaudit.

AUDITING 1 Page 3
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

Prosedur audit Untuk Compliance Test.


1. Pelajari dan evaluasi internal control atas biaya dan pajak dibayar dimuka:
Dalam hal ini internal control questionnaires(ICQ) yang digunakan tercakup dalam
internal control questionnaires atas pengeluaran kas dan setara kas.
• Apakah setiap pembayaran yang menyangkut biaya dan pajak dibayar dimuka
didukung oleh bukti-bukti sah dan lengkap.
• Apakah pembayaran tersebut diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang.
• Apakah bukti setoran pajak, faktur pajak masukan,bukti pemotong pajak oleh
pihak ketiga di file dengan baik dan rapih.
• Apakah lease agreement, insurance policy di file dengan baik dan rapih. Lakukan
tes transaksi (compliance test) atas biaya dan pajak dibayar dimuka. Yang
digunakan sebagai sampel biayanya adalah bukti pengeluaran kas dan bank dan
sampel cukup dipilih secara random.
2. Tarik kesimpulan mengenai internal control atas biaya dan pajak dibayardimuka.
Jika dari tes transaksi auditor tidak menemukan sesuatu kesalahan, maka auditor
bisa menyimpulkan bahwa internal control atas biaya dan pajak dibayar dimuka
berjalan efektif. Karena itu substantive test atas perkiraan biaya dan pajak dibayar
dimuka bisa dipersempit.
Prosedur Audit Substantive Sewa Dibayar Dimuka (Prepaid Rent).
1. Minta rincian (schedule) prepaid rent per tanggal neraca.
2. Check ketelitian perhitungan mathematis (mathematical accuracy).
3. Cocokan saldo awal prepaid rent per tanggal neraca dengan saldo buku
besar (general ledger) prepaid rent.
4. Cocokan saldo awal prepaid rent dengan kertas kerja Audit tahun lalu.
5. Lakukan vouching untuk pembayaran prepaid rent ditahun berjalan dan
periksa lease agreement (jika sudah dilakukan di compliance test,refer ke
kertas kerja compliance test).
6. Cocokkan total yang dibebankan sebagai biaya sewa ke buku besar biaya
sewa.Dalam hal ada biaya sewa yang langsung dibebankan ke perkiraan

AUDITING 1 Page 4
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

biaya sewa (tanpa melalui prepaid rent), jumlah biaya sewa dibuku besar
akan terlihat lebih besar.
7. Buat usulan audit adjustment jika diperlukan.
Prosedur Audit Substantive Premi Asuransi Dibayar Dimuka (Prepaid Insurance).
1. Minta rincian prepaid insurance per tanggal neraca.
2. Check mathematical accuracy.
3. Cocokan saldo prepaid insurance per tanggal neraca dengan saldo buku
besar (general ledger) prepaid insurance.
4. Cocokan saldo awal prepaid insurance dengan kertas kerja Audit tahun
lalu.
5. Lakukan vouching untuk pembayaran prepaid insurance ditahun berjalan,
perhatikan apakah ada discount untuk pembayaran tersebut.
6. Periksa polis asuransi dan cocokan data dalam polis asuransi dengan
rincian prepaid insurance.
7. Tie-up total yang dibebankan sebagai biaya asuransi ke buku besar biaya
asuransi.
8. Periksa apakah nilai pertanggungan (insurance coverage) cukup atau tidak
dalam arti tidak terlalu besardan tidak terlalu kecil.
9. Perhatikan apakah didalam polis asuransi terdapat BANKER’S CLAUSE,
maksudnya apakah dalam polis asuransi tersebut ada salah satu pasal yang
menyebutkan bahwa klau terjadi klaim, karena yang diasuransikan terbakar
atau hilang, maka ganti rugi harus dibayarkan kepada bank.
10. Buat usulan audit adjustment jika diperlukan.
Prosedur Audit Substantive Prepaid Advertising.
1. Minta rincian prepaid adverting per tanggal neraca.
2. Chek footing dan cocokan saldo akhir prepaid advertising ke buku besar
dan saldo awal ke kertas kerja Audit tahun lalu.
3. Periksa bukti pembayaran dan surat perjanjian (untuk iklan
diTV/Radio/Bill Board) dan bukti pembelian (untuk barang-barang
souvenir).

AUDITING 1 Page 5
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

4. Periksa kebenaran pembebanan ke biaya, untuk barang-barang souvenir


harus dilakukan stock opname (perhitungan fisik) pada akhir tahun.
Prosedur Audit Substantive Prepaid Taxes.
1. Minta rincian prepaid taxes per tanggal neraca. (rincian bisa per jenis
pajak atau dicampur).
2. Chek footing dan cocokan saldo akhirnya dengan buku besar.
3. Untuk pajak penghasilan, bandingkan angka prepaid taxes dirincian
dengan SPT PPh Badan.
4. Untuk pajak pertambahan nilai (PPN Masukan), bandingkan angka
prepaid taxes dirincian dengan SPT Masa.
Dalam top schedule biasanya si auditor harus mencantumkan kesimpulan dari hasil
Audit atas perkiraan tersebut, apakah menurut pendapat auditor, perkiraan tersebut
disajikan secara wajar atau tidak. Menurut SAK ETAP (IAI,2009:86,87):
Untuk sewa operasi, leeasse mengungkapkan hal-hal berikut:
a. Jumlah pembayaran sewa yang harus dibayar selama masa sewa.
b. Jumlah pembayaran sewa selama periode berjalan yang diakui sebagai
beban sewa.
c. Jaminan yang diberikan sehubungan dengan transaksi sewa.
d. Keuntungan atau kerugian yang ditangguhkan beserta amortisasinya
sehubungan dengan transaksi jual dan sewa balik.
e. Ikatan-ikatan penting yang dipersyaratkan dalam perjanjian sewa.
Sedangkan bagi lessor, pembayaran sewa selama tahun berjalan dari lesse
harus diakui sebagai pendapatan sewa. Pendapatan sewa harus diakui dan
diukur berdasarkan metode garis lurus sepanjang masa sewa, meskipun
pembayaran sewa guna usaha mungkin dilakukan dalam jumlah yang tidak
sama setiap periode.
LATIHAN SOAL

1. Definisikan biaya dan pajak dibayar dimuka! Jelaskan menggunakan pemahaman


anda perbedaan dan kesamaan dari biaya dibayar dimuka dan pajak dibayar dimuka!

AUDITING 1 Page 6
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

2. Uraikan tujuan-tujuan yang harus dicapai auditor dalam melakukan pemeriksaan


biaya dan pajak dibayar dimuka!

3. Menurut anda, prosedur apakah yang paling tepat untuk dilakukan dalam
melakukan pemeriksaan terhadap biaya dan pajak dibayar dimuka! Jelaskan!

DAFTAR PUSTAKA

Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan


Publik Buku 1 dan 2, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta, 2017
Mulyadi, Auditing Buku 1 dan 2 , Edisi 6, Salemba Empat,Jakarta, 2013
Alvin A. Arens, Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Buku 1 dan 2, Airlangga, Jakarta,
2006

AUDITING 1 Page 7
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

PERTEMUAN KE-18

PEMERIKSAAN ATAS ASET TETAP

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu menganalisis pengertian, tujuan dan prosedur pemeriksaan
aktiva tetap dan dapat mempraktekan cara memeriksanya secara buku ataupun
keadaan fisik serta memverifikasikan aktiva tetap tersebut.

B. URAIAN MATERI
1. SIFAT DAN CONTOH ASET TETAP
Aset tetap (Fixed Assets) disebut juga Property, Plant dan Equipment. Menurut
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 14, hal 16.2 & 16.3 – IAI, 2002): Aset
tetap adalah asset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan
dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun.
Menurut SAK ETAP (IAI, 2009; 68):
Aset tetap adalah asset berwujud yang:
a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau
jasa, untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif.
b. Diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.
Suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu asset dan dikelompokkan sebagai
asset tetap bila:
a. Besar kemungkinanbahwa manfaat keekonomian di masa yang akan
datang yang berkaitan dengan asset tersebut akan mengalir ke dalam
perusahaan.
b. Biaya perolehan asset dapat diukur secara andal.
Beberapa sifat atau ciri asset tetap adalah:

AUDITING 1 Page 1
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

1. Tujuan dari pembeliannya bukan untuk dijual kembali atau


diperjualbelikan sebagai barang dagangan, tetapi untuk dipergunakan dalam
kegiatan operasi perusahaan.
2. Mempunyai masa mandaat lebih dari satu tahun.
3. Jumlahnya cukup material.
Sifat pertama dari asset tetap tersebut yang membedakan asset tetap dari persediaan
barang dagangan.
Misalnya mobil yang dimiliki PT. Mitsubishi Motor sebagai produsen mobil, hasil
produksi/rakitan yang berupa mobil untuk dijual harus digolongkan sebagai
persediaan barang dagangan (Inventory), sedangkan mobil yang dipakai untuk antar
jemput pegawai, digunakan oleh direksi dan para manajer perusahaan harus
digolongkan sebagai asset tetap. Sifat kedua dari asset tetap, merupakan salah satu
alasan mengapa asset tetap harus disusutkan. Biaya penyusutan merupakan alokasi
dari biaya penggunaan asset tetap selama masa manfaatnya, secara sistematis dan
teratur (menggunakan metode tertentu yang diterapkan secara konsisten). Sifat
ketiga merupakan salah satu alasan mengapa setiap perusahaan harus mempunyai
kebijakan kapitalisasi, yang membedakan antara capital expenditure dan revenue
expenditure. Capital expenditure adalah suatu pengeluaran modal yang jumlahnya
material dan mempunyai manfaat lebih dari satu tahun. Revenue expenditure adalah
suatu pengeluaran yang jumlahnya tidak material walaupun masa manfaatnya
mungkin lebih dari satu tahun. Selain itu Revenue expenditure merupakan
pengeluaran yang dilakukan perusahaan dalamrangka menghasilkan pendapatan dan
dibebankan ke dalam laba rugi pada saat terjadinya beban tersebut. Misalnya
pembelian printer, kursi yang harga per unitnya kurang dari Rp. 500.000,- bagi
perusahaan yang besar (Misalkan 143 Bank Mandiri) akan merupakan Revenue
expenditure, tetapi bagi perusahaan yang kecil (Misal kantor akuntan kecil) akan
merupakan capital expenditure.
Fixed assets atau Aset Tetap Bisa Dibedakan Menjadi :
2. Fixed tangible assets (asset tetap yang mempunyai wujud/ bentuk, bisa dilihat,
bisa diraba).

AUDITING 1 Page 2
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

3. Fixed intangible assets (asset tetap yang tidak mempunyai wujud/bentuk,


sehingga tidak bisa dilihat dan tidak bisa diraba).
Yang Termasuk Fixed Tangible Assets Misalnya :
a. Tanah (land) yang di atasnya dibangun gedung kantor, pabrik atau rumah.
Tanah ini biasanya tidak disusutkan (menurut SAK maupun peraturan
pajak). Tanah bisa dimiliki dalam bentuk hak milik, hak guna bangunan
(biasanya jika kita membeli rumah dari real estate) yang mempunyai jangka
waktu 20-30 tahun, hak guna usaha dan hak pakai. Perlu diperhatikan bahwa
perusahaan asing dan warga Negara asing tidak diperbolehkan membeli
tanah dengan hak milik.
b. Gedung (Building) termasuk pagar, lapangan parker, taman, mesin-mesin
(Machinery), Peralatan(Equipment), Furniture&Fixtures (Meja,Kursi),
Delivery Equipment/ Vehicles (Mobil, Motor, Kapal Laut, Pesawat
Terbang).
c. Natural Resources (Sumber Alam), seperti pertambangan minyak, batu
bara, emas, marmer, dan hak pengusahaan hutan (HPH). Natural resources
ini harus dideplesi, bukan disusutkan, pada saat sumber alam tersebut mulai
menghasilkan.
Yang termasuk intangible assets misalnya:
• Hak patent,
• Hak cipta (copy right),
• Franchise,
• Goodwill,
• Preoperating expenses (biaya-biaya yang dikeluarkan sebelum perusahaan
berproduksi secara komersial, termasuk biaya pendirian).
2. TUJUAN AUDIT
Dalam suatu general audit (Audit umum), Audit atas asset tetap mempunyai
beberapa tujuan sebagai berikut :
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas
asset tetap.

AUDITING 1 Page 3
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

2. Untuk memeriksa apakah asset tetap yang tercantum di laporan posisi


keuangan (neraca) betul-betul ada, masih digunakan dan dimiliki oleh
perusahaan.
3. Untuk memeriksa apakah penambahan asset tetap dalam tahun berjalan
(periode yang diperiksa) betulbetul merupakan suatu Capital Expenditure,
diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang didukung oleh bukti-
bukti yang lengkap dan dicatat dengan benar.
4. Untuk memeriksa apakah disposal (penarikan) asset tetap sudah dicatat
dengan benar di buku perusahaan dan telah diotorisasi oleh pejabat
perusahaan yang berwenang. Disposal dari asset tetap bisa terjadi dalam
bentuk penjualan yang akan menimbulkan rugi/ laba penjualan asset tetap,
tukar tambah (trade-in) atau penghapusan asset tetap yang bisa menimbulkan
kerugian dari penghapusan asset tetap, jika asset tetap tersebut masih
mempunyai nilai buku. Kerugian dari trade-in atas asset sejenis dicatat
sebagai Loss on Trade-In sedangkan keuntungan dari Trade-In, dicatat
sebagai pengurngan dari harga perolehan asset tetap yang baru.
1. Untuk memeriksa apakah pembebanan penyusutan dalam tahun (periode)
yang diperiksa dilakukan dengan cara yang sesuai dengan SAK, konsisten,
dan apakah perhitungannya telah dilakukan dengan benar.
2. Untuk memeriksa apakah ada asset tetap yang dijadikan sebagai jaminan
3. Untuk memeriksa apakah penyajian asset tetap dalam laporan keuangan,
sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAKETAP/IFRS).
3. PROSEDUR AUDIT
Di banyak perusahaan, terutama perusahaan industry, asset tetap merupakan jumlah
yang sangat besar dari total asset perusahaan. Namun demikian waktu yan
digunakan oleh akuntan publik untuk memeriksa asset tetap biasanya lebih sedikit
dibandingkan waktu yang digunakan untuk memeriksa perkiraan lainnya seperti
piutang, persediaan, dan lain-lain.
Beberapa penyebabnya antara lain:

AUDITING 1 Page 4
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

a. Harga perolehan per unit dari asset tetap biasanya relatif besar dan jumlah
transaksinya dalam setahun hanya sedikit.
b. Mutasi asset tetap (penambahan dan pengurangan) biasanya jauh lebih
sedikit dibandingkan mutasi piutang dan persediaan.
c. Dalam memeriksa asset tetap, prosedur cut-off bukan merupakan hal yang
penting seperti audit atas cut-off transactions dalam Audit pembelian dan
penjualan persediaan. Prosedur audit yang akan disebutkan berikut ini
berlaku untuk repeat engagements (penugasan berulang) sehingga dititik
beratkan pada Audit transaksi tahun berjalan (periode yang diperiksa).
Untuk first audit (audit pertama kali) bisa dibedakan sebagai berikut:
• Jika tahun sebelumnya perusahaan sudah diaudit oleh kantor akuntan lain, saldo
awal asset tetap bisa dicocokkan dengan laporan akuntan terdahulu dan kertas kerja
audit akuntan tersebut.
• Jika tahun-tahun sebelumnya perusahaan belum pernah di audit, akuntan publik
harus memeriksa mutasi penambahan dan pengurangan asset tetap sejak awal
berdirinya perusahaan, untuk mengetahui apakah pencatatan yang dilakukan
perusahaan untuk penambahan dan pengurangan asset tetap, serta metode dan
perhitungan penyusutan asset tetap dilakukan sesuai dengan standar akuntansi
keuangan di Indonesia (SAKETAP/IFRS).
Tentu saja Audit mutasi tahun-tahun sebelumnya dilakukan secara test basis dengan
mengutamakan jumlah yang material. Prosedur audit atas asset tetap adalah sebagai
berikut:
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas asset tetap.
2. Minta kepada klien Top Schedule serta Supporting Schedule asset tetap,
yang berisikan: • Saldo awal, • Penambahan serta pengurangan-
pengurangannya dan • saldo akhir, baik untuk harga perolehan maupun
akumulasi penyusutannya.
3. Periksa footing dan cross footingnya dan cocokkan totalnya dengan
General Ledger atau Sub Ledger, saldo awal dengan working paper tahun
lalu.

AUDITING 1 Page 5
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

4. Vouching penambahan serta pengurangan dari asset tetap tersebut. Untuk


penambahan kita lihat approvalnya dan kelengkapan supporting
dokumennya. Untuk pengurangan kita lihat otorisasinya dan jurnalnya
apakah sudah dicatat dengan betul, misalnya bila ada keuntungan atau
kerugian atas penjualan asset tetap tersebut. Selain itu periksa juga
penerimaan hasil penjualan asset tetap tersebut.
5. Periksa fisik dari asset tetap tersebut (dengan cara test basis) dan periksa
kondisi dan nomor kode dari asset tetap.
6. Periksa bukti pemilikan asset tetap. Untuk tanah, gedung, periksa
sertifikat tanah dan IMB (Izin Mendirikan Bangunan) serta SIPB (Surat Izin
Penempatan Bangunan). Untuk mobil, motor, periksa BPKB, STNK-nya.
7. Pelajari dan periksa apakah Capitalization Policy dan Depreciation Policy
yang dijalankan konsisten dengan tahun sebelumnya.
8. Buat analisis tentang perkiraan Repair&Maintenance, sehingga kita dapat
mengetahui apakah ada pengeluaran yang seharusnya masuk dalam
kelompok Capital Expenditures tetapi dicatat sebagai Revenue Expenditures.
9. Periksa apakah asset tetap tersebut sudah diasuransikan dan apakah
Insurance Coveragenya cukup atau tidak.
10. Tes perhitungan penyusutan, cross reference angka penyusutan dengan
biaya penyusutan diperkirakan laba rugi dan periksa distribusi biaya
penyusutan.
11. Periksa notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi dari bank,
untuk memeriksa apakah ada asset tetap yang dijadikan sebagai jaminan atau
tidak.
12. Periksa apakah ada Commitment yang dibuat oleh perusahaan untuk
membeli atau menjual asset tetap.
13. Untuk Construction in Progress, kita periksa penambahannya dan apakah
ada Construction in progress yang harus di transfer ke asset tetap.

AUDITING 1 Page 6
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

14. Jika ada asset tetap yang diperoleh melalui leasing, periksa lease
agreement dan periksa apakah accounting treatmentnya sudah sesuai dengan
standar akuntansi leasing.
15. Periksa atau tanyakan apakah ada asset tetap yang dijadikan agunan
kredit di bank.
16. Periksa penyajiannya dalan laporan keuangan, apakah sesuai dengan
standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAKETAP/IFRS).
Penjelasan Prosedur Audit
1. Pelajari dan evaluasi internal control. Dalam hal ini biasanya auditor
menggunakan INTERNAL CONTROL QUESTIONNAIRES, Ciri internal
control yang baik atas asset tetap adalah:
a. Digunakannya anggaran untukpenambahan asset tetap. Jika ada asset tetap
yang ingin dibeli tetapi belum tercantum dianggaran maka asset tetap
tersebut tidak boleh dibeli dahulu.
b. Setiap penambahan dan penarikan asset tetap terlebih dahulu harus
diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang.
c. Adanya kebijakan tertulis dari manajemen mengenai capitalization dan
depreciation policy.
d. Diadakannya kartu asset tetap atau sub buku besar asset tetap yang
mencantumkan tanggal pembelian, nama supplier, harga perolehan, metode
dan presentasi penyusutan, jumlah penyusutan, akumulasi penyusutan dan
nilai buku asset tetap.
e. Setiap asset tetap diberi nomor kode.
f. Minimal setahun sekali dilakukan inventarisasi (Audit fisik asset tetap),
untuk mengetahui keberadaannya dan kondisi dari asset tetap.
g. Bukti-bukti pemilikan asset tetap disimpan di tempat yang aman.
h. Aset tetap diasuransikan dengan jumlah insurance Coverage (nilai
pertanggungan) yang cukup.
2. Minta kepada client, Top Schedule serta Supporting schedule asset tetap.
3. Vouched penambahan serta pengurangan asset tetap. Untuk penambahan

AUDITING 1 Page 7
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

asset tetap, selain diperhatikan otorisasi dan kelengkapan supporting


document, harus dilihat apakah penambahan tersebut sudah tercantum dalam
anggaran. Untuk pengurangan asset tetap harus diperiksa kebenaran journal
entrynya. Misalkan: mesin dengan harga perolehan Rp. 100.000.000 dan
akumulasi penyusutan (sampai dengan tanggal penarikan) Rp. 80.000.000
dijual dengan harga Rp. 30.000.000 secara tunai. Journal Entry yang
seharusnya adalah: DR. Kas Rp. 30.000.000 DR. Akumulasi Peny. Mesin
Rp. 80.000.000 CR. Mesin Rp. 100.000.000 CR. Laba Penjualan Aset Tetap
Rp. 10.000.000 Seringkali perusahaan mencatat transaksi tersebut dengan
mendebit Kas Rp. 30.000.000 dan mengkredit mesin Rp. 30.000.000.
Auditor juga harus memeriksa apakah uang kas sebesar Rp. 30.000.000
sudah diterima perusahaan dan dicatat dalam buku penerimaan kas.
4. Periksa fisik dari asset tetap dan perhatikan kondisinya apakah masih dalam
keadaan baik atau sudah rusak. Tentang Audit fisik asset tetap secara test basis
ada 2 pendapat:
1. Yang dites hanya penambahan dalam tahun berjalan yang jumlahnya
besar.
2. Diutamakan penambahan yang baru serta beberapa asset tetap yang lama.
Pada pendapat pertama memang akan lebih cepat pelaksanaannya, tetapi ada
kelemahannya yaitu bila ada asset tetap yang sudah lama dibeli atau tidak
dapat dipakai lagi, tetapi masih tercantum di dalam daftar asset tetap, maka
dengan cara pertama tidak dapat diketahui.
5. Audit bukti pemilikan asset tetap. Dalam hal ini harus dicocokkan nomor
mesin, chasis, dan nomor polisi kendaraan yang tercantum di BPKB dan STNK
dengan yang terdapat di kendaraan. Perhatikan juga apakah surat-surat tanah,
gedung, kendaraan atas nama perusahaan.
6. Pelajari dan periksa apakah Capitalization serta Depreciation Policy-nya
konsisten dengan tahun sebelumnya. Tentang policy dari Capitalization tersebut
ada beberapa kemungkinan:
1. Berdasarkan jumlahnya, misalnya diatas Rp. 500.000,- harus dikapitalisir.

AUDITING 1 Page 8
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

2. Berdasarkan masa manfaatnya.


3. Campuran antara jumlah dan masa manfaatnya. Tentang policy dari
penyusutan ada beberapa kemungkinan, apakah penyusutan tersebut dimulai:
• Pada tanggal pembelian • Pada tanggal pemakaian • Juga perlu diketahui
masa penyusutannya, missal pembelian tanggal 1 s/d 15 dihitung satu bulan
penuh sedang tanggal 16 s/d 31 dihitung setengah bulan.
7. Analisis perkiraan repair dan maintenance. Harus diperhatikan kemungkinan
client untuk memperkecil laba dengan mencatat capital expenditure sebagai
revenue expenditure.
8. Periksa kecukupan insurance coverage, dalam arti jangan sampai terlalu kecil
atau terlalu besar. Jika terlalu kecil ada bahaya bahwa jika terjadi kebakaran,
ganti rugi dari perusahaan asuransi tidak mencukupi untuk membeli asset tetap
yang baru sehingga mengganggu kegiatan operasi perusahaan. Tentang
penilaian cukup tidaknya insurance coverage tersebut adalah atas dasar jumlah
yang mendekati harga pasar.
9. Tes perhitungan penyusutan dan alokasi biaya penyusutan asset tetap.
Penyusutan ini biasanya dari asset tetap yang dapat disusutkan, seperti gedung
kantor dan sebagainya, sebab ada juga Fixed Assets yang tidak dapat
disusutkan seperti tanah hak milik. Tetapi bila tanah tersebut digunakan untuk
pembuatan bahan baku pembuatan batu bata atau genteng, maka dapat
disusutkan yaitu dengan istilah deplesi.
10. Periksa apakah ada asset tetap yang dijaminkan. Jika asset tetap dijaminkan
berarti bukti pemilikan diserahkan di bank, sehingga auditor harus memeriksa
tanda terima penyerahan bukti-bukti pemilikan.
11. Periksa penyajian asset tetap dalam laporan keuangan apakah sudah sesuai
dengan (SAK ETAP/IFRS), baik dineraca, di laba rugi, di catatan atas laporan
keuangan maupun di lampiran (rincian asset tetap).
LATIHAN SOAL

AUDITING 1 Page 9
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

1. Apakah terdapat perbedaan pemeriksaan untuk aktiva tetap berwujud dan aktiva
tetap tidak berwujud? Jabarkan dan jelaskan secara terinci prosedur pemeriksaannya
terkait dengan kertas kerja pemeriksaan aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud!

2. Terkait dengan IFRS terdapat beberapa penyesuaian dalam pelaporan keuangan


yang pada akhirnya mempengaruhi sistematika pemeriksaan kertas kerja
pemeriksaan aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud. Jelaskan secara terinci
pengaruh IFRS tersebut, dari akun yang timbul hingga keterkaitannya dengan kertas
kerja pemeriksaan lainnya!

3. Apakah manfaat dari pemeriksaan aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud?
Sebutkan dan jelaskan kertas kerja apa saja yang saling terkait dengan kertas kerja
pemeriksaan aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud!

DAFTAR PUSTAKA

Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan


Publik Buku 1 dan 2, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta, 2017
Mulyadi, Auditing Buku 1 dan 2 , Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2013
Alvin A. Arens, Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Buku 1 dan 2, Airlangga, Jakarta,
2006

AUDITING 1 Page 10
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

PERTEMUAN KE-19

PEMERIKSAAN KOMPUTER

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu menganalisis pengertian, tujuan dan prosedur pemeriksaan
komputer dan dapat mempraktekan cara memeriksanya secara buku ataupun
keadaan fisik serta memverifikasikan komputerisasai tersebut.

B. URAIAN MATERI
1. PENGERTIAN
Audit Sistem Informasi adalah sebuah proses yang sistematis dalam mengumpulkan
dan mengevaluasi bukti-bukti untuk menentukan bahwa sebuah sistem informasi
berbasis komputer yang digunakan oleh organisasi telah dapat mencapai tujuannya.
Sukrisno Agoes mengemukan dalam PDE terjadi proses input masukan,
penyimpanan, pengelolaan yang mencakup kalkulasi, klasifikasi dan manipulasi
data/fakta, penampilan dan pengendalian.
Tujuan audit
1. Pengamanan atas aktiva
2. Pemeliharaan atas integritas data.
3. Peningkatan sumber daya efisiensi, efektif dan ekonomis
Program (software) menurut jenisnya
1. Sistem Operasi
2. Program paket
3. Program Aplikasi
Aspek petugas ( brainware)
1. Sistem Analis
2. Pemrogram
3. Operator
Personal lain
1. Pustakawan Data

AUDITING 1 Page 1
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

2. Administratur Database
3. Pendukung Teknik
Hal Yang Diperlukan
1. Pengumpulan bukti (evidence collection)
2. Evaluasi bukti (evidence evaluation) Kebutuhan akan audit sistem
informasi
1. auditor menyadari bahwa komputer berpengaruh dalam fungsi atestasi
yang mereka lakukan
2. organisasi dan manajemen menyadari bahwa sistem informasi komputer
merupakan sumberdaya yang bernilai sehingga perlu adanya pengendalian
seperti halnya sumberdaya lain dalam organisasi.
Audit Sistem Informasi merupakan interseksi
1. Traditional Auditing (Traditional Auditing)
2. Information System Management
3. Computer Science
4. Behavioral Science
Tahapan Proses Audit
1. Perencanaan Audit
2. Peninjauan pendahuluan
3. Analisa Aplikasi
4. Penilaian Pengendalian intern
Teknik Audit
1. Pengujian dengan data simulasi
2. Pemanfaatan fasilitas pengujian secara terpadu
3. Simulasi paralel
4. Pemasangan modul/program pemeriksaan
5. Pemakaian perangkat lunak/sopftware audit EDP
6. Metode Tracing
7. Metedo Pemetaan (mapping)
Pengendalian intern atas EDP

AUDITING 1 Page 2
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI

1. Pengendalian Umum Terdiri: pengendalian organisasi dan manajemen,


pengendalian terhadap pengembangan dan pemeliharaan sistem aplikasi,
pengendalian terhadap operasi sistem, pengendalian terhadap perangkat
lunak sistem, pengendalian terhadap entri data dan program
2. Pengendalian Aplikasi Terdiri : pengendalian atas masukan, pengendalian
atas pengolahan dan file data komputer, pengendalian atas keluaran,
pengendalian masukan, pengolahan, dan keluaran dalam sistem online
Metode Melaksanakan Audit
1. Audit Around the computer
2. Audit Through the cumputer
3. Audit with the computer
LATIHAN SOAL

1. Jelaskan Pengertian Audit Komputer

2. Jelaskan prosedur audit komputer

3. Jelaskan teknik audit komputer

4. Jelaskan metode pelaksanaan audit komputer

DAFTAR PUSTAKA

Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan


Publik Buku 1 dan 2, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta, 2017
Mulyadi, Auditing Buku 1 dan 2 , Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2013
Alvin A. Arens, Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Buku 1 dan 2, Airlangga, Jakarta,
2006

AUDITING 1 Page 3
PERTEMUAN 20
FRAUD DAN ERROR

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu:
1. Pengertian fraud dan error
2. Teori-Teori fraud
3. Jenis-jenis fraud
4. Cara mendeteksi dan mencegah fraud

B. URAIAN MATERI
1. Pengertian fraud dan error
Menurut Karyono fraud adalah kecurangan yang mengandung maks suatu
penyimpangan dan perbuatan melanggar hukum (illegal act), yang dilakukan
dengan sengaja untuk tujuan tertentu.
TM Tuanakotta, dikutif dari Bersama IIA, AICPA dan ACFE, Managing the
Business Risk Of Fraud : a Pratical Guide bahwa Fraud adalah perbuatan (dalam
arti kejahatan, yakni berbuat sesuatu yang dilarang atau tidak berbuat sesuaatu
yang diwajibkan) yang dirancang untuk menipu satu atau beberapa orang, yang
berakibat si korban menderita kerugian dan/atau sipelaku memperoleh
keuntungan.
Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia, Fraud atau kecurangan adalah
suatu tindakan yang disengaja oleh satu individu atau lebih dalam manajemen
atau pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola, karyawan, dan pihak ketiga
yang melibatkan penggunaan tipu muslihat untuk memperoleh satu keuntungan
secara tidak adil atau melanggar hukum.
Error atau kesalahan terjadi karena dua faktor. Manusia (human error) dan
kesalahan teknis Contoh Kesalahan yang terjadi dari faktor manusia seperti
kesalahan pencatatan, penginputan, dan dokumentasi,. Sedangkan contoh
kesalahan karena faktor teknis adalah computer hang, kesalahan pemograman,
dll.
Kesalahan (error)cenderung terjadi karena salah saji yang tidak sengaja
yang meliputi kesalahanpengumpulan data, kesalahan interpretasi data, dan
kesalahan dalam menerapkan prinsip-prinsipakuntansi.

2. Jenis-jenis fraud
1) Jenis fraud berdasarkan pelaku
a) Employee Fraud (Kecurangan Pegawai) ialah suatu kecurangan yang
dilakukan oleh pegawai dalam suatu organisasi kerja.
b) Management Fraud (Kecurangan Manajemen) yaitu salah satu
kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajemen dengan menggunakan
laporan keuangan atau transaksi keuangan sebagai sarana fraud,
biasanya dilakukan untuk mencurangi pemegang kepentingan
(stakeholders) yang terkait organisasinya.
c) Investment Scams yakni yang dapat melakukan kebohongan investasi
dengan menanam modal.
d) Vendor Fraud merupakan suatu perusahaan mengeluarkan tarif yang
mahal dalam hal pengiriman barang.
e) Customer Fraud adalah para pelanggan menipu penjual agar mereka
mendapatkan sesuatu yang lebih dari seharusnya.
2) Jenis fraud berdasarkan Tindakan
Menurut Johanstone et al karyono dan bentuk fraud terdiri
a) penyelewengan terhadap asset (misappropriation of assets)
ialah salah satu penyalahgunaan aset perusahaan secara sengaja utk
kepentingan pribadi, biasanya sering dilakukan oleh pegawai (employee).
Contohnya, penggelapan kas perusahaan, penggunaan fasilitas untuk
kepentingan pribadi.
b) Kecurangan Dalam Laporan Keuangan (Fradulent Finacial Reporting)
yakni sebuah salah saji atau pengabaian jumlah dan pengungkapan yang
disengaja dengan maksud menipu para pengguna laporan, biasanya
sering dilakukan oleh manajemen. Contohnya, overstating asset,
understating liabilities.
contoh kecurangan terhadap laporan keuangan
• Penghasilan atau pendapatan fiktif ( fictious revenue)
• Penilaian akhir atas asset, tidak tepat
• Menyembunyikan kewajiban (concealed liabilities )
• Mencatat aktiva dan pasiva pendapatan dan biaya pada periode
akuntansi yang tidak tepat ( timing deference) biaya pendapatan
tahun berjalan digeser ke tahun sebelumnya atau sesudahnya,
sebaliknya pendapatan tahun lalu digeser ke tahun berjalan dan
pendapatan tahun yang akan dating digeser ketahun berjalannya
• Menyembunyikan biaya antara lain dengan mengkapitalisasi biaya
• Pengungkapan laporan keuangan yang tidak tepat (improper
disclosurces) seperti tidak diungkapkannya kewajiban bersyarat
(contiangence liabilities) kejadian-kejadaian penting berpengaruh
negarif terhadap pos-pos laporan keuangan
3) korupsi
Korupsi adalah salah satu contoh fraud yang paling marak terjadi di Indonesia.
Korupsi biasanya berbentuk penyuapan, pemerasan, atau penyalahgunaan
informasi suatu instansi. Wujud yang dapat terbentuk dari fraud jenis ini
adalah gratifikasi atau pemberian hadiah demi kepentingan jangka Panjang.
Fraud jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi karena para pihak yang bekerja
sama menikmati keuntungan (simbiosis mutualisme). Termasuk didalamnya
adalah
• penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan (conflict of
interest), Konflik kepentingan muncul ketika pegawai bertindak atas
nama pihak ketiga atau atas namanya sendiri. Benturan kepentingan
dapat melalui skema pembelian, penjualan, atau lainnya.
• penyuapan (bribery), Penyuapan merupakan kegiatan yang
melibatkan pemberian, permohonan, penawaran, dan penerimaan
sesuatu yang berharga yang mempengaruhi seseorang agar tidak
bekerja sesuai hukum (menyeleweng). Jenis kegiatan ini adalah
invoice kickback (penerimaan dari hasil penjualan), misalkan bagian
pembelian suatu perusahaan mendapatkan presentase dari supplier
setiap selesai melakukan transaksi. Ada pula bid rigging (pengaturan
dalam pengadaan barang dan jasa).
• penerimaan yang tidak sah/illegal (illegal gratuities), Pemberian ini
semacam gratifikasi, bisa dikatakan ini merupakan bentuk terselubung
dari penyuapan. Misal seperti pemberian hadiah penikahan atau ulang
tahun kepada pejabat dengan maksud tertentu
• pemerasan secara ekonomi (economic extortion), Merupakan
pemerasan untuk mendapatkan manfaat ekonomi. Misal ketika
mengurus seseuatu di suatu instansi dan kemudian dipersulit maka
kemungkinan ini merupakan tanda jika kita harus memberikan manfaat
ekonomi agar dapat berjalan lancar.

Sedangkan menurut Albrecht (2012), fraud dapat diklasifikasikan menjadi lima


jenis, yaitu:
1) Employee embezzlement atau occupational fraud. Pencurian yang dilakukan
secara langsung maupun tidak langsung oleh karyawan kepada perusahaan.
2) Management fraud. Manajemen puncak memberikan informasi yang bias
dalam laporan keuangan.
3) Investment scams. Melakukan kebohongan investasi dengan menanam
modal.
4) Vendor fraud. Perusahaan mengeluarkan tarif yang mahal dalam hal
pengiriman barang.
5) Customer fraud. Pelanggan menipu penjual agar mereka mendapatkan
sesuatu yang lebih dari seharusnya

BENTUK KESALAHAN (EROR)


1. Intentional Error = Kesalahan yang disengaja, tujuanny untuk keuntungan diri
sendiri. Contoh:
a. Window Dressing : merekayasa laporan keuangan supaya terlihat lebih
baik
b. Check Kitting : saldo rekening bank ditampilkan lebih besar sehingga
current ratio terlihat lebih baik

2. Unintentional Error Kesalahan yang tidak disengaja (kesalahan manusiawi)


contoh :
a. salah menjumlah
b. salah menerapkan PSAK karena ketidaktahuan

3. Teori-Teori fraud
1) Teori Triangle Fraud (Klasik)
Teori ini dikemukakan oleh Donald Cressey pada tahun 1953 yang
menjelaskan mengapa seseorang melakukan fraud atau kecurangan.
Awalnya Donald Cressey melakukan penelitian dengan mewawancarai
orang-orang yang pernah melakukan kecurangan atau fraudster. Dia
melakukan wawancara kepada 200 orang yang didakwa melakukan fraud di
penjara. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa orang yang
melakukan fraud dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu :
a. Pressure (Tekanan)
Orang melakukan fraud karena adanya tekanan. Tekanan merupakan
dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan fraud. Tekanan
terbagi menjadi tekanan finansial, tekanan akan kebiasaan buruk, dan
tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan.tekanan finansial
biasanya karena adanya keserakahan, standar hidup yang terlalu tinggi,
banyaknya tagihan dan utang, kebutuhan hidup yang tak terduga.
tekanan akan kebiasaan buruk yaitu dorongan untuk melakukan
kebiasaan buruk, seperti melakukan judi, alkohol, obat-obatan terlarang.
Dan tekanan yang terakhir yaitu tekanan yang berhubungan dengan
pekerjaan. Hal ini bisa terjadi karena ketidakadilan dalam perusahaan,
kurangnya perhatian dalam oleh manajer.
b. Opportunity (Kesempatan)
Fraud terjadi karena seseorang memiliki kesempatan untuk
melakukannya. Hal ini terjadi karena pengendalian internal pada
perusahaan yang lemah, kurangnya pengawasan, atau penyalahgunaan
wewenang.
c. Rasionalization (Rasionalisasi)
Rasionalisasi yang dimaksud adalah seseorang mencari pembenaran
atas tindakannya yang berhubungan dengan kecurangan atau fraud.
Pada umumnya, seseorang yang melakukan kecurangan, merasa
tindakannya bukan termasuk kecurangan, tetapi hal itu merupakan
haknya atau biasanya orang tersebut melakukan fraud karena mengikuti
orang-orang sekitar yang melakukan hal itu
2) Fraud Scale
Teori fraud scale merupakan perkembangan teori dari teori sebelumnya yaitu
teori fraud triangle. Dalam teori ini dapat mengetahui kemungkinan terjadinya
tindakan fraud atau kecurangan dengan cara mengamati tekanan,
kesempatan dan integritas pelaku yang akan melakukan fraud. Apabila
seseorang memiliki tekanan yang tinggi, kesempatan besar dan integritas
pribadi yang rendah, maka dapat memungkinkan terjadinya fraud yang tinggi,
begitu pula sebaliknya. Tekanan disini terjadi karena masalah keungan dan
atau bisa karena masalah di lingkungannya. Adanya kesempatan untuk
melakukan tindak kecurangan disebabkan karena lemahnya pengendalian
maupun pengawasan organisasi. Sedangkan, integritas pribadi yang rendah
disebabkan oleh kebiasaan individu yang buruk. Fraud Scalemempunyai
tujuan untuk mengukur terjadnya pelanggaran etika, kepercayaan dan
tanggung jawab. Kecurangan atau fraud ini biasanya mengarah pada
penipuan laporan keuangan.
3) Teori Gone
Teori Gone merupakan teori yang dikemukakan oleh Bologna pada tahun
1999. Dalam teori ini terdapatempat faktor yang mendorong terjadinya fraud,
yaitu :
• Greed (keserakahan), berkaitan dengan keserakahan potensial.
• Opportunity (Kesempatan), berkaitan dengan keadaan dalam
organisasi yang terbuka sehingga dapat membuka kesempatanuntuk
melakukan kecurangan.
• Need (Kebutuhan), adalah suatu tuntutan kebutuhan individu yang
harus terpenuhi
• Exposure (Pengungkapan), adalah berkaitan dengan kemungkinan
diungkapkannya serta sanksi hukum yang menjerat.
4) Teori Diamond
Teori diamond ini merupakan pengembangan dari triangle fraud. Teori Fraud
Diamond adalah teori yang menunjukkan hubungan antara empat elemen
yaitu incentive (dorongan), oppurtunity (kesempatan),rasionalization
(pembenaran), dan capability (kapabilitas). Gambar Diamond Fraud:
1. Incentive
Incentive merupakan suatu dorongan yang timbul karenaadanya tuntutan
atau tekanan yang dihadapi oleh seseorang. Incentivedapat memicu
terjadinya kecurangan seperti keserakahan yang mengakibatkan tekanan
untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
2. Opportunity
Opportunity adalah suatu kesempatan yang timbul karenaterdapat
kelemahan pengendalian internal organisasi atau perusahaan dalam
pencegahan dan pendeteksian kecurangan. Oppurtunity dapat terjadi
karena adanya kekuasaan terhadap organisasi dan juga karena seorang
fraudster atau orang-orang yang melakukan kecurangan mengetahui
kelemahan dari system-sistem yang ada.
3. Rationalization
Rationalization adalah kondisi dimana fraudster atau pelaku kecurangan
mencari suatu pembenaran terhadap tindakanyang dilakukannya untuk
memperoleh kekayaan dengan cara yang cepat.
4. Capability
Capability merupakan suatu kemampuan dan keterampilan tentang
pemahaman yang mendetail sehingga seorang fraudster atau pelaku
kecurangan dapat mengetahui kelemahan dan dapat memanfaatkannya
untuk melakukan fraud atau kecurangan. Capability dapat mengakibatkan
ancaman karena pelaku didalam organisasi merupakan orang yang
memiliki kekuasaan atau didalam posisi lini manjamen, serta memiliki
kecerdasan serta pemahaman tentang sistem didalam organisasi
tersebut. Pelaku tersebut disebut sebagai suatu tindakan kejahatan kerah
putih atau white collar crimekarena kecurangan jenis ini mempunyai
ancaman yang sangat besar dan sangat signifikan terhadap organisasi
yang bersangkutan.
5) Teori Pentagon
Fraud Pentagon Theory merupakan teori yang dicetuskan oleh (Crowe
Howarth, 2011). Teori ini memperluas teori Fraud Triangle yang sebelumnya
dikemukakan oleh (Cressey, 1953) dan Fraud Diamond yang sebelumnya
dikemukakan oleh (Wolfe dan Hermanson, 2008). Pada Fraud Pentagon
Theory ini menambahkan dua elemen yaitu kompetensi (competence) dan
arogansi (arrogance).

a. Pressure
Menurut SAS No. 99, ada 4 (empat) tipe umum pressure yang memimpin
fraudulent finansial reporting, yaitu financial stability, financial target,
external pressure, dan personal financial need.
b. Opportunity
Berdasarkan SAS No. 99, Opportunity yang mungkin terjadi pada
kecurangan laporan keuangan diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori,
yaitu nature of industry, ineffective monitoring, dan organizational
structure.
c. Rationalization
Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya kecurangan
karena pelaku mencari pembenaran atas tindakannya. Pembenaran ini
bisa terjadi saat pelaku ingin membahagiakan keluarga dan orangorang
yang dicintainya, pelaku merasa berhak mendapatkan sesuatu yang lebih
(posisi, gaji, promosi) karena telah lama mengabdi pada perusahaan, atau
pelaku mengambil sebagian keuntungan karena perusahaan telah
menghasilkan keuntungan yang besar
d. Competence
Kapabilitas (capability) atau kompetensi (competence) merupakan sebuah
elemen peluang yang meliputi kemampuan individu untuk mengendalikan
internal control dan mengendalikan situasinya untuk keuntungannya
sendiri
e. Arrogance
Arogansi (arrogance) merupakan perilaku superioritas dan keserakahan
dari perilaku kejahatan yang mempercayai bahwa kebijakan perusahaan
dan prosedur tidak diterapkan kepadanya (Crowe Howarth, 2011).
Horwath (2011) mengemukakan bahwa ada lima elemen dari arrogance
dari perspektif CEO, sebagai berikut (Yusof, et., al, 2015:130):
a) Ego besar - CEO terlihat seperti selebriti daripada seorang pengusaha.
b) Mereka menganggap pengendalian internal tidak berlaku untuk
dirinya.
c) Memiliki karakteristik perilaku pengganggu.
d) Memiliki kebiasaan memimpin secara otoriter.
e) Memiliki ketakutan akan kehilangan posisi atau status.
4. Cara mendeteksi dan mencegah fraud
Untuk pencegahan fraud dapat dilakukan Spenmo Team adalah
1. Membuat metode hotline atau whistleblower. Jadi pihak yang mengetahui
atau curiga ada penipuan dapat melaporkan. Data dirinya wajib untuk
dilindungi.
2. Pemantauan secara proaktif
3. Membuat departemen audit internal. Audit atau pemeriksaan juga bisa
saja dilakukan mendadak (di dunia PNS dikenal dengan “sidak” atau
“inspeksi mendadak”)
4. Audit eksternal atas laporan keuangan
5. Membuat kode etik organisasi
6. Merotasi pegawai
7. Menyelenggarakan pelatihan anti-fraud kepada manajemen dan karyawan
TM Tuanakotta untuk menangani resiko-resiko fraud dalam organisasi, lima
prinsip yaitu :
1. Adanya pengawasan yang tepa atas manajemen resiko fraud, terkait tata
Kelola atau governance
2. Paparan terhadap fraud (fraud exposures) di indentifikasi dan dievaluasi,
terkait dengan penilaian resiko atau risk assessment
3. Harus ada proses dan prosedur yang tepat untuk menangani paparan resiko,
terkait pencegahan ( prevention) dan pendeteksian (detection)
4. Tuduhan terhadap fraud ditangani, dan Tindakan-tindakan perbaikan
dilakukan secara tepat waktu, terkait investigasi dan Tindakan perbaikan (
corrective action )
C. LATIHAN SOAL
1. Apa Pengertian Fraud dan Error?
2. Sebutkan bentuk-bentuk fraud dan eror!
3. Jelaskan cara mencegah fraud!

D. DAFTAR PUSTAKA

• Theodorus M.Tuanakotta, Audit Internal Berbasis Risiko, Salemba Empat,


Jakarta, 2019
• https://noviyani34.blogspot.com/2018/09/teori-teori-fraud.html
• https://blog.spenmo.com/id/fraud-adalah
• Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan
olehAkuntan Publik Buku 1 dan 2, Edisi 4, Salemba Empat,
Jakarta, 2012
• Mulyadi, Auditing Buku 1 dan 2 , Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2013
• Arens
PERTEMUAN 21
STUDI KASUS DALAM PENELITIAN FRAUD

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu mengidentifikasi
penelitian sehubungan dengan fraud pada laporan keuangan.

B. URAIAN MATERI
1. Penelitian Fraud Triangle Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan
Judul penelitian : Pengaruh Fraud Triangle Terhadap Kecurangan Laporan
Keuangan
Nama Penulis : Siti nuryaliza dan Dedik Nur Triyanto
Tahun 2019
Latar Belakang
1) Laporan keuangan merupakan unsur penting bagi pihak internal maupun
eksternal perusahaan untuk mengambil keputusan, maka laporan keuangan
harus disajikan secara baik dan benar untuk membantu berbagai pihak
perusahaan dalam menghasilkan keputusan yang tepat.
2) Teori agensi adalah sebuah kontrak antara pemegang saham (principal) dan
manajemen (agent). Dengan adanya pemisahan peran atau perbedaan
kepentingan antara pemegang saham dan manajemen dapat mempengaruhi
kualitas laba yang dilaporkan. Karena tidak menutup kemungkinan pintu
menuju fraud akan semakin terbuka lebar apabila manajemen memiliki
kesempatan dan peluang untuk menaikkan laba.
3) PT.Timah Tbk, Ikatan Karyawan Timah mengungkapkan bahwa direksi telah
banyak melakukan kebohongan menaikkan laba dan melaporkan melalui
media. Salah satunya yaitu pada pelaporan keuangan semester I-2015 yang
menyatakan bahwa efisiensi dan strategi yang telah membuahkan kinerja
yang positif. Padahal kenyataanya pada semester I-2015 tersebut laba
operasi rugi sebesar Rp 59 miliar.
Hasil Penelitian
1) Presurre
a. Financial stability : finansial stability tidak berpengaruh terhadap
kecurangan laporan keuangan. Hal ini mungkin tidak hanya manajemen
yang melakukan peningkatan laba tetapi adanya dana dari pihak ketiga
yang disalurkan pada perusahaan mengalami kenaikan dari tahun ke
tahun. Dengan kondisi keuangan yang stabil atau baik, maka manajer
perusahaan tidak merasakan adanya tekanan dari pihak direksi untuk
memperbaiki laporan keuangan
b. External pressure : external presure tidak berpengaruh terhadap
kecurangan laporan keuangan. Dalam hal ini tidak hanya besarnya aktiva
perusahaan yang dapat menjamin utang perusahaan agar terhindar dari
pelanggaran kontrak utang, tetapi perusahaan juga dapat menjamin utang
dengan menggunakan modal perusahaan atau laba yang dihasilkan dari
penjualan, dengan begitu perusahaan tidak merasa adanya tekanan dari
pihak eksternal.
c. Finansial target : finansial target berpengaruh terhadap kecurangan
laporan keuangan. Hal ini memungkinkan manajer mendapat tekanan
karena laba yang dihasilkan pada tahun sekarang harus melebihi tahun
sebelumnya dan tentu saja menjadi suatu ukuran kinerja operasional bagi
perushaan
2) Opportunity
a. Nature of industry : nature of industry tidak berpengaruh terhadap
kecurangan laporan keuangan. Hal ini dikarenakan akun piutang usaha
bukan hanya ditentukan oleh estimasi tetapi juga melalui perhitungan fisik,
berarti besar atau kecilnya rasio perubahan dalam piutang usaha tidak
menjadi pemicu manajemen untuk melakukan kecurangan laporan
keuangan.
b. Ineffective monitoring : ineffective monitoring tidak berpengaruh terhadap
kecurangan laporan keuangan. Hal ini tidak terjadi karena perusahaan
patuh terhadap peraturan OJK No.73/POJK.05/2016 yang mewajibkan
jumlah anggota dewan komisaris yang paling kurang terdiri dari 3 (tiga)
orang dan paling sedikit 30%. Hal ini menunjukkan bahwa pengawasan
akan semakin baik, sehingga ketidakefektifan pengawasan semakin
rendah dan kesempatan manajemen melakukan tindakan yang merugikan
perusahaan menjadi rendah.
3) Rationalization
Auditor Switch : auditor switch tidak berpengaruh terhadap kecurangan
laporan keuangan. hal ini juga terjadi karena perusahaan patuh terhadap
peraturan Menteri Keuangan No.20 Tahun 2015 pasal 11 ayat (1) terkait
pergantian auditor secara wajib, yang menjelaskan bahwa pemberian jasa
audit atas laporan keuangan historis terhadap suatu entitas oleh Akuntansi
Publik dibatasi 5 (lima) tahun buku berturut-turut.

2. Penelitian Fraud Diamond terhadap Laporan Keuangan


Judul Penelitian : PENGARUH FRAUD DIAMOND TERHADAP KECURANGAN
LAPORAN KEUANGAN PADA KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI
JAMBIPERIODE 2014 –2018
Nama Penulis : Akun Fadly, Ilham Wahyudi dan Susfa Yetti
Tahun : 2020

Latar Belakang
1) Pengguna laporan keuangan yaitu investor, karyawan, pemberi pinjaman,
pemasok, usaha kreditor lain, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaga
lainnya dan masyarakat, maka laporan keuangan harus dibuat dengan benar,
akurat, relevan dan bebas dari kecurangan. Tapi manajemen tidak selalu bisa
mewujudkan hal tersebut, itulah kenapa manajemen bertindak untuk
melakukan kecurangan dalam membuat laporan keuangan
2) Hasil survei ACFE tahun 2016, menunjukkan bahwa fraud yang paling
merugikan di Indonesia adalah korupsi sebesar 77%, penyalahgunaan
aktiva/kekayaan organisasi sebesar 19%, dan kecurangan laporan keuangan
sebanyak 4%
3) Tindak korupsi yang seringkali dilakukan di antaranya adalah memanipulasi
pencatatan, penghilangan dokumen, dan mark-up yang merugikan keuangan
atau perekonomian negara. Kecurangan ini biasanya dipicu oleh adanya
keinginan untuk menampilkan atau menyajikan laporan keuangan yang baik
atau laporan keuangan yang surplus.
4) Hasil pemeriksaan BPK Perwakilan Jambi atas Sistem Pengendalian Internal,
Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) menemukan aset tetap peralatan dan
mesin tidak dapat di telusuri rinciannya pada DBMD sebesar
Rp.7.875.342.930,45 dan tidak diketahui keberadaannya sebesar Rp.
4.586.353.593,00 di Kota Jambi (LHP BPK Perwakilan Jambi, 2018).
5) Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK Perwakilan Jambi atas Sistem
Pemgendalian Internal, Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) menemukan
kesalahan belanja dan jasa serta pemberian remunerasi pegawai pada rumah
sakit umum Nurdin Hamzah Tanjung Jabung Timur tidak diatur dengan
peraturan Bupati sebesar Rp. 2.30 Miliar di Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Hasil Penelitian
1) Pengaruh Tekanan terhadap kecurangan laporan keuangan
Tekanan tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. . Data
penelitian menunjukkan bahwa tekanan yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah
di Provinsi Jambi tidak besar, sehingga tekanan untuk melakukan kecurangan
dapat diminimalisir. Hal ini terlihat dari indikator tekanan yang diukur dari
besarnya kewajiban/liabilitas yang dimiliki Pemerintah Daerah di Provinsi
Jambi dibandingkan dengan total aset. Total kewajiban pemda berkisar antara
Rp 0 hingga Rp 76 miliar, sedangkan aset pemda berkisar antara Rp 1,05
triliun hingga Rp 3,8 triliun. Perbandingan kewajiban dengan aset pemda
secara persentase menghasilkan angka yang sangat kecil yaitu 0,74%. Hal ini
menandakan bahwa tekanan yang terlalu kecil dari sisi kewajiban dapat
diabaikan, sehingga faktor tekanan bukan menjadi faktor yang mendorong
Pemerintah Daerah di Provinsi Jambi untuk melakukan kecurangan dalam
laporan keuangan.
2) Pengaruh Kesempatan terhadap Kecurangan Laporan Keuangan
Kesempatan berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Semakin
tinggi jumlah pendapatan transfer dari pihak pusat ke daerah maka semakin
tinggi pula pengawasan yang dilakukan. Pengawasan yang tinggi tentunya
akan mengurangi terjadinya kecurangan di Kabupaten dan Kota di Provinsi
Jambi.
3) Pengaruh Rasionalisasi terhadap Kecurangan Laporan Keuangan
Rasionalisasi berpengaruh tehadap kecurangan laporna keuangan.
Rasionalisasi berbicara tentang integritas yang dimiliki oleh aparatur. Semakin
tinggi integritas yang dimiliki aparatur, maka aparatur akan semakin
menghindari untuk berlaku curang dan sebaliknya. Rasionalisasi ini juga
berbicara tentang pembenaran diri. Apabila seseorang tahu bahwa
tindakannya keliru telah melakukan suatu kecurangan namun memiliki
pembenaran diri yang tinggi, maka orang tersebut tidak akan merasa bersalah
ketika sudah berlaku curang. Hal ini disebabkan oleh moral yang dimilikinya
rendah atau juga dapat disebabkan oleh lingkungan yang supportif. Kondisi
kecurangan pada pemerintah daerah beberapa waktu belakangan ini tidak
dilakukan secara pribadi, namun kolektif. Hal ini dapat berarti bahwa
pembenaran diri bisa muncul dari diri sendiri atau orang lain yang juga terlibat
4) Pengaurh Kapabilitas terhadap Kecurangan Laporan Keuangan
Kapabilitas tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
Kapabilitas yang diukur melalui pergantian kepala daerah ternyata tidak
membawa perubahan berarti pada penurunan kecur angan laporan
keuangan. Hal ini terkait dengan budaya yang dibawah oleh kepala daerah
baik yang lama maupun yang baru. Indonesia menurut hasil survei Corruption
Perception Index (CPI) pada tahun 2018 menempati peringkat 89 dari 168
dengan nilai 34 (Nilai 0 = tingkat korupsi tertinggi, nilai 100 = sangat bersih).
Skor 34 yang diperoleh Indonesia menunjukkan bahwa budaya fraud di
Indonesia telah menyebar baik di swasta maupun di pemerintahan. Budaya
fraud ini dapat menjangkit aparatur yang ada di birokrasi pemerintahan di
Indonesia, meskipun tidak berarti bahwa semua pejabat memiliki budaya
fraud ini. Pergantian kepala daerah di pemerintah daerah kota/kabupaten di
Provinsi Jambi harus memiliki komitmen yang tinggi untuk memberantas
fraud. Penelitian ini menunjukkan bahwa pergantian kepala daerah belum
mampu mengatasi masalah fraud laporan keuangan, sehingga kepala daerah
yang baru namun tidak memiliki budaya yang baik dan komitmen kuat belum
dapat mengatasi masalah ini.

3. Penelitian Fraud Pentagon Terhadap kecurangan Laporan Keuangan


Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Pemoderasi
Nama Penulis: Khusnul Khuluqi dan Napisah
Tahun : 2022
Latar Belakang
2) Laporan keuangan merupakan sumber informasi popular yang seringkali
digunakan dalam mempertimbangkan berbagai masukan dalam menentukan
keputusan dan juga digunakan oleh perusahaan sebagai sarana untuk
berbagi segala informasi dan pengukuran ekonomi terkait kinerja serta
sumber daya perusahaan kepada para stakeholders.
3) Pada fraud triangle theory, elemen pertama yang patut diperhatikan adalah
tekanan (pressure). Karena tekanan merupakan salah satu penyebab yang
mendorong seseorang untuk melakukan tindak kecurangan.
4) Diuraikan pada SAS No. 99 terdapat 4 (empat) klasifikasi umum dalam
pressure yakni financial stability, financial targets, external pressure, dan
personal financial need.
5) Elemen kedua pada fraud triangle theory yaitu elemen kesempatan
(opportunity). Kesempatan ialah peluang dimana memungkinkan kecurangan
terjadi.
6) Berdasarkan SAS No. 99 terdapat 3 klasifikasi dalam kecurangan pelaporan
keuangan yakni ineffective monitoring, nature of industry, serta organizational
structure.
7) Elemen ketiga pada fraud triangle theory yaitu rasionalisasi (rationalization).
Rasionalisasi ialah faktor penting atas terjadinya fraud, karena pelaku
berusaha mencari alasan untuk membenarkan tindakannya.

Hasil Penelitian
1) Presurre
Finansial target : ROA : Roa tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan. Hal ini dikarenakan manajer tidak menganggap bahwa target ROA
tersebut sebagai target keuangan yang sulit untuk dicapai sehingga tidak
memicu terjadinya kecurangan laporan keuangan.
2) Opportunity
Ineffective monitoring : BDOUT : Jumlah dewan komisaris tidak berpengaruh
terhadap kecurangan laporan keuangan. Hal ini menggambarkan bahwa
seharusnya semakin banyak dewan komisaris akan semakin baik
pengawasan dan jauh dari intervensi, namun kondisinya berbeda apabila
terdapat intervensi kepada dewan komisaris independen yang mengakibatkan
tidak objektifnya suatu pengawasan sehingga jumlah atau banyaknya dewan
komisaris independen dalam suatu perusahaan bukan merupakan suatu
faktor yang signifikan dalam peningkatan pengawasan
3) Rationalization
Rasionalization diproksikan dengan rasio total accrual asset. TACC : Total
aset berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Hal ini
menggambarkan yaitu Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya
kecurangan karena pelaku mencari pembenaran atas tindakannya.
Pembenaran ini terjadi saat pelaku ingin membahagiakan keluarga dengan
cara mendapatkan sesuatu yang lebih (kenaikan gaji, posisi lebih tinggi)
karena keuntungan perusahaan meningkat.
4) Capability/Competence
Pergantian Direktur : COD : COD Tidak bepengaruh terhadap kecurangan
laporan keuangan. Dimana kemampuan yang dimiliki adalah peluang dalam
mengendalikan internal control dan pengendalian situasi untuk
kepentingannya sendiri. Direktur yang tidak maksimal dalam bekerja akan
digantikan oleh direktur yang lebih kompeten dan dapat bekerja maksimal
guna meningkatkan kualitas perusahaan yang lebih baik lagi.
5) Arrogance
Frequent number of CEO’s picture : CEOPIC tidak bepengaruh terhadap
kecurangan laporan keuangan. perilaku superioritas dan keserakahan dari
perilaku kejahatan yang mempercayai bahwa kebijakan dan prosedur
perusahaan tidak diterapkan kepadanya. Semakin banyak foto yang
terpampang, maka semakin tinggi tingkat arogansinya.
6) Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan dapat memoderasi total aset (TACC/ Rasionalization)
dikarenakan ukuran perusahaan yang besar akan mengecilkan laba agar tidak
ada regulasi atau pajak baru yang ditetapkan untuk mereka, karena total aset
yang tinggi pada perusahaan yang terdaftar di BEI, maka otomatis akan
melakukan praktik tersebut. Namun untuk ukuran perusahaan tidak mampu
memoderasi hubungan Presure, Opportunity, competence dan arrogance
dalam penelitian ini karena pemantauan untuk variabel tersebut dianggap
baik.

4. LATIHAN SOAL
1. Carilah artikel ilmiah mengenai fraud, lalu identifikasi artikel tersebut seperti yang
sudah dipelajari!
5. DAFTAR PUSTAKA

• Theodorus M.Tuanakotta, Audit Internal Berbasis Risiko, Salemba Empat,


Jakarta, 2019

• https://noviyani34.blogspot.com/2018/09/teori-teori-fraud.html

• Khuluqi, K., & Napisah. (2022). Financial Pengaruh Fraud Pentagon


Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan Dengan Ukuran Perusahaan
Sebagai Pemoderasi. Wacana Ekonomi (Jurnal Ekonomi, Bisnis dan
Akuntansi), 21(2), pp.198-211. https://doi.org/10.22225/we.21.2.2022.198-
211

• Akun Fadly, Ilham Wahyudi dan Susfa Yetti. 2020. Pengaruh Fraud Diamond
Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan Pada Kabupaten Dan Kota Di
Provinsi Jambiperiode 2014 –2018

• Siti nuryaliza dan Dedik Nur Triyanto. 2019. Pengaruh Fraud Triangle
Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan

Anda mungkin juga menyukai