AUDITING
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu:
1. Pengertian Auditing dan Akuntansi
2. Perbedaan auditing dan akuntansi
3. Tujuan Audit
4. Jenis-Jenis Audit
5. Manfaat Audit
6. Peer reviu dan kendali mutu
B. URAIAN MATERI
1. Pengertian Auditing dan Akuntansi
Pengertian Akuntansi
American accounting Association akuntansi merupakan proses
pengindentifikasian, pencatatan, pengukuran, dan laporan transaksi
keuangandari suatu organisasi yang dijadikan sebagai informasi dalam
pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak yang membutuhkan
Warren dkk akuntansi adalah system informasi yang menghasilkan
sebuah laporan keuangan kepada pihak-pihak terkait atau berkepentingan
mengenai kegiatan ekonomi dan kondisi perusahaan
Rudianto akuntansi merupakan system informasi yg menghasilkan
sebuah laporan keuangan kepada pihak-pihak terkait yang berkepentingan
dengan kegiatan ekonomi dan keadaan suatu badan usaha tertentu.
Pengertian Auditing
Menurut Sukrisno Agoes: Auditing merupakan suatu pemeriksaan yang
dilakukana secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen
terhadap laporan keuangan yang disusun oleh manajemen, beserta catatan-
catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukung untuk dapat memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Menurut Mulyadi auditing adalah suatu proses sistematik untuk
memperoleh dan dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai
pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan
tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan
tersebut dengan kreteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-
hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Alvin A.Arens, dkk auditing adalah akumulasindan evaluasi bukti
tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkay kesesuaian
antara informasi dan kreteria yang telah ditetapkan.
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (2011) auditing adalah
proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi
yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang
yang kompeten dan independen untu dapat diukur mengenai kesesuaian
informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan.
Auditing yaitu proses sistimatik untuk memperoleh dan mengevaluasi
bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang kegiatan dan persitiwa
ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi asersi tersebut
dengan kreteria yang ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada
pihak yang berkepentingan
4. Jenis-jenis Audit
Menurut Mulyadi Auditor dikelompokan menjadi tiga golongan, yaitu:
a. Auditor Independen/ Akuntan Publik
Melakukan fungsi pengauditan atas laporan keuangan yang diterbitkan
oleh perusahaan. Pengauditan ini dilakukan pada perusahaan terbuka,
yaitu perusahaan yang go public, perusahaan-perusahaan besar dan juga
perusahaan kecil serta organisasi-organisasi yang tidak bertujuan mencari
laba. Praktik akuntan publik harus dilakukan melalui suatu Kantor Akuntan
Publik (KAP).
b. Auditor Pemerintah
Adalah auditor yang bertugas melakukan audit atas keuangan pada
instansi instansi pemerintah. Di Indonesia, auditor pemerintah dapat
dibagi menjadi dua yaitu:
1) Auditor Eksternal Pemerintah
Dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Untuk
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan
negara diadakan satu badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan
mandiri. Hasil pemeriksaannya diserahkan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah sesuai kewenangan.
2) Auditor Internal Pemerintah
Lebih dikenal sebagai Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah
(APFP) yang dilaksanakan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal Departemen/LPND, dan
Badan Pengawasan Daerah
c. Auditor Intern
Auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun
perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah
dipatuhi, menentukan baik tidaknya pengawasan terhadap kekayaan
organisasi, menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh
berbagai bagian dalam organisasi.
Namun, Arens & Loebbecke dalam bukunya Auditing Pendekatan
Terpadu yang diadaptasi oleh Amir Abadi Jusuf, menambahkan satu lagi jenis
auditor, yaitu:
5. Manfaat Audit
Adapun manfaat audit dibagi menjadi tiga bagian dasar yang menikmati
manfaat audit yaitu:
a. Bagi Pihak Yang Diaudit
1) Menambah integritas laporan keuangannya sehingga laporan tersebut
bisa dipercaya untuk kepentingan pihak luar entitas seperti pemegang
saham, kreditor, pemerintah dan lain-lain.
2) Mencegah dan menemukan fraud yang dilakukan oleh manajemen
perusahaan yang diaudit.
3) Memberikan dasar yang dapat lebih dipercaya untuk penyiapan surat
pemberitahuan pajak yang diserahkan kepada pemerintah.
4) Membuka pintu bagi masuknya sumber-pembiayaan dari luar.
5) Menyiapkan kesalahan dan penyimpangan moneter dalam catatan
keuangan.
b. Bagi Anggota Lain Dalam Dunia Usaha
1) Memberikan dasar yang lebih menyakinkan para kreditur atau para
rekanan untuk mengambil keputusan pemberian kredit.
2) Memberikan dasar yang lebih meyakinkan kepada perusahaan
asuransi untuk menyelesaikan klaim atas kerugian diasuransikan.
3) Memberikan dasar yang terpercaya kepada para investor dan calon
investor untuk menilai prestasi investasi dan kepengurusan
manajemen.
4) Memberikan dasar yang objektif kepada serikat buruh dan pihak yang
diaudit untuk menyelesaikan sengketa mengenai upah dan tunjangan.
5) Memberikan dasar yang independen kepada pembeli maupun penjual
untuk menentukan syarat penjualan, pembelian atau penggabungan
perusahaan.
6) Memberikan dasar yang lebih baik, meyakinkan kepada para
langganan atau klien untuk menilai profitabilitas atau audit finansial,
audit manajemen, dan sistem pengendalian intern 45 rentabilitas
perusahaan itu, efisiensi operasionalnya dan keadaan keuangannya.
c. Bagi Badan Pemerintah Dan Orang-Orang Yang Bergerak Di Bidang
Hukum
1) Memberikan tambahan kejelasan yang independen tentang ketelitian
dan jaminan laporan keuangan.
2) Memberikan dasar yang independen kepada mereka yang bergerak di
bidang hukum untuk mengurus harta warisan dan harta titipan,
menyelesaikan masalah dalam kebangkrutan dan insolvensi dan
menentukan pelaksanaan perjanjian persekutuan dengan cara
semestinya.
3) Memegang peranan yang menentukan dalam mencapai tujuan
undang-undang keamanan sosial.
Persyaratan Profesional
Persyaratan profesional yang dituntut dari auditor independen adalah orang
yang memiliki pendidikan dan pengalaman berpraktik sebagai auditor
independen. Mereka tidak termasuk orang yang terlatih untuk atau
berkeahlian dalam profesi atau jabatan lain.
PERTANYAAN :
1. Jelaskan kesimpulan dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian
auditing
2. Jelaskan perbedaan dan persamaan auditing dan akuntansi
3. Jelaskan lingkup pemeriksaan
4. Pihak siapa saja yang mempergunakan hasil audit
DAFTAR
PUSTAKA
Agoes, Sukrisno, 2013. Auditing, Petunjuk praktis pemeriksaan akuntan oleh akuntan
publik. (Edisi 4). Jakarta: Salemba Empat
Ikatan Akuntan Indonesia. 2011. Standar Profesional Akuntan Publik. Salemba Empat
Jakarta PUSTAKA PENDUKUN
Arens
https://accounting.binus.ac
PERTEMUAN 2
STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK
(SPAP)
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu:
1. Pengertian SPAP
2. Perkembangan Standard Profesional Akuntan Publik
3. Isi SPAP
4. Sepuluh Standar Auditing
B. URAIAN MATERI
1. Pengertian SPAP
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah kodifikasi berbagai pernyataan
standar teknis yang merupakan paduan dalam memberikan jasa bagi akuntan public di
Indonesia. SPAP dikeluarkan Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan
Publik Indonesia’.
2. Perembangan Standar Profesional Akuntan Publik
Tahun 1972, Pertama kalinya Ikatan Akuntan Indonesia berhasil menerbitkan Norma
Pemeriksaan Akuntan yang disahkan dalam Kongres ke III Ikatan Akuntan Indonesia. Norma
Pemeriksaan Akuntan itu berisi: tanggung jawab akuntan public, unsur-unsur norma
pemeriksaan akuntan yang meliputi: pengkajian dan penilaian pengendalian intern, bahan
pembuktian dan penjelasan informatif, serta pembahasan mengenai peristiwa kemudian,
laporan khusus dan berkas pemeriksaan.
Dalam kongres ke IV IAI tanggal 25-26 Oktober 1982, komisi norma pemeriksaan
akuntan mengusulkan agar segera diakukan penyempurnaan atas buku Norma
Pemeriksaan Akuntan yang lama, dan melengkapinya dengan serangkaian suplemen yang
merupakan penjabaran lebih lanjut norm aitu.
19 April 1986, Norma Pemeriksaan Akuntan yang telah diteliti dan disempurnakan
oleh Tim Pengesahan, disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia sebagai
norma pemeriksaan yang berlaku efektif selambat-lambatnya untuk penugasan
pemeriksaan atas laporan keuangan yang diterima setelah tanggal 31 Desember 1986.
Tahun 1992, IAI menerbitkan Norma Pemeriksaan Akuntan edisi revisi yang
memasukan suplemen No. 1 sampai dengan No. 12 dan interpretasi No. 1 sampai dengan
No. 12.
Dalam Kongres ke VII IAI tahun 1994, disahkan Standar Profesional Akuntan Publik
yang berisi
1. Uraian mengenai standar professional akuntan public
2. Berbagai pernyataan standar auditing yang telah diklasifikasikan
3. Berbagai pernyataan standar atestasi yang telah diklasifikasikan
4. Pernyataan jasa akuntansi dan review
Tahun 1999 IAI mengubah nama Komite Norma Pemeriksaan Akuntan menjadi
Dewan Standar Profesional Akuntan Publik. Dan menerbitkan buku yang diberi judul Standar
Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001
3. ISI SPAP
Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001 terdiri atas lima standar, yaitu
1) Pernyataan Standar Auditing (PSA)
Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing. prosedur yaitu Tindakan yang
harus dilaksanakan auditor sedangkan standar auditing berkenaan dengan kriteria atau
ukuran mutu kinerja Tindakan tersebut. Standar auditing yang telah ditetapkan dan
disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia terdiri dari sepuluh standar yang
dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar
2) Pernyataan Standar Atestasi (PSAT)
Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan yang
diberikan oleh seorang yang independen dan kompeten yang menyatakan apakah
asersi (assertion) suatu entitas telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Asersi
adalah suatu pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang dimaksudkan untuk
digunakan oleh pihak lain, contoh asersi dalam laporan keuangan historis adalah adanya
pernyataan manajemen bahwa laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Standar atestasi membagi tiga tipe perikatan atestasi (1) pemeriksaan
(examination), (2) review, dan (3) prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures).
3) Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR)
Memberikan rerangka untuk fungsi non-atestasi bagi jasa akuntan publik yang
mencakup jasa akuntansi dan review. Jasa akuntansi yang diatur dalam standar ini
antara lain:
a. Kompilasi laporan keuangan – penyajian informasi-informasi yang merupakan
pernyataan manajemen (pemilik) dalam bentuk laporan keuangan
b. Review atas laporan keuangan - pelaksanaan prosedur permintaan keterangan dan
analisis yang menghasilkan dasar memadai bagi akuntan untuk memberikan
keyakinan terbatas, bahwa tidak terdapat modifikasi material yang harus dilakukan
atas laporan keuangan agar laporan tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia
c. Laporan keuangan komparatif – penyajian informasi dalam bentuk laporan keuangan
dua periode atau lebih yang disajikan dalam bentuk berkolom
4) Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (PSJK)
merupakan panduan bagi praktisi (akuntan publik) yang menyediakan jasa konsultasi
bagi kliennya melalui kantor akuntan publik. Dalam jasa konsultasi, para praktisi
menyajikan temuan, kesimpulan dan rekomendasi. Sifat dan lingkup pekerjaan jasa
konsultasi ditentukan oleh perjanjian antara praktisi dengan kliennya. Umumnya,
pekerjaan jasa konsultasi dilaksanakan untuk kepentingan klien. Jasa konsultasi dapat
berupa:
a. Konsultasi (consultation) – memberikan konsultasi atau saran profesional
(profesional advise) berdasarkan pada kesepakatan bersama dengan klien. Contoh
jenis jasa ini adalah review dan komentar terhadap rencana bisnis buatan klien
b. Jasa pemberian saran profesional (advisory services) - mengembangkan temuan,
kesimpulan, dan rekomendasi untuk dipertimbangkan dan diputuskan oleh klien.
Contoh jenis jasa ini adalah pemberian bantuan dalam proses perencanaan strategik
c. Jasa implementasi - mewujudkan rencana kegiatan menjadi kenyataan. Sumber
daya dan personel klien digabung dengan sumber daya dan personel praktisi untuk
mencapai tujuan implementasi. Contoh jenis jasa ini adalah penyediaan jasa
instalasi sistem komputer dan jasa pendukung yang berkaitan.
d. Jasa transaksi - menyediakan jasa yang berhubungan dengan beberapa transaksi
khusus klien yang umumnya dengan pihak ketiga. Contoh jenis jasa adalah jasa
pengurusan kepailitan.
e. Jasa penyediaan staf dan jasa pendukung lainnya - menyediakan staf yang memadai
(dalam hal kompetensi dan jumlah) dan kemungkinan jasa pendukung lain untuk
melaksanakan tugas yang ditentukan oleh klien. Staf tersebut akan bekerja di bawah
pengarahan klien sepanjang keadaan mengharuskan demikian. Contoh jenis jasa ini
adalah menajemen fasilitas pemrosesan data
f. Jasa produk - menyediakan bagi klien suatu produk dan jasa profesional sebagai
pendukung atas instalasi, penggunaan, atau pemeliharaan produk tertentu. Contoh
jenis jasa ini adalah penjualan dan penyerahan paket program pelatihan, penjualan
dan implementasi perangkat lunak komputer
5) Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSPM) SM).
memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam melaksanakan pengendalian
kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang
diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik
Indonesia (DSPAP IAPI) dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang
diterbitkan oleh IAPI. Unsur-unsur pengendalian mutu yang harus harus diterapkan oleh
setiap KAP pada semua jenis jasa audit, atestasi dan konsultansi meliputi:
a. independensi - meyakinkan semua personel pada setiap tingkat organisasi harus
mempertahankan independensi
b. penugasan personel - meyakinkan bahwa perikatan akan dilaksanakan oleh staf
profesional yang memiliki tingkat pelatihan dan keahlian teknis untuk perikatan
dimaksud
c. konsultasi - meyakinkan bahwa personel akan memperoleh informasi memadai
sesuai yang dibutuhkan dari orang yang memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi,
pertimbangan (judgement), dan wewenang memadai
d. supervisi - meyakinkan bahwa pelaksanaan perikatan memenuhi standar mutu yang
ditetapkan oleh KAP
e. pemekerjaan (hiring) - meyakinkan bahwa semua orang yang dipekerjakan memiliki
karakteristik semestinya, sehingga memungkinkan mereka melakukan penugasan
secara kompeten
f. pengembangan profesional - meyakinkan bahwa setiap personel memiliki
pengetahuan memadai sehingga memungkinkan mereka memenuhi tanggung
jawabnya. Pendidikan profesional berkelanjutan dan pelatihan merupakan wahana
bagi KAP untuk memberikan pengetahuan memadai bagi personelnya untuk
memenuhi tanggung jawab mereka dan untuk kemajuan karier mereka di KAP
g. promosi (advancement) - meyakinkan bahwa semua personel yang terseleksi untuk
promosi memiliki kualifikasi seperti yang disyaratkan untuk tingkat tanggung jawab
yang lebih tinggi.
h. penerimaan dan keberlanjutan klien - menentukan apakah perikatan dari klien akan
diterima atau dilanjutkan untuk meminimumkan kemungkinan terjadinya hubungan
dengan klien yang manajemennya tidak memiliki integritas berdasarkan pada prinsip
pertimbangan kehati-hatian (prudence)
i. inspeksi - meyakinkan bahwa prosedur yang berhubungan dengan unsur-unsur lain
pengendalian mutu telah diterapkan dengan efektif
Gambar 2. SPAP per 31 Maret 2011
C. LATIHAN SOAL
D. DAFTAR PUSTAKA
1. Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan Publik Buku
1 dan 2, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta, 2012
2. Mulyadi, Auditing Buku 1 dan 2 , Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2013
3. Arens
PERTEMUAN 04
KODE ETIK AKUNTAN
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Pengertian Etika
B. URAIAN MATERI
1. Pengertian Etika
Kode etik terdiri dari dua kata, yakni kode dan etik. Kode artinya tanda yang
disertai maksud atau makna tertentu dan disepakati bersama. Etik berasal dari bahasa
Yunani, yakni ethos, artinya watak, cara hidup, dan adab. Dari dua pengertian tersebut,
Anda dapat menyimpulkan bahwa kode etik berarti tanda yang mengatur adab dalam
bekerja dan telah disepakati bersama.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) juga mencatat pengertian kode etik
sebagai norma dan asas yang diterima oleh kelompok tertentu sebagai landasan tingkah
laku. Sementara itu, kode etik profesi merupakan rangkaian peraturan yang berisi apa
yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh seseorang dalam menjalankan profesinya.
Kode etik profesi menjaga lingkungan kerja agar tetap profesional lantaran pekerja lebih
disiplin dalam menunaikan kewajibannya. Pelanggaran terhadap kode etik profesi akan
berujung pada pemberian sanksi ringan, keras, bahkan pemecatan.
Etika Profesi akuntansi adalah yaitu suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan
baik dan buruk manusia sejauh yang dapat di pahami oleh pikiran manusia terhadap
pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan
khusus sebagai seorang akuntan. Arens memberikan defines etika sebagai serangkaian
prinsip atau nilai moral.
a. Kode etik merupakan suatu cara untuk memperbaiki iklim organisasional sehingga
individu-individu daoat berperilaku secara etis.
b. Kontrol etis diperlukan karena sistem legal dan pasar tidak cukup mampu
mengarahkan perilaku organisasi untuk mempertimbangkan dampak moral dalam
setiap keputusan bisnisnya.
c. Perusahan memerlukan kode etik untuk menentukan status bisnis sebagai sebuah
profesi, dimana kode etik merupakan salah satu penandanya.
d. Kode etik dapat juga dipandang sebagai upaya menginstitusionalisasikan moral dan
nilai-nilai pendiri perusahaan, sehingga kode etik tersebut menjadi bagian dari budaya
perusahaan dan membantu sosialisasi individu baru dalam memasuki budaya
tersebut.
a. Prinsip Etika, memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur
pelaksanaan pemberi jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh
Kongres dan berlaku bagi seluruh anggota.
b. Aturan Etika, disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan hanya mengikat anggota
Himpunan yang bersangkutan.
c. Interprestasi Aturan Etika, merupakan interprestasi yang dikeluarkan oleh Badan yang
dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-
pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan
Rerangka kode etik akuntan Indonesia bisa dilihat pada model rerangka Kode Etik
Ikatan Akuntan Indonesia sebelum 1 Januari 2011.
100 RAPAT
200 300 400 500
Independensi Standar Tanggung Tanggung Tanggung ANGGOOTA
, Integritas, Umum Prinsip Jawab Jawab Kepada Jawab dan
Objektivitas KAP
Akuntansi Kepada Klien Rekan Praktik Lain
INTERPRETASI
PENGURUS
ATURAN ETIKA
IAPI-KAP
Gambar 1. Rerangka Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (SPAP IAI 2001: 20000.7)
PERTEMUAN KE-17
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu menganalisis pengertian, tujuan dan prosedur pemeriksaan biaya
dan pajak dibayar dimuka dan dapat mempraktekan cara memeriksanya secara buku
ataupun keadaan fisik serta memverifikasikan biaya dan pajak dibayar dimuka
tersebut
B. URAIAN MATERI
1. SIFAT DAN CONTOH PREPAID EXPENSE DAN PREPAID TAXES
Keduanya mempunyai manfaat kurang atau sama dengan satu tahun, sehingga
dikelompokkan sebagai aset lancar (curren asset). Menurut Standar Akuntansi
Keuangan:
a. Biaya dibayar dimuka dimaksudkan sebagai biaya yang telah terjadi, yang akan
digunakan untuk aktivitas perusahaan yang akan dating.
b. Bagian dari biaya dibayar dimuka yang akan memberikan manfaat untuk
beberapa periode kegiatan diklasifikasikan sebagai asset tak lancer.
Contoh dari perkiraan-perkiraan yang bias digolongkan sebagai biaya dibayar
dimuka adalah:
• Premi asuransi (Prepaid Insurance).
• Sewa Dibayar Dimuka untuk masa satu tahun yang akan datang (Prepaid Rent).
• Biaya Lain-lain Dibayar Dimuka (Prepaid Others), misalnya: biaya iklan diradio,
televisi,yang berdasarkan kontrak, barang-barang untuk promosi (hadiah berupa
gantungan kunci, payung, dll).
Pajak dibayar dimuka adalah pajak yang dibayar oleh perusahaan setiap bulan atau
dipotong/dipungut oleh pihak ketiga dan akan diperhitungkan sebagai kredit pajak
diakhir tahun (untuk pajak penghasilan) atau diakhir bulan (untuk PPN).
Contoh dari pajak dibayar dimuka:
• PPh 22 ( dari impor barang ).
AUDITING 1 Page 1
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
AUDITING 1 Page 2
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
Setiap pengeluaran untuk biaya dan pajak dibayar dimuka didukung oleh bukti-
bukti yang sah dan lengkap.
Misalnya: polis asuransi, perjanjian sewa menyewa (lease agreement), kontrak
untuk advertensi, surat setoran pajak (SSP), faktur pajak masukan, bukti
pemotongan PPh 22,23 dan lainlain.
1. Untuk memeriksa apakah biaya yang mempunyai kegunaan untuk tahun
yang berikutnya sudah dicatat sebagai biaya dibayar dimuka. Maksudnya
adalah auditor harus memeriksa apakah bagian yang belum expired
(mempunyai kegunaan untuk periode yang akan datang) tidak dibebankan
sebagai biaya, tetapi dicatat sebagai biaya dibayar dimuka.
2. Untuk memeriksa apakah biaya dibayar dimuka yang mempunyai
kegunaan untuk tahun berjalan telah dibebankan/dicatat sebagai biaya tahun
berjalan. Maksudnya adalah auditor harus memeriksa apakah bagian yang
belum expired (masa manfaatnya sudah berlalu) sudah dibebankan sebagai
biaya tahun berjalan.
3. Untuk memeriksa apakah pajak dibayar dimuka didukung oleh bukti
setoran/pemungutan pajak yang sah dan lengkap sehingga bisa
diperhitungkan sebagai kredit pajak akhir periode.
4. Untuk memeriksa apakah penyajian biaya dan pajak dibayar dimuka
dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan di
Indonesia (SAKETAP/IFRS). Biasanya biaya dibayar dimuka yang
mempunyai masa manfaat kurang dari atau sama dengan satu tahun disajikan
sebagai aset lancer,sedangkan yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun
disajikan sebagai asset tak lancar.
3. PROSEDUR AUDIT
Prosedur audit dibagi atas prosedur compliance test dan prosedur substantive test.
Pembahasan prosedur audit untuk substantive test akan dibagi dalam beberapa
bagian, yaitu sewa dibayar dimuka, premi asuransi dibayar dimuka, biaya advertensi
dibayar dimuka dan pajak dibayar dimuka. Dalam praktiknya, prosedur audit yang
dibahas disini harus disesuaikan dengan kondisi perusahaan yang diaudit.
AUDITING 1 Page 3
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
AUDITING 1 Page 4
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
biaya sewa (tanpa melalui prepaid rent), jumlah biaya sewa dibuku besar
akan terlihat lebih besar.
7. Buat usulan audit adjustment jika diperlukan.
Prosedur Audit Substantive Premi Asuransi Dibayar Dimuka (Prepaid Insurance).
1. Minta rincian prepaid insurance per tanggal neraca.
2. Check mathematical accuracy.
3. Cocokan saldo prepaid insurance per tanggal neraca dengan saldo buku
besar (general ledger) prepaid insurance.
4. Cocokan saldo awal prepaid insurance dengan kertas kerja Audit tahun
lalu.
5. Lakukan vouching untuk pembayaran prepaid insurance ditahun berjalan,
perhatikan apakah ada discount untuk pembayaran tersebut.
6. Periksa polis asuransi dan cocokan data dalam polis asuransi dengan
rincian prepaid insurance.
7. Tie-up total yang dibebankan sebagai biaya asuransi ke buku besar biaya
asuransi.
8. Periksa apakah nilai pertanggungan (insurance coverage) cukup atau tidak
dalam arti tidak terlalu besardan tidak terlalu kecil.
9. Perhatikan apakah didalam polis asuransi terdapat BANKER’S CLAUSE,
maksudnya apakah dalam polis asuransi tersebut ada salah satu pasal yang
menyebutkan bahwa klau terjadi klaim, karena yang diasuransikan terbakar
atau hilang, maka ganti rugi harus dibayarkan kepada bank.
10. Buat usulan audit adjustment jika diperlukan.
Prosedur Audit Substantive Prepaid Advertising.
1. Minta rincian prepaid adverting per tanggal neraca.
2. Chek footing dan cocokan saldo akhir prepaid advertising ke buku besar
dan saldo awal ke kertas kerja Audit tahun lalu.
3. Periksa bukti pembayaran dan surat perjanjian (untuk iklan
diTV/Radio/Bill Board) dan bukti pembelian (untuk barang-barang
souvenir).
AUDITING 1 Page 5
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
AUDITING 1 Page 6
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
3. Menurut anda, prosedur apakah yang paling tepat untuk dilakukan dalam
melakukan pemeriksaan terhadap biaya dan pajak dibayar dimuka! Jelaskan!
DAFTAR PUSTAKA
AUDITING 1 Page 7
PERTEMUAN 05
LAPROAN AKUNTAN
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
b) Ketiga standar umum telah dipenuhi dan diikuti dalam perikatan kerja.
Dalam PSA No. 30 (IAPI, 2011: 341.1 – 342.7) antara lain dinyatakan
• Auditor tidak perlu merancang prosedur audit dengan tujuan tanggal utnuk
mengidentifikasi kondisi dan peristiwa yang menunjukan adanya
kesangsian mengenai kemampuan perusahaan.
6. DAFTAR PUSTAKA
• Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan
Publik Buku 1 dan 2, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta, 2012
• Mulyadi, Auditing Buku 1 dan 2 , Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2013
• Alvin A. Arens, Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Buku 1 dan 2 , Airlangga, Jakarta,
2006
PERTEMUAN 06
PENGENDALIAN INTERNAL (INTERNAL CONTROL)
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
Menurut IAPI (2011 : 319.2) Pengendalian intern sebagai suatu proses yang
dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang ddesain
untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan
berikut ini :
a. Lingkungan pengendalian
b. Perhitungan Risiko
c. Aktivitas pengendalian
Merupakan pelaksanaan dari pengendalian yang telah ada yaitu kebijakan dan
prosedur agar manajemen yakin bahwa semua aktivitas perusahaan sesuai
dengan perintah tanpa menlanggar kebijakan dan prosedur.
d. Informasi dan komunikasi
e. Pemantauan
Dari ke empat komponen yang sudah dijalankan diatas, kemudian di evaluasi dan
dinilai kualiatas dari sistem pengendalian setiap saat.
1) Lingkungan Pengendalian
d) Struktur organisasi
2) Penaksiran Risiko
b) Personel baru
d) Teknologi baru
3) Aktivitas Pengendalian
b) Pengolahan informasi
c) Pengendalian phisik
d) Pemisahan tugas
5) Pemantauan
1) Pengendalian preventif
Tujuan dari jenis pengendalian internal ini sama dengan namanya. Pengendalian
preventif dilakukan agar kesalahan dan anomali dapat dikendalikan dan
dihentikan sebelum terjadi dan menyebabkan kerusakan apa pun.
2) Pengendalian detektif
3) Pengendalian korektif
b. Pada waktu melakukan observasi atas stock opname, tes atas perhitungan fisik
persediaan harus lebih banyak.
a) Umum
b) Akuntansi
Pertanyaan mengenai sistem dan prosedur dalam siklus penjualan( tunai dan
kredit), utang dan kas keluar
e) Persediaan
f) Surat Berharga
g) Aset Tetap
4. Flow Chart : arus bagan yang menggambarkan suatu proses daru suatu unit atau
bagian dan divisi yang seharusnya alur tersebut sesuai dengan prosedur dan
kebijakan yang ada, missal flow chart sistem dan prosedur pembelian, pengeluaran
kas, penjualan dan lain sebagainya. Setelah flowchart dibuat lalu auditor harus
melakukan walk through atau pengambilan sampel dokumen dan membandingkan
perjalanan atau arus nya sesuai dengan apa yang telah digambarkan.
Untuk auditor yang terlatih baik, penggunaan flow chart lebih disukai, karena
auditor bias cepat melihat apa saja kelemahan- kelemahan dan kebaikan-kebaikan
dari suatu system dan prosedur. Setelah flow chart dibuat, auditor harus melakukan
walk through, yaitu mengambil dua atau tiga dokumen untuk mentest apakah
prosedur dijalankan sesuai dengan apa yang digambarkan dalam flow chart.
Contoh Flow chart
Contoh Narrative:
6. Keterbatasan Pengendalian Intern Entitas
Disamping itu pengendalian dapat tidak efektif karena adanya kolusi diantara
dua orang atau lebih atau manajemen mengesampingkan pengendalian intern. Factor
lain yang memebatasi pengendalian intern adalah biaya pengendalian intern entitas
tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian tersebut. Meskipun
hubungan manfaat-biaya merupakan criteria utama yang harus dipertimbangkan
dalam pendesainan pengendalian intern, pengukuran secara tepat biaya dan manfaat
umumnya tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu,Manajemen melakukan estimasi
kualitatif dan kuantitatif serta pertimban gan dalam menilai hubungan biaya manfaat
tersebut.
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
2. Audit Program
3. Audit Procedur
4. Audit Teknik
B. URAIAN MATERI
a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis satuan usaha tersebut dan industri di
mana satuan usaha tersebut beroperasi didalamnya.
c. Metode yang di gunakan oleh satuan usaha tersebut dalam mengolah informasi
akuntansi yang singfikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk
mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan.
e. Membicarakan tipe, luas dan waktu audit dengan manajemen, dean komisaris,
atau komite audit.
h. Menentikan luasnya keterlibatan, jika ada, konsultan, spesialis, dan auditor intern.
b. Menilai kondisi yang didalamnya data akuntansi yang dihasilkan, diolah, direview
dan dikumpulkan dalam organisasi.
Auditor harus menyusun audit plan, segera setelah angagement letter disetujui
oleh klien.
1) Nama pemilik
2) Permodalan
a) Buku penjualan
b) Buku pembelian
c) Buku memorial
2) Metode pembukuan
a) Manual
i. Tulis tembus
ii. Biasa
b) Komputer
c) Mesin pembukuan
e. Client contact
Yaitu mengenai nama dari orang-orang yang akan sering dihubungi auditor.
Misalnya:
1) Presiden direktur
Sealin itu perlu juga diketahui penasihat hukumnya siapa berikut alamat,
nomor telpon, aks, dan email address
2) Auditing problem
3) Tax problem
a. Staffing
• Nama partner
• Nama manager
• Nama supervisor
• Nama senior
• Nama asisten
b. Waktu pemeriksaan
• Selesai kapan?
4) Budget, baik dalam jumlah jam kerja maupun biaya pemeriksaan. Tari
yang dibebankan kepada klien antara lain:
a) General audit
b) Special audit
c) Bantuan administrasi
e) Perpajakan
Hal-hal tambahan:
2. Membuat schedule-schedule:
• Aging schedule
Bulan november:
1) Cash count.
2) Observasi persediaan.
3) Dan lain-lain.
Pada time schedule juga ditulis siapa yang mengerjakan dan berapa jam kira-
kira waktu yang dibutuhkan.
1) Dibuat oleh:
2) Review oleh:
3) Approved oleh:
• Tujuan pemeriksaan
• Kesimmpulan pemeriksaan
4. Audit Teknik
3) Inquiring, suatu bentuk pengajuan pertanyaan lisan atau tertulis kepada pihak
internal (manajemen) atau eksternal (pengacara) perusahaan. Prosedur audit ini
menghasilkan oral evidence atau written representation.
5. LATIHAN SOAL
6. DAFTAR PUSTAKA
• Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan
Publik Buku 1 dan 2, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta, 2012
• Mulyadi, Auditing Buku 1 dan 2 , Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2013
• Alvin A. Arens, Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Buku 1 dan 2 , Airlangga, Jakarta,
2006
PERTEMUAN 08
RISIKO AUDIT
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
Risiko yang dihadapi oleh seorang auditor adalah berupa kemungkinan adanya
kesalahan yang dibuat oleh seorang auditor dalam memberikan pendapat atas
laporan keuangan yang diauditnya. Standar Auditing 312.02 merumuskan risiko audit
sebagai risiko yang terjadi dalam hal auditor tanpa disadari tidak memodifikasikan
pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material”. Dengan kata lain, risiko audit merupakan
kemungkinan masih terdapatnya kesalahan yang material dalam laporan keuangan
setelah proses audit selesai dan laporan wajar tanpa pengecualian (WTP) diterbitkan.
Risiko audit merupakan sesuatu yang tidak dapat diabaikan oleh seorang
auditor. Seorang auditor harus sanggup menghadapi risiko audit. Oleh karena itu,
seorang auditor harus menetapkan kesanggupannya dalam menghadapi risiko audit.
Ukuran kesanggupan seorang auditor untuk menerima risiko audit disebut Acceptable
Audit Risk (AAR). Dengan demikian, Acceptable Audit Risk (AAR)merupakan
kesanggupan seorang auditor untuk menerima kemungkinan masih terdapatnya
kesalahan yang material dalam laporan keuangan setelah proses audit selesai dan
laporan wajar tanpa pengecualian (WPT) diterbitkan.
Risiko audit terdiri dari tiga komponen, yaitu: Risiko bawaan (inherent risk), risiko
pengendalian (control risk), dan risiko deteksi (detection risk). Berbagai risiko yang
terkait dengan risiko audit tersebut semuanya berhubungan dengan kemungkinan
terdapatnya kesalahan dalam laporan keuangan. Berikut ini adalah penjelasan
singkat mengenai risiko-risiko tersebut.
Hubungan antara risiko dengan risiko deteksi terencana serta dengan bukti
audit yang direncanakan adalah sebagai berikut : risiko inheren saling
berlawanan dengan risiko deteksi terencana serta memiliki hubungan yang
searah dengan bukti audit.
Pada awal audit tidak banyak yang bisa diperbuat untuk mengubah
Inherent risk. Sebaliknya, auditor harus menetapkan faktor-faktor pembentuk
risiko tersebut dan memodifikasi bahan bukti audit. Faktor- faktor utama dibawah
ini harus ditelaah dalam menetapkan Inherent risk:
Risiko bawaan (Inherent risk) dalam beberapa hal dipengaruhi oleh sifat
bidang usaha dari perusahaan klien sendiri. Misalnya, akan lebih besar
kemungkinan usangnya persediaan pada pabrik elektronik daripada
peleburan baja. Atau piutang pinjaman yang diberikan oleh lembaga
keuangan kecil akan lebih rendah kolektibilitasnya daripada pinjaman oleh
Bank. Risiko bawaan (Inherent risk) tiap jenis usaha akan lebih bervariasi
pada akun seperti persediaan, piutang usaha, piutang pinjaman, tanah dan
bangunan. Sifat usaha ini akan kurang pengaruhnya untuk akun kas, wesel
tagih dan utang hipotek.
Salah saji yang terjadi pada audit sebelumnya memiliki kemungkinan untuk
terjadi lagi dalam audit tahun berjalan. Ini disebabkan beberapa salah saji
mempunyai sifat yang sistemis dan organisasi cenderung lamban melakukan
pengubahan untuk mengatasinya. Maka auditor harus dianggap lalai jika
tidak memperhatikan hasil audit tahun sebelumnya dalam audit program
tahun berjalan. Jika misalnya pada tahun sebelumnya ditemukan banyak
salah saji pada penetapan harga, kemungkinan besar risiko bawaan
(Inherent risk) akan tinggi dan pengujian ekstensif harus dilakukan tahun
berjalan untuk memeriksa apakah kelemahan dalam sistem klien ini telah
diperbaiki. Akan tetapi kalau pada beberapa tahun sebelumnya tidak ditemui
salah saji apapun, auditor dibenarkan untuk mengurangi risiko bawaan
(Inherent risk), dengan catatan tidak ada perubahan keadaan yang relevan.
Transaksi yang tidak biasa akan lebih besar kemungkinannya untuk tidak
dicatat dengan benar karena kurangnya pengalaman klien dalam
penanganannya. Contohnya adalah kerugian karena kebakaran, pembelian
tanah dan bangunan yang besar atau persetujuan sewa guna usaha.
Transaksi tidak rutin mengandung risiko bawaan (Inherent risk) yang lebih
tinggi dari pada transaksi rutin.
Catatan Penting:
1) Penugasan audit pertama kalinya untuk klien yang sama oleh auditor dihitung
sebagai faktor IR yang penting. Misalnya PT ABC baru IPO tanggal 1 Juni
2015, maka audit yang diselenggarakan pertama kali (untuk Laporan Keuang
Per 31 Desember 2015) diasumsikan mengandung IR yang tinggi, sebab
auditor tidak memiliki informasi valid mengenai kondisi keuangan PT ABC
yang bisa dipercaya.
CR tidak bisa dikendalikan oleh auditor akan tetapi bisa dikendalikan oleh
auditee jika mereka mau. Karakter perusahaan ber CR tinggi, antara lain:
1) Struktur Organisasi (SO). Tidak jelas dengan pembagian tugas yang juga
tidak jelas. Jika ini terjadi maka bisa dipastikan CR nya tinggi;
3) Tidak memiliki auditor internal dan komite audit. Jika ini yang tejadi maka
bisa dipastikan angka CR juga tinggi.
4) Sistim Pengendalian Internal lemah atau tidak efektif. semua aspek SPI perlu
diperiksa terlebih dahulu untuk menentukan faktor ini, perhatikan contoh
dibawah.
Para auditor menetapkan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima (risiko
deteksi yang direncanakan) yang mempengaruhi tes-tes substantif yang mereka
lakukan.
1) Jika tingkat risiko deteksi yang direncanakan rendah, maka auditor akan
mengumpulkan bukti sebanyak mungkin untuk menurunkan risiko kesalahan
saji .
Ada dua jenis risiko deteksi berkaitan dengan audit sampling, yaitu risiko
prosedur analitis dan risiko pengujian substantive.
3) Salah Memilih Metod Uji. Setiap saldo akun yang disajikan pada Laporan
Keuangan seharusnya diuji dengan menggunakan metode yang paling
sesuai dengan nature nya masing-masing. Anda ingin memastikan apakah
suatu penjualan memang seharusnya diakui (atau tidak diakui), maka anda
mengujinya dengan melihat tanggal transaksi yang kemudian disandingkan
dengan periodisasi pelaporan (bukan dengan menguji hitungan
matematisnya)
Model Risiko Audit ini bisa diterapkan dengan 3 langkah berikut ini:
Pertama, Kantor Akuntan Publik (KAP) biasanya sudah mematok besaran
angka persentase Audit Risk (AR) yang bisa diterima (biasanya tak boleh lebih dari
10%).
Kedua, menentukan IR dan CR. Inherent risk (IR) diukur dengan
mempertimbangkan faktor eksternal dan internal seperti yang sudah saya jelaskan di
atas. Sedangkan CR diukur dengan menilai desain dan implementasi sistim
pengendalian internal yang dimiliki oleh auditee seperti yang sudah saya jelaskan di
atas.
Ketiga, menentukan DR dengan menggunakan persamaan di atas, sehingga
menjadi:
DR = AR/(IR x CR)
Nah, besaran DR inilah yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam merancang prosedur audit, substantive test dan rencana audit
secara keseluruhan.
CONTOH:
Kantor Akuntan Publik “JAK dan Rekan” menerima penugasan untuk mengaudit
PT. ABC Tbk, untuk pertama kalinya sejak IPO. Engagement Manager, pada fase
persiapan audit, menyampaikan informasi berikut terkait PT ABC Tbk:
➢ Ini adalah sesi audit eksternal pertama kalinya untuk PT ABC Tbk
➢ Komite Audit PT ABC terdiri dari Board of Director member yang tidak satupun
memiliki latar belakang bidang akuntansi dan keuangan.
Sementara itu KAP JAK dan Rekan mematok angka 10% sebagai “accepted
audit risk level.” Dari informasi tersebut, tim audit KAP “JAK & Rekan” menghitung
besaran angka DR yang harus diantisipasi dengan prosedur dan metode audit yang
paling efektif:
mengingat: (a) tim internal auditnya PT ABC Tbk tergolong baru; (b) anggota audit
komite nya terdiri dari orang-orang yang tidak berlatarbelakang akuntansi dan
keuangan—thus besar kemungkinanya tidak melakukan tugas pengawasan yang
prudent terhadap proses pencatatan dan pelaporan transkasi keuangan PT ABC
Tbk.
❖ Kesimpulan. Dari simpulan itu, maka sudah bisa ditentukan berapa besarnya
angka DR yang harus diantisipasi oleh auditor, dengan menggunakan persamaan
di atas:
AR = IR x CR x DR
0.10 = 0.36 x DR
DR = 0.10/0.36
DR = 0.278 (dibulatkan)
DR = 28%
1. Coba analisis risiko audit pada salah satu kegiatan di salah satu tempat kalian bekerja
dan hitunglah model perhitungan risiko audit!
6. DAFTAR PUSTAKA
• Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan
Publik Buku 1 dan 2, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta, 2012
• Mulyadi, Auditing Buku 1 dan 2 , Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2013
• Alvin A. Arens, Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Buku 1 dan 2 , Airlangga, Jakarta,
2006
PERTEMUAN 09
MATERIALITAS
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Pengertian Materialitas
2. Tingkatan Materialitas
B. URAIAN MATERI
1. Pengertian Materialitas
2. Tingkatan Materialitas
2) Pedoman Kuantitatif yaitu pada saat ini ada standar akuntansi ataupun
standar auditing yang berisi pedoman tentang pengukuran materialitas
secara kuantitatif. Contoh: berikut ini adalah pedoman yang sering digunakan
oleh kantor-kantor akuntan dalam praktik:
➢ 5% sampai 10% dari laba bersih (10% untuk laba bersih kecil, dan 5%
untuk yang lebih besar).
➢ 1% dari modal.
➢ jadi, pendapat auditor jika salah saji sebesar Rp. 200.000 berarti lebih
dari nilai tingkat materialitas Rp. 100.000 ( Rp. 200.000 > Rp. 100.000).
maka, total aktiva tidak wajar karena melebihi tingkat materialitas
sebesar 100.000.
Materialitas saldo rekening adalah minimum salah saji yang bias ada pada suatu
saldo rekening yang dipandang sebagai salah saji material. Salah saji sampai
tingkat tersebut salah saji bias diterima. Konsep materialitas pada tingkat saldo
rekening hendaknya tidak dicampur adukkan dengan istilah saldo rekening yang
material. Perlu dipahami bahwa saldo rekening yang material menunjukkan
besarnya saldo sebuah rekening yang tercatat dalam pembukuan, sedangkan
konsep materialitas dengan jumlah salah saji yang bias berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan oleh pemakai laporan keuangan.
Hal ini perlu dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti persegmen dan bukan
untuk laporan keuangan secara keseluruhan yang nantinya akan membantu
auditor dalam memutuskan bukti audit yang tepat yang harus dikumpulkan. Ketika
auditor mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke saldo
akun, materialitas yang dialokasikan ke saldo akun tertentu itu sebagai salah saji
yang dapat ditoleransi.
Salah saji yang diketahui adalah salah saji dalam akun yang jumlahnya dapat
ditentukan oleh auditor. Salah saji yang mungkin terbagi menjadi dua jenis yaitu
salah saji yang berasal dari perbedaan antara pertimbangan manajemen dan
auditor tentang estimasi saldo akun, contohnya adalah perbedaan estimasi
penyisihan piutang tak tertagih atau kewajiban garansi. Jenis kedua adalah
proyeksi salah saji berdasarkan pengujian auditor atas sampel dari suatu
populasi, contohnya adalah auditor menggunakan salah saji yang ditemukan yaitu
6 dari jumlah sampel 200 untuk mengestimasi total salah saji yang mungkin dalam
persediaan. Total ini disebut estimasi atau proyeksi atau ekstrapolasi karena
hanya sampel yang diaudit, bukan keseluruhan populasi.
Jumlah salah saji yang diproyeksikan dalam langkah ketiga untuk setiap akun
kemudian digabungkan dalam kertas kerja.
Langkah terakhir setelah dilakukan langkah ketiga dan keempat yaitu gabungan salah
saji yang mungkin dibandingkan dengan materialitas.
5. Performance Materiality
2) Sifat serta luasnya kesalahan penyajian yang terdeteksi dalam audit sebelumnya
serta harapan auditor berkaitan dengan kesalahan penyajiand alam periode
berjalan
Menurut SA 320, par 11, materialitas pelaksanaan digunakan untuk sebagai berikut:
2) Menentukan sifat, saat, dan luar prosedur audit lanjutan (further audit procedures)
Contoh dengan pemakaian lebih dari satu performance materiality adalah sebagai
berikut:
1) Performance materiality bagi asersi untuk golongan transaksi, saldo akun, dan
pengungkapan dengan risiko kesalahan penyajian material tinggi 60%
2) Performance materiality bagi asersi untuk golongan transaksi, saldo akun, dan
pengungkapan dengan risiko kesalahan penyajian material sedang 70%
3) Performance materiality bagi asersi untuk golongan transaksi, saldo akun, dan
pengungkapan dengan risiko kesalahan penyajian material rendah 80%
Asumsi materialitas pada tingkat laporan keuangan secara keseluruhan pada PT. Sumber
Rezeki, Tbk yang digunakan adalah IDR 18,14 miliar.
PT. Sumber Rezeki adalah Tbk, performance materiality = IDR 18,14 miliar x 60% = IDR
10,88 miliar
1) Performance materiality untuk risiko kesalahan penyajian material tinggi – IDR 18,14
miliar x 60% = IDR 10,88 miliar.
2) Performance materiality untuk risiko kesalahan penyajian material sedang – IDR 18,14
miliar x 70% = IDR 12,70 miliar.
3) Performance materiality untuk risiko kesalahan penyajian material rendah – IDR 18,14
miliar x 80% = IDR 4,51 miliar
Ketiga performance materiality ini akan diterapkan pada setiap area audit, tergantung pada
hasil penilaian risiko kesalahan penyajian material.
Ada beberapa hal dimana salah saji yang lebih kecil dari angka materialitas untuk laporan
keuangan secara keseluruhan dapat diperkirakan secara layak, akan mempengaruhi
pengambil keputusan oleh pemakai laporan keuangan, diantaranya:
4) Pengeluaran tertentu seperti illegal payments (suap, gratifikasi) atau biaya eksekutif
2) Sebagian besar alokasi materialitas pada pos-pos neraca karena neraca memiliki lebih
sedikit komponen. Kesulitan pengalokasian materialitas pada akun neraca :
a) Anggapan bahwa akun tertentu lebih banyak kekeliruan daripada yang lain.
c) Biaya audit relatif dari prosedur audit yang mempengaruhi alokasi untuk tiap akun
sulit diramalkan
Salah saji yang dapat ditoleransi (tolerable misstatement) yaitu materialitas yang
dialokasikan dalam pertimbangan awal kepada saldo perkiraan. Tolerable misstatement
dapat melebihi materialitas dalam hal :
1) Kecil kemungkinan seluruh akun akan salah saji sejumlah tolerable misstatement.
2) Kemungkinan bahwa sebagian akun terjadi lebih saji dan lainnya kurang saji,
berakibat efek nettonya menjadi lebih kecil dari nilai materialitas total.
7. LATIHAN SOAL
8. DAFTAR PUSTAKA
• Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan
Publik Buku 1 dan 2, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta, 2012
• Mulyadi, Auditing Buku 1 dan 2 , Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2013
• Alvin A. Arens, Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Buku 1 dan 2 , Airlangga, Jakarta,
2006
PERTEMUAN 10
KERTAS KERJA PEMERIKSAAN (KKP)
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
b. Analisis yang dibuat oleh Auditor : Berita Acara Kas (Cash Count Sheet),
Pemahaman dan Evaluasi Internal Control termasuk Internal Control
Questionnaires, Analisis penarikan aktiva tetap, analisis mengenai cukup
tidaknya allowance forbad debts, working Balance Sheet (WBS), Working Profit
Loss(WPL), Top Schedule, Supporting Schedule, Konsep Laporan Audit
(konsep Audit report) dan Management Letter.
c. Pihak Ketiga : Misalnya jawaban konfirmasi Piutang, Utang, Dari Bank, Dari
penasihat hukum perusahaan.Dalam menjalankan pemeriksaanya (General
Audit) KAP harus berpedoman kepada SPAP, khususnya standard auditing,
standard pengendalian mutu, kode etik Ikatan Akuntan Indonesia dan aturan
etika IAI Kantor Akuntan Publik.
1) Pihak Pajak
2) Pihak Bank
3) Pihak Klien
d. Sebagai salah satu dasar penilaian asisten ( Seluruh Tim Audit) sehingga dapat
dibuat evaluasi mengenai kemampuan asisten sampai dengan partner, sesudah
selesai suatu penugasan. Evaluasi tersebut biasa digunakan sebagai salah satu
dasar pertimbangan untuk kenaikan jenjang jabatan dan kenaikan gaji.
2) Untuk dipelajari oleh audit staf yang baru ditugaskan untuk memeriksa klien
tersebut.
3) Untuk mengetahui masalah-masalah yang terjadi di tahun lalu dan berguna
untuk penyusunan audit plan tahun berikutnya.
Berisi kertas kerja yang mempunyai kegunaan untuk tahun berjalan, misalnya:
1) Neraca Saldo
3) Rekonsiliasi Bank
4) Rincian Piutang
5) Rincian Persediaan
6) Rincian Utang
Berisi kertas kerja yang mempunyai kegunaan untuk beberapa tahun, misalnya :
1) Akta pendirian
3) Kontrak-Kontrak
4) Notulen rapat
Berisi korespondensi dengan klien, berupa surat menyurat, Facsimile dan lain-
lain.
a. Kertas kerja pemeriksaan harus mempunyai tujuan. Misalnya; cash count sheet
dapat ditrasir dengan angka pada neraca.
c. Tulislah langkah prosedur audit apa saja yang telah dilakukan Setiap kertas
kerja harus menunjukkan ringkasan singkat tapi lengkap tentang prosedur audit
(langkah-langkah) apa saja yang telah dilakukan untuk memeriksa suatu akun
dan transaksi tertentu. Tick mark yang tepat harus digunakan untuk
menjelaskan prosedur audit yang telah dilakukan oleh staf audit.
Misalnya:
^ = Footing/cross footing
1) Alphabetis = A-Z
2) Numerical =
e. Kertas kerja harus diparaf oleh orang yang membuat dan mereview working
papers sehingga dapat diketahui siapa yang bertanggung jawab.
f. Setiap pertanyaan yang timbul pada review notes harus terjawab, tidak boleh
ada “open question” (pertanyaan yang belum terjawab).
h. Hal-hal tambahan
i. Di bagian muka file kertas kerja pemeriksaan harus dimasukkan daftar isi dan
index kertas kerja pemeriksaan dan contoh paraf seluruh tm pemeriksa yang
terlibat dalam penugasan audit tersebut
a. Kertas kerja adalah milik kantor akuntan publik, bukan milik klien atau milik
pribadi auditor. Namun, hak kepemilikan kertas kerja oleh kantor akuntan publik
masih tunduk pada pembatasan- pembatasan yang diatur dalam aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik yang berlaku, untuk menghindarkan penggunaan
hal-hal yang bersifat rahasia oleh auditor untuk tujuan yang tidak semestinya.
Sebagian besar informasi yang disediakan oleh klien untuk auditor bersifat
rahasia. Oleh karena itu, klien akan dengan rela melepaskan informasi yang
menjadi rahasia perusahaannya kepada auditornya, jika klien tidak memperoleh
jaminan dari auditor mengenai penjagaan kerahasiaan informasi tersebut. Dan
karena hampir semua informasi yang diperoleh auditor dicatat dalam kertas
kerja, maka bagi auditor, kertas kerja merupakan hal yang bersifat rahasia.
Seorang auditor harus menerapkan prosedur memadai untuk menjaga
keamanan kertas kerja dan harus menyimpannya sekurang-kurannya 10 tahun,
sehingga dapat memenuhi kebutuhan praktiknya dan ketentuan-ketentuan yang
berlaku mengenai penyimpanan dokumen. Karena sifat kerahasiaan yang
melekat pada kertas kerja, auditor harus selalu menjaga kertas kerja dengan
cara mencegah terungkapnya informasi yang tercantum dalam kertas kerja
kepada pihak-pihak yang tidak diinginkan. Misalnya, klien memberitahukan
kepada auditor untuk merahasiakan informasi mengenai gaji direksi, manager
dan aspek lain usaha perusahaan, maka auditor tidak boleh melanggar pesan
klien tersebut dengan mengungkapkan informasi tersebut kepada karyawan
klien yang tidak berhak untuk mengetahuinya. Aturan Etika Kompartemen
Akuntan Publik memuat aturan yang berkaitan dengan kerahasiaan kertas kerja.
Aturan Etika 301 berbunyi sebagai berikut:“Anggota Kompartemen Akuntan
Publik tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia, tanpa
persetujuan dari klien”.Seorang auditor tidak dapat memberikan informasi
kepada pihak bukan klien kecuali jika klien mengizinkannya. Jika misalnya
seorang akuntan publik akan menjual praktik kantor akuntannya kepada
akuntan publik lain, terlebih dahulu akuntan publik penjual tersebut harus
meminta izin dari kliennya, jika akuntan publik penjual akan menyerahkan kertas
kerjanya kepada akuntan publik pembeli. Dalam perkara pengadilan (dalam
perkara pidana),kemungkinan auditor diperintahkan oleh hakim untuk
mengungkapkan informasi yang tecantum dalam kertas kerjanya. Tanpa
memerlukan izin kliennya, dalam hal ini auditor dapat mengungkapkan informasi
tersebut kepada hakim di pengadilan. Dalam program pengendalian mutu,
profesi akuntan publik dapat menetapkan keharusan untuk mengadakan peer
review ini, kertas kerja kantor akuntan publik yang satu akan di- review oleh
kantor akuntan publik lain, untuk me-review kepatuhan auditor terhadap standar
auditing yang berlaku. Dalam peer review ini, informasi yang tercantum dalam
kertas kerja diungkapkan kepada pihak lain (kantor akuntan publik lain) tanpa
memerlukan izin dari klien yang bersangkutan dengan kertas kerja tersebut.
b. Meskipun kertas kerja dibuat dan dikumpulkan auditor dalam daerah wewenang
klien, dari catatan-catatan klien, serta atas biaya klien, hak pemilikan atas kertas
kerja tersebut sepenuhnya berada ditangan kantor akuntan publik, bukan milik
klien atau milik pribadi auditor. Karena kertas kerja tidak hanya berisi informasi
yang diperoleh auditor dari catatan klien saja, tetapi berisi pula program audit
yang akan dilakukan oleh pihak auditor, maka tidak semua informasi yang
tercantum dalam kertas kerja dapat diketahui oleh klien.
Kertas kerja harus diberi indeks, sub-indeks dan indeks silang dalam audit atau
pada saat pekerjaan audit telah selesai dilakukan. Pemberian indeks terhadap
kertas kerja akan memudahkan pencarian informasi dalam berbagai daftar yang
terdapat diberbagai tipe kertas kerja.
a. Setiap kertas kerja harus diberi indeks, dapat disudut atas atau di sudut bawah.
1) Indeks silang dari skedul pendukung ke skedul utama. Rincian jumlah yang
tercantum dalam suatu skedul pendukung diberi indeks silang dengan
menunjuk indeks skedul utama yang berkaitan yang memuat jumlah
tersebut. Pencantuman indeks silang dalam skedul pendukung dilakukan
dengan cara sebagai berikut: “Ke A” sedangkan dibelakang angka yang
berkaitan dalam skedul utama harus diberi indeks skedul pendukung yang
berkaitan.
2) Indeks silang dari skedul akun pendapatan dan biaya. Seringkali analisis
akun neraca berhubungan dengan analisis akun laba-rugi. Oleh karena itu,
kertas kerja yang berhubungan dengan akun neraca harus diberi indeks
silang dengan kertas kerja yang berhubungan dengan akun laba- rugi.
5) Indeks silang dari skedul utama ke working trial balance. Indeks skedul
utama dicantumkan pada working trial balance agar memudahkan
pencarian kembali informasi yang lebih rinci dari working trial balance ke
skedul utama.
7) Jawaban konfirmasi, pita mesin hitung, print out computer, dan sebagainya
tidak diberi indeks kecuali jika dilampirkan di belakang kertas kerja yang
berindeks.
Ada tiga metode pemberian indeks terhadap kertas kerja:
1) Indeks angka. Kertas kerja utama (program audit, working trial balance,
ringkasan jurnal adjustment), skedul utama, dan skedul pendukung diberi
kode angka. Kertas kerja utama dan skedul utama diberi indeks dengan
angka, sedangkan skedul pendukung diberi subindeks dengan
mencantumkan nomor kode skedul utama yang berkaitan. Contoh:
6 Skedul
6-1 Kas di Bank
6-2 Konfimasi Bank
6-3 Kas Kecil
7 Skedul Utama Piutang Usaha dan Piutang Wesel 7-1 Piutang Usaha
7-2 Piutang Wesel
7-3 Konfirmasi piutang usaha
7-4 Cadangan Kerugian Piutang Usaha.
2) Indeks kombinasi angka dan huruf. Kertas kerja diberi kode yang
merupakan kombinasi huruf dan angka. Kertas kerja utama dan skedul
utama diberi kode huruf, sedangkan skedul pendukungnya diberi kode
kombinasi huruf dan angka.
Contoh :
A Skedul Utama Kas A-1 Kas dan Bank
A-2 Konfirmasi Bank A-3 Dana Kas Kecil
c. Indeks angka berurutan. Kertas kerja diberi kode angka yang berurutan.
Contoh :
c) Konfirmasi Bank
Selain faktor diatas ada beberapa faktor lain yang harus diperhatikan dalam
membuat indeks pemeriksaan, yaitu sebagai berikut: Factor yang harus diperhatkan
dalam pemberian indeks pada kertas kerja pemeriksaan:
1) Indeks harus ditempatkan disudut kanan atas atau kanan bawah dari KKP
2) Tinta yang digunakan untuk penulisan kode indeks/nomor KKP maupun tanda
tickmark sebaiknya menggunakan warna yang berbeda dengan tulisan hasil
KKP
3) Untuk setiap KKP yang sejenis, hendaknya ditandai dengan nomor halaman yg
berurutan
5) Kertas kerja pendukung diberi indeks sesuai dengan kertas kerja induk dengan
nomor setelah indeks induk
6) Setiap kertas kerja harus diberi indeks, dapat disudut atas atau di sudut bawah.
C. LATIHAN SOAL
1. Jelaskan pengertian kertas kerja pemeriksaan dan sebutkan berkas berasal dari
mana saja!
4. Jelaskan perbedaan current file dan permanen file seta berikan contohnya?
5. Tolong buatkan contoh working balance sheet dan working profit and loss!
D. DAFTAR PUSTAKA
• Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan
Publik Buku 1 dan 2, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta, 2012
• Mulyadi, Auditing Buku 1 dan 2 , Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2013
• Alvin A. Arens, Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Buku 1 dan 2 , Airlangga, Jakarta,
2006
PERTEMUAN 11
BUKTI AUDIT
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
B. URAIAN MATERI
Menurut Arrens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Amir Abadi Jusuf
(2003), “bukti audit adalah segala informasi yang digunakan oleh auditor dalam
menentukan kesesuian informasi yang sedang diaudit dengan kriteria yang
ditetapkan.”
Menurut Mulyadi (2002), tipe bukti audit dapat digolongkan menjadi dua golongan:
1) Bukti fisik adalah bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau
perhitungan aktiva berwujud.
2) Bukti dokumenter dibuat dari kertas bertuliskan huruf dan atau angka atau
simbol-simbol yang lain. Antara lain:
i. Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang
dikirimkan langsung kepada auditor.
ii. Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar yang bebas yang disimpan
dalam arsip klien.
iii. Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien
4) Bukti lisan adalah jawaban lisan yang diperoleh dari permintaan keterangan.
Keterangan yang diminta oleh auditor akan meliputi masalah- masalah yang
sangat luas, seperti kebijakan akuntansi, lokasi catatan dan dokumen, alasan
penggunaan prinsip akuntansi yang tidak berterima umum, kemungkinan
pengumpulan piutang usaha yang sudah lama tidak tertagih, dan
kemungkinan adanya utang bersyarat.
5) Perbandingan dan rasio ini dikumpulkan oleh auditor pada awal audit untuk
membantu penentuan objek audit yang memerlukan penyelidikan yang
mendalam dan diperiksa kembali pada akhir audit untuk menguatkan
kesimpulan-kesimpulan yang dibuat atas dasar bukti-bukti lain.
b. Kelengkapan (Completencess)
Contoh : manajemen membuat asersi bahwa sediaan produk jadi yang tercantum
dalam neraca adalah tersedia untuk dijual.
Contoh: manajemen membuat asersi bahwa seluruh pembelian barang dan jasa
dicatat dan dicantumkan dalam laporan keuangan
c. Hak dan kewajiban (right and obligation). Asersi tentang hak dan kewajiban
berhubungan dengan apakah aktiva merupakan hak entitas dan utang
merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu.
Contoh: manajemen membuat asersi bahwa jumlah sewa guna usaha (lease)
yang dikapitalisasi di neraca mencerminkan nilai pemerolehan hak entitas atas
kekayaan yang disewaguna-usahakan (leased) dan utang sewa guna usaha yang
bersangkutan mencerminkan suatu kewajiban entitas
Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit, terlepas bentuknya, harus sah
dan relevan. Keabsahan sangat tergantung atas keadaan yang berkaitan dengan
pemerolehan bukti tersebut. Dengan demikian penarikan kesimpulan secara umum
mengenai dapat diandalkannya berbagai macam bukti audit, tergantung pada
pengecualian penting yang ada. Namun, jika pengecualian yang penting dapat
diketahui, anggapan berikut ini mengenai keabsahan bukti audit dalam audit,
meskipun satu sama lain tidak bersifat saling meniadakan, dapat bermanfaat:
a. Apabila bukti dapat diperoleh dari pihak independen di luar perusahaan, untuk
tujuan audit auditor independen, bukti tersebut memberikan jaminan keandalan
yang lebih daripada bukti yang diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri.
c. Pengetahuan auditor secara pribadi dan langsung yang diperoleh melalui inspeksi
fisik, pengamatan, perhitungan, dan inspeksi lebih bersifat menyimpulkan
dibandingkan dengan yang diperoleh secara tidak langsung.
b. Sumber → bukti audit yang berasal dari sumber di luar organisasi klien pada
umumnya merupakan bukti yang tingkat kompetensinya dianggap tinggi.
Contoh : cutoff telah dilakukan secara tepat untuk setiap akun aktiva, utang dan
laba rugi
Contoh: bukti yang penilaian nya adalah berdasarkan fakta fisik dan semacam.
bukti subjektif, seperti estimasi manajemen, auditor harus mempertimbangkan
kualifikasi dan integritas individu pembuat estimasi, dan menentukan ketepatan
proses pembuatan keputusan dalam membuat judgement.
a. Bukti Fisik.
Merupakan suatu bukti yang sudah diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik, misalnya
dari hasil pemeriksaan persediaan, pemeriksaan kas, observasi dari aktiva tetap.
Bukti-bukti fisik ini memang seharusnya diperoleh dari pemeriksaan dan
perhitungan obyek yang sudah memilki bentuk yang nyata.
b. Bukti Konfirmasi.
c. Proses dokumentasi.
Suatu bukti yang sudah diperoleh dari pemeriksaan catatan transaksi keuangan.
Proses seperti ini biasanya lebih sering disebut dengan pemeriksaan kepada bukti
transaksi atau lebih dikenal dengan Vouching. Beberapa catatan akuntansi yang
lebih sering diperiksa adalah bukti-bukti transaksinya, yaitu:
d. Observasi.
Suatu tindakan yang sudah dilakukan untuk memperoleh bukti-bukti audit dengan
cara menggunakan panca indra. Misalnya memanfaatkan indera penglihatan,
indera pendengaran, sentuhan, penciuman. Bukti audit yang dapat diperokeh
melalui pengamatan yaitu bukti yang memiliki wujud, bentuk fisik. Bukti audit dari
hasil observasi adalah sebagai berikut:
e. Inquiries.
Bukti-bukti yang berasal dari peryataan atau jawaban atas berbagai pertanyaan-
pertanyaan dari pihak auditor yang baik yang sudah berbentuk tulisan maupun
yang berupa lisan. Bukti yang berupa lisan dapat diperoleh melalui pertanyaan-
pertanyaan dan bukti-bukti tertullis yang hanya dapat diperoleh dari berbagai
jawaban atas pertanyaan tertulis. Auditor juga bisa mendapatkan bukti tertulis dari
pertanyaan lisan dengan cara menkonversi menjadi pernyataan tertulis kemudian
memintanya tanda tangan.
f. Perhitungan. Suatu bukti yang sudah diperoleh dari beberapa kali pengujian
perhitungan kembali. Para auditor dapat memberikan tanda-tanda pada kertas
kerja bahwa saldo yang sudah diperiksa perhitungannya telah dilakukan dengan
sangat cermat dan tepat. Perhitungan kembali yang harus dilakukan untuk
memeriksa tingkat kecermatan perhitungan yang seblumnya telah dilakukan oleh
auditee.
h. Tes analisis. Suatu bukti yang sudah diperoleh dengan cara membandingkan dari
beberapa saldo sampai dengan membentuk sebuah rasio. Tujuan dari
dilakukannya analitikal prosedur adalah untuk menilai bagaimana tren, dengan
cara membandingkan rasio dari periode yang berjalan dengan rasio periode yang
lalu. Selain itu penjelasan atas berbagai tren, baik yang menurun atau yang sudah
meningkat dapat digunakan sebagai salah satu dari bukti audit.
Bukti Audit Sebagai Dasar yang Layak untuk Menyatakan Pendapat Auditor.
Pertimbangan auditor tentang kelayakan bukti audit dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu:
C. LATIHAN SOAL
2. Menurut pendapat kalian jika auditor menemukan salah saji atau penyimpangan tidak
disertai dengan Bukti maka apa yang akan terjadi?
3. Untuk mendapatkan bukti audit yang kompeten auditor dapat memperoleh dari pihak
ketiga contohnya adalah konfirmasi, buatlah konfirmasi atas suatu hutang di
perusahaan!
D. DAFTAR PUSTAKA
• Sukrisno Agoes, Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan
Publik Buku 1 dan 2, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta, 2012
• Mulyadi, Auditing Buku 1 dan 2 , Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta, 2013
• Alvin A. Arens, Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Buku 1 dan 2 , Airlangga, Jakarta,
2006
PERTEMUAN 12
TES TRANSAKSI
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu:
1. Sifat Bukti Audit
2. Compliance Test dan Substantive Test
3. Cara Pemilihan Sampel
4. Membuat Contoh Tes Transaksi
B. URAIAN MATERI
1. Sifat Bukti Audit
Bukti audit penguat meliputi baik informasi tertulis maupun elektronik, seperti cek:
a. electronic fund system
b. faktur
c. surat kontrak
d. notulen rapat
e. konfirmasi dan
f. representasi tertulis dari pihak yang mengetahui
g. informasi yang diperoleh auditor melalui permintaan keterangan,
pengamatan, inspeksi dan pemeriksaan fisik
h. informasi lain yang dikembangkan oleh atau tersedia bagi auditor untuk
menarik kesimpulan dalam alasan yang kuat
Menurut Konrath (2002:114 & 115) ada enam tipe bukti audit, adalah sebagai
berikut:
1) Physical evidence
terdiri atas keseluruhan sesuatu yang bisa dihitung, dipelihara, diobservasi atai
diinspeksi, dan terutama berguna untuk mendukung tujuan eksistensi atau
keberadaan. contohnya adalah bukti-bukti fisik yang diperoleh dari kas opname,
observasi dari perhitungan fisik persediaan, pemeriksaan fisik surat
berharga dan inventarisasi asset tetap
2) Evidance Obtain Through confirmation
bukti yang diperoleh mengenai eksistensi, kepemilikan atau penilaian, langsung
dari pihak ketiga diluar klien. contohnya jawaban konfirmasi piutang, utang,
barang konsinyasi, surat berharga yang disimpan biro administrasi efek dan
konfirmasi dari penasehat hukum klien.
3) documentaty evidence
terdiri dari catatan-catatan akuntansi dan seluruh dokumen pendukung
transaksi. contoh: faktur pembelian, copy faktur penjualan, journal voucher,
general ledger, dan sub ledger.
4) mathematical evidence
merupakan perhitungan, perhitungan kembali dan rekonsiliasi yang dilakukan
auditor. misalnya footing, cross footing dan extension dari rincian persediaan,
perhitungan dan alokasi beban penyusutan, perhitungan beban bunga, laba/rugi
penarikan asset tetap, PPh dan accruals. misalnya: pemeriksaan rekonsiliasi
bank, rekonsiliasi saldo piutang usaha dan utang menurut buku besar dan sub
buku besar, rekonsiliasi inter company account
5) analythical evidence
bukti dari penelaahan analitis terhadap informasi keuangan klien. penelaahan
analitis. penelaahan analitis ini harus dilakukan pada waktu membuat
perencanaan audit, sebelum melakukan substantive test dan pada akhir
pekerjaan lapangan. prosedur analitis dilakukan dalam bentuk:
a) Trend (Horizontal) Analysis, yaitu membandingkan angka-angka laporan
keuangan tahun berjalan dengan tahun-tahun sebelumnya dan menyelidiki
kenaikan/penurunan yang signifikan baik dalam jumlah rupiah maupun
persentase
b) Common Size (Vertical) Analysis
c) Ratio Analysis, misalnya menghitung rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio
leverage dan rasio manajemen asset.
6) hearsay evidence
merupakan bukti dalam bentuk jawaban lisan dari klien atas pertanyaan-
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan auditor. misalnya pertanyaan-pertanyaan
mengenai pengendalian intern, ada tidaknya contigent liabilities, persediaan
yang bergerak lambat atau rusak, kejadian penting sesudah tanggal neraca dan
lainnya.
2. Compliance Test dan Susbtantive Test
Tes ketaatan (Compliance test) atau of recorded transactions adalah tes
terhadap bukti-bukti pembukuan yang mendukung transaksi yang dicatat
perusahaan untuk mengetahui apakah setiap transaksi yang terjadi sudah
diproses dan dicatat sesuai dengan system dan prosedur yang ditetapkan
manajemen.
Dalam test ketaan jika terjadi kesalahan atau penyimpangan dalam proses
pencatatan transaksi, walaupun jumlah (rupiah)nya tidak material, auditor harus
memperhitungkan pengaruh dari penyimpangan tersebut terhadap efektivitas
pengendalian intern. serta harus dipertimbangkan apakah kelemahan dalam
salah satu aspek pengendalian intern bisa diatasi dengan suatu “Compensating
control”
contoh:
Salah saji/ Temuan Kelemahan / I/C Compensating Control
1. Bukti Timbul kemungkinan 1) subledger utang
pengeluaran kas bukti pendukung selalu di update
dan bukti-bukti digunakan untuk dan setiap akhir
pendukung tidak pembyaran yang kedua bulan direconcile
di cap lunas kalinya denga saldo
utang di buku
besar
2) perusahaan
memiliki again
internal audit
yang cukup kuat
dan setiap bulan
memeriksa
kelengkapan
bukti-bukti
pengeluaran kas
2. bukti pengeluaran Timbul kemungkinan Perusahaan
kas tidak penyalahgunaan bukti menggunakan imprest
bernomor urut tersebut untuk fund system untuk
cetak kepentingan pribadi pengeluaran ≤ Rp.
750.000,- untuk jumlah
≥ 750.000,- dibayar
dengan giro, yang urutan
nomornya selalu diawasi
D. DAFTAR PUSTAKA
• Arens
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
PERTEMUAN KE-13
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Peserta didik mampu menganalisis sifat, contoh, tujuan dan prosedur pemeriksaan
kas dan setara kas. dan mampu menyajikannya dalam kertas kerja audit serta
mampu menganalisa salah saji material dalam penyajian kas dan setara kas dalam
laporan posisi keuangan.
B. URAIAN MATERI
1. Sifat Dan Contoh Kas dan Setara Kas
Kas merupakan aset lancar perusahan yang sifatnya sangat liquid, dan
mudah untuk diselewengkan. Selain itu banak transaksi perusahaan berkaitan
dengan penerimaan dan pengeluaran kas. Untuk mengurangi tidak
kecurangan terkait kas maka diperlukan pengendalian internal perusahaan
yang baik atas kas dan setara kas.
Berikut adalah definisi kas menurut beberapa sumber :
Menurut PSAK No 2, Hal 2.2 dan 2.3 (IAI:2002) “kas adalah sebuah
investasi yang dapat bersifat sangat liquid, memiliki jangka pendek dan
dapat dengan cepat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi
risiko atas perubahan nilai yang signifikan.”
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Tahun 1994 : “ Kas adalah
alat pembayaran yang siap dan bebas digunakan untuk membiayai kegiatan
umum perusahaan.”
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kas merupakan alat pembayaran yang
sifatnya sangat liquid sehingga mudah dipergunakan untuk pembiayaan
keperluan perusahaan yang sifatnya mendesak dan segera.
Contoh dan yang bisa digolongkan sebagai kas dan setara kas :
a. Kas Kecil (Uang tunai baik uang kertas, uang logam) dengan mata uang
rupiah atau mata uang asing
AUDITING 1 Page 1
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
b. Saldo rekening di bank atas nama perusahaan dengan mata uang rupiah
atau mata uang asing.
c. Cek/Giro
d. Deposit Bank
e. Bon kas kecil
Yang bukan termasuk kas dan setara kas
a. Uang untuk tujuan tertentu seperti cadangan dana pensiun.
b. Cek mundur atau cek kosong tidak dapat digolongkan sebagai kas
sebelum jangka waktunya.
c. Saldo rekening bank yang dibekukan karena satu dan lain hal.
Untuk membedakan kas dengan aset lain, Anda dapat melihatnya dengan
memahami karakteristik atau ciri-cirinya, yaitu:
a. Aset perusahaan yang paling liquid dan siap digunakan dalam transaksi.
b. Standar pertukaran yang paling umum.
c. Dapat menjadi basis perhitungan dan pengukuran.
2. Tujuan Pemeriksaan Kas dan Setara Kas
a. Untuk mengetahui apakah internal control atas kas dan setara kas cukup
baik serta penerimaan dan pengeluaran kas dan bank.
b. Untuk memastikan apakah saldo kas dan setara kas yang tercantum dalam
laporan posisi keuangan sudah sesuai dan dimiliki oleh perusahaan.
c. Untuk memeriksa apakah yang dinyatakan pada rekonsiliasi benar dan
sesuai dengan buku besar dan akurat.
d. Penerimaan kas dan transaksi pengeluaran kas dicatat pada periode yang
tepat (cut-off).
e. Untuk memeriksa apakah saldo kas dan setara kas dalam mata uang asing
sudah dikonfersi dengan mata uang rupiah pertanggal neraca dan selisih
kurs sudah dibebankan di laporan laba rugi dan penghasilan
komperhenshif lainnya di tahun berjalan.
AUDITING 1 Page 2
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
f. Untuk memeriksa apakah penyajian kas dan setara kas di dalam laporan
posisi keuangan sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan
Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
3. PROSEDUR PEMERIKSAAN KAS DAN SETARA KAS
a. Memahami dan mengevaluai internal kontrol atas kas dan setara kas atas
transaksi penerimaan dan pengeluaran kas.
Untuk memahami internal control yang terdapat di perusahaan auditor
bisa melakukan tanya jawab dengan klien dengan menggunakan internal
control questionnaires. Kemudian dari hasil tanya jawab digambarkan
dengan menggunakan flowchart, dan (jika dianggap perlu) dalam bentuk
narrative.
1) Internal Control Questionnaires (ICQ)
Internal Control Questionnaires Cara ini banyak digunakan oleh
Kantor Akuntan Publik (KAP), karena dianggap lebih sederhana dan
praktis. Biasanya KAP sudah memiliki satu set ICQ yang standar,
yang bisa digunakan untuk memahami dan mengevaluasi
pengendalian intern berbagai jenis perusahaan. Pertanyaan-
pertanyaan dalam ICQ diminta untuk dijawab “YA”, “TIDAK”, atau
“TIDAK RELEVAN”. Jika pertanyaan–pertanyaan tersebut sudah
disusun dengan baik, maka jawaban “YA” akan menunjukkan ciri
internal control yang baik, “TIDAK” akan menunjukkan ciri internal
control yang lemah, “TIDAK RELEVAN” berarti pertanyaan
tersebut tidak relevan untuk perusahaan tersebut.
AUDITING 1 Page 3
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
Gambar 13.1
Internal Control Questionnaires (ICQ) Pengeluaran Kas
1) Flowchart
Flowchart menggambarkan arus dokumen dalam sistem dan prosedur
disuatu unit usaha, misalnya dalam flowchart untuk sistem dan prosedur
pembelian, utang dan pengeluaran kas, digambarkan arus dukumen mulai
dari permintaan pembelian (purchases requisition), order pembelian
(purchases order) sampai dengan pelunasan hutang yang berasal dari
pembelian tersebut. Untuk auditor yang terlatih baik, pengunaan flowchart
AUDITING 1 Page 4
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
lebih disukai, karena auditor bisa lebih cepat melihat apa saja kelemahan-
kelamahan dan kebaikan-kebaikan dari suatu sistem dan prosedur. Setelah
flowchart dibuat, auditor harus melakukan walk through, yaitu mengambil
dua atau tiga dokumen untuk mengetes apakah prosedur yang dijalankan
sesuai dengan apa yang digambarkan dalam flowchart.
AUDITING 1 Page 5
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
Gambar 13.2
Flow Chart Pengeluaran Kas
AUDITING 1 Page 6
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
2) Narrative
Narrative Dalam hal ini auditor menceritakan dalam bentuk memo, sistem
dan prosedur akuntansi yang berlaku diperusahaan, misalnya prosedur
pengeluaran kas. Cara ini biasa digunakan untuk klien kecil yang
pembukuannya sederhana.
Contoh narrative pengeluaran kas :
a) Suplier mengirimkan faktur penagihan dibuat 2 rangkap satu untuk di
file satu untuk dikirimkan kepada Bagian pembayaran PT XYZ.
b) Bagian pembayaran menerima faktur penagihan dari supplier dan
membuat surat permintaan pengeluaran kas (SPPK) dibuat 2 rangkap
satu rangkap diajukan kepada manager untuk meminta persetujuan
pembayaran satu rangkap untuk file.
c) Manager menerima SPPK dan menyutujui pembayaran, SPPK yang
telah disetujui manager diberikan kepada bagian pemegang kas.
d) Bagian pemegang kas menerima SPPK yang telah disetujui manager
membuat Bukti Kas Keluar (BKK) 3 rangkap beserta uang. Satu
rangkap untuk file, satu rangkap beserta uang ke bagian pembayaran,
satu rangkap ke bagian akuntansi.
e) Bagian pembayaran beserta uang melakukan pembayaran kepada
supplier, setelah seslesai pembayaran data bukti pembayaran dikirim ke
supplier, supplier membuat surat pelunasan pembayaran (SPP) dibuat
rangkap 2 satu untuk file satu untuk bagian pembayaran.
f) SPP dari supplier diterima bagian pembayaran lalu bagian pembayaran
membuat laporan pembayaran (LP) dibuat 2 rangkap satu untuk di file
satu untuk bagian akuntansi.
g) Laporan pembayaran (LP) dan BKK dicatat dan dibuatkan laporan
pengeluaran kas (LPK) oleh bagian akuntansi dibuat 2 rangkap satu
untuk difile satu untuk bagian manager.
h) Manager menerima LPK dari bagian akuntansi dan transaksi
dinyatakan selesai.
AUDITING 1 Page 7
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
AUDITING 1 Page 8
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
Gambar 13.3
Contoh Top Schedule Kas dan setara Kas
c. Lakukan cash count (perhitungan fisik uang kas) per tanggal laporan
posisi keuangan, perhitungan juga dapat dilakukan sesudah tanggal
laporan posisi keuangan, dan harus dituangkan dalam berita acara kas
opname. Apabila tidak dilakukan kas opname maka dapat digantikan
dengan surat konfirmasi yang menyatakan saldo kas dari kasir
(pemegang uang kas).
AUDITING 1 Page 9
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
Gambar 13.4
Contoh Berita Acara Kas Opname
d. Mengirimkan surat konfirmasi ke rekening bank yang dimiliki oleh
perusahaan. Lakukan review atas jawaban dari Bank apakah ada
perbedaan jumlah saldo yang dimiliki perusahaan.
AUDITING 1 Page 10
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
Gambar 13.5
Contoh Surat Konfirmasi Bank
e. Periksa rekonsiliasi bank pertanggal laporan posisi keuangan, dan
cocokkan dengan saldo rekening giro perusahaan.
f. Periksa inter bank transfer 2 minggu sebelum dan 2 minggu sesudah
tanggal laporan posisi keuangan berikut dengan perusahaan afiliasi untuk
mengetahui adanya kitting yang bertujuan manipulasi laporan keuangan
seperti window dressing.
g. Lakukan pemeriksaan transaksi sebelum dan sesudah laporan posisi
keuangan, buatkan subsequent payment dan subsequent collection bisa
dibuatkan 2 minggu sebelum dan 2 minggu sesudah tanggal laporan
posisi keuangan.
h. Apabila ada saldo kas dan setara kas menggunakan mata uang asing cek
kembali apakah sudah dikonfersi kedalam rupiah, dengan menggunakan
kurs tengah BI. dan selisih kursnya sudah dibebankan di laporan laba
rugi komperhensif lainnya.
AUDITING 1 Page 11
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
Gambar 13.5
Contoh Supporting Schedule Bank
i. Analisa apakah penyajian kas dan setara kas sudah sesuai dengan sandar
akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS) dan berikan
kewajaran penyajiannya kas dan setara kas.
4. LATIHAN SOAL
1. Jelaskan tentang kas dan setara kas, beserta contohnya.
2. Apa saja prosedur yang harus dilakukan auditor dalam memeriksa kas dan
setara kas.
5. DAFTAR PUSTAKA
AUDITING 1 Page 12
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
AUDITING 1 Page 13
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
PERTEMUAN KE-14
PEMERIKSAAN PIUTANG
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu menganalisis sifat, contoh, tujuan dan prosedur pemeriksaan
piutang dan dapat mempraktekan cara memeriksa piutang secara buku ataupun
realitas dengan verifikasi. Mahasiswa mampu menyajikannya dalam kertas kerja
audit serta menganalisa salah saji material dalam penyajian piutang dalam laporan
posisi keuangan.
B. URAIAN MATERI
1. Sifat Dan Contoh Piutang
Standar akuntansi keuangan menggolongkan piutang berdasarkan sumber
terjadinya piutang menjadi dua kategori, yaitu piutang usaha dan piutang
lain-lain.
Piutang Usaha adalah piutang yang timbul akibat dari penjualan barang/jasa
secara kredit.
Piutang lain-lain adalah piutang yang timbul dari transaksi di luar kegiatan
usaha perusahaan.
Contoh dan yang bisa digolongkan sebagai piutang :
a. Piutang Usaha
b. Allowance for bad debt (penyisihan piutang tak tertagih)
c. Wesel tagih
d. Kasbon/piutang karyawan
e. Piutang bunga
f. Uang jaminan
g. Piutang lain-lain
h. Piutang pemegang saham
i. Piutang afiliasi
AUDITING 1 Page 1
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
AUDITING 1 Page 2
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
Penurunan nilai pinjaman yang diberikan dan piutang dibentuk sebesar estimasi
kerugian yang tidak dapat ditagih.Penurunan nilai ditentukan dengan
memperhatikan antara lain pengalaman, prospek industri, prospek usaha, kondisi
keuangan dengan penekanan pada arus kas, kemampuan membayar debitor, dan
agunan yang dikuasai. Jika estimasi nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual
melebihi jumlah tercatat aset, maka estimasi harus menaikan jumlah tercatat aset
tersebut ke nilai wajar dikurangibiaya untuk menjual, tergantung dengan
pembatasan yang dijelaskan dalam paragraf berikut. Kenaikan tersebut adalah
pemulihan kerugian penurunan nilai. Kenaikan jumlah tercatat aset yang dapat
didistribusikan pada pemulihan kerugian penurunan nilai aset tidak boleh melebihi
jumlah tercatat yang telah ditentukan (nilai bersih dari amortisasi atau penyusutan)
tanpa kerugian penurunan nilai yang diakui pada periode lalu.
Selain itu penulis berpendapat bahwa piutang pegawai, piutang direksi, pemegang
saham, piutang perusahaan afiliasi harus dilaporkan tersendiri dan dijelaskan apakah
dikenakan bunga atau tidak.
AUDITING 1 Page 3
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
1. Pahami dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan,
piutang dan penerimaan kas.
2. Buat top schedulepiutang per tanggal neraca.
3. Minta aging scheduledari piutang usaha per tanggal neracayang antara lain
menunjukkan nama pelanggan, saldo piutang, umur piutang dan kalau bisa
subsequent collectionnya.
Selain itu perlu juga diminta rincian piutang pegawai, wesel tagih uang
muka dan lain-lain, per tanggal neraca.
AUDITING 1 Page 4
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
Periksa apakah ada faktur penjualan dari tahun yang diperiksa, yang
dibatalkan dalam periode berikutnya.
1. Pahami dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi penjualan,
piutang dan penerimaan kas.
AUDITING 1 Page 5
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
AUDITING 1 Page 6
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
Gambar 13.1
Internal Control Questionnaires (ICQ) Pengeluaran Kas
1) Flowchart
Flowchart menggambarkan arus dokumen dalam sistem dan prosedur
disuatu unit usaha, misalnya dalam flowchart untuk sistem dan prosedur
pembelian, utang dan pengeluaran kas, digambarkan arus dukumen mulai
dari permintaan pembelian (purchases requisition), order pembelian
(purchases order) sampai dengan pelunasan hutang yang berasal dari
pembelian tersebut. Untuk auditor yang terlatih baik, pengunaan flowchart
AUDITING 1 Page 7
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
lebih disukai, karena auditor bisa lebih cepat melihat apa saja kelemahan-
kelamahan dan kebaikan-kebaikan dari suatu sistem dan prosedur. Setelah
flowchart dibuat, auditor harus melakukan walk through, yaitu mengambil
dua atau tiga dokumen untuk mengetes apakah prosedur yang dijalankan
sesuai dengan apa yang digambarkan dalam flowchart.
Gambar 13.2
Flow Chart Penjualan kredit
2) Narrative
Narrative Dalam hal ini auditor menceritakan dalam bentuk memo, sistem
dan prosedur akuntansi yang berlaku diperusahaan, misalnya prosedur
pengeluaran kas. Cara ini biasa digunakan untuk klien kecil yang
pembukuannya sederhana.
Contoh narrative pengeluaran kas :
AUDITING 1 Page 8
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
AUDITING 1 Page 9
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
AUDITING 1 Page 10
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
Jika disimpulkan sementara bahwa internal control baik atau sedang auditor harus
melakukan compliance test atau test of recorded transaction, untuk membuktikan
apakah internal control berjalan efektif atau tidak.
Yang diambil sebagai sample biasanya sales invoice atau delivery order.
Jika disimpulkan sementara bahwa internal control lemah, auditor tidak perlu
melakukan compliance test, tetapi langsung melakukan substantive test yang
diperluas. Karena jika auditor tetap melakukan compliance test,
Setelah melakukan compliance test, auditor harus menarik kesimpulan akhir apakah
internal control baik, sedang atau lemah. Setelah itu baru auditor melakukan
substantive test.
Proses audit untuk compliance test harus dipisahkan dari prosedur audit untuk
substantive test, begitu juga kertas kerja Auditnya.
Harus diingat bahwa tugas auditor adalah memeriksa kewajaran laporan keuangan,
bukan menyiapkan rincian-rincian atau menyusun laporan keuangan, karena laporan
keuangan merupakan tanggung jawab manajemen.
AUDITING 1 Page 11
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
tersebut dan apakah umur piutang sesuai dengan jangka waktu antara tanggal faktur
dengan tanggal neraca.
Selain itu harus diperhatikan jangka waktu kredit (term of credit) yang diberikan
perusahaan kepada para pelanggan yang biasanya dicantumkan di masing-masing
invoice. Untuk pelanggan baru.
AUDITING 1 Page 12
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
b. Dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirimi konfirmasi piutang usaha harus
dijelaskan dalam kertas kerja Audit.
Surat konfirmasi piutang usaha harus diberi nomor dan nomor tersebut dicantumkan
juga kertas kerja, sehingga pada waktu jawaban konfirmasi diterima kembali (hanya
bagian bawahnya) bisa diketahui untuk klien yang mana dan untuk perkiraan apa.
c. Ada dua jenis konfirmasi piutang, yaitu:
AUDITING 1 Page 13
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
AUDITING 1 Page 14
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
104
Cukup dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, kareka jika
allowance terlalu besar berarti laba perusahaan akan terlalu kecil
(understated), jika allowance terlalu kecil berarti laba perusahaan akan
overstated.
Dalam hal ini auditor harus mempelajari dasar penentuan allowance yang
digunakan klien:
AUDITING 1 Page 15
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
Bisa juga pada minggu-minggu terakhir tahun 2016 dibuat faktu penjualan fiktif
yang akan direverse di awal tahun 2017, untuk bisa melaporkan penjualan 2016
lebih besar dari jumlah yang sebenarnya.
Piutang bisa dijadikan salah satu jaminan dari kredit yang diperoleh
perusahaan dari bank, kalau hal tersebut terjadi, harus diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan (notes to financial statement).
Dalam notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi bank bisa dilihat
bahwa seandainya perusahaan mendapat kredit dari bamk dan bentuk
jaminannya.
AUDITING 1 Page 16
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
4. LATIHAN SOAL
DAFTAR PUSTAKA
AUDITING 1 Page 17
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
PERTEMUAN KE-15
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu menganalisis sifat, contoh, tujuan dan prosedur pemeriksaan
surat berharga dan investasi dan dapat mempraktekan cara memeriksa psurat
berharga dan investasi secara buku ataupun realitas dengan verifikasi. Mahasiswa
mampu menyajikannya dalam kertas kerja audit serta menganalisa salah saji
material dalam penyajian surat berharga dan investasi dalam laporan posisi
keuangan.
B. URAIAN MATERI
1. SIFAT DAN CONTOH REKENING SURAT BERHARGA DAN
INVESTASI
Investasi dalam surat berharga dapat merupakan asset lancer (current assets)
atau non current assets tergantung maksud/ tujuan dari pembelian surat berharga
tersebut. Kalau surat berharga dibeli dengan tujuan untuk memanfaatkan kelebihan
dana yang tersedia, biasanya surat berharga tersebut mudah diuangkan dalam waktu
singkat dan surat berharga tersebut diklasifikasikan sebagai temporary investment
atau marketable securities yang merupakan current assets. Misalnya dalam bentuk
deposito berjangka (kurang sama dengan 1 tahun) dan surat-surat saham atau
obligasi yang marketable. Surat berharga yang digolongkan sebagai long term
investment biasanya dibeli dengan tujuan sebagai berikut : • Untuk meguasai
manajemen dari perusahaan yang sahamnya dibeli (lebih besar atau sama dengan
50% dari saham yang beredar). • Untuk memperoleh pendapatan continue (missal
dalam bentuk bunga dari pembelian obligasi). • Sebagai sumber penampungan dari
penjualan hasil produksi atau sumber pembelian bahan baku. Menurut PSAK No. 1,
hal. 1.10 Surat berharga diklasifikasikan sebagai asset lancar apabila surat berharga
tersebut diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu dua belas bulan dari
tanggal neraca dan jika lebih dari dua belas bulan diklasifikasikan sebagai asset
AUDITING 1 Page 1
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
tidak lancar. Akuntansi untuk Investasi menurut PSAK No. 13.1 s/d 13.2 dan 13.4
s/d 13.8)
Investasi adalah suatu aset yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan
kekayaan (accretion of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga,
royalti, dividend, dan uang sewa), untuk depresiasi nilai investasi atau untuk
manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi seperti manfaat yang diperoleh
melalui hubungan perdagangan. Investasi lancar adalah investasi yang dapat segera
dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama setahun atau kurang. Investasi
jangka panjang adalah investasi selain investasi lancar. Nilai wajar (fair value)
adalah suatu jumlah yang dapat digunakan sebagai dasar pertukaran aset atau
penyelesaian kewajiban antara pihak yang paham (knowledgeable) dan
berkeinginan untuk keinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm’s length
transaction). Nilai pasar adalah jumlah yang dapat diperoleh dari penjualan suatu
investasi dalam pasar yang aktif. Dapat dipasarkan berarti terdapat suatu pasar yang
aktif darimana suatu nilai pasar (atau beberapa indikator yang memungkinkan nilai
pasar dihitung) tersedia. Untuk investasi yang dimiliki pasar aktif, nilai pasar
digunakan sebagai indikator penetapan nilai wajar. Sedangkan untuk investasi yang
tidak memiliki pasar yang aktif, cara lain digunakan untuk menentukan nilai wajar.
Investasi lancar termasuk dalam aset lancar, kenyataan bahwa investasi yang dapat
dipasarkan telah dimiliki lebih dari satu tahun tidak membatasi penyajiannya
sebagai aset lancar. Biaya perolehan suatu investasi mencakup biaya perolehan lain
disamping harga beli, seperti komisi broker, jasa bank dan pungutan oleh bursa
efek. Jika suatu atau sebagian investasi diperoleh dengan penerbitan saham atau
surat berharga lain, maka biaya perolehannya adalah nilai wajar dari surat berharga
yang diterbitkan dan hukan nilai nominal atau par value. SAK ETAP mengatur
tentang investasi pada efek tertentu sebagai berikut: Efek adalah surat berharga,
yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti
utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan
setiap derivative dari efek. a. Efek utang adalah efek yang menunjukkan hubungan
utang piutang antara kreditur dengan entitas yang menerbitkan efek. b. Efek ekuitas
AUDITING 1 Page 2
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
adalah efek yang menunjukkan hak kepemilikan atas suatu ekuitas, atau hak untuk
memperoleh (misalnya : waran, opsi beli) atau hak untuk menjual (misalnya opsi
jual) kepemilikan tersebut dengan harga yang telah atau akan ditetapkan. Pada saat
perolehan, entitas harus mengklasifikasikan efek utang dan efek ekuitas kedalam
salah satu dari tiga kelompok berikut ini :
a. Dimiliki hingga jatuh tempo (held to maturity).
b. Diperdagangkan (trading).
c. Tersedia untuk dijual (available for sale).
Pada setiap tanggal pelaporan, kelayakan pengelompokan tersebut harus ditelaah
ulang. Jika entitas mempunyai maksud untuk memiliki efek utang hingga jatuh
tempo, maka investasi dalam efek utang tersebut harus diklasifikasikan dalam
kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo” dan disajikan dalam neraca sebesar biaya
perolehan setelah amortisasi premi atau diskonto. Investasi efek utang yang tidak
diklasifikasikan kedalam “dimiliki hingga jatuh tempo” dan efek ekuitas yang nilai
wajarnya telah tersedia, harus diklasifikasikan kedalam salah satu kelompok berikut
ini dan diukur sebesar nilai wajarnya dalam neraca :
a. “diperdagangkan”. Efek yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali dalam
waktu dekat harus diklasifikasikan dalam kelompok “diperdagangkan”. “Efek
dalam kelompok “diperdagangkan” biasanya menunjukkan frekuensi pembelian
dan penjualan yang sangat sering dilakukan. Efek ini dimiliki dengan tujuan
untuk menghasilkan laba dari perbedaan harga jangka pendek.
b. “tersedia untuk dijual”. Efek yang tidak diklasifikasikan dalam kelompok
“diperdagangkan” dan dalam kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo”, harus
diklasfikasikan dalam kelompok “tersedia untuk dijual”. Laba atau rugi yang
belum direalisasi atas efek dalam kelompok diperdagangkan harus diakui sebagai
penghasilan. Laba atau rugi yang belum direalisasi atas efek dalam kelompok
tersedia untuk dijual (termasuk efek yang diklasifikasikan sebagai aset lancar)
harus dimasukkan sebagai komponen ekuitas yang disajikan secara terpisah, dan
tidak boleh diakui sebagai penghasilan sampai saat laba atau rugi tersebut dapat
direalisasi. Untuk ketiga kelompok efek tersebut, dividen dan pendapatan bunga,
AUDITING 1 Page 3
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
termasuk amortisasi premi dan diskonto yang timbul saat perolehan, diakui
sebagai penghasilan. Untuk efek individual dalam kelompok tersedia untuk dijual
atau dimiliki hingga jatuh tempo, entitas harus menentukan apakah penurunan
nilai wajar dibawah biaya perolehan (termasuk amortisasi premi dan diskonto)
merupakan penurunan yang bersifat permanen atau tidak. Jika ada kemungkinan
investor tidak dapat memperoleh kembali seluruh jumlah biaya perolehan yang
seharusnya diterima sehubungan dengan persyaratan perjanjian efek utang, maka
penurunan yang bersifat permanen dianggap telah terjadi. Jika penurunan nilai
wajar dinilai sebagai penurunan permanen, biaya perolehan efek individual harus
diturunkan hingga sebesar nilai wajarnya, dan jumlah penurunan nilai tersebut
harus diakui dalam laporan laba rugi sebagai rugi yang telah direalisasi. Biaya
perolehan yang baru tidak boleh diubah kembali.
Kenaikan selanjutnya dalam nilai wajar efek dalam kelompok tersedia untuk
dijual harus dimasukkan kedalam komponen ekuitas secara terpisah, sebagimana
dinyatakan dalam paragraph diatas. Penurunan selanjutnya dinilai dari nilai wajar, jika
buka merupakan penurunan nilai sementara, juga harus dimasukkan kedalam
komponen ekuitas secara terpisah. Entitas dengan neraca yang asetnya dikelompokkan
menjadi aset lancar dan aset tidak lancar, kewajibannya dikelompokkan menjadi
kewajiban jangka pendek dan jangka panjang (classified balance sheet) harus
melaporkan semua efek yang diperdagangkan sebagai aset lancar. Efek dalam
kelompok dimiliki hingga jatuh tempo dan efek dalam kelompok tersedia untuk dijual
disajikan sebagai aset ;lancar atau aset tidak lancar berdasarkan keputusan
manajemen. Khusus untuk efek utang dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo
pada tahun berikutnya harus dikelompokkan sebagai aset lancar. Dalam laporan arus
kas, arus kas yang digunakan untuk atau berasal dari pembelian, penjualan dan jatuh
tempo efek dalam kelompok tersedia untuk dijual dan dimiliki hingga jatuh tempo
harus diklasifikasikan sebagai arus kas aktivitas investasi dan dilaporkan sebesar nilai
bruto untuk setiap kelompok efek didalam laporan arus kas. Arus kas untuk atau dari
pembelian, penjualan dan jatuh tempo efek dalam kelompok diperdagangkan harus
diklasifikasikan sebagai arus kas aktivitas operasi. Untuk efek dalam kelompok
AUDITING 1 Page 4
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
tersedia untuk dijual dan kelompok dimiliki hingga jatuh tempo, informasi berikut ini
harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan untuk setiap kelompok utama
efek :
a. Nilai wajar agregat.
b. Laba yang belum direalisasi dari pemilikan efek.
c. Rugi belum direalisasi dari pemilikan efek.
d. Biaya perolehan, termasuk jumlah premium dan diskonto yang belum diamortisasi.
Untuk efek utang dalam kelompok tersedia untuk dijual dan kelompok dimiliki hingga
jatuh tempo, informasi mengenai tanggal jatuh tempo efek utang tersebut harus
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan tahun berkahir yang disajikan.
Informasi tentang tanggal jatuh tempo dapat dikelompokkan menurut jangka
waktunya sejak tanggal neraca. Lembaga keuangan harus mengungkapkan nilai wajar
dan biaya perolehan efek utang, termasuk diskonto dan premium yang belum
diamortisasi berdasarkan, sedikitnya, 4 kelompok tanggal jatuh tempo berikut ini : a.
Jatuh tempo dalam waktu kurang dari 1 tahun. b. Jatuh tempo dalam waktu antara 1
sampai 5 atahun. c. Jatuh tempo dalam waktu antara 5 sampai 10 tahun. d. Jatuh
tempo dalam waktu lebih dari 10 tahun. Efek yang tidak jatuh tempo pada tanggal
tertentu, seperti efek pembayarannya dijamin hipotek, dapat diungkapkan secara
terpisah (tidak dialokasikan kedalam beberapa kelompok jatuh tempo tersebut). Jika
penggolongan jatuh temponya dialokasinya, maka dasar alokasinya harus
diungkapkan. Untuk setiap periode akuntansi, entitas harus mengungkapkan : a.
Penerimaan dari penjualan efek dalam kelompok tersedia untuk dijual, laba dan rugi
yang direalisasi dari penjualan tersebut. b. Dasar penentuan biaya perolehan dalam
menghitung laba atau rugi yang direalisasi (misalnya : identifikasi khusus, rata-rata,
metode lain). c. Laba atau rugi yang dimasukkan sebagai penghasilan dari
pemindahan pengelompokkan efek dari kelompok tersedia untuk dijual ke kelompok
diperdagangkan. d. Perubahan laba atau rugi pemilikan yang belum direalisasi untuk
efek dalam kelompok tersedia untuk dijual yang telah dimasukkan kedalam komponen
ekuitas secara terpisah selama periode yang bersangkutan. e. Perubahan dalam laba
atau rugi pemilikan efek yang belum direalisasi dari efek untuk tujuan diperdagangkan
AUDITING 1 Page 5
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
yang telah diakui sebagai penghasilan dalam periode pelaporan. Untuk setiap
penjualan atau transfer efek dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo harus
diungkapkan : a. Jumlah akumulasi amortisasi diskonto atau premium untuk efek yang
dijual atau dipindahkan kekelompok lain. b. Laba atau rugi penjualan efek, baik yang
telah direalisasi maupun yang belum direalisasi, dan c. Kondisi yang mengakibatkan
diambilnya keputusan menjual atau memindahkan kelompok efek tersebut. Selain itu
SAK ETAP (IAI, 2009: 58,59,60,61) : mengatur tentang investasi pada entitas asosiasi
dan entitas anak sebagai berikut : Entitas Asosiasi Entitas Asosiasi adalah suatu
entitas, termasuk entitas bukan Perseroan Terbatas seperti persekutuan, dimana
investor mempunyai pengaruh signifikan dan bukan merupakan entitas anak ataupun
dalam joint venture. Entitas anak adalah suatu entitas yang dikendalikan oleh entitas
induk. Pengendalian adalah kemampuan untuk mengatur kebijakan keuangan dan
operasional dari suatu entitas sehingga mendapatkan manfaat dari aktivitas tersebut.
Pengendalian dianggap ada jika entitas induk memiliki baik secara langsung atau tidak
langsung melalui entitas anak lebih dari setengah hak suara dari suatu entitas, kecuali
dapat ditunjukkan secara jelas bahwa kepemilikan tersebut tidak menunjukkan adanya
pengendalian. Pengendalian dapat juga muncul ketika entitas induk memiliki setengah
atau kurang hak suara suatu entitas tetapi memiliki : a. Mempunyai hak suara lebih
dari setengah berdasarkan suatu perjanjian dengan pemegang saham lain. b.
Mempunyai hak untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional berdasarkan
anggaran dasar atau perjanjian. c. Mempunyak hak untuk menunjuk atau
memberhentikan mayoritas anggota dewan direksi atau badan yang setara dan
pengendalian entitas dilakukan oleh dewan atau badan tersebut, atau d. Mempunyai
hak untuk bertindak sebagai suara mayoritas dalam rapat dewan direksi atau badan
yang setara dan pengendalian entitas entitas dilakukan oleh dewan atau badan
tersebut. Metode Akuntansi Entitas Asosiasi Investor harus mengukur investasinya
pada entitas asosiasi dengan menggunakan metode biaya (cost method). Dalam
metode biaya, investasi diukur pada biaya perolehan dikurangi akumulasi kerugian
penurunan nilai sesuai dengan penurunan nilai aset. Investor harus mengakui dividen
dan penerimaan distribusi lainnya sebagai penghasilan terlepas apakah hal tersebut
AUDITING 1 Page 6
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
berasal dari akumulasi laba entitas asosiasi yang timbul sebelum atau sesudah tanggal
perolehan. Entitas Anak Investor harus mengukur investasinya pada entitas asosiasi
dengan menggunakan metode ekuitas (equity method). Dalam metode ekuitas,
investasi pada entitas anak awalnya diakui pada biaya perolehan (termasuk biaya
transaksi) dan selanjutnya disesuaikan untuk mencerminakan bagian investor atas laba
rugi dan pendapatan dan beban dari entitas anak. Entitas anak tidak dikonsolidasikan
dalam laporan keuangan investor (sebagai entitas induk). PENGUNGKAPAN
Investor harus mengungkapkan hal-hal berikut : a. Kebijakan akuntansi yang
digunakan untuk investasi pada entitas asosiasi dan entitas anak. b. Jumlah tercatat
investasi pada entitas asosiasi dan entitas anak. c. Niali wajar investasi pada entitas
asosiasi dan entitas anak yang tersedia kuodasi harga yang dipublikasikan. Untuk
investasi pada entitas asosiasi, investor harus mengungkapkan jumlah dividend dan
penerimaan distribusi lainnya yang diakui sebagai penghasilan. Untuk investasi pada
entitas anak, investor harus mengungkapkan secara terpisah bagiannya atas laba atau
rugi dan bagiannya atas operasi yang dihentikan dari entitas anak tersebut.
2. TUJUAN AUDIT
Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas
temporary dan long term investment. 1. Untuk memeriksa apakah surat berharga yang
tercantum di neraca, betul-betul ada, dimiliki oleh dan atas nama perusahaan (klien)
per tanggal neraca. 2. Untuk memeriksa apakah semua pendapatan dan penerimaan
yang berasal dari surat berharga tersebut telah dibukukan dan uangnya diterima oleh
perusahaan. 3. Untuk memeriksa apakah penilaian (valuation) dari surat berharga
tersebut sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia/SAKETAP/IFRS. 4. Untuk memeriksa apakah penyajian di dalam Laporan
Keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK
ETAP/IFRS.
3. PROSEDUR AUDIT
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas temporary&long term investment
2. Minta rincian surat berharga yang memperlihatkan saldo awal, penambahan, dan
pengurangan serta saldo akhirnya.
AUDITING 1 Page 7
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
3. Periksa fisik dari surat-surat berharga tersebut dan juga pemilikannya (apakah
atas nama perusahaan).
4. Biasanya Audit fisik dilakukan bersamaan dengan kas opname. Seandainya surat-
surat berharga tersebut disimpan oleh pihak ketiga, harus dikirimkan konfirmasi.
5. Cocokkan data-data dalam rincian dengan berita acara Audit fisik surat berharga
tersebut.
6. Periksa mathemathical accuracy dari rincian surat berharga.
7. Cocokkan saldo akhir dari rincian tersebut dengan buku besar.
8. Lakukan Vouching atas pembelian dan penjualan surat berharga, terutama
perhatikan otorisasi dan kelengkapan bukti pendukung.
9. Periksa perhitungan bunga dan dividen nya dan perhatikan segi perpajakannya.
Periksa apakah bunga/ dividen yang diterima telah dibukukan semuanya.
10. Periksa harga pasar dari surat berharga pada tanggal neraca. Untuk temporary
investment, valuationnya adalah mana yang lebih rendah antara harga beli dan
harga pasar.
11. Adakan diskusi dengan management untuk mengetahui apakah ada perubahan
tujuan dari pembelian surat berharga yang akan mempengaruhi klasifikasi dari surat
berharga tersebut.
12. Periksa subsequent events untuk mengetahui apakah ada transaksi sesudah
tanggal neraca yang akan mempengaruhi klasifikasi atau disclosure dari surat-surat
berharga tersebut, misalnya penjualan long term investment dalam subsequent
period.
13. Periksa apakah penyajiannya sudah sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia (SAKETAP/IFRS).
14. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo temporary and long term
investment yang diperiksa.
LATIHAN SOAL
1. Apakah yang dimaksud dengan surat berharga dan investasi? Jelaskan
jenis-jenis surat berharga dan investasi!
2. Jabarkan tujuan dari pemeriksaan surat berharga dan investasi!
AUDITING 1 Page 8
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
DAFTAR PUSTAKA
AUDITING 1 Page 9
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
PERTEMUAN KE-16
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu menganalisis pengertian, tujuan dan prosedur pemeriksaan
persediaan dan dapat mempraktekan cara memeriksanya secara buku ataupun
keadaan fisik (stock opname) serta memverifikasikan persediaan tersebut.
B. URAIAN MATERI
1. DEFINISI PERSEDIAAN
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK : No. 14, hal 14.1 s/d 14.2 dan
14.9-IAI, 2002), persediaan adalah aset : a. Yang tersedia untuk dijual dalam
kegiatan usaha normal. b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau c.
Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses
atau pemberian jasa. Persediaan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : • Biasanya
merupakan aset lancar (current asssets) karena masa perputarannya biasanya kurang
atau sama dengan satu tahun. • Merupakan jumlah yang besar, terutama dalam
perusahaan dagang dan industri. • Mempunyai pengaruh yang besar terhadap neraca
dan perhitungan laba rugi, karena kesalahan dalam menentukan persediaan pada
akhir periode akan mengakibatkan kesalahan dalam jumlah aset lancar dan total
aset, harga pokok penjualan, laba kotor dan laba bersih, taksiran pajak penghasilan,
pembagian dividen dan laba rugi ditahan, kesalahan tersebut akan terbawa ke
laporan keuangan periode berikutnya. Perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan
sebagai persediaan adalah :
• Bahan baku (raw materials).
• Barang dalam proses (work in process).
• Barang jadi (finished goods).
• Suku cadang (spare-parts).
• Bahan pembantu: olie, bensin, solar.
AUDITING 1 Page 1
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
• Barang dalam perjalanan (goods in transit), yaitu barang yang dikirim oleh
Supplier tetapi belum sampai di gudang perusahaan.
• Barang konsinyasi : consignment in (barang perusahaan lain yang dititip jual di
perusahaan) tidak boleh dilaporkan/dicatat sebagai persediaan perusahaan.
Menurut SAK ETAP (IAI, 2009 : 56-57) : Entitas harus menentukan biaya
persediaan dengan menggunakan rumus biaya masuk-pertama keluar-pertama
(MPKP) atau rata-rata tertimbang. Rumus biaya yang sama harus digunakan untuk
seluruh persediaan dengan sifat dan pemakaian yang serupa. Untuk persediaan
dengan sifat atau pemakaian yang berbeda, penggunaan rumus biaya yang berbeda
dapat dibenarkan. Metode masuk terakhir keluar pertama (MTKP) tidak
diperkenankan oleh SAK ETAP. Entitas harus mengukur biaya persediaan untuk
jenis persediaan yang normalnya tidak dapat dipertukarkan, dan barang atau jasa
yang dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek tertentu dengan menggunakan
identifikasi khusus atas biayanya secara individual. Entitas harus menguji pada
setiap tanggal pelaporan apakah persediaan menurun nilainya yaitu nilai tercatatnya
tidak dapat dipulihkan secara penuh (misalnya karena kerusakan).
2. TUJUAN AUDIT
a. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas
persediaan.
b. Untuk memeriksa apakah persediaan yang tercantum di neraca betul-betul ada
dan dimiliki oleh perusahaan pada tanggal neraca
c. Untuk memeriksa apakah metode penilaian persedian (valuation) sesuai dengan
standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAKETAP/IFRS).
d. Untuk memeriksa apakah sistem pencatatan persedian sesuai dengan standar
akuntansi keuangan di Indonesia (SAK ETAP/IFRS).
e. Untuk memeriksa apakah terhadap barang barang yang rusak (defective),
bergerak lambat(slow moving) dan ketinggalan mode (absolescence) sudah
dibuatkan allowance yang cukup.
f. Untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijadikan jaminan kredit.
AUDITING 1 Page 2
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
AUDITING 1 Page 3
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
AUDITING 1 Page 4
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
AUDITING 1 Page 5
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
AUDITING 1 Page 6
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
3. PROSEDUR AUDIT
Prosedur audit dibagi atas prosedur compliance test, analytical review dan
substantive test. Dalam praktiknya, prosedur Audit yang dibahas di sini harus
disesuaikan dengan kondisi perusahaan yang diaudit Prosedur Audit persediaan
mencakup pembelian, penyimpanan, pemakaian dan penjualan persediaan, karena
berkaitan dengan siklus pembelian, utang dan pengeluaran kas serta siklus
penjualan, piutang dan penerimaan kas. Prosedur Audit untuk compliance test.
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas persediaan.
a. Dalam hal ini auditor biasanya menggunakaninternal control
questionnaires.
b. Lakukan test transaksi (compliance test} atas pembelian dengan
menggunakan purchase order sebagai sample. Untuk test transaksi atas
pemakaian persediaan (bahan baku) bisa digunakan material requisition
sebagai sample. Untuk test transaksi atas penjualan, bisa digunakan faktur
penjualan sebagai sample.
2. Tarik kesimpulan mengenai infernal controlatas persediaan. Jika dari test
transaksi auditor tidak menemukan kesalahan yang berarti, maka auditor bisa
menyimpulkan bahwa internal control atas persediaan berjalan efektif. Karena itu
substantive test atas persediaan bisa dipersempit. Prosedur Audit Substantive atas
Persediaan.
1. Lakukan observasi atas stock opname (perhitungan phisik) yang dilakukan
perusahaan (klien).
2. Minta Final Inventory List [Inventory Compilation) dan lakukan prosedur Audit
berikut ini: • check mathematical accuracy (penjumlahan dan perkalian). • cocokkan
“quantity per book” dengan stock card. • cocokkan “quantity per count
dengan“count sheet kita (auditor) • cocokkan “total value” dengan buku besar
persediaan.
3. Kirimkan konfirmasi untuk persediaan consignment out.
4. Periksa unit price dari bahan baku (raw material), barang dalam proses (work in
process), barang jadi (finished goods ) dan bahan pembantu (supplies).
AUDITING 1 Page 7
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
5. Lakukan rekonsiliasi jika stock opname dilakukan beberapa waktu sebelum atau
sesudah tanggal neraca.
6. Periksa cukup tidaknya allowance for slow moving (barang-barang yang
bergerak lambat), barangbarang yang rusak dan barang-barang yang ketinggalan
mode.
7. Periksa kejadian sesudah tanggal neraca (subsequent event).
8. Periksa cut-off penjualan dan cut-off pembehan.
9. Periksa jawaban konfirmasi dari bank, perjanjian kredit (loan agreement), notulen
rapat.
10. Periksa apakah ada sales atau purchase commitment per tanggal neraca.
11. Seandainya ada barang dalam perjalanan (goods in transit), lakukan prosedur
berikut ini: • minta rincian goods in transit per tanggal neraca. • periksa
mathematical accuracy, • periksa subsequent clearance.
12. Buat kesimpulan dari hasil Audit persediaan dan buat usulan adj ustment jika
diperlukan.
13. Periksa apakah penyajian persediaan di laporan keuangan sudah sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAKETAP/IFRS.
Penjelasan Prosedur Audit
1. Lakukan observasi atas stock opnameyang dilakukan klien.
Stock opname dilakukan terutama untuk persediaan yang berada di gudang
perusahaan. Untuk barang consignment out dan barang-barang yang tersimpan di
public warehouse jika jumlahnya material harus dilakukan stock opname, jika tidak
material, cukup dikirim konfirmasi. Stock opname bisa dilakukan pada akhir tahun
atau beberapa waktu sebelum/sesudah akhir tahun. Untuk perusahaan yang internal
controlnya lemah, stock opname sebaiknya dilakukan pada tanggal neraca. Untuk
perusahaan yang internal controlnya baik, stock opname bisa dilakukan beberapa
waktu sebelum atau sesudah tanggal neraca. Namun demikian, sebaiknya tidak
terlalu jauh dari tanggal neraca, untuk memudahkan auditor pada waktu melakukan
trace backward/trace forward (rekonsiliasi saldo persediaan pertanggal stock
opname dengan pertanggal neraca). Contoh trace forward di perusahaan dagang:
AUDITING 1 Page 8
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
Saldo persediaan per tanggal Stock Opname 30-11-2016 Pembelian 1-12-2016 s/d
31-12-2016 Penjualan 1-12-2016 s/d 31-12-2016 Saldo persediaan per 31-12-2016
Hal yang harus dilakukan auditor sebelum pelaksanaan stock pname:
Dapatkan dan pelajari Petunjuk Pelaksanaan Stock Opname (Phisycal Inventory
Instruction) yang dibuat oleh perusahaan, dimana biasanya telah mencakup: •
Pengaturan team/petugas stock opname. • Tanggal pelaksanaan stock opname. •
Lokasi dan denah gudang • Pembatasan semininal mungkin ke luar masuknya
barang pada waktu pelaksanaan stock opname. Rp. 150.000.000 Rp. 350.000.000
(Rp.430.000.000) Rp. 70.000.000 127 • Prosedur cut-off, yaitu mencatat nomor dan
tanggal terakhir dari receiving report dan issuing report/ shipping report. •
Penggunaan bin-tag untuk mencatat hasil perhitungan, yang sebelumnya
ditempelkan di setiap jenis barang.
2. Minta Daftar Hasil Stock Opname.
3. Kirimkan konfirmasi untuk persediaan konsinyasi. Biasanya barang
konsinyasi jumlahnya tidak terlalu besar sehingga lebih praktis untuk
mengirim konfirmasi dibandingkan jika auditor harus menghitungnya, selain
itu auditor juga bisa memeriksa bukti pengiriman barang konsinyasi
tersebut.
4. Lakukan rekonsiliasi antara saldo menurut stock opname dan saldo per
tanggal neraca jika stock opname dilakukan beberapa waktu sebelum/
sesudah tanggal neraca.
5. Periksa cukup tidaknya allowance untuk barang-barang yang bergerak
lambat, rusak dan ketinggalan mode. Cukup dalam arti tidak terlalu besar
(menyebabkan laba terlalu kecil) dan tidak terlalu kecil (menyebabkan laba
terlalu besar). Sehingga auditor harus memeriksa kebijakan dan cara
perusahaan menentukan allowance, apakah konsisten dengan periode
sebelumnya. Salah satu cara yang biasa digunakan oleh perusahaan adalah:
Untuk barang yang tidak dipakai atau tidak terjual selama 3 bulan, allowance
10% 6 bulan, allowance 30% 9 bulan, allowance 50% 12 bulan, allowance
80% lebih dari 12 bulan, allowance 100%. Untuk mengetahui waktu tidak
AUDITING 1 Page 9
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
AUDITING 1 Page 10
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
AUDITING 1 Page 11
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
DAFTAR PUSTAKA
AUDITING 1 Page 12
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
AUDITING 1 Page 13
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
PERTEMUAN KE-17
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu menganalisis pengertian, tujuan dan prosedur pemeriksaan biaya
dan pajak dibayar dimuka dan dapat mempraktekan cara memeriksanya secara buku
ataupun keadaan fisik serta memverifikasikan biaya dan pajak dibayar dimuka
tersebut
B. URAIAN MATERI
1. SIFAT DAN CONTOH PREPAID EXPENSE DAN PREPAID TAXES
Keduanya mempunyai manfaat kurang atau sama dengan satu tahun, sehingga
dikelompokkan sebagai aset lancar (curren asset). Menurut Standar Akuntansi
Keuangan:
a. Biaya dibayar dimuka dimaksudkan sebagai biaya yang telah terjadi, yang akan
digunakan untuk aktivitas perusahaan yang akan dating.
b. Bagian dari biaya dibayar dimuka yang akan memberikan manfaat untuk
beberapa periode kegiatan diklasifikasikan sebagai asset tak lancer.
Contoh dari perkiraan-perkiraan yang bias digolongkan sebagai biaya dibayar
dimuka adalah:
• Premi asuransi (Prepaid Insurance).
• Sewa Dibayar Dimuka untuk masa satu tahun yang akan datang (Prepaid Rent).
• Biaya Lain-lain Dibayar Dimuka (Prepaid Others), misalnya: biaya iklan diradio,
televisi,yang berdasarkan kontrak, barang-barang untuk promosi (hadiah berupa
gantungan kunci, payung, dll).
Pajak dibayar dimuka adalah pajak yang dibayar oleh perusahaan setiap bulan atau
dipotong/dipungut oleh pihak ketiga dan akan diperhitungkan sebagai kredit pajak
diakhir tahun (untuk pajak penghasilan) atau diakhir bulan (untuk PPN).
Contoh dari pajak dibayar dimuka:
• PPh 22 ( dari impor barang ).
AUDITING 1 Page 1
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
AUDITING 1 Page 2
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
Setiap pengeluaran untuk biaya dan pajak dibayar dimuka didukung oleh bukti-
bukti yang sah dan lengkap.
Misalnya: polis asuransi, perjanjian sewa menyewa (lease agreement), kontrak
untuk advertensi, surat setoran pajak (SSP), faktur pajak masukan, bukti
pemotongan PPh 22,23 dan lainlain.
1. Untuk memeriksa apakah biaya yang mempunyai kegunaan untuk tahun
yang berikutnya sudah dicatat sebagai biaya dibayar dimuka. Maksudnya
adalah auditor harus memeriksa apakah bagian yang belum expired
(mempunyai kegunaan untuk periode yang akan datang) tidak dibebankan
sebagai biaya, tetapi dicatat sebagai biaya dibayar dimuka.
2. Untuk memeriksa apakah biaya dibayar dimuka yang mempunyai
kegunaan untuk tahun berjalan telah dibebankan/dicatat sebagai biaya tahun
berjalan. Maksudnya adalah auditor harus memeriksa apakah bagian yang
belum expired (masa manfaatnya sudah berlalu) sudah dibebankan sebagai
biaya tahun berjalan.
3. Untuk memeriksa apakah pajak dibayar dimuka didukung oleh bukti
setoran/pemungutan pajak yang sah dan lengkap sehingga bisa
diperhitungkan sebagai kredit pajak akhir periode.
4. Untuk memeriksa apakah penyajian biaya dan pajak dibayar dimuka
dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan standar akuntansi keuangan di
Indonesia (SAKETAP/IFRS). Biasanya biaya dibayar dimuka yang
mempunyai masa manfaat kurang dari atau sama dengan satu tahun disajikan
sebagai aset lancer,sedangkan yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun
disajikan sebagai asset tak lancar.
3. PROSEDUR AUDIT
Prosedur audit dibagi atas prosedur compliance test dan prosedur substantive test.
Pembahasan prosedur audit untuk substantive test akan dibagi dalam beberapa
bagian, yaitu sewa dibayar dimuka, premi asuransi dibayar dimuka, biaya advertensi
dibayar dimuka dan pajak dibayar dimuka. Dalam praktiknya, prosedur audit yang
dibahas disini harus disesuaikan dengan kondisi perusahaan yang diaudit.
AUDITING 1 Page 3
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
AUDITING 1 Page 4
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
biaya sewa (tanpa melalui prepaid rent), jumlah biaya sewa dibuku besar
akan terlihat lebih besar.
7. Buat usulan audit adjustment jika diperlukan.
Prosedur Audit Substantive Premi Asuransi Dibayar Dimuka (Prepaid Insurance).
1. Minta rincian prepaid insurance per tanggal neraca.
2. Check mathematical accuracy.
3. Cocokan saldo prepaid insurance per tanggal neraca dengan saldo buku
besar (general ledger) prepaid insurance.
4. Cocokan saldo awal prepaid insurance dengan kertas kerja Audit tahun
lalu.
5. Lakukan vouching untuk pembayaran prepaid insurance ditahun berjalan,
perhatikan apakah ada discount untuk pembayaran tersebut.
6. Periksa polis asuransi dan cocokan data dalam polis asuransi dengan
rincian prepaid insurance.
7. Tie-up total yang dibebankan sebagai biaya asuransi ke buku besar biaya
asuransi.
8. Periksa apakah nilai pertanggungan (insurance coverage) cukup atau tidak
dalam arti tidak terlalu besardan tidak terlalu kecil.
9. Perhatikan apakah didalam polis asuransi terdapat BANKER’S CLAUSE,
maksudnya apakah dalam polis asuransi tersebut ada salah satu pasal yang
menyebutkan bahwa klau terjadi klaim, karena yang diasuransikan terbakar
atau hilang, maka ganti rugi harus dibayarkan kepada bank.
10. Buat usulan audit adjustment jika diperlukan.
Prosedur Audit Substantive Prepaid Advertising.
1. Minta rincian prepaid adverting per tanggal neraca.
2. Chek footing dan cocokan saldo akhir prepaid advertising ke buku besar
dan saldo awal ke kertas kerja Audit tahun lalu.
3. Periksa bukti pembayaran dan surat perjanjian (untuk iklan
diTV/Radio/Bill Board) dan bukti pembelian (untuk barang-barang
souvenir).
AUDITING 1 Page 5
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
AUDITING 1 Page 6
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
3. Menurut anda, prosedur apakah yang paling tepat untuk dilakukan dalam
melakukan pemeriksaan terhadap biaya dan pajak dibayar dimuka! Jelaskan!
DAFTAR PUSTAKA
AUDITING 1 Page 7
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
PERTEMUAN KE-18
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu menganalisis pengertian, tujuan dan prosedur pemeriksaan
aktiva tetap dan dapat mempraktekan cara memeriksanya secara buku ataupun
keadaan fisik serta memverifikasikan aktiva tetap tersebut.
B. URAIAN MATERI
1. SIFAT DAN CONTOH ASET TETAP
Aset tetap (Fixed Assets) disebut juga Property, Plant dan Equipment. Menurut
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 14, hal 16.2 & 16.3 – IAI, 2002): Aset
tetap adalah asset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan
dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun.
Menurut SAK ETAP (IAI, 2009; 68):
Aset tetap adalah asset berwujud yang:
a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau
jasa, untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif.
b. Diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.
Suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu asset dan dikelompokkan sebagai
asset tetap bila:
a. Besar kemungkinanbahwa manfaat keekonomian di masa yang akan
datang yang berkaitan dengan asset tersebut akan mengalir ke dalam
perusahaan.
b. Biaya perolehan asset dapat diukur secara andal.
Beberapa sifat atau ciri asset tetap adalah:
AUDITING 1 Page 1
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
AUDITING 1 Page 2
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
AUDITING 1 Page 3
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
AUDITING 1 Page 4
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
a. Harga perolehan per unit dari asset tetap biasanya relatif besar dan jumlah
transaksinya dalam setahun hanya sedikit.
b. Mutasi asset tetap (penambahan dan pengurangan) biasanya jauh lebih
sedikit dibandingkan mutasi piutang dan persediaan.
c. Dalam memeriksa asset tetap, prosedur cut-off bukan merupakan hal yang
penting seperti audit atas cut-off transactions dalam Audit pembelian dan
penjualan persediaan. Prosedur audit yang akan disebutkan berikut ini
berlaku untuk repeat engagements (penugasan berulang) sehingga dititik
beratkan pada Audit transaksi tahun berjalan (periode yang diperiksa).
Untuk first audit (audit pertama kali) bisa dibedakan sebagai berikut:
• Jika tahun sebelumnya perusahaan sudah diaudit oleh kantor akuntan lain, saldo
awal asset tetap bisa dicocokkan dengan laporan akuntan terdahulu dan kertas kerja
audit akuntan tersebut.
• Jika tahun-tahun sebelumnya perusahaan belum pernah di audit, akuntan publik
harus memeriksa mutasi penambahan dan pengurangan asset tetap sejak awal
berdirinya perusahaan, untuk mengetahui apakah pencatatan yang dilakukan
perusahaan untuk penambahan dan pengurangan asset tetap, serta metode dan
perhitungan penyusutan asset tetap dilakukan sesuai dengan standar akuntansi
keuangan di Indonesia (SAKETAP/IFRS).
Tentu saja Audit mutasi tahun-tahun sebelumnya dilakukan secara test basis dengan
mengutamakan jumlah yang material. Prosedur audit atas asset tetap adalah sebagai
berikut:
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas asset tetap.
2. Minta kepada klien Top Schedule serta Supporting Schedule asset tetap,
yang berisikan: • Saldo awal, • Penambahan serta pengurangan-
pengurangannya dan • saldo akhir, baik untuk harga perolehan maupun
akumulasi penyusutannya.
3. Periksa footing dan cross footingnya dan cocokkan totalnya dengan
General Ledger atau Sub Ledger, saldo awal dengan working paper tahun
lalu.
AUDITING 1 Page 5
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
AUDITING 1 Page 6
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
14. Jika ada asset tetap yang diperoleh melalui leasing, periksa lease
agreement dan periksa apakah accounting treatmentnya sudah sesuai dengan
standar akuntansi leasing.
15. Periksa atau tanyakan apakah ada asset tetap yang dijadikan agunan
kredit di bank.
16. Periksa penyajiannya dalan laporan keuangan, apakah sesuai dengan
standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAKETAP/IFRS).
Penjelasan Prosedur Audit
1. Pelajari dan evaluasi internal control. Dalam hal ini biasanya auditor
menggunakan INTERNAL CONTROL QUESTIONNAIRES, Ciri internal
control yang baik atas asset tetap adalah:
a. Digunakannya anggaran untukpenambahan asset tetap. Jika ada asset tetap
yang ingin dibeli tetapi belum tercantum dianggaran maka asset tetap
tersebut tidak boleh dibeli dahulu.
b. Setiap penambahan dan penarikan asset tetap terlebih dahulu harus
diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang.
c. Adanya kebijakan tertulis dari manajemen mengenai capitalization dan
depreciation policy.
d. Diadakannya kartu asset tetap atau sub buku besar asset tetap yang
mencantumkan tanggal pembelian, nama supplier, harga perolehan, metode
dan presentasi penyusutan, jumlah penyusutan, akumulasi penyusutan dan
nilai buku asset tetap.
e. Setiap asset tetap diberi nomor kode.
f. Minimal setahun sekali dilakukan inventarisasi (Audit fisik asset tetap),
untuk mengetahui keberadaannya dan kondisi dari asset tetap.
g. Bukti-bukti pemilikan asset tetap disimpan di tempat yang aman.
h. Aset tetap diasuransikan dengan jumlah insurance Coverage (nilai
pertanggungan) yang cukup.
2. Minta kepada client, Top Schedule serta Supporting schedule asset tetap.
3. Vouched penambahan serta pengurangan asset tetap. Untuk penambahan
AUDITING 1 Page 7
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
AUDITING 1 Page 8
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
AUDITING 1 Page 9
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
1. Apakah terdapat perbedaan pemeriksaan untuk aktiva tetap berwujud dan aktiva
tetap tidak berwujud? Jabarkan dan jelaskan secara terinci prosedur pemeriksaannya
terkait dengan kertas kerja pemeriksaan aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud!
3. Apakah manfaat dari pemeriksaan aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud?
Sebutkan dan jelaskan kertas kerja apa saja yang saling terkait dengan kertas kerja
pemeriksaan aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud!
DAFTAR PUSTAKA
AUDITING 1 Page 10
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
PERTEMUAN KE-19
PEMERIKSAAN KOMPUTER
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu menganalisis pengertian, tujuan dan prosedur pemeriksaan
komputer dan dapat mempraktekan cara memeriksanya secara buku ataupun
keadaan fisik serta memverifikasikan komputerisasai tersebut.
B. URAIAN MATERI
1. PENGERTIAN
Audit Sistem Informasi adalah sebuah proses yang sistematis dalam mengumpulkan
dan mengevaluasi bukti-bukti untuk menentukan bahwa sebuah sistem informasi
berbasis komputer yang digunakan oleh organisasi telah dapat mencapai tujuannya.
Sukrisno Agoes mengemukan dalam PDE terjadi proses input masukan,
penyimpanan, pengelolaan yang mencakup kalkulasi, klasifikasi dan manipulasi
data/fakta, penampilan dan pengendalian.
Tujuan audit
1. Pengamanan atas aktiva
2. Pemeliharaan atas integritas data.
3. Peningkatan sumber daya efisiensi, efektif dan ekonomis
Program (software) menurut jenisnya
1. Sistem Operasi
2. Program paket
3. Program Aplikasi
Aspek petugas ( brainware)
1. Sistem Analis
2. Pemrogram
3. Operator
Personal lain
1. Pustakawan Data
AUDITING 1 Page 1
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
2. Administratur Database
3. Pendukung Teknik
Hal Yang Diperlukan
1. Pengumpulan bukti (evidence collection)
2. Evaluasi bukti (evidence evaluation) Kebutuhan akan audit sistem
informasi
1. auditor menyadari bahwa komputer berpengaruh dalam fungsi atestasi
yang mereka lakukan
2. organisasi dan manajemen menyadari bahwa sistem informasi komputer
merupakan sumberdaya yang bernilai sehingga perlu adanya pengendalian
seperti halnya sumberdaya lain dalam organisasi.
Audit Sistem Informasi merupakan interseksi
1. Traditional Auditing (Traditional Auditing)
2. Information System Management
3. Computer Science
4. Behavioral Science
Tahapan Proses Audit
1. Perencanaan Audit
2. Peninjauan pendahuluan
3. Analisa Aplikasi
4. Penilaian Pengendalian intern
Teknik Audit
1. Pengujian dengan data simulasi
2. Pemanfaatan fasilitas pengujian secara terpadu
3. Simulasi paralel
4. Pemasangan modul/program pemeriksaan
5. Pemakaian perangkat lunak/sopftware audit EDP
6. Metode Tracing
7. Metedo Pemetaan (mapping)
Pengendalian intern atas EDP
AUDITING 1 Page 2
UNIVERSITAS PAMULANG S1 AKUNTANSI
DAFTAR PUSTAKA
AUDITING 1 Page 3
PERTEMUAN 20
FRAUD DAN ERROR
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu:
1. Pengertian fraud dan error
2. Teori-Teori fraud
3. Jenis-jenis fraud
4. Cara mendeteksi dan mencegah fraud
B. URAIAN MATERI
1. Pengertian fraud dan error
Menurut Karyono fraud adalah kecurangan yang mengandung maks suatu
penyimpangan dan perbuatan melanggar hukum (illegal act), yang dilakukan
dengan sengaja untuk tujuan tertentu.
TM Tuanakotta, dikutif dari Bersama IIA, AICPA dan ACFE, Managing the
Business Risk Of Fraud : a Pratical Guide bahwa Fraud adalah perbuatan (dalam
arti kejahatan, yakni berbuat sesuatu yang dilarang atau tidak berbuat sesuaatu
yang diwajibkan) yang dirancang untuk menipu satu atau beberapa orang, yang
berakibat si korban menderita kerugian dan/atau sipelaku memperoleh
keuntungan.
Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia, Fraud atau kecurangan adalah
suatu tindakan yang disengaja oleh satu individu atau lebih dalam manajemen
atau pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola, karyawan, dan pihak ketiga
yang melibatkan penggunaan tipu muslihat untuk memperoleh satu keuntungan
secara tidak adil atau melanggar hukum.
Error atau kesalahan terjadi karena dua faktor. Manusia (human error) dan
kesalahan teknis Contoh Kesalahan yang terjadi dari faktor manusia seperti
kesalahan pencatatan, penginputan, dan dokumentasi,. Sedangkan contoh
kesalahan karena faktor teknis adalah computer hang, kesalahan pemograman,
dll.
Kesalahan (error)cenderung terjadi karena salah saji yang tidak sengaja
yang meliputi kesalahanpengumpulan data, kesalahan interpretasi data, dan
kesalahan dalam menerapkan prinsip-prinsipakuntansi.
2. Jenis-jenis fraud
1) Jenis fraud berdasarkan pelaku
a) Employee Fraud (Kecurangan Pegawai) ialah suatu kecurangan yang
dilakukan oleh pegawai dalam suatu organisasi kerja.
b) Management Fraud (Kecurangan Manajemen) yaitu salah satu
kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajemen dengan menggunakan
laporan keuangan atau transaksi keuangan sebagai sarana fraud,
biasanya dilakukan untuk mencurangi pemegang kepentingan
(stakeholders) yang terkait organisasinya.
c) Investment Scams yakni yang dapat melakukan kebohongan investasi
dengan menanam modal.
d) Vendor Fraud merupakan suatu perusahaan mengeluarkan tarif yang
mahal dalam hal pengiriman barang.
e) Customer Fraud adalah para pelanggan menipu penjual agar mereka
mendapatkan sesuatu yang lebih dari seharusnya.
2) Jenis fraud berdasarkan Tindakan
Menurut Johanstone et al karyono dan bentuk fraud terdiri
a) penyelewengan terhadap asset (misappropriation of assets)
ialah salah satu penyalahgunaan aset perusahaan secara sengaja utk
kepentingan pribadi, biasanya sering dilakukan oleh pegawai (employee).
Contohnya, penggelapan kas perusahaan, penggunaan fasilitas untuk
kepentingan pribadi.
b) Kecurangan Dalam Laporan Keuangan (Fradulent Finacial Reporting)
yakni sebuah salah saji atau pengabaian jumlah dan pengungkapan yang
disengaja dengan maksud menipu para pengguna laporan, biasanya
sering dilakukan oleh manajemen. Contohnya, overstating asset,
understating liabilities.
contoh kecurangan terhadap laporan keuangan
• Penghasilan atau pendapatan fiktif ( fictious revenue)
• Penilaian akhir atas asset, tidak tepat
• Menyembunyikan kewajiban (concealed liabilities )
• Mencatat aktiva dan pasiva pendapatan dan biaya pada periode
akuntansi yang tidak tepat ( timing deference) biaya pendapatan
tahun berjalan digeser ke tahun sebelumnya atau sesudahnya,
sebaliknya pendapatan tahun lalu digeser ke tahun berjalan dan
pendapatan tahun yang akan dating digeser ketahun berjalannya
• Menyembunyikan biaya antara lain dengan mengkapitalisasi biaya
• Pengungkapan laporan keuangan yang tidak tepat (improper
disclosurces) seperti tidak diungkapkannya kewajiban bersyarat
(contiangence liabilities) kejadian-kejadaian penting berpengaruh
negarif terhadap pos-pos laporan keuangan
3) korupsi
Korupsi adalah salah satu contoh fraud yang paling marak terjadi di Indonesia.
Korupsi biasanya berbentuk penyuapan, pemerasan, atau penyalahgunaan
informasi suatu instansi. Wujud yang dapat terbentuk dari fraud jenis ini
adalah gratifikasi atau pemberian hadiah demi kepentingan jangka Panjang.
Fraud jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi karena para pihak yang bekerja
sama menikmati keuntungan (simbiosis mutualisme). Termasuk didalamnya
adalah
• penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan (conflict of
interest), Konflik kepentingan muncul ketika pegawai bertindak atas
nama pihak ketiga atau atas namanya sendiri. Benturan kepentingan
dapat melalui skema pembelian, penjualan, atau lainnya.
• penyuapan (bribery), Penyuapan merupakan kegiatan yang
melibatkan pemberian, permohonan, penawaran, dan penerimaan
sesuatu yang berharga yang mempengaruhi seseorang agar tidak
bekerja sesuai hukum (menyeleweng). Jenis kegiatan ini adalah
invoice kickback (penerimaan dari hasil penjualan), misalkan bagian
pembelian suatu perusahaan mendapatkan presentase dari supplier
setiap selesai melakukan transaksi. Ada pula bid rigging (pengaturan
dalam pengadaan barang dan jasa).
• penerimaan yang tidak sah/illegal (illegal gratuities), Pemberian ini
semacam gratifikasi, bisa dikatakan ini merupakan bentuk terselubung
dari penyuapan. Misal seperti pemberian hadiah penikahan atau ulang
tahun kepada pejabat dengan maksud tertentu
• pemerasan secara ekonomi (economic extortion), Merupakan
pemerasan untuk mendapatkan manfaat ekonomi. Misal ketika
mengurus seseuatu di suatu instansi dan kemudian dipersulit maka
kemungkinan ini merupakan tanda jika kita harus memberikan manfaat
ekonomi agar dapat berjalan lancar.
3. Teori-Teori fraud
1) Teori Triangle Fraud (Klasik)
Teori ini dikemukakan oleh Donald Cressey pada tahun 1953 yang
menjelaskan mengapa seseorang melakukan fraud atau kecurangan.
Awalnya Donald Cressey melakukan penelitian dengan mewawancarai
orang-orang yang pernah melakukan kecurangan atau fraudster. Dia
melakukan wawancara kepada 200 orang yang didakwa melakukan fraud di
penjara. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa orang yang
melakukan fraud dipengaruhi oleh 3 hal, yaitu :
a. Pressure (Tekanan)
Orang melakukan fraud karena adanya tekanan. Tekanan merupakan
dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan fraud. Tekanan
terbagi menjadi tekanan finansial, tekanan akan kebiasaan buruk, dan
tekanan yang berhubungan dengan pekerjaan.tekanan finansial
biasanya karena adanya keserakahan, standar hidup yang terlalu tinggi,
banyaknya tagihan dan utang, kebutuhan hidup yang tak terduga.
tekanan akan kebiasaan buruk yaitu dorongan untuk melakukan
kebiasaan buruk, seperti melakukan judi, alkohol, obat-obatan terlarang.
Dan tekanan yang terakhir yaitu tekanan yang berhubungan dengan
pekerjaan. Hal ini bisa terjadi karena ketidakadilan dalam perusahaan,
kurangnya perhatian dalam oleh manajer.
b. Opportunity (Kesempatan)
Fraud terjadi karena seseorang memiliki kesempatan untuk
melakukannya. Hal ini terjadi karena pengendalian internal pada
perusahaan yang lemah, kurangnya pengawasan, atau penyalahgunaan
wewenang.
c. Rasionalization (Rasionalisasi)
Rasionalisasi yang dimaksud adalah seseorang mencari pembenaran
atas tindakannya yang berhubungan dengan kecurangan atau fraud.
Pada umumnya, seseorang yang melakukan kecurangan, merasa
tindakannya bukan termasuk kecurangan, tetapi hal itu merupakan
haknya atau biasanya orang tersebut melakukan fraud karena mengikuti
orang-orang sekitar yang melakukan hal itu
2) Fraud Scale
Teori fraud scale merupakan perkembangan teori dari teori sebelumnya yaitu
teori fraud triangle. Dalam teori ini dapat mengetahui kemungkinan terjadinya
tindakan fraud atau kecurangan dengan cara mengamati tekanan,
kesempatan dan integritas pelaku yang akan melakukan fraud. Apabila
seseorang memiliki tekanan yang tinggi, kesempatan besar dan integritas
pribadi yang rendah, maka dapat memungkinkan terjadinya fraud yang tinggi,
begitu pula sebaliknya. Tekanan disini terjadi karena masalah keungan dan
atau bisa karena masalah di lingkungannya. Adanya kesempatan untuk
melakukan tindak kecurangan disebabkan karena lemahnya pengendalian
maupun pengawasan organisasi. Sedangkan, integritas pribadi yang rendah
disebabkan oleh kebiasaan individu yang buruk. Fraud Scalemempunyai
tujuan untuk mengukur terjadnya pelanggaran etika, kepercayaan dan
tanggung jawab. Kecurangan atau fraud ini biasanya mengarah pada
penipuan laporan keuangan.
3) Teori Gone
Teori Gone merupakan teori yang dikemukakan oleh Bologna pada tahun
1999. Dalam teori ini terdapatempat faktor yang mendorong terjadinya fraud,
yaitu :
• Greed (keserakahan), berkaitan dengan keserakahan potensial.
• Opportunity (Kesempatan), berkaitan dengan keadaan dalam
organisasi yang terbuka sehingga dapat membuka kesempatanuntuk
melakukan kecurangan.
• Need (Kebutuhan), adalah suatu tuntutan kebutuhan individu yang
harus terpenuhi
• Exposure (Pengungkapan), adalah berkaitan dengan kemungkinan
diungkapkannya serta sanksi hukum yang menjerat.
4) Teori Diamond
Teori diamond ini merupakan pengembangan dari triangle fraud. Teori Fraud
Diamond adalah teori yang menunjukkan hubungan antara empat elemen
yaitu incentive (dorongan), oppurtunity (kesempatan),rasionalization
(pembenaran), dan capability (kapabilitas). Gambar Diamond Fraud:
1. Incentive
Incentive merupakan suatu dorongan yang timbul karenaadanya tuntutan
atau tekanan yang dihadapi oleh seseorang. Incentivedapat memicu
terjadinya kecurangan seperti keserakahan yang mengakibatkan tekanan
untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
2. Opportunity
Opportunity adalah suatu kesempatan yang timbul karenaterdapat
kelemahan pengendalian internal organisasi atau perusahaan dalam
pencegahan dan pendeteksian kecurangan. Oppurtunity dapat terjadi
karena adanya kekuasaan terhadap organisasi dan juga karena seorang
fraudster atau orang-orang yang melakukan kecurangan mengetahui
kelemahan dari system-sistem yang ada.
3. Rationalization
Rationalization adalah kondisi dimana fraudster atau pelaku kecurangan
mencari suatu pembenaran terhadap tindakanyang dilakukannya untuk
memperoleh kekayaan dengan cara yang cepat.
4. Capability
Capability merupakan suatu kemampuan dan keterampilan tentang
pemahaman yang mendetail sehingga seorang fraudster atau pelaku
kecurangan dapat mengetahui kelemahan dan dapat memanfaatkannya
untuk melakukan fraud atau kecurangan. Capability dapat mengakibatkan
ancaman karena pelaku didalam organisasi merupakan orang yang
memiliki kekuasaan atau didalam posisi lini manjamen, serta memiliki
kecerdasan serta pemahaman tentang sistem didalam organisasi
tersebut. Pelaku tersebut disebut sebagai suatu tindakan kejahatan kerah
putih atau white collar crimekarena kecurangan jenis ini mempunyai
ancaman yang sangat besar dan sangat signifikan terhadap organisasi
yang bersangkutan.
5) Teori Pentagon
Fraud Pentagon Theory merupakan teori yang dicetuskan oleh (Crowe
Howarth, 2011). Teori ini memperluas teori Fraud Triangle yang sebelumnya
dikemukakan oleh (Cressey, 1953) dan Fraud Diamond yang sebelumnya
dikemukakan oleh (Wolfe dan Hermanson, 2008). Pada Fraud Pentagon
Theory ini menambahkan dua elemen yaitu kompetensi (competence) dan
arogansi (arrogance).
a. Pressure
Menurut SAS No. 99, ada 4 (empat) tipe umum pressure yang memimpin
fraudulent finansial reporting, yaitu financial stability, financial target,
external pressure, dan personal financial need.
b. Opportunity
Berdasarkan SAS No. 99, Opportunity yang mungkin terjadi pada
kecurangan laporan keuangan diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori,
yaitu nature of industry, ineffective monitoring, dan organizational
structure.
c. Rationalization
Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya kecurangan
karena pelaku mencari pembenaran atas tindakannya. Pembenaran ini
bisa terjadi saat pelaku ingin membahagiakan keluarga dan orangorang
yang dicintainya, pelaku merasa berhak mendapatkan sesuatu yang lebih
(posisi, gaji, promosi) karena telah lama mengabdi pada perusahaan, atau
pelaku mengambil sebagian keuntungan karena perusahaan telah
menghasilkan keuntungan yang besar
d. Competence
Kapabilitas (capability) atau kompetensi (competence) merupakan sebuah
elemen peluang yang meliputi kemampuan individu untuk mengendalikan
internal control dan mengendalikan situasinya untuk keuntungannya
sendiri
e. Arrogance
Arogansi (arrogance) merupakan perilaku superioritas dan keserakahan
dari perilaku kejahatan yang mempercayai bahwa kebijakan perusahaan
dan prosedur tidak diterapkan kepadanya (Crowe Howarth, 2011).
Horwath (2011) mengemukakan bahwa ada lima elemen dari arrogance
dari perspektif CEO, sebagai berikut (Yusof, et., al, 2015:130):
a) Ego besar - CEO terlihat seperti selebriti daripada seorang pengusaha.
b) Mereka menganggap pengendalian internal tidak berlaku untuk
dirinya.
c) Memiliki karakteristik perilaku pengganggu.
d) Memiliki kebiasaan memimpin secara otoriter.
e) Memiliki ketakutan akan kehilangan posisi atau status.
4. Cara mendeteksi dan mencegah fraud
Untuk pencegahan fraud dapat dilakukan Spenmo Team adalah
1. Membuat metode hotline atau whistleblower. Jadi pihak yang mengetahui
atau curiga ada penipuan dapat melaporkan. Data dirinya wajib untuk
dilindungi.
2. Pemantauan secara proaktif
3. Membuat departemen audit internal. Audit atau pemeriksaan juga bisa
saja dilakukan mendadak (di dunia PNS dikenal dengan “sidak” atau
“inspeksi mendadak”)
4. Audit eksternal atas laporan keuangan
5. Membuat kode etik organisasi
6. Merotasi pegawai
7. Menyelenggarakan pelatihan anti-fraud kepada manajemen dan karyawan
TM Tuanakotta untuk menangani resiko-resiko fraud dalam organisasi, lima
prinsip yaitu :
1. Adanya pengawasan yang tepa atas manajemen resiko fraud, terkait tata
Kelola atau governance
2. Paparan terhadap fraud (fraud exposures) di indentifikasi dan dievaluasi,
terkait dengan penilaian resiko atau risk assessment
3. Harus ada proses dan prosedur yang tepat untuk menangani paparan resiko,
terkait pencegahan ( prevention) dan pendeteksian (detection)
4. Tuduhan terhadap fraud ditangani, dan Tindakan-tindakan perbaikan
dilakukan secara tepat waktu, terkait investigasi dan Tindakan perbaikan (
corrective action )
C. LATIHAN SOAL
1. Apa Pengertian Fraud dan Error?
2. Sebutkan bentuk-bentuk fraud dan eror!
3. Jelaskan cara mencegah fraud!
D. DAFTAR PUSTAKA
A. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi perkuliahan, mahasiswa mampu mengidentifikasi
penelitian sehubungan dengan fraud pada laporan keuangan.
B. URAIAN MATERI
1. Penelitian Fraud Triangle Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan
Judul penelitian : Pengaruh Fraud Triangle Terhadap Kecurangan Laporan
Keuangan
Nama Penulis : Siti nuryaliza dan Dedik Nur Triyanto
Tahun 2019
Latar Belakang
1) Laporan keuangan merupakan unsur penting bagi pihak internal maupun
eksternal perusahaan untuk mengambil keputusan, maka laporan keuangan
harus disajikan secara baik dan benar untuk membantu berbagai pihak
perusahaan dalam menghasilkan keputusan yang tepat.
2) Teori agensi adalah sebuah kontrak antara pemegang saham (principal) dan
manajemen (agent). Dengan adanya pemisahan peran atau perbedaan
kepentingan antara pemegang saham dan manajemen dapat mempengaruhi
kualitas laba yang dilaporkan. Karena tidak menutup kemungkinan pintu
menuju fraud akan semakin terbuka lebar apabila manajemen memiliki
kesempatan dan peluang untuk menaikkan laba.
3) PT.Timah Tbk, Ikatan Karyawan Timah mengungkapkan bahwa direksi telah
banyak melakukan kebohongan menaikkan laba dan melaporkan melalui
media. Salah satunya yaitu pada pelaporan keuangan semester I-2015 yang
menyatakan bahwa efisiensi dan strategi yang telah membuahkan kinerja
yang positif. Padahal kenyataanya pada semester I-2015 tersebut laba
operasi rugi sebesar Rp 59 miliar.
Hasil Penelitian
1) Presurre
a. Financial stability : finansial stability tidak berpengaruh terhadap
kecurangan laporan keuangan. Hal ini mungkin tidak hanya manajemen
yang melakukan peningkatan laba tetapi adanya dana dari pihak ketiga
yang disalurkan pada perusahaan mengalami kenaikan dari tahun ke
tahun. Dengan kondisi keuangan yang stabil atau baik, maka manajer
perusahaan tidak merasakan adanya tekanan dari pihak direksi untuk
memperbaiki laporan keuangan
b. External pressure : external presure tidak berpengaruh terhadap
kecurangan laporan keuangan. Dalam hal ini tidak hanya besarnya aktiva
perusahaan yang dapat menjamin utang perusahaan agar terhindar dari
pelanggaran kontrak utang, tetapi perusahaan juga dapat menjamin utang
dengan menggunakan modal perusahaan atau laba yang dihasilkan dari
penjualan, dengan begitu perusahaan tidak merasa adanya tekanan dari
pihak eksternal.
c. Finansial target : finansial target berpengaruh terhadap kecurangan
laporan keuangan. Hal ini memungkinkan manajer mendapat tekanan
karena laba yang dihasilkan pada tahun sekarang harus melebihi tahun
sebelumnya dan tentu saja menjadi suatu ukuran kinerja operasional bagi
perushaan
2) Opportunity
a. Nature of industry : nature of industry tidak berpengaruh terhadap
kecurangan laporan keuangan. Hal ini dikarenakan akun piutang usaha
bukan hanya ditentukan oleh estimasi tetapi juga melalui perhitungan fisik,
berarti besar atau kecilnya rasio perubahan dalam piutang usaha tidak
menjadi pemicu manajemen untuk melakukan kecurangan laporan
keuangan.
b. Ineffective monitoring : ineffective monitoring tidak berpengaruh terhadap
kecurangan laporan keuangan. Hal ini tidak terjadi karena perusahaan
patuh terhadap peraturan OJK No.73/POJK.05/2016 yang mewajibkan
jumlah anggota dewan komisaris yang paling kurang terdiri dari 3 (tiga)
orang dan paling sedikit 30%. Hal ini menunjukkan bahwa pengawasan
akan semakin baik, sehingga ketidakefektifan pengawasan semakin
rendah dan kesempatan manajemen melakukan tindakan yang merugikan
perusahaan menjadi rendah.
3) Rationalization
Auditor Switch : auditor switch tidak berpengaruh terhadap kecurangan
laporan keuangan. hal ini juga terjadi karena perusahaan patuh terhadap
peraturan Menteri Keuangan No.20 Tahun 2015 pasal 11 ayat (1) terkait
pergantian auditor secara wajib, yang menjelaskan bahwa pemberian jasa
audit atas laporan keuangan historis terhadap suatu entitas oleh Akuntansi
Publik dibatasi 5 (lima) tahun buku berturut-turut.
Latar Belakang
1) Pengguna laporan keuangan yaitu investor, karyawan, pemberi pinjaman,
pemasok, usaha kreditor lain, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaga
lainnya dan masyarakat, maka laporan keuangan harus dibuat dengan benar,
akurat, relevan dan bebas dari kecurangan. Tapi manajemen tidak selalu bisa
mewujudkan hal tersebut, itulah kenapa manajemen bertindak untuk
melakukan kecurangan dalam membuat laporan keuangan
2) Hasil survei ACFE tahun 2016, menunjukkan bahwa fraud yang paling
merugikan di Indonesia adalah korupsi sebesar 77%, penyalahgunaan
aktiva/kekayaan organisasi sebesar 19%, dan kecurangan laporan keuangan
sebanyak 4%
3) Tindak korupsi yang seringkali dilakukan di antaranya adalah memanipulasi
pencatatan, penghilangan dokumen, dan mark-up yang merugikan keuangan
atau perekonomian negara. Kecurangan ini biasanya dipicu oleh adanya
keinginan untuk menampilkan atau menyajikan laporan keuangan yang baik
atau laporan keuangan yang surplus.
4) Hasil pemeriksaan BPK Perwakilan Jambi atas Sistem Pengendalian Internal,
Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) menemukan aset tetap peralatan dan
mesin tidak dapat di telusuri rinciannya pada DBMD sebesar
Rp.7.875.342.930,45 dan tidak diketahui keberadaannya sebesar Rp.
4.586.353.593,00 di Kota Jambi (LHP BPK Perwakilan Jambi, 2018).
5) Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK Perwakilan Jambi atas Sistem
Pemgendalian Internal, Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) menemukan
kesalahan belanja dan jasa serta pemberian remunerasi pegawai pada rumah
sakit umum Nurdin Hamzah Tanjung Jabung Timur tidak diatur dengan
peraturan Bupati sebesar Rp. 2.30 Miliar di Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Hasil Penelitian
1) Pengaruh Tekanan terhadap kecurangan laporan keuangan
Tekanan tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. . Data
penelitian menunjukkan bahwa tekanan yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah
di Provinsi Jambi tidak besar, sehingga tekanan untuk melakukan kecurangan
dapat diminimalisir. Hal ini terlihat dari indikator tekanan yang diukur dari
besarnya kewajiban/liabilitas yang dimiliki Pemerintah Daerah di Provinsi
Jambi dibandingkan dengan total aset. Total kewajiban pemda berkisar antara
Rp 0 hingga Rp 76 miliar, sedangkan aset pemda berkisar antara Rp 1,05
triliun hingga Rp 3,8 triliun. Perbandingan kewajiban dengan aset pemda
secara persentase menghasilkan angka yang sangat kecil yaitu 0,74%. Hal ini
menandakan bahwa tekanan yang terlalu kecil dari sisi kewajiban dapat
diabaikan, sehingga faktor tekanan bukan menjadi faktor yang mendorong
Pemerintah Daerah di Provinsi Jambi untuk melakukan kecurangan dalam
laporan keuangan.
2) Pengaruh Kesempatan terhadap Kecurangan Laporan Keuangan
Kesempatan berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Semakin
tinggi jumlah pendapatan transfer dari pihak pusat ke daerah maka semakin
tinggi pula pengawasan yang dilakukan. Pengawasan yang tinggi tentunya
akan mengurangi terjadinya kecurangan di Kabupaten dan Kota di Provinsi
Jambi.
3) Pengaruh Rasionalisasi terhadap Kecurangan Laporan Keuangan
Rasionalisasi berpengaruh tehadap kecurangan laporna keuangan.
Rasionalisasi berbicara tentang integritas yang dimiliki oleh aparatur. Semakin
tinggi integritas yang dimiliki aparatur, maka aparatur akan semakin
menghindari untuk berlaku curang dan sebaliknya. Rasionalisasi ini juga
berbicara tentang pembenaran diri. Apabila seseorang tahu bahwa
tindakannya keliru telah melakukan suatu kecurangan namun memiliki
pembenaran diri yang tinggi, maka orang tersebut tidak akan merasa bersalah
ketika sudah berlaku curang. Hal ini disebabkan oleh moral yang dimilikinya
rendah atau juga dapat disebabkan oleh lingkungan yang supportif. Kondisi
kecurangan pada pemerintah daerah beberapa waktu belakangan ini tidak
dilakukan secara pribadi, namun kolektif. Hal ini dapat berarti bahwa
pembenaran diri bisa muncul dari diri sendiri atau orang lain yang juga terlibat
4) Pengaurh Kapabilitas terhadap Kecurangan Laporan Keuangan
Kapabilitas tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
Kapabilitas yang diukur melalui pergantian kepala daerah ternyata tidak
membawa perubahan berarti pada penurunan kecur angan laporan
keuangan. Hal ini terkait dengan budaya yang dibawah oleh kepala daerah
baik yang lama maupun yang baru. Indonesia menurut hasil survei Corruption
Perception Index (CPI) pada tahun 2018 menempati peringkat 89 dari 168
dengan nilai 34 (Nilai 0 = tingkat korupsi tertinggi, nilai 100 = sangat bersih).
Skor 34 yang diperoleh Indonesia menunjukkan bahwa budaya fraud di
Indonesia telah menyebar baik di swasta maupun di pemerintahan. Budaya
fraud ini dapat menjangkit aparatur yang ada di birokrasi pemerintahan di
Indonesia, meskipun tidak berarti bahwa semua pejabat memiliki budaya
fraud ini. Pergantian kepala daerah di pemerintah daerah kota/kabupaten di
Provinsi Jambi harus memiliki komitmen yang tinggi untuk memberantas
fraud. Penelitian ini menunjukkan bahwa pergantian kepala daerah belum
mampu mengatasi masalah fraud laporan keuangan, sehingga kepala daerah
yang baru namun tidak memiliki budaya yang baik dan komitmen kuat belum
dapat mengatasi masalah ini.
Hasil Penelitian
1) Presurre
Finansial target : ROA : Roa tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan
keuangan. Hal ini dikarenakan manajer tidak menganggap bahwa target ROA
tersebut sebagai target keuangan yang sulit untuk dicapai sehingga tidak
memicu terjadinya kecurangan laporan keuangan.
2) Opportunity
Ineffective monitoring : BDOUT : Jumlah dewan komisaris tidak berpengaruh
terhadap kecurangan laporan keuangan. Hal ini menggambarkan bahwa
seharusnya semakin banyak dewan komisaris akan semakin baik
pengawasan dan jauh dari intervensi, namun kondisinya berbeda apabila
terdapat intervensi kepada dewan komisaris independen yang mengakibatkan
tidak objektifnya suatu pengawasan sehingga jumlah atau banyaknya dewan
komisaris independen dalam suatu perusahaan bukan merupakan suatu
faktor yang signifikan dalam peningkatan pengawasan
3) Rationalization
Rasionalization diproksikan dengan rasio total accrual asset. TACC : Total
aset berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Hal ini
menggambarkan yaitu Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya
kecurangan karena pelaku mencari pembenaran atas tindakannya.
Pembenaran ini terjadi saat pelaku ingin membahagiakan keluarga dengan
cara mendapatkan sesuatu yang lebih (kenaikan gaji, posisi lebih tinggi)
karena keuntungan perusahaan meningkat.
4) Capability/Competence
Pergantian Direktur : COD : COD Tidak bepengaruh terhadap kecurangan
laporan keuangan. Dimana kemampuan yang dimiliki adalah peluang dalam
mengendalikan internal control dan pengendalian situasi untuk
kepentingannya sendiri. Direktur yang tidak maksimal dalam bekerja akan
digantikan oleh direktur yang lebih kompeten dan dapat bekerja maksimal
guna meningkatkan kualitas perusahaan yang lebih baik lagi.
5) Arrogance
Frequent number of CEO’s picture : CEOPIC tidak bepengaruh terhadap
kecurangan laporan keuangan. perilaku superioritas dan keserakahan dari
perilaku kejahatan yang mempercayai bahwa kebijakan dan prosedur
perusahaan tidak diterapkan kepadanya. Semakin banyak foto yang
terpampang, maka semakin tinggi tingkat arogansinya.
6) Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan dapat memoderasi total aset (TACC/ Rasionalization)
dikarenakan ukuran perusahaan yang besar akan mengecilkan laba agar tidak
ada regulasi atau pajak baru yang ditetapkan untuk mereka, karena total aset
yang tinggi pada perusahaan yang terdaftar di BEI, maka otomatis akan
melakukan praktik tersebut. Namun untuk ukuran perusahaan tidak mampu
memoderasi hubungan Presure, Opportunity, competence dan arrogance
dalam penelitian ini karena pemantauan untuk variabel tersebut dianggap
baik.
4. LATIHAN SOAL
1. Carilah artikel ilmiah mengenai fraud, lalu identifikasi artikel tersebut seperti yang
sudah dipelajari!
5. DAFTAR PUSTAKA
• https://noviyani34.blogspot.com/2018/09/teori-teori-fraud.html
• Akun Fadly, Ilham Wahyudi dan Susfa Yetti. 2020. Pengaruh Fraud Diamond
Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan Pada Kabupaten Dan Kota Di
Provinsi Jambiperiode 2014 –2018
• Siti nuryaliza dan Dedik Nur Triyanto. 2019. Pengaruh Fraud Triangle
Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan