Anda di halaman 1dari 35

BAB 1        

PROFESI AKUNTAN PUBLIK


Definisi Auditing sesuai dari ASOBAC (A Statement Of Basic Auditing Concepts).
Suatu proses sistematis untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif
mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan
tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan
menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.Dari definisi tersebut ada
tujuh (7) elemen yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Proses yang sistematis Rangkaian proses & prosedur yang bersifat logis, terstruktur dan
terorganisasi.
2. Menghimpun dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengungkapkan fakta apa adanya, tidak
bias, tidak memihak dan tidak berprasangka buruk.
3. Asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi.pernyataan tentang tindakan
dan kejadian ekonomi yang merupakan hasil proses akuntansi dan yang dinyatakan dalam satuan
uang dan harus dipertanggung jawabkan oleh manajemen.
4. Menentukan tingkat kesesuaian (degres of correspondence) Penghimpunan dan
pengevaluasian bukti-bukti dengan maksud untuk menentukan dekat tidaknya pernyataan-
pernyataan dengan kriteria yang telah ditetapkan.
5. Kriteria yang ditentukan.Merupakan standar pengukuran berupa prinsip akuntansi yang
berlaku umum (SAK),aturan spesifik yang ditentukan oleh badan legeslatif atau anggaran/ukuran
lain kinerja manajemen.
6. Menyampaikan hasil-hasilnya.Hasil audit dikomunikasikan melalui laporan tertulis yang
mengindikasikan tingkat kesesuaian antara aseri-asersi dengan kriteria yang telah ditentukan.
7. Para pemakai yang berkepentingan.Meliputi : investor maupun calon investor di pasar modal,
pemegang saham, kreditor maupun calon kreditor, badan pemerintahan, manajemen dan public
pada umumnya.
Sedangkan definisi menurut Auditing Practices Committee (APC) dapat disimpulkan menjadi
tiga (3) elemen fundamental dalam auditing yaitu :
1. Seorang auditor harus independen.
2. Auditor bekerja mengumpulkan bukti-bukti untuk mendukung pendapatnya.
3. Hasil pekerjaan auditor adalah laporan (report)
Tipe / Klasifikasi Audit Menurut Kell dan Boyton klasifikasi audit berdasarkan tujuannya dibagi
dalam 3 (tiga) kategori :
1. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit) Untuk memberikan pendapat apakah
laporan keuangan telah disajikan secara wajar (fairness) sesuai kriteria PABU (Prinsip Akuntansi
yang Berterima Umum) dan dilakukan oleh External Auditor
2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit) Untuk menentukan apakah kegiatan financial maupun
operasi tertentu dari suatu entitas sesuai dengan kondisi-kondisi, aturan-aturan, dan regulasi yang
telah ditentukan, misalnya ketepatan SPT-Tahunan dengan UU Pajak Penghasilan.
3. Audit Operasional (Operasional Audit) Tujuan untuk menilai prestasi,mengidentifikasikan
kesempatan untuk perbaikan, dan membuat rekomendasi untuk pengembangan dan perbaikan,
dan tindakan lebih lanjut.Ukuran kesesuaiannya adalah keefisienan (perbandingan antara
masukan dengan keluaran), keefektifan (perbandingan antara keluaran dengan target yang
ditetapkan), serta kehematan/ keekonomisan. Audit ini sering disebut Manajemen audit atau
performance audit.
Klasifikasi Berdasarkan Pelaksana Audit.
1. Auditing Eksternal Merupakan kontrol sosial yang memberikan jasa untuk memenuhi
kebutuhan informasi untuk pihak luar perusahaan dengan tujuan memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan. Pelaksana adalah Akuntan Publik yang dibayar oleh manajemen
perusahaan yang diperiksa.
2. Auditing Internal Merupakan kontrol organisasi yang mengukur dan mengevaluasi efektifitas
organisasi dan hasilnya untuk manajemen organisasi itu sendiri. Auditor internal ini bertanggung
jawab terhadap pengendalian intern perusahaan demi tercapainya efisiensi, efektifitas dan
ekonomis serta ketaatan pada kebijakan yang diambil oleh perusahaan. Fungsi auditor internal
adalah membantu manajemen dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegiatan perusahaan.
3. Auditing Sektor Publik Merupakan kontrol atas organisasi pemerintah yang memberikan
jasanya kepada masyarakat seperti pemerintah pusat maupun daerah. Auditor ini dibayar oleh
pemerintah.
Klasifikasi Atas Dasar Audit Operasional Menurut Ricchiute tipe audit selain financial
statements audit meliputi :
· Operational Audits yakni suatu audit yang dirancang untuk menilai efisiensi dan efektifitas dari
prosedurpprosedur operasi manajemen. Pelaksananya adalah Auditor Internal.
· Financial dan Compliance Audits, yakni audit yang menyerupai audit laporan keuangan tetapi
dapat dilakukan oleh sektor publik serta audit eksternal .
· Economy dan Efficiency Audits, yakni menyerupai operasional audit tetapi dilakukan oleh
sektor publik atau sektor pemerintahan.
· Program Results Audits yakni audit yang dilakukan oleh pemerintah.Untuk menentukan apakah
suatu entitas mencapai hasil-hasil yang diinginkan oleh lembaga legislative, dan apakah entitas
tsb telah mempertimbangkan alternatif-alternatif yang tersedia dengan hasil yang sama tetapi
dengan biaya yang lebih rendah.
TIPE AUDITOR
1. Auditor Internal Pelaksana merupakan karyawan suatu perusahaan tempat mereka melakukan
audit. Tujuannya adalah untuk membantu manajemen dalam melaksanakan tanggung jawabnya
secara efektif.
2. Auditor Pemerintah Pelaksana adalah auditor yang bekerja di Instansi pemerintah dengan
tujuan utamanya untuk melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan dari berbagai unit
organisasi dalam pemerintahan. Misalnya : BPKP dan BPK serta auditor perpajakan.
3. Auditor Independen (Akuntan Publik) Para praktisi individual atau anggota akuntan publik
yang memberikan jasa auditing professional kepada klien.
PROFESI AKUNTAN PUBLIK
Dasar : menurut Pasal 6 SK. Menkeu No. 43/1997 , izin untuk membuka Kantor Akuntan Publik
(KAP) akan diberikan apabila pemohon memenuhi persyaratan sbb. :
1. Berdomisili di wilayah Indonesia
2. Memiliki Registier Akuntan
3. Menjadi anggota IAI
4. Lulus ujian Sertifikasi AKuntan Publik yang diselenggarakan oleh IAI
5. Memiliki pengalaman kerja minimal 3 tahun sebagai akuntan dan pengalaman audit umum
sekurang-kurangnya 3.000 jam dengan reputasi baik.
6. Telah menduduki jabatan manajer atau ketua tim dalam audit umum sekurang-kurangnya 1
tahun.
7. Wajib mempunyai KAP atau bekerja pada Koperasi Jasa Audit.Menurut sejarah untuk
menjalani profesi akuntan publik harus memiliki register akuntan yang keluarkan oleh
Departemen Keuangan RI sebagaimana diatur pada pasal 3 ayat 4 Undang-undang No. 34 tahun
1954 tentang pemakaian gelar akuntan. Nomor register hanya dapat dberikan oleh Departemen
Keuangan R.I kepada :
a. Lulusan Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Universitas Negeri yang telah mendapat
persetujuan dari Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan kebudayaan.
b. Telah lulus mengikuti Ujian Negara Akuntansi (UNA)
HIRARKI KANTOR AKUNTAN PUBLIK
Hirarki staf oraganisasi kantor akuntan publik sbb. :
1. Partner (1 orang) Merupakan Top Legal Client Relationship dengan tugas me-review
(menelaah) pekerjaan audit, menandatangani laporan audit, menyetujui masalah fee dan
penagihannya, dan penanggungjawab atas segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan audit.
2. Manajer (1-2 orang) Merupakan staf yang banyak berhubungan dengan klien, mengawasi
langsung pelaksanaan tugas-tugas audit, me-review lebih rinci terhadap pekerjaan audit, dan
melakukan penagihan atas fee audit.
3. Akuntan Senior (3-4 orang) Merupakan staf yang bertanggung jawab langsung terhadap
perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan audit,dan me-review pekerjaan para akuntan yunior
yang dibawahinya.
4. Akuntan Yunior (5-6 orang) Merupakan staf pelaksana langsung dan bertanggung jawab atas
pekerjaa lapangan.
JASA YANG DIBERIKAN AKUNTAN PUBLIK
1. Jasa Atestasi.
Suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan seseorang yang independen dan kompeten
mengenai kesesuaian, dalam segala hal yang signifikan, asersi suatu entitas dengan kriteria yang
telah ditetapkan.
Ada 4 (empat) jenis jasa atetasi yang diberikan oleh kantor akuntan publik :
1) Audit Contoh : Audit atas laporan keuangan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran
laporan keuangan.
2) Pemeriksaan (Examination) Contoh : pemeriksaan proyeksi bisnis atau laporan keuangan
prospektif, dan pemeriksaan kesesuaian pengendalian internal perusahaan dengan kriteria yang
ditetapkan pemerintah.
3) Penelaahan (Review) Dilakukan dengan wawancara dengan manajemen dan analisis
komparatif informasi keuangan suatu perusahaan.
4) Prosedur yang disepakati bersama (Agreed-Upon Procedures) Contoh : auditor dan klien
sepakat bahwa prosedur tertentu akan dilakukan atas elemen tertentu laporan keuangan misalnya
akun atau rekening kas dan surat berharga.
2. Jasa Nonatestasi.
Jasa ini diberikan oleh Kantor Akuntan Publik meliputi ;
- Jasa Akuntansi melalui aktifitas pencatatan, penjurnalan, posting, jurnal penyesuaian dan
penyusunan laporan keuangan klien serta perancangan sistem akuntansi klien).
- Jasa Perpajakan Meliputi pengisian surat laporan pajak, perencanaan pajak dan juga penasihat
dalam masalah perpajakan dan melakukan pembelaan bila perusahaan yang menerima jasa
sedang mengalami permasalahan dengan Kantor Pajak.
- Jasa Konsultasi Manajemen Fungsi pemberian konsultasi dengan memberikan saran dan
bantuan teknis kepada klien untuk peningkatan penggunaan kemampuan dan sumber daya untuk
mencapai tujuan perusahaan klien.
STANDAR PROFESI AKUNTAN PUBLIK
Sesuai Standar Profesional Akuntan Publik / SPAP (IAI, 2001) ada 6 (enam) tipe yaitu :
1. Standar Auditing.Merupakan panduan audit atas laporan keuangan historis. Standar ini terdiri
10 standar yang dirinci dalam bentuk PSA (Pernyataan Standar Auditing) yaitu : Interpretasi
Pernyataan Standar Auditing (IPSA) yang merupakan intrepretasi resmi yang dikeluarkan oleh
Dewan terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh Dewan PSA.
2. Standar Atestasi.Memberikan rerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang
mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang diberikan dalam jasa audit atas laporan keuangan
historis, pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, serta tipe perikatan atestasi lain yang
memberikan keyakinan yang lebih rendah (review, pemeriksaan dan prosedur yang disepakati).
Yang termasuk didalam pernyataan standar atestasi adalah IPSAT ( Interpretasi Pernyataan
Standar Atestasi).
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review.Memberikan rerangka untuk fungsi nonatestasi bagi jasa
akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Yang termasuk didalam jasa
akuntansi dan review adalah IPSAR (Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi dan Review).
4. Standar Jasa Konsultasi.Memberikan panduan bagi praktisi yang memberikan jasa konsultasi
bagi kliennya melalui kantor akuntan publik. Jasa ini hanya menyajikan temuan, kesimpulan dan
rekomendasi
5. Standar Pengendalian Mutu.Memberikan panduan bagi kantor akuntan publik didalam
melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi
berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan Aturan
Etika Kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh Kompartemen Akuntan Publik, Ikatan
Akuntan Indonesia.
6. Aturan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik.
BAB 2
ETIKA PROFESIONAL

KODE ETIK IKATAN AKUTANSI INDONESIA


Kode Etik Profesi Akuntan Publik (sebelumnya disebut Aturan Etika Kompartemen
Akuntan Publik) adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota Institut
Akuntan Publik Indonesia atau IAPI (sebelumnya Ikatan Akuntan Indonesia -
Kompartemen Akuntan Publik atau IAI-KAP) dan staf profesional (baik yang anggota
IAPI maupun yang bukan anggota IAPI) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik
(KAP).
Dalam konggres 1986, nama Kode Etik Ikatan Akutansi Indonesia diubah menjadi
“Kode Etik Akutan Indonesia”. Pasal-pasal dalam Kode Etik Akutan dikelompokkan menjadi
dua golongan : (1) Pasal-pasal yang mengatur prilaku semua akutan anggota IAI. (2) Pasal-pasal
yang mengatur semua akutan yang berpraktik dalam profesi akutan publik.
Kode Etik Akutan Indonesia ada 9 bagian :

1)      Pembukaan
2)      Bab I  Kepribadian
3)      Bab II Kecakapan Profesional
4)      Bab III Tanggung Jawab
5)      Bab IV Ketentuan Khusus
6)      Bab V Pelaksanaan Kode Etik
7)      Bab VI Suplemen dan Penyempurnaan
8)      Bab VII Penutup
9)      Bab VIII Pengesahan

Pada tahun1998 sampai sekarang nama itu diubah kembali ke “Kode Etik Ikatan Akutansi
Indonesia (Kode Etik IAI). Dengan struktur etika profesional yang baru yaitu “Delapan Prinsip
Etika” yang berlaku bagi seluruh anggota IAI (seluruh Kompartemen dibawah naungan IAI)
AKUTAN PUBLIK DAN AUDITOR INDEPENDEN
Profesi akuntan publik menghasilkan berbagai jasa bagi masyarakat, yaitu jasa
assurance, jasa atestasi, dan jasa nonassurance. 
• Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu
informasi bagi pengambil keputusan. 
• Jasa atestasi terdiri dari audit, pemeriksaan (examination), review, dan prosedur yang
disepakati (agreed upon procedure). 
• Jasa atestasi adalah suatu pernyataan pendapat, pertimbangan orang yang
independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai dalam semua hal
yang material, dengan kriteria yang telah ditetapkan. 
• Jasa nonassurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di dalamnya
ia tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk
lain keyakinan. Contoh jasa nonassurance yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik
adalah jasa kompilasi, jasa perpajakan, jasa konsultasi.
Auditor Independen : akutan publik yang melaksanakan penugasan audit atas laporan
keuangan historis yang menyediakan jasa audit atas dasar standart auditing SPAP.
KERANGKA KODE ETIK IAI
(1)   Prinsip Etika, (2) Aturan Etika, (3) Interprestasi Aturan Etika, (4) Tanya dan Jawab
1.      PRINSIP ETIKA
a.       Prinsip Pertama: Tanggung Jawab Profesi
Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan
peranan tersebut, anggota memiliki tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional
mereka.
b.       Prinsip Kedua: Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada
publik, mengormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
c.        Prinsip Ketiga: Integritas
Integritas adalah suatu satu kesatuan yang mendasari munculnya pengakuan profesional.
Integritas merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan publik dan merupakan standar bagi
anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya.
d.       Prinsip Keempat: Objektivitas
Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota
berdasarkan apa yang telah pemberi nilai dapatkan. Prinsip objektivitas mengharuskan anggota
bersikap adil, tidak memihak, jujur, secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas
dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain
e.       Prinsip Kelima: Kompetensi dan Kehati- hatian Profesional
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota tidak diperkenankan
menggambarkan pengalaman kehandalan kompetensi atau pengalaman yang belum anggota
kuasai atau belum anggota alami. Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi 2 fase yang
terpisah: (1) Pencapaian Kompetensi Profesional.(2) Pemeliharaan Kompetensi Profesional
f.       Prinsip Keenam: Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selam melakukan jasa
profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan.
Anggota mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa staff di bawah pengawasannya dan
orang- orang yang diminta nasihat dan bantuannya menghormati prinsip kerahasiaan.
g.      Prinsip Ketujuh: Perilaku Profesional
Kewajiban untuk menghindari perbuatan atau tingkah laku yang dapat mendiskreditkan atau
mengurangi tingkat profesi harus dipenuhi oleh anggota sebgai perwujudan tanggung jawabnya
kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staff, pemberi kerja dan masyarakat
umum.
h.      Prinsip Kedelapan : Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan profesionalitasnya sesuai dengan standar teknis dan standar
professional yang ditetapkan secara relevan. Standar teknis dan standar professional yang harus
ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh IAI, International Federation of
Accountants, badan pengatur, dan peraturan perundang- undangan yang relevan.
2.      ATURAN ETIKA KOMPARTEMEN AKUTAN PUBLIK
a)      101 Independensi : Dalam menjalankan tugas seorang anngota KAP harus menerapkan sikap
independensi baik dalam fakta maupun penampilan.
b)      102 Integritas dan Objektivitas : Seorang anggota KAP harus bebas dari benturan kepentingan
dan tidak boleh membiarkan fakta salah saji material.
c)      201 Standart Umum : Anggota KAP harus mematuhi standart umum yang sudah ditetapkan
oleh IAI.
d)     202 Kepatuhan terhadap Standart : Anggota KAP dalam melakukan tugas jasa auditing wajib
mematuhi standart yang dikeluarkan oleh IAI.
e)      300 Tanggung Jawab Kepada Klien : Anggota KAP harus bertanggung jawab atas
pekerjaanya terhadap orang atau badan yang mengadakan perikatan dengan KAP.
f)       400 Tanggung Jawab Kepada Rekan Seprofesi
g)      500 Tanggung Jawab dan Praktik lain

BAB 3
BUKTI AUDIT
.
ARSESI MANAJEMEN DALAM LAPORAN KEUANGAN
Arsesi : pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen laporan
keuangan. Pernyataan tersebut dapat bersifat implisit atau eksplisit  serta dapat
diklasifikasikan berdasarkan penggolongan besar sebagai berikut ini:
1)      Asersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan apakah aktiva atau utang
entitas ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama periode
tertentu.
2)      Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun yang
seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan di dalamnya. Sebagai contoh,
manajemen membuat asersi bahwa seluruh pembelian barang dan jasa dicatat dan dicantumkan
dalam laporan keuangan. Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa utang usaha di
neraca telah mencakup semua kewajiban entitas.
3)      Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah aktiva merupakan hak entitas
dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu
4)      Asersi tentang penilaian atau alokasi berhubungan dengan apakah komponen- komponen
aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan keuangan pada
jumlah yang semestinya
5)      Asersi tentang penyajian dan pengungkapan berhubungan dengan apakah komponen-
komponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan semestinya
STANDART PEKERJAAN LAPANGAN KETIGA
Standart pekerjaan lapanga ketiga berbunyi : “Bukti kompeten yang cukup harus diperoleh
melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang layak
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.”
Empat standar penting itu sebagai berikut :
a)      Bukti Audit
Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan oleh auditor dalam pembuatan kesimpulan
(opini) dibuat. Bukti audit termasuk di dalamnya adalah: (1). catatan akuntansi yang
menghasilkan laporan keuangan, dan (2). Informasi lainnya yang berhubungan/terkait dengan
catatan akuntansi dan pendukung alasan logis dari auditor tentang laporan keuangan yang layak.
b)      Cukup atau tidaknya bukti audit : berkaitan dengan kuantitas bukti yang harus dikumpulkan
oleh auditor. Faktor yang mempengaruhinya adalah (a) Materialitas dan resiko, (b) Faktor
Ekonomi (c) Ukuran dan karakteristik populasi
c)      Kompetensi Bukti Audit : berhubungan dengan kualitas atau keandalan data dan informasi
penguat
d)     Bukti Audit sebagi Dasar yang Layak Menyatakan Pendapat Auditor : Pertimbangan
auditor tentang kelayakan bukti audit dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini : (a)
Pertimbangan Profesional (b) Integritas manajemen (c) Kepemilikan publik versus terbatas (d)
Kondisi keuangan

TIPE BUKTI AUDIT


1.       Tipe Data Akutansi
a)      Pengendalian Intern Sebagai Bukti
Pengendalian intern yang dibentuk dalam setiap kegiatan perusahaan dapat digunakan untuk
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Auditor harus mengetahui bahwa klien telah
merancang pengendalian intern dan telah melaksanakannya dalam kegiatan usahanya setiap hari,
hal ini merupakan bukti yang kuat bagi auditor mengenai keandalan informasi yang dicantumkan
dalam laporan keuangan.
b)      Catatan Akuntansi Sebagai Bukti
Auditor melakukan verifikasi terhadap suatu jumlah yang tercantum dalam laporan
keuangan,dengan melakukan penelusuran kembali jumlah tersebut melalui catatan akuntansi.
Dengan demikian, catatan akuntansi merupakan bukti audit bagi auditor mengenai pengolahan
transakasi keuangan yang telah dilakukan oleh klien.

2.       Tipe Informasi Penguat


         Bukti Fisik
Bukti fisik adalah bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau perhitungan aktiva
berwujud. Pengamatan fisik terhadap suatu aktiva merupakan cara untuk mengidentifikasi
sesuatu yang diperiksa, untuk menentukan kuantitas, dan merupakan suatu usaha untuk
menentukan mutu atau keaslian kekayaan tersebut.
         Bukti Dokumenter
Bukti dokumenter adalah bukti yang terbuat dari kertas bertuliskan huruf dan atau angka atau
symbol-simbol yang lain.
         Perhitungan Sebagai Bukti
Perhitungan yang dilakukan sendiri oleh auditor, dapat berupa:
1. Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan vertikal.
2.Cross-footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal.
3.Pembuktian ketelitian perhitungan biaya depresiasi dengan cara menggunakan tarif depressiasi
yang digunakan oleh klien.
4.Pembuktian ketelitian penentuan taksiran kerugian piutang usaha, labaper saham yang beredar,
taksiran pajak perseroan, dan lain-lain.
         Bukti Lisan
Dalam rangka mengumpulkan bukti, auditor banyak meminta keterangan secara lisan dari klien
terutama para manajer. Jawaban lisan yang diperoleh dari permintaan keterangan tersebut
merupakan tipe bukti lisan.
         Perbandingan
Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna penyelidikan yang lebih
intensif, auditor melakukan analis terhadap perbandingan setiap aktiva, utang, penghasilan, dan
biaya dengan saldo yang berkaitan dalam tahun sebelumnya.
         Bukti dari Spesialis
Spesialis adalah seorang atau perusahaan yang memiliki keahlian atau pengetahuan khusus
dalam bidang selain akuntansi dan auditing. Pada umumnya spesialis yang digunakan oleh
auditor bukan orang atau perusahaan yang mempunyai hubungan dengan klien.

PROSEDUR AUDIT

Prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor meliputi:

1. Inspeksi
2. Pengamatan
3. Konfirmasi
4. Permintaan keterangan
5. Penelusuran
6. Pemeriksaan dokumen pendukung.
7. Perhitungan
8. Scanning
9. Pelaksanaan ulang
10. Teknik audit berbantuan komputer (computer-assisted audit techniques)

SITUASI AUDIT YANG MENGANDUNG RISIKO BESAR


Dalam situasi tertentu , resiko terjadinya kesalahan dan penyajian yang salah dalam akun dan di
dalam laporan keuangan jauh lebih besar dibandingkan dengan situasi yang biasa.  Oleh karena
itu, auditor harus waspada jika menghadapi situasi audit yang mengandung risiko besar seperti:
a.       Pengendalian Intern yang Lemah.
b.      Kondisi Keuangan yang tidak Sehat
c.       Manajemen yang tidak dapat Dipercaya
d.      Penggantian Auditor
e.       Perubahan Tarif atau Peraturan Pajak atas Laba
f.       Usaha yang Bersifat Spekulatif
g.      Transaksi perusahaan yang Kompleks

KEPUTUSAN YANG HARUS DIAMBIL OLEH AUDITOR BERKAITAN DENGAN


BUKTI AUDIT
Dalam proses pengumpulan bukti audit,auditor melakukan 4 pengambilan keputusan yang saling
berkaitan, yaitu:

1) Penentuan prosedur audit yang akan digunakan


2) Penentuan Besarnya Sampel
3) Penentuan Unsur Tertentu yang Dipilih Sebagai Anggota Sampel
4) Penentuan Waktu yang Cocok untuk Melaksanakan Prosedur Audit

BAB 4
KERTAS KERJA

KONSEP KERTAS KERJA


Kertas Kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan auditor mengenai prosedur
audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya
dan   kesimpulan yang dibuatnya berkenan dengan pelaksanaan audit.
Isi Kertas Kerja : 
1) Telah dilaksanakan standar pekerjaan lapangan pertama yaitu pemeriksaan telah direncanakan
dan disupervisi dengan baik.
2)  Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan kedua yaitu pemahaman memadai atas
pengendalian intern telah diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan
lingkup pengujian yang telah dilakukan.
3)  Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan ketiga yaitu bukti audit telah diperoleh,
prosedur audit telah ditetapkan, dan pengujian telah dilaksanakan , yang memberikan bukti
kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan
auditan.

Tujuan Kertas Kerja :


1)      Mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan auditan.
2)      Menguatkan simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya.
3)      Mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap audit.
4)      Memberikan pedoman dalam audit berikutnya.

KEPEMILIKAN KERTAS KERJA


Kertas kerja adalah milik kantor akutan publik, bukan milik klien atau milik pribadi auditor.
Namun hak kepemilikan kertas kerja oleh kantor akuntan publik masih tunduk pembatas-
pembatasan yang diatur dalam Kode Etik Akutansi Indonesia yang berlaku untuk menghindari
hal hal yang bersifat rahasia.
FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN AUDITOR DALAM
PEMBUATAN KERTAS KERJA
a)      Lengkap : kertas kerja harus lengkap berisi informasi yang pokok, dan tidak memerlukan
tambahan penjelasan lisan.
b)      Teliti : Auditor harus memperhatikan ketelitian dalam penulisan dan perhitungan sehingga
kertas kerja bebas dari kesalahan tulis dan hitu ng.
c)      Ringkas : Kertas kerja harus dibatasi dalam penyajian informasi yang pokok saja sehingga tidak
berkesan bertele-tele.
d)     Jelas : isi Kertas kerja harus jelas dalam penyajianya, perlu dihindarinya penggunaan istilah yang
bermakna ganda
e)      Rapi : Kerapian dalam pembuatan kertas kerja mempermudah auditor senior untuk me-review
pekerjaan audit tersebut.
TIPE KERTAS KERJA
1.    Program audit,yaitu daftar prosedur audit untuk pemeriksaan elemen-elemen tertentu.
2.    Working trial balance, adalah suatu daftar yang berisikan saldo berbagai akun buku besar pada
akhir tahun yang diaudit dan pada akhir tahun sebelumnya.
3.    Ringkasan jurnal penyesuaian dan jurnal pengklasifikasian kembali, yaitu jurnal untuk
mengoreksi kembali atas kesalahan yang dilakukan auditor.
4.    Daftar pendukung, yaitu daftar untuk melakukan verikasi elemen-elemen yang terdapat dalam
laporan keuangan
5.    Daftar utama, yaitu ringkasan akun-akun yang saling berkaitan.
6.    Memorandum audit dan dokumentasi audit merupakan data tertulis yang disiapkan auditor
dalam bentuk negatif.
7.    Skedul dan analisis, yaitu akun yang ditunjukan dalam masing-masing buku besar dan
mengidentifikasinya.

EMBERIAN INDEKS PADA KERTAS KERJA


Pemberian indeks terhadap kertas kerja akan memudahkan pencarian informasi dalam bebagai
daftar yang terdapat diberbagai tipe kertas kerja. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam
pemberian indeks kertas kerja adalah sebagai berikut :
1)      Setiap kertas kerja harus diberi indeks, dapat disudut atas atu di sudut bawah.
2)      Pencantuman indeks silang (cross index) harus dilakukan sebagai berikut :
1.    Indeks silang dari skedul utama.
2.    Indeks silang dari skedul akun pendapatan dan biaya.
3.    Indeks silang antarskedul pendukung.
4.    Indeks silang dari skedul pendukung ke ringkasan jurnal adjusment.
5.    Indeks silang dari skedul utama ke working trial balance.
6.    Indeks silang dapat digunakan pula untuk menghubungkan program audit dengan kertas kerja.
3)      Jawaban konfirmasi, pita mesin hitung, print-out komputer, dan sebagainya tidak diberi
indeks kecuali jika dilampirkan di belakang kertas kerja yang berindeks.

METODE PEMBERIAN INDEKS KERTAS KERJA


Ada tiga metode pemberian indeks terhadap kertas kerja :
1.    Indeks angka. Kertas kerja utama dan skedul utama diberi indeks dengan angka, sedangkan
skedul pendukung diberi subindeks dengan mencantumkan nomor kode skedul utama yang
berkaitan.
2.    Indeks kombinasi angka dan huruf. Kertas kerja utama dan skedul utama diberi kode huruf,
sedangkan skedul pendukungnya diberi kode kombinasi huruf dan angka.
3.    Indeks angka berurutan. Kertas kerja diberi angka yang berurutan.

SUSUNAN KERTAS KERJA


Auditor biasanya menyelenggarakan dua macam arsip kertas kerja untuk setiap kliennya :
       Arsip audit tahunan untuk setiap audit yang telah selesai dilakukan, yang disebut arsip
kini (current file)
       Arsip permanen (permanent file) untuk data yang secara relatif tidak mengalami perubahan.
Arsip kini berisi kertas kerja yang informasinya hanya mempunyai manfaat untuk tahun yang
diaudit saja. Arsip permanen berisi informasi sebagai berikut :
1.         Copy anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien
2.         Bagan organisasi dan luas wewenang serta tanggung jawab para manajer
3.         Pedoman akun, pedoman prosedur, dan data lain yang behubungan dengan pengendalian
4.         Copy surat perjanjian penting yang mempunyai  masa laku jangka panjang.
5.         Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk pokok perusahaan
6.         Copy notulen rapat direksi, pemegang saham, dan komite-komite yang dibentuk klien.

Pembentukan arsip permanen ini mempunyai tiga tujuan yaitu :


a)      Untuk menyegarkan ingatan auditor mengenai informasi yang akan digunakan dalam audit
tahun-tahun mendatang.
b)      Untuk memberikan ringkasan mengenai kebijakan dan organisasi klien bagi staf yang baru
pertama kali menangani audit laporan keuangan klien tersebut.
c)      Untuk menghindari pembuatan kertas kerja yang sama dari tahun ke tahun.

BAB 5
PENERIMAAN PERIKATAN DAN PERENCANAAN AUDIT

TAHAP TAHAP AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN


a)      Penerimaan Perikatan : Kesepakatan kedua belah pihak untuk mengadakan suatu ikatan
perjanjian, dalam perikatan audit, klien yang memerlukan jasa auditing mengadakan suatu
perikatan dengan auditor.
b)      Perencanaan Audit : Setelah auditor memutuskan untuk menerima perikatan audit dari kliennya,
langkah berikutnya yang perlu ditempuhhhh adalah merencanakan audit. Ada tujuah tahap yang
harus ditempuh oleh auditor dalam merencanakan auditnya.
c)      Pelaksanaan Pengujian Audit ; atau disebut juga pelaksaan pekerjaan lapangan,
bertujuan untuk memperoleh bukti audit tentang efektifitas pengendalian intern klien.
d)      Pelaporan Audit : merupakan tahap terakhir ddan harus mengacu pada “standart
pelaporan”, dengan dua langkah (1)menyelesaikan audit dengan meringkas semua
hasil pengujian dan menarik kesimpulan, (2) menerbitkan laporan audit.

TAHAP TAHAP PENERIMAAN PERIKATAN AUDIT


a.        Mengevaluasi
integritas manajemen
Audit atas laporan keuangan bertujuan untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan yang
disajikan oleh manajemen. Oleh karena itu, utnuk dapat, menerima perikatan audit, auditor
berkepneitngan untuk mengevaluasi integritas manajemen, agar auditor mendapatkan keyakinan
bahwa manajemen perusahaan klien dapat dipercaya, sehingga laporan keuangan yang diaudit
bebas dari salah saji material sebagai akibat dari adanya integritas manajemen.
b.      Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa
Faktor yang perlu dipertimbangkan oleh auditor tentang kondisi khusus dan risiko luar biasa
yang mungkin berdampak terhadap penerimaan perikatan audit dari calon klien dapat diketahui
dengan cara:
Ø  Mengidentifikasi pemakai laporan audit
Ø  Mendapatkan informasi tentang stabilitas keuangan dan legal calon klien di masa depan,
Ø  Mengevaluasi kemungkinan dapat atau tidaknya laporan keuangan calon klien diaudit.

c.       Menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit


Standar umum yang pertama berbunyi sebagai berikut; “Audit harus dilaksanakan oleh seorang
atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.”  Oleh karena itu,
sebelum auditor menerima suatu perikatan audit, ia harus mempertimbangkan apakah ia dan
anggota tim auditnya memiliki kompetensi memadai untuk menyelesaikan perikatan tersebut,
sesuai standatr auditing yang ditetapkan oleh IAI ( Ikatan Akuntan Indonesia).

d.      Menilai independensi
Standar umum yang kedua: “dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.”  Oleh karena itu, sebelum auditor
menerima suatu perikatan audit, ia harus memastikan bahwa setiap profesional yang menjadi
anggota tim auditnya tidak terlibat atau memiliki kondisi yang menjadikan independensi tim
auditnya diragukan oleh pihak yang mengetahui salah satu dari delapan golongan informasi.

e.       Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya


dengan  kecermatan dan keseksamaan.
Standar umum yang ketiga berbunyi sebagai berikut: “ dalam pelaksanaan audit dan penyusunan
laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.”
Dengan demikian, kecermatan dan keseksamaan penggunaan kemahiran profesional auditor
ditentukan oleh ketersediaan waktu yang memadai untuk merencanakan dan melaksanakan audit.

f.       Membuat surat perikatan audit


Surat perikatan audit dibuat oleh auditor untuk kliennya yang berfungsi untuk
mendokumentasikan dan menegaskan penerimaan auditor atas penunjukkan oleh klien, tujuan
dan lingkup audit, lingkup tanggungjawab yang dipikul oleh auditor bagi kliennya.

PERENCANAAN AUDIT
Setelah auditor memutuskan untuk menerima perikatan audit dari kliennya, langkah berikutnya
yang perlu ditempuhhhh adalah merencanakan audit. Ada tujuah tahap yang harus ditempuh oleh
auditor dalam merencanakan auditnya:
1)      Memahami bisnis dan industri klien
Pemahaman atas bisnis klien memberikan panduan tentang sumber informasi bagi auditor untuk
memahami bisnis dan industri klien.
2)      Melaksanakan prosedur analitik
Prosedur analitik memberikan panduan bagi auditor dalam menggunakan prosedur analitik pada
tahap perencanaan audit, pada tahap pengujian dan pada tahapreview menyeluruh terhadap hasil
audit. Prosedur analitik dilaksanakan melalui enam tahap, yaitu:
         Menidentifikasi perhitungan/perbandingan yang harus dibuat
         Megembangkan harapan
         Melaksanakan perhitungan/perbandingan
         Menganalisa data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan
         Menyelidiki perbedaan signifikan yang tidak terduga dan mengevaluasi perbedaan tersebut
         Menentukan dampak hasil prosedur analitik terhadap perencanaan audit
3)      Mempertimbangkan tingkat materialitas awal
Pada tahap perencanaan audit, audit perlu mempertimbangkan materialitas awal pada dua tingkat
berikut ini:
         Tingkat kaporan keuangan
Materialitas awal pada tingkat laporan keuangan  diterapkan oleh auditor karena pendapat
auditor atas kewajaran laporan keuangan diterapkan pada laporan keungan sebagai keseluruhan. 
         Tingkat saldo akun
Materialitas awal pada tingkat saldo akun ditentukan oleh auditor pada tahap perencanaan audit
karena untuk mencapai kesimpulan tentang kewajaran laporan keuangan sebagi keseluruhan,
auditor perlu melakukan verifikasi saldo akun.
4)      Mempertimbangkan risiko bawaan
Dalam keseluruhan proses audit, auditor mempertimbangkan berbagai risiko, sesuai dengan
tahap-tahap proses auditnya.  Berbagai risiko yang harus dipertimbangkan oleh auditor dalam
setiap tahap proses auditnya. 
5)      Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika periaktan
dengan klien berupaa audit tahun pertama
Auditor harus menetukan bahwa saldo awal mencerminkan penerpaan kebijakan akuntansi yang
semestinya dan bahwa kebijakan tersebut diterapkan secara konsisten dalam laporan keuangan
tahun berjalan. Bila terdapat perubahan dalam kebijakan akuntansi atau penerapnnya, auditor
harus memperoleh kepastian bahwa perubahan tersebut memang semestinya dilakuakn, dan
dipertanggungjawabkan, serta diungkapkan.
6)      Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan
Dengan adanya keterkaitan antara bukti audit, materialitas dan komponen risiko audit (risiko
bawaan, risiko pengendalian dan riiko deteksi), auditor dapat memilih strategi audit awal dalam
perencanaan audit terhadap asersi individual atau golongan transaksi. Ada dua strategi audit awal
yang dapat dipilih oleh auditor:
         Primarily substantive approach
         Lower assessed level of control risk approach
7)      Memahami pengendalian intern klien
Langkah pertama dalam pengendalian intern adalah dengan mempelajari unsur-unsur
pengendalian intern yang berlaku. Langkah berikutnya adalah melakukan penilaian terhadap
efektivitas pengendalian intern dengan menentukan kekuatan dan kelemahan pengendalian intern
tersebut. Untuk mendukung keyakinan atas efektivitas pengendalian intern tersebut, auditor
melakukan pengujian pengendalian.

BAB 6
MATERIALITAS, RISIKO DAN STATEGI AUDIT AWAL

MATERIALITAS
Pengertian Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan
perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan
kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji
itu.
Pertimbangan Awal mengenai Materialitas
Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam perencanaan auditnya.
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif yang berkaitan dengan hubungan
salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan dan kualitatif yang berkaitan
dengan penyebab salah saji.
Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua tingkat berikut
ini :
a.     Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas kewajaran mencakup laporan
keuangan sebagai keseluruhan.
b.    Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mencapai kesimpulan
menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan. 
Faktor yang harus dipertimbangkan dalam melakukan pertimbangan awal tentang materialitas
pada setiap tingkat dijelaskan berikut ini :
1.     Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Laporan keuangan mengandung salah saji material jika laporan tersebut berisi kekeliruan atau
kecurangan yang dampaknya, secara individual atau secara gabungan, sedemikian signifikan
sehingga mencegah penyajian secara wajar laporan keuangan tersebut sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum. Dalam keadaan ini, salah saji dapat terjadi sebagai akibat penerapan
secara keliru prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, penyimpangan dari fakta, atau
penghilangan informasi yang diperlukan.
Berikut ini  diberikan contoh beberapa panduan kuantitatif yang digunakan dalam praktik :
a.     Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji 5 % sampai
10 % dari laba sebelum pajak.
b.     Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji ½ %
sampai 1 % dari total aktiva.
c.      Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji 1 % dari
total pasiva.
d.     Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji ½ %
sampai 1 % dari pendapatan bruto.
2.     Materialitas pada Tingkat Saldo Akun
Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam
saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada timgkat saldo
akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material. Saldo akun material
adalah besarnya saldo akun yang tercatat, sedangkan konsep materialitas berkaitan dengan
jumlah salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi keuangan.
RESIKO AUDIT
Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan
pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia untuk
menanggungnya.
Resiko Audit dibagi menjadi 2 :
a)      Resiko Audit Keseluruhan : merupakan besaranya risiko audit yang dapat ditanggung oleh
auditor dalam menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar.
b)      Risiko Audit Individual : pengalokasian resiko audit keseluruhan ke akun-akun secara
individual, sehingga sangat diperlukan penentuan risiko untuk setiap akun.
Unsur Resiko Audit :
a)      Risiko Bawaan : kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji
material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang
terkait.
b)      Risiko Pengendalian : risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat
dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern.
c)      Risiko Deteksi : risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang
terdapat dalam suatu asersi.
Penggunaan Informasi Audit :
Risiko Audit individual = Risiko bawaan x Risiko pengendalian x Risiko
deteksi
 
Formula risiko audit

Resiko Audit Individual


Resiko Deteksi
Resiko Bawaan x Risiko Pengendalian
 

Formula resiko deteksinya

HUBUNGAN ANTARA MATERIALITAS, RISIKO AUDIT, BUKTI AUDIT


Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit, dan risiko audit digambarkan
sebagai berikut :
a)      Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat meterialitas dikurangi, auditor
harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
b)      Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti audit
yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
c)      Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh salah satu
dari tiga cara berikut ini :
          i.          Menambah tingkat meterialiras, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit yang
dikumpulkan.
        ii.          Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas tetap
dipertahankan.
      iii.          Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas secara
bersama-sama.
STRATEGI AUDIT AWAL
Karena adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko audit, dan bukti audit, auditor dapat
memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit atas asersi individual atau sekelompok
asersi. Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam, yaitu pendekatan terutama substantif
(primarily substantive approach), dan pendekatan tingkat risiko pengendalian taksiran rendah
(lower assessed level of control risk approach).
Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam :
1.     Pendekatan Terutama Substantif. Dalam strategi audit ini, auditor mengumpulkan semua
atau hampir semua bukti audit dengan menggunakan pengujian substantif dan auditor sedikit
meletakkan kepercayaan atau tidak mempercayai pengendalian intern.
2.     Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah. Dalam pendekatan ini, auditor meletakkan
kepercayaan moderat atau pada tingkat kepercayaan penuh terhadap pengendalian, dan sebagai
akibatnya auditor hanya melaksanakan sedikit pengujian substantif.

BAB 7
PEMAHAMAN ATAS PENGENDALIAN INTERN

STANDART PEKERJAN LAPANGAN KEDUA


Standar pekerjaan lapangan kedua berbunyi sebagai berikut:
“Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan
menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan”.
Aditor diwajibkan oleh standart pekerjaan lapangan kedua untuk memahami pengendalian intern
yang berlaku.

DIFINISI PENGENDALIAN INTERN


Pengendalian intern :  suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan
personal lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian 3
golongan tujuan berikut ini:
1. Keandalan pelaporan keuangan
2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
3. Efektivitas dan efisiensi operasi

Dari definisi pengendalian tersebut terdapat beberapa konsep dasar berikut ini:
a)      Pengendalian intern merupakan proses. Artinya suatu rangkaian tindakan yang bersifat perva
sif dan  menjadi bagian tidak terpisahkan, bukan hanya sebagai tambahan, dari infrastruktur
entitas.
b)      Pengendalian intern dijalankan oleh orang. Artinya bukan hanya terdiri dari  pedoman
kebijakan dan formulir, namun dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi, yang
mencakup dewan komisaris, manajemen, dan personal lain.
c)      Pengendalian intern diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai, bukan
keyakinan mutlak, bagi manajemen dan dewan komisaris entitas.
d)     Pengendalian Intern ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan ; pelaporan
keuangan, kepatuhan dan operasi.
TUJUAN PENGENDALIAN INTERN
Tujuan pengendalian intern :
(1) keandalan informasi keuangan,
(2) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku,
(3) efektivitas dan efisiensi operasi.
Auditor berkewajiban untuk memahami pengendalian intern yang ditujukan untuk memberikan
keyakinan memadai bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akutansi berterima umum di Indonesia dan untuk menentukan apakah audit mungkin
dilaksanakan terjadi salah saji material.

KETERBATASAN BAWAAN PENGENDALIAN INTERN SUAT ENTITAS


1.      Kesalahan dalam pertimbangan. Seringkali, manajemen dan personal lain dapat salah dalam
mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil.
2.      Gangguan. Personal secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena
kelalaian, tidak adanya perhatian atau kelelahan, perubahan yang bersifat sementara dalam
personal atau dalam sistem dan prosedur.
3.      Kolusi. Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan yang dapat mengakibatkan
bobolnya pengendalian intern yang dibangun untuk kekaya anentitas.
Pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam Pengendalian Intern : Manajemen, dewan
komisaris dan komite audit, auditor intern, personel lain entitas, auditor independen, pihak luar
yang lain.
UNSUR UNSUR PENGENDALIAN INTERN
a)       Lingkungan pengendalian (menetapkan suasana suatu oraganisasi yang mempengaruhi
kesadaran akan pengendalian dari orang2nya) terdiri dari enam unsur  : (1)Nilai integritas dan
etika, (2)Komitmen terhadap kompetensi, (3)Berfungsinya dewan komisaris dan komite audit,
(4)Filosofi dan gaya operasi, (5)Struktur organisai, (6)Pembagian wewenang dan pembenahan
tanggungjawab
b)       Penilaian Risiko (identifikasian dan analisis entitas mengenai risiko yang relevan terhadap
pencapaian tujuan entitas)
c)       Informasi dan Komunikasi  (mencakup sistem informasi akutansi suatu transaksi entitas dan
penyampaian informasi kepada semua personel entitas)
d)       Aktivitas Pengendalian (kebijakan dan prosedur yang membantu menyakinkan bahwa perintah
manajemen telah dilaksanakan)
e)       Pemantauan (proses yang menilai kualitas kinerja pengendalian intern suatu entitas)
DOKUMENTASI INFORMASI TENTANG PENGENDALIAN INTERN
Ada tiga cara :
a)      Kuesioner Pengendalian Intern Baku (standart internal control questionarie)
b)      Uraian Tertulis (written description)
c)       Bagan Alir Sistem (system flowchart)
Sumber Informasi untuk Memperoleh Gambaran Pengendalian Intern yang Berlaku
1.      Bagan organisasi dan diskripsi jabatan
2.      Buku pedoman akun
3.      Buku pedoman sistem akutansi
4.      Permintaan keterangan pada karyawan inti
5.      Permintaan keterangan kepada karyawan pelaksana
6.      Laporan kertas kerja, dan programaudit auditor intern
7.      Pemeriksaan terhadap catatan akutan, dokumenter, peralatan mekanis, dan media lain yang
digunakan untuk mencatat transaksi, mengolah data keuangan dan operasi.
8.      Kunjungan keseluruh kantor dan pabrik
9.      Laporang mengenai rekomendasi perbaikan pengendalian intern dan laporan auditor tahan
sebelumnya yang telah diterbitkan
Untuk Menguji Kepatuhan Terhadap Pengendalian Intern : Auditor melakukan dua macam
pengujian : (1) Pengujian adanya kepatuhan terhadap pengendalian Intern
(2)      Pengujian tingkat kepatuhan terhadap pengendalian intern
Untuk Menentukan Apakah Pengendalian Intern yang diigambakan dalam bagan alir sistem
akutansi dan jawaban kuesioner pengendalian intern benar-benar ada dan dilaksanakan, auditor
menempuh dua cara : (1) Pengujian transaksi dengan cara mengikuti pelaksanaan transaksi
tertentu,                       (2) Pengujian transaksi tertentu yang telah terjadi dan tercatat

AUDIT INTERN
Menurut Sukrisno Agoes (2004:221), internal audit (pemeriksaan intern) adalah pemeriksaan
yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan
catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang
telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan
profesi yang berlaku.
Fungsi internal auditor yang dikemukakan oleh Holmes dan Overmayer yang menggolongkan
secara terperinci:
a)      Menentukan baik tidaknya internal control dengan memperhatikan pemeriksaan fungsi dan
apakah prinsip akuntansi benar-benar telah dilaksanakan.
b)      Bertanggung jawab dalam menentukan apakah pelaksanaan sesuai dengan rencana policy dan
prosedur yang telah ditetapkan sampai nilai apakah hal tersebut telah diperbaiki atau tidak,
c)      Menverifikasi adanya keuntungan kekayaan atau asset termasuk mencegah dan menentukan
penyelesaian.
d)     Menverifikasikan dan menilai tingkat kepercayaan terhadap sistem akuntansi dan pelaporan.
e)      Melaporkan secara objektif apa yang diketahui kepada manajemen disertai rekomendasi
perbaikan.

BAB 8
PENAKSIRAN RESIKO DAN DESAIN PENGUJIAN

PENAKSIRAN RESIKO DAN PENGENDALIAN


Penaksiran risiko pengendalian adalah proses evaluasi efektivitas desain dan operasi kebijakan
dan prosedur struktur pengendalian intern entitas dalam rangka pencegahan atau pendeteksian
salah saji material di dalam laporan keuangan.
Kegiatan ini dilakukan oleh auditor pada tahap pemahaman dan pengujian atas struktur
pengendalian intern klien. Adapun tahap-tahapnya sebagai berikut:
a)      Pertimbangkan pengetahuan yang diperoleh dari pemahaman atas struktur pengendalian intern.
b)      Lakukan identifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi dalam asersi entitas.
c)      Lakukan identifikasi pengendalian yang diperlukan untuk mencegah atau mendeteksi salah saji.
d)     Lakukan pengujian pengendalian terhedap pengendalian yang diperlukan untuk menentukan
efektivitas desain dan operasi struktur pengenalian intern.
e)      Lakukan evaluasi terhadap bukti dan buat taksiran risiko pengendalian
Pengujian pengendalian adalah prosedur audit yang dlaksanakan untuk menentukan efektivitas
desain  atau operasi kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern.
Pengujian pengendalian diterapkan oleh auditor selama perencanaan audit dan dalam pekerjaan
interim. Selain itu pengujian pengendalian juga dapat diterapkan dalam kedua strategi
audit yakni (1)Pendekatan terutama substantif , (2)Pendekatan risiko pengendalian rendah.
Macam-macam pengujian pengendalian sebagai pilihan auditor dalam pelaksanaan audit :
a)      Pengujian Pengendalian Bersamaan (Current test of control) yang terdiri dari prosedur untuk
memperoleh pemahaman sekaligus untuk mendapatkan bukti tentang efektifitas PI
b)      Pengujian Pengendalian yang Direncanakan merupakan yang dilaksanakan untuk
menentukan taksiran awal risiko pengendalian moderat atau rendah sesuai dengan tingkatan
pengujian subtantif yang direncanakan.
c)      Pengujian Pengendalian Tambahan merupakan pengujian yang biasanya dilaksanakan oleh
auditor jika, berdasarkan hasil pengujian pengendalian  bersama yang memperlihatkan
pengendalian intern yang efektif.
d)     Pengujian dengan Tujuan Ganda (dual-purpose test) merupakan pengujian yang didisain
sedemikian rupa sehinggga auditor dapat mengumpaulkan bukti tentang efektifitas pengendalian
intern sekaligus dapat mengumpulkan bukti tentang kekeliruan moneter dalam akun.
PERANCANGAN PENGUJIAN PENGENDALIAN
Disamping auditor dapat memilih pengujian pengendalian bersamaan atau pengujian
pengendalian yang direncanakan, auditor dapat memilih jenis prosedur yang akan digunakan
dalam pelaksanaan pengujian pengendalian, saat, dan lingkup pengujian pengendalian.
1.      Jenis Pengujian Pengendalian

a)      Permintaan keterangan
b)      Pengamatan
c)      Inspeksi
d)     Pelaksanaan kembali

2.      Waktu Pelaksanaan Pengujian Pengendalian


Berkaitan dengan kapan prosedur tersebut dilaksanakan dan bagian periode akuntansi mana
prosedur tersebut berhubungan. Pengujian pengendalian tambahan dilaksanakan dalam pekerjaan
interim,yang dapat dalam jangka waktu beberapa bulan sebelum akhir tahun yang diaudit.
3.      Lingkup Pengujian Pengendalian
Semakin luas ruang lingkup pengujian pengendalian yang dilakukan, maka akan dapat lebih
banyak bukti yang dikumpulkan mengenai efektivitas pengendalian intern.
PROGRAM AUDIT UNTUK PENGUJIAN
Keputusan yang diambil oleh auditor berkaitan dengan jenis, lingkup, dan saat pengujian
pengendalian harus didokumentasikan dalam suatu program audit dan kertas kerja yang
bersangkutan. Program audit adalah daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur tertentu,
sedangkan prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu
yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit.
KERJASAMA DENGAN AUDITOR INTERN DLM PENGUJIAN PENGENDALIAN
Bilamana auditor independen melakukan audit atas laporan keuangan entitas yang memiliki
fungsi audit intern, auditor dapat melakukan:
 Melakukan koordinasi pekerjaan audit dengan Auditor Intern
 Menggunakan Auditor Intern untuk menyediakan bantuan langsung dalam audit
PENENTUAN RESIKO DETEKSI
Dalam tahap-tahap audit atas laporan keuangan, penentuan risiko deteksi terletak pada tahap
auditor mendesain pengujian substantif. Gambar berikut menggambarkan letak penentuan risiko
deteksi dalam proses audit, sedangkan pengertian dari risiko deteksi yaitu risiko auditor tidak
akan mendeteksi salah saji material yang ada dalam suatu asersi.
Pemahaman dan
Perencanaan Pelaksanaan Penerbitan
Pengujian Struktur
Audit Pengujian Sustantif Laporan Audit
Pengendalian Intern

Penaksiran Risiko Penaksiran risiko Penetapan Risiko Penilaian risiko


Bawaan Pengendalian Deteksi Audit

Risiko deteksi dapat dihitung dengan rumus:


RA
Ket.
RD = RD = risiko deteksi
RB x
RP RP = Risiko Pengendalian
RA = risiko audit
RB = risiko bawaan

Jika tingkat risiko pengendalian final sama dengan yang direncanakan. Auditor dapat
melanjutkan untuk mendesain pengujian substantif khusus berdsarkan tingkat pengujian
substantif yang telah direncanakan. Namun jika tingkat risiko pengendalian final tidak sama
dengan yang direncanakan, auditor harus mengubahtingkat pengujian substantif sebelum auditor
mendesain pengujian substantif khusus untuk menampung tingkat risiko deteksi yang dapat
diterima.
Hubungan antara strategi audit awal, risiko deteksi yang direncanakan dan tingakat
pengujian substantif yang direncanakan secara ringkas digambarkan sebagai berikut:
Risiko Deteksi yang Tingkat Pengujian Substantif
Strategi Audit Awal
Direncanakan yang direncanakan

Pendekatan Terutama
Rendah atau sangat rendah Tingkat tinggi
substantif

Pendekatan taksiran risiko Moderat atau tinggi Tingkat rendah


Pengendalian rendah

DESAIN PENGUJIAN SUBTANTIF


Pengujian substantif menghasilkan bukti audit tentang kewajaran setiap asersi laporan keuangan
signifikan. Desain pengujian substantif mencakup:
a.       Sifat Pengujian Substantif
b.      Saat Pengujian
c.       Lingkup Penguji

Prosedur Untuk Melaksanakan Pengujian Substantif


Ada delapan prosedur untuk melaksanakan pengujian substantif yaitu:
1.      Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan berkaitan dengan kinerja tugas mereka.
2.      Pengamatan atau observasi terhadap personil dalam melaksanakan tugas mereka.

3.      Menginspeksi dokumen dan catatan.

4.      Melakukan penghitungan kembali


5.      Konfirmasi
6.      Analisis
7.      Tracing atau pengusutan
8.      Vouching atau penelusuran

Sifat Atau Jenis Pengujian Substantif


Jika tingkat risiko deteksi yang dapat diterima adalah rendah maka auditor harus menggunakan
prosedur yang lebih efektif yang biasanya juga lebih mahal. Ada tiga tipe pengujian substantif
yang dapat digunakan yaitu:
1.      Pengujian rinci atau detail saldo
2.      Pengujian rinci atau detail transaksi
3.      Prosedur analiti

BAB 9
ATTRIBUTR SAMPLING UNTUK  PENGUJIAN PENGENDALIAN

STATISTICAL SAMPLING
AU 350.01 mendefinisikan sampling audit (audit sampling) sebagai penerapan prosedur audit
terhadap unsur-unsur suatu saldo akun atau kelompok transaksi yang kurang dari 100 % dengan
tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.
Sampling audit diterapkan baik untuk pengujian pengendalian dan pengujian substantif. Namun
demikian, hal tersebut bukan berarti dapat diterapkan untuk seluruh prosedur audit yang dapat
digunakan dalam pengujian-pengujian tersebut. Contoh, sampling audit secara luas di
gunakandalam pemeriksaan (vouching), konfirmasi (confirming), dan penelusuran (tracing),
tetapi haltersebut tidak biasa digunakan dalam pengajuan pertanyaan, observasi, dan prosedur
analitis
Ada dua Model sampling : (1) Attribute Sampling
(2) Variable Sampling
Ada empat tipe sampel dalam pengujian pengendalian yaitu:
1. Sample 100%
Auditor memilih anggota sample berdasarkan unsur penting atau kunci dengan memeriksademua
dokumen atau catatan yang bersangkutan dengan transaksi tertentu.
2. Judgement Sample
Auditor memilih anggota sample berdasarkan pertimbangannya sendiri dimana sampleyang
diambil adalah semua dokumen atau catatan suatu transaksi pada suatu periodetertentu saja.
3. Representative Sample
Auditor memilih anggota sampel secara acak dari seluruh anggota populasi tetapi sampelyang
dipilih dalam metode ini tidak dapat dianalisis secara matematis.
4. Statistical Sample
Auditor memilih anggota sampel secara acak dari seluruh anggota populasi danmenganalisis
hasil pemeriksaan terhadap anggota sample secara matematis
ATTRIBUTE SAMPLING MODELS
Terdiri dari : (1) Fixed-sample-size atribute sampling (2) Stop-or-go sampling (3) Discovery
sampling
1. Fixed Sample Size Attribute Sampling.
Model ini paling banyak digunakan dalam audit. Pengambilan sampel dengan model iniditujukan untuk
memerkirakan persentase terjadinya mutu tertentu dalam suatu populasi. Prosedur  pengambilan
sample dari model ini adalah sebagai berikut:
a)      Penentuan attribute yang akan diperiksa untuk menguji efektivitas pengendalian intern
b)      Penentuan populasi untuk mengambil samplenya
c)      Penentuan besarnya sample
d)     Pemilihan anggota sample dari seluruh anggota populasi
e)      Penafsiran terhadap attribute yang menunjukkan efektivitas unsur pengendalian intern
f)       Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap attribute anggota sample

2. Stop or Go Sampling (Decision Attribute Sampling).


Model ini dapat mencegah auditor dari pengambilan sample yang terlalu banyak, yaitu dengan cara menhentikan
pengujian sedini mungkin. Model ini digunakan jika auditor yakin bahwa kesalahan yang diperkirakan
dalam populasi sangat kecil. Prosedur yang harus dilakukan untuk menggunakan metode ini adalah sebagai
berikut:
a)      Tentukan desired upper precision limit dan tingkat keandalan, auditor menentukan tingkat ke
andalan yang akan dipilih dan tingkat kesalahan maksimum yang masih dapat diterima.
b)     Gunakan tabel  Besarnya Sample Minimum untuk Pengujian Pengendalian gunamenentukan sample
pertama yang harus diambil ,  jika pengendalian klien baik, auditor disarankan untuk tidak menggunakan
tingkat  keandalan kurang dari 95% dan menggunakan desired upper  precision limit lebih dari 5%.
c)      Buatlah tabel Stop or Go Decision
d)     Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap sample
3. Discovery Sampling.
Model ini cocok digunakan jika tingkat kesalahan yang diperkirakan dalam populasi sangat rendah (mendekati nol).
Model ini dipakai untuk menemukan kecurangan, pelanggaran yang serius dari unsur pengendalian intern, dan
ketidak beresan lainnya. Pada umumnya, kondisi yang diperlikan sebagai dasar penggunaan model
ini adalah:
a)       Jika auditor memerkirakan tingkat kesalahan dalam populasi sebesar nol atau mendekati nol persen.
b)       Jika auditor mencari karakteristik yang sangat kritis, yang jika hal ini ditemukan, merupakan
petunjuk adanya ketidak beresan yang lebih luas atau kesalahan yang serius dalam laporan
keuangan. Model ini juga digunakan oleh auditor dalam pengujian substantif. Jika tujuan audit
untuk menemukan paling tidak satu kesalahan yang memunyai dampak potensial terhadap suatu akun, maka
model ini digunakan untuk tujuan tersebut. Prosedur pengambilan sample dalam model ini adalah sebagai
berikut:
         Tentukan attribute yang akan diperiksa
         Tentukan populasi dan besar populasi yang akan diambil samplenya
         Tentukan tingkat keandalan
         Tentukan desired upper precision limit
         Tentukan besarnya sample
         Periksa attribute sample
         Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap karakteristik sample

BAB 10
VARIABEL SAMPLING UNTUK PENGUJIAN SUBTANTIF

VARIABEL SAMPLING
Variabel sampling adalah tehnik statistik yang digunakan oleh auditor untuk menguji
kewajaran suatu jumlah atau saldo dan untuk mengestimasi jumlah rupiah suatu saldo
akun atau kuantitas yang lain. Dalam pengujian subtantif auditor dapat menghadapi dua
keputusan : (1) Melakukan estimasi suatu jumalah (misal saldo suatu akun).
(2) Menguji kewajaran suatu jumlah
Ketidakpastian, Risiko Sampling, dan Risiko Audit :  Auditor dimungkinkan untuk
menerima sejumlah ketidakpastian dalam pengujian subtantif, apabila waktu dan biaya
untuk memeriksa unsur-unsur dalam populasi menurut pertimbangannya akan lebih
besar daripada akibat kemungkinan menyatakan pendapat yang keliru dari hasil
pemeriksaan hanya pada data sampel.
VARIABEL SAMPLING UNTUK UJI HIPOTESIS
Dalam pengambilan sampel terdapat dua cara yaitu : (1) Sampling Statistik
             (2) Sampling nonstatistik
Dengan tujuh tahap pengambilan sample yang sama antara dua cara tersebut yaitu berikut :
a)      Penentuan tujuan pengambilan sample
1.      Menentukan jumalh saldo akun yang dianggap benar oleh auditor dengan menggunakan teknik
penaksiran berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap sample
2.      Menentukan apakah auditor dapat menerima bahwa perbedaan antara jumlah yang ditaksir
tersebut dengan jumlah yang bersangkutan didalam buku secara material benar atau menolaknya
karena secara material kliru.
Simbol hipotesis nol dan hipotesis alternatif : Ho: |AV-BV|<A
  H1: |AV-BV|≥A
b)     Penentuan Populasi
Populasi terdiri dari kelompok transaksi atau saldo akun yang diuji. Untuk setiap
populasi, auditor harus memutuskan apakah seluruh item tersebut akan diikutkan. Unit
sampling dalam sampling PPS adalah rupiah itu sendiri, dan populasinya adalah jumlah
rupiah yang sama dengan jumlah total rupiah pada populasi tersebut. Meskipun setiap
rupiah tersebut merupakan dasar pemilihan sampel, namun yang diuji auditor adalah
akun, transaksi, dokumen, atau itemitem sejenis yang berkaitan dengan rupiah yang
dipilih
c)      Penentuan sampling unit
Sampling unit adalah unsur-unsur secara individual yang terdapat dalam populasi, yang dapat
berupa: (1)Suatu Saldo Akun, (2) Suatau transaksi yang membentuk suatu saldo akun, (3) Suatu
dokumen yang menjadi bukti transaksi,
d)     Penentuan besarnya sample

Empat faktor yang dipertimbangkan dalam


penentuan besaran sample : (1) Besarnya
deviasi stadart dalam populasi, (2) Tingkat
rsko yang ditanggung oleh auditor (3)
Besarnya kekeliruan yang dapat diterima
audittor (4) Kekeliruan rupiah yang akan 
SD : Standart Devisiasi populasi
UR : Zalfa yang dihitung berdasarkan tabel  Z
A    : Ketetapan yang dapat diterima oleh auditor
M   : Materialitas yang dialokasikan pada objek
yang   sedang diperiksa
 
dijumpai dalam populasi. Rumus untuk menentukan besaran sample :

A=M UR
UR + Z beta

  e)      Penentuan metoda pemilihan sample


n'    =   UR.SD      2 Dengan tiga metode : (a) Judgedment sampling, (b) Systematic
       sampling, (c) Random Sampling
  A f)       Pemeriksaan sample
Dengan rumus :
g)      Evaluasi hasil sample

VARIABLE SAMPLING UNTUK ESTIMASI


Pengujian substantif bertujuan untuk mengumpulkan bukti kewajaran saldo akun dan
penjelasannya.  Pengujian substatif dapat dilakukan dengan salah satu cara sebagai berikut:
1)      Non statistical sampling, dimana auditor memilih sample dan mengevaluasi hasil pemeriksaan
sample berdasar pertimbangan pribadinya.
2)      Classical statistical sampling, dapat digunakan auditor dalam pengujian substantif jika populasi
yang dihadapinya berisi banyak perbedaan antara  jumlah  yang  dicatat dalam
buku dengan jumlah pemeriksaan yangdilakukan auditor.
3)      Probability proportional to size statistical sampling, teknik statistik yang digunakan dalam
pengujian sunstansif  terutama jika populasi berisi sedikit jumlah overstatement yang
menyengkut nilai rupiah yang besar.Model statistik yang digunakan oleh auditor dalam
memerkirakan suatu jumlah terdiri dari:
a)      Unstratified mean per unit
b)      Stratified mean per unit
c)      Difference estimation
d)     Ratio estimation

BAB 11
AUDIT DALAM LINGKUNGAN SISTEM INFORMASI AKUTANSI

PERKEMBANGAN PEMANFAATAN KOMPUTER DALAM BISNIS


Pemanfaatan komputer dalam bisnis telah mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Perkembangan pemanfaatan komputer dalam bisnis yang telah melalui tiga tahap yaitu :
1.      Jaman pengolahan data elektronik
System pengolahan data adalah sama dengan system akuntansi. Pandangan ini
didasarkan pada kenyataan bahwa pada mulanya computer hanya diterapkan untuk
tugas akuntansi dan, penggunaanya disebut pengolahan data elektronik atau EDP.
2.       Jaman teknologi informasi
Teknologi informasi dimanfaatkan lebih jauh tidak hanya untuk penolahan data tapi juga
dimanfaatkan untuk menghasilkan informasi dan untuk analisis sebagi basis untuk pengambilan
keputusan.
3.      Jaman jejaring
Dalam era jejaring perusahaan-perusahan membangun jejaring organisai (organization network)
dalam menghasilkan produk dan jasa bagi customer.

BEDA AKUTANSI DENGAN MANUAL SYSTEM DENGAN AKUTANSI DENGAN


SISTEM INFORMASI KOMPUTER
Dilihat dari karakteristik akuntasi manual sistem :
a.       Sistem akuntansi manual berfungsi sebagai sistem
b.      Pemakai informasi akuntansi hanya dapat memanfaatkan informasi akuntansi setelahfungsi
akuntansi menyajikan laporan kepada pemakai laporan
c.       Laporan keuangan yang dihasilkan hanya berdimensi tunggal
d.      Data akuntansi dicatat dalam buku besardan buku besar pembantu dan buku ini dijagaketat
disuatu tempat
e.       Manual sistem meninggalkan jejak audit yang mudah diperiksa kembali
f.       Proses pengolahan akuntansi melibatkan banyak orang
g.      Pengendalian terhadap personal dilaksanakan melalui pembelakuan banyak aturan
danpenggunaan jenjang organisasi.
Dilihat dari karakteristik akuntansi sistem informasi komputer :
a. Akuntansi menghasilkan buku besar yang berfungsi sebagai gudang data
b. Pemakai informasi akuntansi dapat memanfaatkan informasi akuntansi dengan akses
secara langsung ke shared database
c. Dapat menghasilkan informasi dan laporan keuangan multidimensi
d. Data akuntansi dicatat dalam buku besar dan buku pembantu yang diselenggarakan
secaraelektronik dalam bentuk shared database
e. Sangat mengandalkan pada berfungsinya kapabilitas perangkat keras dan perangkat lunak
f. Jejak audit dalam sistem informasi komputer menjadi tidak terlihat
g. Mengurangi keterlibatan manusia
h. Mengubah kekeliruan yang bersifat acak kekeliruan yang bersistem
i. Rentan terhadap akses tanpa ijin
j. Menimbulkan resiko kehilangan data
k. Sistem informasi komputer menurut pengitegrasian fungsi
l. Menghilangka sistem otorisasi tradisional
m. Sistem informasi komputer menurut pekerja pengetahuan untuk menjalankannya
DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP HUBUNGAN BISNIS
Auditor umumnya memandang hubungan bisnis yang wajar adalah jika dilaksanakan
berdasar falsafah arm’s length transaction, yaitu transaksi antara pihak-pihak yang bebas atau
independen. Hubungan istimewa (related party transaction) diyakini oleh auditor sebagai
transaksi yang akan menimbulkan ketidak wajaran angka yang dicatat dalam catatan
akuntansi.  Jaman teknologi informasi menjadikan lingkungan bisnis menjadi sangat
kompetitif.  Berikut perkembangan pendekatan dalam membangu  hubungan bisnis
a.      Pendekatan Keluarga, Pendekatan keluarga dalam mengembangkan hubungan bisnis
memiliki segi positif. Pendekatan keluarga dilandasi kepercayaan, dan hubungan bisnis
sangat memerlukan hubungan tersebut agar transaksi bisnis dapat berjalan dengan
lancar dan efektif.
b.      Pendekatan Bisnis, digunakan untuk mengatasi kelemahan pendekatan keluarga.
Pendekatan bisnis digunakan sebagai dasr membangun hubungan bisnis antara
perusahaan dengan pemasok dan mitra bisnisnya dan antara menejer dengan
karyawan dan antar fungsi dalam perusahaan .
c.       Pendekatan Kemitraan, untuk menggabungkan segi positif yang ada didalam
pendekatan keluarga dan pendekatan bisnis. Pendekatan kemitraan usaha menitik
beratkan pada trust building dan competencydidalam membangun hubungan kemitraan,
baik didalam organisasi perusahaan (antara menejer dengan karyawan dan antar fungsi
dalam organisasi) maupun antara perusahaan dengan para pemasok dan mitra
bisnisnya.

TIPE  KONFIGURASI  SISTEM INFORMASI KOMPUTER


Dalam perikatan audit, auditor kemungkinan akan menjumpai satu dari tiga tipe
lingkungansistem informasi komputer berikut ini:
a. Stand alone micro computer
b. Online computer system
c. Database system 
Auditor perlu memahami karakteristik masing-masing konfigurasi sistem informasi komputer
tersebut, dampak karakteristik tersebut terhadap pengendalian intern yang unik untuk masing-
masing konfigurasi tersebut, dan dampak masing-masing konfigurasi tersebut terhadap prosedur
audit yang akan digunakan oleh auditor.
Peranan Teknologi Informasi Terhadap Audit Sistem Informasi Komputerisasi
Akuntansi Dilihat Dari Pengendalian Intern.
Menurut SPAP dalam SA Seksi 314.4 No. 05-09 pengendalian intern atas pengolahan
komputer, yang dapat membantu pencapaian tujuan pengendalian intern secara
keseluruhan, mencakup baik prosedur manual maupun prosedur yang didesain dalam
program komputer.

Ada tiga metode yang digunakan dalam melaksanakan EDP Audit yakni:
a. Audit Around The Computer
Auditing sekitar komputer dapat dilakukan jika dokumen sumber tersedia dalam bahasa
non mesin,   dokumen-dokumen disimpan dengan cara yang memungkinkan
pengalokasiannya untuk tujuan auditing, outputnya memuat detail yang memadai, yang
memungkinkan auditor menelusuri suatu transaksi dari dokumen sumber ke output atau
sebaliknya.

b. Audit Through The Computer


Auditor  menguji dan  menilai efektivitas prosedur  pengendalian  operasi  dan program
komputer serta ketepatan proses di dalam computer.
c. Audit With The Computer
Audit dilakukan dengan menggunakan komputer dan software untuk
mengotomatiskan  prosedur  pelaksanaan  audit.
Peranan Teknologi Informasi Terhadap Audit Sistem Informasi Komputerisasi Akuntansi
Dilihat Dari Teknik-teknik audit dengan menggunakan Teknologi Informasi
Ada beberapa teknik ynag dapat dilakukan dalam pemeriksaan EDP, antara lain:
1. Pengujian dengan Data Simulasi
2. Pemanfaatan Fasiltas Pengujian Secara Terpadu
3. Simulasi Paralel
4. Pemasangan Modul Pemeriksaan.
5. Pemakaian Perangkat Lunak Khusus Untuk Pemeriksaan
6. Metode Tracing
7. Metode Pemetaan (Mapping)

Teknik Audit Berbentuk Komputer (TABK)


 Ada dua kondisi yang menyebabkan auditor perlu memertimbangkan penggunaan TABK, yaitu:
 Tidak adanya dokumen masukan atau tidak adanya jejak audit (audit trail) dalam sistem
informasi komputer
 Dibutuhkannya peningkatan efektivitas dan efisiensi prosedur audit dalam pemeriksaan 
Ada dua tipe TABK yang sering digunakan dalam audit, yaitu:
a. Perangkat lunak audit (audit software)
b. Data uji (test data) untuk tujuan audit
BAB 12
AUDITING KECURANGAN

SEKANDAL AKUTANSI MENGGOYAHKAN KEPERCAYAAN MASYARAKAT


Profesi akuntansi mendapat tekanan politik yang berat dari kalangan legislator yang
menghendaki reformasi, dan publisitas negative yang mengelilingi dugaan kegagalan audit
memberi semua akuntan public citra yang sangat tidak menguntungkan. Kejadian adalah pada
tahun 1938. Skandal akuntansi korporasi tersebut adalah Mckesson Robbins, dan dapat dikatakan
bahwa skandal ini menimbulkan dampak yang lebih besar terhadap cara pelaksanaan audit
ketimbang semua skandal sesudahnya, termasuk Enrondan Worldcom.
Pada tahun 1924, Philip Musica, yang tidak lulus sekolah menengah atas dan pernah
dinyatakan bersalah melakukan penipuan dan dihukum penjara, menyebut dirinya sendiri
sebagai F Donald Coster dan menganugerahi dirinya sendiri gelar dokter. Kecurangan klasik
di Mckesson-Robbins mengilustrasikan bahwa kecurangan Laporan Keuangan bukanlah hal yang
baru. Sebagai buntut dari skandal itu, profesi auditing menanggapi dengan menetapkan standar-
standar tersebut mengharuskan dilakukannnya konfirmasi piutang dan konfirmasi piutang dan
observasi atau persediaan fisik, yang sekarang merupakan prosedur stadar, ditambah pedoman
mengenai tanggung jawab auditor untuk mendeteksi kecurangan.
JENIS-JENIS KECURANGAN
Sebagai konsep legal yang luas, kecurangan menggambarkan setiap upaya penipuan yang
disengaja, yang dimaksudkan untuk mengambil harta atau hak orang atau pihak lain. Dalam
konteks audit atas laporan keuangan, kecurangan didefinisikan sebagai salah saji laporan
keuangan yang disengaja. Dua kategori yang utama jenis kecurangan sebagai berikut :
1. Pelaporan Keuangan yang Curang adalah salah saji atau pengabaian jumlah atau
pengungkapan yang disengaja dengan maksud menipu para pemakai laporan keuangan itu.
Dengan cara melibatkan upaya melebih sajikan laba, atau mungkin sengaja merendah sajikan
laba
2. Penyalahgunaan (misappropriation) Aktiva adalah kecurangan yang melibatkan
pencurian aktiva entitas. Pencurian aktiva perusahaan sering kali mengkhawatirkan manajemen,
tanpa memerhatikan materialitas jumlah yang terkait, karena pencurian bernilai kecil
menggunung seiring dengan berjalannya waktu.
KONDISI-KONDISI PENYEBAB KECURANGAN
Tiga kondisi kecurangan yang berasal dari pelaporan keuangan yang curang dan penyalahgunaan
aktiva diuraikan dalam SAS 99 (AU 316). Ketiga kondisi ini disebut sebagai segitiga
kecurangan (fraud triangle).
a. Insentif/Tekanan. Manajemen atau pegawai lain merasakan insentif atau tekanan untuk
melakukan kecurangan.
b. Kesempatan. Situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk
melakukan kecurangan.
c. Sikap/Rasionalisasi. Ada sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang
membolehkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur.

MENILAI RISIKO KECURANGAN


Menilai risiko kecurangan, SAS 99 singkatan dari (Statement on Auditing Standards)
memberikan pedoman untuk menilai risiko kecurangan bagi auditor dan  mempertahankan
tingkat Skeptisisme profesional ketika mempertimbangkan informasi, faktor risiko
kecurangan untuk mengidentifikasi dalam menanggapi risiko kecurangan.
   SAS 1 menyatakan Skeptisme Profesional yaitu “ Auditor tidak mengasumsikan management
tidak jujur tetapi juga tidak mengasumsikan kejujuran sebuah Absolut”. Dalam pratiknya melalui
prosedur evaluasi atas penerimaan dan kelanjutan klien serta auditor menolak sebagian besar
calon klien yang dianggap tidak memiliki kejujuran dan integritas diantaranya.
a. Komunikasi diantara tim audit : Salah satunya berdiskusi “ Bagaimana management
dapat melakukan dan menutupi pelaporan keuangan ?”
b. Pengajuan pertanyaan kepada managemen : SAS 99 Mengharuskan auditor untuk
mengajukan pertanyaan spesifik tentang kecurangan dalam setiap audit
c. Faktor risiko kecurangan : SAS 99 Mengharuskan auditor mengevaluasi faktor-faktor
risiko kecurangan mengindikasikan adanya insentif atau tekanan, kesempatan dan  sikap untuk
berbuat kecurangan.
d. Prosedur analitis : Bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan tidak bias  atau tidak
diharapkan melibatkan akun-akun pendapatan yang terindikasi adanya kecurangan pelaporan
keuangan.
e. Informasi lainya : Mempertimbangkan semua informasi yang sudah diperoleh dan serta
Informasi menilai risiko inheren dan risiko pengendalian yang membuat auditor
mengkhawatirkan adanya salah saji akibat kecurangan.

MENGAWASI TATA KELOLA KORPORASI UNTUK MENGURANGI RISIKO


KECURANGAN
Dibentuknya  penerbitan Management Antifraud Program and Controls : Guide to Help Prevert,
Deter, and Deteck Fraud. Pedoman ini mengidentifikasi tiga unsur yaitu :
a. Budaya jujur dan etika yang tinggi (memiliki enam unsur yaitu : )
         Menetapkan Tone at the top
         Menciptakan lingkungan kerja yang positif
         Mempekerjakan dan mempromosikan pegawai yang tepat
         Pelatihan
         Konfirmasi
         Disiplin
b. Tanggung jawab manajemen untuk mengevaluasi risiko kecurangan
         Mengidentifikasi dan mengukur risiko kecurangan
         Mengurangi risiko kecurangan
         Memantau dan pengendalian pencegahan kecurangan
c. Pengawasan oleh komite audit (Pengawasan mencakup)
         Pelaporan langsung temuan-temuan penting oleh audit internal kepada komite audit
         Laporan periodik oleh pejabat etika tentang whistle-blowing
         Laporan lain tentnag tidak adanya perilaku etis atau kecurangan yang dicurigai

MERESPON RISIKO KECURANGAN


Respons auditor terhadap risiko kecurangan meliputi:
a.       Mengubah pelaksanaan audit secara keseluruhan
b.      Merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk menangani risiko kecurangan
c.       Merancang dan melaksanakan prosedur untuk menangani pengabaian pengendalianoleh
manajemen
BIDANG BIDANG KECURANGAN YAN G SPESIFIK\
1.      Risiko Kecurangan dalam Pendapatan dan Piutang Usaha
Tiga tipe manipulasi pendapatan
a.       Pendapatan fiktif
b.      Pengakuan pendapatan terlalu cepat (prematur).
c.       Manipulasi penyesuaian atas pendapatan
Tanda tanda peringatan kecurangan terhadap pendapatan
         Prosedur analitis
         Perbedaan dokumentasi
         Penyalahgunaan penerimaan yang melibatkan pendapatan
         Kelalaian mencatat penjualan
         Pencurian penerimaan kas setelah penjualan dicatat
2.      Risiko Kecurangan Persediaan
”Auditor diharuskan memverifikasi eksistensi persediaan fisik, pengujian audit tetapdilakukan
atas dasar sampel.”
Tanda tanda peringatan kecurangan terhadap persedianan
         “Prosedur analitis sangat efektif untuk mendeteksi kecurangan persediaan, terutama persentase
marjin kotor dan perputaran persediaan sering kali membantu membongkar kecurangan
persediaan.”
3.      Risiko Kecurangan dalam Pembelian dan Utang Usaha
“Kurang saji yang disengaja atas utang usaha biasanya menghasilkan kurang saji pembelian dan
harga pokok penjualan serta lebih saji laba bersih.
4.      Bidang-bidang Risiko Kecurangan Lainnya
         Aktiva tetap
         Beban penggajian
TANGGUNGN JAWAB BILA DICURIGAI ADA KECURANGAN
Merespon salah saji yang mungkin timbul karena kecurangan
1. Jenis Jenis Pengajuan Pertanyaan

a.       Pengajuan pertanyaan informal


b.      Pengajuan pertanyaan penilaian
c.       Pengajuan pertanyaan Interogatif
d.      Mengevaluasi respon atau pengajuan pertanyaan
e.       Tehnik menyimak
f.       Mengganti petunjuk perilaku
2. Tanggung jawab lain Apabila dicurigai adanya kecurangan
Menggunakan perangkat lunak audit seperti ACL atau IDEA

BAB 13
RENCANA AUDIT DAN PROGRAM AUDIT SECARA KESELURUHAN
JENIS PENGUJIAN
Auditor memiliki lima jenis pengujian (testing) yang dapat digunakan untuk menentukan apakah
laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Pengujian tersebut meliputi:
1.      Prosedur untuk Memperoleh Pemahaman atas Internal Control
Auditor harus memahami efektivitas aspek rancangan dan operasional dari pengendalian
intern. Lima jenis prosedur audit yang berhubungan dengan pemahaman auditor terhadap
pengendalian intern yaitu:
·         Memperbaharui dan mengevaluasi pengalaman auditor terdahulu
·         Meminta keterangan dari personil klien
·         Membaca manual sistem dan kebijakan klien
·         Menguji dokumen dan arsip
·         Mengamati aktivitas dan operasional entitas
2.      Tests of Controls (Uji Pengendalian)
Pengujian pengandalian adalah prosedur audit yang digunakan untuk menentukan efektivitas
kebijakan dan operasi pengendalian intern atauprosedur pengendalian yang diterapkan untuk
menilai control risk (risiko pengendalian) Pengujian tersebut meliputi jenis prosedur audit
sebagai berikut :
·         Meminta keterangan dari personil klien
·         Menguji dokumen, arsip, dan laporan
·         Mengamati aktivitas yang terkait dengan pengendalian
·         Melaksanakan kembali prosedur klien
3.      Substantive Test of Trans actions (Uji Substantif atas Transaksi)
Adalah perosedur yang digunakan untuk menguji kekeliruan atau ketidak beresan dalam bentuk
uang yang langsung mempengaruhi kebenaran saldo laporan keuangan. Kekeliruan tersebut
sering disebut dengan salah saji moneter (dalam satuan mata uang) yang merupakan indikasi
yang jelas terjadinya salah saji dalam saldo laporan keuangan.
4.      Analitycal Procedure (Prosedur Analitis)
Prosedur analitis meliputi perbandingan dari jumlah yang tercatat dengan dengan angka tertentu
yang dikembangkan oleh auditor.
5.      Detail Test of Balances (Pengujian Terinci atas Saldo)
Adalah merupakan prosedur yang digunakan untuk menguji salah saji moneter (monetary
misstatement) untuk menentukan apakah  9 balance-related audit objective (tujuan audit terkait
dengan saldo) telah terpenuhi.
MEMILIH JENIS PENGUJIAN YANG AKAN DIPAKAI
Hubungan antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif 
a.       Pengecualian dalam pengujian pengendalian, Merupakan suatu indikasi kemungkinan salah saji
yang mempengaruhi nilai dolar dari laporan keuangan
b.      Pengecualian dalam pengujian substantif daritransaksi atau pengujian rincian saldo, merupakan
deviasipengujian pengendalian
c.       Pengujian substantif transaksi atau pengujian rinciansaldo, harus dilakukan untuk menentukan
apakahsalah saji dolar sudah benar-benar terjadi
Hubungan antara pengujian dan bahan bukti
1. Biaya relative
Jenis pengujian tersebut diurutkan berdasarkan makin besarnya biaya yang diperlukan
         Prosedur analitis (prosedur byang paling mudah)
         Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern dan pengujian atas
pengendalian.
         Pengujian subtantif atas transaksi
         Pengujian terinci atas saldo
2. Trade-off antara pegujian atas pengendalian dan pengujian substantive
Auditor membuat keputusan selama perencanaan apakah akan menetapkan risiko pengendalian
dibawah maksimum. Jika risiko pengendalian yang ditetapkan dibawah maksimum, resiko
penemuan yang direncanakan dalam model risiko audit ditingkatkan sehingga pengujian
substantive yang direncanakan dapat dikurangi.
DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP PENGUJIAN AUDIT
SAS 80 (AU 236) dan SAS 94 (AU 319) Tidak praktis untuk mengurangi resiko pendeteksian
dengan hanya melakukan ujian substantive. Auditor perlu melaksanakan pengujian pengendalian
untuk mendukung penilaian resiko pengendalian menajdi dibawah maksimum.

BAURAN BUKTI
Kombinasi dari kelima jenis pengujian yang digunakan untuk siklus manapun dan bauran bukti
dibagi menjadi empat audit yang berbeda :
a. Analisa Audit 1
Klien perusahaan besar dengan pengendalian internal yang canggih dan resiko inheren yang
rendah
b. Analisa Audit 2
Perusahaan berukuran sedang, banyak pengandalian dan beberaparesiko inheren.
c. Analisa Audit 3
Perusahaan berukuran sedang tetapi mempunyai sedikitpengendalian efektif dan resiko inheren
yang besar.
d. Analisa Audit 4
Auditor menemukan penyimpangan pengujian pengendalianekstensif san salah saji yang penting
selagi melakukan pengujian substantif transaksi dan prosedur analitis.

PERANCANGAN PROGRAM AUDIT


Program audit dirancang dalam 3 bagian yaitu :
1.      Pengujian atas transaksi
Metodologi perencanaan pengujian atas pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi :
a.       Laksanakan prosedur untuk memahami struktur pengendalian intern
b.      Tetapkan risiko pengendalian
c.       Evaluasi biaya dan manfaat dari pengujian atas pengendalian
d.      Rancang pengujian atas pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi untuk memenuhi
tujuan audit berkait transaksi
2.      Analytical Procedures
Karena murah (biaya pelaksanaan analytical procedures relatif rendah) banyak auditor
melaksanakan prosedur analitik secara ekstensif pada semua tahapan audit.
Prosedur analitik dapat dilaksanakan pada ketiga tahapan audit, yaitu:
a. Pada tahap perencanaan audit, untuk membantu auditor memahami bisnis klien dan
menentukan bukti audit lain yang diperlukan untuk menentukan acceptable audit risk.
b.      Pada tahap pelaksanaan audit, terutama selama pengujian substantive.
c.       Pada tahap penyelesaian audit, sebagai pengujian akhir untuk meyakinkan kewajaran hasil audit.
3.      Pengujian terinci atas saldo
Metodologi untuk merancang pengujian terinci pada saldo diorientasikan pada tujuan audit.
Rancangan pengujian tersebut merupakan bagian paling sulit dalam keseluruhan proses
perencanaan.
Dalam perencanaan tersebut, metdologi piutang usaha yang banyak dilakukan oleh auditor :
a. Tentukan materialitas dan tetapkan risiko audit yang dapat diterima dan risiko bawaan
untuk piutang
b. Tetapkan risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penerimaan kas
c. Rancang pengujian atas pengendalian, pengujian, substantive atas transaksi dan prosedur
analitis untuk siklus penjualan dan penerimaan kas
d. Rancang prosedur analitis untuk piutang usaha
e. Rancang pengujian terinci atas saldo piutang usaha untuk memenuhi tujuan spesifik
berkait saldo audit

Anda mungkin juga menyukai