Anda di halaman 1dari 9

RANGKUMAN MATA KULIAH BAB I

“PENGERTIAN AUDITING”

Nama kelompok 6:

1. Wiwin Makfira (02272111132)


2. Gilang M.Subhan de Breving (02272111082)
3. S. Alfitrah Mutiara Sangaji (02272111033)
4. Ratih A. Ajuan (02272111020)
5. Suhaima Losen (02272111065)
6. Munira Dokulamo (02272111057)
7. Agung julhar (02272111023)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KHAIRUN

TAHUN 2023
BAB I. PENGERTIAN AUDITING

1.1. PENGERTIAN AUDITING

Auditing adalah sebuah proses pengumpulan serta pemeriksaan bukti mengenai informasi
guna menentukan dan membuat laporan terkait tingkat kesesuaian antara informasi yang ditetapkan.

Auditing memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan, karena akuntan publik
sebagai pihak yang ahli dan independen pada akhir pemeriksaannya akan memerikan pendapat
mengenai kewajaran posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan laporan arus kas.

Auditing merupakan salah satu bentuk atestasi. Atestasi, pengertian umumnya, merupakan
suatu komunikasi dari seorang expert mengenai kesimpulan tentang reabilitas dari pernyataan
seseorang.

Dalam pengertian yang lebih sempit, atestasi merupakan: “komunikasi tertulis yang
menjelaskan suatu kesimpulan mengenai realibilitas dari asersi tertulis yang merupakan tanggung
jawab dari pihak lainnya”.

Pengertian Menurut Para Ahli

- Menurut Hayes (2014: 4)


Suatu proses sistematis untuk secara ojektif mendapatkan dan mengevaluasi bahan bahan
bukti mengenai asersi tentang kejadian dan kegiatan ekonomi untuk meyakinkan tingkat
keterkaitan antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan
mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

- Menurut Konrath (2002: 5) mendefenisikan auditing sebagai:


“Suatu proses sistematis untuk secara ojektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai
asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat
keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengomunikasikan
hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

- Menurut Penulis Sukrisno Agoes, pengertian auditing adalah:


“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak independen,
terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.

Ada beberapa hal penting dari pengertian tersebut:

1. Yang diperiksa adalah laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-
catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya. Laporan keuangan yang harus diperiksa
terdiri atas laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi komprehensif, laporan
perubahan ekuitas, dan laporan arus kas.
2. Pemerikasaan dilakukan secara kritis dan sistematis. Dalam melakukan pemeriksaannya,
akuntan publik berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik (di USA: Generally
Accepted Auditing Standards), menaati Kode Etik Akuntan Profesional IAI dan Kode Etik
Profesi Akuntan Publik dari IAPI serta mematuhi Standar Pengendalian Mutu. Agar
pemeriksaan dapat dilakukan secara sistematis, akuntan publik harus merencanakan
pemeriksaannya sebelum proses pemeriksaan dimulai, dengan memuat apa yang disebut
rencana pemeriksaan (audit plan). Dalam audit plan antara lain dicantumkan kapan
pemeriksaan dimulai, berapa lama jangka waktu pemeriksaan diperkirakan, kapan laporan
harus selesai, berapa orang audit staff yang ditugaskan, masalah-masalah yang diperkirakan
aka dihadapi di bidang auditing, akuntansi, perpajakan, dan lain-lain.
3. Pemeriksaan dilakukan oleh pihak yang independen, yaitu akuntan publik. Akuntan publik
harus independen, dalam arti, sebagai pihak diluar perusahaan yang diperiksa, tidak boleh
mempunyai kepentingan tertentu di dalam perusahaan tersebut (misal, sebagai pemegang
saham, direksi atau dewan komisaris), atau mempunyai hubungan khusus (misal keluarga dari
pemegang saham, direksi atau dewan komisaris).

Auditing dan Asersi Manajemen

Asersi adalah representasi manajemen mengenai kewajaran laporan keuangan. Auditing Standards
Board (ASB), suatu badan yang dibentuk AICPA untuk memformulasikan standar auditing dan
interpretasinya, mengklasifikasikan asersi laporan keuangan seagai berikut:

1. Existence atau accurance: Apakah semua aset, liabilitas dan ekuitas yang tercantum di
laporan posisi keuangan (neraca) betul-betul ada, dan/atau apakah semua transaksi yang di
presentasikan dalam laporan laba rugi komprehensif betul-betul terjadi?
2. Completeness: Apakah ada aset, liabilitas, dan ekuitas, atau transaksi yang dihilangkan dari
laporan keuangan?
3. Rights and obligations: Apakah aset yang tercantum dilaporan posisi keuangan (neraca)
dimiliki perusahaan, dan apakah liabilitas yang tercantum di laporan posisi keuangan (neraca)
merupakan liabilitas perusahaan per tanggal laporan posisi keuangan?
4. Valuation atau allocation: Apakah aset, liabilitas, dan ekuitas dinilai dengan tepat sesuai
dengan standar akuntansi yang berlaku umum (sekarang SAK/ETAP/IFRS), dan apakah
saldo-saldo sudah dialokasikan secara wajar antara laporan posisi keuangan (neraca) dan laba
rugi komprehensif (misalnya asset cost vs deprecation expenses).
5. Presentation and disclosure: Apakah pengklasifikasian, current versus noncurrent assets and
liabilities, dan operating versus nonoperating revenues and expenses, sudah direfeksikan
secara tepat dilaporan keuangan, dan apakah pengungkapan dalam catatan atas laporan
keuangan sudah memadai agar laporan keuangan itu tidak misleading (menyesatkan).

Tugas auditor adalah untuk menentukan apakah representasi (asersi) tersebut betul-betul wajar;
maksudnya, untuk meyakinkan “tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dengan kriteria yang
ditetapkan”.

Untuk mengevaluasi kewajaran, auditor harus mengumpulkan bukti-bukti yang mendukung atau
menyangkal asersi tersebut. Dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti audit, auditor harus
menaati seperangkat standar yang ditetapkan oleh Auditing Standards Board dari AICPA. Satandar-
standar tersebut disebut standar auditing yang diterima umum (GAAS).

Tujuan Audit

Tujuan audit yaitu untuk menilai kewajaran atau kelayakan penyajian laporan keuangan yang
dibuat oleh perusahaan. Untuk tujuan audit bukti terdiri atas “data akuntansi yang mendasar dan
semua informasi yang menguatkan yang tersedia untuk auditor”. Bukti harus dikumpulkan secara
objektif.

ISA 200
a. ISA 200 menyatakan, tujuan dari suatu audit atas laporan keuangan adalah untuk
memungkinkan auditor menyatakan opini mengenai apakah laporan keuangan disusun, dalam
semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan teridentifiksi.
b. Prinsip –prinsip umum yang mengatur audit atas laporan keuangan:
 Audit harus dilakukan sesuai standar auditing yang berlaku.
 Aditor harus menaati kode etik akuntan publik.
 Kantor Akuntan publik harus memiliki standar pengendalian mutu.
 Akuntan publik harus menerapkan standar pengendalian mutu.
 Manajemen bertanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan.
 Manajemen harus mendesain internal control serta mengimplentasikannya.
 Tanggung jawab auditor terletak pada opini yang diberikannya mengenai kewajaran
laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen.
 Wajar berarti laporan keuangan sudah disusun sesuai dengan standar akuntansi
keuangan dan bebas dari salah saji material.
 Auditor tidak mungkin memeriksa seluruh transaksi (100%) yang terjadi di
perusahaan yang diaudit, tetapi melakukan pemeriksaan secara sampling.
 Namun demikian auditor harus merencanakan dan melaksanakan auditnya
sedemikian rupa dengan menggunakan profesional judgement, sehingga seandainya
terjadi salah saji material atau kecurangan, bisa ditemukan dan dieberitahukan kepada
manajemen.
 Auditor harus mempertahankan independensi, integritas, ojektivitas serta sikap
skeptis dalam melaksanakan auditnya.
 Untuk memberikan opini auditor harus mengumpulkan bahan bukti audit yang cukup
(sufficient) dan tepat (appropriate).

Business Risk dan Audit Risk

Setiap perusahaan menghadapi risiko bisnis, yaitu risiko bahwa perushaan bisa terganggu
kelangsungan hidupnya, karena kondisi ekonomi di negaranya atau di seluruh dunia memburuk,
adanya perubahan peraturan pemerintah yang memberikan dampak buruk bagi bisnis perusahaan dan
perusahaan seenis (industri di mana perusahaan beroperasi).

Audit risk adalah suatu risiko yang dihadapi auditor dalam bentuk salah memberikan opini
mengenai kewajaran laporan keuangan yang diauditnya (laporan keuangan mengandung salah saji
material namun diberikan opini wajar tanpa pengecualian). Oleh karena itu, auditor harus
merencanakan dan melaksanakan auditnya untuk mengurangi audit risk tersebut pada tingkat rendah
yang bisa diterima.

1.2. PERBEDAAN AUDITING DAN AKUNTANSI (ACCOUNTING) DAN TAHAP-TAHAP


AUDIT

1.2.1. perbedaan Auditing dan Akuntansi (Accounting)

Auditing mempunyai sifat analitis, karena akuntan publik memulai pemeriksaannya dari
angka-angka dalam laporan kuangan, lalu dicocokkan dengan neraca saldo (trial balance), buku besar
(general ledger), buku harian (special journals), bukti-bukti pembukuan (documents) dan sub buku
besar (sub-ledger). Sedangkan accounting mempunyai sifat konstruktif, karena disusun mulai dari
bukti-bukti pembukuan, buku harian, buku besar dan sub buku besar, neraca saldo sampai menjadi
laporan keuangan. Akuntansi (Accounting) dilakukan oleh pegawai perusahaan (bagian akuntansi)
dengan berpedoman pada Standar Akuntansi Keuangan atau ETAP atau IRS sedangkan auditing
dilakukan oleh akuntan publik (khususnya financial audit) dengan berpedoman pada Standar
Profesional Akuntan Publik, Kode Etik Profesi Akuntan Publik dan Standar Pengendalian Mutu.

1.2.2. Tahapan-Tahapan Audit

Tahapan-tahapan audit (pemeriksaan umum oleh akuntan publik atas laporan keuangan
perusahaan) dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kantor Akuntan Publik (KAP) dihubungi oleh calon pelanggan (klien) yang membutuhkan
jasa audit.
b. KAP membuat janji untuk bertemu dengan calon klien untuk membicarakan:
 Alasan perusahaan untuk mengaudit laporan keuangannya (apakah untuk
kepentingan pemegang saham dan direksi, pihak bank/kreditor, Bapepam-LK,
Kantor Pelayanan Pajak, dan lain-lain).
 Apakah sebelumnya perusahaan pernah diaudit KAP lain.
 Apa jenis usaha perusahaan dan gambaran umum mengenai perusahaan tersebut.
 Apakah data akuntansi perusahaan diproses secara manual tau dengan bantuan
komputer.
 Apakah sistem penyimpanan bukti-bukti pembukuan cukup rapih.
c. KAP mengajukan surat penawaran (audit proposal) yang antara lain berisi: jenis jasa yang
diberikan, besarnya biaya audit (audit fee), kapan audit dimulai, kapan laporan harus
diserahkan, dan lain-lain. Jika perusahaan menyetujui, audit proposal tersebut akan menjadi
Engagement Letter (Surat Penugasan/Perjanjian Kerja).
d. KAP melakukan audit field work (pemeriksaan lapangan) dikantor klien. Setelah audit field
work selesai KAP memberikan draft audit report kepada klien, sebagai bahan untuk diskusi.
Setelah draft report disetujui klien, KAP akan menerahkan final audit report, namun
sebelumnya KAP harus meminta Surat Pernyataan Langganan (Client Representation Letter)
dari klien yang tanggalnya sama dengan tanggal audit report dan tanggal selesainya audit field
work.
e. Selain audit report, KAP juga diharapkan memberikan Management Letter yang isinya
memberitahukan kepada manajemen mengenai kelemahan pengendalian intern perusahaan
dan saran-saran perbaikannya.

1.3. MENGAPA DIPERLUKAN AUDIT

Audit atas laporan keuangan terutama diperlukan oleh perusahaan berbentuk Perseroan
Terbatas (PT) yang pemiliknya adalah para pemegang saham.

Laporan keuangan yang merupakan tanggung jawab manajemen perlu diaudit oleh KAP yang
merupakan pihak ketiga yang independen, karena:

a. Jika tidak diaudit, ada kemungkinan bahwa laporan kuangan tersebut mengandung kesalahan
baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Karen itu laporan keuangan yang belum diaudit
kurang dipercaya kewajarannya oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan
keuangan tersebut.
b. Jika laporan kuangan sudah diaudit dan mendapat opini wajar tanpa pengecualian
(unqualified) dari KAP, berarti pengguna laporan kuangan bisa yakin bahwa laporan
keuangan tersebut bebas dari salah saji yang material dan disajikan sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
c. Mulai tahun 2001 perusahaan yang total assetnya Rp25 milyar ke atas harus memasukkan
audited financial statements nya ke Departemen Perdagangan dan Perindustrian.
d. Perusahaan yang sudah go public harus memasukkan audited financial statements-nya ke
Bapepam-LK paling lambat go hari setelah tahun buku.
e. SPT yang didukung oleh audited financial statements lebih dipercaya oleh pihak pajak
dibandingkan dengan yang didukung oleh laporan keuangan yang belum diaudit.
1.4. JENIS-JENIS AUDIT

Ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas:

1. Pemeriksaan Umum (General Audit)


Suatu pemeriksaan mum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP independen dengan
tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara
keseluruhan.
2. Pemeriksaan Khusus (Special Audit)
Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditee) yang dilakukan oleh KAP
yang independen, dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat
terhadap kewajaran laporan kuangan secara keseluruhan.

Ditinjau dari jenis pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas:

1. Management Audit (Operational Audit)


Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi
dan kebijakan operasional yang telah ditentukan ole manajemen, untuk mengetahui apakah
kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara etektif, efisien dan ekonomis.
Pendekatan audit yang biasa dilakukan adalah menilai efsiensi, etektivitas, dan keekonomisan
dari masing-masing fungi yang terdapat dalam perusahaan.
Misalnya: fungsi penjualan dan pemasaran, fungsi produksi, fungsi pergudangan dan
distribusi, fungsi personalia (sumber daya manusia), fungsi akuntansi dan fungsi keuangan.
Prosedur audit yang dilakukan dalam suatu management audit tidak seluas audit prosedur
yang dilakukan dalam suatu general (financial) audit, karena ditekankan pada evaluasi
terhadap kegiatan operas perusahaan.

Biasanya audit prosedur yang dilakukan mencakup:


 Analytical review procedures, yaitu membandingkan laporan keuangan periode
berjalan dengan periode yang lalu, budget dengan realisasinya serta analisis rasio
(misalnya menghitung rasio likuiditas, dan profitabilitas untuk tahun berjalan maupun
tahun lalu, dan membandingkannya dengan rasio industri).
 Evaluasi atas management control system yang terdapat di perusahaan. Tujuannya
antara lain untuk mengetahui apakah terdapat sistem pengendalian manajemen dan
pengendalian intern (internal control) yang memadai dalam perusahaan, untuk
menjamin keamanan aset perusahaan, dapat dipercayainya data keuangan dan
mencegah terjadinya pemborosan dan kecurangan.
 Pengujian Ketaatan (Compliance lest)
Untuk menilai efektivitas dari pengendalian intern dan sistem pengendalian
manajemen dengan melakukan pemeriksaan secara sampling atas bukti-bukti
pembukuan, sehingga bisa diketahui apakah transaksi bisnis perusahaan dan
pencatatan akuntansinya sudah dilakukan sesai dengan kebijakan yang telan
ditentukan manajemen perusahaan.

Ada 4 tahapan dalam suatu manajemen audit:

1) Survei Pendahuluan (Preliminary Survey)


2) Penelahan dan pengujian Atas Sistem Pengendalian Manajemen (Review and Testing of
Management Control System)
3) Pengujian Terinci (Detailed Examination)
4) Pengembangan Laporan (Report Development)

Management Audit bisa dilakukan oleh:

 Internal Auditor
 Kantor Akuntan Publik
 Management Consultant

2. Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit)


Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mentaati peraturan-
peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh Pihak intern
perusahaan (manajemen, dewan komisaris) maupun pihak eksternal P'emerintah, Bapepam
L.K, Bank Indonesia. Direktorat Jenderal Pajak, dan lain-lain). Pemeriksaan bisa dilakukan
baik oleh KAP maupun Bagian Internal Audit.
3. Pemeriksaan Intern (Internal Audit)
Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, balk terhadap laporan
kuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun Ketaatan terhadap kebijakan manajemen
yang telah ditentukan.
4. Computer Audit
Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya dengan
menggunakan Electronic Data Processing (EDP) System.
Ada 2 (dua) metode yang bisa dilakukan auditor:
1. Audit Around The Computer
Dalam hal in auditor hanya memeriksa input dan output dari ED system tanpa melakukan
tes terhadap proses dalam EDP system tersebut.
2. Audit Through The Computer
Selain memeriksa input dan output, Auditor juga melakukan tes proses EDP-nya.
Pengetesan tersebut (merupakan compliance test) dilakukan dengan menggunakan
Generalized Audit Software, ACL dil dan memasukkan dummy data (data palsu) untuk
mengetahui apakah data tersebut diproses sesuai dengan sistem yang seharusnya. Dummy
data digunakan agar tidak mengganggu data asli. Dalam hal in KAP harus mempunyai
Computer Audit Specialist yang merupakan auditor berpengalaman dengan tambahan
keahlian di bidang computer information system audit.

1.5. PROFESI AKUNTAN DI INDONESIA DAN DI NEGARA LAIN

Di Indonesia, pemakaian gelar akuntan, sampai sat ini, dilindungi oleh Undang-Undang
Pemakaian Gelar Akuntan tahun 1954. Mereka yang berhak memakai gelar akuntan adalah lulusan
Fakultas Ekonomi Neger Jurusan Akuntansi (Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada,
Universitas Padjadjaran, Universitas Airlangga, Universitas Diponegoro, Universitas Sam Ratulangi,
Universitas Brawijaya, Unud, Andalas, Syah Kuala), lulusan Sekolah Tinggi Akuntan Negara (STAN)
dan lulusan Fakultas Ekonomi Swasta Jurusan Akuntansi yang telah lulus ujian negara dan UNA
Dasar serta UNA Profesi.

Sampai dengan 31 Desember 2015 ini untuk mendapat gelar akuntan, seorang lulusan fakultas
ekonomi jurusan akuntansi baik neger maupun swasta harus mengikuti Pendidikan Profesi Akuntan di
Perguruan Tinggi tertentu dan mengambil antara 20-30 SKS. Mereka yang berhak memakai gelar
akuntan harus mendaftar ke Departemen Keuangan untuk mendapat nomor register dimulai dengan A
dan D (saat ini sudah mencapai + 70.000).

Untuk bisa memperoleh izin praktik sebagai akuntan publik, seorang akuntan harus
memenuhi beberapa syarat yang ditentukan Departemen Keuangan, antara lain: berpengalaman di
KAP minimal 3 tahun setara 4.000 jam, mempunyai beberapa orang staf, mempunyai kantor yang
cukup representatif dan lain-lain. Mulai awal tahun 1998, untuk memperoleh izin praktik, terlebih
dahulu harus lulus Uiian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP), yang diselenggarakan atas kerjasama
IAI dan Departemen Keuangan.

Kemudian USAP sudah diganti dengan ujian CPA yang boleh diikuti oleh mereka yang sudah
bergelar Akuntan. Khusus untuk Akuntan Publik Senior diberikan kesempatan untuk memperoleh
CPA Recognition melalui pelatihan selama seminggu penuh.
Saat ini lulusan PPAK tidak lagi memperoleh gelar akuntan atau CA (Chartered Accountant)
untuk memperoleh gelar CA harus lulus ujian CA yang diselenggarakan oleh IAI, mereka yang
bergelar CA bisa mendirikan KJA (Kantor Jasa Akuntansi/ setelah memperoleh izin dari PPPK (Pusat
Pembinaan Profesi Keuangan) Menteri Keuangan. KJA hanya boleh memberikan jasa non-assurance,
dan antara lain acoservice, penyusutan sistem akuntansi.

Seorang akuntan yang mempunyai nomor register dan/atau CA, bisa memilih profesi sebagai:

 Akuntan Publik (External Auditor): dengan memiliki KAP atau bekerja di KAP.
 Pemeriksa Intern (Internal Auditor): dengan bekerja di Bagian Pemeriksaan Intern (Internal
Audit Department) suatu perusahaan swasta atau Badan Usaha Milik Negara (BUMIN), di
BUMN biasanya disebut Satuan Pengawas Intern (SPI).
 Auditor Pemerintah (Government Auditor): dengan bekerja di Badan Pengawasan
 Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau Inspektorat di
suatu Departemen Pemerintah.
 Bank Indonesia, OJK (Otoritas Jasa Keuangan).
 Financial Accountant: dengan bekerja di bagian akuntansi kuangan suatu perusahaan.
 Cost Accountant: dengan bekerja di bagian akuntansi biaya suatu perusahaan.
 Management Accountant: dengan bekerja di bagian akuntansi manajemen suatu perusahaan.
 Tax Accountant: dengan bekerja di bagian perpajakan suatu perusahaan atau Direktorat
Jenderal Pajak.
 Akuntan Pendidik: dengan bekerja sebagai dosen baik di Perguruan Tinggi Negeri (PTN)
maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Akuntan Pendidik banyak yang merangkap sebagai
akuntan publik, internal auditor, maupun akuntan manajemen (yang bekerja disuatu
perusahaan) atau sebagai government accountant (akuntan pemerintah) yang bekerja pada
instansi pemerintah.

1.6. PEER REVIEW

Peer review adalah suatu penelaahan yang dilakukan terhadap Kantor Akuntan Publik untuk
menilai apakah Kantor Akuntan Publik tersebut telah mengembangkan secara memadal kebijakan dan
prosedur pengendalian mutu sebagaimana yang disyaratkan dalam Standar Pengendalian Mutu nomor
1 yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI).

Peer review sangat bermanfaat bag profesi akuntan publik dan KAP. Dengan membantu KAP
memenuhi standar pengendalian mutu, protesi akuntan publik memperoleh keuntungan dari
peningkatan kinerja dan mutu auditnya. KAP yang telah menjalani peer review juga memperoleh
mantaat jika la dapat meningkatkan mutu praktik auditnya dan sekaligus dapat meningkatkan
reputasinya dan mengurangi kemungkinan timbulnya tuntutan hukum.

Sampai dengan tahun 2000 Peer Review terhadap KAP di Indonesia dilakukan oleh BPKP.
Sekarang in Peer Review dilakukan oleh:

1. Direktorat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPA)P) Kementerian Keuangan RI sekarang
Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK) yang melakukan Compliance Review.
2. Tim Peer Review (sekarang Dewan Review Mutu) IAPI yang melakukan Quality Review.
Ferdinan D. Purba Departemen Keuangan Ri, dalam Seminar IAI - Depkeu, tanggal 4 April
2002, menjelaskan beberapa hal tentang Compliance Review:
 Compliance review adalah suatu proses pengujian untuk menilai ketaatan Akuntan
Publik (AP) dan Kantor Akuntan Publik (KAP) terhadap peraturan perundang-
undangan dan standar yang berlaku.
 Tujuan compliance review adalah:
 Menilai ketaatan AP dan KAP terhadap peraturan perundangan dan standar
yang berlaku
 Memberikan rekomendasi perbaikan
 Menetapkan tindak lanjut (sanksi)
 Jenis compliance review adalah:
 Reguler review: berdasarkan rencana review tahunan
 Investigative review

Menurut Arens, Elder dan Beasly (2017: 63, 64):

Peer Review adalah review (penelaahan) yang dilakukan akuntan publik terhadap ketaatan
KAP pada sistem pengendalian mutu. Tujuan peer review adalah untuk menentukan dan melaporkan
apakah KAP yang ditelaah telah mengembangkan prosedur dan kebijakan yang cukup atas kelima
elemen pengendalian mutu dan menerapkannya dalam praktik.

Standar Pengendalian Mutu

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) 201 terdiri atas: Standar Auditing, Standar Atestasi,
Standar Jasa Akuntansi dan Review, Standar Jasa Konsultasi, Standar Pengendalian Mutu, dan Kode
Etik Profesi Akuntan Publik. Kodifikasi Standar Pengendalian Mutu (SPM) terdiri atas:

 SPM Seksi 100: Sistem Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik.


 SPM Seksi 200: Perumusan Kebijakan dan Prosedur Pengendalian Mutu.
 SPM Seksi 300: Standar Pelaksanaan dan Pelaporan Review Mutu.

Anda mungkin juga menyukai