Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ISU TERKINI AKUNTANSI


AUDITING

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7

PUSPITASARI 01031482225005

VILDA DESMAWATY 01031482225004


SITANGGANG

MATA KULIAH : ISU TERKINI AKUNTANSI


DOSEN PENGAMPU : DR. E. YUSNAINI, S.E.,M.SI.,AK

FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN S1 ASAL D3 AKUNTANSI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
202
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Audit merupakan proses sistematis yang dilakukan oleh auditor untuk


mendapatkan dan mengevaluasi bukti atas peristiwa ekonomis sebuah perusahaan serta
menyertakan kewajaran berdasarkan standar yang telah ditentukan serta menyampaikan
hasil-hasil temuan yang didapatkan kepada pihak yang mempunyai kepentingan
(Mulyadi, 2016:8). Perusahaan di haruskan untuk menjalankan fungsi pengawasan yang
baik yaitu dalam mempertanggungjawabkan penggunaan pendanaan untuk menjalankan
kegiatan usaha yang mampu memberikan jaminan terhadap terlaksananya kegiatan yang
menyuluruh pada sektor perusahaan.

Audit adalah bagian dari memeriksa laporan keuangan yang terdapat didalam
perusahaan. Kualitas dari hasil audit juga harus diperhatikan. Saat ini kualitas audit oleh
auditor perusahaan masih menjadi pusat perhatian berbagai pihak salah satunya klien.
Hal ini dikarenakan kurang transparansinya temuan audit yang dapat terdeteksi oleh
auditor.

Pada pelaksanaan kegiatan audit merupakan tahapan penting yang dilaksanakan


oleh seorang auditor dalam proses auditing untuk menentukkan arah utama dan
pendekatan dalam proses audit. Auditor yang melaksanakan fungsi nilai independensi
disuatu perusahaan sangat dibutuhkan perannya untuk menjunjung pencapaian kinerja
perusahaanyang maksimal.

Hasil audit yang berkualitas dapat menunjukkan bahwa perusahaan melakukan


pengawasan serta pengelolaan dengan baik. Jika mempunyai kualitas yang tidak baik
dari sisi audit maka akan dapat memberikan peluang terhadap lembaga perusahaan untuk
melakukan segala bentuk kesalahan dan penyimpangan dalam menggunakan anggaran
dan dapat menyebabkan adanya resiko tuntutan hukum kepada anggota didalam
perusahaan yang terlibat atau yang melakukan tindakan tersebut. Untuk mengurangi
adanya tindakan tersebut diperlukan pengawasan terhadap semua aktivitas yang ada
didalam perusahaan. Terutama padahal yang mempunyai hubungan dengan pelaporan
keuangan. Hal ini dimulai dengan melakukan pengawasan didalam instansi perusahaan
1
itu sendiri.

Auditor juga harus memiliki tanggung jawab dalam membuat pelaksaan audit
yang bertujuan untuk mendapatkan kepercayaan dan pengetahuan mengenai laporan
keuangan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan penyajian. Pengambilan
keputusan pekerjaannya, auditor harus dapat mengumpulkan setiap informasi secara
terperinci, jelas dan lengkap sesuai dengan fakta yang sudah ditemukan. Hal ini
didukung dengan sikap independensi dan objektif. Dengan begitu, akan berpengaruh
terhadap hasil audit perusahaan, karena opini dari seorang auditor dalam laporan
keuangan berguna untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan yang sebenar-
benarnya dan akan mempengaruhi kelangsungan suatu perusahaan dimasa yang akan
datang

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Audit

Auditing memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan, karena


akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen pada akhir pemeriksaannya akan
memberikan pendapat mengenai kewajaran posisi keuangan, hasil usaha, perubahan
ekuitas, dan laporan arus kas.
Auditing merupakan salah satu bentuk atestasi. Atestasi, pengertian umumnya
merupakan suatu komunikasi dari seorang expert mengenai kesimpulan tentang
realibilitas dari pernyataan seseorang.
Dalam pengertian yang lebih sempit, atestasi merupakan: “komunikasi tertulis
yang menjelaskan suatu kesimpulan mengenai realibilitas dari asersi tertulis yang
merupakan tanggung jawab dari pihak lainnya”. Seorang akuntan publik, dalam
perannya sebagai auditor, memberikan atestasi mengenai kewajaran dari laporan
keuangan sebagai entitas. Akuntan publik juga memberikan jasa atestasi lainnya, seperti
membuat laporan mengenai internal control, dan laporan keuangan porspektif.
Ada beberapa pengertian Auditing (Pemeriksaan Akuntan) yang diberikan oleh
beberapa sarjana dibidang akuntasi antara lain:

Menurut Hayes (2004:4)

Suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bahan
bukti mengenai asersi tentang kejadian dan kegiatan ekonomi untuk meyakinkan tingkat
keterkaitan antara asers tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan
mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Menurut Konrath (2002: 5) mendefinisikan auditing sebagai:

“Suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti
mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk
meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan
dan mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”.

3
Menurut Penulis, pengertian auditing adalah:

“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang
independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta
catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungya, dengan tujuan untuk dapat
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.
Ada beberapa hal yang penting dari pengertian tersebut, yang perlu dibahas lebih
lanjut.
Pertama, yang diperiksa adalah laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya. Laporan
keuangan yang harus diperiksa terdiri atas Laporan Posisi Keuangan (neraca), laporan
laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas. Catatan-
catatan pembukuan terdiri atas buku harian (buku kas/bank, buku penjualan, buku
pembelian, buku serba serbi), buku besar, sub buku besar (piutang, liabilitas, aset tetap,
kartu persediaan).
Kedua, pemeriksaan dilakukan secara kritis dan sistematis. Dalam melakukan
pemeriksaannya, akuntan publik berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik
(di USA: Generally Accepted Auditing Standards), menaati Kode Etik Akuntan
Profesional IAI dan Kode Etik Profesi Akuntan Publik dari IAPI serta mematuhi Standar
Pengendalian Mutu.
Ketiga, pemeriksaan dilakukan oleh pihak yang independen, yaitu akuntan
publik. Akuntan publik harus independen, dalam arti, sebagai pihak diluar perusahaan
yang diperiksa, tidak boleh mempumyai kepentingan tertentu di dalam perusahaan
tersebut (misal, sebagai pemegang saham, direksi atau dewan komisaris), atau
mempunyai hubungan khusus (misal keluarga dari pemegang saham, direksi atau dewan
komisaris).
Keempat, tujuan dari pemeriksaan akuntan adalah untuk dapat memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa. Laporan keuangan
yang wajar yang disusun berdasarkan standar akuntansi yang berlaku umum (di
Indonesia: Standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang dikodifikasi dalam
Standar Akuntansi Keuangan, di USA: Generally

4
Accepted Accounting Principles), diterapkan secara konsisten dan tidak mengandung
kesalahan laporan keuangan itu benar, karena pemeriksaannya dilakukan secara
sampling (test basis) sehingga mungkin saja terdapat kesalahan dalam laporan keuangan
tetapi jumlahnya tidak material (kecil atau immaterial) sehingga tidak mempengaruhi
kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
Tujuan auditor adalah untuk menentukan apakah respresentasi (asersi) tersebut
betul-betul wajar; maksudnya, untuk meyakinkan “tingkat keterkaitan antara asersi
tersebut dengan kriteria yang ditetapkan”.

B. Perbedaan Auditing dan Akuntansi (ACCOUNTING) Dan Tahap-Tahap Audit

a. Perbedaan Auditing dan Akuntansi (Accounting)

Auditing mempunyai sifat analitis, karena akuntan publik memulai


pemeriksaannya dari angka-angka dalam laporan keungan, lalu dicocokkan
dengan neraca saldo (trialbalance), buku besar (general ledger), buku harian
(special journals) , bukti-bukti pembukuan (documents) dan sub buku besar
(sub-ledger). Sedangkan accounting mempunyai sifat konstruktif, karena
disusun mulai dari bukti-bukti pembukuan, buku harian, buku besar dan sub
buku besar, neraca saldo sampai menjadi laporan keuangan. Akuntansi
(accounting) dilakukan oleh pegawai perusahaan (bagian akuntansi)
denganberpedoman pada standar akuntansi keuangan atau ETAP atau IFRS
sedangkan auditing dilakukan oleh akuntan public (khususnya financial audit)
dengan berpedoman pada standard professional Akuntan public, kode Etik
profesi Akuntan public dan standar pengendalian mutu.
b. Tahapan-Tahapan Audit

Tahapan-tahapan audit (pemeriksaan umum oleh akuntan public atas


laporan keuangan perusahaan) dapat dijelaskan sebagai berikut:
 Kantor Akuntan Publik (KAP) dihubungi oleh calon pelanggan (Klien
yang membutuhkan jasa audit.
 KAP membuat janji untuk bertemu dengan calon klien untuk
membicarakan:
5
1. Alas an perusahaan untuk mengaudit laporan keuangannya (apakah
untuk kepentingan pemegang saham dan direksi, pihak bank/kreditor,
bapepam-LK, kantor pelayanan pajak, dan lain-lain.
2. Apakah sebelumnya perusahaan pernah diaudit KAP lain.

3. Apa jenis usaha perusahaan dan gambaran umum mengenai


perusahaan tersebut.
4. Apakah data aakuntansi perusahaan diproses secara manual atau
dengan bantuan computer.
5. Apakh system penyimpanan bukti-bukti pembukuan cukup rapih.

 KAP mengajukan surat penawaran (audit proposal) yang antara lain


berisi: jenis jasa yang diberikan, besarnya biaya audit (audit fee), kapan
audit dimulai, kapan laporan harus diserahkan, dan lain-lain. Jika
perusahaan menyetujui, audit proposal tersebut akan menjadi Engagement
Letter (surat penugasan/perjanjian kerja).
 KAP melakukan audit field work ( pemeriksaan lapangan) dikantor klien.
Setelah audit field work selesai KAP memberikan draft audit report
kepada klien, sebagai bahan untuk diskusi. Setelah draft report disetujui
klien, KAP akan menyerahkan final audit report, namun sebelumnya KAP
harus meminta surat pernyataan langganan ( client representation letter)
dari klien yang tanggalnya sama dengan tanggal audit report dan tanggal
selesainya audit field work.
 Selain audit report, KAP juga diharapkan memberikan management letter
yang isinya memberitahukan kepada manajemen mengenai kelemahan
pengendalian intern perusahaan dan saran-saran perbaikannya.

C. Pentingnya Pengauditan

Audit atas laporan keuangan terutama diperlukan oleh perusahaan berbentuk


perseroan terbatas (PT) yang pemiliknya adalah para pemegang saham.
Biasanya setahun sekali rapat umum pemegang saham (RUPS) para pemegang
saham akan meminta pertanggungjawaban manajemen perusahaan dalam bentuk
6
laporan keuangan.

Laporan keuangan yang merupakan tanggung jawab manajemen perlu di audit


oleh KAP yang merupakan pihak ketiga yang independen, karena :
a. Jika tidak diaudit, ada kemungkinan bahwa laporan keuangan tersebut
mengandung kesalahan mau disengaja maupun tidak disengaja. Karena itu
laporan keuangan yang belum diaudit kurang dipercaya kewajarannya oleh
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut.
b. Jika laporan keuangan sudah di audit dan mendapat opini wajar tanpa
pengecualian (unqualified) dari KAP, berarti pengguna laporan keuangan bisa
yakin bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji yang manjerial
dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di
indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
c. Mulai tahun 2001 perusahaan yang total asetnya Rp25 Milyar keatas harus
memasukkan audited financial statements nya ke departemen perdagangan
dan perindustrian.
d. Perusahaan yang sudah go public harus memasukkan audited financial
statements ke Bapepam-LK paling lambat 90 hari setelah tahun buku.
e. SPT yang didukung oleh audited financial statements lebih dipercaya oleh
pihak pajak dibandingkan dengan yang didukung oleh laporan keuangan yang
belum diaudit.

D. Jenis-Jenis Audit
Audit dibedakan menjadi tiga , yaitu :

a. Audit Laporan Keuangan

Audit Laporan Keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor


independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk
menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
b. Audit Kepatuhan

Audit kepatuhan adalah audit yang tujuaannya untuk menentukan apakah yang
diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan
umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit
kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan.
7
c. Audit Operasional

Audit Operasional merupakan review secara sistematik kegiatan organisasi,


atau bagian daripadanya, dalam hubungannya dengan tujuan tertentu.
Auditor dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Auditor Independen

Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya


kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan
yang dibuat oleh kliennya.
2. Auditor Pemerintah

Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi


pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban
keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintahan
ataupertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah.
3. Auditor Internal

Auditor Internal adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan


negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan
apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah
dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan
organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi,
serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian
organisasi.

Ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit bisa dibedakan atas :

1. Pemeriksaan umum (General Audit)

Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh


KAP independent dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan tersebut harus
diselesaikan sesuai dengan standar profesional akuntan publik atau ISA atau
panduan Audit Entitas Bisnis kecil dan memperhatikan kode etik akuntan
indonesia. Kode etik akuntan publik serta standar pengendalian Mutu

8
2. Pemeriksaan khusus (Special Audit)

Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan audite) yang


dilakukan oleh KAP yang independent dan pada akhir pemeriksaannya auditor
tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara
keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu
ya ng diperiksa, karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas. Misalnya
KAP diminta untuk memeriksa apakah terdapat kecurangan terhadap
penagihan piutang usaha di perusahaan.
Dalam hal ini prosedur audit terbatas untuk memeriksa piutang usaha,
penjualan, dan penerimaan kas. Pada akhir pemeriksaan KAP hanya
memberikan pendapat apakah terdapat kecurangan atau tidak terhadap
penagihan piutang usaha di perusahaan. Jika memang ada kecurangan, berapa
besar jumlahnya dan bagaimana modus operasinya
Ditinjau dari jenis pemeriksaan audit bisa dibedakan atas :

1. Management Audit (Operational Audit)

Pendekatan audit yang biasa dilakukan adalah menilai efisiensi,


efektivitas, dan keekonomisan dari masing-masing fungsi yang terdapat dalam
perusahaan. Misalnya, fungsi penjualan dan pemasaran, fungsi produksi,
fungsi pergudangan dan distribusi, fungsi personalia (sumber daya manusia),
fungsi akuntansi dan fungsi keuangan.
Prosedur audit dilakukan dalam suatu mangement audit tidak seluas audit
prosedur yang dilakukan dalam suatu general (financial) audit, karena
ditekankan pada evaluasi terhadap kegiatan operasi perusahaan.
Biasanya audit prosedur yang dilakukan mencakup :

 Analytical review procedures, yaitu membandingkan laporan keuangan


periode berjalan dengan periode yang lalu, budget dengan realisasinya
serta analisis rasio (misalnya menghitung rasio likuiditas, dan
profotabilitas untuk tahun berjalan maupun tahun lalu, dan
membandingkannya dengan rasio industri).
 Evaluasi atas management control system yang terdapat diperusahaan
tujuannya antara lain untuk mengetahui apakah terdapat sistem

9
pengendalian manajemen dan pengendalian intern (internal control) yang
memadai dalam perusahaan, untuk menjamin keamanan aset perusahaan
dapat dipercayainya data keuangan dan mencegah terjadinya pemborosan
dan kecurangan.
 Pengujian ketaatan (Compliance Test)

Untuk menilai efektivitas (Compliance Test) dari pengendalian intern dan


sistem pengendalian manajement dengan melakukan pemeriksaan secara
sampling atas bukti-bukti pembukuan. Sehingga bisa diketahui apakah
transaksi bisnis perusahaan dan pencatatan akuntansinya sudah dilakukan
sesuai dengan kebijakan yang telah ditentukan manajemen perusahaan.

Ada 4 tahapan dalam suatu manajemen audit :

1. Survei pendahuluan (preliminary Survey)

Survei pendahuluan dimaksudkan untuk mendapat gambaran mengenai


bisnis perusahaan yang dilakukan melalui tanya jawab dengan manajemen dan
staf perusahaan serta pengguna questionnaires.
2. Penelaahan dan pengujian atas sistem pengendalian manajemen (Review and
Testing of management control system)
Untuk menegvaluasi dan menguji efektivitas dan pengendalian
management yang terdapat diperusahaan. Biasanya digunakan management
control questionsnaries (ICQ), flowchart dan penjelasan narrative serta
dilakukan pengertian atas beberapa transaksi (walk through the documents).
3. Pengujian terinci (Detailed Examination)

Melakukan pemeriksaan terhadap transaksi perusahaan untuk mengetahui


apakah prosesnya sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan manajemen.
4. Pengembangan Laporan (Report Development)

Dalam menyusun laporan pemeriksaan, auditor tidak memberikan opini


mengenai kewajaran laporan keuangan perusahaan. Laporan yang dibuat mirip
dengan management latter, karena berisin temuan

10
pemeriksaan (audit findings) mengenai penyimpangan yang terjadi terhadap
kriteria (standard) yang berlaku yang menimbulkan inefisiensi, infetivitas dan
ketidakhematan (pemborosan) dan kelemahan dalam sistem pengendalian
manajement (management control system) yang terdapat diperusahaan. Selain
itu auditor juga memberikan saran-saran perbaikan.

E. Tanggung Jawab Auditor


Auditor bertanggung jawab untuk memeriksa atau menjalankan audit agar
mendapatkan informasi apakah laporan keuangan telah bebas dari kesalahan saji atau
bahkan kecurangan.Tanggung jawabnya yakni :
 Salah Saji Material versus Tidak Material

Dianggap sebagai material apabila kesalahan-kesalahan tersebut belum di


koreksi.Auditor bertanggung jawab untuk mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa
batas materialitas telah terpenuhi.
 Keyakinan Memadai

Dalam Standart audit keyakinan yang memadai sebagai tingkay yang tinggi, tapi
sebuah laporan keuangan tidak dapat di pastikan telah bebas dari slah saji material,
karena sebagian bahan audit merupakan sebagian dari sampel populasi, penyajian
akuntansi berisi stimasi yang kompleks dan sangat sulit seorang auditor mendeteksi
adanya kesalahan saji dalam sebuah laporan keuangan.
 Kesalahan versus Kecurangan

Kesalahan adalah salah saji dalam sebuah laporan keuangan yang tidak di sengaja
namun kecurangan adalah salah saji yang di sengaja
 Skeptis Profesional

Dalam pengauditan harus dilakukan secara skeptic professional yaitu sikap kritis
dalam penilaian atas bahan bukti dalam audit.
 mendeteksi kecurangan material

Auditor harus mamapu mendapat keyakinan bahwa laporan keuangan telah bebas
dari salah saji material. Memang sangat sulit mengingat manajemen dan karyawan
terlibat dalam kecurangan dan bertindak menutup nutupi hal tersebut.Kecurangan

11
meliputi kecurangan dalam pelaporan atau penyalahgunaan asset.
 membongkar tindakan Ilegal

Tindakan illegal adalah sebuah pelanggaran hokum dua contoh tindakan


ilegaladalah pelanggaran terhadap peraturan perpajakan dan perlindungan lingkungan.
Tindakan ketika auditor mengetahui adanya tindakan illegal adalah
1. Mempertimbangkan terhadap laporan keuangan
2. Mempertimbangkan dampak dari tindakan ini terhadap hubngan KAP dengan
manajemen
3. Auditor harus mengkomunikasikan dengan komite audit untuk meyakinkan
bahwa mereka mengetahui adanya tindakan illegal tersebut.

F. Tujuan Audit Atas Transaksi


Tujuan audit atas transaksi mengikuti dan terkait dengan asersi manajemen
tentang transaksi. Hal ini dikarenakan bahwa tanggung jawab utama auditor adalah
menentukan apakah asersi manajemen tentang laporan keuangan dapat dibenarkan.
Tujuan audit berguna sebagai kerangka kerja yang akan membantu auditor dalam
mengumpulkan bahan bukti audit yang cukup kompeten dan tepat sesuai dengan jenis
transaksi yang diaudit.
Ada perbedaan antara tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi dan
tujuan audit khusus yang berkaitan dengan transaksi bagi setiap jenis transaksi. Keenam
tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi bagi setiap jenis transaksi. Keenam
tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi, yang akan dibahas berikut ini, dapat
diterapkan pada setiap jenis transaksi. Tujuan audit khusus yang diterapkan pada setiap
jenis transaksi juga diterapkan pada setiap jenis transaksi, tetapi dinyatakan dalam istilah
yang disesuaikan (berbeda) untuk masing – masing jenis transaksi. Setelah auditor
menetapkan tujuan umum yang berkaitan dengan transaksi, tujuan audit khusus lalu dapat
dikembangkan.
Berikut adalah keenam tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi:
1. Keterjadian
Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi yang telah dicatat memang
benar – benar terjadi. Tujuan ini merupakan padanan atas asersi manajemen tentang
keterjadian transaksi.
2. Kelengkapan
12
Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi yang harus dimasukkan
dalam jurnal benar – benar telah dicatat. Tujuan ini merupakan padanan atas asersi
manajemen tentang kelengkapan transaksi.
3. Keakuratan
4. Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi telah dicatat pada jumlah
yang benar. Tujuan ini merupakan padanan atas asersi manajemen tentang
keakuratan transaksi.
5. Pemindah – bukuan dan pengikhtisaran
Tujuan ini berkaitan dengan keakuratan pemindahan informasi dari jurnal ke
buku besar dan neraca saldo, serta keakuratan pengikhtisaran transaksi dalam
laporan keuangan. Tujuan ini merupakan padanan atas asersi manajemen
tentang keakuratan transaksi.
6. Klasifikasi
Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi telah dicatat pada akun
yang tepat. Tujuan ini merupakan padanan atas asersi manajemen tentang
klasifikasi transaksi.
7. Penetapan waktu
Tujuan ini berkaitan dengan apakah seluruh transaksi telah dicatat dalam periode
akuntansi yang tepat. Tujuan ini merupakan padanan atas asersi manajemen
tentang pisah batas transaksi.
Sesudah tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi ditentukan, tujuan
audit khusus yang berkaitan dengan transaksi untuk setiap jenis transaksi dapat
dikembangkan. Setidaknya satu tujuan audit khusus yang berkaitan dengan transaksi
harus disertakan pada setiap tujuan audit umum yang berkaitan dengan transaksi.

G. Standar Yang Digunakan Dalam Mengaudit


Standar audit adalah standar/aturan/kriteria yang ditetapkan dan disahkan oleh
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), meliputi 3 bagian yaitu adalah sebagai
berikut:

1. Standar Umum

 Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang mempunyai keahlian
dan pelatihan teknis yang memadai sebagai auditor.
13
 Auditor harus mempertahankan mental dari segala hal yang berhubungan dengan
perikatan, independensi.
 Auditor wajib menggunakan keahlian profesionalnya dalam melaksanakan
pelaksanaan audit dan pelaporan dengan cermat dan seksama.

2. Standar Pekerjaan Lapangan

 Seluruh pekerjaan audit dapat direncanakan dengan sebaik-baiknya dan apabila


menggunakan asisten maka harus disupervisi dengan semestinya.
 Tak hanya memperhatikan standar pelaporan audit saja, pemahaman yang
memadai atas pengendalian intern sangat dibutuhkan untuk merencanakan audit
dan menentukan sifat
 Bukti audit yang kompeten harus diperoleh melalui inspeksi pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk dapat
memberikan pernyataan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

3. Standar Pelaporan

 Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
 Hasil laporan auditor harus menunjukkan kekonsistenan, apabila ada ketidak
konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan
periode berjalan dengan penerapan pada periode sebelumnya.
 Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,
kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
 Laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan bahwa pernyataan yang demikian tidak bisa diberikan.

H. Dokumen Yang Dibutuhkan Dalam Standar Pelaporan Audit Laporan


Keuangan

Dokumen yang dibutuhkan dalam standar auditing pelaporan keuangan secara umum
adalah sebagai berikut:
1. Catatan primer akun-akun
14
 Buku bank dan buku kas kecil yang lengkap dan mutakhir hingga akhir tahun
 Arsip tagihan/nota invoice/kwitansi untuk semua item belanja
 Arsip atau buku kwitansi untuk uang yang diterima
 Pernyataan bank, slip penyetoran, dan buku cek
 Buku dan catatan slip gaji karyawan
 Buku besar induk (bila ada)

2. Dokumen ringkasan-ringkasan dan laporan-laporan rekonsiliasi untuk keperluan


standar auditing

 Saldo percobaan atau ringkasan semua penerimaan dan pembayaran


berdasarkan kategori anggaran.
 Laporan rekonsiliasi bank untuk semua rekening bank pada tanggal titik putus
tahun fiskal
 Laporan rekonsiliasi kas kecil hingga tanggal titik putus tahun fiskal
 Lembar catatan persediaan

3. Jadwal dan daftar sebagai dokumen untuk standar pelaporan audit

 Jadwal utang (uang yang dihutang oleh organisasi)


 Jadwal piutang (uang yang dihutang kepada organisasi)
 Jadwal jatuh tempo hibah
 Jadwal hibah yang dijanjikan
 Daftar aset tetap.

4. Informasi lain

 Surat dari bank untuk mengkonfirmasi saldo (akan diminta oleh auditor
sendiri)
 Konstitusi organisasi
 Daftar anggota dewan pengurus dan staf
 Notulensi rapat dewan pengurus
 Perjanjian pendanaan dengan lembaga donor dan persyaratan audit

15
I. Tahapan Audit Laporan Keuangan
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa audit merupakan suatu kegiatan
yang tersistematis sehingga untuk mencapai tujuan audit, terdapat tahapan-tahapan yang
perlu dilakukan. Adapun tahapan-tahapan audit laporan keuangan sebagai berikut:

1. Penerimaan Perikatan Audit

Sebelum melaksanakan audit, maka harus ada sebuah kesepakatan yang harus
dibuat dan disetujui bersama oleh pihak auditor dan pihak klien /perusahaan yang
biasanya diwakili oleh manajemen. Klien menyerahkan laporan keuangan kepada
auditor dan auditor menyanggupi akan melaksanakan audit sesuai dengan
kompetensinya. Bentuk perikatan ini tertulis sebagai surat perikatan audit.

2. Perencanaan Proses Audit

Untuk membuat perencanaan audit, seorang auditor harus:

 Memahami bisnis dan industri klien

 Melakukan prosedur analitik

 Menentukan materialitas, menetapkan risiko audit dan risiko bawaan.

 Memahami struktur pengendalian intern dan menetapkan risiko pengendalian

 Mengembangkan rencana audit dan program audit.

Dari situ, auditor bisa menentukan jenis audit apa yang akan dipilihnya. Selain
itu, auditor juga akan mempertimbangkan segala risiko yang mungkin timbul dalam
proses audit.Sebelum melangkah ke proses selanjutnya, auditor perlu meminta
persetujuan dari pihak perusahaan.

3. Pelaksanaan Pengujian Audit

Setelah membuat perencanaan audit laporan keuangan maka saatnya


melaksanakan pengujian audit. Pada tahap ini, auditor akan melakukan pengujian
analitik, pengujian pengendalian dan pengujian substantif. Singkatnya pengujian
analitik dilakukan auditor dengan mempelajari data-data dan informasi bisnis klien dan
membandingkan dengan data dan informasi lain.

16
Pengujian pengendalian merupakan prosedur audit untuk melakukan verifikasi
efektivitas pengendalian internal klien. Sementara pengujian substantif merupakan
siklus audit untuk menemukan kesalahan yang langsung memberikan pengaruh pada
laporan keuangan. Dengan ini, tujuan audit untuk mengevaluasi sudah dicapai.

4. Tahap Analisa dan Observasi

Dalam melakukan proses audit perusahaan ini, harus ada pihak perusahaan yang
bertugas mengawasi kinerja seorang auditor. Hal ini dilakukan untuk menghindari
kecurangan dan bertujuan agar hasil pengujian data dan informasi yang ada bersifat
objektif serta tepat sasaran.

Di tahap ini pula seorang auditor akan melakukan pemetaan tentang masalah
yang mungkin muncul dari proses observasi tersebut, yang mana semua ini dikaitkan
dengan informasi yang ia dapat sebelumnya dan juga pihak-pihak luar yang sekiranya
terlibat dalam proses pendanaan perusahaan.

5. Mendapatkan Hasil

Setelah melakukan observasi dan segala pemetaan masalah yang kemungkinan


terjadi, kini saatnya auditor memeriksa risiko material dari perusahaan. Auditor akan
menganalisis hasil yang didapatnya dari lapangan. Dari sini akan terlihat jika ada
kesalahan dari laporan keuangan perusahaan dan juga kerugian yang dialami oleh
perusahaan. Selanjutnya, auditor akan mengklarifikasi ulang.

Sebelum mengambil kesimpulan, seorang auditor akan mencocokkan hasil audit


perusahaan dengan auditor yang lain.Jika auditor lainnya juga menemukan kesalahan
keuangan yang sama, maka dipastikan ada yang tidak beres dengan kondisi keuangan
perusahaan.Untuk itu, tim auditor akan melakukan pemeriksaan lanjutan secara lebih
mendalam.

6. Pelaporan Audit

Tahap terakhir yaitu pelaporan audit, yaitu hasil dari pekerjaan audit yang telah
dikerjakan. Laporan ini merupakan bentuk komunikasi auditor dengan pihak lainnya

17
sehingga tidak boleh dibuat secara sembarangan. Di dalam laporan audit harus
mencakup:

 Jenis opini

 Jasa yang diberikan

 Objek yang diaudit

 Tujuan dan ruang lingkup audit

 Hasil audit dan rekomendasi yang diberikan jika ada kekurangan

J. Profesi Akuntan di Indonesia Dan Di Negara Lain

Di indonesia pemakaian gelar akuntan, sampai saat ini, dilindungi oleh undang-
undang pemakaian gelar akuntan tahun 1954. Mereka yang berhak memakai gelar
akuntan adalah lulusan fakultas ekonomi negeri jurusan akuntansi. Sampai dengan 31
desember 2015 ini untuk mendapat gelar akuntan, seorang lulusan fakultas ekonomi
jurusan akuntansi baik negeri maupun swasta harus mengikuti pendidikan profesi
akuntan di perguruan tinggi dan mengambil antara 20-30 sks. Mereka yang berhak
memakai gelar akuntan harus mendaftar ke departemen keuangan untuk mendapatkan
nomor registrasi dimulai dengan A dan D (saat ini sudah mencapai minimal ±70.000).
Saat ini lulusan PPAK tidak lagi memperoleh gelar akuntan oleh CA (cartered
Accountant) untuk memperoleh gelar CA harus lulus ujian CA yang diselenggarakan
oleh oleh IAI, mereka yang bergelar CA bisa mendirikan KJA (Kantor jasa
akuntansi/setelah memperoleh izin dari PPK (pusat pembinaan profesi keuangan) mentri
keuangan. KJA hanya boleh memberikan jasa non- assurance, dan antara lain
acoservice,p penyusutan akuntansi.
Di negara lain, untuk mendapat gelar akuntan harus mengikuti ujian profesi yang
diselenggarakan oleh ikatan profesi akuntan di negara tersebut, dan sebelumnya peserta
harus memiliki paling sedikit ijazah sarjana muda (bachelor). Namun saat ini peserta
ujian profesi harus berijazah master.
Di Inggris, untuk mendapat gelar Chartered Accountant (CA) harus lulus ujian
yang diselenggarakan oleh UK Accountant Association. Di Singapura, untuk mendapat
gelar Chartered Accountant (CA) harus lulus ujian yang diselenggarakan oleh singapura
Accountant Association.

18
K. contoh Kasus

kasus 1 : Ditemukan Pelanggaran pada Audit Laporan Keuangan Garuda, Izin AP


Kasner Sirumapea Dibekukan Jakarta, 29 Juni 2019
Kemenkeu - Pada konferensi pers yang digelar bersama Otoritas Jasa Keuangan
kemarin (28/6/2019), Kementerian Keuangan mengumumkan sanksi yang dijatuhkan
pada Akuntan Publik Kasner Sirumapea dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata,
Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan atas kesalahan audit pada Laporan Keuangan PT
Garuda Indonesia Tbk tahun buku 2018.

Laporan Keuangan Tahunan Garuda tersebut dinyatakan cacat setelah ditemukan


fakta bahwa Garuda Indonesia mengakui pendapatan terkait kerjasama yang dilakukan
dengan PT Mahata Aero Teknologi atas pembayaran yang akan diterima Garuda setelah
penandatanganan perjanjian sehingga hal tersebut berdampak pada Laporan Laba Rugi
Garuda. Melihat hal ini, dua komisaris Garuda tidak turut menandatangani Laporan
Keuangan 2018 tersebut.

Kementerian Keuangan melalui Pusat Pembinaan Profesi Keuangan kemudian


melakukan pemeriksaan terhadap Akuntan Publik Kasner Sirumapea dan KAP
Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan (anggota organisasi audit internasional
BDO) yang melakukan audit atas Laporan Keuangan PT Garuda Indonesia Tbk tahun
buku 2018.

Pemeriksaan tersebut mendapati dua isu penting menyangkut standar audit dan
sistem pengendalian mutu KAP.

Kementerian Keuangan menemukan telah terjadi pelanggaran atas Standar Audit


(SA) – Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA 315, SA 500, dan SA 560 yang
dilakukan oleh Auditor dari KAP yang berpengaruh pada opini Laporan Auditor
Independen (LAI).

SA 315 adalah standar audit yang mengatur tentang pengidentifikasian dan


penilaian risiko kesalahan penyajian material melalui pemahaman atas entitas dan
lingkungannya, sementara SA 500 mengatur tentang bukti audit dan SA 560 mengatur
bagaimana auditor mempertimbangkan peristiwa kemudian dalam auditnya.

19
Isu kedua adalah KAP yang bersangkutan belum menerapkan sistem pengendalian
mutu secara optimal terkait konsultasi dengan pihak eksternal.

“Kami dengan Tim Pusat Pembinaan Profesi Keuangan telah memutuskan untuk
menjatuhkan sanksi pembekuan izin selama 12 bulan terhadap Akuntan Publik Kasner
Sirumapea dan kami juga memberikan peringatan tertulis dengan disertai kewajiban
memperbaiki sistem pengendalian mutu KAP pada Kantor Akuntan Publik Tanubrata,
Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan,” ungkap Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan,
Hadiyanto.

Pada kesempatan yang sama, Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II


Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Fakhri Hilmi mengumumkan, “Otoritas Jasa Keuangan
telah mengundang Akuntan Publik Kasner Sirumapea dan mengenakan sanksi
administratif berupa pembekuan Surat Tanda Terdaftar (STTD) selama satu tahun.”

Sanksi tersebut dijatuhkan karena pelanggaran Pasal 69 Undang-undang Nomor 8


tahun 1995 tentang Pasar Modal yang mengatur bahwa laporan keuangan yang
disampaikan kepada otoritas pasar modal harus disusun berdasarkan standar akuntansi
yang berlaku umum, Peraturan OJK Nomor 13/POJK.03/2017 tentang Penggunaan Jasa
Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik dalam Kegiatan Jasa Keuangan, SA 315, SA
500, dan SA 560, serta SA 700 yang mengatur tentang perumusan suatu opini dan
pelaporan atas laporan keuangan.

Kepada PT Garuda Indonesia Tbk, OJK memberikan perintah tertulis untuk


memperbaiki dan menyajikan kembali laporan keuangan tahunan tahun buku 2018 serta
menjatuhkan sanksi administratif berupa denda sebesar 100 juta rupiah. Sanksi denda
masing-masing sebesar 100 juta rupiah dikenakan kepada seluruh anggota direksi Garuda
dan 100 juta rupiah secara tanggung renteng kepada seluruh anggota direksi dan dewan
komisaris yang menandatangani Laporan Tahunan PT Garuda Indonesia Tbk tahun buku
2018.

Kasus 2 : kasus audit BI aliran dana YPPI

Kasus audit BI atas aliran dana YPPI merupakan salah satu kasus keuangan paling
controversial pada tahun 2008, terutama karena melibatkan serentetan nama anggota

20
dewan gubernur BI dan anggota DPR terkemuka. Sebagai hasil dari laporan BPK, kasus
aliran dana YPPI kini telah terangkat ke meja hijau.

Kasus Aliran dana YPPI atau YLPPI adalah murni temuan tim audit BPK. Tim
tersebutlah yang menentukan rencana kerja, metode, teknik pemeriksaan, analisis
maupun penetapan opini pemeriksaan kasus tersebut sesuai dngan standar pemeriksaan
yang berlaku.

Perintah pemeriksaan BI dan YPPI ini dikeluarkan oleh Anggota Pembina


Keuangan Negara II (Angbintama II) dan Kepala Auditorat Keuangan Negara II
(Tortama II) yang membawahi pemeriksaan BI. Selama periode bulan Februari hingga
Mei 2005, Tim Audit BPK melakukan pemeriksaan atas Laporan Keuangan BI Tahun
2004. Tim Audit BPK juga memeriksa Yayasan Lembaga Pengembangan Perbankan
Indonesia (YLPPI) yang berdiri pada tahun 1977, karena afiliasi lembaganya dengan BI.

Pada bulan Maret 2005, Tim Audit BPK di BI menemukan adanya asset/tanah BI
yang digunakan oleh YLPPI. Berdasarkan pemeriksaan lebih lanjut oleh Kantor Akuntan
Publik Muhammad Thoha atas perbandingan kekayaan YLPPI per 31 Desember 2003
dengan posisi keuangannya per Juni 2003, diketahui adanya penurunan nilai asset sebesar
Rp 93 miliar.

Kronologis :

 Pada bulan Maret 2005, Tim Audit BPK menemukan bahwa terdapat aset/
tanah yang digunakan oleh YLPPI. BI juga menyediakan modal awal YLPPI,
memberikan bantuan biaya operasionalnya serta mengawasi manajemennya.
 Berkaitan dengan dibuatnya peraturan tahun 1993 tentang penggunana
asset/tanah oleh YLPPI serta hubungan terafiliasi antara YLPPI dengan BI,
maka Tim Audit BPK meminta laporan keuangannya agar dapat diungkapkan
dalam Laporan Keuangan BI
 Dari perbandingan kekayaan YLPPI per 31 Desember 2003 dengan posisi
keuangannya per Juni 2003, diketahui adanya penurunan nilai aset sebesar Rp
93 miliar (Informasi mengenai kekayaan YPPI per 31 Desember 2003 ini

21
diperoleh dari Laporan Keuangannya yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik
Mohammad Toha)
 Juni 2005-Oktober 2006: Tim Audit BPK melakukan pendalaman dengan
kasus dengan menetapkan sendiri metode, teknik, objek pengungkapan kasus,
analisis, serta penetapan opini pemeriksaan.
 Mei 2005: Tim Audit BPK melaporkan kasus Aliran Dana YPPI kepada Ketua
BPK, Anwar Nasution.

Temuan Penyimpangan:

1. Manipulasi pembukuan, baik buku YPPI maupun buku Bank Indonesia. Pada
saat perubahan status YPPI dari UU Yayasan Lama ke UU No 16 Tahun 2001
tentang Yayasan, kekayaan dalam pembukuan YPPI berkurang Rp 100 miliar.
Jumlah Rp 100 miliar ini lebih besar dari penurunan nilai aset YPPI yang
diduga semula sebesar Rp 93 miliar. Sebaliknya, pengeluaran dana YPPI
sebesar Rp 100 miliar tersebut tidak tercatat pada pembukuan BI sebagai
penerimaan atau utang.
2. Menghindari Peraturan Pengenalan Nasabah Bank serta UU tentang Tindak
Pidana Pencucian Uang. Dimana dana tersebut dipindahkan dulu dari rekening
YPPI di berbagai bank komersil, ke rekening yang terdapat BI, baru kemudian
ditarik keseluruhan secara tunai.
3. Penarikan dan penggunaan dana YPPI untuk tujuan berbeda dengan tujuan
pendirian yayasan semula. Ini bertentangan dengan UU Yayasan, dan putusan
RDG tanggal 22 Juli 2003 yang menyebutkan bahwa dana YPPI digunakan
untuk pembiayaan kegiatan sosial kemsyarakatan.
4. Penggunaan dana Rp 31,5 miliar yang diduga untuk menyuap oknum anggota
DPR. Sisanya, Rp 68,5 miliar disalurkan langsung kepada individu mantan
pejabat BI, atau melalui perantaranya. Diduga, dana ini digunakan untuk
menyuap oknum penegak hukum untuk menangani masalah hukum atas lima
orang mantan Anggota Dewan Direksi/ Dewan Gubernur BI. Padahal,
kelimanya sudah mendapat bantuan hukum dari sumber resmi anggaran BI
sendiri sebesar Rp 27,7 miliar. Bantuan hukum secara resmi itu disalurkan
kepada para pengacara masing-masing. Dan dana Rp 68,5 miliar

22
Dasar Pengambilan Dana YPPI :

 Keputusan Rapat Dewan Gubernur BI (RDG) tanggal 3 Juni 2003menetapkan


agar Dewan Pengawas YLPPI menyediakan dana sebesar Rp 100 milar untuk
keperluan insidentil dan mendesak di BI
 Salah satu dari dua RDG yang dilakukan tanggal 22 Juli 2003 adalah
menetapkan pembentukan Panitia Pengembangan Sosial kemasyarakatan
(PPSK) untuk melakukan “penarikan, penggunaan dan penatausahaan” dana
yang diambil dari YPPi tersebut.PPSK dibentuk untuk melakukan berbagai
kegiatan dalam rangka membina hubungan social kemayarakatan.
 RDG yang kedua dilakukan pada tanggal 22 Juli 2003 menetapkan agar BI
mengganti atau mengembalikan dana Rp 100 miliar yang diambilnya dari
YPPI.

Penanganan Kasus YPPI :

 5 Juli 2005: Ketua BPK, Anwar Nasution (AN) memanggil Gubernur BI,
Burhanuddin Abdullah (BA). AN meminta yang bersangkutan untuk dapat
menyelesaikan kasus tersebut dengan baik agar tidak menimbulkan gejolak
politik maupun mengganggu karirnya sendiri atau karir semua pihak yang
terkait.
 21 Juli 2005: Ketua BPK memberikan himbauan yang sama pada Paskah
Suzetta (PS). Kala itu, PS menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi XI DPR-RI
dan kemudian diangkat menjadi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional
dalam Kabinet Indonesia Bersatu.
 Ketua BPK, AN, menyarankan untuk dapat menyelesaikan kasus Aliran Dana
YPPI sesuai dengan aturan hukum, termasuk UU tentang Yayasan dan sistem
pembukuan BI sendiri. Saran AN secara spesifik adalah:
o agar seluruh uang YPPI dapat dikembalikan
o agar pembukuan YPPI dapat dikoreksi kembali
 Toleransi yang diberikan AN:
o Memberikan jangka waktu penyelesaian oleh BI yang sama dengan
tenggang waktu yang diperlukan Tim Audit BPK untuk mendalami
kasus YPPI, termasuk melengkapi data dan bukti.

23
o Bila uang YPPI dikembalikan dan pembukuannya dikoreksi, AN
akan menulis surat kepada penegak hukum bahwa tidak ada lagi
kerugian negara.
o Toleransi AN ini tidak dpenuhi oleh para pihak tergugat.

Hasil Pemikiran Diskusi Kelompok :

1. Dari definisi atau pengertian-pengertian tersebut dapat diketahui bahwa


auditing adalah proses yang sistematis, yang merupakan rangkaian langkah atau
prosedur yang logis, berkerangka dan terorganisasi dalam memeriksa dasar-
dasar pernyataan, mengevaluasinya secara bijaksana, secara independen, untuk
menyatakan pendapatnya mengenai kesesuaian pernyataan tersebut dengan
kriteria yang sudah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.
2. Jenis Audit dan Auditor

Audit dibedakan menjadi tiga , yaitu : Audit Laporan Keuangan, Audit


kepatuhan dan audit operasiaonal sedangkan auditor dibedakan menjadi tiga ,
yaitu Auditor independen, Auditor pemerintah dan Auditor Internal.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Auditing memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan,
karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen pada akhir
pemeriksaannya akan memberikan pendapat mengenai kewajaran posisi
keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan laporan arus kas.

Auditing mempunyai sifat analitis, karena akuntan publik memulai


pemeriksaannya dari angka-angka dalam laporan keungan, lalu dicocokkan
dengan neraca saldo (trialbalance), buku besar (general ledger), buku harian
(special journals) , bukti-bukti pembukuan (documents) dan sub buku besar (sub-
ledger). Sedangkan accounting mempunyai sifat konstruktif, karena disusun mulai
dari bukti-bukti pembukuan, buku harian, buku besar dan sub buku besar, neraca
saldo sampai menjadi laporan keuangan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2017. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh


Akuntan Publik. Jakarta. Salemba Empat.
Jusup, Al. Haryono. 2001. Auditing (pengauditan), buku 1. Sekolah
Tinggi IlmuEkonomi YKPN,2001 Yogyakarta.
https://www.jurnal.id/id/blog/2018-mengenal-audit-laporan-keuangan-dari-
pengertian-tujuan-dan-tahapan-nya/
https://pppk.kemenkeu.go.id/in/post/ditemukan-pelanggaran-pada-audit-laporan-
keuangan-garuda,-izin-ap-kasner-sirumapea-dibekukan
https://sumsel.bpk.go.id/2009/01/08/kasus-audit-bi-aliran-dana-yppi/

26

Anda mungkin juga menyukai