DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
PUSPITASARI 01031482225005
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN S1 ASAL D3 AKUNTANSI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
202
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Audit adalah bagian dari memeriksa laporan keuangan yang terdapat didalam
perusahaan. Kualitas dari hasil audit juga harus diperhatikan. Saat ini kualitas audit oleh
auditor perusahaan masih menjadi pusat perhatian berbagai pihak salah satunya klien.
Hal ini dikarenakan kurang transparansinya temuan audit yang dapat terdeteksi oleh
auditor.
Auditor juga harus memiliki tanggung jawab dalam membuat pelaksaan audit
yang bertujuan untuk mendapatkan kepercayaan dan pengetahuan mengenai laporan
keuangan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan penyajian. Pengambilan
keputusan pekerjaannya, auditor harus dapat mengumpulkan setiap informasi secara
terperinci, jelas dan lengkap sesuai dengan fakta yang sudah ditemukan. Hal ini
didukung dengan sikap independensi dan objektif. Dengan begitu, akan berpengaruh
terhadap hasil audit perusahaan, karena opini dari seorang auditor dalam laporan
keuangan berguna untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan yang sebenar-
benarnya dan akan mempengaruhi kelangsungan suatu perusahaan dimasa yang akan
datang
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Audit
Suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bahan
bukti mengenai asersi tentang kejadian dan kegiatan ekonomi untuk meyakinkan tingkat
keterkaitan antara asers tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan
mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Menurut Konrath (2002: 5) mendefinisikan auditing sebagai:
“Suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti
mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk
meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan
dan mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan”.
3
Menurut Penulis, pengertian auditing adalah:
“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang
independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta
catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungya, dengan tujuan untuk dapat
memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.
Ada beberapa hal yang penting dari pengertian tersebut, yang perlu dibahas lebih
lanjut.
Pertama, yang diperiksa adalah laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya. Laporan
keuangan yang harus diperiksa terdiri atas Laporan Posisi Keuangan (neraca), laporan
laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas. Catatan-
catatan pembukuan terdiri atas buku harian (buku kas/bank, buku penjualan, buku
pembelian, buku serba serbi), buku besar, sub buku besar (piutang, liabilitas, aset tetap,
kartu persediaan).
Kedua, pemeriksaan dilakukan secara kritis dan sistematis. Dalam melakukan
pemeriksaannya, akuntan publik berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik
(di USA: Generally Accepted Auditing Standards), menaati Kode Etik Akuntan
Profesional IAI dan Kode Etik Profesi Akuntan Publik dari IAPI serta mematuhi Standar
Pengendalian Mutu.
Ketiga, pemeriksaan dilakukan oleh pihak yang independen, yaitu akuntan
publik. Akuntan publik harus independen, dalam arti, sebagai pihak diluar perusahaan
yang diperiksa, tidak boleh mempumyai kepentingan tertentu di dalam perusahaan
tersebut (misal, sebagai pemegang saham, direksi atau dewan komisaris), atau
mempunyai hubungan khusus (misal keluarga dari pemegang saham, direksi atau dewan
komisaris).
Keempat, tujuan dari pemeriksaan akuntan adalah untuk dapat memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa. Laporan keuangan
yang wajar yang disusun berdasarkan standar akuntansi yang berlaku umum (di
Indonesia: Standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang dikodifikasi dalam
Standar Akuntansi Keuangan, di USA: Generally
4
Accepted Accounting Principles), diterapkan secara konsisten dan tidak mengandung
kesalahan laporan keuangan itu benar, karena pemeriksaannya dilakukan secara
sampling (test basis) sehingga mungkin saja terdapat kesalahan dalam laporan keuangan
tetapi jumlahnya tidak material (kecil atau immaterial) sehingga tidak mempengaruhi
kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
Tujuan auditor adalah untuk menentukan apakah respresentasi (asersi) tersebut
betul-betul wajar; maksudnya, untuk meyakinkan “tingkat keterkaitan antara asersi
tersebut dengan kriteria yang ditetapkan”.
C. Pentingnya Pengauditan
D. Jenis-Jenis Audit
Audit dibedakan menjadi tiga , yaitu :
Audit kepatuhan adalah audit yang tujuaannya untuk menentukan apakah yang
diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu. Hasil audit kepatuhan
umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang membuat kriteria. Audit
kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan.
7
c. Audit Operasional
1. Auditor Independen
8
2. Pemeriksaan khusus (Special Audit)
9
pengendalian manajemen dan pengendalian intern (internal control) yang
memadai dalam perusahaan, untuk menjamin keamanan aset perusahaan
dapat dipercayainya data keuangan dan mencegah terjadinya pemborosan
dan kecurangan.
Pengujian ketaatan (Compliance Test)
10
pemeriksaan (audit findings) mengenai penyimpangan yang terjadi terhadap
kriteria (standard) yang berlaku yang menimbulkan inefisiensi, infetivitas dan
ketidakhematan (pemborosan) dan kelemahan dalam sistem pengendalian
manajement (management control system) yang terdapat diperusahaan. Selain
itu auditor juga memberikan saran-saran perbaikan.
Dalam Standart audit keyakinan yang memadai sebagai tingkay yang tinggi, tapi
sebuah laporan keuangan tidak dapat di pastikan telah bebas dari slah saji material,
karena sebagian bahan audit merupakan sebagian dari sampel populasi, penyajian
akuntansi berisi stimasi yang kompleks dan sangat sulit seorang auditor mendeteksi
adanya kesalahan saji dalam sebuah laporan keuangan.
Kesalahan versus Kecurangan
Kesalahan adalah salah saji dalam sebuah laporan keuangan yang tidak di sengaja
namun kecurangan adalah salah saji yang di sengaja
Skeptis Profesional
Dalam pengauditan harus dilakukan secara skeptic professional yaitu sikap kritis
dalam penilaian atas bahan bukti dalam audit.
mendeteksi kecurangan material
Auditor harus mamapu mendapat keyakinan bahwa laporan keuangan telah bebas
dari salah saji material. Memang sangat sulit mengingat manajemen dan karyawan
terlibat dalam kecurangan dan bertindak menutup nutupi hal tersebut.Kecurangan
11
meliputi kecurangan dalam pelaporan atau penyalahgunaan asset.
membongkar tindakan Ilegal
1. Standar Umum
Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang mempunyai keahlian
dan pelatihan teknis yang memadai sebagai auditor.
13
Auditor harus mempertahankan mental dari segala hal yang berhubungan dengan
perikatan, independensi.
Auditor wajib menggunakan keahlian profesionalnya dalam melaksanakan
pelaksanaan audit dan pelaporan dengan cermat dan seksama.
3. Standar Pelaporan
Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Hasil laporan auditor harus menunjukkan kekonsistenan, apabila ada ketidak
konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan
periode berjalan dengan penerapan pada periode sebelumnya.
Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai,
kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
Laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan bahwa pernyataan yang demikian tidak bisa diberikan.
Dokumen yang dibutuhkan dalam standar auditing pelaporan keuangan secara umum
adalah sebagai berikut:
1. Catatan primer akun-akun
14
Buku bank dan buku kas kecil yang lengkap dan mutakhir hingga akhir tahun
Arsip tagihan/nota invoice/kwitansi untuk semua item belanja
Arsip atau buku kwitansi untuk uang yang diterima
Pernyataan bank, slip penyetoran, dan buku cek
Buku dan catatan slip gaji karyawan
Buku besar induk (bila ada)
4. Informasi lain
Surat dari bank untuk mengkonfirmasi saldo (akan diminta oleh auditor
sendiri)
Konstitusi organisasi
Daftar anggota dewan pengurus dan staf
Notulensi rapat dewan pengurus
Perjanjian pendanaan dengan lembaga donor dan persyaratan audit
15
I. Tahapan Audit Laporan Keuangan
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa audit merupakan suatu kegiatan
yang tersistematis sehingga untuk mencapai tujuan audit, terdapat tahapan-tahapan yang
perlu dilakukan. Adapun tahapan-tahapan audit laporan keuangan sebagai berikut:
Sebelum melaksanakan audit, maka harus ada sebuah kesepakatan yang harus
dibuat dan disetujui bersama oleh pihak auditor dan pihak klien /perusahaan yang
biasanya diwakili oleh manajemen. Klien menyerahkan laporan keuangan kepada
auditor dan auditor menyanggupi akan melaksanakan audit sesuai dengan
kompetensinya. Bentuk perikatan ini tertulis sebagai surat perikatan audit.
Dari situ, auditor bisa menentukan jenis audit apa yang akan dipilihnya. Selain
itu, auditor juga akan mempertimbangkan segala risiko yang mungkin timbul dalam
proses audit.Sebelum melangkah ke proses selanjutnya, auditor perlu meminta
persetujuan dari pihak perusahaan.
16
Pengujian pengendalian merupakan prosedur audit untuk melakukan verifikasi
efektivitas pengendalian internal klien. Sementara pengujian substantif merupakan
siklus audit untuk menemukan kesalahan yang langsung memberikan pengaruh pada
laporan keuangan. Dengan ini, tujuan audit untuk mengevaluasi sudah dicapai.
Dalam melakukan proses audit perusahaan ini, harus ada pihak perusahaan yang
bertugas mengawasi kinerja seorang auditor. Hal ini dilakukan untuk menghindari
kecurangan dan bertujuan agar hasil pengujian data dan informasi yang ada bersifat
objektif serta tepat sasaran.
Di tahap ini pula seorang auditor akan melakukan pemetaan tentang masalah
yang mungkin muncul dari proses observasi tersebut, yang mana semua ini dikaitkan
dengan informasi yang ia dapat sebelumnya dan juga pihak-pihak luar yang sekiranya
terlibat dalam proses pendanaan perusahaan.
5. Mendapatkan Hasil
6. Pelaporan Audit
Tahap terakhir yaitu pelaporan audit, yaitu hasil dari pekerjaan audit yang telah
dikerjakan. Laporan ini merupakan bentuk komunikasi auditor dengan pihak lainnya
17
sehingga tidak boleh dibuat secara sembarangan. Di dalam laporan audit harus
mencakup:
Jenis opini
Di indonesia pemakaian gelar akuntan, sampai saat ini, dilindungi oleh undang-
undang pemakaian gelar akuntan tahun 1954. Mereka yang berhak memakai gelar
akuntan adalah lulusan fakultas ekonomi negeri jurusan akuntansi. Sampai dengan 31
desember 2015 ini untuk mendapat gelar akuntan, seorang lulusan fakultas ekonomi
jurusan akuntansi baik negeri maupun swasta harus mengikuti pendidikan profesi
akuntan di perguruan tinggi dan mengambil antara 20-30 sks. Mereka yang berhak
memakai gelar akuntan harus mendaftar ke departemen keuangan untuk mendapatkan
nomor registrasi dimulai dengan A dan D (saat ini sudah mencapai minimal ±70.000).
Saat ini lulusan PPAK tidak lagi memperoleh gelar akuntan oleh CA (cartered
Accountant) untuk memperoleh gelar CA harus lulus ujian CA yang diselenggarakan
oleh oleh IAI, mereka yang bergelar CA bisa mendirikan KJA (Kantor jasa
akuntansi/setelah memperoleh izin dari PPK (pusat pembinaan profesi keuangan) mentri
keuangan. KJA hanya boleh memberikan jasa non- assurance, dan antara lain
acoservice,p penyusutan akuntansi.
Di negara lain, untuk mendapat gelar akuntan harus mengikuti ujian profesi yang
diselenggarakan oleh ikatan profesi akuntan di negara tersebut, dan sebelumnya peserta
harus memiliki paling sedikit ijazah sarjana muda (bachelor). Namun saat ini peserta
ujian profesi harus berijazah master.
Di Inggris, untuk mendapat gelar Chartered Accountant (CA) harus lulus ujian
yang diselenggarakan oleh UK Accountant Association. Di Singapura, untuk mendapat
gelar Chartered Accountant (CA) harus lulus ujian yang diselenggarakan oleh singapura
Accountant Association.
18
K. contoh Kasus
Pemeriksaan tersebut mendapati dua isu penting menyangkut standar audit dan
sistem pengendalian mutu KAP.
19
Isu kedua adalah KAP yang bersangkutan belum menerapkan sistem pengendalian
mutu secara optimal terkait konsultasi dengan pihak eksternal.
“Kami dengan Tim Pusat Pembinaan Profesi Keuangan telah memutuskan untuk
menjatuhkan sanksi pembekuan izin selama 12 bulan terhadap Akuntan Publik Kasner
Sirumapea dan kami juga memberikan peringatan tertulis dengan disertai kewajiban
memperbaiki sistem pengendalian mutu KAP pada Kantor Akuntan Publik Tanubrata,
Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan,” ungkap Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan,
Hadiyanto.
Kasus audit BI atas aliran dana YPPI merupakan salah satu kasus keuangan paling
controversial pada tahun 2008, terutama karena melibatkan serentetan nama anggota
20
dewan gubernur BI dan anggota DPR terkemuka. Sebagai hasil dari laporan BPK, kasus
aliran dana YPPI kini telah terangkat ke meja hijau.
Kasus Aliran dana YPPI atau YLPPI adalah murni temuan tim audit BPK. Tim
tersebutlah yang menentukan rencana kerja, metode, teknik pemeriksaan, analisis
maupun penetapan opini pemeriksaan kasus tersebut sesuai dngan standar pemeriksaan
yang berlaku.
Pada bulan Maret 2005, Tim Audit BPK di BI menemukan adanya asset/tanah BI
yang digunakan oleh YLPPI. Berdasarkan pemeriksaan lebih lanjut oleh Kantor Akuntan
Publik Muhammad Thoha atas perbandingan kekayaan YLPPI per 31 Desember 2003
dengan posisi keuangannya per Juni 2003, diketahui adanya penurunan nilai asset sebesar
Rp 93 miliar.
Kronologis :
Pada bulan Maret 2005, Tim Audit BPK menemukan bahwa terdapat aset/
tanah yang digunakan oleh YLPPI. BI juga menyediakan modal awal YLPPI,
memberikan bantuan biaya operasionalnya serta mengawasi manajemennya.
Berkaitan dengan dibuatnya peraturan tahun 1993 tentang penggunana
asset/tanah oleh YLPPI serta hubungan terafiliasi antara YLPPI dengan BI,
maka Tim Audit BPK meminta laporan keuangannya agar dapat diungkapkan
dalam Laporan Keuangan BI
Dari perbandingan kekayaan YLPPI per 31 Desember 2003 dengan posisi
keuangannya per Juni 2003, diketahui adanya penurunan nilai aset sebesar Rp
93 miliar (Informasi mengenai kekayaan YPPI per 31 Desember 2003 ini
21
diperoleh dari Laporan Keuangannya yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik
Mohammad Toha)
Juni 2005-Oktober 2006: Tim Audit BPK melakukan pendalaman dengan
kasus dengan menetapkan sendiri metode, teknik, objek pengungkapan kasus,
analisis, serta penetapan opini pemeriksaan.
Mei 2005: Tim Audit BPK melaporkan kasus Aliran Dana YPPI kepada Ketua
BPK, Anwar Nasution.
Temuan Penyimpangan:
1. Manipulasi pembukuan, baik buku YPPI maupun buku Bank Indonesia. Pada
saat perubahan status YPPI dari UU Yayasan Lama ke UU No 16 Tahun 2001
tentang Yayasan, kekayaan dalam pembukuan YPPI berkurang Rp 100 miliar.
Jumlah Rp 100 miliar ini lebih besar dari penurunan nilai aset YPPI yang
diduga semula sebesar Rp 93 miliar. Sebaliknya, pengeluaran dana YPPI
sebesar Rp 100 miliar tersebut tidak tercatat pada pembukuan BI sebagai
penerimaan atau utang.
2. Menghindari Peraturan Pengenalan Nasabah Bank serta UU tentang Tindak
Pidana Pencucian Uang. Dimana dana tersebut dipindahkan dulu dari rekening
YPPI di berbagai bank komersil, ke rekening yang terdapat BI, baru kemudian
ditarik keseluruhan secara tunai.
3. Penarikan dan penggunaan dana YPPI untuk tujuan berbeda dengan tujuan
pendirian yayasan semula. Ini bertentangan dengan UU Yayasan, dan putusan
RDG tanggal 22 Juli 2003 yang menyebutkan bahwa dana YPPI digunakan
untuk pembiayaan kegiatan sosial kemsyarakatan.
4. Penggunaan dana Rp 31,5 miliar yang diduga untuk menyuap oknum anggota
DPR. Sisanya, Rp 68,5 miliar disalurkan langsung kepada individu mantan
pejabat BI, atau melalui perantaranya. Diduga, dana ini digunakan untuk
menyuap oknum penegak hukum untuk menangani masalah hukum atas lima
orang mantan Anggota Dewan Direksi/ Dewan Gubernur BI. Padahal,
kelimanya sudah mendapat bantuan hukum dari sumber resmi anggaran BI
sendiri sebesar Rp 27,7 miliar. Bantuan hukum secara resmi itu disalurkan
kepada para pengacara masing-masing. Dan dana Rp 68,5 miliar
22
Dasar Pengambilan Dana YPPI :
5 Juli 2005: Ketua BPK, Anwar Nasution (AN) memanggil Gubernur BI,
Burhanuddin Abdullah (BA). AN meminta yang bersangkutan untuk dapat
menyelesaikan kasus tersebut dengan baik agar tidak menimbulkan gejolak
politik maupun mengganggu karirnya sendiri atau karir semua pihak yang
terkait.
21 Juli 2005: Ketua BPK memberikan himbauan yang sama pada Paskah
Suzetta (PS). Kala itu, PS menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi XI DPR-RI
dan kemudian diangkat menjadi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional
dalam Kabinet Indonesia Bersatu.
Ketua BPK, AN, menyarankan untuk dapat menyelesaikan kasus Aliran Dana
YPPI sesuai dengan aturan hukum, termasuk UU tentang Yayasan dan sistem
pembukuan BI sendiri. Saran AN secara spesifik adalah:
o agar seluruh uang YPPI dapat dikembalikan
o agar pembukuan YPPI dapat dikoreksi kembali
Toleransi yang diberikan AN:
o Memberikan jangka waktu penyelesaian oleh BI yang sama dengan
tenggang waktu yang diperlukan Tim Audit BPK untuk mendalami
kasus YPPI, termasuk melengkapi data dan bukti.
23
o Bila uang YPPI dikembalikan dan pembukuannya dikoreksi, AN
akan menulis surat kepada penegak hukum bahwa tidak ada lagi
kerugian negara.
o Toleransi AN ini tidak dpenuhi oleh para pihak tergugat.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Auditing memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan,
karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen pada akhir
pemeriksaannya akan memberikan pendapat mengenai kewajaran posisi
keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan laporan arus kas.
25
DAFTAR PUSTAKA
26