Disusun Oleh:
Kelompok 4
1. M. Falah Dicardo 01031482225029
2. Nabillah Khansa 01031482225008
3. Nadya Rizki Apriliani 01031482225025
4. Puspitasari 01031482225005
5. Vilda Desmawaty S 01031482225004
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
PALEMBANG
2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Salam sejahtera untuk kita semua.
Pertama-tama mari kami panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Kuasa karena hanya dengan izin-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Akuntansi Sektor Publik, dengan judul:
“Makalah APBN-Des dan APBD Kalimantan Timur”
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia Pendidikan.
Penulis
PERKEMBANGAN DAN PELAKSANAAN APBN DI TINGKAT
REGIONAL
A. APBN TINGKAT PROVINSI
Dana APBN yang dikelola di regional Kaltim diadministrasikan oleh beberapa unit berbeda
di lingkup Kementerian Keuangan. Untuk sisi penerimaan perpajakan, data diperoleh dari
Kanwil Ditjen Pajak Kaltim dan Kaltara, sementara untuk data Bea dan Cukai diperoleh dari
Kanwil Ditjen Bea & Cukai Kalbagtim. Sedangkan untuk data PNBP dan transfer daerah
merupakan data yang dikelola oleh Kanwil Ditjen Perbendaharan Provinsi Kaltim, begitu
juga untuk data belanja pemerintah pusat.
Realisasi pendapatan di tahun 2018 baik secara nominal maupun persentase terhadap target
menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Sampai dengan akhir tahun,
pendapatan yang terhimpun mencapai 97,85 persen dari target. Pada tahun 2018, pendapatan
perpajakan mencatatkan realisasi senilai Rp18,28 triliun atau 96,54 persen dari target.
Persentase tersebut meningkat sebesar 20,04 persen dari tahun 2017 yang hanya mencapai
Rp15,23 triliun atau 80,79 persen. Sementara itu, penerimaan PNBP tercatat mengalami
penurunan signifikan mencapai 64,89 persen dari tahun lalu, pada tahun 2018 realisasi
mencapai Rp1,62 triliun atau 115,52 persen dari target.
Pada sisi realisasi Belanja, terjadi sedikit peningkatan dibanding tahun sebelumnya secara
persentase terhadap pagu. Total persentase realisasi belanja negara yang disalurkan pada
tahun 2018 mencapai 103,07 persen dari pagu, meningkat 9,04 persen dari tahun 2017.
B. PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSI
1. Pendapatan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi
2017 2018
Jenis
Target Real % Target Real %
PPh 12.686,77 9.181,26 72,37% 12.577,34 11.007,17 87,52%
3,16%
3,00% 2,97%
2,68% 2,75%
2,57%
20 20 20 20 20 20
13 14 15 16 17 18
Rasio perpajakan Kaltim tahun 2018 adalah sebesar 2,97 persen dari PDRB. Angka
tersebut menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan bila dibandingkan tahun
2017 yang hanya sebesar 2,57 persen dari PDRB, namun masih lebih rendah
dibandingkan tahun 2015 yang mampu mencapai 3,16 persen. Tax ratio tersebut
dapat memberikan gambaran mengenai kinerja perpajakan di Kalimantan Timur.
Pada tahun 2018, PDRB berdasarkan harga berlaku mencapai Rp 638,12 triliun
meningkat sebesar Rp45,62 triliun atau 7,70 persen. Sementara itu, realisasi
penerimaan perpajakan di Kaltim sebesar Rp18,93 triliun, meningkat sebesar 20,04
persen. Peningkatan tersebut jauh lebih tinggi daripada kenaikan PDRB sehingga
mengakibatkan rasio perpajakan meningkat sebesar 0,40 persen.
b. Analisis Perbandingan Data Realisasi Pendapatan Pajak antara DJPBN
dengan DJP dan DJBC
11.007,2
10.297,8 DJP/DJBC
DJPb
5.313,0
4.698,5
1.096,4
749,1 706,3 706,3
143,0 137,5 12,2 12,2 0,80,8
2017 2018
Uraian
Target Realisasi % Target Realisasi %
PNBP 1.443.927,8 2.604.975,2 180,4 1.401.298,18 1.618.799,68 115,52
SDA 0 0 0 0 0
Pendapatan Kehutanan 0 0 0 0 0
PNBP LAINNYA 1.371.738,2 2.362.122,1 172,2 1.141.786,04 1.395.318,62 122,2
Pengelolaan BMN 4.020,1 15.043,4 374,2
Jasa 1.066.716,6 942.046,5 88,3
Bunga 0 0,3 0
Hasil Tindak Pidana Korupsi 5.137,7 16.153,6 314,4
Pendidikan 236.600,6 75.590,8 31,9
Hasil Korupsi 415,0 1.613,4 388,7
Iuran dan Denda 258,6 3.541,2 1.369,5
Lain-Lain 58.589,6 1.308.132,7 2.232,7 37,40 21.395,56 57.207,4
Penjualan, Pengelolaan BMN,
Iuran Badan Usaha dan 570,129 8.542,67 1.498,4
Penerimaan Klaim Asuransi
Administrasi dan Penegakan
26.439,85 431.300,66 1.631,3
Kesehatan, Perlindungan Sosial
15.541,87 141.594,74 911,1
Pendidikan, Budaya, Riset dan
327.561,66 85.852,57 26,2
Jasa Transportasi, Komunikasi
762.389,74 647.057,20 84,9
8 Juta
Rp
7
Kontribusi 2016Kontribusi 2017
6
0
Samarinda BalikpapanBontangKukarKutai Timur Kutai
BaratPaserPenajamBerauMahakam
Ulu
Rasio pajak nasional per penduduk yang paling tinggi pada tahun 2018 tercatat di
Kota Balikpapan. Setiap penduduk di wilayah tersebut berkontribusi sebesar
Rp7,09 juta untuk pajak nasional. Faktor jumlah penduduk yang jauh lebih besar
tentunya juga menjadi penyebab kontribusi perpajakan nasional di Samarinda jauh
lebih kecil dibanding Kota Balikpapan bahkan lebih rendah daripada Kota
Bontang.
Sementara itu, apabila melihat pergerakan kontribusi perpajakan pusat, Kabupaten
Penajam Paser Utara, walaupun belum berkontribusi secara signifikan, telah
berhasil meningkatkan kontribusi per penduduk sebesar 42,29 persen dari tahun
2016 sebesar Rp481,13 ribu menjadi Rp684,69 ribu. Angka ini menjadi kontribusi
perpajakan terkecil di Kaltim. Sementara itu, Kota Bontang dan Kabupaten Kutai
Timur mengalami penurunan kontribusi.
C. BELANJA PEMERINTAH PUSAT TINGKAT PROVINSI
1. Perkembangan Pagu dan Realisasi Berdasarkan Organisasi (Bagian
Anggaran/Kementrian/Lembaga)
Belanja pemerintah pusat menurut organisasi adalah belanja pemerintah pusat yang
dialokasikan kepada Kementerian Negara / Lembaga / dan Bagian Anggaran
Bendahara Umum Negara (BUN). Perkembangan Pagu dan Realisasi Belanja
Pemerintah Pusat berdasarkan Organisasi di wilayah Kalimantan Timur dan Utara
akan disajikan pada tabel berikut.
Total pagu Belanja Pemerintah Pusat tahun 2018 sebesar Rp8,87 triliun rupiah, naik
sebesar 9,37 persen dari alokasi tahun anggaran 2017. Jika dilihat dari perkembangan
pagu sejak TA 2017 sampai TA 2018 terdapat 9 Kementerian/Lembaga yang secara
konsisten memperoleh alokasi pagu terbesar, dan baru pada tahun 2018, Komisi
Pemilihan Umum tercatat memiliki alokasi DIPA terbesar ke 7. Hal ini tidak terlepas
dari adanya agenda pemilihan kepala daerah secara serentak pada tahun 2018.
Mencermati kinerja penyerapan anggaran kesepuluh Kementerian/Lembaga di atas
dalam 2 tahun terakhir, rata-rata penyerapan berada dilevel 93,62 persen, dimana Polri
dan Kementerian Pertahanan mencatat rata-rata tingkat penyerapan tertinggi masing-
masing sebesar 101,99 persen dan 99,05 persen. Realisasi POLRI yang berada di atas
100 persen disebabkan karena pembayaran gaji dan tunjangan polri yang melebihi
pagu alokasi yang tersedia. Sementara itu, Komisi Pemilihan Umum mencatat tingkat
realisasi terendah, di tahun 2017 tingkat penyerapan anggarannya berada dilevel yang
sangat rendah yaitu 61,82 persen, dan meningkat di tahun 2018 menjadi 82,79 persen.
2. Perkembangan Pagu Dan Realisasi Berdasarkan Fungsi
2017 2018
C. No Fungsi
Pagu Real % Pagu Real %
1 Pelayanan Umum 2.353,14 2.182,19 92,80% 1.107,56 974,19 87,96%
Alokasi terbesar belanja pemerintah pusat pada tahun 2018 dialokasikan untuk 3
fungsi yaitu Fungsi Ekonomi, Fungsi Pelayanan Umum dan Fungsi Pendidikan.
Alokasi pada Fungsi Ekonomi selama 2 tahun terakhir lebih disebabkan karena
memang fokus terbesar pemerintah pusat untuk daerah ini adalah pada subfungsi
Transportasi, khususnya Program Penyelenggaran Jalan. Alokasi terbesar pada
subfungsi Transportasi merupakan program penyelenggaraan jalan untuk kegiatan
Pelaksanaan Preservasi dan Peningkatan Kapasitas Jalan Nasional. Dana yang
dialokasikan pada subfungsi Transportasi sebesar Rp1,41 triliun atau sebesar 58,03
persen alokasi pada Fungsi Ekonomi. Sementara itu, alokasi terkecil belanja
pemerintah pusat diberikan kepada Fungsi Pariwisata yang hanya mendapatkan
alokasi sebesar Rp2,61 miliar, mengalami peningkatan sebesar Rp1,25 miliar dari
alokasi tahun sebelumnya. Alokasi tersebut disediakan untuk satker Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur dengan capaian angka
realisasi anggaran sebesar 99,69 persen.
3. Perkembangan Pagu Dan Realisasi Berdasarkan Jenis Belanja
Belanja Pemerintah Pusat jika ditinjau berdasarkan jenisnya terdiri dari 8 jenis belanja
yaitu Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal, Pembayaran Bunga Utang,
Subsidi, Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, dan Belanja Lain-Lain. Khusus jenis
belanja Pembayaran Bunga Utang dan Subsidi hanya dialokasikan untuk satker di
Pusat sehingga di Kaltim hanya ada 5 jenis belanja.
2017 2018
Jenis Belanja
Pagu Realisasi % Pagu Realisasi %
Pegawai 2.679,71 2.588,97 96,54% 2.902,33 2.828,91 97,47%
Barang 2.642,34 2.366,73 89,57% 3.617,59 3.292,82 91,02%
Modal 2.733,65 2.342,65 84,46% 2.336,31 2.103,81 90,05%
Hibah 0 11,77 - - - -
Bansos 11,22 10,92 97,33% 9,93 9,69 97,59%
Kondisi arus kas pemerintah pusat ke Kalimantan Timur terus mengalami defisit.
Penerimaan Negara yang masuk belum mampu untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan di Kalimantan Timur. Pada tahun 2017, defisit yang terjadi hanya sebesar
Rp6,82 triliun. Keberhasilan peningkatan realisasi pajak pada tahun 2018 tidak mampu
mengimbangi kenaikan belanja dan transfer ke daerah sehingga memperlebar defisit
yang terjadi menjadi Rp9,57 triliun atau naik sebesar 40,31 persen pada tahun 2017.
Namun demikian, arus kas yang berdasarkan perhitungan di atas belum mencerminkan
kondisi yang sebenarnya. Dalam artian, pendapatan pajak yang diterima merupakan
setoran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak yang terdaftar di wilayah Kaltim karena
realisasi pajak menggunakan data dari Kanwil DJP Kaltim dan Kaltara sehingga apabila
terdapat wajib pajak yang menyetorkan pajak di luar Kaltim tidak akan masuk ke dalam
perhitungan. Begitu pula dengan belanja, realisasi belanja merupakan belanja yang
dilakukan oleh satker-satker yang ada di wilayah Kaltim sehingga tidak memasukkan
data realisasi satker di luar Kaltim yang digunakan untuk pembangunan di wilayah
Kaltim.
E. TRANSFER KE DAERAH
Data Transfer ke Daerah yang disajikan bersumber dari Perpres Nomor 107 Tahun 2017
tentang Rincian APBN Tahun 2018 untuk alokasi, sementara untuk realisasinya
bersumber dari Sistem Informasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (SIMTRADA) yang
dikelola oleh Ditjen Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan R.I serta Online
Monitoring Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (OMSPAN) sebagai
pembanding.
2017 2018
TKDD
PAGU REAL % PAGU REAL %
terlepas dari dampak kontraksi pada tahun 2015 dan 2016, alokasi Transfer ke Daerah
pada tahun 2018 mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar 8,92 persen.
Kenaikan tersebut terjadi hampir pada semua jenis dana Transfer ke Daerah kecuali
DAK Fisik dan Dana Insentif Daerah. Kenaikan alokasi DBH pada tahun 2018 hanya
mencapai 15,95 persen namun demikian realisasi DBH yang ditransfer ke pemerintah
daerah meningkat 39,77 persen. Pada tahun 2018 realisasi DBH sebesar Rp12,52 triliun
atau 115,56 persen dari alokasi pada APBN. Realisasi TKDD TA 2018 yang tercatat
melampaui alokasi tersebut disebabkan karena adanya pencairan Kurang Salur atas Dana
Bagi hasil (DBH) Sumber Daya Alam (SDA) s.d. TA 2017 yang dibayarkan pada TA
2018 setelah adanya penetapan Kurang Salur DBH SDA yang tercantum dalam PMK-
103/PMK.07/2018 yang diterbitkan pada tanggal 29 Agustus 2018. Selain itu juga ada
pencairan Biaya Pemungutan (BP) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor Perhutanan,
Perkebunan dan Pertambangan. Kurang salur tersebut terjadi di semua Pemerintah
daerah yang ada di Kalimantan Timur.
Beralih ke realisasi Transfer ke Daerah berdasarkan wilayah, semua pemerintah daerah
mempunyai realisasi di atas 100 persen. Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur,
dan Kabupaten Berau mempunyai realisasi dana transfer ke daerah lebih dari 110 persen
masing-masing sebesar 112,10 persen, 111,47 persen dan 111,46 persen. Sementara itu,
realisasi terendah terjadi di Kota Bontang, walaupun persentase realisasi telah mencapai
104,01 persen.