Anda di halaman 1dari 5

Selamat malam tutor dan teman-teman, berikut tanggapan saya pada diskusi 2 ini.

1. Postur APBN dalam setiap tahunnya cenderung mengalami defisit, yang diartikan bahwa
penerimaan negara lebih sedikit daripada pengeluaran negara. Penerimaan negara adalah
seluruh penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan barang-barang dan jasa-jasa yang
dimiliki dan dihasilkan oleh pemerintah, pencetakan uang, pinjaman pemerintah,
menjalankan berbagai pungutan dari masyarakat yang didasarkan pada undang-undang.
Sebelum Pandemi, penerimaan perpajakan periode 2017–2019 tumbuh rata-rata sebesar
7,3 persen per tahunnya yang dipengaruhi terutama aktivitas ekonomi domestik dan
kinerja perdagangan internasional. Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak awal tahun 2020
yang menyebabkan gejolak baik di sektor perekonomian global maupun domestik
berpengaruh pada menurunnya penerimaan perpajakan, khususnya penerimaan yang
berkaitan dengan dunia usaha dan aktivitas perdagangan internasional. Namun di dalam
upaya meningkatkan penerimaan dalam rangka menutupi defisit negara misalnya pada
tahun 2022 ialah pada APBN tahun anggaran 2022 ditargetkan sebesar Rp1.846.136,7
miliar. Sesuai dengan data dari informasi APBN Tahun 2022 terdapat beberapa target
dalam peningkatan penerimaan negara, sebagai berikut:
a. Target pendapatan negara tahun 2022 tersebut terutama berasal dari penerimaan
perpajakan yang diperkirakan mencapai Rp1.510.001,2 miliar yang terdiri dari pajak
PPh 680,9 T, PBB 18,4 T, PPNB/PPn 554,4T, dan pajak lainya Rp 11,4 T. Target
penerimaan perpajakan ini diproyeksikan sejalan dengan pemulihan ekonomi, upaya
penguatan sistem perpajakan, dan optimalisasi potensi perpajakan. Upaya tersebut
ditempuh antara lain dengan: i) meningkatkan perbaikan penggalian potensi
perpajakan; ii) melakukan perbaikan kualitas pemeriksaan dan penyidikan pajak; iii)
menyempurnakan sistem informasi teknologi; iv) melakukan perbaikan kebijakan
perpajakan nasional yang diarahkan bagi perluasan basis pajak; v) meningkatkan
kegiatan sensus pajak nasional; vi) meningkatkan pengawasan dan pelayanan di
bidang kepabeanan dan cukai; vii) meningkatkan pengawasan dan pelayanan di
bidang kepabeanan dan cukai; viii) ekstensifikasi cukai; ix) menyesuaikan tarif PPnBM
atas kelompok Barang Kena Pajak (BKP) yang tergolong mewah selain kendaraan
bermotor; dan x) pemberian insentif fiskal bagi kegiatan ekonomi strategis.
b. Sementara itu, PNBP dalam APBN tahun anggaran 2022 diperkirakan sebesar
Rp335.555,6 miliar utamanya didukung oleh penerimaan dari SDA, penerimaan dari
kekayaan negara dipisahkan, dan dukungan dari Badan Layanan Umum (BLU).
Pertumbuhan ini sejalan dengan fluktuasi harga komoditas dan optimalisasi
penyelenggaraan layanan K/L, serta pendapatan yang berasal dari kekayaan negara
yang dipisahkan. Penerimaan Negara bukan pajak tahun 2022 sebesar Rp. 335,6 T
yang berasal dari Pendapatan SDA Nonmigas (Rp. 36,0T), pendapatan KND (37,0T),
Pendapatan BLU (78,8T), Pendapatan SDA migas (Rp. 85,9 T), pendapatan PNBP lainya
(Rp. 97,8 T). dengan menerapkan kebijakan umum seperti:
c. Selanjutnya, penerimaan hibah diproyeksikan Rp579,9 miliar sesuai dengan hibah
terencana pada Kementerian/Lembaga di antaranya untuk mendukung kegiatan
pembangunan sistem pedesaan dan perkotaan, keanekaragaman hayati, serta
penanganan stunting. PNBP mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi dengan rata-
rata sebesar 16,7 persen pada periode 2017-2019.
d. Kepabeanan dan cukai Penerimaan Kepabeanan dan Cukai Tahun 2022 ialah Rp245,0
T, yang diperoleh dari Bea masuk Rp 35,2 T, Bea Keluar, 5,9T, cukai 20,9 T.

Diantara beberapa data yang telah dipaparkan, maka pemerintah perlu mengoptimalkan
berbagai sektor penerimaan pendpatan negara terutama pajak. Hal ini karena berdasar
pada data pajak lah yang paling besar kontribusinya didalam penerimaan negara sebesar
1.2506,0 T. Dengan demikian menurut saya pajak berperan penting dalam penerimaan
negara dikarenakan kebijakan di bidang perpajakan pada hakikatnya juga untuk
mendorong perekonomian nasional melalui pemberian insentif fiskal. Pajak mempunyai
peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam
pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk
membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Di sisi lain pajak
juga sangat penting dalam mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak
dimana pajak memiliki fungsi anggaran, fungsi stabilitas, fungsi retribusi pendapatan,
fungsi mengatur.

2. Menurut saya Tax amnesty efektif untuk dapat meningkatkan penerimaan negara
dikarenakan dengan adanya penerapan tax amnesty Karena pertama dari sisi pajaknya
sendiri, dengan adanya tax amnesty maka ada potensi penerimaan yang akan bertambah
dalam APBN kita baik di tahun ini atau tahun-tahun sesudahnya yang akan membuat
APBN di negara menjadi lebih sustainable. APBN lebih sustainable dan kemampuan
pemerintah untuk untuk belanja juga semakin besar sehingga otomatis ini akan banyak
membantu program-program pembangunan tidak hanya infrastruktur tapi juga perbaikan
kesejahteraan masyarakat. tax amnesty tahun ini dan seterusnya akan sangat membantu
upaya pemerintah memperbaiki kondisi perekonomian, pembangunan dan mengurangi
pengangguran, mengurangi kemiskinan serta memperbaiki ketimpangan. Di sisi yang di
luar fiskal atau pajaknya, dengan kebijakan amnesty ini yang diharapkan dengan diikuti
repatriasi sebagian atau keseluruhan aset orang Indonesia di luar negeri maka akan
sangat membantu stabilitas ekonomi makro kita. Apakah itu dilihat dari nilai tukar rupiah,
apakah itu dilihat dari cadangan devisa, apakah itu dilihat dari neraca pembayaran kita
atau bahkan sampai kepada likuiditas dari perbankan. Jadi kami melihat bahwa kebijakan
ini sangat strategis karena dampaknya dampak yang sifatnya makro, menyeluruh dan
fundamental bagi perekonomian Indonesia. Di Indonesia terdapat pada Peraturan
Menteri Keuangan (PMK) Nomor 196/PMK.03/2021 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Program Pengungkapan Sukarela wajib Pajak yang disahkan pada 23 Ddesember 2021.
Perkiraan tambahan penerimaan negara dan peningkatan basis pajak dari adanya tax
amnesty memiliki potensi minimal bisa diatas 100 triliun. Kemudian basis
pajaknya tax amnesty ini selain untuk pemilik NPWP yang sudah menjadi wajib pajak
untuk memperbaiki atau mendeklarasi harta yang belum dilaporkan, ini juga bermanfaat
untuk orang yang belum punya NPWP. Dari angka wajib pajak sekarang berkisar 27 juta
sementara itu menurut data Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan (Kemkeu),
pajak penghasilan (PPh) yang diterima negara, dari program tersebut mencapai Rp 7,10
triliun dari total pengungkapan harta bersih sebesar Rp 69,95 triliun. Secara detail,
deklarasi harta dalam negeri dan repatriasi oleh wajib pajak mencapai Rp 60,20 triliun.
disamping itu, deklarasi terkait harta luar negeri mencapai kisaran Rp 5,20 triliun. Adapun
harta yang diinvestasikan telah mencapai Rp 4,54 triliun. Peserta Tax Amnesty juga
memiliki pilihan untuk menempatkan investasinya di SBN atau secara langsung 332 sektor
pengelolaan sumber daya alam (SDA) dan energi baru terbarukan (EBT) maupun
pendukungnya yang diatur melalui Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor
52/KMK.010/2022 yang diterbitkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada 24
Februari 2022 (Kontan: 2022).

Sumber:

https://www.kemenkeu.go.id/media/18902/informasi-apbn-2022.pdf, diakses pada tanggal


29 April 2022.

https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/artikel_280213a.pdf, diakses pada tanggal


2022.

https://ekonomi.bisnis.com/read/20220424/259/1526438/116-hari-tax-amnesty-jilid-ii-
total-harta-peserta-capai-rp704-triliun
Diskusi.....

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyatakan 443 pemerintah daerah (pemda) atau 88,07
persen dari total 503 pemda di Indonesia berstatus belum mandiri dalam mengelola
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Hal ini membuat mereka masih
bergantung pada transfer dana dari pemerintah pusat. “Sebagian besar pemda masih sangat
bergantung pada dana transfer daerah untuk mendanai belanja di masing-masing
pemerintah,” ungkap Ketua BPK Agung Firman Sampurna saat memberikan hasil
pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) di Istana Negara, Jakarta, Jumat
(25/6). Bahkan, menurut pemeriksaan BPK, sebanyak 468 pemda atau 93,04 persen dari
total pemda masih memegang status pengelolaan keuangan yang sama sejak 2013 hingga
2020. Artinya, tingkat kemandirian fiskal mereka tidak berkembang dalam kurun waktu tujuh
tahun terakhir.

(Sumber :https://aceh.bpk.go.id/belum-mandiri-88-persen-pemda-bergantung-pada-
transfer-pusat/ (Diakses pada tanggal 17 Februari 2022)

Pertanyaan untuk didiskusikan adalah :

1. Silahkan anda cari APBD suatu daerah (provinsi/kabupaten/kota), lalu anda


bandingkan persentasi Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan dana transfernya.
Mana yang lebih besar? dari data yang anda peroleh tersebut, apa yang dapat anda
maknai jika dikaitkan dengan desentralisasi fiscal dan kemandirian daerah?
2. Silahkan anda amati kembali APBD yang anda peroleh, lalu amati jenis-jenis
Pendapatan Asli Daerah di daerah tersebut. Menurut anda, sector mana yang
menyumbang PAD terbesar bagi daerah yang anda amati tersebut ? Apa yang dapat
anda maknai dari data tersebut?
3. Secara umum, menurut saudara, bagaimana cara untuk meningkatkan potensi
pendapatan asli daerah dari suatu daerah?

Petunjuk dalam melakukan diskusi : Silahkan anda kemukakan pendapat anda dengan
berdasar pada BMP, data APBD suatu daerah, dan dasar hukum terbaru dalam Keuangan
Daerah. Apabila terdapat perbedaan antara BMP dan dasar hukum terbaru, maka
perubahan tersebut perlu anda kemukakan. Jangan lupa cantumkan sumber referensi.

Jawab:

1. Saya mengambil contoh APBD di Kabupaten Blora dimana di tahun 2021 memiliki
dana dengan presentase pendapatan asli daerah yang semula Rp 259.398.747.100,00
menjadi Rp262.245.392.980,00 atau naik sebesar 1,10%, Pendapatan Transfer yang
semula Rp.1.796.489.412.000,00 menjadi Rp.1.805.342.701.003,00 atau naik 0,49%
dan lain-lain pendapatan daerah yang sah semula Rp.78.823.840.900,00 bertambah
menjadi Rp.80.465.456.036,- atau naik 2,08%

Anda mungkin juga menyukai