Anda di halaman 1dari 5

BUKUJAWABANTUGASMATAKULIAHT

UGAS1

NamaMahasiswa :MOCHAMMAD RAMDHAN WIJAYA

NomorIndukMahasiswa/NIM :043685419

Kode/NamaMataKuliah :ADPU4333/Administrasi Keuangan

Kode/NamaUPBJJ :13/Batam

MasaUjian : 2022/23.1(2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAANUNIVERSITASTERBUK
A
1.
a. Mengacu pada Undang-Undang No. 20 Tahun 1997 mengenai Penerimaan Negara Bukan
Pajak, PNBP merupakan penerimaan secara keseluruhan mencakup penerimaan
Pemerintah Pusat yang bukan berasal dari penerimaan pajak. Dalam Undang-Undang
tersebut menyebutkan bahwa kelompok PNBP secara lengkap mencakup:
1) Penerimaan negara dari hasil pengelolaan dana penerintah
2) Penerimaan negara yang berasal dari pemanfaatan sumber daya alam
3) Penerimaan negara dari seluruh pelayaanan yang dikelola pemerintah
4) Penerimaan negara yang berasal dari denda administrasi berdasarkan putusan
pengadilanPenerimaan negara berupa hibah yang termasuk hak pemerintah
5) Dan penerimaan lainnya yang sudah diatur dalam Undang-Undang tersendiri
Namun UU No 20 Tahun 1997 dicabut oleh pemerintah lalu digantikan dengan UU nomer
09 Tahun 2018 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak. Penyempurnaan Pengaturan
Pengelolaan PNBP dalam Undang – Undang ini bertujuan untuk :
1) Mewujudkan peningkatan kemandirian bangsa dengan mengoptimalkan sumper
pandapatan negara dari PNBP guna memperkuat ketahanan fiskan dan mendukung
pembangunan.
2) Mendukung kebijakan pemerintah dalam rangka perbaikan kesejahteraan rakyat,
peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitasm perbaikan distribusi
pendapatan, dan pelestarian lingkungan hidup untuk kesinambungan natar generasi
dengan tetap mempertimbangkan aspek keadilan, dan
3) Mewujudkan pelayanan pemerintah yang bersih, professional, transparan, dan
akuntabel, untuk mendukung tata Kelola pemerintahan yang baik serta peningkatan
pelayanan kepada masyarakat
b. Kontribusi PNBP dalam APBN semakin besar peranannya dalam membiayai
pembangunan. Hal ini tentu membutuhkan kerja keras baik pada saat mulai melakukan
rencana maupun membuat laporan realisasi PNBP untuk mencapai target tersebut.
Kebijakan Umum yang dilakukan Pemerintah pada Penerimaan Negara Bukan Pajak
adalah sebagai berikut :
1) Optimalisasi produksi SDA migas melalui peningkatan produksi/lifting minyak
mentah dan efisiensi cost recovery.
2) Meningkatkan produksi komoditas tambang dan mineral serta perbaikan peraturan
disektor pertambangan
3) Mendukung upaya pengembangan energi baru dan terbarukan sebagai energy
alternative
4) Menggali potensi penerimaan disektor kehutanan dengan tetap mempertimbangkan
program kelestarian lingkungan hidup
5) Mengoptimalkan dividen BUMN dengan teap memepertimbangkanpeningkatan
efisiensi dan kinerja BUMN melalui optimalisasi investasi (Capital Expenditure)
6) Melakukan langkah penyelesaian piutang bermasalah
7) Melakukan penyempurnaan peraturan mengenai tariff PNBP pada K/L
8) Meningkatkan kinerja pelayanan dan administrasi pada PNBP K/L.
Dalam UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara BAB II Pasal 9 ayat d tentang
kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara yang menyebutkan bahwa :
Menteri/pimpinan Lembaga sebagai Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian
negara/Lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas antara lain melaksanakan
pemungutan penerimaan negara bukan pajak dan menyetorkannya ke Kas Negara.
2.
a. Fungsi pemerintah (fungsi fiskal) yang perlu ditingkatkan penerapannya
Pada masa pandemi di tahun 2020 kebijakan fiskal yang diambil oleh pemerintah
yaitu fungsi Stablisasi. Fungsi Stablisasi untuk mencapai kestabilan yang mantap dalam
bidang ekonomi dan akan berakibat kestabilan dalam bidang-bidang lainnya. Kestabilan
ekonomi yang mantap berarti tetap mempertahankan selalu adanya kesempatan kerja dan
kelangsungan produksi, meningkatkan stabilitas harga-harga yang rasional.
Pada Gambar diatas kita lihat bahwa Penurunan pertumbuhan ini diantaranya
disebabkan oleh pelambatan ekonomi yang berdampak pada penurunan pendapatan negara.
Selanjutnya terdepresiasinya nilai rupiah, merosotnya indeks harga saham di pasar modal,
hingga munculnya masalah likuiditas mengakibatkan terancamnya stabilitas perekonomian.
Secara mikro, sepertinya dampak pandemi Covid-19 dapat menyerang berbagai
organisasi/instansi baik yang berskala besar maupun kecil. Pada organisasi kecil tentu saja
permasalahan ini akan sangat terasa karena ketersediaan modal dan sumber daya mereka yang
relatif masih kecil sehingga kesulitan untuk membiayai kegiatan. Pada organisasi besar
pandemi ini juga dapatberdampak karena fixed cost yang harus dikeluarkan relatif besar,
sementara arus pendapatan pasti akan menurun.Kondisi yang sama juga berlaku pada sektor
pemerintahan.
Penurunan pendapatan dialami karena penurunan aktivitas ekonomi masyarakat,
sementara terjadi peningkatan belanja pemerintah, khususnya untuk bidang kesehatan dan
sosial. Pada bulan pertama mungkin pandemi Covid-19 belum terlalu berdampak besar pada
keuangan pemerintah, karena masih dapat memanfaatkan ketersediaan dana yang masih
tersimpan. Namun apabila pandemi ini tidak kunjung membaik, dampak keuangannya akan
mulai dirasakan pada beberapa bulan berikutnya karena adanya penurunan pendapatan yang
tajam dan masalah likuiditas. Oleh karena itu instansi pemerintahan, baik pemerintah pusat
ataupun daerah, perlu mengerahkan kekuatan bersama dalam penanggulangan penyebaran
pandemi ini dengan memprioritaskan anggaran pemerintah di bidang kesehatan dan sosial.
Disaat yang sama pemerintah perlu menanggulangi dampak ekonomi dan keuangan, dengan
target pada masyarakat yang terdampak karena menurunnya daya beli.
b. Upaya yang perludilakukan
1) Pemerintah mengeluarkan tiga stimulus terkait dengan COVID-19. Kebijakan
stimulus pertama adalah insentif pariwisata. Stimulus kedua adalah insentif
perpajakan sektor manufaktur yaitu sebesar Rp 22,9 triliun. Sementara itu, stimulus
ketiga terdiri dari social safety net sebesar Rp 110 triliun, insentif tenaga dan
pelayanan kesehatan sebesar Rp 75 triliun dan dukungan industri sebesar Rp 70,1
triliun.
2) Terkait dengan stimulus kedua, Kemenkeu menerbitkan PMK 23/2020 tentang
stimulus pajak untuk karyawan dan dunia usaha. Stimulus tersebut antara lain pajak
penghasilan karyawan ditanggung Pemerintah (PPh 21 DTP), pembebasan pajak
penghasilan impor serta pengurangan angsuran PPh Pasal 25. Kementerian Keuangan
juga memberikan insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang terdampak Covid-19.
3) Terkait dengan stimulus ketiga, Presiden menginstruksikan kepada seluruh
Menteri/Pimpinan/Gubernur/Bupati/Walikota untuk melakukan percepatan refocusing
kegiatan, realokasi anggaran serta pengadaan barang jasa guna penanganan Covid-19.
Hal ini dituangkan dalam Instruksi Presiden No.4/2020.
4) Presiden RI juga memberikan arahan agar Kementerian/Lembaga mengutamakan
pembelian produk UMKM dalam negeri serta mendorong BUMN memberdayakan
UMKM.
5) Pada sector ketenagakerjaan pemerintah menyediakan program berupa insentif pajak
penghasilan, relaksasi pembayaran pinjaman/kredit, dan dalam waktu dekat akan
dikeluarkan kebijakan relaksasi iuran jaminan sosial ketenagakerjaan untuk
meringankan sekitar 56 juta pekerja sektor formal
6) Memprioritaskan pemberian insentif pelatihan melalui Program Kartu Prakerja bagi
pekerja yang terkena PHK.
7) Memperbanyak program perluasan kesempatan kerja seperti padat karya tunai, padat
karya produktif, terapan Teknologi Tepat Guna (TTG), Tenaga Kerja Mandiri (TKM),
dan kewirausahaan, yang dimaksudkan untuk penyerapan tenaga kerja
3. Alasan penerapan prinsip kebijakan anggaran di Indonesia
Arah kebijakan fiskal dalam pengelolaan keuangan negara diformulasikan untuk
menjawab tantangan dan isu strategis serta mendukung sasaran dan target pembangunan. Oleh
karena itu struktur dari belanja negara harus mencerminkan strategi stabilisasi makro dan
pertumbuhan ekonomi, penyediaan barang publik, mencegah kegagalan pasar dan antisipasi
ketidakpastian serta redistribusi pendapatan dan perlindungan sosial.
Upaya yang dilakukan di dalam pengelolaan keuangan negara sebagai implementasi
kebijakan bidang fiskal adalah upaya untuk menjaga sustainable budget (keberlanjutan). Artinya
penganggaran yang dilakukan dalam belanja negara dijamin kelangsungan pembiayaannya dan
diperbaiki strukturnya agar lebih efisien, produktifdan resiko yang dihadapi tetap terkendali serta
upaya mendorong kualitas belanja yang dilakukan agar lebih efisien dan efektif dalam pencapaian
ouput dan outcome. Oleh karena itu, belanja negara yang berkualitas sebagai respon terhadap
dinamika perekonomian negara. Arah kebijakan juga juga mempunyai prasyarat, yakni : (i)
efisiensi alokasi (ii) efisiensi teknis dan (iii) efisiensi ekonomi.Selain itu sesuai dengan Ringkasan
APBN yang bisa diarik kesimpulan sesuai dengan UU 17 Tahun 2003 adalah :
a. Defisit anggaran yang dimaksud dibatasi maksimal 3% dari produk domestik bruto.
Jumlah pinjaman dibatasi maksimal 60% dari Produk Domestik Bruto
b. Penggunaan Surplus Anggaran perlu mempertimbangkan prinsip pertanggungjawaban
antar generasi sehingga penggunaannya diutamakan untuk pengurangan Utang,
pembentukan dana cadangan, dan peningkatan jaminan sosial
4.
a. Instrumen kebijakan moneter yang diterapkan pada kondisi Inflasi antara lain :
1) Kebijakan Dalam Menetapkan Cash Ratio : Mengambil Kebijakan untuk mengurangi
uang yang bereda, dengan cara tersebut inflasi dapat ditekan. (Contoh : Kita selaku
masyarakat menabung di bank)
2) Kebijakan Operasi Pasar terbuka Melalui kebijakan ini, bank sentral dapat mengurangi
jumlah uang yang beredar dengan cara menjual surat-surat berharga, misalnya Surat
Utang Negara (SUN). (Contoh) masyarakat membeli SUN ke Bank
b. Instrumen Kebijakan Moneter yang diterapkan pada Kondisi deflasi antara lain :
Kebijakan Suku Bunga Kredit : Pemerintah melalui bank sentral dan bank-bank
umum untuk menambah uang yang beredar didalam masyarakat melakukan perubahan
tingkat presentase bunga kredit,dengan tujuan mendorong masyarakat untuk memperoleh
kredit uang yang diharapkan menunjang kegiatan ekonomi dalam negara tersebut
(Contohnya : Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit Investasi Kecil (KIK), dll

Anda mungkin juga menyukai