KEBUDAYAANUNIVERSITASTERBUK A 1. a. Mengacu pada Undang-Undang No. 20 Tahun 1997 mengenai Penerimaan Negara Bukan Pajak, PNBP merupakan penerimaan secara keseluruhan mencakup penerimaan Pemerintah Pusat yang bukan berasal dari penerimaan pajak. Dalam Undang-Undang tersebut menyebutkan bahwa kelompok PNBP secara lengkap mencakup: 1) Penerimaan negara dari hasil pengelolaan dana penerintah 2) Penerimaan negara yang berasal dari pemanfaatan sumber daya alam 3) Penerimaan negara dari seluruh pelayaanan yang dikelola pemerintah 4) Penerimaan negara yang berasal dari denda administrasi berdasarkan putusan pengadilanPenerimaan negara berupa hibah yang termasuk hak pemerintah 5) Dan penerimaan lainnya yang sudah diatur dalam Undang-Undang tersendiri Namun UU No 20 Tahun 1997 dicabut oleh pemerintah lalu digantikan dengan UU nomer 09 Tahun 2018 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak. Penyempurnaan Pengaturan Pengelolaan PNBP dalam Undang – Undang ini bertujuan untuk : 1) Mewujudkan peningkatan kemandirian bangsa dengan mengoptimalkan sumper pandapatan negara dari PNBP guna memperkuat ketahanan fiskan dan mendukung pembangunan. 2) Mendukung kebijakan pemerintah dalam rangka perbaikan kesejahteraan rakyat, peningkatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitasm perbaikan distribusi pendapatan, dan pelestarian lingkungan hidup untuk kesinambungan natar generasi dengan tetap mempertimbangkan aspek keadilan, dan 3) Mewujudkan pelayanan pemerintah yang bersih, professional, transparan, dan akuntabel, untuk mendukung tata Kelola pemerintahan yang baik serta peningkatan pelayanan kepada masyarakat b. Kontribusi PNBP dalam APBN semakin besar peranannya dalam membiayai pembangunan. Hal ini tentu membutuhkan kerja keras baik pada saat mulai melakukan rencana maupun membuat laporan realisasi PNBP untuk mencapai target tersebut. Kebijakan Umum yang dilakukan Pemerintah pada Penerimaan Negara Bukan Pajak adalah sebagai berikut : 1) Optimalisasi produksi SDA migas melalui peningkatan produksi/lifting minyak mentah dan efisiensi cost recovery. 2) Meningkatkan produksi komoditas tambang dan mineral serta perbaikan peraturan disektor pertambangan 3) Mendukung upaya pengembangan energi baru dan terbarukan sebagai energy alternative 4) Menggali potensi penerimaan disektor kehutanan dengan tetap mempertimbangkan program kelestarian lingkungan hidup 5) Mengoptimalkan dividen BUMN dengan teap memepertimbangkanpeningkatan efisiensi dan kinerja BUMN melalui optimalisasi investasi (Capital Expenditure) 6) Melakukan langkah penyelesaian piutang bermasalah 7) Melakukan penyempurnaan peraturan mengenai tariff PNBP pada K/L 8) Meningkatkan kinerja pelayanan dan administrasi pada PNBP K/L. Dalam UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara BAB II Pasal 9 ayat d tentang kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara yang menyebutkan bahwa : Menteri/pimpinan Lembaga sebagai Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/Lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas antara lain melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak dan menyetorkannya ke Kas Negara. 2. a. Fungsi pemerintah (fungsi fiskal) yang perlu ditingkatkan penerapannya Pada masa pandemi di tahun 2020 kebijakan fiskal yang diambil oleh pemerintah yaitu fungsi Stablisasi. Fungsi Stablisasi untuk mencapai kestabilan yang mantap dalam bidang ekonomi dan akan berakibat kestabilan dalam bidang-bidang lainnya. Kestabilan ekonomi yang mantap berarti tetap mempertahankan selalu adanya kesempatan kerja dan kelangsungan produksi, meningkatkan stabilitas harga-harga yang rasional. Pada Gambar diatas kita lihat bahwa Penurunan pertumbuhan ini diantaranya disebabkan oleh pelambatan ekonomi yang berdampak pada penurunan pendapatan negara. Selanjutnya terdepresiasinya nilai rupiah, merosotnya indeks harga saham di pasar modal, hingga munculnya masalah likuiditas mengakibatkan terancamnya stabilitas perekonomian. Secara mikro, sepertinya dampak pandemi Covid-19 dapat menyerang berbagai organisasi/instansi baik yang berskala besar maupun kecil. Pada organisasi kecil tentu saja permasalahan ini akan sangat terasa karena ketersediaan modal dan sumber daya mereka yang relatif masih kecil sehingga kesulitan untuk membiayai kegiatan. Pada organisasi besar pandemi ini juga dapatberdampak karena fixed cost yang harus dikeluarkan relatif besar, sementara arus pendapatan pasti akan menurun.Kondisi yang sama juga berlaku pada sektor pemerintahan. Penurunan pendapatan dialami karena penurunan aktivitas ekonomi masyarakat, sementara terjadi peningkatan belanja pemerintah, khususnya untuk bidang kesehatan dan sosial. Pada bulan pertama mungkin pandemi Covid-19 belum terlalu berdampak besar pada keuangan pemerintah, karena masih dapat memanfaatkan ketersediaan dana yang masih tersimpan. Namun apabila pandemi ini tidak kunjung membaik, dampak keuangannya akan mulai dirasakan pada beberapa bulan berikutnya karena adanya penurunan pendapatan yang tajam dan masalah likuiditas. Oleh karena itu instansi pemerintahan, baik pemerintah pusat ataupun daerah, perlu mengerahkan kekuatan bersama dalam penanggulangan penyebaran pandemi ini dengan memprioritaskan anggaran pemerintah di bidang kesehatan dan sosial. Disaat yang sama pemerintah perlu menanggulangi dampak ekonomi dan keuangan, dengan target pada masyarakat yang terdampak karena menurunnya daya beli. b. Upaya yang perludilakukan 1) Pemerintah mengeluarkan tiga stimulus terkait dengan COVID-19. Kebijakan stimulus pertama adalah insentif pariwisata. Stimulus kedua adalah insentif perpajakan sektor manufaktur yaitu sebesar Rp 22,9 triliun. Sementara itu, stimulus ketiga terdiri dari social safety net sebesar Rp 110 triliun, insentif tenaga dan pelayanan kesehatan sebesar Rp 75 triliun dan dukungan industri sebesar Rp 70,1 triliun. 2) Terkait dengan stimulus kedua, Kemenkeu menerbitkan PMK 23/2020 tentang stimulus pajak untuk karyawan dan dunia usaha. Stimulus tersebut antara lain pajak penghasilan karyawan ditanggung Pemerintah (PPh 21 DTP), pembebasan pajak penghasilan impor serta pengurangan angsuran PPh Pasal 25. Kementerian Keuangan juga memberikan insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang terdampak Covid-19. 3) Terkait dengan stimulus ketiga, Presiden menginstruksikan kepada seluruh Menteri/Pimpinan/Gubernur/Bupati/Walikota untuk melakukan percepatan refocusing kegiatan, realokasi anggaran serta pengadaan barang jasa guna penanganan Covid-19. Hal ini dituangkan dalam Instruksi Presiden No.4/2020. 4) Presiden RI juga memberikan arahan agar Kementerian/Lembaga mengutamakan pembelian produk UMKM dalam negeri serta mendorong BUMN memberdayakan UMKM. 5) Pada sector ketenagakerjaan pemerintah menyediakan program berupa insentif pajak penghasilan, relaksasi pembayaran pinjaman/kredit, dan dalam waktu dekat akan dikeluarkan kebijakan relaksasi iuran jaminan sosial ketenagakerjaan untuk meringankan sekitar 56 juta pekerja sektor formal 6) Memprioritaskan pemberian insentif pelatihan melalui Program Kartu Prakerja bagi pekerja yang terkena PHK. 7) Memperbanyak program perluasan kesempatan kerja seperti padat karya tunai, padat karya produktif, terapan Teknologi Tepat Guna (TTG), Tenaga Kerja Mandiri (TKM), dan kewirausahaan, yang dimaksudkan untuk penyerapan tenaga kerja 3. Alasan penerapan prinsip kebijakan anggaran di Indonesia Arah kebijakan fiskal dalam pengelolaan keuangan negara diformulasikan untuk menjawab tantangan dan isu strategis serta mendukung sasaran dan target pembangunan. Oleh karena itu struktur dari belanja negara harus mencerminkan strategi stabilisasi makro dan pertumbuhan ekonomi, penyediaan barang publik, mencegah kegagalan pasar dan antisipasi ketidakpastian serta redistribusi pendapatan dan perlindungan sosial. Upaya yang dilakukan di dalam pengelolaan keuangan negara sebagai implementasi kebijakan bidang fiskal adalah upaya untuk menjaga sustainable budget (keberlanjutan). Artinya penganggaran yang dilakukan dalam belanja negara dijamin kelangsungan pembiayaannya dan diperbaiki strukturnya agar lebih efisien, produktifdan resiko yang dihadapi tetap terkendali serta upaya mendorong kualitas belanja yang dilakukan agar lebih efisien dan efektif dalam pencapaian ouput dan outcome. Oleh karena itu, belanja negara yang berkualitas sebagai respon terhadap dinamika perekonomian negara. Arah kebijakan juga juga mempunyai prasyarat, yakni : (i) efisiensi alokasi (ii) efisiensi teknis dan (iii) efisiensi ekonomi.Selain itu sesuai dengan Ringkasan APBN yang bisa diarik kesimpulan sesuai dengan UU 17 Tahun 2003 adalah : a. Defisit anggaran yang dimaksud dibatasi maksimal 3% dari produk domestik bruto. Jumlah pinjaman dibatasi maksimal 60% dari Produk Domestik Bruto b. Penggunaan Surplus Anggaran perlu mempertimbangkan prinsip pertanggungjawaban antar generasi sehingga penggunaannya diutamakan untuk pengurangan Utang, pembentukan dana cadangan, dan peningkatan jaminan sosial 4. a. Instrumen kebijakan moneter yang diterapkan pada kondisi Inflasi antara lain : 1) Kebijakan Dalam Menetapkan Cash Ratio : Mengambil Kebijakan untuk mengurangi uang yang bereda, dengan cara tersebut inflasi dapat ditekan. (Contoh : Kita selaku masyarakat menabung di bank) 2) Kebijakan Operasi Pasar terbuka Melalui kebijakan ini, bank sentral dapat mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menjual surat-surat berharga, misalnya Surat Utang Negara (SUN). (Contoh) masyarakat membeli SUN ke Bank b. Instrumen Kebijakan Moneter yang diterapkan pada Kondisi deflasi antara lain : Kebijakan Suku Bunga Kredit : Pemerintah melalui bank sentral dan bank-bank umum untuk menambah uang yang beredar didalam masyarakat melakukan perubahan tingkat presentase bunga kredit,dengan tujuan mendorong masyarakat untuk memperoleh kredit uang yang diharapkan menunjang kegiatan ekonomi dalam negara tersebut (Contohnya : Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit Investasi Kecil (KIK), dll
Persipar PandanganPendapatKeteranganSambutan Jawaban Pemerintah Atas Pemandangan Umum Fraksi Terhadap RUU APBN 2023 Beserta Nota Keuangannya 1661839690