Anda di halaman 1dari 4

program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)

Program Pemulihan Ekonomi Nasiona atau PEN merupakan salah satu rangkaian kegiatan untuk
mengurangi dampak Covid-19 terhadap perekonomian.
Selain penanganan krisis kesehatan, Pemerintah juga menjalankan program PEN sebagai respons atas
penurunan aktivitas masyarakat yang berdampak pada ekonomi, khususnya sektor informal atau
UMKM. 

Adapun Program PEN yang diatur dalam PP 23/2020 bertujuan untuk melindungi,
mempertahankan dan meningkatkan kemampuan ekonomi pelaku usaha baik di sektor riil
maupun sektor keuangan, termasuk kelompok usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Dasar Hukum Program ini adalah Peraturan Pemerintah (PP) tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional Dalam
Rangka Mendukung Kebijakan Keuangan Negara Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019
(Covid-19) dan/atau Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau
Stabilitas Sistem Keuangan Serta Penyelamatan Ekonomi Nasional

Program ini bertujuan untuk melindungi, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan ekonomi
pelaku usaha baik di sektor riil maupun sektor keuangan, termasuk kelompok usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM), dalam menjalankan usaha dalam masa pandemi virus covid-19.

Program ini bertujuan untuk melindungi, mempertahankan, dan meningkatkan kemampuan ekonomi
pelaku usaha dalam menjalankan usaha dalam masa pandemi virus covid-19,

PP 23/2020 mengatur prinsip pelaksanaan program PEN yang terdiri atas asas keadilan sosial, sebesar-
besarnya untuk kemakmuran rakyat, mendukung Pelaku Usaha, menerapkan kaidah-kaidah kebijakan
yang penuh kehati-hatian, serta tata kelola yang baik, transparan, akseleratif, adil, dan akuntabel, tidak
menimbulkan moral hazard; dan adanya pembagian risiko dan biaya (cost and risk sharing) antar
pemangku kepentingan.

Prinsip,PengambilanKebijakan,danModalitasProgramPemulihanEkonomiNasional(PP23/2020)

LANGKAH KEBIJAKAN PENANGANAN DAN PEMULIHAN EKONOMI DIARAHKAN PADA PERBAIKAN SISI
DEMAND

PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 23 TAHUN


2O2O TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL DALAM RANGKA
MENDUKUNG KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA UNTUK PENANGANAN PANDEMI CORONA VIRUS
D/SEASE 2019 (COVTD- 19) DAN/ATAU MENGHADAPI ANCAMAN YANG MEMBAHAYAKAN
PEREKONOMIAN NASIONAL DAN/ATAU STABILITAS SISTEM KEUANGAN SERTA PENYELAMATAN
EKONOMI NASIONAL.
Program PEN atau Pemulihan Ekonomi Nasional merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang tertuang
dalam PP-23.2020, yang resmi ditandatangani Bapak Presiden Joko Widodo pada 9 Mei 2020. Program
PEN ini sendiri adalah sebagai cara untuk mengurangi dampak Covid-19 terhadap pertumbuhan
ekonomi, dan juga untuk penanganan krisis kesehatan. Serta sebagai respon atas penurunan aktivitas
masyarakat yang ekonominya terdampak secara langsung. Dengan kata lain, program PEN ini menjadi
upaya berkelanjutan dari pemerintah dalam menjaga pertumbuhan ekonomi agar tetap stabil. Dalam
hal ini, program PEN akan berjalan dengan dana sebesar Rp 677.2 triliun untuk hingga akhir tahun ini.
Angka tersebut jauh lebih besar dari taksiran dana yang tertuang dalam PP-23.2020 yang hanya sekitar
Rp 641.17 triliun.

sumber dana yang dipakai untuk mendanai program PEN antara lain :

Pertama alokasi belanja negara seperti untuk subsidi bunga UMKM, melalui lembaga keuangan.

Kedua, alokasi penempatan dana untuk perbankan yang terdampak restrkturisasi.

Ketiga, penjaminan untuk kredit modal kerja.

Keempat, penyertaan modal negara untuk BUMN yang permodalannya terdampak.

Kelima, investasi pemerintah untuk modal kerja.

TUJUAN :

Program PEN yang kini tengah direalisasikan oleh pemerintah secara garis besar bertujuan untuk
memberikan perlindungan, pertahanan, dan juga meningkatkan kemampuan ekonomi para pelaku
usaha dalam menjalankan usahanya di tengah pandemi Covid-19. Berkenaan dengan itu, di bawah ini
ada beberapa tujuan diterapkannya program PEN sebagai tindak lanjut dari PP 23/2020 yang di
antaranya :

Mendorong pertumbuhan investasi, program PEN ini secara tidak langsung akan memberikan insentif
pajak, kepabeanan dan cukai negara. Selain itu, program PEN ini juga akan melonggarkan syarat
kredit/pembiayaan/pendanaan bagi UMKM. Dan terakhir, memberikan keringanan pembayaran bagi
UMKM.

Mendukung kegiatan ekspor dan impor negara, dalam hal ini program PEN bertujuan untuk memberikan
insentif pajak, kepabeanan dan cukai. Lalu terciptanya penyederhanaan dan pengurangan jumlah
larangan dan pembatasan ekspor – impor, hingga ke percepatan proses ekspor – impor untuk
perusahaan yang bereputasi baik. Termasuk dengan peningkatan dan percepatan layanan ekspor –
impor dan pengawasan melalui National Logistic Ecosystem (NLE).

Menjaga daya konsumsi, program PEN pun turut menjaga konsumsi terutama untuk mendukung
percepatan dan penguatan subsidi dan bantuan sosial untuk masyarakat miskin dan kelas rentan.
Sekaligus sebagai perluasan stimulus konsumsi dengan fokus kelas menengah (pariwisata, restoran,
transportasi, dan lain sebagainya).
program PEN ini akan diberikan dalam bentuk yang berbeda-beda. Untuk UMKM, dana penjaminan
untuk kredit modal kerja baru UMKM sebesar Rp 6 triliun, dengan insentif pajak sekitar Rp 28.06 triliun
(termasuk dengan PPh 21 DTP, PPh final UMKM DTP). UMKM ini akan mendapatkan subsidi bunga
sekitar Rp 34.15 triliun, yang akan menjangkau ±60.66 juta rekening. Subsidi ini akan memberi
keringanan kepada UMKM yang memiliki pinjaman di lembaga keuangan, terdiri dari :

Sebesar Rp 27.26 triliun melalui BPR, perbankan, dan perusahaan pembiayaan.

Sebesar Rp 40 triliun melalui KUR, Umi, Mekaar, dan Pegadaian.

Sebesar 490 miliar melalui online, koperasi, petani, LPDB, LPMUKP, UMKM Pemda.

Sedangkan korporasi, dananya di dorong oleh penempatan dana pemerintah di perbankan untuk
restrukturisasi debitur UMKM senilai Rp 35 triliun. Dengan insentif pajak sebesar Rp 34.95 triliun
(termasuk bebas PPh 22 impor, pengurangan angsuran PPh 25, pengembalian pendahuluan PPN). Dan
untuk BUMN, dukungannya berupa penyertaan modal negara (PMN), pembayaran kompensasi,
talangan modal kerja (investasi), atau dukungan lain seperti optimalisasi BMN, pelunasan tagihan, loss
limit penjaminan, penundaan dividen, penjaminan pemerintah, dan pembayaran talangan Proyek
Strategis Nasional (PSN).

Siapa Saja yang Berhak

Dari total dana sebesar Rp 677.2 triliun, nantinya akan dibagi rata ke dalam beberapa pemenuhan
kebutuhan yang akan menyasar kelompok-kelompok usaha dari UMKM, korporasi, perusahaan BUMN,
hingga ke Perbankan. Sebut saja sebagai contohnya adalah kelompok usaha dari UMKM, dengan adanya
program PEN ini bisa maka UMKM bisa kembali mendapatkan angin segar untuk mempertahankan
usahanya, sekaligus untuk kembali meningkatkan kinerjanya yang berkontribusi pada pertumbuhan
ekonomi domestik.

Pertama, sebanyak Rp 87.55 triliun akan digunakan untuk bidang kesehatan seperti belanja penanganan
Covid-19, tenaga medis, santunan kematian, bantuan iuran untuk jaminan kesehatan nasional,
pembiayaan gugus tugas, dan insentif perpajakan di bidang kesehatan.

Kedua, sebesar Rp 203.9 triliun akan digunakan untuk perlindungan sosial seperti program PKH, bansos
sembako Jabodetabek, bansos tunai non Jabodetabek, Kartu Prakerja, diskon listrik yang diperpanjang
menjadi enam bulan, bantuan logistik sembako, dan BLT dana desa.

Ketiga, sebesar Rp 123.46 triliun yang dikhususkan untuk UMKM dalam bentuk subsidi bunga,
penempatan dana restrukturisasi, dan dukungan modal kerja UMKM.
Keempat, sebesar Rp 120.61 triliun sebagai relaksasi perpajakan untuk dunia usaha agar tidak gulung
tikar.

Kelima, sebesar Rp 44.57 triliun sebagai pendukung bidang pembiayaan dan korporasi. Dalam hal ini
pemerintah melakukan PMN dan penalangan kredit modal kerja untuk non UMKM yang pinjamannya
dari Rp 10 miliar hingga Rp 1 triliun.

Keenam, sebesar Rp 97.11 triliun sebagai pendukung sektoral maupun kementerian/lembaga, dan
Pemda dalam menanggulangi Covid-19.

Anda mungkin juga menyukai