REFORMASI BIROKRASI
BADAN KETAHANAN PANGAN
TAHUN 2019
Kata Pengantar
ii
DAFTAR ISI
Halaman
LAMPIRAN ............................................................................................................... 61
iii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makna reformasi secara etimologi dari kata reformation artinya reforms. Reformasi
mempunyai pengertian suatu gerakan yang menata ulang, menata hal-hal yang
menyimpang untuk dikendalikan secara teratur dan nilai nilai yang ideal serta
dicita–citakan masyarakat. Birokrasi adalah lembaga sebagai alat tempat
menciptakan suatu kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh para
penyelenggara negara atau pemangku jabatan dalam organisasi. Mendasari
makna reformasi dan birokrasi maka reformasi birokrasi pada hakikatnya
merupakan upaya untuk melakukan perubahan dan pembaharuan mendasar
terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan dengan sasarannya adalah
birokrasi terutama menyangkut aspek kelembagaan, ketatalaksanaan dan
sumberdaya manusia aparatur yang merupakan 3 (tiga) variabel yang sangat
penting guna membangun aparatur pemerintahan yang baik. Pelaksanaan
reformasi birokrasi dalam rangka membangun pemerintahan yang baik (good
governance) berpedoman pada Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010
tentang Grand Desain Reformasi Birokrasi 2010 – 2025, yang berisikan langkah-
langkah umum penataan organisasi, penataan tatalaksana, penataan manajemen
sumberdaya manusia aparatur, penguatan sistem pengawasan intern, penguatan
akuntabilitas, peningkatan kualitas pelayanan publik dan pemberantasan KKN.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 tahun 2010 tentang road map yang menjabarkan uraian
kegiatan reformasi birokrasi, untuk itu di Badan Ketahanan Pangan telah
ditetapkan road map reformasi birokrasi Badan Ketahanan Pangan Tahun 2019.
Sejalan dengan itu, penilaian mandiri pelaksanaan reformasi birokrasi (PMPRB)
tahun 2019 oleh Kementerian PAN/RB akan dilaksanakan di tingkat Eselon I
lingkup Kementerian Pertanian. Sedangkan tahun sebelumnya PMPRB
dilaksanakan pada tingkat K/L sehingga monitoring dan evaluasi mandiri Badan
Ketahanan Pangan belum dilaksanakan secara mandiri dan masih mengikuti
kegiatan Kementerian Pertanian.
1
B. Identifikasi Capaian Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi
Untuk menindaklanjuti reformasi birokrasi perlu ditetapkan road map Tahun 2019
dengan langkah identifikasi terhadap capaian pelaksanaan program reformasi
birokrasi dan hasil – hasil yang telah dicapai di Badan Ketahanan Pangan selama
kurun waktu 2018 dengan memperhatikan penilaian internal institusi maupun
eksternal, adapun hasil yang telah dinilai meliputi antara lain :
1. Pemeriksaan Hasil Auditor
Penilaian capaian kinerja atas keuangan tidak hanya dari aspek realisasi
keuangan tetapi juga hasil pemeriksaan dari auditor baik dari Inspektorat
Jenderal Kementerian Pertanian, maupun dari Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK). Pemeriksaan dilakukan melalui proses identifikasi masalah, analisis,
dan evaluasi secara independen, objektif, dan professional berdasarkan
standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan
keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
Negara.
2
b. Piutang 13 Gapoktan di Kabupaten Karawang pada TTI Center Jakarta,
dan TTI Lokal Bogor, Depok, Bekasi seluruhnya Rp. 394.049.800,-
c. Kelebihan pembayaran honor narasumber, sewa mobil sebesar
16.220.000.
d. PPK dan penanggungjawab kegiatan belum sepenuhnya memenuhi PMK
Nomor 168/PMK.05/2015 dan pedoman yang sudah ditetapkan.
e. Identifikasi CP/CL LUPM oleh Tim Teknis kabupaten dan verifikasi Tim
Pembina Provinsi kurang cermat.
f. Penggunaan anggaran belum dilakukan secara cermat dan adanya
kecenderungan penggunaan anggaran tidak diperuntukkan bagi yang
berkepentingan (TTIC).
g. Penggunaan anggaran belum sepenuhnya mengacu kepada Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 78/PMK.02/2017 tentang SBM Tahun 2017.
h. Target kuantitas 250 unit TTI belum terpenuhi dalam rangka memfasilitasi
stabilisasi pasokan dan harga pangan belum sepenuhnya tercapai.
i. Penetapan LUPM belum sepenuhnya tepat sasaran.
j. Penerimaan Negara Bukan Pajak senilai Rp. 115.000.000,00 dari sisa
biaya operasional yang tidak dapat dimanfaatkan tertunda.
k. Piutang Gapoktan berpengaruh terhadap cash flow LUPM.
l. TTI belum melakukan pembukuan yang menyajikan jumlah pasokan dari
masing-masing pemasok dan jumlah penjualan beras (transaksi harian).
m. Terdapat kelebihan biaya pencetakan pada kegiatan Kawasan Mandiri
Pangan di Kab. Tasikmalaya dan Kab. Cirebon senilai Rp. 1.500.000,-
untuk disetor ke kas negara.
n. Terdapat kelebihan biaya konsumsi rapat pada kegiatan KRPL di Kab.
Tasikmalaya Rp. 1.800.000 dan Kab. Cirebon senilai Rp. 1.500.000,- untuk
disetor ke kas negara.
a. program tugas belajar kepada 10 pegawai yang terdiri dari 7 (tujuh) orang
dalam penyelesaian tugas belajar angkatan 2016 dan 2017, dan 2 (dua)
orang peserta tugas belajar Tahun 2018. Dari peserta tugas belajar
tersebut terdapat 3 (tiga) orang program S3;
b. Sebagai tindak lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017
tentang Manajemen PNS, dimana setiap PNS wajib mendapatkan
pengembangan kompetensi minimal 20 Jam pelajaran pertahun, Badan
Ketahanan Pangan telah melaksanakan Bimbingan teknis
pengembangan kompetensi bidang kepegawaian lingkup Badan
Ketahanan Pangan yang diikuti 150 (seratus lima puluh) pegawai. Bimtek
ini diperuntukkan bagi pegawaian yang dalam tahun 2018 belum pernah
mengikuti pengembangan kompetensi;
c. penyelesaian administrasi kepegawaian antara lain : 1) kenaikan pangkat
periode April 2018 sebanyak 42 (empat puluh) pegawai dan periode
Oktober 2018 sebanyak 10 (sepuluh) pegawai; 2) kenaikan gaji berkala
pegawai Badan Ketahanan Pangan selama tahun 2018 sebanyak 102
(seratus dua) pegawai; 3) proses cuti sebanyak 956 (sembilan ratus lima
puluh enam); 4) pencatuman gelar sebanyak 21 (dua puluh satu); dan 5)
proses batas usia pensiun (BUP) sebanyak 18 (delapan belas) pegawai.
d. penghargaan dan Tanda Kehormatan Satya Lencana Karya Satya
(SLKS) diberikan kepada pegawai Badan Ketahanan Pangan sebanyak
18 pegawai;
e. pengembangan kapasitas pejabat fungsional
Tahun 2018 Badan Ketahanan Pangan telah melaksanakan
pengembanan kapasitas pejabat fungsional Pegawas Mutu Hasil
Pertanian (PMHP), Analis Pasar Hasil Pertanian ( APHP) dan Analis
Ketahanan pangan (AKP) sebagai beikut :
4
Sementara untuk Analis Ketahanan Pangan dilakukan Penilaian Tim
Kinerja Instansi satu kali dalam satu tahun.
2) workshop pejabat fungsional PMHP diikuti oleh 94 (sembilan puluh
empat) pejabat fungsional PMHP, workshop pejabat fungsional
APHP diikuti oleh 102 (seratus dua) pejabat fungsional APHP dan
workshop Pejabat fungsional AKP diikuti oleh 66 (enam puluh enam)
pejabat fungsional AKP.
3) Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 26 Tahun 2016
tentang Pengantan PNS dalam Jabatan Fungsional Melalui
Penyesuaian/Inpassing, Badan Ketahanan Pangan telah melakukan
uji kompetensi pejabat fungsional dalam rangka Inpassing untuk
jabatan fungsional PMHP, APHP dan AKP.
f. Pengukuran Indek Penerapan Nilai-Nilai Budaya Kerja (IPNBK) Aparatur
Badan Ketahanan Pangan pada tahun 2018 adalah 3.59 dengan kualitas
budaya kerja 89.78 dan termasuk dalam kriteria sangat baik.
g. Tahun 2018 Badan Ketahanan Pangan juga telah melaksanakan
Penilaian Eksternal. Dalam penilaian ini, sebagai responden adalah
stakeholder Badan Ketahanan Pangan yang terdiri dari Dinas Urusan
Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota dan DPRD provinsi dan
Kabupaten/Kota. Nilai srvey eksternal Badan Ketahanan Pangan adalah
79,05 dengan klasifikasi kualitas B (baik).
5
Cadangan Pangan Pemerintah yaitu: Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 38/PERMENTAN/KN.130/8/2018 tentang Pengelolaan
Cadangan Beras Pemerintah. (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 1230) dan diundangkan pada tanggal 5 September
2018. Pengelolaan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dilakukan
untuk menjaga kecukupan CBP baik jumlah maupun mutunya
antardaerah dan antarwaktu.
3. Peraturan perundang-undangan yang disusun untuk menindaklanjuti
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 46/Permentan/RC.110/12/2017
tentang Pedoman Umum Pengelolaan dan Penyaluran Bantuan
Pemerintah Lingkup Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2018,
yaitu:
a. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 62/Kpts/RC.110/J/12/2017
tentang Petunjuk Teknis Optimalisasi Pemanfaatan Lahan
Pekarangan Melalui Kawasan Rumah Pangan Lestari Tahun 2018;
b. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 63/Kpts/RC.110/J/12/2017
tentang Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Mandiri Pangan
Tahun 2018;
c. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 64/Kpts/RC.110/J/12/2017
tentang Petunjuk Teknis Pengembangan Usaha Pangan
Masyarakat Tahun 2018;
d. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 64.1/Kpts/RC.110/J/12/2017
tentang Petunjuk Teknis Pengembangan Pangan Pokok Lokal
Tahun 2018;
e. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 13/Kpts/RC.110/J/02/2018
tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Pertanian Nomor
63/Kpts/RC.110/J/12/2017 Petunjuk Teknis Pengembangan
Kawasan Mandiri Pangan Tahun 2018;
f. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 18/Kpts/RC.110/J/02/2018
tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Pertanian Nomor
64.1/Kpts/RC.110/J/12/2017 tentang Petunjuk Teknis
Pengembangan Pangan Pokok Lokal Tahun 2018.
4. Peraturan perundang-undangan yang disusun dengan adanya
perubahan susunan keanggotaan dan penanggung jawab wilayah Tim
6
Serap Gabah Petani, maka diubah Keputusan Menteri Pertanian
Nomor 249/Kpts /OT.050/5/2016 sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 225/Kpts/OT.050/4/2017, dengan
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 92/Kpts/OT.050/1/2018 tentang
Perubahan Kedua Atas Keputusan Menteri Pertanian Nomor
249/Kpts/OT.050/5/2016 tentang Tim Serap Gabah Petani (Keputusan
in mulai berlaku pada tanggal 26 Januari 2018).
5. Peraturan perundang-undangan yang disusun dengan adanya
perubahan susunan keanggotaan dan penanggung jawab wilayah Tim
Serap Gabah Petani serta untuk mempercepat dan memperlancar
kegiatan penyerapan gabah petani, maka dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku : (1) Keputusan Menteri Pertanian Nomor 249/Kpts
/OT.050/5/2016 tentang Tim Serap Gabah Petani; (2) Keputusan
Menteri Pertanian 225/Kpts/OT.050/5/2017 tentang Perubahan Atas
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 249/Kpts /OT.050/5/2016 tentang
Tim Serap Gabah Petani; (3) Keputusan Menteri Pertanian Nomor
92/Kpts/OT.050/1/2018 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan
Menteri Pertanian Nomor 249/Kpts/OT.050/5/2016 tentang Tim Serap
Gabah Petani dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor
172/Kpts/OT.050/2/2018 tentang Tim Serap Gabah Petani.
6. Peraturan perundang-undangan yang disusun untuk mempercepat
pengentasan kemiskinan di perdesaan dengan memanfaatkan potensi
sumber daya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat
perdesaan serta menindaklanjuti arahan Presiden Republik Indonesia
pada Rapat Terbatas tanggal 18 Oktober 2017 yaitu: Keputusan
Menteri Pertanian Nomor 239/Kpts/OT.050/3/2018 tentang Tim
Penanggulangan Kemiskinan Melalui Padat Karya.
7. Peraturan perundang-undangan yang disusun agar pelaksanaan
pengawasan keamanan pangan dan mutu pangan segar dapat
berjalan efektif dan efisien yaitu Keputusan Menteri Pertanian Nomor
764/Kpts/OT.050/11/2018 tentang Kelompok Kerja Keamanan dan
Mutu Pangan Segar.
8. Peraturan perundang-undangan yang disusun untuk mencabut
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 51/Permentan/OT.140/10/2008
7
tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pangan Segar Asal
Tumbuhan, dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
20/Permentan/OT.140/2/2010, serta untuk menindaklanjuti ketentuan
Pasal 21, Pasal 36, Pasal 37 dan Pasal 38 Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan , Mutu, dan Gizi Pangan,
yaitu Rancangan Peraturan Menteri Pertanian tentang Keamanan dan
Mutu Pangan Segar Asal Tumbuhan. Proses penyusunan Rancangan
Peraturan Menteri ini sudah ditanda tangan oleh Menteri Pertanian
dengan Nomor 53/Permentan/KR.040/12/2018 pada tanggal 31
Desember 2018, saat ini memasuki tahap permohonan pengundangan
Peraturan Menteri Pertanian Dalam Berita Negara ke Direktur
Jenderal Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia.
9. Peraturan perundang-undangan yang disusun untuk menindaklanjuti
Pasal 4 ayat (2) Peraturan Menteri Pertanian Nomor
38/Permentan/KN.130/8/2018 tentang Pengelolaan Cadangan Beras
Pemerintah ditetapkan Rancangan Keputusan Menteri Pertanian
tentang Kriteria Penurunan Mutu Cadangan Beras Pemerintah. Saat ini
Rancangan Keputusan Menteri Pertanian tentang Kriteria Penurunan
Mutu Cadangan Beras Pemerintah masih dalam proses pembahasan.
B. Penyusunan Naskah Perjanjian Bidang Ketahanan Pangan
1. Nota Kesepahaman antara Kepala Badan Ketahanan Pangan dengan
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Bumiputera Nusantara Indonesia
(ASPRINDO), Nomor B.219/HK.230/J/05/2018, Nomor
01/INA/MoU/DPP-Asprindo/V/2018 tentang Program Pengentasan
Kemiskinan. Nota Kesepahaman ini ditanda tangan pada tanggal 4 Mei
2018 dan berakhir pada tanggal 4 Mei 2019.
2. Nota Kesepahaman antara Badan Ketahanan Pangan dengan Forum
Komunikasi Kabupaten Penghasil Sagu Seluruh Indonesia (FOKUS
KAPASSINDO), Masyarakat Singkong Indonesia (MSI), Asosiasi
Petani Organik Bumi pasundan (ASETNA BUNDA), Gabungan
Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), Ikatan
Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI), Nomor B-329/HK.220/J/7/2018,
Nomor 001/FK-MoU/VII/2018, Nomor 003/DPN MSI/VII/2018, Nomor
8
003/EK/ASETNABUNDA/VII/2018, Nomor 065/DPP/GAPMMI/VII/2018,
Nomor 054/IWAPI-BKP/VII/2018 tentang Pemanfaatan dan
Pengembangan Pangan Lokal Nusantara Dalam Mendukung
Percepatan Penganekaragaman Pangan . Nota Kesepahaman ini
ditanda tangan pada tanggal 27 Juli 2018 dan berakhir pada tanggal 27
Juli 2019.
3. Nota Kesepahaman antara Badan Ketahanan Pangan dan Direktorat
Jenderal Penguatan Daya saing produk Kelautan dan Perikanan,
Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Nomor 1012/FTP-UGM/HK/2018,
Nomor 05/PDSPKP-KKP/PKS/IX/2018, Nomor B-
386/HK.220/J/09/2018, tentang Pengembangan Usaha Pengolahan
Pangan Lokal Dalam Mendukung Penganekaragaman Panga Bergizi,
Aman dan Sehat . Nota Kesepahaman ini ditanda tangan pada tanggal
18 September 2018 dan berakhir pada tanggal 18 September 2021.
4. Nota Kesepahaman antara Direktur Utama PD. Pasar Jaya dengan
Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Protein Hewani Indonesia ,
Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Pengolah dan Pengguna
Daging Skala Menengah, Kecil, dan Rumah Tangga, dan Direktur
Eksekutif Asosiasi Distributor Daging Indonesia, Nomor 250/1.824.571,
Nomor 1165, Nomor 27/PKS-APPHI/III/2018, Nomor
01/IV/ASP/MOU/2018, Nomor 012/MOU/ADDI/III/2018 tentang
Stabilisasi Pasokan dan Harga Komoditas Daging Sapi/Kerbau Beku
menghadapi hari besar keagamaan nasional. Nota Kesepahaman ini
ditanda tangan pada tanggal 28 Maret 2018 dan berakhir pada tanggal
28 September 2018. Kepala Badan Ketahanan Pangan untuk Nota
Kesepahaman ini posisinya mengetahui, karena Badan Ketahanan
Pangan mengkoordinasikan penyusunan Nota Kesepahaman.
5. Nota Kesepahaman antara Direktur Utama PD. Pasar Jaya dengan
Ketua Gapoktan/Champion komoditas bawang merah, dan Ketua
Gapoktan/Champion komoditas aneka cabai, Nomor 249/1.824.571 ,
Nomor 016/MT/III/2018, Nomor A-078/CCI.28/M03/2018 tentang
Stabilisasi Pasokan dan Harga Komoditas bawang merah dan aneka
cabai menghadapi hari besar keagamaan nasional.
9
6. Nota Kesepahaman ini ditanda tangan pada tanggal 28 Maret 2018
dan berakhir pada tanggal 28 September 2018. Kepala Badan
Ketahanan Pangan untuk Nota Kesepahaman ini posisinya
mengetahui, karena Badan Ketahanan Pangan mengkoordinasikan
penyusunan Nota Kesepahaman.
7. Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Badan Ketahanan Pangan dengan
Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, Perusahaan Umum
(Perum) Bulog, PT. Bank Rakyat Indonesia (PERSERO), Tbk. Nomor
52/HK.220/J/02/2018 , Nomor I/HK.07.01/II/2018, Nomor
Kerma/2/II/2018, Nomor PK-54/DA200/02/2018, Nomor B.228-
Dir/PPK/02/2018 tentang Serap Gabah/Beras Petani 2018. Perjanjian
Kerja Sama ini ditanda tangan pada tanggal 13 Februari 2018 dan
berakhir pada tanggal 31 Desember 2018.
8. Perjanjian Kerja Sama Antara Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan
Keamanan Pangan, Badan Ketahanan Pangan Dengan Departemen
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Agribisnis Asosiasi Pengusaha
Bumiputera Nusantara Indonesia (Asprindo) tentang Program
Pengentasan Kemiskinan Melalui Kegiatan Pengembangan Pangan
Lokal, Nomor 335/KN,200/J.4.10/2018, Nomor 002/pks.I/DPP-
Asprindo/X/2018, tentang Program Pengentasan Kemiskinan Melalui
Kegiatan Pengembangan Pangan Lokal . Perjanjian Kerja Sama ini
ditanda tangan pada tanggal 30 Oktober 2018 dan berakhir pada
tanggal 4 Mei 2019.
6. Konferensi Pers
1) Konferensi Pers “Bazar Beras di 4 Provinsi” di TTIC, Jakarta pada tanggal
12 Januari 2018.
2) Konferensi Pers “Pengembangan Pangan Pokok Lokal (P3L)” di Bogor
pada tanggal 20 Maret 2018
3) Konferensi Pers “Stabilisasi Harga Pangan Menjelang Idulfitri” di TTIC,
Jakarta pada tanggal 11 Juni 2018.
4) Konferensi Pers “Jelang Gelar Pangan Nusantara 2018” di Hotel Kartika
Chandra, Jakarta pada tanggal 26 Juli 2018.
11
5) Konferensi Pers “Operasi Pasar Daging Ayam Beku” di TTIC Jakarta pada
tanggal 28 Juli 2018.
6) Konferensi Pers “Peran BKP Kementan Dalam Penanganan Kerawanan
Pangan dan Pengentasan Kemiskinan” di Bogor pada tanggal 30 Oktober
2018.
7) Konferensi Pers “Capaian 4 Tahun Badan Ketahanan Pangan untuk
Pengentasan Rentan Rawan Pangan” di R Nusantara II BKP pada tanggal
16 November 2018
8) Konferensi Pers “Jelang HBKN Natal 2018 dan Tahun Baru 2019” di R
Nusantara II BKP pada tanggal 5 Desember 2018
9) Konferensi Pers “Gelar Telur Murah di TTIC Jakarta pada tanggal 15
Desember 2018
10) Konferensi Pers “Pelepasan Gelar Telur Murah” di TTIC Jakarta pada
tanggal 28 Desember 2018.
11) Konferensi Pers “Peran Sektor Pertanian Dalam Pengendalian Inflasi” di
Gedung PIA, Jakarta pada tanggal 28 Desember 2018
7. Kunjungan Pers
Badan Ketahanan Pangan melaksanakan beberapa kegiatan kunjungan pers
selama tahun 2018 sebagai berikut : a) Kunjungan pers ke Bogor pada tanggal
21 Maret 2018 dengan tema isu Pengembangan Pangan Pokok Lokal.
Kunjungan diikuti oleh beberapa wartawan media massa yakni Republika,
RMOL, TVRI, Detik.com, Antara dan Inilah.com; b) Kunjungan pers Jawa Timur
pada tanggal 10 November 2018 dengan objek lokasi panen jagung di Desa
Kali Pepe, Kecamatan Yosowilangun, Kabupaten Lumajang dan Desa
Jenggawah Kabupaten Jember; c) Kunjungan pers ke Yogyakarta pada
tanggal 13 November 2018 dengan objek liputan pemantauan Pasar
Beringharjo, Kota Yogyakarta dan Gapoktan Among Tani, Kedundang Temon,
Kulon Progo dll.
9. Pengelolaan Perpustakaan
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Perpustakaan adalah
Pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka/sumber
informasi yang berupa Pengembangan Koleksi, Pengolahan bahan pustaka,
Penyimpanan dan pelestarian bahan pustaka dan Pelayanan Informasi. Pada
tahun 2018 terdapat 28 transaksi peminjaman koleksi.
13
C. Isu Strategis Reformasi Birokrasi Badan Ketahanan Pangan
Hal penting yang perlu dilakukan dalam pencapaian sasaran area perubahan pada
setiap program reformasi birokrasi perlu mendapat perhatian untuk di tindaklanjuti
adalah isu strategis reformasi birokrasi Badan Ketahanan Pangan yang terdiri dari,
meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja organisasi, meningkatkan
pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, meningkatkan kualitas pelayanan
publik yang secara rinci untuk menjadi perhatian dan sebagai dasar tindaklanjut
melaksanakan kegiatan dengan menetapkan area perubahan dan rencana aksi
kedepan di lingkungan Badan Ketahanan Pangan meliputi antara lain:
1. Meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja organisasi meliputi antara
lain:
a. Melibatkan pimpinan tertinggi secara aktif dan berkelanjutan dalam
pelaksanaan reformasi birokrasi.
b. Menyediakan media komunikasi yang reguler untuk mensosialisasikan
program/kegiatan reformasi birokrasi yang sedang dan akan dilakukan.
c. Melakukan evaluasi peta proses bisnis dan prosedur operasional dan
disesuaikan dengan perkembangan tuntutan efisiensi dan efektivitas
birokrasi.
d. Mengumumkan tahapan administrasi dan hasil seleksi kompetensi promosi
terbuka melalui IT melalui website panitia seleksi dan website intitusi yang
dapat diakses secara mudah.
e. Memperhatikan penilaian kinerja individu yang terkait dengan kinerja
organisasi.
f. Melakukan monitoring dan evaluasi atas pencapaian kinerja individu, dan
menjadikannya dasar untuk pemberian tunjangan kinerja serta dasar
pengembangan karir.
g. Melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan aturan/disiplin/kode
etik/kode perilaku instansi secara terbuka.
h. Membangun pemberian sanksi dan imbalan kepada seluruh unit organisasi
di lingkungan Kementerian Pertanian.
i. Meningkatkan peranan pimpinan secara langsung pada saat penyusunan
restra, PK dan dokumen – dokumen perencanaan lainnya serta peranan
pimpinan dalam memantau pencapaian kinerja secara berkala.
14
j. Membangun sistem pengukuran kinerja yang dapat diakses oleh seluruh
unit organisasi.
k. Melakukan pemutakhiran data secara berkala.
l. Menyusun dokumen secara tertib sebagai evidence dalam pelaksanaan
program dan kegiatan.
2. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN
meliputi antara lain:
a. Melakukan public campaign tentang gratifikasi secara terbuka.
b. Melakukan penilaian resiko pada seluruh unit organisasi.
c. Menindaklanjuti hasil evaluasi atas whistle blowing system.
d. Melakukan monitoring dan evaluasi atas penanganan benturan
kepentingan secara terbuka dan menindaklanjuti hasil evaluasi tersebut.
e. Memfokuskan fungsi pengawasan internal pada client dan audit berbasis
risiko.
3. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik berkualitas meliputi antara lain:
a. Meningkatkan kegiatan sosialisasi/pelatihan dalam upaya penerapan
budaya pelayanan prima.
b. Menerapkan sistem sanksi bagi pelaksana layanan serta pemberian
kompensasi kepada penerima layanan bila layanan tidak sesuai dengan
standar dalam meningkatkan budaya pelayanan prima.
c. Menyusun SOP pengaduan pelayanan secara komprehensif sebagai
bentuk perbaikan kualitas pelayanan.
d. Melakukan evaluasi atas penanganan keluhan/masukan secara berkala.
e. Meningkatkan penggunaan teknologi informasi dalam memberikan
pelayanan.
15
program reformasi birokrasi yang telah di tetapkan dalam pedoman road map
Tahun 2019. Badan Ketahanan Pangan dalam menyusun road map ini melalui
identifikasi peta jalan road map untuk setiap area perubahan setiap tahunnya,
sehingga berjalan sesuai dengan agenda Nasional.
1. Road Map untuk Menuju Birokrasi yang Bersih dan Akuntabel
Tahun 2019
1. Meningkatnya integritas birokrasi
2. Meningkatnya sinergitas sistem pengawasan
3. Meningkatnya sinergitas sistem perencanaan, penganggaran dan pelaporan
kinerja
4. Meningkatnya intensitas keterbukaan sistem pelaporan
5. Meningkatnya intensitas penerapan sistem reward dan punishment dalam
manajemen kinerja nasional
6. Meningkatnya intensitas keselarasan antara kinerja individu dengan kinerja
organisasi
7. Meningkatnya intensitas pengendalian internal di lingkungan instansi
pemerintahan
8. Meningkatnya kinerja organisasi instansi pemerintah
9. Meningkatnya efektifitas dan efisiensi sistem pelaporan
10. Meningkatnya tranparansi informasi laporan keuangan dan kinerja
11. Meningkatnya akuntabilitas public
12. Internalisasi nilai dasar, kode etik, kode perilaku dan integritas pada instansi
pemerintah
13. Terwujudnya birokrasi yang bersih dan bebas dari praktek KKN
Peta jalan untuk terwujudnya birokrasi dengan berkinerja tinggi dan arah
perubahan reformasi birokrasi dengan sasaran yang diharapkan adalah
birokrasi yang bersih dan akuntabel. Isi area sebagai langkah untuk melakukan
dan mengidentifikasi proses menuju perubahan. Indikator setiap tahapan
program dan kegiatan untuk menjadi dasar dan pedoman penguatan program
dan kegiatan, khususnya di Badan Ketahanan Pangan.
16
2. Road Map untuk Menuju Birokrasi yang Efektif dan Efisien
Tahun 2019
1. Meningkatnya kualitas dan intensitas pelaksanaan reformasi birokrasi
2. Meningkatnya ketepatan ukuran dan fungsi kelembagaan
3. Menurunnya tumpag tindih tugas dan fungsi antar instansi
4. Meningkatnya efektifitas dan efisiensi
5. Meningkatnya kecepatan proses penyelenggaraan pemerintahan
6. Meningkatnya efektifitas tata hubungan antar instansi pemerintah dan
pemerintah daerah
7. Meningkatnya penggunaan teknologi informasi
8. Meningkatnya keterbukaan informasi publik
9. Meningkatnya penerapan manajemen SDM yang berbasis MERIT
10. Meningkatnya kesejahteraan SDM Aparatur
11. Meningkatnya integritas aparatur
12. Meningkatnya harmonisasi peraturan perundang-undangan
13. Meningkatnya kualitas kebijakan publik
Peta jalan untuk terwujudnya birokrasi dengan berkinerja tinggi dan arah
perubahan reformasi birokrasi dengan sasaran yang diharapkan adalah
birokrasi yang efisien dan efektif. Isi area sebagai langkah untuk melakukan dan
mengidentifikasi proses menuju perubahan. Indikator setiap tahapan program
dan kegiatan untuk menjadi dasar dan pedoman penguatan program dan
kegiatan khususnya di lingkungan Badan Ketahanan Pangan. Proses
pelaksanaan program dan kegiatan direncanakan sesuai area aksi perubahan
secara nasional dan diharapkan secara simultan berjalan sesuai dengan
sasaran road map reformasi birokrasi dengan terwujudnya birokrasi yang
berkinerja tinggi yaitu, birokrasi berintegritas tinggi, bersih dari praktek KKN,
dan akuntabel pada publik.
17
3. Road Map untuk Menuju Birokrasi yang Memiliki Pelayanan Publik Berkualitas
Tahun 2019
1. Meningkatnya kemudahan, kepastian dan kecepatan proses pelayanan
2. Meningkatnya aksesibilitas pelayanan
3. Meningkatnya penggunaan teknologi informasi dalam pemberian pelayanan
4. Meningkatnya kompetensi SDM pelayanan
5. Meningkatnya intensitas inovasi dalam pelayanan publik
6. Meningkatnya partisipasi publik dalam mendorong peningkatan kualitas
pelayanan
7. Meningkatnya kesadaran publik terhadap kualitas pelayanan
8. Meningkatnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik
9. Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah
10. Menurunnya kesenjangan kualitas pelayanan antar daerah dan antar
golongan masyarakat
11. Terwujudnya budaya pelayanan prima
Peta jalan untuk terwujudnya birokrasi dengan berkinerja tinggi dan arah
perubahan reformasi birokrasi dengan sasaran yang diharapkan adalah
Birokrasi yang memiliki pelayanan publik berkualitas. Isi area sebagai langkah
untuk melakukan dan mengidentifikasi proses menuju perubahan. Indikator
setiap tahapan program dan kegiatan untuk menjadi dasar dan pedoman
penguatan program dan kegiatan bagi institusi penyelenggara Negara.
Peta jalan ini sangat penting dalam menindaklanjuti penyusunan program dan
kegiatan baik yang sudah dilakukan dan yang akan di lakukan di Badan Ketahanan
Pangan tahun 2019, yang tentunya program dan kegiatan yang direncanakan di
area perubahan reformasi birokrasi diharapkan berdampak positif yang meliputi
antara lain:
18
2. Perubahan yang terencana juga memberikan arahan tentang kegiatan
reformasi birokrasi di Badan Ketahanan Pangan menciptakan sinergi dengan
kebijakan pada tingkat nasional.
3. Perubahan terencana yang dilakukan secara serentak dan menjadi gerakan
nasional yang mendorong terciptanya budaya perubahan.
4. Perubahan yang dilakukan dapat dimonitor dan dievaluasi secara
berkelanjutan, sehingga setiap tahapan proses manajemen dapat dipastikan
telah dilakukan secara tepat dan benar serta sesuai dengan rencana yang telah
digariskan. Bahkan proses perubahan dapat segera diperbaiki ketika proses
perubahan tidak lagi relevan dengan kondisi terkini.
5. Perubahan yang dilakukan untuk menjaga momentum pelaksanaan reformasi
birokrasi tidak kehilangan arah, tujuan, dan target yang hendak dicapai pada
tahun 2025 sebagaimana tertuang dalam Grand Design Reformasi Birokrasi
2010 – 2025, yaitu terciptanya Pemerintahan Kelas Dunia.
Gambar 1
Kerangka Keterkaitan Arah Kebijakan dan Road Map Reformasi Birokrasi
19
Gambar 1, mengilustrasikan keterkaitan arah kebijakan dan road map birokrasi.
Diawali dengan kebijakan program Nawacita, RPJMN 2015-2019, di Badan
Ketahanan Pangan memperhatikan arah kebijakan tersebut kedalam rencana
strategis, penilaian mandiri pelaksanaan reformasi birokrasi dan lain lainya sebagai
dasar melaksanakan reformasi birokrasi.
Area perubahan sasaran reformasi birokrasi bersih dan akuntabel, birokrasi efisien
dan efektif, birokrasi yang memiliki pelayanan berkualitas. Merelevansikan program
dan kegiatan Nasional dengan program kegiatan internal Badan Ketahanan
Pangan dengan melakukan identifikasi capaian hasil program reformasi birokrasi
yang telah dilakukan, yang belum dilakukan sebagai prioritas atau permasalahan
reformasi birokrasi yang perlu ditindaklanjuti sehingga adanya sinergisme dan
saling keterkaitan dengan program sebelumnya.
Program lainnya adalah program Quick Wins Badan Ketahanan Pangan dengan
menetapkan pelayanan yang berkualitas dengan harapan dapat melakukan
perubahan manajemen kinerja pelayanan yang cepat dan program terencana
dengan baik serta melakukan survey kepuasan masyarakat dan lain – lainnya.
20
BAB II
GAMBARAN UMUM KEBIJAKAN STRATEGIS REFORMASI BIROKRASI
BADAN KETAHANAN PANGAN
21
cemaran berbagai jenis bahan kimia, biologis, dan fisik lainnya. Koordinasi
lintas sektor dan subsektor terkait dengan keamanan pangan belum optimal.
8. Kemampuan manajemen ketahanan pangan nasional dan daerah yang
merupakan pendorong dan penggerak dalam pelaksanaan pemantapan
ketahanan pangan tingkat nasional hingga rumah tangga dan individu masih
belum optimal.
Tantangan utama pembangunan ketahanan pangan mencakup:
1. Perubahan iklim global akan mengurangi kapasitas produksi pertanian pada
tingkat Nasional dan Global sehingga menjadi ancaman terhadap ketahanan
pangan, energi dan air.
2. Jumlah penduduk yang rawan pangan dan daerah rawan bencana masih
cukup besar terutama pada wilayah yang terisolir dan wilayah-wilayah yang
terkena dampak perubahan iklim. Penduduk dan daerah yang rawan tersebut,
perlu ditangani secara komprehensif sebagai upaya antisipasi timbulnya
kasus kerawanan pangan.
3. Situasi perekonomian global salah satunya akan mempengaruhi permintaan
dan penawaran pangan sehingga berdampak terhadap ketahanan pangan
global yang dapat berimbas kepada ketahanan pangan nasional
4. Permasalahan gizi (malnutrition) sebagai masalah kesehatan umum saat ini,
22
strategis nasional yang berkualitas dan aman, mewujudkan penganekaragaman
konsumsi pangan B2SA berbasis sumber daya lokal.
Dalam rangka mencapai tujuan dalam kerangka visi dan misi, maka ditetapkan
pogram “Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat”.
23
2. Penataan Peraturan Perundang-Undangan.
Nomor 51/Permentan/OT.140/10/2008 tentang syarat dan tata cara
pendataan pangan segar asla tumbuhan dan Permentan Nomor
20/Permentan/ OT.140/2/2010 sudah tidak sesuai dengan pelaksanaan
pembinaan Dan pengawasan Keamanan dan mutu pangan segar asal
tumbuhan
6. Penguatan Akuntabilitas
a. Pemantauan Capaian Kinerja dilaksanakan secara triwulan
b. Laporan akuntabilitas secra online sudah dilaksanakan melalui Web BKP
dan Sakip Kementerian Pertanian
c. Pengelolaan keuangan Badan Ketahanan Pangan telah dilaksanakan
dengan tertib, akuntabel, transparan dan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
d. Pengelolaan keuangan Badan Ketahanan Pangan telah dilaksanakan
dengan tertib, akuntabel, transparan dan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan keuangan yang berlaku yaitu diantaranya :
- Pembukuan Bendahara Pengeluaran dilakukan dengan menggunakan
Aplikasi SILABI
- Penyetoran sisa uang APBN ke kas negara dilakukan dengan
menggunakan Aplikasi SIMPONI
- Menginput PNBP dilakukan dengan menggunakan Aplikasi TR-PNBP
- Pelaporan Keuangan dilakukan dengan menggunakan Aplikasi SAIBA
dan E-Rekon LK, dengan tetap memenuhi asas kepatuhan penyajian
laporan keuangan secara transparan dan akuntabel
- Realisasi keuangan dapat dilihat setiap saat pada Aplikasi SPAN
- Administrasi keuangan dikelola dengan standar akuntansi yang diikuti
dengan penguatan Sistem Pengendalian Internal
- Penetapan Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (DK/TP) telah
dilimpahkan ke Daerah
e. Akuntabilitas Barang Milik Negara satker (melakukan inventarisasi BMN
tingkat satker).
7. Penguatan Pengawasan
a. Pelantikan dan penandatangan Pakta Integritas.
b. Seluruh Pejabat dari Eselon I sd Eselon IV sudah menyususn PK
(Penetapan Kinerja).
c. Seluruh pegawai Badan Ketahanan Pangan telah menyusun LHKASN.
25
d. Membentuk Unit Pengendalian Gratifikasi di Badan Ketahanan Pangan
dengan SK Kepala Badan Ketahanan Pangan Nomor
26/KPTS/OT.140/K/09/2014 tentang Pembentukan Sub Unit Pengelolaan
Gratifikasi Badan Ketahanan Pangan Tahun 2014.
e. Telah dibentuk forum budaya SPI
f. Aktivitas Satlak dalam mengendalikan kegiatan BKP
g. Penyusunan Instrumen Satlak
26
BAB III
SASARAN, UKURAN KEBERHASILAN, AREA PERUBAHAN DAN
RENCANA AKSIREFORMASI BIROKRASI BADAN KETAHANAN PANGAN
TAHUN 2019
Tahun 2019
Sifat Nasional dan Instansional
Sasaran,
1. Birokrasi yang bersih dan akuntabel
2. Birokrasi yang efektif dan efisien
3. Birokrasi yang memiliki pelayanan publik yang berkualitas
Area Perubahan,
1. Manajemen Perubahan
2. Penataan Peraturan Perundang-undangan
3. Penataan dan Penguatan Organisasi
4. Penataan Tatalaksana
5. Penataan Sistem Manajemen SDM
6. Penguatan Akuntabilitas
7. Penguatan Pengawasan
8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
B. Ukuran Keberhasilan
Ukuran keberhasilan reformasi birokrasi menurut Basilene dan target Tahun 2019
dengan sasaran antara lain, birokrasi bersih dan akuntabel, birokrasi efektif dan
efisien, birokrasi memiliki pelayanan publik yang berkualitas dengan indikator
27
pencapaian target yang perlu mendapat perhatian untuk mencapai keberhasilan
pelaksanaan reformasi birokrasi.
Tabel 1
Ukuran Keberhasilan Reformasi Birokasi menurut Basiline dan Target
28
b. Revolusi Mental.
Etos ini menyangkut semua bidang kehidupan PNS mulai dari ketaatan
jam kerja, pakaian seragam, penggunaan sarana dan prasarana, etika
dan sopan santun, capaian kinerja dan sebagainya. Begitu rupa, sehingga
mentalitas aparatur PNS Badan Ketahanan Pangan (yang terungkap
dalam praktik/kebiasaan sehari-hari) lambat laun berubah.
Pengorganisasian, rumusan kebijakan dan pengambilan keputusan
diarahkan untuk proses transformasi itu.
Isu birokrasi dipandang lambat, berbelit-belit, tidak inovatif, tidak peka,
inkonsisten, malas, feodal dan lainnya. Karena itu, mental model/perilaku
aparatur seperti ini harus menjadi fokus perubahan reformasi birokrasi.
Perubahan mental model/perilaku aparatur diharapkan akan mendorong
terciptanya budaya kerja positif yang kondusif bagi terciptanya birokrasi
yang bersih dan akuntabel, efektif dan efisien serta mampu memberikan
pelayanan yang berkualitas.
Perubahan mental aparatur tidak dapat dilakukan secara mandiri tetapi
juga harus didukung dengan perubahan pada sistem lain yang
memberikan batasan, aturan serta rambu-rambu yang memberikan
arahan bagi setiap aparatur birokrat Badan Ketahanan Pangan agar
berperilaku positif. Perubahan sistem ini menyangkut perubahan pada
sistem pengawasan, sistem akuntabilitas, sistem kelembagaan, sistem
tatalaksana, sistem manajemen SDM Aparatur Sipil Negara, sistem
peraturan perundang-undangan dan sistem manajemen pelayanan.
29
Kondisi seperti ini seringkali dimanfaatkan oleh aparatur untuk kepentingan
pribadi yang dapat merugikan negara. Karena itu, perlu dilakukan
perubahan/penguatan terhadap sistem peraturan perundang-undangan yang
lebih efektif dan menyentuh kebutuhan masyarakat.
30
birokrasi. Perubahan pada sistem kelembagaan diharapkan akan dapat
mendorong terciptanya budaya/perilaku yang lebih kondusif dalam upaya
mewujudkan birokrasi yang efektif dan efisien.
4. Penataan tatalaksana
Kejelasan proses bisnis/tatakerja/tatalaksana dalam instansi pemerintah juga
sering menjadi kendala penyelenggaraan pemerintahan. Berbagai hal yang
seharusnya dapat dilakukan secara cepat seringkali harus berjalan tanpa
proses yang pasti karena tidak terdapat sistem tatalaksana yang baik.
31
hubungan kerja eksternal/tata hubunngan kewenangan antar lembaga, antar
pemerintah pusat dan daerah serta antar daerah, optimalisasi pemanfaatan
teknologi (E-Goverment) dalam rangka modernisasi administrastif dan
manajemen pemerintahan, penataan pengelolaan arsip secara baik dan benar,
optimalisasi administrasi perkantoran, proses pengadaan perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan pengendalian, pengelolaan sarana
dan prasarana kerja sesuai ketentuan yang berlaku dan lain-lain serta merubah
manajemen UP3 (Unit Pelaksana Pelayanan Pemerintah dari manajemen
birokratik ke manajemen wirausaha).
Sistem manajemen SDM yang tidak diterapkan dengan baik mulai dari
perencanaan pegawai, tidak menerapkan sistem CAT dalam pengadaan
pegawai. Sistem pola karir tidak jelas hingga pemberhentian akan berpotensi
menghasilkan SDM yang tidak kompeten. Hal ini akan berpengaruh pada
kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan. Karena itu,
perubahan dalam pengelolaan SDM harus selalu dilakukan untuk memperoleh
sistem manajemen SDM yang mampu menghasilkan pegawai ASN yang
profesional.
6. Penguatan Akuntabilitas
Kemampuan pemerintah untuk mempertanggungjawabkan berbagai sumber
yang diberikan kepadanya bagi kemanfaatan publik seringkali menjadi
pertanyaan masyarakat. Pemerintah dipandang belum mampu menunjukkan
kinerja melalui pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang mampu menghasilkan
outcome (hasil yang bermanfaat) bagi masyarakat. Karena itu, perlu diperkuat
penerapan sistem akuntabilitas yang dapat mendorong birokrasi Kementan
lebih berkinerja dan mampu mempertanggungjawabkan kinerjanya sesuai
dengan segala sumber-sumber yang dipergunakannya.
32
7. Penguatan Pengawasan
Berbagai penyimpangan yang terjadi dalam birokrasi salah satu penyebabnya
adalah lemahnya sistem pengawasan. Kelemahan sistem pengawasan
mendorong tumbuhnya perilaku koruptif atau perilaku negatif lainnya yang
semakin lama semakin menjadi, sehingga berubah menjadi sebuah kebiasaan.
Karena itu perubahan perilaku koruptif aparatur harus pula diarahkan melalui
perubahan atau penguatan sistem pengawasan di Badan Ketahanan Pangan.
Area perubahan dan hasil yang di harapkan dalam program reformasi birokrasi
pada tabel sebagai berikut:
33
Tabel 2
Area Perubahan dan Hasil yang di Harapkan dari Reformasi Birokrasi Nasional
Tahun 2019
34
Area Perubahan Hasil yang diharapkan
5. Penataan Sistem a. Meningkatnya kemampuan unit yang mengelola SDM
Manajemen SDM ASN untuk mewujudkan SDM ASN yang kompeten
dan kompetitif
b. Meningkatnya kepatuhan instansi untuk penerapan
manajemen SDM ASN yang berbasis merit
c. Meningkatnya jumlah instansi yang mampu
menerapkan manajemen kinerja individu untuk
mengidentifikasi dan meningkatkan kompetensi SDM
ASN
d. Meningkatnya jumlah instansi untuk membentuk talent
pool (kelompok suksesi) untuk pengembangan karier
pegawai di lingkungannya
e. Meningkatnya jumlah instansi yang mampu
mewujudkan sistem informasi manajemen SDM yang
terintegrasi di lingkungannya
f. Meningkatnya penerapan sistem pengembangan
kepemimpinan untuk perubahan
g. Meningkatnya pengendalian penerapan sistem merit
dalam Manajamen SDM ASN
h. Meningkatnya profesionalisme aparatur
35
Tabel 3
Sasaran Reformasi Birokrasi, Program Mikro dan Rencana Aksi Reformasi
Birokrasi
Sasaran Reformasi
Program Mikro Rencana Aksi
Birokrasi
Birokrasi yang bersih Manajemen perubahan 1. Pembentukan dan updating Tim
dan akuntabel RB
(Pokja PMPRB, Tim Asesor
PMPRB)
2. Sosialisasi Road Map/Rencana
Kerja RB
3. Pelaksanaan RB secara mandiri
4. Pendokumensian Reformasi
Birokrasi
5. Monitoring dan evaluasi
pelaksanaan RB
6. Pelaksanaan internalisasi
mendorong perubahan pola pikir
dan budaya kerja
Penguatan 1. Monitoring dan evaluasi
Pengawasan pengelolaan gratifikasi oleh Tim
secara berkala serta
pemantauan LHKPN dan
LHKASN
2. Pelaksanaan serta monitoring
dan evaluasi Sistem
Pengendalian Internal untuk
memperoleh WBK/WBBM
3. Monitoring dan evaluasi
penanganan pengaduan
masyarakat oleh Tim secara
berkala
4. Sosialisasi serta monitoring dan
evaluasi Whistle Blowing System
(WBS)
5. Penanganan dan sosialisasi
benturan kepentingan
6. Pembangunan Zona Integritas
secara intensif
36
Sasaran Reformasi
Program Mikro Rencana Aksi
Birokrasi
Birokrasi yang efektif Penataan dan Penguatan 1. Monitoring dan evaluasi kinerja
dan efisien Organisasi organisasi sampai dengan
tingkat eselon IV
2. Melakukan penyempurnaan
Organisasi Badan Ketahanan
Pangan menyesuaikan hasil
evaluasi organisasi
37
Sasaran Reformasi
Program Mikro Rencana Aksi
Birokrasi
pelaksana layanan serta
pemberian kompensasi bagi
penerima layanan apabila
layanan tidak sesuai standar
4. Pengelolaan pengaduan
5. Pelaksanaan survey kepuasan
masyarakat
6. Monitoring dan evaluasi
pelayanan publik secara berkala
7. Peningkatan pelayanan publik
dengan inovasi pelayanan publik
yang memanfaatkan teknologi
informasi secara optimal
Program percepatan 1. Menyusun usulan penetapan
RB/ Quick Wins unit kerja quick wins
2. Menyusun peta/matrik
kebutuhan unit kerja yang akan
dijadikan program quick wins RB
Monev unit kerja quick wins
secara berkala
38
a. Manajemen Perubahan
Tujuan dari program ini adalah untuk mengelola perubahan mekanisme kerja,
pola pikir dan budaya kerja birokrasi secara sistematis dan konsisten, sehingga
pelaksanaan reformasi birokrasi dapat berjalan dengan baik sesuai dengan
sasaran yang telah ditetapkan.
Hasil yang diharapkan dan ukuran keberhasilan dari pelaksanaan
program ini, antara lain adalah:
4. Mengimplementasikan Revolusi
Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan program ini, antara lain adalah:
39
Hasil yang diharapkan Kriteria Keberhasilan
5. Meningkatnya kualitas peraturan
perundang-undangan
d. Penataan Tatalaksana
Tujuan dari program ini adalah untuk menyederhanakan proses manajemen
melalui berbagai pendekatan termasuk penggunaan teknologi informasi
dalam rangka efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan tugas pokok dan
fungsi
40
Hasil yang diharapkan Kriteria Keberhasilan
2. Meningkatnya efektivitas tata b) Indek Profesionalisme SDM
hubungan baik di dalam masing- c) Indek E-Goverment
masing unit kerja di lingkungan Badan
Ketahanan Pangan
41
Hasil yang diharapkan Kriteria Keberhasilan
8. Meningkatnya profesionalisme pegawai
ASN
9. Meningkatnya kemampuan Kemenerian
Pertanian untuk penyiapan kader
pimpinan yang kompeten di masing-
masing instansi
f. Penguatan Akuntabilitas
Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan kualitas perencanaan,
efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sumber daya
yang digunakan, serta meningkatkan kinerja organisasi.
Hasil yang diharapkan dan Kriteria keberhasilan dari pelaksanaan program,
ini antara lain adalah:
Hasil yang diharapkan Kriteria Keberhasilan
1. Meningkatnya pemanfaatan Terwujudnya Peningkatan Akuntabilitas
teknologi informasi dalam sistem semakin tinggi.
perencanaan, penganggaran dan
pelaporan
3. Meningkatnya efektivitas
perencanaan dan penganggaran
g. Penguatan Pengawasan
Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan efektivitas
pengawasan dalam rangka mendorong penyelenggaraan pemerintahan
yang bersih dan bebas KKN.
Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan program ini, antara lain adalah:
Hasil yang diharapkan Kriteria Keberhasilan
1. Meningkatnya sinergi pelaksanaan Tercapainya indikator Kinerja:
pengawasan internal, eksternal dan
masyarakat Tercapainya Opini WTP atas laporan
2. Meningkatnya kepatuhan terhadap Keuangan
peraturan perundang-undangan
42
Hasil yang diharapkan Kriteria Keberhasilan
3. Mempertahankan opini WTP Tingkat Kematangan SPIP
4. Meningkatnya pengendalian internal
5. Meningkatkan Penyelenggaraan
Pemerintahan yang bersih bebas KKN.
6. Meningkatkan Penyelenggaraan
Pemerintahan yang bersih bebas
KKN.
7. Menurunnya tingkat penyimpangan
oleh aparatur
8. Meningkatkan Efisiensi
penyelenggaraan Birokrasi
43
D. Rencana Aksi dan Prioritas Program Reformasi Birokrasi Badan Ketahanan
Pangan Tahun 2019.
44
Pelaksanaan reformasi birokrasi di Badan Ketahanan Pangan telah dilaksanakan
dan telah mencapai indek nilai yang baik, Hasilnya terdapat isu strategis
berdasarkan evaluasi penilaian refomasi birokrasi, maka rencana aksi reformasi
birokrasi Badan Ketahanan Pangan dengan indentifikasi terhadap harapan
pemangku kepentingan terhadap keberhasilan kegiatan rencana aksi yang akan
dilaksanakan dalam pada Tahun 2019 sebagaimana pada tabel 4.
Tabel 4
Program Mikro, Isu Permasalahan Strategis dan Rencana Kegiatan
Reformasi Birokrasi Badan Ketahanan Pangan Tahun 2019
Isu Permasalahan
Program Mikro Rencana Kegiatan
Strategis
Manajemen Perubahan 1. Belum 1. Menerbitkan SK Kepala
terdokumentasinya Badan Ketahanan Pangan
peran pimpinan dan tentang Pokja PMPRB danTim
seluruh pegawai dalam Asesor PMPRB
setiap kegiatan 2. Mensosialisaskan Road Map
pelaksanaan reformasi dan Rencana Kerja RB
birokrasi 3. Melakukan pelaksanaan RB
2. Monev pelaksanaan RB secara mandiri
belum dilaksanakan 4. Melakukan penataan
secara mandiri di unit dokumentasi Reformasi
kerja karena masih Birokrasi dengan baik dalam
mengikuti kegiatan setiap kegiatan yang terkait
Kementerian Pertanian dengan RB
3. Agen perubahan belum 5. Melakukan monitoring dan
menunjukan peran evaluasi pelaksanaan RB
secara aktif dalam minimal setahun sekali
menerapkan tugas dan 6. Melakukan internalisasi
tanggung jawab-nya mendorong perubahan pola
4. Implementasi kegiatan pikir dan budaya kerja, antara
revolusi mental lain :
- Mengusulkan diklat agen
perubahan
- Setiap agen perubahan
menyusun rencana aksi
- Monitoring dan evaluasi
pelaksanaan
program/rencana aksi
agen perubahan
- Sosialisasi
gerakan/kegiatan revolusi
mental lingkup Badan
Ketahanan Pangan
- Monitoring dan evaluasi
kegiatan revolusi mental
45
Isu Permasalahan
Program Mikro Rencana Kegiatan
Strategis
46
Isu Permasalahan
Program Mikro Rencana Kegiatan
Strategis
3. Implementasi
perkembangan e-
goverment belum
terintegrasi
4. Pengembangan
inovasi egoverment
masih belum optimal
Penataan Sistem 1. Pengembangan 1. Melakukan identifikasi
Manajemen SDM pegawai berbasis kebutuhan pegawai Badan
kompetensi belum Ketahanan Pangan sesuai
optimal dilaksanakan kebutuhan Unit Kerja
2. Penilaian kinerja 2. Pengembangan pegawai
individu (SKP) belum berbasis kompetensi sesuai
sepenuhnya dengan rencana dan
berdasarkan capaian kebutuhan pengembangan
kinerja masing-masing kompetensi, antara:
individu - Melakukan identifikasi
3. Monev pelaksanaan kebutuhan pelatihan
aturan/disiplin/kode etik pegawai berbasis
belum optimal dilakukan kompetensi sesuai dengan
bidang tugasnya masing-
masing
- Monitoring dan evaluasi
pengembangan kompetensi
pegawai secara berkala
3. Menerapkan penetapan kinerja
pegawai serta monitoring dan
evaluasi penilaian SKP secara
berkala
4. Menerapkan penegakan
aturan/disiplin/kode etik
pegawai serta monitoring dan
evaluasinya secara berkala
5. Implementasi Standar
Kompetensi Jabatan (SKJ)
dengan melaksanakan
evaluasi jabatan berdasarkan
SKJ
6. Pemanfaatan Sistem
Informasi Manajemen ASN
oleh pegawai
Penguatan Akuntabilitas Peran pimpinan dalam 1. Melibatkan pimpinan dalam
penyusunan rencana penyusunan Renstra, Renja,
strategis, PK dan PK
pemantauan capaian kinerja 2. Monitoring dan evaluasi
belum optimal dilakukan capaian kinerja oleh pimpinan
langsung secara berkala
3. Pelaksanaan pelaporan
akuntabilitas kinerja berbasis
elektronik
47
Isu Permasalahan
Program Mikro Rencana Kegiatan
Strategis
Penguatan Pengawasan 1. Sistem pengendalian 1. Monitoring dan evaluasi
gratifikasi belum optimal pengelolaan gratifikasi oleh
dilakukan Tim secara berkala serta
2. Penanganan pemantauan LHKPN dan
pengaduan masyarakat LHKASN
belum optimal dilakukan 2. Pelaksanaan serta monitoring
3. WBS belum dan evaluasi Sistem
disosialisasikan di Pengendalian Internal untuk
seluruh unit organisasi memperoleh WBK/WBBM
3. Monitoring dan evaluasi
penanganan pengaduan
masyarakat oleh Tim secara
berkala
4. Sosialisasi serta monitoring
dan evaluasi Whistle Blowing
System (WBS)
5. Penanganan dan sosialisasi
benturan kepentingan
6. Pembangunan Zona Integritas
secara intensif
48
Isu Permasalahan
Program Mikro Rencana Kegiatan
Strategis
- Menyusun peta/matrik usulan
inovasi pelayanan publik dan
perkembangannya
- Optimalisasi inovasi
pelayanan publik
- Monitoring dan evaluasi
inovasi pelayanan publik
Program percepatan RB/ Penetapan salah satu unit 1. Menyusun usulan penetapan
Quick Wins kerja sebagai quick wins unit kerja quick wins
program RB belum optimal 2. Menyusun peta/matrik
dilakukan kebutuhan unit kerja yang
akan dijadikan program quick
wins RB
3. Monitoring dan evaluasi unit
kerja quick wins secara
berkala
Tabel 5
Arah Kebijakan dan Strategi Pelaksanaan Kegiatan Teknis Badan Ketahanan
Pangan Tahun 2019
49
mendukung program reformasi birokrasi serta kebijakan strategis kedaulatan
pangan Badan Ketahanan Pangan.
2. Riviu agen perubahan kegiatan ini dilakukan agar agen perubahan secara
aktif menerapkan tugas dan tanggungjawab dalam perubahan pola pikir dan
budaya kerja dalam kerangka reformasi birokrasi.
3. Analisis organisasi secara menyeluruh dan simultan, kegiatan ini untuk
ketapatan ukuran dan fungsi organisasi hal ini sangat berkaitan dengan
penyempurnaan analisis jabatan dan uraian tugas jabatan dan memberikan
informasi kebutuhan dan kekurangan pegawai yang berkaitan dengan
formasi serta meningkatkan manajemen SDM Aparatur.
50
BAB IV
PROGRAM PERCEPATAN (QUICK WINS) REFORMASI BIROKRASI
BADAN KETAHANAN PANGAN
51
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 13 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Quick Wins. Kegiatan-
kegiatan dalam program percepatan ini harus kegiatan-kegiatan yang mempunyai
daya ungkit (key leverage) yang terkait dengan perbaikan pada produk utama (core
business) suatu Kementerian/Lembaga.
53
B. Program Quick Wins Badan Ketahanan Pangan dalam Skala Nasional
Program Quick Wins Nasional Reformasi birokrasi merupakan program-program
yang secara nasional dipandang strategis dan memiliki dampak positif dalam
jangka waktu secara langsung bagi perbaikan birokrasi. Program Quick Wins
nasional dapat menjadi program Quick Wins instansional sesuai dengan bidang
tugasnya masing-masing. Program Quick Wins Badan Ketahanan Pangan secara
nasional adalah Pemberdayaan Pekarangan Pangan;
54
BAGIAN V
MANAJEMEN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI
A. Organisasi
Pelaksanaan reformasi birokrasi dapat berjalan dengan baik, maka perlu
dilakukan pengelolaan yang baik. Untuk itu, perlu dibentuk tim yang diberi tugas
untuk melakukan pengelolaan reformasi birokrasi agar seluruh rencana aksi dapat
dilaksanakan sesuai dengan target dan jadwal yang telah ditentukan.
Pelaksanaan reformasi birokrasi tahun 2019, untuk organisasi pelaksanaan
reformasi birokrasi terdiri dari 2 (dua) tingkatan, yaitu Tim Pengarah dan Tim
Pelaksana. Tugas-tugas setiap tingkatan tim reformasi birokrasi sebagai berikut:
56
menjadikan pegawai di seluruh jajaran unit kerja menjadi bagian dari pelaksana
reformasi birokrasi.
57
B. Monitoring dan Evaluasi.
1. Monitoring
Monitoring pelaksanaan reformasi birokrasi dilakukan lingkup Kantor Pusat
Monitoring dan evaluasi antara lain :
a. Pertemuan rutin dengan pimpinan Eselon I s.d II serta Penangung jawab
Kegiatan untuk membahas kemajuan, hambatan yang dihadapi, dan
penyesuaian yang perlu dilakukan untuk merespon permasalahan atau
perkembangan lingkungan strategis. Pertemuan untuk merespon
permasalahan yang harus cepat diselesaikan;
b. Survey terhadap kepuasan masyarakat dan pengaduan masyarakat;
c. Pengukuran target-target kegiatan reformasi birokrasi sebagaimana
diuraikan dalam Road Map dengan realisasinya;
d. Pertemuan dalam rangka Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi, yang dikoordinasikan oleh Inspektorat.
2. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi
secara keseluruhan termasuk tindak lanjut hasil monitoring yang dilakukan
pada saat pelaksanaan kegiatan reformasi Birokrasi.
Evaluasi dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
a. Evaluasi semesteran atau tahunan di tingkat unit kerja yang dipimpin
oleh pimpinan Ketua Pelaksana. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh
terhadap seluruh prioritas yang telah ditetapkan;
b. Evaluasi semesteran atau tahunan, yang dipimpin langsung oleh Ketua
Tim Pelaksana Reformasi Birokrasi;
c. Evaluasi semesteran atau tahunan dipimpin langsung oleh Ketua Tim
Pengarah Reformasi Birokrasi.
59
BAB VI
PENUTUP
60
LAMPIRAN
61