Anda di halaman 1dari 66

ROAD MAP

REFORMASI BIROKRASI
BADAN KETAHANAN PANGAN
TAHUN 2019
Kata Pengantar

Undang-Undang Nomor 17 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka


Panjang Nasional 2005-2025 dalam Bab IV butir 1,2 menyatakan bahwa
“pembangunan aparatur negara dilakukan melalui reformasi birokrasi untuk
meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan untuk mewujudkan tata
pemerintahan yang baik di pusat maupun di daerah”.
Kebijakan tersebut di atas dilatarbelakangi kondisi birokrasi secara umum yang masih
belum dapat memenuhi harapan publik, yaitu birokrasi yang bebas korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN), akuntabel dan transparansi, memberikan pelayanan masyarakat
dengan profesional, berkualitas. Padahal posisi birokrasi sebagai regulator, fasilitator,
dinamisator dan motivator mempunyai peran sentral dalam pembangunan nasional.
Dalam upaya mewujudkan tatakelola pemerintahan yang baik dan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan pelayanan berkualitas, maka perlu dilakukan area
perubahan, upaya yang inovatif sesuai dengan program reformasi birokrasi. Untuk
dapat melaksanakan program dan kegiatan reformasi birokrasi secara tertib, teratur,
dan fokus dalam area perubahan, telah disusun dan ditetapkan Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 15/Permentan/OT.240/4/2016 tentang Road Map Reformasi
Birokrasi Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019. Sejalan dengan Road Map itu
disusunlah Road Map Reformasi Birokrasi Badan Kementerian Pertanian Tahun 2019
yang menjadi pedoman sekaligus arah dalam mempersiapkan dan melaksanakan
reformasi birokrasi di lingkungan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian.
Semoga cita-cita kita untuk membangun birokrasi Badan Ketahanan Pangan
Kementerian Pertanian menuju birokrasi modern, profesional, dan amanah diridhoi
oleh Allah SWT. Amin.

Jakarta, Februari 2019

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i


DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ............................................................................ iii

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1


A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Identifikasi Capaian Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi ........... 2
C. Isu Strategis Reformasi Birokrasi ........................................................... 14
D. Peta Jalan Reformasi Birokrasi............................................................... 15

BAB II. GAMBARAN UMUM REFORMASI BIROKRASI BADAN


KETAHANAN PANGAN ........................................................................ 21
A. Kebijakan Rencana Strategis.................................................................. 21
B. Capaian Program dan Kegiatan Reformasi Birokrasi ............................ 23

BAB III. SASARAN, UKURAN KEBERHASILAN, AREA PERUBAHAN,


RENCANA AKSI TAHUN 2019 ............................................................. 27
A. Sasaran Program Reformasi Birokrasi ................................................. 27
B. Ukuran Keberhasilan ............................................................................ 27
C. Area Perubahan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi .............................. 28
D. Rencana Aksi dan Prioritas Program Reformasi
Birokrasi.................................................................................................. 43
E. Agenda Prioritas..................................................................................... 49

BAB IV. PROGRAM PERCEPATAN (QUICK WINS) REFORMASI


BIROKRASI BADAN KETAHANAN PANGAN .................................... 51

BAB V. MANAJEMEN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI ............... 55


A. Organisasi............................................................................................... 55
B. Monitoring dan Evaluasi ......................................................................... 58

BAB VI. PENUTUP .............................................................................................. 60

LAMPIRAN ............................................................................................................... 61

iii
DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

1. Ukuran Keberhasilan Reformasi Birokasi menurut Basiline


dan Target ………………………………………..…….......... 28
2. Area Perubahan dan Hasil yang di Harapkan dari
Reformasi Birokrasi Nasional Tahun 2019…........................ 31

3. Sasaran Reformasi Birokrasi, Program Mikro dan Kegiatan


Reformasi Birokrasi ……………………………………………. 36

4. Program Mikro Rencana Aksi Kegiatan Reformasi Birokrasi


Badan Ketahanan Pangan Tahun 2019 ……………………... 45

5. Arah Kebijakan dan Strategi Pelaksanaan Kegiatan Teknis


Badan Ketahanan Pangan Tahun 2019 ……………………... 49

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

1. Kerangka Keterkaitan Arah Kebijakan dan Road Map


Reformasi Birokrasi …………………………..….......................... 19

iv
v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makna reformasi secara etimologi dari kata reformation artinya reforms. Reformasi
mempunyai pengertian suatu gerakan yang menata ulang, menata hal-hal yang
menyimpang untuk dikendalikan secara teratur dan nilai nilai yang ideal serta
dicita–citakan masyarakat. Birokrasi adalah lembaga sebagai alat tempat
menciptakan suatu kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh para
penyelenggara negara atau pemangku jabatan dalam organisasi. Mendasari
makna reformasi dan birokrasi maka reformasi birokrasi pada hakikatnya
merupakan upaya untuk melakukan perubahan dan pembaharuan mendasar
terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan dengan sasarannya adalah
birokrasi terutama menyangkut aspek kelembagaan, ketatalaksanaan dan
sumberdaya manusia aparatur yang merupakan 3 (tiga) variabel yang sangat
penting guna membangun aparatur pemerintahan yang baik. Pelaksanaan
reformasi birokrasi dalam rangka membangun pemerintahan yang baik (good
governance) berpedoman pada Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010
tentang Grand Desain Reformasi Birokrasi 2010 – 2025, yang berisikan langkah-
langkah umum penataan organisasi, penataan tatalaksana, penataan manajemen
sumberdaya manusia aparatur, penguatan sistem pengawasan intern, penguatan
akuntabilitas, peningkatan kualitas pelayanan publik dan pemberantasan KKN.
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 tahun 2010 tentang road map yang menjabarkan uraian
kegiatan reformasi birokrasi, untuk itu di Badan Ketahanan Pangan telah
ditetapkan road map reformasi birokrasi Badan Ketahanan Pangan Tahun 2019.
Sejalan dengan itu, penilaian mandiri pelaksanaan reformasi birokrasi (PMPRB)
tahun 2019 oleh Kementerian PAN/RB akan dilaksanakan di tingkat Eselon I
lingkup Kementerian Pertanian. Sedangkan tahun sebelumnya PMPRB
dilaksanakan pada tingkat K/L sehingga monitoring dan evaluasi mandiri Badan
Ketahanan Pangan belum dilaksanakan secara mandiri dan masih mengikuti
kegiatan Kementerian Pertanian.

1
B. Identifikasi Capaian Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi
Untuk menindaklanjuti reformasi birokrasi perlu ditetapkan road map Tahun 2019
dengan langkah identifikasi terhadap capaian pelaksanaan program reformasi
birokrasi dan hasil – hasil yang telah dicapai di Badan Ketahanan Pangan selama
kurun waktu 2018 dengan memperhatikan penilaian internal institusi maupun
eksternal, adapun hasil yang telah dinilai meliputi antara lain :
1. Pemeriksaan Hasil Auditor
Penilaian capaian kinerja atas keuangan tidak hanya dari aspek realisasi
keuangan tetapi juga hasil pemeriksaan dari auditor baik dari Inspektorat
Jenderal Kementerian Pertanian, maupun dari Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK). Pemeriksaan dilakukan melalui proses identifikasi masalah, analisis,
dan evaluasi secara independen, objektif, dan professional berdasarkan
standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan
keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
Negara.

Berdasarkan hasil dari Laporan Hasil Pemeriksaan Badan Pemeriksa


Keuangan (BPK) RI Tahun 2018 terhadap kegiatan Badan Ketahanan Pangan
pada 10 (sepuluh) Provinsi yaitu : DKI Jakarta, Sumatera Utara, Sumatera
Barat, Riau, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan,
Gorontalo dan Papua tidak terdapat temuan berulang.

Berdasarkan hasil pemeriksaan Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian


Tahun 2018 pada 9 (sembilan) Propinsi (a) Jawa Timur, (b) Sulawesi Selatan,
(c) Sumatera Selatan, (d) Jawa Tengah, (e) Kalimantan Selatan, (f) Kalimantan
Barat, (g) Nusa Tenggara Barat, (i) Jawa Barat, dan (j) DI. Yogyakarta. Dalam
pemeriksaan tersebut, ruang lingkup pelaksanaan audit kinerja Ketahanan
Pangan meliputi capaian kinerja kegiatan Pengembangan Usaha Pangan
Masyarakat (PUPM) melalui Toko Tani Indonesia (TTI), Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL), Kawasan Mandiri Pangan (KMP).

Secara umum, temuan Hasil Pemeriksaan tersebut terdapat kelemahan-


kelemahan sebagai berikut :

a. Kepala Satker belum sepenuhnya mengimplementasikan aspek SPI pada


unit kerjanya secara optimal.

2
b. Piutang 13 Gapoktan di Kabupaten Karawang pada TTI Center Jakarta,
dan TTI Lokal Bogor, Depok, Bekasi seluruhnya Rp. 394.049.800,-
c. Kelebihan pembayaran honor narasumber, sewa mobil sebesar
16.220.000.
d. PPK dan penanggungjawab kegiatan belum sepenuhnya memenuhi PMK
Nomor 168/PMK.05/2015 dan pedoman yang sudah ditetapkan.
e. Identifikasi CP/CL LUPM oleh Tim Teknis kabupaten dan verifikasi Tim
Pembina Provinsi kurang cermat.
f. Penggunaan anggaran belum dilakukan secara cermat dan adanya
kecenderungan penggunaan anggaran tidak diperuntukkan bagi yang
berkepentingan (TTIC).
g. Penggunaan anggaran belum sepenuhnya mengacu kepada Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 78/PMK.02/2017 tentang SBM Tahun 2017.
h. Target kuantitas 250 unit TTI belum terpenuhi dalam rangka memfasilitasi
stabilisasi pasokan dan harga pangan belum sepenuhnya tercapai.
i. Penetapan LUPM belum sepenuhnya tepat sasaran.
j. Penerimaan Negara Bukan Pajak senilai Rp. 115.000.000,00 dari sisa
biaya operasional yang tidak dapat dimanfaatkan tertunda.
k. Piutang Gapoktan berpengaruh terhadap cash flow LUPM.
l. TTI belum melakukan pembukuan yang menyajikan jumlah pasokan dari
masing-masing pemasok dan jumlah penjualan beras (transaksi harian).
m. Terdapat kelebihan biaya pencetakan pada kegiatan Kawasan Mandiri
Pangan di Kab. Tasikmalaya dan Kab. Cirebon senilai Rp. 1.500.000,-
untuk disetor ke kas negara.
n. Terdapat kelebihan biaya konsumsi rapat pada kegiatan KRPL di Kab.
Tasikmalaya Rp. 1.800.000 dan Kab. Cirebon senilai Rp. 1.500.000,- untuk
disetor ke kas negara.

2. Capaian Kinerja Pegawai Badan Ketahanan Pangan


Pada tahun 2018, Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian didukung
oleh 287 pegawai. Dalam rangka penilaian indikator kinerja individu/pegawai,
sejak tahun 2014 telah dilaksanakan penilaian Standar Kinerja Pegawai (SKP)
dengan menggunakan sistem aplikasi SKP secara online yang menekankan
output pekerjaan dan kehadiran pegawai.
3
Untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan, dan kualitas
aparatur dalam penyelenggaraan berbagai tugas dan fungsi Badan Ketahanan
Pangan, pada tahun 2018 telah dilakukan:

a. program tugas belajar kepada 10 pegawai yang terdiri dari 7 (tujuh) orang
dalam penyelesaian tugas belajar angkatan 2016 dan 2017, dan 2 (dua)
orang peserta tugas belajar Tahun 2018. Dari peserta tugas belajar
tersebut terdapat 3 (tiga) orang program S3;
b. Sebagai tindak lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017
tentang Manajemen PNS, dimana setiap PNS wajib mendapatkan
pengembangan kompetensi minimal 20 Jam pelajaran pertahun, Badan
Ketahanan Pangan telah melaksanakan Bimbingan teknis
pengembangan kompetensi bidang kepegawaian lingkup Badan
Ketahanan Pangan yang diikuti 150 (seratus lima puluh) pegawai. Bimtek
ini diperuntukkan bagi pegawaian yang dalam tahun 2018 belum pernah
mengikuti pengembangan kompetensi;
c. penyelesaian administrasi kepegawaian antara lain : 1) kenaikan pangkat
periode April 2018 sebanyak 42 (empat puluh) pegawai dan periode
Oktober 2018 sebanyak 10 (sepuluh) pegawai; 2) kenaikan gaji berkala
pegawai Badan Ketahanan Pangan selama tahun 2018 sebanyak 102
(seratus dua) pegawai; 3) proses cuti sebanyak 956 (sembilan ratus lima
puluh enam); 4) pencatuman gelar sebanyak 21 (dua puluh satu); dan 5)
proses batas usia pensiun (BUP) sebanyak 18 (delapan belas) pegawai.
d. penghargaan dan Tanda Kehormatan Satya Lencana Karya Satya
(SLKS) diberikan kepada pegawai Badan Ketahanan Pangan sebanyak
18 pegawai;
e. pengembangan kapasitas pejabat fungsional
Tahun 2018 Badan Ketahanan Pangan telah melaksanakan
pengembanan kapasitas pejabat fungsional Pegawas Mutu Hasil
Pertanian (PMHP), Analis Pasar Hasil Pertanian ( APHP) dan Analis
Ketahanan pangan (AKP) sebagai beikut :

1) penilaian dupak pejabat fungsional PMHP dan APHP dilaksanakan 2


periode yaitu periode penilaian Desember 2017 sampai dengan Mei
2018 dan periode Juni 2018 sampai dengan november 2018.

4
Sementara untuk Analis Ketahanan Pangan dilakukan Penilaian Tim
Kinerja Instansi satu kali dalam satu tahun.
2) workshop pejabat fungsional PMHP diikuti oleh 94 (sembilan puluh
empat) pejabat fungsional PMHP, workshop pejabat fungsional
APHP diikuti oleh 102 (seratus dua) pejabat fungsional APHP dan
workshop Pejabat fungsional AKP diikuti oleh 66 (enam puluh enam)
pejabat fungsional AKP.
3) Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 26 Tahun 2016
tentang Pengantan PNS dalam Jabatan Fungsional Melalui
Penyesuaian/Inpassing, Badan Ketahanan Pangan telah melakukan
uji kompetensi pejabat fungsional dalam rangka Inpassing untuk
jabatan fungsional PMHP, APHP dan AKP.
f. Pengukuran Indek Penerapan Nilai-Nilai Budaya Kerja (IPNBK) Aparatur
Badan Ketahanan Pangan pada tahun 2018 adalah 3.59 dengan kualitas
budaya kerja 89.78 dan termasuk dalam kriteria sangat baik.
g. Tahun 2018 Badan Ketahanan Pangan juga telah melaksanakan
Penilaian Eksternal. Dalam penilaian ini, sebagai responden adalah
stakeholder Badan Ketahanan Pangan yang terdiri dari Dinas Urusan
Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota dan DPRD provinsi dan
Kabupaten/Kota. Nilai srvey eksternal Badan Ketahanan Pangan adalah
79,05 dengan klasifikasi kualitas B (baik).

3. Capaian Kinerja Hukum dan Perundang-Undangan


A. Peraturan perundang-undangan
1. Peraturan perundang-undangan yang disusun untuk memberikan cara
menghitung jumlah cadangan beras di masing-masing daerah provinsi
dan kabupaten/kota, yaitu: Peraturan Menteri Pertanian Nomor
11/Permentan/KN.130/4/2018 tentang Penetapan Jumlah Cadangan
Beras Pemerintah Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 481) dan diundangkan pada tanggal 9 April 2018.
2. Peraturan perundang-undangan yang disusun untuk menindaklanjuti
Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang
Ketahanan Pangan dan Gizi, ketentuan mengenai batas waktu simpan

5
Cadangan Pangan Pemerintah yaitu: Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 38/PERMENTAN/KN.130/8/2018 tentang Pengelolaan
Cadangan Beras Pemerintah. (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 1230) dan diundangkan pada tanggal 5 September
2018. Pengelolaan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dilakukan
untuk menjaga kecukupan CBP baik jumlah maupun mutunya
antardaerah dan antarwaktu.
3. Peraturan perundang-undangan yang disusun untuk menindaklanjuti
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 46/Permentan/RC.110/12/2017
tentang Pedoman Umum Pengelolaan dan Penyaluran Bantuan
Pemerintah Lingkup Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2018,
yaitu:
a. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 62/Kpts/RC.110/J/12/2017
tentang Petunjuk Teknis Optimalisasi Pemanfaatan Lahan
Pekarangan Melalui Kawasan Rumah Pangan Lestari Tahun 2018;
b. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 63/Kpts/RC.110/J/12/2017
tentang Petunjuk Teknis Pengembangan Kawasan Mandiri Pangan
Tahun 2018;
c. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 64/Kpts/RC.110/J/12/2017
tentang Petunjuk Teknis Pengembangan Usaha Pangan
Masyarakat Tahun 2018;
d. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 64.1/Kpts/RC.110/J/12/2017
tentang Petunjuk Teknis Pengembangan Pangan Pokok Lokal
Tahun 2018;
e. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 13/Kpts/RC.110/J/02/2018
tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Pertanian Nomor
63/Kpts/RC.110/J/12/2017 Petunjuk Teknis Pengembangan
Kawasan Mandiri Pangan Tahun 2018;
f. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 18/Kpts/RC.110/J/02/2018
tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Pertanian Nomor
64.1/Kpts/RC.110/J/12/2017 tentang Petunjuk Teknis
Pengembangan Pangan Pokok Lokal Tahun 2018.
4. Peraturan perundang-undangan yang disusun dengan adanya
perubahan susunan keanggotaan dan penanggung jawab wilayah Tim
6
Serap Gabah Petani, maka diubah Keputusan Menteri Pertanian
Nomor 249/Kpts /OT.050/5/2016 sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 225/Kpts/OT.050/4/2017, dengan
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 92/Kpts/OT.050/1/2018 tentang
Perubahan Kedua Atas Keputusan Menteri Pertanian Nomor
249/Kpts/OT.050/5/2016 tentang Tim Serap Gabah Petani (Keputusan
in mulai berlaku pada tanggal 26 Januari 2018).
5. Peraturan perundang-undangan yang disusun dengan adanya
perubahan susunan keanggotaan dan penanggung jawab wilayah Tim
Serap Gabah Petani serta untuk mempercepat dan memperlancar
kegiatan penyerapan gabah petani, maka dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku : (1) Keputusan Menteri Pertanian Nomor 249/Kpts
/OT.050/5/2016 tentang Tim Serap Gabah Petani; (2) Keputusan
Menteri Pertanian 225/Kpts/OT.050/5/2017 tentang Perubahan Atas
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 249/Kpts /OT.050/5/2016 tentang
Tim Serap Gabah Petani; (3) Keputusan Menteri Pertanian Nomor
92/Kpts/OT.050/1/2018 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan
Menteri Pertanian Nomor 249/Kpts/OT.050/5/2016 tentang Tim Serap
Gabah Petani dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor
172/Kpts/OT.050/2/2018 tentang Tim Serap Gabah Petani.
6. Peraturan perundang-undangan yang disusun untuk mempercepat
pengentasan kemiskinan di perdesaan dengan memanfaatkan potensi
sumber daya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat
perdesaan serta menindaklanjuti arahan Presiden Republik Indonesia
pada Rapat Terbatas tanggal 18 Oktober 2017 yaitu: Keputusan
Menteri Pertanian Nomor 239/Kpts/OT.050/3/2018 tentang Tim
Penanggulangan Kemiskinan Melalui Padat Karya.
7. Peraturan perundang-undangan yang disusun agar pelaksanaan
pengawasan keamanan pangan dan mutu pangan segar dapat
berjalan efektif dan efisien yaitu Keputusan Menteri Pertanian Nomor
764/Kpts/OT.050/11/2018 tentang Kelompok Kerja Keamanan dan
Mutu Pangan Segar.
8. Peraturan perundang-undangan yang disusun untuk mencabut
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 51/Permentan/OT.140/10/2008
7
tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pangan Segar Asal
Tumbuhan, dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
20/Permentan/OT.140/2/2010, serta untuk menindaklanjuti ketentuan
Pasal 21, Pasal 36, Pasal 37 dan Pasal 38 Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan , Mutu, dan Gizi Pangan,
yaitu Rancangan Peraturan Menteri Pertanian tentang Keamanan dan
Mutu Pangan Segar Asal Tumbuhan. Proses penyusunan Rancangan
Peraturan Menteri ini sudah ditanda tangan oleh Menteri Pertanian
dengan Nomor 53/Permentan/KR.040/12/2018 pada tanggal 31
Desember 2018, saat ini memasuki tahap permohonan pengundangan
Peraturan Menteri Pertanian Dalam Berita Negara ke Direktur
Jenderal Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia.
9. Peraturan perundang-undangan yang disusun untuk menindaklanjuti
Pasal 4 ayat (2) Peraturan Menteri Pertanian Nomor
38/Permentan/KN.130/8/2018 tentang Pengelolaan Cadangan Beras
Pemerintah ditetapkan Rancangan Keputusan Menteri Pertanian
tentang Kriteria Penurunan Mutu Cadangan Beras Pemerintah. Saat ini
Rancangan Keputusan Menteri Pertanian tentang Kriteria Penurunan
Mutu Cadangan Beras Pemerintah masih dalam proses pembahasan.
B. Penyusunan Naskah Perjanjian Bidang Ketahanan Pangan
1. Nota Kesepahaman antara Kepala Badan Ketahanan Pangan dengan
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Bumiputera Nusantara Indonesia
(ASPRINDO), Nomor B.219/HK.230/J/05/2018, Nomor
01/INA/MoU/DPP-Asprindo/V/2018 tentang Program Pengentasan
Kemiskinan. Nota Kesepahaman ini ditanda tangan pada tanggal 4 Mei
2018 dan berakhir pada tanggal 4 Mei 2019.
2. Nota Kesepahaman antara Badan Ketahanan Pangan dengan Forum
Komunikasi Kabupaten Penghasil Sagu Seluruh Indonesia (FOKUS
KAPASSINDO), Masyarakat Singkong Indonesia (MSI), Asosiasi
Petani Organik Bumi pasundan (ASETNA BUNDA), Gabungan
Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), Ikatan
Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI), Nomor B-329/HK.220/J/7/2018,
Nomor 001/FK-MoU/VII/2018, Nomor 003/DPN MSI/VII/2018, Nomor
8
003/EK/ASETNABUNDA/VII/2018, Nomor 065/DPP/GAPMMI/VII/2018,
Nomor 054/IWAPI-BKP/VII/2018 tentang Pemanfaatan dan
Pengembangan Pangan Lokal Nusantara Dalam Mendukung
Percepatan Penganekaragaman Pangan . Nota Kesepahaman ini
ditanda tangan pada tanggal 27 Juli 2018 dan berakhir pada tanggal 27
Juli 2019.
3. Nota Kesepahaman antara Badan Ketahanan Pangan dan Direktorat
Jenderal Penguatan Daya saing produk Kelautan dan Perikanan,
Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Nomor 1012/FTP-UGM/HK/2018,
Nomor 05/PDSPKP-KKP/PKS/IX/2018, Nomor B-
386/HK.220/J/09/2018, tentang Pengembangan Usaha Pengolahan
Pangan Lokal Dalam Mendukung Penganekaragaman Panga Bergizi,
Aman dan Sehat . Nota Kesepahaman ini ditanda tangan pada tanggal
18 September 2018 dan berakhir pada tanggal 18 September 2021.
4. Nota Kesepahaman antara Direktur Utama PD. Pasar Jaya dengan
Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Protein Hewani Indonesia ,
Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Pengolah dan Pengguna
Daging Skala Menengah, Kecil, dan Rumah Tangga, dan Direktur
Eksekutif Asosiasi Distributor Daging Indonesia, Nomor 250/1.824.571,
Nomor 1165, Nomor 27/PKS-APPHI/III/2018, Nomor
01/IV/ASP/MOU/2018, Nomor 012/MOU/ADDI/III/2018 tentang
Stabilisasi Pasokan dan Harga Komoditas Daging Sapi/Kerbau Beku
menghadapi hari besar keagamaan nasional. Nota Kesepahaman ini
ditanda tangan pada tanggal 28 Maret 2018 dan berakhir pada tanggal
28 September 2018. Kepala Badan Ketahanan Pangan untuk Nota
Kesepahaman ini posisinya mengetahui, karena Badan Ketahanan
Pangan mengkoordinasikan penyusunan Nota Kesepahaman.
5. Nota Kesepahaman antara Direktur Utama PD. Pasar Jaya dengan
Ketua Gapoktan/Champion komoditas bawang merah, dan Ketua
Gapoktan/Champion komoditas aneka cabai, Nomor 249/1.824.571 ,
Nomor 016/MT/III/2018, Nomor A-078/CCI.28/M03/2018 tentang
Stabilisasi Pasokan dan Harga Komoditas bawang merah dan aneka
cabai menghadapi hari besar keagamaan nasional.
9
6. Nota Kesepahaman ini ditanda tangan pada tanggal 28 Maret 2018
dan berakhir pada tanggal 28 September 2018. Kepala Badan
Ketahanan Pangan untuk Nota Kesepahaman ini posisinya
mengetahui, karena Badan Ketahanan Pangan mengkoordinasikan
penyusunan Nota Kesepahaman.
7. Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Badan Ketahanan Pangan dengan
Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat
Desa, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, Perusahaan Umum
(Perum) Bulog, PT. Bank Rakyat Indonesia (PERSERO), Tbk. Nomor
52/HK.220/J/02/2018 , Nomor I/HK.07.01/II/2018, Nomor
Kerma/2/II/2018, Nomor PK-54/DA200/02/2018, Nomor B.228-
Dir/PPK/02/2018 tentang Serap Gabah/Beras Petani 2018. Perjanjian
Kerja Sama ini ditanda tangan pada tanggal 13 Februari 2018 dan
berakhir pada tanggal 31 Desember 2018.
8. Perjanjian Kerja Sama Antara Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan
Keamanan Pangan, Badan Ketahanan Pangan Dengan Departemen
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Agribisnis Asosiasi Pengusaha
Bumiputera Nusantara Indonesia (Asprindo) tentang Program
Pengentasan Kemiskinan Melalui Kegiatan Pengembangan Pangan
Lokal, Nomor 335/KN,200/J.4.10/2018, Nomor 002/pks.I/DPP-
Asprindo/X/2018, tentang Program Pengentasan Kemiskinan Melalui
Kegiatan Pengembangan Pangan Lokal . Perjanjian Kerja Sama ini
ditanda tangan pada tanggal 30 Oktober 2018 dan berakhir pada
tanggal 4 Mei 2019.

4. Pengelolaan Informasi Publik


a. Telah ditetapkan PPID Pembantu Pelaksana lingkup Badan Ketahanan
Pangan berdasarkan keputusan Kepala Badan Ketahanan Pangan nomor
12/KPTS/OT.050/J/2/2018 tentang Pejabat Pengelola Informasi dan
Dokumentasi Pembantu Pelaksana lingkup Badan Ketahanan Pangan.
b. Telah dilaksanakan Sosialisasi Pengelolaan Informasi Publik lingkup Badan
Ketahanan Pangan pada tanggal 26 Februari 2018 di Ruang Nusantara I,
Gedung E lantai 4 yang dihadiri oleh perwakilan seluruh bagian dan bidang
lingkup BKP.
10
c. Pada tahun 2018, ada 18 permohonan informasi publik, 18 pemberitahuan
dan tidak ada keberatan serta penolakan. Jumlah pemohon informasi
publik berdasarkan latar belakang pekerjaan sebagai berikut : citivas
akademika sebanyak 12 orang, PNS sebanyak 4 orang, karyawan swasta
sebanyak 1 orang serta wartawan sebanyak 1 orang. Tujuan pemanfaatan
data dan informasi dari pemohon informasi publik antara lain untuk data
pendukung penyusunan skripsi/tesis, penulisan berita di media dan
penyusunan jurnal. Rata – rata waktu yang diperlukan dalam memenuhi
permintaan informasi publik adalah 3 hari 11 jam 30 menit 53 detik.

5. Pengelolaan Media Sosial Badan Ketahanan Pangan


a. Tim Media Sosial Badan Ketahanan Pangan dibentuk dengan Keputusan
Kepala Badan Ketahanan Pangan nomor 58/Kpts/OT.050/J/2017, dan
terkait mutasi pegawai di lingkup BKP maka telah dilakukan perubahan SK
tersebut pada bulan Agustus 2018 dengan nomor SK
41/KPTS/OT.050/J/08/2018.
b. Akun resmi media sosial yang dikelola oleh Badan Ketahanan Pangan
adalah :
- Facebook Fan Page dengan nama Badan Ketahanan Pangan-
Kementerian Pertanian dengan total jumlah pengikut 7.688 pengikut.
- Instagram dengan nama badanketahananpangan dengan total pengikut
14,2 ribuan pengikut.
- Twitter dengan nama BKP Kementan RI dengan jumlah pengikut
sebanyak 1.600-an pengikut.

6. Konferensi Pers
1) Konferensi Pers “Bazar Beras di 4 Provinsi” di TTIC, Jakarta pada tanggal
12 Januari 2018.
2) Konferensi Pers “Pengembangan Pangan Pokok Lokal (P3L)” di Bogor
pada tanggal 20 Maret 2018
3) Konferensi Pers “Stabilisasi Harga Pangan Menjelang Idulfitri” di TTIC,
Jakarta pada tanggal 11 Juni 2018.
4) Konferensi Pers “Jelang Gelar Pangan Nusantara 2018” di Hotel Kartika
Chandra, Jakarta pada tanggal 26 Juli 2018.
11
5) Konferensi Pers “Operasi Pasar Daging Ayam Beku” di TTIC Jakarta pada
tanggal 28 Juli 2018.
6) Konferensi Pers “Peran BKP Kementan Dalam Penanganan Kerawanan
Pangan dan Pengentasan Kemiskinan” di Bogor pada tanggal 30 Oktober
2018.
7) Konferensi Pers “Capaian 4 Tahun Badan Ketahanan Pangan untuk
Pengentasan Rentan Rawan Pangan” di R Nusantara II BKP pada tanggal
16 November 2018
8) Konferensi Pers “Jelang HBKN Natal 2018 dan Tahun Baru 2019” di R
Nusantara II BKP pada tanggal 5 Desember 2018
9) Konferensi Pers “Gelar Telur Murah di TTIC Jakarta pada tanggal 15
Desember 2018
10) Konferensi Pers “Pelepasan Gelar Telur Murah” di TTIC Jakarta pada
tanggal 28 Desember 2018.
11) Konferensi Pers “Peran Sektor Pertanian Dalam Pengendalian Inflasi” di
Gedung PIA, Jakarta pada tanggal 28 Desember 2018

7. Kunjungan Pers
Badan Ketahanan Pangan melaksanakan beberapa kegiatan kunjungan pers
selama tahun 2018 sebagai berikut : a) Kunjungan pers ke Bogor pada tanggal
21 Maret 2018 dengan tema isu Pengembangan Pangan Pokok Lokal.
Kunjungan diikuti oleh beberapa wartawan media massa yakni Republika,
RMOL, TVRI, Detik.com, Antara dan Inilah.com; b) Kunjungan pers Jawa Timur
pada tanggal 10 November 2018 dengan objek lokasi panen jagung di Desa
Kali Pepe, Kecamatan Yosowilangun, Kabupaten Lumajang dan Desa
Jenggawah Kabupaten Jember; c) Kunjungan pers ke Yogyakarta pada
tanggal 13 November 2018 dengan objek liputan pemantauan Pasar
Beringharjo, Kota Yogyakarta dan Gapoktan Among Tani, Kedundang Temon,
Kulon Progo dll.

8. Publikasi Informasi Ketahanan Pangan


Publikasi dilakukan bekerjasama dengan 16 media massa. Melalui publikasi di
media massa, isi pesan tentang proses atau keberhasilan suatu program yang
dilakukan Badan Ketahanan Pangan bisa tergambarkan dengan jelas,
12
sehingga bisa memberi inspirasi kepada masyarakat untuk memahami,
mendukung dan melaksanakan program yang dilaksanakan, dan juga akan
berkelanjutan.

9. Pengelolaan Perpustakaan
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Perpustakaan adalah
Pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka/sumber
informasi yang berupa Pengembangan Koleksi, Pengolahan bahan pustaka,
Penyimpanan dan pelestarian bahan pustaka dan Pelayanan Informasi. Pada
tahun 2018 terdapat 28 transaksi peminjaman koleksi.

10. Pengelolaan Kearsipan dan Tata Usaha


a. Sosialisasi Tata Naskah Dinas Elektronik (TNDE) lingkup Badan
Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian pada tanggal 26 Februari 2018
di Ruang rapat Nusantara I Badan Ketahanan Pangan.
b. Pertemuan Koordinasi Tata Usaha dan Kearsipan lingkup Badan
Ketahanan Pangan di Bogor pada tanggal 2-3 Oktober 2018 yang dihadiri
oleh pejabat fungsional arsiparis lingkup Badan Ketahanan Pangan.

11. Capaian Akuntabilitas Anggaran


Pada tahun 2018 Badan Ketahanan Pangan mendapat alokasi anggaran yang
bersumber dari APBN senilai Rp. 600.286.783.000 yang terdri dari
527.612.000.000 untuk mendukung kegiatan BKP dan 72.674.783.000 adanya
tambahan alokasi anggaran pengadaan Gabah di Luar Kualitas (GLK) dan
Pembelian Gabah/Beras dengan Fleksibilitas Harga Tahun 2017 oleh BULOG
atau mengalami kenaikan (13,77%). Dana tersebut untuk kegiatan (1)
Pengembangan Sistem Distribusi dan Stabilisasi Harga Pangan
251.243.118.000, (2) Pengembangan Ketersediaan 90.341.400.000, (3)
Pengembangan Penganekaragaman Pangan dan Peningkatan Pangan Segar
173.194.500.000, dan (4) Dukungan Manajemen dan Teknis Lainnya
85.507.765.000.

13
C. Isu Strategis Reformasi Birokrasi Badan Ketahanan Pangan
Hal penting yang perlu dilakukan dalam pencapaian sasaran area perubahan pada
setiap program reformasi birokrasi perlu mendapat perhatian untuk di tindaklanjuti
adalah isu strategis reformasi birokrasi Badan Ketahanan Pangan yang terdiri dari,
meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja organisasi, meningkatkan
pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, meningkatkan kualitas pelayanan
publik yang secara rinci untuk menjadi perhatian dan sebagai dasar tindaklanjut
melaksanakan kegiatan dengan menetapkan area perubahan dan rencana aksi
kedepan di lingkungan Badan Ketahanan Pangan meliputi antara lain:
1. Meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja organisasi meliputi antara
lain:
a. Melibatkan pimpinan tertinggi secara aktif dan berkelanjutan dalam
pelaksanaan reformasi birokrasi.
b. Menyediakan media komunikasi yang reguler untuk mensosialisasikan
program/kegiatan reformasi birokrasi yang sedang dan akan dilakukan.
c. Melakukan evaluasi peta proses bisnis dan prosedur operasional dan
disesuaikan dengan perkembangan tuntutan efisiensi dan efektivitas
birokrasi.
d. Mengumumkan tahapan administrasi dan hasil seleksi kompetensi promosi
terbuka melalui IT melalui website panitia seleksi dan website intitusi yang
dapat diakses secara mudah.
e. Memperhatikan penilaian kinerja individu yang terkait dengan kinerja
organisasi.
f. Melakukan monitoring dan evaluasi atas pencapaian kinerja individu, dan
menjadikannya dasar untuk pemberian tunjangan kinerja serta dasar
pengembangan karir.
g. Melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan aturan/disiplin/kode
etik/kode perilaku instansi secara terbuka.
h. Membangun pemberian sanksi dan imbalan kepada seluruh unit organisasi
di lingkungan Kementerian Pertanian.
i. Meningkatkan peranan pimpinan secara langsung pada saat penyusunan
restra, PK dan dokumen – dokumen perencanaan lainnya serta peranan
pimpinan dalam memantau pencapaian kinerja secara berkala.

14
j. Membangun sistem pengukuran kinerja yang dapat diakses oleh seluruh
unit organisasi.
k. Melakukan pemutakhiran data secara berkala.
l. Menyusun dokumen secara tertib sebagai evidence dalam pelaksanaan
program dan kegiatan.
2. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN
meliputi antara lain:
a. Melakukan public campaign tentang gratifikasi secara terbuka.
b. Melakukan penilaian resiko pada seluruh unit organisasi.
c. Menindaklanjuti hasil evaluasi atas whistle blowing system.
d. Melakukan monitoring dan evaluasi atas penanganan benturan
kepentingan secara terbuka dan menindaklanjuti hasil evaluasi tersebut.
e. Memfokuskan fungsi pengawasan internal pada client dan audit berbasis
risiko.
3. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik berkualitas meliputi antara lain:
a. Meningkatkan kegiatan sosialisasi/pelatihan dalam upaya penerapan
budaya pelayanan prima.
b. Menerapkan sistem sanksi bagi pelaksana layanan serta pemberian
kompensasi kepada penerima layanan bila layanan tidak sesuai dengan
standar dalam meningkatkan budaya pelayanan prima.
c. Menyusun SOP pengaduan pelayanan secara komprehensif sebagai
bentuk perbaikan kualitas pelayanan.
d. Melakukan evaluasi atas penanganan keluhan/masukan secara berkala.
e. Meningkatkan penggunaan teknologi informasi dalam memberikan
pelayanan.

D. Peta Jalan Program Reformasi Birokrasi


Memperhatikan isu strategis reformasi birokrasi tersebut dan langkah dalam lima
tahun kedepan di Badan Ketahanan Pangan untuk menjadi lebih baik adalah salah
satunya peran pimpinan tinggi secara aktif mengindentifikasi secara terus menerus
program dan kegiatan dengan menyusun strategi area perubahan, menetapkan
prioritas kegiatan yang belum dilaksanakan. Untuk menjadi dasar dan pedoman
dalam pengembangan wawasan arah reformasi birokrasi perlu adanya peta jalan

15
program reformasi birokrasi yang telah di tetapkan dalam pedoman road map
Tahun 2019. Badan Ketahanan Pangan dalam menyusun road map ini melalui
identifikasi peta jalan road map untuk setiap area perubahan setiap tahunnya,
sehingga berjalan sesuai dengan agenda Nasional.
1. Road Map untuk Menuju Birokrasi yang Bersih dan Akuntabel

Tahun 2019
1. Meningkatnya integritas birokrasi
2. Meningkatnya sinergitas sistem pengawasan
3. Meningkatnya sinergitas sistem perencanaan, penganggaran dan pelaporan
kinerja
4. Meningkatnya intensitas keterbukaan sistem pelaporan
5. Meningkatnya intensitas penerapan sistem reward dan punishment dalam
manajemen kinerja nasional
6. Meningkatnya intensitas keselarasan antara kinerja individu dengan kinerja
organisasi
7. Meningkatnya intensitas pengendalian internal di lingkungan instansi
pemerintahan
8. Meningkatnya kinerja organisasi instansi pemerintah
9. Meningkatnya efektifitas dan efisiensi sistem pelaporan
10. Meningkatnya tranparansi informasi laporan keuangan dan kinerja
11. Meningkatnya akuntabilitas public
12. Internalisasi nilai dasar, kode etik, kode perilaku dan integritas pada instansi
pemerintah
13. Terwujudnya birokrasi yang bersih dan bebas dari praktek KKN

Peta jalan untuk terwujudnya birokrasi dengan berkinerja tinggi dan arah
perubahan reformasi birokrasi dengan sasaran yang diharapkan adalah
birokrasi yang bersih dan akuntabel. Isi area sebagai langkah untuk melakukan
dan mengidentifikasi proses menuju perubahan. Indikator setiap tahapan
program dan kegiatan untuk menjadi dasar dan pedoman penguatan program
dan kegiatan, khususnya di Badan Ketahanan Pangan.

16
2. Road Map untuk Menuju Birokrasi yang Efektif dan Efisien

Tahun 2019
1. Meningkatnya kualitas dan intensitas pelaksanaan reformasi birokrasi
2. Meningkatnya ketepatan ukuran dan fungsi kelembagaan
3. Menurunnya tumpag tindih tugas dan fungsi antar instansi
4. Meningkatnya efektifitas dan efisiensi
5. Meningkatnya kecepatan proses penyelenggaraan pemerintahan
6. Meningkatnya efektifitas tata hubungan antar instansi pemerintah dan
pemerintah daerah
7. Meningkatnya penggunaan teknologi informasi
8. Meningkatnya keterbukaan informasi publik
9. Meningkatnya penerapan manajemen SDM yang berbasis MERIT
10. Meningkatnya kesejahteraan SDM Aparatur
11. Meningkatnya integritas aparatur
12. Meningkatnya harmonisasi peraturan perundang-undangan
13. Meningkatnya kualitas kebijakan publik

14. Meningkatnya dukungan publik terhadap penerapan kebijakan pemerintah

Peta jalan untuk terwujudnya birokrasi dengan berkinerja tinggi dan arah
perubahan reformasi birokrasi dengan sasaran yang diharapkan adalah
birokrasi yang efisien dan efektif. Isi area sebagai langkah untuk melakukan dan
mengidentifikasi proses menuju perubahan. Indikator setiap tahapan program
dan kegiatan untuk menjadi dasar dan pedoman penguatan program dan
kegiatan khususnya di lingkungan Badan Ketahanan Pangan. Proses
pelaksanaan program dan kegiatan direncanakan sesuai area aksi perubahan
secara nasional dan diharapkan secara simultan berjalan sesuai dengan
sasaran road map reformasi birokrasi dengan terwujudnya birokrasi yang
berkinerja tinggi yaitu, birokrasi berintegritas tinggi, bersih dari praktek KKN,
dan akuntabel pada publik.

17
3. Road Map untuk Menuju Birokrasi yang Memiliki Pelayanan Publik Berkualitas

Tahun 2019
1. Meningkatnya kemudahan, kepastian dan kecepatan proses pelayanan
2. Meningkatnya aksesibilitas pelayanan
3. Meningkatnya penggunaan teknologi informasi dalam pemberian pelayanan
4. Meningkatnya kompetensi SDM pelayanan
5. Meningkatnya intensitas inovasi dalam pelayanan publik
6. Meningkatnya partisipasi publik dalam mendorong peningkatan kualitas
pelayanan
7. Meningkatnya kesadaran publik terhadap kualitas pelayanan
8. Meningkatnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik
9. Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah
10. Menurunnya kesenjangan kualitas pelayanan antar daerah dan antar
golongan masyarakat
11. Terwujudnya budaya pelayanan prima

Peta jalan untuk terwujudnya birokrasi dengan berkinerja tinggi dan arah
perubahan reformasi birokrasi dengan sasaran yang diharapkan adalah
Birokrasi yang memiliki pelayanan publik berkualitas. Isi area sebagai langkah
untuk melakukan dan mengidentifikasi proses menuju perubahan. Indikator
setiap tahapan program dan kegiatan untuk menjadi dasar dan pedoman
penguatan program dan kegiatan bagi institusi penyelenggara Negara.

Peta jalan ini sangat penting dalam menindaklanjuti penyusunan program dan
kegiatan baik yang sudah dilakukan dan yang akan di lakukan di Badan Ketahanan
Pangan tahun 2019, yang tentunya program dan kegiatan yang direncanakan di
area perubahan reformasi birokrasi diharapkan berdampak positif yang meliputi
antara lain:

1. Perubahan yang dilakukan secara terencana akan mendorong efektivitas dan


efisiensi serta mengarah kepada tujuan yang ingin dicapai.

18
2. Perubahan yang terencana juga memberikan arahan tentang kegiatan
reformasi birokrasi di Badan Ketahanan Pangan menciptakan sinergi dengan
kebijakan pada tingkat nasional.
3. Perubahan terencana yang dilakukan secara serentak dan menjadi gerakan
nasional yang mendorong terciptanya budaya perubahan.
4. Perubahan yang dilakukan dapat dimonitor dan dievaluasi secara
berkelanjutan, sehingga setiap tahapan proses manajemen dapat dipastikan
telah dilakukan secara tepat dan benar serta sesuai dengan rencana yang telah
digariskan. Bahkan proses perubahan dapat segera diperbaiki ketika proses
perubahan tidak lagi relevan dengan kondisi terkini.
5. Perubahan yang dilakukan untuk menjaga momentum pelaksanaan reformasi
birokrasi tidak kehilangan arah, tujuan, dan target yang hendak dicapai pada
tahun 2025 sebagaimana tertuang dalam Grand Design Reformasi Birokrasi
2010 – 2025, yaitu terciptanya Pemerintahan Kelas Dunia.

Agar arah perubahan reformasi birokrasi berproses sesuai rencana, maka


relevansi kebijakan nasional perlu dikaitkan dengan program reformasi birokrasi di
Badan Ketahanan, sebagaimana uraian pada gambar 4, kerangka keterkaitan arah
kebijakan dan road map reformasi birokrasi.

Gambar 1
Kerangka Keterkaitan Arah Kebijakan dan Road Map Reformasi Birokrasi

19
Gambar 1, mengilustrasikan keterkaitan arah kebijakan dan road map birokrasi.
Diawali dengan kebijakan program Nawacita, RPJMN 2015-2019, di Badan
Ketahanan Pangan memperhatikan arah kebijakan tersebut kedalam rencana
strategis, penilaian mandiri pelaksanaan reformasi birokrasi dan lain lainya sebagai
dasar melaksanakan reformasi birokrasi.

Area perubahan sasaran reformasi birokrasi bersih dan akuntabel, birokrasi efisien
dan efektif, birokrasi yang memiliki pelayanan berkualitas. Merelevansikan program
dan kegiatan Nasional dengan program kegiatan internal Badan Ketahanan
Pangan dengan melakukan identifikasi capaian hasil program reformasi birokrasi
yang telah dilakukan, yang belum dilakukan sebagai prioritas atau permasalahan
reformasi birokrasi yang perlu ditindaklanjuti sehingga adanya sinergisme dan
saling keterkaitan dengan program sebelumnya.

Program lainnya adalah program Quick Wins Badan Ketahanan Pangan dengan
menetapkan pelayanan yang berkualitas dengan harapan dapat melakukan
perubahan manajemen kinerja pelayanan yang cepat dan program terencana
dengan baik serta melakukan survey kepuasan masyarakat dan lain – lainnya.

Melakukan rencana aksi meliputi, perencanaan program dan kegiatan dengan


memperhatikan isu strategis internal, selanjutnya penetapan sasaran perubahan,
penetapan area perubahan yang diinginkan, diikuti dengan penetapan jadwal dan
jangka waktu pelaksanaan program dan kegiatan yang tepat untuk mencapai
tujuan yang diharapkan di masing – masing area perubahan.

20
BAB II
GAMBARAN UMUM KEBIJAKAN STRATEGIS REFORMASI BIROKRASI
BADAN KETAHANAN PANGAN

A. Kebijakan Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan


Kebijakan Rencana strategis Badan Ketahanan Pangan menjadi dasar dan
pedoman dalam penyusunan road map reformasi birokrasi yang salah satunya
adalah terwujudnya reformasi birokrasi yang ditetapkan dalam misi sektor
pembangunan pertanian.
Gambaran umum dalam road map pembangunan ketahanan pangan, terdapat
berbagai isu strategis antara lain:
1. Sistem pertanian pangan yang dilakukan oleh petani saat ini sebagian besar
belum memberikan kesejahteraan dan keuntungan yang memadai. Secara
nominal tingkat pendapatan per kapita petani tersebut masih berada di bawah
garis kemiskinan.
2. Pertumbuhan penduduk menjadi tidak berbanding lurus dengan pertumbuhan
produksi bahan pangan, sementara itu penduduk menuntut adanya
ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup, harga terjangkau, dan
tersedia setiap saat.
3. Permasalahan lahan pertanian yang berpotensi menjadi ancaman ketahanan
pangan yakni luas lahan pertanian yang terus menyusut akibat konversi lahan
pertanian produktif ke penggunaan non-pertanian yang terjadi secara masif.
4. Kebutuhan akan sumber daya air terus meningkat, disisi lain ketersediaan air
cenderung makin berkurang akibat terjadinya kerusakan ekosistem dan
perubahan lingkungan.
5. Kurangnya investasi bagi pengembangan infrastruktur terutama di perdesaan
serta terbatasnya prasarana usahatani yang sangat dibutuhkan masyarakat
dapat menurunkan ketahanan pangan nasional.
6. Fluktuasi harga pangan yang ditunjukkan oleh Coefficient of Variation (cv)
perlu diantisipasi karena nilai cv yang tinggi mencerminkan harga jual pangan
sangat fluktuatif sehingga mempengaruhi inflasi.
7. Di berbagai daerah telah terjadi beberapa kasus keracunan dan gangguan
kesehatan manusia akibat mengkonsumsi pangan yang tidak aman dari

21
cemaran berbagai jenis bahan kimia, biologis, dan fisik lainnya. Koordinasi
lintas sektor dan subsektor terkait dengan keamanan pangan belum optimal.
8. Kemampuan manajemen ketahanan pangan nasional dan daerah yang
merupakan pendorong dan penggerak dalam pelaksanaan pemantapan
ketahanan pangan tingkat nasional hingga rumah tangga dan individu masih
belum optimal.
Tantangan utama pembangunan ketahanan pangan mencakup:
1. Perubahan iklim global akan mengurangi kapasitas produksi pertanian pada
tingkat Nasional dan Global sehingga menjadi ancaman terhadap ketahanan
pangan, energi dan air.
2. Jumlah penduduk yang rawan pangan dan daerah rawan bencana masih
cukup besar terutama pada wilayah yang terisolir dan wilayah-wilayah yang
terkena dampak perubahan iklim. Penduduk dan daerah yang rawan tersebut,
perlu ditangani secara komprehensif sebagai upaya antisipasi timbulnya
kasus kerawanan pangan.
3. Situasi perekonomian global salah satunya akan mempengaruhi permintaan
dan penawaran pangan sehingga berdampak terhadap ketahanan pangan
global yang dapat berimbas kepada ketahanan pangan nasional
4. Permasalahan gizi (malnutrition) sebagai masalah kesehatan umum saat ini,

Pembangunan pertanian dalam 5 (lima) tahun ke depan berlandaskan pada Visi


pembangunan dalam RPJM 2015-2019 “Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat,
Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Untuk mendukung
visi pembangunan adalah dengan melaksanakan kebijakan Nawa-Cita 9
(sembilan) kebijakan salah satunya adalah pada butir kebijakan membangun tata
kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya, sedangkan
sektor pertanian dalam dimensi pembangunan sektor unggulan kedaulatan
pangan.
Badan Ketahanan Pangan dalam menetapkan visi adalah “Terwujudnya
Ketahanan Pangan yang berlandaskan Kedaulatan dan Kemandirian Pangan”
sedangkan misi Badan Ketahanan Pangan meliputi antara lain; memantapkan
ketersediaan komoditas pangan strategis nasional, memantapkan sistem distribusi
dan stabilitas harga komoditas pertanian strategis nasional, mewujudkan pangan

22
strategis nasional yang berkualitas dan aman, mewujudkan penganekaragaman
konsumsi pangan B2SA berbasis sumber daya lokal.

Dalam rangka mencapai tujuan dalam kerangka visi dan misi, maka ditetapkan
pogram “Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat”.

Selain mengemban misi tersebut diatas, Badan Ketahanan Pangan juga


mewujudkan reformasi birokrasi yang bertujuan meningkatkan kualitas kinerja
aparatur pemerintah bidang pertanian yang amanah dan profesional menjadi fokus
utama dalam melaksanakan program reformasi birokrasi dalam menciptakan
pemerintahan yang baik, sesuai dengan agenda sasaran reformasi birokrasi yaitu,
birokrasi yang bersih dan akuntabel, birokrasi yang efektif dan efisien, birokrasi
yang memiliki pelayanan publik berkualitas.
Pengembangan program reformasi birokrasi telah berjalan dengan baik adapun
capaian program dan kegiatan selama Tahun 2018 ditindaklanjuti pada tahun
2019.

B. Capaian Program dan Kegiatan Reformasi Birokrasi


Hasil capaian program dan kegiatan reformasi birokrasi Tahun 2018 meliputi
antara lain:
1. Manajemen Perubahan.
a. Menerbitkan Peraturan Kepala Badan Ketahanan Pangan
No. 18/KPTS/OT.050/K/03/2016 tentang Pembetukan Tim Reformasi
Birokrasi Badan Ketahanan Pangan
b. Melaksanakan Sosialisasi Reformasi Birokrasi.
c. Pengukuran Indek Penilaian Budaya Kerja Aparatur Lingkup Badan
Ketahanan Pangan.
d. Telah terbentuk agen perubahan berdasarkan Keputusan Kepala Badan
Ketahanan Pangan Nomor 34/KPTS/KP.430/J/08/2017 tanggal 4 Agustus
2017, dengan terbentuknya agen berubahan di Badan Ketahanan Pangan
diharapkan pelaksanaan reformasi birokrasi dapat lebih terarah, terfokus
yang memiliki peran dan tugas sebagai Katalis, pengerak perubahan,
pemberi solusi, mediator, penghubung dan teladan di lingkungan Badan
Ketahanan Pangan.

23
2. Penataan Peraturan Perundang-Undangan.
Nomor 51/Permentan/OT.140/10/2008 tentang syarat dan tata cara
pendataan pangan segar asla tumbuhan dan Permentan Nomor
20/Permentan/ OT.140/2/2010 sudah tidak sesuai dengan pelaksanaan
pembinaan Dan pengawasan Keamanan dan mutu pangan segar asal
tumbuhan

3. Penataan dan Penguatan Organisasi.


a Persetujuan prakarsa penyusunan Rancangan Peraturan Presiden
mengenai Pembentukan Kelembagaan Pangan berdasarkan surat
Sekretaris Kabinet Nomor 432/Seskab/XI/2013;
b Rancangan Peraturan Presiden tentang Badan Ketahanan Pangan
Nasional, yang saat ini masih dalam proses pembahasan dengan instansi
terkait;
c Tidak ada duplikasi dalam pelaksanaan analisis Ketahanan Pangan karena
masing-masing sub sektor mempunyai tugas fungsi yang berbeda

4. Penataan Tata Laksana.


a. Sudah dilakukan penyempurnaan SOP sesuai dengan peta jabatan.
b. Sudah dibuat peta proses Bisnis dan Peta Lintas Fungsi (Cross Functional
Map/CFM) Badan Ketahanan Pangan.
c. Aplikasi sistem informasi.
d. Sudah dibuat klasifikasi arsip BKP
e. Sudah ditetapkan PPID pelaksanaan SKP Badan Ketahanan Pangan
melaluai SK Kepala Badan.

5. Penataan Sistem Manajemen SDM.


a. Sudah disusun kebutuhan ASN per tahun maupun per 5 tahunan.
b. Meng update setiap perubahan data pegawai.
c. Sudah dilaksanakan sesuai dengan aturan yang ada termasuk dihalamnya
akumulasi keterlambatan, sejak 2013 sudah dilaksanakan.
d. Disusun Keputusan Kepala Badan Ketahanan Pangan Nomor :
002/KPTS/OT.140/K/01/2012 tentang Pembentukan Tim Penyusun
Standar Kompetensi Jabatan Badan Ketahanan Pangan.
24
e. Penilaian prestasi kerja tahun 2016 telah selesai dibuat oleh seluruh
pegawai Badan Ketahanan Pangan.

6. Penguatan Akuntabilitas
a. Pemantauan Capaian Kinerja dilaksanakan secara triwulan
b. Laporan akuntabilitas secra online sudah dilaksanakan melalui Web BKP
dan Sakip Kementerian Pertanian
c. Pengelolaan keuangan Badan Ketahanan Pangan telah dilaksanakan
dengan tertib, akuntabel, transparan dan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
d. Pengelolaan keuangan Badan Ketahanan Pangan telah dilaksanakan
dengan tertib, akuntabel, transparan dan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan keuangan yang berlaku yaitu diantaranya :
- Pembukuan Bendahara Pengeluaran dilakukan dengan menggunakan
Aplikasi SILABI
- Penyetoran sisa uang APBN ke kas negara dilakukan dengan
menggunakan Aplikasi SIMPONI
- Menginput PNBP dilakukan dengan menggunakan Aplikasi TR-PNBP
- Pelaporan Keuangan dilakukan dengan menggunakan Aplikasi SAIBA
dan E-Rekon LK, dengan tetap memenuhi asas kepatuhan penyajian
laporan keuangan secara transparan dan akuntabel
- Realisasi keuangan dapat dilihat setiap saat pada Aplikasi SPAN
- Administrasi keuangan dikelola dengan standar akuntansi yang diikuti
dengan penguatan Sistem Pengendalian Internal
- Penetapan Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (DK/TP) telah
dilimpahkan ke Daerah
e. Akuntabilitas Barang Milik Negara satker (melakukan inventarisasi BMN
tingkat satker).

7. Penguatan Pengawasan
a. Pelantikan dan penandatangan Pakta Integritas.
b. Seluruh Pejabat dari Eselon I sd Eselon IV sudah menyususn PK
(Penetapan Kinerja).
c. Seluruh pegawai Badan Ketahanan Pangan telah menyusun LHKASN.
25
d. Membentuk Unit Pengendalian Gratifikasi di Badan Ketahanan Pangan
dengan SK Kepala Badan Ketahanan Pangan Nomor
26/KPTS/OT.140/K/09/2014 tentang Pembentukan Sub Unit Pengelolaan
Gratifikasi Badan Ketahanan Pangan Tahun 2014.
e. Telah dibentuk forum budaya SPI
f. Aktivitas Satlak dalam mengendalikan kegiatan BKP
g. Penyusunan Instrumen Satlak

8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik.


a. Pelayanan sudah dilaksanakan pada Website BKP
b. Terdapat aplikasi Toko Tani Indonesia On line "SITANI"
c. BKP bukan unit kerja yang melakukan pelayanan publik

9. Program percepatan RB/Quick Wins


a. Penerapan program gerakan revolusi mental mulai diinternalisasikan
b. Pelaksanaan quick wins akan segera diusulkan Toko Tani Indonesia(TTI)
sebagai salah salah kegaitan Quick Win di Badan Ketahanan Pangan

Capaian reformasi birokrasi yang telah dilaksanakan dari berbagai indikator


kegiatan belum menunjukkan hasil yang maksimal dan sebagai dasar menindaklanjuti
adalah hasil evaluasi pelaksanaan mandiri reformasi birokrasi dan memperhatikan
rencana strategis pembangunan ketahanan pangan dalam kerangka kedaulatan
pangan Nasional.

26
BAB III
SASARAN, UKURAN KEBERHASILAN, AREA PERUBAHAN DAN
RENCANA AKSIREFORMASI BIROKRASI BADAN KETAHANAN PANGAN
TAHUN 2019

A. Sasaran Program Reformasi Birokrasi


Sasaran reformasi birokrasi Badan Ketahanan Pangan mengacu pada Road Map
Reformasi Birokrasi Tahun 2015 – 2019 Kementerian Pertanian. Sasaran program
Tahun 2019 lebih menekankan pada penguatan setiap area perubahan yang telah
dilakukan sebelumnya.

Tahun 2019
Sifat Nasional dan Instansional
Sasaran,
1. Birokrasi yang bersih dan akuntabel
2. Birokrasi yang efektif dan efisien
3. Birokrasi yang memiliki pelayanan publik yang berkualitas

Area Perubahan,
1. Manajemen Perubahan
2. Penataan Peraturan Perundang-undangan
3. Penataan dan Penguatan Organisasi
4. Penataan Tatalaksana
5. Penataan Sistem Manajemen SDM
6. Penguatan Akuntabilitas
7. Penguatan Pengawasan
8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

Sasaran Reformasi Birokrasi menurut tahun dan area perubahan menunjukan


bahwa terdapat penyempurnaan dan area perubahan dengan pendekatan
perubahan pada revolusi mental aparatur dan sumberdaya manusia aparatur sipil
negara (SDM ASN).

B. Ukuran Keberhasilan
Ukuran keberhasilan reformasi birokrasi menurut Basilene dan target Tahun 2019
dengan sasaran antara lain, birokrasi bersih dan akuntabel, birokrasi efektif dan
efisien, birokrasi memiliki pelayanan publik yang berkualitas dengan indikator

27
pencapaian target yang perlu mendapat perhatian untuk mencapai keberhasilan
pelaksanaan reformasi birokrasi.

Tabel 1
Ukuran Keberhasilan Reformasi Birokasi menurut Basiline dan Target

Sasaran Indikator Satuan Baseline Target 2019


Birokrasi bersih 1 Opini WTP atas laporan % 74 95
dan akuntabel keuangan
2 Tingkat kematangan Skor 1-5 1 3
SPIP
3 Penggunaan e- % 30 50
procurement terhadap
belanja pengadaan
Birokrasi efektif 1 Indek reformasi birokrasi Skor 1-100 47 75
dan efisien 2 Indek profesionalisme
ASN Skor 1-100 76 86
3 Indek e-goverment
Skor 0-4 2,66 3,4
Birokrasi 1 Indek integritas nasional Skor 1-10 7,22 9
memiliki 2 Survey kepuasan
pelayanan masyarakat
% 80 95
publik
3 Persentase kepatuhan % K 64 100
berkualitas pelaksanaan UU pelayanan L 15
public zona hijau

C. Area Perubahan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi


1. Manajemen Perubahan

a. Aplikasi Manajemen Perubahan.

Manajemen Perubahan untuk mengubah secara sistematis dan konsisten


dari sistem dan mekanisme kerja organisasi serta pola pikir dan budaya
kerja individu atau unit kerja didalamnya menjadi lebih baik sesuai dengan
tujuan dan sasaran reformasi birokrasi. Target ini adalah, meningkatkan
komitmen pimpinan dan pegawai Badan Ketahanan Pangan dalam
melaksanakan Reformasi Birokrasi, terjadinya pola pikir dan budaya kerja
dan menurunnya risiko kegagalan karena timbulnya resistensi terhadap
perubahan. Adanya agen perubahan sebagai dasar meluruskan arah dan
sasaran reformasi birokrasi serta menjadi teladan bagi pegawai di
lingkungan Badan Ketahanan Pangan.

28
b. Revolusi Mental.

Revolusi Mental adalah transformasi etos, yaitu perubahan mendasar


dalam mentalitas, cara berpikir, cara merasa dan cara mempercayai,
tercermin dalam perilaku dan tindakan sehari-hari.

Etos ini menyangkut semua bidang kehidupan PNS mulai dari ketaatan
jam kerja, pakaian seragam, penggunaan sarana dan prasarana, etika
dan sopan santun, capaian kinerja dan sebagainya. Begitu rupa, sehingga
mentalitas aparatur PNS Badan Ketahanan Pangan (yang terungkap
dalam praktik/kebiasaan sehari-hari) lambat laun berubah.
Pengorganisasian, rumusan kebijakan dan pengambilan keputusan
diarahkan untuk proses transformasi itu.
Isu birokrasi dipandang lambat, berbelit-belit, tidak inovatif, tidak peka,
inkonsisten, malas, feodal dan lainnya. Karena itu, mental model/perilaku
aparatur seperti ini harus menjadi fokus perubahan reformasi birokrasi.
Perubahan mental model/perilaku aparatur diharapkan akan mendorong
terciptanya budaya kerja positif yang kondusif bagi terciptanya birokrasi
yang bersih dan akuntabel, efektif dan efisien serta mampu memberikan
pelayanan yang berkualitas.
Perubahan mental aparatur tidak dapat dilakukan secara mandiri tetapi
juga harus didukung dengan perubahan pada sistem lain yang
memberikan batasan, aturan serta rambu-rambu yang memberikan
arahan bagi setiap aparatur birokrat Badan Ketahanan Pangan agar
berperilaku positif. Perubahan sistem ini menyangkut perubahan pada
sistem pengawasan, sistem akuntabilitas, sistem kelembagaan, sistem
tatalaksana, sistem manajemen SDM Aparatur Sipil Negara, sistem
peraturan perundang-undangan dan sistem manajemen pelayanan.

2. Penataan Peraturan Perundang-Undangan


Peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih, disharmonis, dapat
diinterpretasi berbeda atau sengaja dibuat tidak jelas untuk membuka
kemungkinan penyimpangan.

29
Kondisi seperti ini seringkali dimanfaatkan oleh aparatur untuk kepentingan
pribadi yang dapat merugikan negara. Karena itu, perlu dilakukan
perubahan/penguatan terhadap sistem peraturan perundang-undangan yang
lebih efektif dan menyentuh kebutuhan masyarakat.

3. Penataan dan Penguatan Organisasi


Penataan kelembagaan dapat dilihat dari indikator yang meliputi antara lain:
stuktur organisasi ramping (tidak banyak jenjang hirarki dan struktur
organisasi).

Penataan kelembagaan dapat diterapkan melalui:


a. Aliansi: Mensinergikan seluruh aktor pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat dalam tim solid; Menyempurnakan kelembagaan yang efektif,
ramping, fleksibel, berdasarkan prinsip good governance;
Menyempurnakan struktur jabatan dan jabatan negeri; Reposisi jabatan
dan fungsional.

b. Restrukturisasi: Merubah struktur yang dipandang tidak sesuai dengan


tuntutan zaman dan tidak efektif dalam memajukan organisasi.
c. Reorientasi: Mendefinisikan kembali visi, misi, peran, strategi, implementasi
dan evaluasi kelembagaan pemerintah. Menerapkan strategi organisasi,
struktur organisasi efektif, efisien, rasional dan proporsional, Menerapkan
prinsip organisasi dengan pembagian tugas yang tepat dan jelas.
d. Refungsionalisasi: Tindakan/upaya memfungsikan kembali sesuatu yang
sebelumnya tidak/belum berfungsi mengarah pada penajaman
profesionalisme organisasi dalam mengemban visi.
e. Revitalisasi: Upaya tambahan kepada organisasi agar dapat
mengoptimalkan kinerja organisasi. Revitalisasi berkaitan perumusan
kembali tugas, kewenangan, anggaran, penambahan/penggantian
pendukung dalam melaksanakan tugas.
Kelembagaan dipandang belum berjalan secara efektif dan efisien. Struktur
yang terlalu gemuk dan memiliki banyak hirarki menyebabkan timbulnya
proses yang berbelit, kelambatan pelayanan dan pengambilan keputusan.
Perubahan pada sistem kelembagaan akan mendorong efisiensi, efektivitas
dan percepatan proses pelayanan dan pengambilan keputusan dalam

30
birokrasi. Perubahan pada sistem kelembagaan diharapkan akan dapat
mendorong terciptanya budaya/perilaku yang lebih kondusif dalam upaya
mewujudkan birokrasi yang efektif dan efisien.

4. Penataan tatalaksana
Kejelasan proses bisnis/tatakerja/tatalaksana dalam instansi pemerintah juga
sering menjadi kendala penyelenggaraan pemerintahan. Berbagai hal yang
seharusnya dapat dilakukan secara cepat seringkali harus berjalan tanpa
proses yang pasti karena tidak terdapat sistem tatalaksana yang baik.

Yang perlu diperhatikan dalam penataan ketatalaksanaan yaitu: mekanisme


kerja internal, prosedur kerja, hubungan kerja eksternal, perencanaan,
pelaksanaan,pemantauan, evaluasi dan pengendalian, pengelolaan sarana
dan prasarana kerja, otomatisasi administrasi perkantoran, pemanfaatan
teknologi informasi (E-goverment), pengelolaan kearsipan yang handal.

Tujuan dari pada pendayagunaan ketatalaksanaan yaitu: mewujudkan tata


laksana yang ringkas, efektif, efisien dan transparan, pelayanan prima dan
pemberdayaan masyarakat. Kebijakan dalam Ketatalaksanaan diarahkan
pada perubahan manajemen dengan konsep manajemen modern agar cepat,
akurat, pendek jaraknya. Pemanfaatan teknologi modern yang relevan dengan
fungsi organisasi.

Kegiatan Pokok Ketatalaksanaan meliputi Menerapan peta proses bisnis,


menyempurnakan dan prosedur kerja efektif,ramping, fleksibel berdasar
prinsip kepemerintahan yang baik, menyempurnakan SAN untuk menjaga
keutuhan NKRI dan mempercepat proses desentralisasi, menyempurnakan
tatalaksana dan hubungan kerja antar lembaga di pusat dan antar pemerintah
pusat, provinsi dan kabupaten/kota, menciptakan administrasi pendukung dan
kearsipan yang efektif dan efisien.

Strategi Pendayagunaan Ketatalaksanaan diKementan melalui penciptaan


kerangka kerja peta proses bisnis, pemangkasan dan eliminasi mekanisme
kerja, prosedur dan mekanisme yang peluang terjadinya praktek KKN,
deregulasi dan debirokratisasi administrasi pemerintahan, perumusan Standar
Operating Procedures (SOP) administratif pemerintahan, penyusunan

31
hubungan kerja eksternal/tata hubunngan kewenangan antar lembaga, antar
pemerintah pusat dan daerah serta antar daerah, optimalisasi pemanfaatan
teknologi (E-Goverment) dalam rangka modernisasi administrastif dan
manajemen pemerintahan, penataan pengelolaan arsip secara baik dan benar,
optimalisasi administrasi perkantoran, proses pengadaan perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, evaluasi dan pengendalian, pengelolaan sarana
dan prasarana kerja sesuai ketentuan yang berlaku dan lain-lain serta merubah
manajemen UP3 (Unit Pelaksana Pelayanan Pemerintah dari manajemen
birokratik ke manajemen wirausaha).

5. Penataan Sistem Manajemen SDM


Perilaku aparatur sangat dipengaruhi oleh bagaimana setiap instansi
pemerintah membentuk SDM Aparaturnya melalui penerapan sistem
manajemen SDM dan bagaimana Sistem Manajemen SDM diterapkan secara
nasional.

Sistem manajemen SDM yang tidak diterapkan dengan baik mulai dari
perencanaan pegawai, tidak menerapkan sistem CAT dalam pengadaan
pegawai. Sistem pola karir tidak jelas hingga pemberhentian akan berpotensi
menghasilkan SDM yang tidak kompeten. Hal ini akan berpengaruh pada
kualitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan. Karena itu,
perubahan dalam pengelolaan SDM harus selalu dilakukan untuk memperoleh
sistem manajemen SDM yang mampu menghasilkan pegawai ASN yang
profesional.

6. Penguatan Akuntabilitas
Kemampuan pemerintah untuk mempertanggungjawabkan berbagai sumber
yang diberikan kepadanya bagi kemanfaatan publik seringkali menjadi
pertanyaan masyarakat. Pemerintah dipandang belum mampu menunjukkan
kinerja melalui pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang mampu menghasilkan
outcome (hasil yang bermanfaat) bagi masyarakat. Karena itu, perlu diperkuat
penerapan sistem akuntabilitas yang dapat mendorong birokrasi Kementan
lebih berkinerja dan mampu mempertanggungjawabkan kinerjanya sesuai
dengan segala sumber-sumber yang dipergunakannya.

32
7. Penguatan Pengawasan
Berbagai penyimpangan yang terjadi dalam birokrasi salah satu penyebabnya
adalah lemahnya sistem pengawasan. Kelemahan sistem pengawasan
mendorong tumbuhnya perilaku koruptif atau perilaku negatif lainnya yang
semakin lama semakin menjadi, sehingga berubah menjadi sebuah kebiasaan.
Karena itu perubahan perilaku koruptif aparatur harus pula diarahkan melalui
perubahan atau penguatan sistem pengawasan di Badan Ketahanan Pangan.

8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik


Pelayanan publik merupakan aspek lain yang selalu menjadi sorotan
masyarakat. Penerapan sistem manajemen pelayanan belum sepenuhnya
mampu mendorong peningkatan kualitas pelayanan, yang lebih cepat, murah,
berkekuatan hukum, nyaman, aman, jelas dan terjangkau serta menjaga
profesionalisme para petugas pelayanan. Karena itu, perlu dilakukan
penguatan terhadap sistem manajemen pelayanan publik agar mampu
mendorong perubahan profesionalisme para penyedia pelayanan serta
peningkatkan kualitas pelayanan.

Inti perubahan dari reformasi birokrasi adalah perubahan pada mental


aparatur. Tetapi perubahan tersebut tidak dapat dilakukan hanya melalui
langkah-langkah yang ditujukan langsung kepada aparatur, tetapi juga harus
ditujukan pada rencana program dan area perubahan yang diharapkan dapat
memperkuat pelaksanaan reformasi birokrasi.

Area perubahan dan hasil yang di harapkan dalam program reformasi birokrasi
pada tabel sebagai berikut:

33
Tabel 2
Area Perubahan dan Hasil yang di Harapkan dari Reformasi Birokrasi Nasional
Tahun 2019

Area Perubahan Hasil yang diharapkan


1. Manajemen Perubahan a. Meningkatnya penerapan/internalisasi asas, prinsip,
nilai dasar, kode etik, dan kode perilaku ASN,
termasuk penguatan budaya kinerja dan budaya
pelayanan
b. Meningkatnya penerapan budaya kerja positif di setiap
instansi pemerintah
c. Meningkatnya integritas apararur
d. Meningkatnya profesionalisme aparatur
e. Meningkatnya citra positif aparatur sebagai pelayan
masyarakat
f. Meningkatnya kepuasan masyarakat
2. Penataan Peraturan 1. Meningkatnya keterlibatan publik dalam proses
perundang-undangan perumusan kebijakan
2. Meningkatknya kualitas regulasi yang melindungi,
berpihak pada publik, harmonis, tidak tumpeng tindih
dan mendorong iklim kondusif bagi publik.

3. Penataan dan Penguatan a. Meningkatnya kualitas pelaksanaan agenda reformasi


Organisasi birokrasi nasional;
b. Meningkatnya ketepatan ukuran, ketepatan fungsi dan
sinergisme/kesinergisan kelembagaan
Kementerian/lembaga pemerintah non
kementerian/lembaga non struktural;
c. Menurunnya tumpang tindih tugas dan fungsi antar
Kementerian/Lembaga dan antar
Kementerian/Lembaga dengan Pemerintah daerah;
d. Meningkatnya kejelasan pembagian kewenangan
antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota;
e. Meningkatnya sinergisme kelembagaan antara
instansi pemerintah pusat dan daerah;
f. Meningkatnya sinergisme dan penguatan
kelembagaan pada masing-masing bidang
pembangunan;
g. Meningkatnya kinerja aparatur

4. Penataan Tatalaksana 1. Meningkatnya penerapan sistem, proses dan


prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, cepat,
terukur sederhana, transparan, partisipatif, dan
berbasis e-Government;
2. Meningkatnya kualitas tata hubungan antara
pemerintah pusat dan daerah;
3. Meningkatnya penerapan keterbukaan informasi
publik;
4. Meningkatnya penerapan manajemen kearsipan yang
handal;
5. Meningkatnya kualitas pelayanan

34
Area Perubahan Hasil yang diharapkan
5. Penataan Sistem a. Meningkatnya kemampuan unit yang mengelola SDM
Manajemen SDM ASN untuk mewujudkan SDM ASN yang kompeten
dan kompetitif
b. Meningkatnya kepatuhan instansi untuk penerapan
manajemen SDM ASN yang berbasis merit
c. Meningkatnya jumlah instansi yang mampu
menerapkan manajemen kinerja individu untuk
mengidentifikasi dan meningkatkan kompetensi SDM
ASN
d. Meningkatnya jumlah instansi untuk membentuk talent
pool (kelompok suksesi) untuk pengembangan karier
pegawai di lingkungannya
e. Meningkatnya jumlah instansi yang mampu
mewujudkan sistem informasi manajemen SDM yang
terintegrasi di lingkungannya
f. Meningkatnya penerapan sistem pengembangan
kepemimpinan untuk perubahan
g. Meningkatnya pengendalian penerapan sistem merit
dalam Manajamen SDM ASN
h. Meningkatnya profesionalisme aparatur

6. Penguatan Akuntabilitas a. Meningkatnya kualitas penerapan sistem


akuntabilitas keuangan dan kinerja yang terintegrasi
b. Meningkatnya kualitas penerapan sistem pengadaan
barang dan jasa yang adil, transparan dan
profesional
c. Meningkatnya penerapan sistem manajemen kinerja
nasional
d. Meningkatnya akuntabilitas aparatur

7. Penguatan Pengawasan a. Meningkatnya penerapan system pengawasan yang


independent, professional dan sinergitas
b. Meningkatnya penerapan penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih dan bebas KKN
c. Meningkatnya efisiensi penyelenggaraan birokrasi
d. Menurunnya tingkat penyimpangan oleh aparatur
e. Meningkatkan Opini BPK

8. Peningkatan Kualitas a. Meningkatnya sistem monitoring dan evaluasi terhadap


Pelayanan Publik kinerja pelayanan public
b. Meningkatnya kualitas pelayanan publik sesuai
kebutuhan dan harapan masyarakat
c. Meningkatnya profesionalisme aparatur

Program dan kegiatan reformasi birokrasi Badan Ketahanan Pangan tentunya


mengacu pada kegiatan reformasi birokrasi nasional, adapun rincian kegiatan
reformasi birokrasi dalam program mikro pada tabel 3.

35
Tabel 3
Sasaran Reformasi Birokrasi, Program Mikro dan Rencana Aksi Reformasi
Birokrasi

Sasaran Reformasi
Program Mikro Rencana Aksi
Birokrasi
Birokrasi yang bersih Manajemen perubahan 1. Pembentukan dan updating Tim
dan akuntabel RB
(Pokja PMPRB, Tim Asesor
PMPRB)
2. Sosialisasi Road Map/Rencana
Kerja RB
3. Pelaksanaan RB secara mandiri
4. Pendokumensian Reformasi
Birokrasi
5. Monitoring dan evaluasi
pelaksanaan RB
6. Pelaksanaan internalisasi
mendorong perubahan pola pikir
dan budaya kerja
Penguatan 1. Monitoring dan evaluasi
Pengawasan pengelolaan gratifikasi oleh Tim
secara berkala serta
pemantauan LHKPN dan
LHKASN
2. Pelaksanaan serta monitoring
dan evaluasi Sistem
Pengendalian Internal untuk
memperoleh WBK/WBBM
3. Monitoring dan evaluasi
penanganan pengaduan
masyarakat oleh Tim secara
berkala
4. Sosialisasi serta monitoring dan
evaluasi Whistle Blowing System
(WBS)
5. Penanganan dan sosialisasi
benturan kepentingan
6. Pembangunan Zona Integritas
secara intensif

Penguatan 1. Melibatkan pimpinan dalam


Akuntabilitas penyusunan Renstra, Renja, PK
2. Monitoring dan evaluasi capaian
kinerja oleh pimpinan langsung
secara berkala
3. Pelaksanaan pelaporan
akuntabilitas kinerja berbasis
elektronik

36
Sasaran Reformasi
Program Mikro Rencana Aksi
Birokrasi
Birokrasi yang efektif Penataan dan Penguatan 1. Monitoring dan evaluasi kinerja
dan efisien Organisasi organisasi sampai dengan
tingkat eselon IV
2. Melakukan penyempurnaan
Organisasi Badan Ketahanan
Pangan menyesuaikan hasil
evaluasi organisasi

Penataan tatalaksana 1. Melakukan internalisasi Peta


Proses Bisnis, Peta Lintas
Fungsi, SOP Makro dan SOP
Mikro serta monitoring dan
evaluasi di apangan
2. Melakukan Integrasi e-
goverment yang sudah ada dan
rencana pengembangannya
Implementasi kebijakan
keterbukaan informasi publik
serta monitoring dan evaluasi
nya
Penataan Sistem 1. Penyusunan kebutuhan
Manajemen SDM pegawai Badan Ketahanan
Pangan sesuai kebutuhan Unit
Kerja
2. Pengembangan pegawai
berbasis kompetensi sesuai
dengan rencana dan kebutuhan
pengembangan kompetensi
3. Penerapan penetapan kinerja
pegawai dan monev penilaian
SKP secara berkala
4. Penegakan aturan/disiplin/kode
etik pegawai dan monev-nya
secara berkala
5. Implementasi Standar
Kompetensi Jabatan (SKJ)
6. Pemanfaatan Sistem Informasi
Manajemen ASN
Penataan Peraturan 1. Pelaksanaan, identifikasi,
Perundang-undangan analisis dan pemetaan,
penyempurnaan peraturan
perundang-undangan yang tidak
sinkron/relevan/disharmonisasi
2. Monitoring dan evaluasi
peraturan perundang-undangan
Birokrasi yang memiliki Peningkatan Kualitas 1. Pelaksanaan standar pelayanan
pelayanan publik Pelayanan Publik dan perbaikannya
berkualitas 2. Sosialisasi/pelatihan dalam
upaya penerapan budaya
pelayanan prima
3. Menerapkan sistem
punishment/reward bagi

37
Sasaran Reformasi
Program Mikro Rencana Aksi
Birokrasi
pelaksana layanan serta
pemberian kompensasi bagi
penerima layanan apabila
layanan tidak sesuai standar
4. Pengelolaan pengaduan
5. Pelaksanaan survey kepuasan
masyarakat
6. Monitoring dan evaluasi
pelayanan publik secara berkala
7. Peningkatan pelayanan publik
dengan inovasi pelayanan publik
yang memanfaatkan teknologi
informasi secara optimal
Program percepatan 1. Menyusun usulan penetapan
RB/ Quick Wins unit kerja quick wins
2. Menyusun peta/matrik
kebutuhan unit kerja yang akan
dijadikan program quick wins RB
Monev unit kerja quick wins
secara berkala

Pelaksanaan program dan kegiatan di Badan Ketahanan Pangan kemajuan yang


telah diperoleh selama masa pelaksanaan reformasi birokrasi pada tahun 2018.
Pelaksanaan reformasi birokrasi, sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi hal-hal yang sudah dicapai dan berjalan dengan baik.
Langkah-langkah yang dilakukan terhadap hal-hal yang sudah berjalan dengan
baik adalah melalui pemeliharaan bahkan secara terus menerus
diperbaiki/ditingkatkan;
2. Mengidentifikasi permasalahan yang masih ditemukan.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah mencari solusi melalui program-program
yang relevan dengan Reformasi Birokrasi Nasional;
3. Sebagai acuan untuk melaksanakan reancana aksi reformasi birokrasi dengan
Mengidentifikasi kondisi yang diharapkan bagi organisasi dimasa mendatang.
Langkah-langkah yang dilakukan adalah menyusun tahapan perencanaan dan
implementasinya secara terstruktur melalui program-program, atau melalui
langkah-langkah inovasi.

Adapun program-program pelaksanaan Reformasi Birokrasi sebagai acuan dan


langkah pelaksanaan reformasi birokrasi adalah sebagai berikut:

38
a. Manajemen Perubahan
Tujuan dari program ini adalah untuk mengelola perubahan mekanisme kerja,
pola pikir dan budaya kerja birokrasi secara sistematis dan konsisten, sehingga
pelaksanaan reformasi birokrasi dapat berjalan dengan baik sesuai dengan
sasaran yang telah ditetapkan.
Hasil yang diharapkan dan ukuran keberhasilan dari pelaksanaan
program ini, antara lain adalah:

Hasil yang diharapkan Kriteria Keberhasilan


1. Meningkatnya komitmen dalam melakukan Tercapainya Indikator Kinerja :
reformasi birokrasi
Tercapainya Indek Reformasi
2. Terjadinya perubahan pola pikir dan budaya Birokrasi
kerja (mental) birokrasi di setiap instansi
pemerintah

3. Menurunnya risiko kegagalan yang disebabkan


kemungkinan timbulnya resistensi terhadap
perubahan

4. Mengimplementasikan Revolusi

b. Penataan Peraturan Perundang-Undangan


Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan kualitas kebijakan
publik yang melindungi, berpihak pada publik, harmonis, tidak tumpang
tindih dan mendorong iklim kondusif bagi publik maupun bagi pemangku
kepentingan dalam pengambilan keputusan

Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan program ini, antara lain adalah:

Hasil yang diharapkan Kriteria Keberhasilan


1. Meningkatnya sinergi dalam proses Tercapainya indeks kinerja :
harmonisasi peraturan perundang- Indek Reformasi Birokrasi
undangan Indek Profesionalisme SDM
Indek E-Goverment
2. Meningkatnya peran serta publik dalam
perumusan kebijakan

3. Meningkatnya dukungan publik terhadap


penerapan kebijakan pemerintah

4. Meningkatnya harmonisasi peraturan


perundang-undangan

39
Hasil yang diharapkan Kriteria Keberhasilan
5. Meningkatnya kualitas peraturan
perundang-undangan

c. Penataan dan Penguatan Organisasi


Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan program ini, antara lain adalah:
Tujuan dari program ini adalah untuk mendorong restrukturisasi
kelembagaan Kementerian Pertanian agar tepat fungsi dan bersinergi antar
UPT Teknis, sehingga mampu mendorong upaya perwujudan tata
pemerintahan yang baik.

Hasil yang diharapkan dan kriteria keberhasilan dari pelaksanaan program


ini, antara lain adalah:
Hasil yang diharapkan Kriteria Keberhasilan
1. Meningkatnya ketepatan ukuran dan Tercapainya
fungsi kelembagaan Indek Kelembagaan
Indek integritas Nasional
2. Meningkatkan sinergi pelaksanaan fungsi Indek Survey Masyarakat
dan kewenangan Indek Prestasi Kepatuhan
3. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi
tugas dan fungsi

4. Meningkatkan kinerja organisasi

5. Meningkatkan kualitas pelayanan

d. Penataan Tatalaksana
Tujuan dari program ini adalah untuk menyederhanakan proses manajemen
melalui berbagai pendekatan termasuk penggunaan teknologi informasi
dalam rangka efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan tugas pokok dan
fungsi

Hasil yang diharapkan dan Kriteria keberhasilan dari pelaksanaan program


ini, antara lain adalah:
Hasil yang diharapkan Kriteria Keberhasilan
1. Meningkatnya kecepatan berbagai Tercapainya indeks kinerja:
proses tugas pokok dan fungsi a) Indek Reformasi Birokrasi

40
Hasil yang diharapkan Kriteria Keberhasilan
2. Meningkatnya efektivitas tata b) Indek Profesionalisme SDM
hubungan baik di dalam masing- c) Indek E-Goverment
masing unit kerja di lingkungan Badan
Ketahanan Pangan

3. Meningkatkan sinergi pelaksanaan


fungsi dan kewenangan baik di dalam
masing-masing unit kerja Badan
Ketahanan Pangan

4. Meningkatnya efisiensi penggunaan


anggaran

5. Meningkatnya keterbukaan informasi


publik

6. Meningkatnya tata kelola mutasi


pegawai

e. Penataan Sistem Manajemen SDM


Tujuan dari program ini adalah untuk membangun dan memperkuat Sistem
Manajemen SDM Aparatur Sipil Negara di Badan Ketahanan Pangan.
Menciptakan aparatur sipil negara yang memiliki integritas, profesional,
netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi,
dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi
masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai unsur perekat
persatuan dan kesatuan sesuai dengan tujuan UU No. 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara.

Hasil yang diharapkan dan Kriteria keberhasilan dari pelaksanaan program


ini, antara lain adalah:
Hasil yang diharapkan Kriteria Keberhasilan
1. Tertatanya sistem pengelolaan SDM Tercapainya indeks kinerja :
ASN a) Indek Reformasi Birokrasi
2. Meningkatnya integritas SDM ASN b) Indek Profesionalisme SDM
3. Meningkatnya netralitas SDM ASN c) Indek E-Goverment
4. Meningkatnya kesejahteraan SDM ASN
5. Meningkatnya kompetensi SDM ASN
6. Meningkatnya transparansi dalam
rekruitmen pegawai ASN
7. Meningkatnya ketepatan perbandingan
antara kompetensi dan kualifikasi yang
diperlukan dengan kompetensi dan
kualifikasi calon pegawai/pejabat ASN

41
Hasil yang diharapkan Kriteria Keberhasilan
8. Meningkatnya profesionalisme pegawai
ASN
9. Meningkatnya kemampuan Kemenerian
Pertanian untuk penyiapan kader
pimpinan yang kompeten di masing-
masing instansi

f. Penguatan Akuntabilitas
Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan kualitas perencanaan,
efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sumber daya
yang digunakan, serta meningkatkan kinerja organisasi.
Hasil yang diharapkan dan Kriteria keberhasilan dari pelaksanaan program,
ini antara lain adalah:
Hasil yang diharapkan Kriteria Keberhasilan
1. Meningkatnya pemanfaatan Terwujudnya Peningkatan Akuntabilitas
teknologi informasi dalam sistem semakin tinggi.
perencanaan, penganggaran dan
pelaporan

2. Meningkatnya efektivitas dan efisiensi


sistem pelaporan

3. Meningkatnya efektivitas
perencanaan dan penganggaran

4. Meningkatnya transparansi informasi


laporan keuangan dan kinerja

g. Penguatan Pengawasan
Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan efektivitas
pengawasan dalam rangka mendorong penyelenggaraan pemerintahan
yang bersih dan bebas KKN.

Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan program ini, antara lain adalah:
Hasil yang diharapkan Kriteria Keberhasilan
1. Meningkatnya sinergi pelaksanaan Tercapainya indikator Kinerja:
pengawasan internal, eksternal dan
masyarakat Tercapainya Opini WTP atas laporan
2. Meningkatnya kepatuhan terhadap Keuangan
peraturan perundang-undangan

42
Hasil yang diharapkan Kriteria Keberhasilan
3. Mempertahankan opini WTP Tingkat Kematangan SPIP
4. Meningkatnya pengendalian internal
5. Meningkatkan Penyelenggaraan
Pemerintahan yang bersih bebas KKN.
6. Meningkatkan Penyelenggaraan
Pemerintahan yang bersih bebas
KKN.
7. Menurunnya tingkat penyimpangan
oleh aparatur
8. Meningkatkan Efisiensi
penyelenggaraan Birokrasi

h. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik


Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan
publik.
Hasil yang diharapkan dan Kriteria keberhasilan dari pelaksanaan
program ini, antara lain:
Hasil yang diharapkan Kriteria Keberhasilan
1. Meningkatnya kemudahan, kepastian Tercapainya Indeks Pelayanan Publik
dan kecepatan proses pelayanan yang yang berkualitas
diberikan oleh kementerian/lembaga dan
pemda

2. Meningkatnya aksesibilitas pelayanan


3. Meningkatnya penggunaan teknologi
informasi dalam pemberian pelayanan

4. Meningkatnya kompetensi SDM


pelayanan

5. Meningkatnya inovasi dalam pelayanan


publik

6. Meningkatnya partisipasi publik dalam


mendorong peningkatan kualitas
pelayanan

7. Meningkatnya kepuasan masyarakat


terhadap pelayanan publik

43
D. Rencana Aksi dan Prioritas Program Reformasi Birokrasi Badan Ketahanan
Pangan Tahun 2019.

Harapan pemangku kepentingan dalam program pelaksanaan reformasi birokrasi


adalah :

Birokrasi yang bersih dan akuntabel, Harapan pemangku kepentingan adalah :


1. Terwujudnya sistem nilai dan integritas birokrasi yang efektif.
2. Terwujudnya pengawasan yang independen, profesional, dan sinergis.
3. Terwujudnya kualitas pelaksanaan dan integrasi antara sistem akuntabilitas
keuangan dan kinerja.
4. Terwujudnya fairness, transparansi dan profesionalisme dalam pengadaan
barang dan jasa.

Birokrasi yang efektif dan efesien.


Harapan pemangku kepentingan adalah :
1. Terwujudnya penataan kelembagaan instansi pemerintah yang tepat ukuran,
tepat fungsi dan sinergis.
2. Terwujudnya bisnis proses yang sederhana, transparan, partisipatif, dan
berbasis e-Government.
3. Penerapan manajemen ASN yang transparan, kompetitif, dan berbasis merit
untuk mewujudkan ASN yang profesional dan bermartabat.
4. Penerapan sistem manajemen kinerja nasional yang efektif.
5. Peningkatan kualitas kebijakan publik.

Birokrasi yang memiliki pelayanan publik berkualitas.


Harapan pemangku kepentingan adalah :
1. Terwujudnya penguatan sistem, prosedur, pelayanan publik.
2. Terwujudnya peningkatan integritas dan kualitas SDM Pelayanan.
3. Terwujudnya budaya pelayanan.
4. Penetapan kebijakan Quick Wins.
5. Terwujudnya penguatan monev kinerja.
6. Terwujudnya efektivitas pengawasan.
7. Terwujudnya kebijakan sistem pengaduan yang terbuka.

44
Pelaksanaan reformasi birokrasi di Badan Ketahanan Pangan telah dilaksanakan
dan telah mencapai indek nilai yang baik, Hasilnya terdapat isu strategis
berdasarkan evaluasi penilaian refomasi birokrasi, maka rencana aksi reformasi
birokrasi Badan Ketahanan Pangan dengan indentifikasi terhadap harapan
pemangku kepentingan terhadap keberhasilan kegiatan rencana aksi yang akan
dilaksanakan dalam pada Tahun 2019 sebagaimana pada tabel 4.

Tabel 4
Program Mikro, Isu Permasalahan Strategis dan Rencana Kegiatan
Reformasi Birokrasi Badan Ketahanan Pangan Tahun 2019

Isu Permasalahan
Program Mikro Rencana Kegiatan
Strategis
Manajemen Perubahan 1. Belum 1. Menerbitkan SK Kepala
terdokumentasinya Badan Ketahanan Pangan
peran pimpinan dan tentang Pokja PMPRB danTim
seluruh pegawai dalam Asesor PMPRB
setiap kegiatan 2. Mensosialisaskan Road Map
pelaksanaan reformasi dan Rencana Kerja RB
birokrasi 3. Melakukan pelaksanaan RB
2. Monev pelaksanaan RB secara mandiri
belum dilaksanakan 4. Melakukan penataan
secara mandiri di unit dokumentasi Reformasi
kerja karena masih Birokrasi dengan baik dalam
mengikuti kegiatan setiap kegiatan yang terkait
Kementerian Pertanian dengan RB
3. Agen perubahan belum 5. Melakukan monitoring dan
menunjukan peran evaluasi pelaksanaan RB
secara aktif dalam minimal setahun sekali
menerapkan tugas dan 6. Melakukan internalisasi
tanggung jawab-nya mendorong perubahan pola
4. Implementasi kegiatan pikir dan budaya kerja, antara
revolusi mental lain :
- Mengusulkan diklat agen
perubahan
- Setiap agen perubahan
menyusun rencana aksi
- Monitoring dan evaluasi
pelaksanaan
program/rencana aksi
agen perubahan
- Sosialisasi
gerakan/kegiatan revolusi
mental lingkup Badan
Ketahanan Pangan
- Monitoring dan evaluasi
kegiatan revolusi mental

45
Isu Permasalahan
Program Mikro Rencana Kegiatan
Strategis

Penataan Peraturan 1. Evaluasi peraturan 1. Melakukan pelaksanaan


Perundang-undangan perundang-undangan identifikasi, analisis dan
yang tidak harmonis pemetaan peraturan
belum dilakukan secara perundang-undangan yang
berkala tidak
2. Penyempurnaan sinkron/relevan/disharmonisasi
peraturan perundang- serta mengusulkan
undangan belum perubahannya
optimal (termasuk 2. Melakukan penyusunan
deregulasi peraturan peraturan perundang-
perundangan yang undangan sesuai ketentuan
menghambat) Undang-UndangNomor 12
Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan
Perundang-undangandalam
setiap penyusunan
peraturan Perundang-
undangan yang diprakarsai
oleh Badan Ketahanan
Pangan
3. Melakukan monitoring dan
evaluasi peraturan
perundang-undangan
Penataan dan Penguatan Evaluasi organisasi sudah 1. Monitoring dan evaluasi kinerja
Organisasi dilaksanakan di Badan organisasi sampai dengan
Ketahanan Pangan, namun tingkat eselon IV
mengikuti penataan 2. Melakukan penyempurnaan
kelembagaan di Organisasi Badan
Kementerian Pertanian. Ketahanan Pangan
Yaitu setiap 5 tahun menyesuaikan hasil evaluasi
organisasi
Penataan Tatalaksana 1. Peta bisnis proses 1. Melakukan internalisasi Peta
sudah dijabarkan Proses Bisnis, Peta Lintas
dalam peta lintas Fungsi, SOP Makro dan SOP
fungsi, SOP Makro Mikro serta monitoring dan
dan SOP Mikro, evaluasi di lapangan secara
namun belum di berkala
internalisasikan 2. Melakukan Integrasi e-
kepada seluruh goverment yang sudah ada
pemangku 3. Menyusun peta/matrik e-
kepentingan government, rencana
2. Monev SOP sudah pengembangannya serta
dilakukan setiap monitoring dan evaluasinya
tahun.Namun secara berkala
penyusunan SOP 4. Mengimplementasikan
belum mengacu pada kebijakan keterbukaan
Peta bisnis proses. informasi publik serta
Peta Bisnis Proses monitoring dan evaluasinya
Kementan baru secara berkala
tersusun Tahun 2018

46
Isu Permasalahan
Program Mikro Rencana Kegiatan
Strategis
3. Implementasi
perkembangan e-
goverment belum
terintegrasi
4. Pengembangan
inovasi egoverment
masih belum optimal
Penataan Sistem 1. Pengembangan 1. Melakukan identifikasi
Manajemen SDM pegawai berbasis kebutuhan pegawai Badan
kompetensi belum Ketahanan Pangan sesuai
optimal dilaksanakan kebutuhan Unit Kerja
2. Penilaian kinerja 2. Pengembangan pegawai
individu (SKP) belum berbasis kompetensi sesuai
sepenuhnya dengan rencana dan
berdasarkan capaian kebutuhan pengembangan
kinerja masing-masing kompetensi, antara:
individu - Melakukan identifikasi
3. Monev pelaksanaan kebutuhan pelatihan
aturan/disiplin/kode etik pegawai berbasis
belum optimal dilakukan kompetensi sesuai dengan
bidang tugasnya masing-
masing
- Monitoring dan evaluasi
pengembangan kompetensi
pegawai secara berkala
3. Menerapkan penetapan kinerja
pegawai serta monitoring dan
evaluasi penilaian SKP secara
berkala
4. Menerapkan penegakan
aturan/disiplin/kode etik
pegawai serta monitoring dan
evaluasinya secara berkala
5. Implementasi Standar
Kompetensi Jabatan (SKJ)
dengan melaksanakan
evaluasi jabatan berdasarkan
SKJ
6. Pemanfaatan Sistem
Informasi Manajemen ASN
oleh pegawai
Penguatan Akuntabilitas Peran pimpinan dalam 1. Melibatkan pimpinan dalam
penyusunan rencana penyusunan Renstra, Renja,
strategis, PK dan PK
pemantauan capaian kinerja 2. Monitoring dan evaluasi
belum optimal dilakukan capaian kinerja oleh pimpinan
langsung secara berkala
3. Pelaksanaan pelaporan
akuntabilitas kinerja berbasis
elektronik

47
Isu Permasalahan
Program Mikro Rencana Kegiatan
Strategis
Penguatan Pengawasan 1. Sistem pengendalian 1. Monitoring dan evaluasi
gratifikasi belum optimal pengelolaan gratifikasi oleh
dilakukan Tim secara berkala serta
2. Penanganan pemantauan LHKPN dan
pengaduan masyarakat LHKASN
belum optimal dilakukan 2. Pelaksanaan serta monitoring
3. WBS belum dan evaluasi Sistem
disosialisasikan di Pengendalian Internal untuk
seluruh unit organisasi memperoleh WBK/WBBM
3. Monitoring dan evaluasi
penanganan pengaduan
masyarakat oleh Tim secara
berkala
4. Sosialisasi serta monitoring
dan evaluasi Whistle Blowing
System (WBS)
5. Penanganan dan sosialisasi
benturan kepentingan
6. Pembangunan Zona Integritas
secara intensif

Peningkatan kualitas 1. Pelayanan publik masih 1. Melakukan pelaksanaan


Pelayanan Publik belum memanfaatkan standar pelayanan dan
teknologi informasi perbaikannya
secara optimal 2. Melakukan
2. Punishment/reward bagi sosialisasi/pelatihan dalam
pelaksana layanan dan upaya penerapan budaya
kompensasi bagi pelayanan prima
penerima layanan 3. Menerapkan sistem
apabila layanan tidak punishment/reward bagi
sesuai standar belum pelaksana layanan serta
ditetapkan pemberian kompensasi bagi
3. Punishment/reward bagi penerima layanan apabila
pelaksana layanan dan layanan tidak sesuai standar,
reward bagi penerima antara lain :
layanan apabila layanan - Menyusun usulan
tidak sesuai standar pemberian kompensasi bagi
belum ditetapkan penerima layanan apabila
4. Inovasi pelayanan layanan tidak sesuai
publik belum optimal standar
4. Pengelolaan pengaduan
5. Pelaksanaan survey kepuasan
masyarakat
6. Monitoring dan evaluasi
pelayanan publik secara
berkala
7. Peningkatan pelayanan publik
dengan inovasi pelayanan
publik yang memanfaatkan
teknologi informasi secara
optimal, antara lain :

48
Isu Permasalahan
Program Mikro Rencana Kegiatan
Strategis
- Menyusun peta/matrik usulan
inovasi pelayanan publik dan
perkembangannya
- Optimalisasi inovasi
pelayanan publik
- Monitoring dan evaluasi
inovasi pelayanan publik
Program percepatan RB/ Penetapan salah satu unit 1. Menyusun usulan penetapan
Quick Wins kerja sebagai quick wins unit kerja quick wins
program RB belum optimal 2. Menyusun peta/matrik
dilakukan kebutuhan unit kerja yang
akan dijadikan program quick
wins RB
3. Monitoring dan evaluasi unit
kerja quick wins secara
berkala

Tabel 5
Arah Kebijakan dan Strategi Pelaksanaan Kegiatan Teknis Badan Ketahanan
Pangan Tahun 2019

Arah Kebijakan Strategi Pelaksanaan Kegiatan


pemantapan ketahanan pangan, yang Memprioritaskan pelaksanaan kegiatan di
meliputi aspek ketersediaan pangan, daerah rentan rawan pangan
keterjangkauan pangan dan Meningkatkan akses masyarakat terhadap
pemanfaatan pangan pangan melalui kegiatan produktif
berbasis pertanian
Menjaga stabilitas pasokan dan harga
pangan melalui penguatan kelembagaan
distribusi pangan
Meningkatkan pemanfaatan dan
pengolahan sumber daya pangan lokal
sesuai potensi wilayah
Promosi dan edukasi kepada masyarakat
untuk memanfaatkan pangan B2SA
Pengawasan kualitas dan keamanan
pangan segar asal tumbuhan

E. Agenda Prioritas Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Badan Ketahanan Pangan


Tahun 2019.
1. Pelaksanaan program percepatan (Quick Wins), kegiatan ini dilaksanakan
untuk membangun kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan publik dan

49
mendukung program reformasi birokrasi serta kebijakan strategis kedaulatan
pangan Badan Ketahanan Pangan.
2. Riviu agen perubahan kegiatan ini dilakukan agar agen perubahan secara
aktif menerapkan tugas dan tanggungjawab dalam perubahan pola pikir dan
budaya kerja dalam kerangka reformasi birokrasi.
3. Analisis organisasi secara menyeluruh dan simultan, kegiatan ini untuk
ketapatan ukuran dan fungsi organisasi hal ini sangat berkaitan dengan
penyempurnaan analisis jabatan dan uraian tugas jabatan dan memberikan
informasi kebutuhan dan kekurangan pegawai yang berkaitan dengan
formasi serta meningkatkan manajemen SDM Aparatur.

4. Penyempurnaan bisnis proses dan SOP, kegiatan ini dilaksanakan dalam


rangka meningkatkan proses manajemen di lingkungan Internal Badan
Ketahanan Pangan.
5. Pengembangan aflikasi e-goverment, kegiatan ini dilaksanakan dalam
kerangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi dan percepatan
dalam pelaksanaan pelayanan publik.
6. Penyempurnaan analisis jabatan dan analisis beban kerja kegiatan ini
dilaksanakan untuk mendukung penetapan standar kompetensi jabatan,
penilaian kinerja pegawai, perencanaan pegawai, pengalihan jabatan dan
sistem pola karir pegawai.
7. Wilayah bebas korupsi untuk membangun budaya kondusif dan
meningkatkan kinerja Badan Ketahanan Pangan.

50
BAB IV
PROGRAM PERCEPATAN (QUICK WINS) REFORMASI BIROKRASI
BADAN KETAHANAN PANGAN

Landasan hukum untuk membangun penyelenggaraan negara yang bersih dan


bebas dari KKN dan peningkatan kualitas pelayanan publik telah ditetapkan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik serta peraturan perundang-undangan lainnya.
Dalam rangka membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap
birokrasi, maka salah satu dari delapan area perubahan reformasi birokrasi
mangamanatkan pelaksanaan quick wins, yaitu suatu program yang dimaksudkan
untuk membangun kepercayaan masyarakat (public trust building). Oleh karena itu
layanan yang dipilih dalam rangka Quick Wins ini haruslah layanan yang mempunyai
daya ungkit (key leverage) yang terkait dengan perbaikan pada produk utama (core
business) suatu instansi. Hasil dari perubahan ini dapat dengan mudah terlihat dan
manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat pelanggan maupun
pemangku kepentingan (stakeholders) instansi tersebut.
Beberapa permasalahan utama yang berkaitan dengan birokrasi antara lain
seperti pada aspek sumber daya manusia aparatur, adalah masih rendahnya kualitas,
integritas, disiplin dan produktivitas; pada aspek akuntabilitas kinerja diketahui masih
terjadinya praktek penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang dalam proses
penyelenggaraan pemerintahan; pelayanan publik yang belum dapat
mengakomodasi kepentingan seluruh masyarakat dan belum memenuhi hak-hak
dasar warga negara; dan pola pikir dan budaya kerja birokrat yang belum sepenuhnya
mendukung birokrasi yang efisien, efektif dan produktif, dan profesional, telah
mengakibatkan menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat kepada birokrasi.
Sehubungan dengan itu, langkah awal pelaksanaan reformasi birokrasi yang
harus dilakukan adalah membangun kepercayaan masyarakat (publik trust building)
kepada birokrasi. Strategi yang dilakukan untuk membangun kembali kepercayaan
masyarakat adalah dengan menetapkan program Quick Wins (percepatan) sebagai
salah satu kegiatan reformasi birokrasi.

51
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 13 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Quick Wins. Kegiatan-
kegiatan dalam program percepatan ini harus kegiatan-kegiatan yang mempunyai
daya ungkit (key leverage) yang terkait dengan perbaikan pada produk utama (core
business) suatu Kementerian/Lembaga.

Kriteria yang digunakan untuk menentukan program percepatan meliputi:


a. berasal dari program-program reformasi birokrasi, yang terdapat di dalam Road
Map Reformasi Birokrasi.
b. merupakan bagian utama (core business) dari peran, tugas, fungsi, dan
karakteristik Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah yang bersangkutan;
c. memberikan dampak perbaikan yang besar dan dapat dirasakan oleh para
pemangku kepentingan eksternal dan internal Kementerian/Lembaga dan
Pemerintah Daerah;
d. langsung bersentuhan dengan kebutuhan minimal masyarakat, untuk
lembaga/unit kerja yang langsung berinterrelasi, berinteraksi, dan bertransaksi
langsung dengan pemangku kepentingan dan masyarakat.
e. merupakan sebuah aktivitas nyata dan dirasakan manfaatnya secara cepat oleh
pemangku kepentingan utama eksternal dan internal Kementerian/ Lembaga dan
Pemerintah Daerah.
f. dapat diselesaikan dalam jangka waktu relatif cepat program perubahan terhadap
masyarakat.

Badan Ketahanan Pangan melakukan Program quick wins dalam rangka


memberikan dampak positif jangka pendek yang dapat dirasakan oleh
publik/masyarakat sebagai outcome dari langkah-langkah reformasi birokrasi yang
dilakukan oleh pemerintah. Program Quick Wins di Badan Ketahanan Pangan
sebagai berikut:

A. Program Quick Wins Reformasi Birokrasi Badan Ketahanan Pangan


1. Melaksanakan Kampaye Gerakan Revolusi Mental.
Kampaye Gerakan Revolusi Mental ini dilakukan melalui sarana komunikasi;
brosur, pamflet, dan sarana lainnya. Implementasi Gerakan Refolusi Mental
di Badan Ketahanan Pangan dengan melaksanakan Program “Gerakan
52
Permak” Gerakan Revolusi Mental Anti Korupsi. Program ini berkaitan dengan
Peningkatan akuntabilitas kinerja dalam rangka meningkatkan pelayanan
publik.
2. Melaksanakan Penataan Organisasi.
Penataan organisasi di Badan Ketahanan Pangan dengan melakukan
evaluasi organisasi secara keseluruhan. Dengan tujuan memastikan bahwa
pelaksanaan seluruh aktivitas organisasi yang berkaitan dengan jumlah
Sumberdaya Manusia terhadap beban pekerjaan memberikan dampak efektif
dan efisien.
3. Penguatan Manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN)
Badan Ketahanan Pangan dalam program penguatan manajemen aparatur
sipil negara yang transparan, kompetitif, berintegritas dan berbasis merit
dengan mengimplentasikan Undang Undang Aparatur Sipil Negara yang
meliputi manajemen pegawai negeri sipil, Pola Karir melalui sistem
Assesment, Disiplin Pegawai, Penilaian Kinerja dan lain-lain, agar
implementasi manajemen ASN yang transparan, kompetitif, berintegritas dan
berbasis merit dapat diwujudkan.
4. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Sesuai UU Nomor 25/2009 tentang Pelayanan Publik, setiap penyelenggara
pelayanan publik wajib mengelola pengaduan. Pengelolaan pengaduan yang
efektif dapat menjadi pendorong peningkatan kualitas pelayanan publik yang
signifikan. Sebagai upaya untuk mendorong peningkatan kualitas pelayanan
publik melalui pengelolaan pengaduan,
5. Penguatan Akuntabilitas Kinerja dan evaluasi Pelayanan Publik.
Dalam rangka penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dilakukan
evaluasi terhadap pelaksanaan Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah
(SAKIP).
Sebagai upaya pencegahan korupsi, Pemerintah menerbitkan kebijakan
penerapan Zona Integritas. Untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah, sebagaimana dasar hukum pelaksanaan dari Surat Kementerian
PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Review atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah. Dan lain-lain.

53
B. Program Quick Wins Badan Ketahanan Pangan dalam Skala Nasional
Program Quick Wins Nasional Reformasi birokrasi merupakan program-program
yang secara nasional dipandang strategis dan memiliki dampak positif dalam
jangka waktu secara langsung bagi perbaikan birokrasi. Program Quick Wins
nasional dapat menjadi program Quick Wins instansional sesuai dengan bidang
tugasnya masing-masing. Program Quick Wins Badan Ketahanan Pangan secara
nasional adalah Pemberdayaan Pekarangan Pangan;

C. Program Quick Wins Reformasi Birokrasi Instansional


Program Quick Wins Reformasi Birokrasi Instansional adalah program Quick Wins
yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh masing-masing instansi. Setiap instansi
harus memilih Quick Wins yang sejalan dengan bidang tugas utamanya, terutama
yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat, sehingga masyarakat dapat
langsung merasakan perubahan yang sedang dilakukan oleh masing-masing
instansi.
Jenis pelayanan adalah jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan
berupa pencatatan, penelitian, pengambilan keputusan, dokumentasi dan
kegiatan tata usaha lainnya secara keseluruhan menghasilkan produk akhir
berupa dokumen, misalnya sertifikat, ijin-ijin, rekomendasi, keterangan dan lain-
lain. Di lingkungan Badan Ketahanan Pangan jenis layanan administratif meliputi
antara lain:
1. Penerbitan Health Certificate atau sertifikat keamanan pangan lainnya;
2. Layanan pendaftaran PSAT dengan memperhatikan pelimpahan PSAT dari
BPOM;
3. Pendaftaran Rumah Kemas mendukung ekspor;
4. Pendaftaran online melalui Online Single Submission (OSS).

54
BAGIAN V
MANAJEMEN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI

A. Organisasi
Pelaksanaan reformasi birokrasi dapat berjalan dengan baik, maka perlu
dilakukan pengelolaan yang baik. Untuk itu, perlu dibentuk tim yang diberi tugas
untuk melakukan pengelolaan reformasi birokrasi agar seluruh rencana aksi dapat
dilaksanakan sesuai dengan target dan jadwal yang telah ditentukan.
Pelaksanaan reformasi birokrasi tahun 2019, untuk organisasi pelaksanaan
reformasi birokrasi terdiri dari 2 (dua) tingkatan, yaitu Tim Pengarah dan Tim
Pelaksana. Tugas-tugas setiap tingkatan tim reformasi birokrasi sebagai berikut:

Tim Pengarah Reformasi Birokrasi:


Ketua : Kepala Badan Ketahanan Pangan
Sekretaris : Sekretaris Badan Ketahanan Pangan
Anggota : 1. Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan
2. Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan
3. Kepala Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan
Keamanan Pangan

Tugas dari Tim Pengarah:


Memberikan arahan kepala Pelaksana Tim Reformasi Birokrasi berkaitan dengan
pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Badan Ketahanan Pangan.

Tim Pelaksana Reformasi Birokrasi:


Ketua : Sekretaris Badan Ketahanan Pangan
Sekretaris : Kepala Bagian Umum
Anggota : 1. Kepala Bagian Perencanaan
2. Kepala Bagian Keuangan dan Perlengkapan
3. Kepala Bagian Evaluasi dan Pelaporan
4. Kepala Bidang Ketersediaan Pangan
5. Kepala Bidang Akses Pangan
6. Kepala Bidang Kerawanan Pangan
55
7. Kepala Bidang Distribusi Pangan
8. Kepala Bidang Harga Pangan
9. Kepala Bidang Cadangan Pangan
10. Kepala Bidang Konsumsi Pangan
11. Kepala Bidang Penganekaragaman Pangan
12. Kepala Bidang Keamanan Pangan
13. Kepala Sub Bagian Organisasi dan Kepegawaian,
Bagian Umum

Tugas dari Tim Pelaksana:


1. Merumuskan dan menyusun Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian
Pertanian Tahun 2015-2019 sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan perkembangan pelaksanaan program serta kegiatan
reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Pertanian
2. Melaksanakan program dan kegiatan reformasi birokrasi Kementerian
Pertanian dengan mengacu pada Road Map Reformasi Birokrasi Kementerian
Pertanian Tahun 2015-2019 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku
3. Melakukan kerjasama dengan Tim Reformasi Birokrasi Nasional (TRBN) dan
Unit Pengelola Reformasi Birokrasi Nasional (UPRBN) dalam melaksanakan
program dan kegiatan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Pertanian
4. Melakukan koordinasi dengan unit kerja atau satuan kerja di lingkungan
Kementerian Pertanian dalam melaksanakan program dan kegiatan reformasi
birokrasi
5. Melakukan sosialisasi dan internalisasi kepada pegawai, serta masyarakat
tentang pelaksanaan program dan kegiatan reformasi birokrasi di lingkungan
Kementerian Pertanian
6. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan program dan
kegiatan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Pertanian
7. Menyusun laporan kemajuan pelaksanaan program dan kegiatan reformasi
birokrasi di Lingkungan Kementerian Pertanian

Reformasi birokrasi dilaksanakan dengan membentuk kelompok kerja penilaian


mandiri pelaksanaan reformasi birokrasi Badan Ketahanan Pangan serta

56
menjadikan pegawai di seluruh jajaran unit kerja menjadi bagian dari pelaksana
reformasi birokrasi.

Tugas dari Kelompok Kerja Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi


(PMPRB) Badan Ketahanan Pangan:
1. Manajemen Perubahan mempersiapkan dokumen antara lain roadmap
Reformasi Birokrasi yang sudah disusun, pemantauan dan evaluasi terhadap
reformasi birokrasi dan perubahan pola pikir serta budaya kerja;
2. Penguatan Peraturan Perundang-Undangan menyiapkan bahan dokumen
penilaian terhadap identifikasi harmonisasi dan sistem pengendalian peraturan
perundang-undangan;
3. Penataan dan Penguatan Organisasi menyiapkan dokumen penilaian
terhadap evaluasi organisasi dan penataan organisasi;
4. Penataan Tatalaksana menyiapkan dokumen terkait proses bisnis dan standar
operasional prosedur (SOP), pengembangan e-goverment dan kebijakan
keterbukaan informasi publik;
5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur menyiapkan dokumen
perencanaan kebutuhan pegawai, obyek akuntabilitas dan bebas KKN,
pengembangan pegawai, penetapan kinerja individu, penegakkan aturan
disiplin dan perilaku pegawai, pelaksanaan evaluasi jabatan dan sistem
informasi pegawai;
6. Penguatan Pengawasan menyiapkan dokumen terkait kebijakan penanganan
gratifikasi, penerapan SPI, pengaduan masyarakat, wistle-blowing system,
penanganan benturan kepentingan, pembangunan zona integritas dan aparat
pengawasan intern pemerintah;
7. Penguatan Akuntabilitas menyiapkan dokumen terkait keterlibatan pimpinan
dan pengelolaan akuntabilitas kinerja;
8. Kualitas Pelayanan Publik menyiapkan dokumen terkait budaya pelayanan
prima, pengelolan pengaduan, penilaian kepuasan terhadap pelayanan dan
pemanfaatan teknologi informasi.

57
B. Monitoring dan Evaluasi.
1. Monitoring
Monitoring pelaksanaan reformasi birokrasi dilakukan lingkup Kantor Pusat
Monitoring dan evaluasi antara lain :
a. Pertemuan rutin dengan pimpinan Eselon I s.d II serta Penangung jawab
Kegiatan untuk membahas kemajuan, hambatan yang dihadapi, dan
penyesuaian yang perlu dilakukan untuk merespon permasalahan atau
perkembangan lingkungan strategis. Pertemuan untuk merespon
permasalahan yang harus cepat diselesaikan;
b. Survey terhadap kepuasan masyarakat dan pengaduan masyarakat;
c. Pengukuran target-target kegiatan reformasi birokrasi sebagaimana
diuraikan dalam Road Map dengan realisasinya;
d. Pertemuan dalam rangka Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi, yang dikoordinasikan oleh Inspektorat.

2. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi
secara keseluruhan termasuk tindak lanjut hasil monitoring yang dilakukan
pada saat pelaksanaan kegiatan reformasi Birokrasi.
Evaluasi dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
a. Evaluasi semesteran atau tahunan di tingkat unit kerja yang dipimpin
oleh pimpinan Ketua Pelaksana. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh
terhadap seluruh prioritas yang telah ditetapkan;
b. Evaluasi semesteran atau tahunan, yang dipimpin langsung oleh Ketua
Tim Pelaksana Reformasi Birokrasi;
c. Evaluasi semesteran atau tahunan dipimpin langsung oleh Ketua Tim
Pengarah Reformasi Birokrasi.

Berbagai informasi yang digunakan sebagai bahan pengambilan


keputusan dapat diperoleh dari:
a. Hasil-hasil monitoring;
b. Survey kepuasan masyarakat dan pengaduan masyarakat;
c. Pengukuran target-target kegiatan reformasi birokrasi sebagaimana
diuraikan dalam Road Map dengan realisasinya;
58
d. Pertemuan dalam rangka Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi
Birokrasi, yang dikoordinasikan oleh Inspektorat.

59
BAB VI
PENUTUP

Proses reformasi di Badan Ketahanan Pangan adalah sebuah perjalanan


panjang dan bukan hal yang mudah untuk dilaksanakan, mengingat bahwa
perubahan ini ditujukan pada perubahan pola pikir (mindset), budaya kerja (cultural
set) dan sistem manajemen pemerintahan sebagai faktor yang menentukan
keberhasilan reformasi birokrasi guna mewujudkan pemerintahan yang bersih dan
bebas KKN, peningkatan kualitas pelayanan publik dan peningkatan kapasitas dan
akuntabilitas kinerja birokrasi.
Birokrasi dikelola berdasarkan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik dan
profesional. Birokrasi harus sepenuhnya mengabdi pada kepentingan rakyat dan
bekerja untuk memberikan pelayanan prima, transparan, akuntabel, dan bebas dari
praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Semangat inilah yang mendasari
pelaksanaan reformasi birokrasi di Kementerian Pertanian dan menjadi tolok ukur
Keberhasilan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi secara Nasional.
Pelaksanaan reformasi birokrasi di Badan Ketahanan Pangan harus mampu
mendorong perbaikan dan peningkatan kinerja birokrasi pemerintah. Kinerja akan
meningkat apabila ada motivasi yang kuat secara keseluruhan. Motivasi akan muncul
jika setiap program/kegiatan yang dilaksanakan menghasilkan keluaran (output), nilai
tambah (value added), hasil (outcome), dan manfaat (benefit) yang lebih baik dari
tahun ke tahun, disertai dengan sistem reward dan punishment yang dilaksanakan
secara konsisten dan berkelanjutan.

60
LAMPIRAN

61

Anda mungkin juga menyukai