Anda di halaman 1dari 43

PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP

AKUNTABILITAS KEUANGAN BLUD PUSKESMAS


DALAM MASA PANDEMI COVID-19

Disusun Oleh :

WIDODO FERIYANTO
NPM : 19421022

Proposal Tesis :
Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai Derajat
Sarjana S2 Program Studi Magister Administrasi Publik

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SLAMET RIYADI
SURAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seluruh dunia tengah dikejutkan dengan penyebaran Corona Virus
Disease (COVID-19) yang telah mencapai tahap yang parah. Tidak heran bila
World Health Organization (WHO) telah menyatakan COVID-19 sebagai
pandemic (Cucinotta & Vanelli, 2020).Berbagai negara terdampak dengan jumlah
korban yang sangat besar. Perkembangan terakhir merujuk pada data yang
diterbitkan WHO per 31 Oktober 2020, menunjukkan bahwa ada total 45.883.032
orang yang terinfeksi COVID-19 dan masih terdapat penambahan setiap harinya.
Adapun korban yang meninggal di seluruh dunia mencapai 1.193.154 orang,
sehingga rasio kematian mencapai 2,60%1. Berbagai upaya dilaksanakan oleh
pemerintah di seluruh dunia untuk mengatasi pandemi COVID-19. Indonesia
sendiri mengalami keadaan yang cukup sulit dalam menghadapi penyebaran
Corona Viruse Disease (COVID-19). Sampai tanggal 31 Oktober 2020, sudah
terdapat 410.088 kasus positif terinfeksi dengan 13.869 korban jiwa2. Tingkat
kematian di Indonesia ini tergolong sangat tinggi dimana telah mencapai 3,38 %,
lebih tinggi dari tingkat kematian skala global.
Pandemi COVID-19 berdampak negatif pada hampir semua bidang
kehidupan dalam skala global. Berbagai bidang terdampak COVID-19 mulai dari
bidang kesehatan, berlanjut pada aspek ekonomi, keagamaan, pendidikan, hingga
sosial.Dalam keadaan ini, bidang kesehatan menjadi yang pertama kali sekaligus
paling terdampak. Terkait dengan pandemi COVID-19 di Indonesia, Pemerintah
telah menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan
untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID -19) dan/atau
Dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian
Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan. Perppu 1/2020 mendorong

1
https://coronavirus.jhu.edu/map.html
2
https://www.covid19.go.id/situasi-virus-corona/
Pemerintah dan lembaga terkait perlu segera mengambil kebijakan dan langkah
langkah luar biasa dalam rangka penyelamatan perekonomian nasional dan
stabilitas sistem keuangan melalui berbagai kebijakan relaksasi yang berkaitan
dengan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
khususnya dengan melakukan peningkatan belanja untuk kesehatan, pengeluaran
untuk jaring pengaman sosial (social safety net), dan pemulihan perekonomian.
Bagi pemerintah Kabupaten Karanganyar, pelaksanaan peraturan tersebut telah
diikuti dengan melakukan perubahan penganggaran melalui penetapa Peraturan
Bupati Nomor 62 Tahun 2020 tentang Perubahan Keenam atas Peraturan Bupati
Nomor 101 Tahun 2019 tentang Penjabaran APBD Tahun 2020, dimana Belanja
Tak Terduga yang dimanfaatkan untuk bencana non alam penanganan pandemic
COVID-19 naik sebesar 9,150,77 % atau naik Rp 228.769.317.000,00 dari yang
semula dianggarkan Rp. 2.500.000.000,00 menjadi Rp 231.269.317.000,00.
Instansi kesehatan memegang peran sangat penting dalam penanganan
pandemi COVID-19 karena mereka terlibat secara langsung.Instansi kesehatan
pemerintah dari berbagai tingkatan berperan dalam penanganan pandemi COVID-
19 sesuai tugasnya masing-masing, tak terkecuali Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) yang merupakan fasilitas kesehatan tingkat pertama bagi masyarakat
Indonesia. Puskesmas berperan sangat penting sebagai garda terdepan dalam
penanganan pandemi COVID-193. Puskesmas berperan sangat krusial4 dalam
mengedukasi masyarakat tentang pandemi COVID-19, melacak jejak kontak,
memantau terduga kasus, menangani pasien dengan gejala awal yang ringan.
Puskesmas juga bertugas untuk melakukan rapid test pada masyarakat5.Oleh
karena itu, Puskesmas cukup banyak menerima tambahan anggaran dan insentif
dari pemerintah daerah untuk menunjang peningkatan aktivitas dan beban kerja
mereka.

3
https://www.thejakartapost.com/news/2020/04/13/puskesmas-move-up-to-COVID-19-front-lines-
amid-overburdened-health-system.html
4
https://www.medcom.id/rona/kesehatan/8KyX4V6k-peran-puskesmas-dalam-penanganan-
COVID-19
5
https://news.detik.com/berita/d-4968031/pasien-COVID-19-tak-bergejala-wajib-isolasi-
puskesmas-pantau-secara-online
Keadaan pandemi COVID-19 memaksa Puskesmas melaksanakan beban
kerja yang lebih besar dari keadaan normal. Puskesmas dituntut cepat dalam
melaksanakan tugasnya. Pada saat yang sama mereka harus menjaga akuntabilitas
pengeloaan keuangan, meskipun dengan keterbatasan sumber daya manusia yang
dimiliki. Puskesmas dengan status Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) akan
lebih dituntut dalam hal akuntabilitas pengelolaan keuangan. Hal ini ditengarai
BLUD Puskesmas mempunyai kewenangan atau fleksibilitas dalam bidang
keuangan untuk menghadapi pandemi COVID-19. BLUD Puskesmas berhak
menggunakan pendapatan sendiri, dapat menerima hibah baik dalam bentuk
barang dan uang. Dalam keadaan ini, terdapat trade-off bahwa BLUD Puskesmas
di satu sisi harus cepat dalam pengambilan keputusan keuangan guna
melaksanakan tugas, namun disisi lain juga harus taat aturan sehingga transparan
dan akuntabel dalam pengelolaan keuangan.
Trade-off yang timbul dari sisi pelayanan prima dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan selama pandemi COVID-19 menjadikan topik ini menarik
untuk dikaji, terutama mengenai bagaimana BLUD Puskesmas menjaga
akuntabilitas keuangannya. Hal ini mengingat adanya peningkatan risiko akan
terjadinya tindakan fraud yang merugikan negara, terutama mempertimbangkan
peningkatan anggaran dan beban kerja serta keterbatasan sumber daya manusia
pada saat yang sama.Mengacu pada teori dan konsep yang diterapkan pada
manajemen keuangan sektor publik di Indonesia serta penelitian-penelitian
terdahulu, peran dan fungsi pengendalian internal sangat dibutuhkan oleh BLUD
Puskesmas.Chalmers, Hay, & Khlif (2019) menekankan pentingnya pengendalian
internal dalam organisasi mengingat dampak positif yang dihasilkan pada proses
organisasi mulai dari pencegahan fraud hingga pengambilan keputusan.
Sari, Ghozali & Achmad (2017) meneliti pengaruh internal audit dan
pengendalian internal terhadap akuntabilitas publik pada Badan Layanan Umum
(BLU) universitas di Indonesia dan mendapati bahwa pengendalian internal
dengan unsur yang memadai mampu meningkatkan akuntabilitas publik BLU.
Shanmugam, Haat,& Ali (2012) menguji implementasi pengendalian internal
terhadap fraud dan kinerja organisasi. Temuan yang dihasilkan mengungkap
bahwa pengendalian internal mampu mencegah fraud karena meningkatnya
kualitas proses organisasi.Silviana & Zahara (2015) meneliti pengaruh
kompetensi instansi pemerintah dan pengendalian internal terhadap pelaporan
keuangan. Hasil analisis penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengendalian
internal mampu meningkatkan kegiatan pengendalian dan penilaian risiko
sehingga dapat mewujudkan pelaporan keuangan yang lebih baik.Lebih lanjut,
Lestari, Azwardi & Siddik(2019) mengkaji pengaruh pengendalian internal pada
tingkat fraud pengelolaan dana desa dan menemukan pengaruh negatif.
Pemerintah desa dengan unsur pengendalian internal yang berjalan baik
cenderung lebih aman dari tindak fraud.
Pengendalian internal pemerintah sebagaimana mengacu pada Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 dikembangkan dengan konsep dari
Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission (COSO)
bertujuan untuk mewujudkan pengelolaan keuangan yang transparan dan
akuntabel. Pengendalian internal dimanifestasikan dalam lima unsur yang sangat
krusial yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian,
informasi dan komunikasi, dan pemantauan.Oleh karena itu, penelitian mengenai
peran pengendalian internal BLUD Puskesmas dalam menjaga akuntabilitas
selama pandemi COVID-19 dipandang penting untuk dilakukan. Penelitian ini
memberikan kontribusi praktis berupa rekomendasi bagi pengembangan praktik
pengendalian internal yang efektif pada BLUD Puskesmas guna mewujudkan
akuntabilitas keuangan yang baik. Selain itu, penelitian ini memberikan kontribusi
bagi pengembangan literatur dengan menyajikan kajian yang mendalam mengenai
praktik pengendalian internal dan implikasinya pada akuntabilitas keuangan
BLUD Puskesmas selama pandemi COVID-19.

C. Rumusan Masalah
Adanya trade-off antara tuntutan pelayanan prima dan akuntabilitas di
tengah keterbatasan sumber daya manusia membuat Puskesmas harus bekerja
ekstra dalam mewujudkan akuntabilitas keuangan. Hal ini dikarenakan adanya
peningkatan sumber daya keuangan yang harus dikelola untuk berbagai aktivitas
Puskesmas dengan urgensi yang tinggi.Dalam keadaan semacam ini, pengelolaan
keuangan menjadi lebih berisiko di tengah keterbatasan sumber daya manusia.
Oleh karena itu, pengendalian sangat dibutuhkan, terutama dari sisi
internal.Berdasarkan pada paparan di atas, rumusan masalah penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh lingkungan pengendalian terhadap akuntabilitas
BLUD Puskesmas di Karanganyar selama masa pandemi COVID-19?
2. Bagaimana pengaruh penaksiran risiko terhadap akuntabilitas BLUD
Puskesmas di Karanganyar selama masa pandemi COVID-19?
3. Bagaimana pengaruh aktivitas pengendalian terhadap akuntabilitas BLUD
Puskesmas di Karanganyar selama masa pandemi COVID-19?
4. Bagaimana informasi dan komunikasi terhadap akuntabilitas BLUD
Puskesmas di Karanganyar selama masa pandemi COVID-19?
5. Bagaimana pengaruh pemantauan terhadap akuntabilitas BLUD
Puskesmas di Karanganyar selama masa pandemi COVID-19?

C. TujuanPenelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dijelaskan pada bagian sebelumnya,
tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk menguji pengaruh lingkungan pengendalian terhadap akuntabilitas
BLUD Puskesmas di Karanganyar selama masa pandemi COVID-19;
2. Untuk menguji pengaruh penaksiran risiko terhadap akuntabilitas BLUD
Puskesmas di Karanganyar selama masa pandemi COVID-19;
3. Untuk menguji pengaruh aktivitas pengendalian terhadap akuntabilitas
BLUD Puskesmas di Karanganyar selama masa pandemi COVID-19;
4. Untuk menguji informasi dan komunikasi terhadap akuntabilitas BLUD
Puskesmas di Karanganyar selama masa pandemi COVID-19;
5. Untuk menguji pengaruh pemantauan terhadap akuntabilitas BLUD
Puskesmas di Karanganyar selama masa pandemi COVID-19.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dan kontribusi bagi
praktik pengendalian internal Puskesmas dalam rangka mewujudkan akuntabilitas
pengelolaan keuangan Puskesmas selama masa pandemi COVID-19 ini. Manfaat
dari penelitian ini disampaikan sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah daerah, penelitian ini membantu meningkatkan
efektivitas kebijakan pengawasan pengelolaan keuangan Puskesmas
melalui mekanisme yang efisien selama periode penyebaran wabah
COVID-19;
2. Bagi Puskesmas, penelitian ini dapat membantu mewujudkan praktik
pengawasan pengelolaan keuangan dalam melaksanakan berbagai kegiatan
agar akuntabel dan terhindar dari tindak kecurangan selama periode
penyebaran wabah COVID-19.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan teori
1. Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Puskesmas
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun
2014 mendefinisikan bahwa:
"Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya."
Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki
perilaku sehat, mewujudkan masyarakat yang mampu menjangkau
pelayanan kesehatan bermutu, mewujudkan masyarakat yang hidup dalam
lingkungan sehat; serta mewujudkan masyarakat yang memiliki derajat
kesehatan yangoptimal, baik individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.Puskesmas merupakan bagian dari pemerintah daerah yang
statusnya dapat ditingkatkan hingga menjadi Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD).
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 tentang
Badan Layanan Umum Daerah mendefinisikan bahwa:
"Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) adalah sistem yang
diterapkan oleh satuan kerja perangkat daerah atau unit satuan kerja
perangkat daerah pada satuan kerja perangkat daerah dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat yang mempunyai
fleksibilitas dalam pola pengelolaan keuangan sebagai pengecualian
dari ketentuan Pengelolaan Keuangan Daerah pada umumnya."
BLUD merupakan bagian dari perangkat pemerintah daerah dengan status
hukum tidak terpisah dari pemerintah daerah.Puskesmas dengan status
BLUD memiliki fleksibilitas berupa kewenangan untuk mengelola
keuangannya sendiri melalui praktik bisnis yang sehat dalam rangka
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat.
2. Akuntabilitas BLUD Puskesmas
Akuntabilitas dapat diartikan sebagai suatu bentuk pertanggungjawaban suatu
pihak atas apa yang telah dikerjakan kepada pihak lain dimana terdapat hubungan
antara pihak yang memegang kendali suatu entitas dengan pihak yang memiliki
kekuatan formal atas pihak pengendali tersebut (Sadjiarto, 2000). Terdapat dua
kondisi pokok dari konsep akuntabilitas sesuai dengan uraian tersebut. Pertama,
terdapat satu pihak sebagai pemilik suatu entitas yang memberikan wewenang
kepada pihak lain untuk mengendalikan entitas tersebut. Kedua, pihak pemilik
menuntut adanya pertanggungjawaban dari pihak yang diberi amanah. Dengan
demikian, secara sederhana dapat diambil kesimpulan bahwa konsep akuntabilitas
merupakan suatu mekanisme pertanggungjawaban dari pihak yang diberikan
wewenang kepada pihak pemberi wewenang.
Akuntabilitas merupakan suatu hal wajib dalam pelayanan public (Sari et al.,
2017). Dalam konteks pemerintahan, akuntabilitas yang ada lebih sering dikenal
dengan istilah akuntabilitas publik, mengingat pemerintah menjalankan
wewenang yang telah diamanahkan oleh publik untuk menjalankan
pemerintahan.Akuntabilitas publik adalah pertanggungjawaban yang dilakukan
oleh instansi pemerintah berupa laporan atas aktivitas–aktivitas yang dilakukan,
kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Mardiasmo, 2012). Akuntabilitas
menjadi pondasi dan acuan utama dalam pelayanan publik (Sari et al., 2017).
Salah satu aspek yang paling menonjol dalam penilaian akuntabilitas publik
adalah aspek keuangan.Pemerintah melalui berbagai instansinya
bertanggungjawab atas pengeloaan sumber daya keuangan yang diamanatkan
untuk berbagai aktivitas pelayanan publik, salah satunya melalui pelaporan
keuangan (Sadjiarto, 2000). Dengan adanya akuntabilitas, maka pihak- pihak yang
berkepentingan (pemberi wewenang) dapat mengetahui kinerja pihak yang
diberikan wewenang.

2. Pengendalian Internal BLUD Puskesmas


Menurut konsep yang dikembangkan oleh Committee of Sponsoring
Organizations of the Treadway Commission (COSO, 2013), pengendalian internal
merupakan suatu proses yang dijalankan oleh organisasi untuk menjamin
terwujudnya efektifitas dan efisiensi operasional, keandalan pelaporan keuangan,
dan kepatuhan atas hukum dan peraturan yang berlaku.Dalam konteks
pemerintahan Indonesia, pengendalian internal diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP).
Regulasi tersebut merupakan manifestasi dari komitmen pemerintah untuk
mendorong akuntabilitas publik (Febriana, Wardayati, & Prasetyo,
2017).Mengadopsi konsep dari COSO, SPIP bertujuan untuk memberi keyakinan
memadai bahwa penyelenggaraan kegiatan pada suatu instansi pemerintah dapat
mencapai tujuannya secara efisien dan efektif, melaporkan pengelolaan keuangan
negara secara andal, mengamankan aset negara, dan mendorong ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan sehingga tujuan akuntabel dan transparan dalam
pengelolaan keuangan negara dapat dicapai.Sari et al. (2017) menyebutkan
pentingnya SPIP dalam mewujudkan akuntabilitas pada instansi Badan Layanan
Umum (BLU). BLUD Puskesmas sebagai salah satu instansi pemerintah juga
menerapkan peraturan ini. Unsur sistem pengendalian internal sebagaimana
disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 merujuk kepada
unsur Sistem Pengendalian Intern yang dikembangan oleh COSO, yang meliputi:
a. Lingkungan pengendalian
Pimpinan Instansi Pemerintah dan seluruh pegawai harus menciptakan dan
memelihara lingkungan dalam keseluruhan organisasi yang menimbulkan
perilaku positif dan mendukung terhadap pengendalian intern dan manajemen
yang sehat (PP 60/2008). Dalam konteks BLUD Puskesmas, terdapat
beberapa dimensi penting dalam lingkungan pengendalian, antara lain
penegakan integritas dan nilai etika; komitmen terhadap kompetensi;
kepemimpinan yang kondusif; struktur organisasi; pendelegasian wewenang
dan tanggung jawab; kebijakan dan praktek pembinaan sumber daya manusia;
dan perwujudan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang
efektif.
b. Penilaian risiko
Pengendalian intern harus memberikan penilaian atas risiko yang dihadapi
unit organisasi baik dari luar maupun dari dalam (PP 60/2008). Dalam
konteks BLUD Puskesmas, terdapat beberapa dimensi penting dalam
penilaian risiko, antara lain penetapan tujuan puskesmas secara keseluruhan;
penetapan tujuan pada tingkatan kegiatan; identifikasi risiko; analisis risiko;
dan mengelola risiko selama perubahan.
c. Aktivitas pengendalian
Aktivitas pengendalian membantu memastikan bahwa arahan pimpinan
Instansi Pemerintah dilaksanakan. Aktivitas pengendalian harus efisien dan
efektif dalam pencapaian tujuan organisasi (PP 60/2008). Dalam konteks
BLUD Puskesmas, terdapat beberapa dimensi penting dalam aktivitas
pengendalian, antara lain penerapan umum; reviu atas kinerja; pembinaan
sumber daya manusia; pengendalian atas pengelolaan sistem informasi;
pengendalian fisik atas aset; penetapan dan reviu indikator dan ukuran
kinerja; dan pemisahan fungsi.
d. Informasi dan komunikasi
Informasi dan komunikasi merupakan hal terpenting dalam pengambilan
keputusan (Naser, Al Shobaki, & Ammar, 2017). Informasi harus dicatat dan
dilaporkan kepada pimpinan Instansi Pemerintah dan pihak lain yang
ditentukan. Informasi disajikan dalam suatu bentuk dan sarana tertentu serta
tepat waktu sehingga memungkinkan pimpinan Instansi Pemerintah
melaksanakan pengendalian dan tanggung jawabnya (PP 60/2008). Dalam
konteks BLUD Puskesmas, terdapat beberapa dimensi penting dalam
informasi dan komunikasi, antara lain informasi; komunikasi; dan bentuk dan
sarana komunikasi.
e. Pemantauan
Pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja dari waktu ke waktu dan
memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya dapat segera
ditindaklanjuti (PP 60/2008). Dalam konteks BLUD Puskesmas, terdapat
beberapa dimensi penting dalam pemantauan, pemantauan berkelanjutan;
evaluasi terpisah; dan penyelesaian audit.

B. Kerangka Berpikir Penelitian

Penelitian terdahulu yang dilakukan Sari, Ghozali & Achmad (2017) yang

meneliti pengaruh internal audit dan pengendalian internal terhadap akuntabilitas

publik pada Badan Layanan Umum (BLU) universitas di Indonesia dan mendapati

bahwa pengendalian internal dengan unsur yang memadai mampu meningkatkan

akuntabilitas publik BLU. Shanmugam, Haat,& Ali (2012) menguji implementasi

pengendalian internal terhadap fraud dan kinerja organisasi. Temuan yang

dihasilkan mengungkap bahwa pengendalian internal mampu mencegah fraud

karena meningkatnya kualitas proses organisasi.Silviana & Zahara (2015)

meneliti pengaruh kompetensi instansi pemerintah dan pengendalian internal

terhadap pelaporan keuangan. Hasil analisis penelitian tersebut menunjukkan

bahwa pengendalian internal mampu meningkatkan kegiatan pengendalian dan

penilaian risiko sehingga dapat mewujudkan pelaporan keuangan yang lebih

baik.Lebih lanjut, Lestari, Azwardi & Siddik(2019) mengkaji pengaruh

pengendalian internal pada tingkat fraud pengelolaan dana desa dan menemukan

pengaruh negatif. Pemerintah desa dengan unsur pengendalian internal yang

berjalan baik cenderung lebih aman dari tindak fraud.persepsi pengguna dan

penyusun informasi keuangan terhadap kebermanfaatan informasi untuk

pengambilan keputusan masih rendah (Mack, 2004; Mack dan Ryan 2006; Kober

et al. 2010; Andriani et al. 2010). Nogueira dan Jorge (2012) menyimpulkan

bahwa pengendalian internal dalam pelaporan keuangan penting dalam


pengambilan keputusan karena pengendalian internal memberikan kontribusi

untuk meningkatkan keandalan informasi keuangan dan memungkinkan

informasi yang disajikan tepat waktu.. Penelitian ini mengembangkan penelitian-

penelitian sebelumnya dengan menguji pengaruh variabel unsure-unsur

pengendalian internal terhadap akuntabilitas keuangan pada BLUD Puskesmas

selama masa pandemi COVID-19, sehingga disusunlah kerangka berpikir

penelitian sebagai berikut:


Lingkungan
Pengendalian

H1
Penilaian
Resiko
H2

Akuntabilitas
Aktivitas H3
Pengendalian

H4
Informasi dan
Komunikasi H5

Pemantauan

Gambar 1

Kerangka Berpikir Penelitian


B. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh Lingkungan Pengendalian terhadap Akuntabilitas Keuangan
Puskesmas selama masa PandemiCOVID-19
Lingkungan pengendalian pada dasarnya mempengaruhi perilaku
karyawan dalam sebuah organisasi (COSO, 2013). Hal ini berimplikasi pada
aspek perilaku individu yang terkait seperti nilai, etika, integritas, kebijakan
personalia, dan struktur organisasi (Rubino, Vitolla, & Garzoni, 2017).
Dalam keadaan luar biasa yang terjadi selama masa pandemi COVID-19,
BLUD Puskesmas harus mengelola sumber daya yang lebih untuk berbagai
kebutuhan dalam waktu yang terbatas. Dalam keadaan luar biasa semacam
ini, keberadaan lingkungan pengendalian yang baik mencegah karyawan
melakukan tindakan negatif seperti penipuan dan ketidakpatuhan (Kinyua,
Gakure, Gekara, & Orwa, 2015). Dengan adanya lingkungan pengendalian
yang kondusif, program dan kegiatan BLUD Puskesmas akan dapat
dilaksanakan sesuai dengan rencana dan anggarannya sehingga akuntabilitas
akan tetap terjaga (Febriana et al., 2017). Kunci utama dari lingkungan
kontrol adalah audit atau pemeriksaan (Jones, 2008). Ketika hal tersebut
dilakukan dengan semestinya, maka akuntabilitas BLUD Puskesmas dapat
dipertahankan.Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dinyatakan sebagai
berikut:
H1: Lingkungan pengendalian berpengaruh positif terhadap
Akuntabilitas Keuangan Puskesmas selama masa Pandemi
COVID-19

2. Pengaruh Penaksiran Risiko terhadap Akuntabilitas Keuangan


Puskesmas selama masa Pandemi COVID-19
Selama keadaan luar biasa yang terjadi pada masa pandemi COVID-
19, BLUD Puskesmas harus mengelola sumber daya yang lebih untuk
berbagai kebutuhan dalam waktu yang terbatas dengan sumber daya
manusia yang terbatas. Keadaan luar biasa semacam ini membuka peluang
tindakan yang menyimpang dari karyawan, khususnya dalam pengelolaan
keuangan dan diikuti meningkatnya risiko, Shanmugam et al., (2012)
menyebutkan bahwa organisasi dengan sumber daya yang terbatas
mungkin tidak menyadari adanya risiko. Pada dasarnya, selalu ada risiko
untuk kegiatan penipuan dalam setiap organisasi dan karenanya penilaian
risiko sangat diperlukan (Dabbagoglu, 2012). Identifikasi, evaluasi, dan
pengelolaan risiko adalah bagian dari penilaian risiko(Jones, 2008).
Rendon & Rendon (2016) mengungkapkan risiko terkait fraud dapat
mengancam akuntabilitas organisasi terlebih apabila terjadi fraud yang
diketahui publik sehingga merusak reputasi organisasi. Oleh karena itu,
keberadaan penilaian risiko yang tepat dalam setiap kegiatan BLUD
Puskesmas sangat penting, tidak peduli apakah risiko itu signifikan atau
tidak. Ketika dilaksanakan secara memadai, penilaian risiko akan
mengurangi potensi risiko yang akan mengancam akuntabilitas BLUD
Puskesmas sehingga akuntabilitas dapat dipertahankan sesuai dengan
konsep COSO (2013).Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dinyatakan
sebagai berikut:
H2: Penilaian Risiko berpengaruh positif terhadap Akuntabilitas
Keuangan Puskesmas selama masa Pandemi COVID-19

3. Pengaruh Aktivitas Pengendalian terhadap Akuntabilitas Keuangan


Puskesmas selama masa Pandemi COVID-19
Meningkatnya intensitas kegiatan BLUD Puskesmas selama pandemi
COVID-19 membuat pengelolaan keuangan semakin perlu untuk
dikendalikan. Aktivitas pengendalian sangat dibutuhkan guna memastikan
proses pelaksanaan kegiatan telah dilakukan secara semestinya.
Pengendalian fisik, tinjauan kinerja, dan pemisahan tugas merupakan bagian
dari kegiatan pengendalian yang dilakukan oleh suatu organisasi (Rendon &
Rendon, 2016). Aktivitas pengendalian harus ada untuk meninjau dan
menganalisis apa yang telah dilakukan untuk membandingkannya dengan
rencana dan anggaran atau pencapaian periode sebelumnya(Al-Thuneibat,
Al-Rehaily, & Basodan, 2015). Aktivitas pengendalian juga sangat
dibutuhkan guna memastikan terlaksananya prosedur dan kebijakan
(Mandzila & Zéghal, 2016). Intinya, kegiatan pengendalian mencakup
berbagai kegiatan yang mendasari perbandingan antara apa yang dilakukan
dengan kondisi ideal sehingga diharapkan hasil yang optimal dapat
diperoleh. Aktivitas pengendalian memiliki kontribusi yang akan
memperkuat pengendalian internal (Al-Thuneibat et al., 2015) dan cakupan
kontrol internal sangat penting bagi organisasi dalam pengelolaan sumber
daya (Koutoupis, 2012) sehingga diharapkan akuntabilitas dapat
tercapai.Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dinyatakan sebagai berikut:
H3: Aktivitas pengendalian berpengaruh positif terhadap Akuntabilitas
Keuangan Puskesmas selama masa Pandemi COVID-19

4. Pengaruh Informasi dan Komunikasi terhadap Akuntabilitas Keuangan


Puskesmas selama masa Pandemi COVID-19
Informasi dan komunikasi adalah bentuk komunikasi yang tepat, baik,
dan memadai yang mencakup komunikasi eksternal dan internal dan sistem
informasi akuntansi (Rendon & Rendon, 2016). Kualitas informasi dan cara
berkomunikasi dengan benar akan sangat mempengaruhi manajemen dalam
melaksanakan kegiatan organisasi (Al-Thuneibat et al., 2015), sehingga
pengambilan keputusan akan dipengaruhi oleh faktor ini(Naser et al., 2017).
Selama pandemi COVID-19, BLUD Puskesmas melaksanakan kegiatan
dengan lebih intens dari sebelumnya dan harus mengelola sumber daya
keuangan yang lebih besar. Dengan informasi dan komunikasi yang baik,
akses sumber dayaoleh orang yang tidak berwenang dapat diatasi (Lestari, et
al., 2019). Informasi dan komunikasi yang tepat akan mengarahkan
manajemen BLUD Puskesmas untuk membuat perencanaan yang baik dan
selanjutnya akan membawa hasil yang optimal sehingga akuntabilitas
diharapkan terjaga seiring dengan peningkatan kualitas informasi dan
komunikasi dalam BLUD Puskesmas.Berdasarkan uraian di atas, hipotesis
dinyatakan sebagai berikut:
H4: Informasi dan komunikasi berpengaruh positif terhadap
Akuntabilitas Keuangan Puskesmas selama masa Pandemi
COVID-19

5. Pengaruh Pemantauan terhadap Akuntabilitas Keuangan Puskesmas


selama masa Pandemi COVID-19
Pemantauan memfasilitasi organisasi dalam menilai kualitas
pengendalian internal sehingga dapat berlanjut dari waktu ke waktu dan
dengan demikian tujuan organisasi dapat tercapai (Rendon, 2016). Dengan
bertambahnya beban kerja dan kegiatan BLUD Puskesmas selama pandemi
COVID-19, pemantauan pengendalian internal yang memadai harus
dilaksanakan karena BLUD Puskesmas harus mengelola lebih banyak
sumber daya. Pemantauan harus dilakukan secara menyeluruh dan
menggunakan berbagai instrumen pemantauan yang dapat digunakan oleh
BLUD Puskesmas. Dengan adanya pemantauan, akuntabilitas dapat dicapai.
Petrakaki, Hayes, & Introna (2009) menyelidiki implikasi penggunaan
teknologi pemantauan kinerja dalam e-government. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan aplikasi teknologi informasi dalam
pemantauan pemerintah memiliki dampak positif pada akuntabilitas layanan
publik. Oleh karena itu, pemantauan maksimum akan menjaga pengendalian
internal dalam kondisi memadai sehingga akan dapat meningkatkan kinerja
yang seharusnya berdampak pada akuntabilitas (Kiabel, 2012). Selain itu,
dengan adanya pemantauan yang memadai, kemajuan dari tiap kegiatan
dapat dikelola secara semestinya dalam rangka mewujudkan tujuan
organisasi (Lestari, et al., 2019).Berdasarkan uraian di atas, hipotesis
dinyatakan sebagai berikut:
H:Pemantauan berpengaruh positif terhadap Akuntabilitas Keuangan
Puskesmas selama masa Pandemi COVID-19
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini direncanakan menggunakan data primer dan pengumpulan

data dilakukan dengan menggunakan metode survei berupa kuesioner. Data

primer yaitu data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian, data ini

diperoleh secara langsung dari sumber utama dan diperoleh melalui kuesioner

yang disebar langsung kepada para pengelola keuangan BLUD Puskesmas di

Kabupaten Karanganyar.

Penggunaan metode survei dikarenakan untuk menjawab pertanyaan

penelitian dan untuk menguji hipotesis yang dikembangkan. Tujuan penelitian

untuk menguji hipotesis atau hypothesis testing, yaitu menguji pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen (Sekaran dan Bougie 2013)..

Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas untuk menguji hubungan kausal

antara variabel independen dan variabel dependen. Dari jenis datanya, penelitian

ini merupakan penelitian kuantitatif.

.
B. Populasi dan Sampel
Penelitian ini berfokus pada akuntabilitas Badan Layanan Umum (BLUD)
Puskesmas. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh BLUD Puskesmas.
Proses pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan convenient sampling
dengan menentukan sampel-sampel yang paling memungkinkan untuk didapatkan
(Sekaran & Bougie, 2012).Melalui convenient sampling, penelitian ini mengambil
sampel dari seluruh BLUD Puskesmas di Kabupaten Karanganyar, dengan
mempertimbangkan jangkauan daerah terdekat.
Terdapat 21 (dua puluh satu) BLUD Puskesmas di Kabupaten
Karanganyar dengan jumlah sampel 110 (seratus sepuluh) personel yang
semuanya dijadikan sampel pada penelitian ini. Adapun target responden
kuesioner untuk setiap BLUD Puskesmas adalah para personel yang menduduki
posisi penting dalam pengelolaan keuangan BLUD Puskesmas antara lain:
1. Kepala BLUD puskemas (21 orang);
2. Pejabat Pengelola Keuangan BLUD (21 orang);
3. Bendahara Penerimaan (21 orang);
4. Bendahara BLUD (21 orang);
5. Pengurus Barang BLUD (21 orang );
6. Personil Sub Bagian Keuangan DKK (5 orang).

C. Data dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakandata primer. Data
primer merupakan data yang diambil secara langsung oleh peneliti dari sumber
asli penelitian (Sekaran & Bougie, 2012). Pengumpulan data primer
membutuhkan sarana sebagai instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang
digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian adalah dengan
menggunakan kuesioner. Kuesioner akan didistribusikan kepada responden
penelitian.Kuesioner merupakan bentuk kumpulan pertanyaan atau pernyataan
yang diberikan kepada responden penelitian. Kuesioner dibentuk melalui
kajian teori dan konsep yang relevan (Ghozali, 2011). Jawaban responden atas
kuesioner akan diolah menjadi data penelitian dalam rangka melakukan
analisis yang dibutuhkan sesuai dengan tujuan penelitian.
Kuesioner penelitian disusun dengan serangkaian item pernyataan yang
disusun secara matang agar mampu merepresentasikan variabel secara akurat.
Penelitian ini menggunakan skala Likert sebagai sarana pengukuran atas
jawaban responden. Skala Likert banyak digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seseorang mengenai suatu fenomena social (Ghozali,
2011).Alternatif jawaban yang diberikan untuk pertanyaan dalam kuesioner
penelitian ini dinilai dengan skor berturut-turut: Sangat Tidak Setuju(1), Tidak
Setuju (2), Setuju (3), Sangat Setuju(4).Untuk pengukuran secara kategorial,
skor yang diberikan adalah Tidak (0), dan Ya (1).

D. Variabel Penelitian
Pada dasarnya, penelitian ini menggunakan dua macam variabel yaitu
variabel dependen dan variabel independen sesuai dengan tujuan penelitian.
Variabel dependen merupakan variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel
bebas (independen).Definisi operasional variabel penelitian ini diuraikan
sebagai berikut:

1. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel terikat yang dipengaruhi oleh
variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah akuntabilitas
BLUD Puskesmas selama masa pandemi COVID-19. Variabel ini
menggambarkan tingkat akuntabilitas BLUD Puskesmas selama masa
pandemi COVID-19 berdasarkan aspek kesesuaian pelaporan keuangan
sebagaimana diatur oleh Badan Pemeriksa Keuangan.Pengukuran
akuntabilitas BLUD Puskesmas sebagai variabel dependen pada penelitian
dimanifestasikan dalam10 pertanyaan pada kuesioner penelitian mengenai
capaian BLUD Puskesmas dalam memenuhi kriteria kesesuaian pelaporan
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Pengukuran untuk
setiap kriteria dilakukan secara kategorial.Nilai akhir variabel dapat dihitung
dengan rata-rata nilai jawaban responden.

2. Variabel Independen
Variabel independen merupakan variabel bebas yang mempengaruhi
fenomena penelitian. Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari
beberapa unsur pengendalian internal yang dikembangkan oleh COSO,
yaitu lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian,
informasi dan komunikasi, dan pemantauan. Variabel ini menggambarkan
keadaan pengendalian internal BLUD Puskesmas yang direpresentasikan
dalam lima unsur pengendalian menurut persepsi para pengelolanya.
Pengukuran variabel independen pada penelitian dilakukan dengan
mengolah jawaban kuesioner penelitian yang disusun dengan menggunakan
skala Likert.
a) Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian menggambarkan sikap dan perilaku
manajemen dan karyawan secara keseluruhan mengenai pentingnya
pengendalian internal BLUD Puskesmas.Pengukuran lingkungan
pengendalian BLUD Puskesmas sebagai variabel independen pada
penelitian terdiri dari 7 dimensi sesuai PP/60/2008 dengan
dimanifestasikan dalam total 32 pertanyaan pada kuesioner penelitian.
Adapun dimensi yang dinilai dalam lingkungan pengendalian meliputi:
penegakan integritas dan nilai etika; komitmen terhadap kompetensi;
kepemimpinan yang kondusif; struktur organisasi; pendelegasian
wewenang dan tanggung jawab; kebijakan dan praktek pembinaan
sumber daya manusia; dan perwujudan peran Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP) yang efektif. Pengukurandilakukan dengan
menggunakan skala Likert 1-4 untuk setiap item pertanyaan. Nilai akhir
variabel dapat dihitung dengan rata-rata nilai jawaban responden.
b) Penilaian Risiko
Penilaian risiko menggambarkan tingkat kecukupan penilaian
risiko dalam pengendalian internal BLUD Puskesmas. Pengukuran
penilaian risiko BLUD Puskesmas sebagai variabel independen
penelitian terdiri dari 5 dimensi sesuai PP/60/2008 yang dimanifestasikan
dalam 22 pertanyaan pada kuesioner penelitian. Adapun dimensi yang
dinilai dalam penilaian risiko meliputi: penetapan tujuan puskesmas
secara keseluruhan; penetapan tujuan pada tingkatan kegiatan;
identifikasi risiko; analisis risiko; dan mengelola risiko selama
perubahan.Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala Likert 1-4
untuk setiap item pertanyaan. Nilai akhir variabel dapat dihitung dengan
rata-rata nilai jawaban responden.
c) Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian menggambarkan tingkat kecukupan
aktivitas pengendalian dalam pengendalian internal BLUD
Puskesmas.Pengukuran aktivitas pengendalian BLUD Puskesmas sebagai
variabel independen pada penelitian terdiri dari 7 dimensi sesuai
PP/60/2008 yang dimanifestasikan dalam total 28 pertanyaan pada
kuesioner penelitian. Adapun dimensi yang dinilai meliputi: penerapan
umum; reviu atas kinerja; pembinaan sumber daya manusia;
pengendalian atas pengelolaan sistem informasi; pengendalian fisik atas
aset; penetapan dan reviu indikator dan ukuran kinerja; dan pemisahan
fungsi. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala Likert 1-4
untuk setiap item pertanyaan. Nilai akhir variabel dapat dihitung dengan
rata-rata nilai jawaban responden.
d) Informasi dan Komunikasi
Informasi dan komunikasi menggambarkan kualitas informasi dan
bentuk komunikasi BLUD Puskesmas dalam pengendalian internal.
Pengukuran informasi dan komunikasi BLUD Puskesmas sebagai
variabel independen pada penelitian terdiri dari 3 dimensi sesuai
PP/60/2008 yang dimanifestasikan dalam total 13 pertanyaan pada
kuesioner penelitian. Adapun dimensi yang dinilai meliputi: informasi;
komunikasi; dan bentuk dan sarana komunikasi.Pengukuran dilakukan
dengan menggunakan skala Likert 1-4 untuk setiap item pertanyaan.
Nilai akhir variabel dapat dihitung dengan rata-rata nilai jawaban
responden.
e) Pemantauan
Pemantauan menggambarkan upaya manajemen BLUD Puskesmas
dalm menerapkan pengendalian internal berlanjut dari waktu ke
waktu.Pengukuranpemantauan BLUD Puskesmas sebagai variabel
independen pada penelitian terdiri dari 3 dimensi sesuai PP/60/2008 yang
dimanifestasikan dalam 12 pertanyaan pada kuesioner penelitian. Adapun
dimensi yang dinilai meliputi: pemantauan berkelanjutan; evaluasi
terpisah; dan penyelesaian audit. Pengukuran dilakukan dengan
menggunakan skala Likert 1-4 untuk setiap item pertanyaan. Nilai akhir
variabel dapat dihitung dengan rata-rata nilai jawaban responden.
E. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan serangkaian analisis data untuk mencapai
tujuan penelitian mulai dari statistik deskriptif, uji asumsi klasik hingga
pengujian hipotesis. Tahapan analisis data diuraikan sebagai berikut:
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk menyajikan
deskripsi kuantitatif objek penelitian dalam bentuk yang lebih sederhana
membuat analisis dan kesimpulan(Subagyo, 2012). Statistik deskriptif
membantu peneliti dalam menyederhanakan data dalam jumlah besar
menjadi ringkasan data dilihat dari indikator tertentu. Statistik deskriptif
pada umumnya melakukan analisis univariat dengan pengamatan pada satu
variabel yan terdiri dari:
a. Distribusi data sebagaimana diwakili oleh distribusi frekuensi;
b. Tendensi sentral data sebagaimana diwakili oleh mean, median dan
modus;
c. Dispersi data sebagaimana diwakili oleh standar deviasi.

2. Uji Kelayakan Instrumen Penelitian


Data memiliki peranan yang sangat penting sebagai informasi yang
diteliti dan digunakan sebagai alat pengujian hipotesis. Dengan demikian,
layak atau tidaknya data sangat menentukan mutu dari hasil penelitian. Di
sisi lain, baik tidaknya data tergantung pada instrumen pengumpulan data.
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah kuesioner.
Kuesioner yang baik harus memenuhi dua prasyarat yaitu valid dan reliabel.
Oleh karena itu, uji validitas dan reliabilitas perlu untuk dilakukan
a. Uji Validitas
Uji validitas merupakan suatu alat statistik yang digunakan untuk
mengukur instrumen penelitian melalui keabsahan, atau dengan kata
lain,valid tidaknya suatu kuesioner(Ghozali, 2011).Uji validitas butir
pertanyaan penelitian menggunakan rumus korelasi product moment
yang dikembangkan oleh Pearson, sebagaimana dirumuskan:

Keterangan:
rxy = koefisien korelasi antara X dan Y
N = Jumlah Subyek/Responden
∑XY = Jumlah perkalian X dan Y
∑X = Jumlah skor butir pernyataan X
∑Y = Jumlah skor total pernyataan Y
∑X 2 = Jumlah kuadrat skor butir pernyataanX
∑Y 2 = Jumlah kuadrat skor total pernyataan Y
Pengujian untuk menentukan signifikan atau tidak signifikan
dengan membandingkan niai r hitung dengan r tabel dalam degree of
freedom = n-k dan satu daerah sisi pengujian dengan alpha 0,05.
Ketentuan pengambilan keputusan dari uji validitas adalah sebagai
berikut:
1) Jika r hitung > r tabel pada taraf signifikansi 5%, maka alat ukur atau
instrumen penelitian yang digunakan adalah valid.
2) Jika r hitung ≤ r tabel pada taraf signifikansi 5%, maka alat ukur atau
instrumen penelitian yang digunakan adalah tidak valid.
b. Uji Reliabilitas
Sebagai representasi dari suatu variabel, suatu kuesioner harus
melalui uji reliabilitas. Uji reliabilitas merupakan alat statistik yang
digunakan untuk mengukur suatu kuesioner dalam hal sejauh mana suatu
pengukuran telah dilakukan tanpa bias (bebas kesalahan).Hal tersebut
akan menjamin pengukuran yang konsisten lintas waktu dan lintas
beragam item dalam instrument (Ghozali, 2011).Suatu butir pernyataan
dapat dikatakan reliabel atau andal apabila jawaban seseorang terhadap
suatu pernyataan konsisten. Pengukuran keandalan butir pernyataan
dapat dilakukan dengan sekali meyebarkan kuesioner pada responden,
kemudian hasil skornya diukur korelasinya antar skor jawaban pada butir
pernyataan yang sama. Uji koefisien Cronbach Alpha (α) merupakan
sarana yang paling umum untuk menguji keandalan suatu pernyataan.
Secara statistik, suatu variabel dapat dikatakan reliabel jika memiliki
nilai Cronbach Alpha (α) > 0,60. Koefisien keandalan menunjukkan
mutu seluruh proses pengumpulan data suatu penelitian. Adapun rumus
Cronbach Alpha dinyatakan sebagai berikut:

Keterangan:
rII = Reliabilitas instrumen
= Jumlah varians butir
= Varians total
k = banyaknya butir pernyataan

Menurut Ghozali (2011), nilai rII dari hasil perhitungan diinterpretasikan


dengan tingkat keandalan koefisien korelasidengan panduan sebagai
berikut:
Tabel 3.2. Interpretasi Nilai r
Nilai r Intepretasi
0,800 sampai dengan 1,000 Sangat tinggi
0,600 sampai dengan 0,799 Tinggi
0,400 sampai dengan 0,599 Cukup tinggi
0,200 sampai dengan 0,399 Rendah
0,000 sampai dengan 0,199 Sangat rendah

3. Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik merupakan serangkaian pengujian untuk
menentukan apakah data penelitian memenuhi asumsi klasik yang terdiri
dari normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.
Dengan terpenuhinya asumsi klasik, data dapat dikatakan memenuhi syarat
BLUE (Best Linear Unbiased Estimate). Penjelasan mengenai uji asumsi
klasik dinyatakan sebagai berikut
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal
(Ghozali, 2011).Apabila normal, maka residual akan terdistribusi secara
normal dan independen. Penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov untuk melakukan uji normalitas.Data dapat dikatakan
berdistribusi normal apabila memiliki probabilitas diatas 0,05.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.Dalam
suatu model regresi yang baik, seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel independen(Ghozali, 2011).Uji multikolinieritas dapat
dilakukan dengan menjalankan analisis regresi sesuai model penelitian
dan selanjutnya mendeteksi korelasi antar variabel independen
melaluipengamatan pada nilai Variance Inflation Factor (VIF).Apabila
nilai VIF lebih besar dari 10 dan nilai tolerance value kurang dari 0,1
maka terjadi multikolinearitas.
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk mendeteksi apakah terjadi
ketidaksamaan varian dari satu residual pengamatan ke pengamatan
yang laindalam suatu model regresi (Ghozali, 2011).Dalam suatu model
regresi yang baik, kondisi yang seharusnya dipenuhi adalah
homoskedastisitas dimana nilai varians dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain tetap. Apabilanilainya tidak tetap (berbeda)
maka disebut heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas pada
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Glejser. Uji glejser
dilakukan dengan cara melakukan regresi antara variabel independen
dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai probabilitas signifikansi
antara variabel independen dengan absolut residual lebih dari 0,05
maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya, apabila nilai
probabilitas signifikansi antara variabel independen dengan absolut
residual kurang dari 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi
korelasi, maka dinamakan ada problem korelasi. Autokorelasi muncul
karena residual (kesalahan) pengganggu tidak bebas dari satu observasi
ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu
atau time serieskarena “gangguan” pada individu/ kelompok yang sama
pada berikutnya.
4. Uji Hipotesis
a. Analisis Regresi Linier Berganda
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan melalui analisis
regresi berganda.Analisis regresi bergandasecara umum menguji
ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel
independen. Analisis inibertujuan untuk mengestimasi dan/atau
memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen
berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui.Hasil analisis regresi
adalah berupa koefisien untuk masing-masing variabel
independen.Koefisien ini diperoleh dengan cara memprediksi nilai variabel
dependen dengan suatu persamaan, yaitu sebagai berikut :
AKUN = α+ß1LING+ß2RISK+ß3AKTIV + ß4INFO + ß5MONI + e
Keterangan :
AKUN : Akuntabilitas BLUD Puskesmas
α : Konstanta
ß1 – ß6 : Koefisien Regresi
LING : Lingkungan Pengendalian
RISK : Penlilaian Risiko
AKTIV : Aktivitas Pengendalian
INFO : Informasi dan Komunikasi
MONI : Pemantauan
e : Error
b. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R-squared)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model penelitian dalam menjelaskan variasi variabel
independen.Nilai koefisien determinasi berada di rentang nol dan
satu.Apabila nilai R2 kecil, maka kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjelaskan variasi variabel dependen dapat dikatakan terbatas.Nilai
yang mendekati satu memiliki arti bahwa variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel dependen (Ghozali, 2011).
c. Uji Statistik F (Uji Pengaruh Simultan)
Uji statistik Fbertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel
independen secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen. Nilai signifikansi yang digunakan sebagai dasar
adalah 0,05(Ghozali, 2011).
Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian uji statistik F adalah :
H0 : β1 = β2 = β3 = 0, Variabel-variabel independen tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya.
H0 : β1 = β2 = β3 ≠ 0, Variabel-variabel independen mempunyai pengaruh
yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya.
d. Uji statistik t (Uji Signifikansi Parsial)
Uji statistik t atau partialsignificance testdigunakan untuk mengetahui
pengaruh variabel independen terhadap dependen secaraindividual (parsial),
Nilai signifikasi yang digunakan sebagai dasar adalah 0,05(Ghozali, 2011).
Hipotesis yang akan digunakan dalam pengujian ini adalah:
H0 : bi = 0, Variabel-variabel bebas (X1, X2, X3) tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap variabel terikat (Y).
H1 : bi ≠ 0, Variabel-variabel bebas (X1, X2, X3) mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel terikat (Y).
DAFTAR PUSTAKA

Al-Thuneibat, A. A., Al-Rehaily, A. S., & Basodan, Y. A. (2015). The impact of


internal control requirements on profitability of Saudi shareholding
companies. International Journal of Commerce and Management, 25(2),
196–217. https://doi.org/10.1108/IJCOMA-04-2013-0033
Chalmers, K., Hay, D., & Khlif, H. (2019). Internal control in accounting
research: A review. Journal of Accounting Literature, 42, 80–103.
https://doi.org/10.1016/j.acclit.2018.03.002
COSO. (2013). Internal Control — Integrated Framework Executive Summary. In
COSO.
Cucinotta, D., & Vanelli, M. (2020). WHO declares COVID-19 a pandemic. Acta
Biomedica, 9(1), 157–160. https://doi.org/10.23750/abm.v91i1.9397
Dabbagoglu, K. (2012). Fraud in Businesses and Internal Control System. Journal
of Modern Accounting and Auditing, Vol. 8, pp. 983–989.
Ebondo Wa Mandzila, E., & Zéghal, D. (2016). Content analysis of board reports
on corporate governance, internal controls and risk management: Evidence
from France. Journal of Applied Business Research, 32(3), 637–646.
https://doi.org/10.19030/jabr.v32i3.9668
Febriana, L., Wardayati, S. M., & Prasetyo, W. (2017). The Effect of Internal
Control Factors on the Accountability of the Auditor at the Inspectirate of
Jombang District. Jurnal Dinamika Akuntansi, 9(2), 166–175.
https://doi.org/10.15294/jda.v9i2.9308
Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariete IBM SPSS. In Semarang,
Universitas Diponegoro. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Jones, M. J. (2008). Internal control, accountability and corporate governance.
Accounting, Auditing & Accountability Journal, 21(7), 1052–1075.
https://doi.org/10.1108/09513570810907474
Kiabel, D. (2012). Internal Auditing and Performance of Government Enterprises:
A Nigerian Study. Global Journal of Management and Business Research,
12(6), 1–20.
Kinyua, J. K., Gakure, R., Gekara, M., & Orwa, G. (2015). Effect of Internal
Control Environment on the Financial Performance of Companies Quoted in
the Nairobi Securities Exchange. International Journal of Innovative
Finance and Economics Research, 3(4), 29–48.
Koutoupis, A. G. (2012). Importing international corporate governance codes in
Greek publicly listed enterprises: A case study analysis. International
Journal of Organizational Analysis, 20(4), 447–463.
https://doi.org/10.1108/19348831211268634
Lestari, W., Azwardi, A., & Siddik, S. (2019). Can Internal Control Prevent Fraud
in Managing Village Funds? Accounting and Finance, 4(4(86)), 112–118.
https://doi.org/10.33146/2307-9878-2019-4(86)-112-118
Mardiasmo, M. (2012). Akuntansi sektor publik.pdf (pp. 1–215). pp. 1–215.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Naser, S. S. A., Al Shobaki, M. J., & Ammar, T. M. (2017). Impact of
Communication and Information on the Internal Control Environment in
Palestinian Universities. International Journal of Hybrid Information
Technology, 10(11), 41–60. https://doi.org/10.14257/ijhit.2017.10.11.05
Petrakaki, D., Hayes, N., & Introna, L. (2009). Narrowing down accountability
through performance monitoring technology: E-government in Greece.
Qualitative Research in Accounting & Management, 6(3), 160–179.
https://doi.org/10.1108/11766090910973911
Rendon, J. M., & Rendon, R. G. (2016). Procurement fraud in the US Department
of Defense. Managerial Auditing Journal, 31(6/7), 748–767.
https://doi.org/10.1108/maj-11-2015-1267
Republik Indonesia. (2008). Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP). Jakarta: Sekretariat
Negara.
Republik Indonesia (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
KementerianKesehatan.
Republik Indonesia (2018). Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun
2018 tentang Badan Layanan Umum Daerah. Jakarta: Kementerian Dalam
Negeri.
Republik Indonesia (2020). Peraturan Pemerintah Nomor 21/2020 tentang
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Jakarta: Sekretariat Negara.
Rubino, M., Vitolla, F., & Garzoni, A. (2017). The impact of an IT governance
framework on the internal control environment. Records Management
Journal, 27(1), 19–41. https://doi.org/10.1108/RMJ-03-2016-0007
Sadjiarto, A. (2000). Akuntabilitas dan pengukuran kinerja pemerintah. Jurnal
Akuntansi & Keuangan, 2(2), 138–150.

Sari, N., Ghozali, I., & Achmad, T. (2017). the Effect of Internal Audit and
Internal Control System on Public Accountability : the Emperical Study.
International Journal of Civil Engineering and Technology, 8(9), 157–166.
Sekaran, U. S., & Bougie, R. J. (2012). Research methods for business research
methods for business. In John Wiley & Sons Inc.
https://doi.org/10.13140/RG.2.1.1419.3126
Shanmugam, J. K., Haat, M. H., & Ali, A. (2012). An Exploratory Study of
Internal Control and Fraud Prevention Measures in SMEs. International
Journal of Business Research and Managemen, 3(2), 90–99.
Silviana, & Zahara, G. (2015). The influence of Competence Local Government
Agencies and The Implementation Government of Internal Control System
toward the Quality of Local Government Financial Statement. Research
Journal of Finance and Accounting, 6(11), 138–148.
Subagyo, P. (2012). Statistik Deskriptif, Edisi 5. Journal of the American
Chemical Society, Vol. 77, pp. 1–130.
LAMPIRAN 1

KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP
AKUNTABILITAS KEUANGAN BLUD PUSKESMAS
DALAM MASA PANDEMI COVID-19
Bagian 1: Akuntabilitas Keuangan (Kesesuaian Pelaporan Keuangan)
STS TS S SS
NO URAIAN
(1) (2) (3) (4)
1 Puskesmas telah melaporkan aset lancar
sesuai standar akuntansi pemerintahan
(SAP) yang berlaku
2 Puskesmas telah melaporkan aset tetap
sesuai standar akuntansi pemerintahan
(SAP) yang berlaku
3 Puskesmas telah melaporkan aset tetap
lainnya sesuai standar akuntansi
pemerintahan (SAP) yang berlaku
4 Puskesmas telah melaporkan investasi
jangka panjang sesuai standar akuntansi
pemerintahan (SAP) yang berlaku
5 Puskesmas telah melaporkan kewajiban
utang sesuai standar akuntansi
pemerintahan (SAP) yang berlaku
6 Puskesmas telah melaporkan
pendapatan sesuai standar akuntansi
pemerintahan (SAP) yang berlaku
7 Puskesmas telah melaporkan belanja
operasi sesuai standar akuntansi
pemerintahan (SAP) yang berlaku
8 Puskesmas telah melaporkan belanja
modal sesuai standar akuntansi
pemerintahan (SAP) yang berlaku
9 Puskesmas telah melaporkan beban
operasional sesuai standar akuntansi
pemerintahan (SAP) yang berlaku
10 Puskesmas telah melaporkan akun-akun
lainnya sesuai standar akuntansi
pemerintahan (SAP) yang berlaku
Bagian 2: Pengendalian Internal BLUD Puskesmas
STS TS S SS
NO URAIAN
(1) (2) (3) (4)
1. Lingkungan Pengendalian
1.1. Penegakan Integritas dan Nilai Etika
1.1.1. Puskesmas menyusun aturan/kebijakan
yang mengatur standar perilaku etis,
seperti: pembayaran yang tidak wajar,
kelayakan penggunaan sumber daya,
benturan kepentingan, gratifikasi, dll
1.1.2. Pegawai secara berkala menandatangani
aturan perilaku tersebut
1.1.3. Laporan keuangan, anggaran, dan
pelaksanaan program telah disampaikan
kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dan disajikan secara
wajar dan akurat
1.1.4. Pimpinan menyampaikan
masalahdalam Puskesmas ybs serta
menerima rekomendasi yang
disampaikan auditor
1.1.5. Pimpinan mengambil tindakan atas
pelanggaran kebijakan, prosedur, atau
aturan perilaku
1.1.6. Jenis sanksi telah dikomunikasikan
kepada pegawai sehingga pegawai
mengetahui konsekwensi atas
pelanggaran yang telah dilakukan
1.1.7. Pimpinan memberikan penghargaan
untuk meningkatkan penegakan
integritas dan kepatuhan terhadap nilai-
nilai etika
1.2. Komitmen Terhadap Kompetensi
1.2.1. Analisis beban kerja dan analisis
jabatan telah dilaksanakan
1.2.2. Uraian jabatan selalu
dimutakhirkanuntuk
mengidentifikasikan dan
mendefinisikan tugas khusus
1.2.3. Terdapat program pelatihan yang
memadai untuk kebutuhan pegawai
1.2.4. Pimpinan sudah memiliki keahlian
manajemen yang diperlukan
1.2.5. Pimpinan sudah mendapatkan pelatihan
untuk memberikan pembimbingan yang
efektif guna peningkatan kinerja?
STS TS S SS
NO URAIAN
(1) (2) (3) (4)
1.3. Kepemimpinan yang Kondusif

1.3.1. Pimpinan menyelenggarakan akuntansi


dan anggaran untuk pengendalian
kegiatan dan evaluasi kinerja
1.3.2. Penyelenggara akuntansi memiliki
tanggung jawab untuk membuat
laporan kepada pejabat keuangan pusat
1.3.3. Terdapat mekanisme perlindungan
terhadap asset dan informasi dari akses
dan penggunaan yg tidak sah?

1.4. Struktur Organisasi


1.4.1. Bagan organisasi telah dibuat
1.4.2. Bagan organisasi telah menunjukkan
adanya organisasi kewenangan dan
jalur komunikasi komando dalam
struktur organisasi?
1.4.3. Struktur organisasi telah sesuai dengan
dasar hukum pembentukannya
1.4.4. Struktur organisasi yang disusun telah
menggambarkan tugas dan fungsi
organisasi
1.4.5. Sasaran dan target yang akan dicapai
telah diidentifikasikan dengan jelas
1.4.6. Sasaran dan target dalam garis besar
yang disesuaikan dengan hasil-hasil
yang diinginkan telah ditentukan
1.4.7 Pimpinan memiliki waktu yang cukup
untuk melaksanakan tugasdan tanggung
jawabnya
1.5 Pendelegasian Wewenang dan
Tanggung Jawab
1.5.1 Uaian tugas untuk masing-masing
jabatan dalam struktur/bagan organisasi
telah disusun secara jelas
1.5.2 Pimpinan memiliki tanggung jawab
sesuai kewenangannya dan
bertanggung jawab atas keputusan yang
diambilnya
1.5.3 Pimpinan memiliki prosedur yang
efektif untuk memantau hasil
kewenangan dan tanggung jawab yang
didelegasikan
STS TS S SS
NO URAIAN
(1) (2) (3) (4)
1.6 Kebijakan dan Praktek Pembinaan
Sumber Daya Manusia
1.6.1 Puskesmas memiliki standar/kriteria
rekrutmen yang menekankan kepada
pendidikan, pengalaman, prestasi, dan
perilaku etika
1.6.2 Uraian jabatan dan analisis jabatan
sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan
1.6.3 Terdapat program orientasi bagi
pegawai barudan program
berkesinambungan terhadap seluruh
pegawai
1.6.4 Program promosi, remunerasi, dan
mutasi didasarkan kepada penilaian
kinerja
1.6.5 Nilai integritas dan etika menjadi
kriteria penilaian kinerja
1.6.6 Standar penerimaan pegawai
mensyaratkan adanya investigasi
catatan krminal calon pegawai
1.6.7 Referensi dari atasan calon pegawai di
tempat kerja sebelumnya telah
dikonfirmasi
1.6.8 Ijasah pendidikan dan standar profesi
pegawai telah dikonfirmasi
1.7 Perwujudan Peran Aparat
Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP) yang efektif
1.7.1 APIP telah melakukan pengawasan
terhadap kegiatan Puskesmas
1.7.2 APIP telah membuat LHP setelah
melakukan pemeriksaan

2. PENILAIAN RISIKO
2.1 Penetapan Tujuan Puskesmas Secara
Keseluruhan
2.1.1 Puskesmas telah menetapkan visi dan
misi sebagaimana tertuang dalam
renstra dan rencana kerja tahunan
2.1.1 Tujuan Puskesmas secara keseluruhan
telah disusun sesuai dengan persyaratan
program yang ditetapkan dgn peraturan
per-UU
STS TS S SS
NO URAIAN
(1) (2) (3) (4)
2.1.1 Tujuan Puskesmas telah cukup spesifik,
terukur, dapat dicapai, realistis, dan
terikat oleh waktu
2.1.1 Tujuan Puskesmas telah
dikomunikasikan dengan baik kepada
bawahan sehingga pimpinan
mendapatkan umpan balik
2.1.1 Renstra mendukung tujuan Puskesmas
secara keseluruhan
2.2 Penetapan Tujuan pada Tingkatan
Kegiatan
2.2.1 Semua kegiatan pokok telah termaktub
dalam tujuan dan renstra insansi secara
keseluruhan
2.2.2 Tujuan pada tingkat kegiatan telah
dikaji ulang secara berkala
untukmeyakinkan bahwa tujuan
tersebut masih relevan dan
berkesinambungan
2.2.3 Tujuan pada kegiatan saling
melengkapi, saling mendukung, dan
tidak bertentangan satu dengan yang
lain
2.2.4 Tujuan pada setiap kegiatan memiliki
unsur kriteria pengukuran
2.2.5 Tujuan pada setiap kegiatan didukung
oleh sumber daya yang cukup
2.2.6 Semua tingkatan pimpinan terlibat
dalam penetapan tujuan
2.3 Identifikasi Risiko
2.3.1 Pimpinan menggunakan metodologi
identifikasi risiko yang sesuai dengan
tujuan Puskesmas
2.3.2 Cara suatu risiko, diidentifikasi,
diperingkat, dianalisis, dan diatasi,
telah dikomunikasikan dengan pegawai
2.3.3 Identifikasi risiko merupakan bagian
dari prakiraan rencana jangka pendek
dan jangka panjang, serta rencana
strategis
2.3.4 Identifikasi risiko merupakan hasil
pertimbangan temuan audit, evaluasi,
dan penilaian lainnya
STS TS S SS
NO URAIAN
(1) (2) (3) (4)
2.3.5 Risiko yang timbul dari perkembangan
peraturan per-UU telah diidentifikasi
2.3.6 Risiko yang timbul dari Puskesmas lain
dan pihak di luar pemerintahan telah
dipertimbangkan
2.3.7 Risiko yang timbul akibat tidak
tercapainya misi, sasaran, dan tujuan
pada masa lalu telah dipertimbangkan
2.3.8 Risiko yang melekat pada Puskesmas,
program yang kompleks dan penting
telah diidentifikasi
2.4 Analisis Risiko
2.4.1 Pimpinan telah menetapkan proses
formal dan informal untuk
menganalisis risiko berdasarkan
kegiatan sehari-hari
Kriteria klasifikasi risiko rendah,
sedang, dan tinggi telah ditetapkan
Pimpinan dan pegawai dilibatkan
dalam analisis risiko
Risiko yang diidenifikasi dan dianalisis
relevan dengan tujuan program
2.5 Mengelola Risiko Selama Perubahan
2.5.1 Perubahan rutin sudah ditangani
melalui identifikasi risiko dan proses
analisis
2.5.2 Puskesmas secara khusus telah
memberikan perhatian khusus risiko
akibat menerima pegawai baru yang
menempati posisi kunci atau akibat
tingginya keluar-masuk pegawai pada
suatu bidang

3. KEGIATAN PENGENDALIAN
3.1 Penerapan Umum
3.1.1 Kegiatan pengendalian yang diatur
dalam pedoman pelaksanaan sisdur
sudah diterapkan secara tepat dan
memadai
3.1.2 Pegawai dan atasannya telah
memahami tujuan dari kegiatan
pengendalian tersebut
3.1.3 Kegiatan pengendalian secara berkala
telah dievaluasi
STS TS S SS
NO URAIAN
(1) (2) (3) (4)
3.2 Reviu atas Kinerja Puskesmas Ybs
3.2.1 Pimpinan terlibat dalam penyusunan
renstra dan rencana kerja tahunan
3.2.2 Pimpinan terlibat dalam pengukuran
dan pelaporan hasil yang dicapai
3.2.3 Pimpinan secara berkala mereviu
kinerja dibandingkan rencana
3.2.4 Kegiatan pengendalian yang tepat
dilaksanakan seperti rekonsiliasi dan
pengecekan ketepatan informas
3.3 Pembinaan Sumber Daya Manusia
3.3.1 Puskesmas telah memiliki persyaratan
jabatan dan menetapkan kinerja yg
diharapkan untuk setiap posisi
pimpinan
3.3.2 Pengawasan atasan dilakukan secara
kontinyu untuk memastikan bahwa
tujuan pengendalian intern bisa dicapai
3.3.3 Pegawai diberikan evaluasi kinerja dan
umpan balik yang bermakna, jujur, dan
konstruktif
3.4 Pengendalian atas Pengelolaan
Sistem Informasi
3.4.1 Penilaian risiko dilaksanakan dan
didokumentasikan secara teratur saat
system, fasilitas, dan kondisi lainnya
berubah
3.4.2 Penetapan risiko akhir dan persetujuan
pimpinan Puskesmas
didokumentasikan seceara semestinya
3.4.3 Pimpinan secara berkala melakukan
penilaian atas kelayakan kebijakan
pengamanan dan kepatuhan terhadap
kebijakan tersebut
3.4.4 Pemilik sumber daya mengidentifikasi
pengguna yang berhak dan otorisasi
akses ke informasi secara formal
3.4.5 Tugas yang tidak dapat digabungkan
sudah diidentifikasi dan kebijakan
untuk memisahkan tugas tersebut sudah
ditetapkan
3.4.6 Dokumen sumber diberikan nomor urut
tercetak
STS TS S SS
NO URAIAN
(1) (2) (3) (4)
3.4.7 Dokumen sumber yang penting
memerlukan otorisasi
3.4.8 Transaksi yang dientri dan diproses ke
dalam computer adalah seluruh
transaksi yang telah diotorisasi
3.4.9 Laporan keuangan direviu untuk
mempertahakan akurasi dan validitas
data
3.5 Pengendalian Fisik atas Aset
3.5.1 Kebijakan dan prosedur pengamanan
fisik telah ditetapkan,
diimplementasikan, dan
dikomunikasikan kepada seluruh
pegawai
3.5.2 Aset yang berisiko hilang, rusak, dicuri
telah diamankan dan akses atas aset
tersebut telah dikendalikan
3.5.3 Identitas aset dilekatkan pada
meubelair, peralatan, dan inventaris
kantor lainnya
3.5.4 Akses terhadap aset di luar jam kerja
dibatasi dan dikendalikan
3.6 Penetapan dan Reviu Indikator dan
Ukuran Kinerja
3.6.1 Ukuran dan indikator kinerja telah
ditetapkan untuk tingkat Puskesmas,
pegawai, dan kegiatan
3.6.2 Ukuran dan indikator kinerja tersebut
telah direviu secara berkala
3.6.3 Data capaian kinerja dibandingkan
secara terus menerus dengan sasaran
yang ditetapkan dan selisihnya
dianalisis lebih lanjut
3.7 Pemisahan Fungsi
3.7.1 Tanggung jawab dan tugas atas
transaksi/kejadian dipisahkan di antara
pegawai yang berbeda yang terkait
dengan otorisasi, persetujuan,
pemrosesan dan pencatatan,
pembayaran atau penerimaan dana,
reviu dan audit, serta fungsi
penyimpanan/penanganan aset
3.7.2 Saldo bank direkonsiliasi oleh pegawai
yang tidak memiliki tanggung jawab
atas fungsi penerimaan, pengeluaran
STS TS S SS
NO URAIAN
(1) (2) (3) (4)
dan penyimpanan kas

3.8 Otorisasi atas Transaksi/Kejadian


Penting
4. INFORMASI DAN KOMUNIKASI
4.1 Informasi
4.1.1 Informasi internal penting dalam
mencapai tujuan penting Puskesmas
sudah diidentifkasi dan secara teratur
dilaporkan kepada pimpinan
Puskesmas
4.1.2 Informasi disiapkan tepat waktu
4.1.3 Informasi operasional sudah disiapkan
bagi pimpinan
4.1.4 Informasi keuangan dan anggaran
sudah disediakan untuk mendukung
penyusunan pelaporan keuangan
internal dan eksternal
4.2 Komunikasi
4.2.1 Pimpinan sudah memberikan arahan
yang jelas kepada seluruh tingkatan
organisasi bahwa tanggung jawab
pengendalian intern adalah masalah
penting dan harus diperhatikan secara
serius
4.2.2 Tugas yang dibebankan kepada
pegawai sudah dikomunikasikan secara
jelas dan sudah dimengerti aspek
pengendalian intern-nya
4.2.3 Pegawai memiliki saluran komunikasi
informasi ke atas selain melalui atasan
langsungnya
4.2.4 Pegawai mengetahui adanya saluran
komunikasi informal atau terpisah yang
bisa berfungsi apabila alur komunikasi
normal gagal dilaksanakan
4.2.5 Semua pihak eksternal yang
berhubungan dengan Puskesmas telah
diberitahu mengenai kode etik yang
berlaku dan juga telahb mengetahui
bahwa tindakan yang tidak etis seperti
pemberian komisi tidak diperkenankan
4.3 Bentuk dan Sarana Komunikasi
4.3.1 Pimpinan telah menggunakan bentuk
dan sarana komunikasi efektif berupa
buku pedoman kebijakan dan prosedur,
STS TS S SS
NO URAIAN
(1) (2) (3) (4)
surat edaran, papan pengumuman, situs
internet, dan arahan lisan.
4.3.2 Pimpinan telah menggunakan
komunikasi dalam bentuk tindakan
positif saat berhubungan dengan
pegawai
4.3.3 Manajemen sistem informasi
dilaksanakan berdasarkan suatu
rencana strategis sistem informasi yang
merupakan bagian dari renstra
Puskesmas secara keseluruhan
4.3.4 Pimpinan secara terus menerus
memantau mutu informasi yang
dikelola

5 PEMANTAUAN (MONITORING)
5.1 Pemantauan Berkelanjutan
5.1.1 Puskesmas memiliki strategi
monitoring yang memiliki metode
untuk menekankan pimpinan bahwa
mereka bertanggung jawab atas
pengendalian internal
5.1.2 Puskesmas memiliki strategi
monitoring yang mencakup identifikasi
kegiatan operasi penting/pokok dan
system pendukung pencapaian misi
yangmemerlukan reviu dan evaluasi
khusus
5.1.3 Terdapat pemisahan fungsi dan
tanggung jawab untuk mencegah
timbulnya penyelewengan
5.1.4 Data yang tercatat dalam system
informasi secara berkala dibandngkan
dengan asset fisiknya? Dan jika ada
selisih apakah telah ditelusuri
5.1.5 Pimpinan telah mengambil langkah
konkret untuk menindaklanjuti
rekomendasi yang diberikan oleh
aparat pengawasan intern pemerintah
5.2 Evaluasi Terpisah
5.2.1 Dilakukan evaluasi secara berkala
terhadap pengendalian intern
5.2.2 Proses evaluasi telah didokumentasikan
dengan baik
STS TS S SS
NO URAIAN
(1) (2) (3) (4)
5.2.3 Aparat pengawasan intern pemerintah
memiliki staf yang kompeten dan
memiliki pengalaman yang cukup
5.2.4 Kelemahan yang ditemukan saat
evaluasi telah dikomunikasikan kepada
pihak yang bertanggung jawab atas
fungsi tersebut dan atasan langsungnya
5.3 Penyelesaian Audit
5.3.1 Pimpinan segera mereviu dan
mengevaluasi temuan audit, hasil
penilaian, dan reviu lainnya
5.3.2 Pimpinan Puskesmas memantau
temuan audit/reviu serta
rekomendasinyauntuk meyakinkan
bahwa tindakan yang diperlukan telah
dilaksanakan
5.3.3 Pimpinan secara berkala mendapat
laporan status penyelesaian audit/reviu

Anda mungkin juga menyukai