Anda di halaman 1dari 7

NAMA : NURLAELA KHAERANI

NIM 2020310520

RUANGAN : PWK 201( PERKEMBANGAN KOTA)

“MANFAAT PAJAK SEBAGAI PERCEPATAN PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL”

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Pajak bukan hanya sebagai sumber penerimaan dalam APBN, namun memegang peranan
penting dalam upaya menjaga dan pemulihan ekonomi. “pajak di harapkan bukan hanya berperan
sebagai instrumen pembiayaan dalam APBN, namun pajak harus dapat berperan besar dalam
memberikan stimulus secara menyeluruh terhadap Pemulihan Ekonomi Nasional khususnya di masa
pandemi”, kata Direktur penyusunan APBN, DJA, kemenkeu Rofiyanto dalam membuka acara
perbincangan santai belajar dan Berdiskusi(PSBB) pada 6 Juli 2021.

Pandemi Covid-19 bukan hanya berdampak pada kesehatan manusia, tetapi telah berdampak
pula terhadap memburuknya sistem keuangan yang di tunjukkan dengan penurunan aktivitas ekonomi
domestik. Untuk itu, pemerintah telah mengambil strategi kebijakan dan langkah-langkah luar biasa
dalam rangka penyelamatan perekonomian nasional dan stabilitas sistem keuangan melalui berbagai
kebijakan relaksasi yang berbagai dengan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) khususnya dengan melakukan peningkatan belanja untuk kesehatan dan pemulihan
perekonomian.

Dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional, penerimaan negara, peningkatan


belanja negara dan pembiayaan, pemerintah berusaha melakukan penyelamatan kesehatan dan
perekonomian nasional. Menghadapi permasalahan tersebut pemerintah mengambil strategi kebijakan
” Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)”.

Program PEN di tunjukkan untuk membantu meningkatkan daya beli masyarakat serta
memulihkan perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Dimulai dari rumah tangga masyarakat
paling rentan, lalu ke sektor usaha (UMKM). Pelan-pelan roda perekonomian mulai berputar. Dengan
adanya program PEN di harapkan adanya pertumbuhan ekonomi.

Banyak UMKM yang terpaksa gulung tikar karna harus mengikuti aturan pemerintah untuk
melakukan PSBB( peraturan sosial berskala besar) terutama usaha kecil seperti industri rumahan
kuliner, kerajinan, butik, warung retai dan sebagainya harus kehilangan omzet penjualan, sektor
usaha
mikro, kecil dan menengah ini tentunya lebih rentan dalam menghadapi Covid-19, karna sejak
pandemi Covid-19 terjadi di Indonesia pada bulan Maret sampai dengan September 2020 ini hampir
semua UMKM mengalami penurunan penjualan sebab ada peraturan pemerintah setempat untuk
melakukan pembatasan sosial agar tidak terjadi kerumunan massa seperti terjadi penutupan pasar-
pasar baik pasar tradisional maupun modern, penutupan mall dan restaurant yang tentunya berdampak
sangat serius pada kemampuan pengusaha-pengusaha kecil tersebut untuk tetap berusaha sehingga
terjadi dampak negatif secara langsung kepada kemampuan dan keberlangsungan usaha khususnya
pelaku UMKM.

Mengutip informasi dari Badan Pusat Statistik(BPS) bahwasannya produk domestik bruto(PD
B) RI pada kuartal III-2020 minus 3,49%. Dengan demikian Indonesia resmi masuk ke jurang resesi,
setelah pada kuartal III-2020 ekonomi RI juga terkontraksi alias negatif. Kenyataan berat ini sebagai
imbas dari adanya pandemi, di mana tidak saja berdampak pada buruknya kesehatan tubuh manusia,
tetapi telah memberi dampak pula terhadap memburuknya kondisi perekonomian yang di tunjukkan
dengan penurunan berbagai aktivitas ekonomi nasional.

Sebagaimana telah di uraikan di atas bahwa pemerintah telah meluncurkan program


Pemulihan Ekonomi Nasional merupakan langkah pemerintah dalam upaya melindungi,
mempertahankan dan meningkatkan kemampuan ekonomi para pelaku usaha dari sektor riil dan
sektor keuangan dalam menjalankan usahanya selama pandemi Covid-19. Kebijakan Pemulihan
Ekonomi Nasional ini diharapkan bisa membantu meringankan beban sektor yang terimbas Covid-19.

Pemerintah kini telah mengambil langkah dan strategi khusus kebijakan dengan program-
program yang bertujuan dalam penyelamatan perekonomian nasional dan stabilitas sistem keuangan
melalui berbagai kebijakan relaksasi yang berkaitan dengan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN).

Adapun program PEN dimaksud adalah:

1. Menganggarkan belanja penanganan Covid-19


2. Melakukan perlindungan sosial melalui Bansos kepada masyarakat berpenghasilan
rendah
3. Membantu pemda dan sektoral KL di antaranya program padat karya
4. Subsidi bunga UMKM
5. Pembiayaan koperasi. Terdapat lembaga penjaminan di antaranya PT SMI, PT PII,
LPEI sebagai lembaga special mission vechile (SMV) kementerian keuangan
6. Insentif berupa pajak

Pemerintah berupaya melakukan perlindungan sosial kepada lebih dari 103 juta masyarakat
Indonesia dengan bantuan dari pemerintah berupa bantuan dari pemerintah berupa bantuan sosial
senilai 65 triliun yang dilaksanakan secara bertahap dan bertahap dan merata Bantuan sosial berupa
paket-paket sembako untuk membantu rumah tangga atau masyarakat, di mana paket bansos tersebut
diberikan sejak awal pandemi Covid-19 terjadi di Indonesia sampai September 2020 ini dan akan
terus diberikan sampai pandemic berakhir. Bantuan sosial ini diberikan bagi warga di DKI Jakarta dan
wilayah bogor, depok, tangerang, tangerang selatan, dan bekasi. tidak hanya bansos tetapi pemerintah
juga memberikan bantuan tunai yang ditunjukkan untuk warga di luar jabodatabek, program ini
memberikan dana secara tunai yang masuk ke rekening masyarakat sebesar Rp 600.000 kepada
masyarakat selama 3 bulan, yakni April, Mei, dan Juni 2020. Begitu juga dengan adanya program
kartu prakerja, subsidi listrik, bantuan desa dan sebagainya.

Dalam perspektif ekonomi, belanja pemerintah merupakan salah satu tools untuk menstimulus
bergeraknya roda perekonomian suatu negara. Kebijakan defisit anggaran telah dianut oleh
pemerintah dalam dekade terakhir dikarenakan keterbatasan pendapatan negara dalam merealisasikan
program strategis nasional dan pengaruhnya yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi. dengan
implementasi program PEN, maka dapat di pastikan bahwa defisit APBN semakin membesar. Dua
faktor utama pemicu hal tersebut, Pertama, Covid-19 berdampak buruk pada berbagai sektor
perekonomian sehingga kontraksi ekonomi tahun 2020 tidak dapat di hindari bahkan menyebabkan
pertumbuhan PDB yang minus. Kedua, pendapatan negara, khususnya pendapatan perpajakan yang
sangat di pengaruhi oleh aktivitas perekonomian, diperkirakan juga akan mengalami kontraksi,
sedangkan di sisi lain belanja pemerintah sangat di andalkan dalam memitigasi kontraksi
perekonomian yang lebih besar.

Dalam forum bertajuk strategi dan pelaksanaan program Pemulihan Ekonomi Nasional dalam
penanganan pandemi Covid-19 yang di hadiri oleh Menteri keuangan, Gubernur BI, dan wakil ketua
BPK, salah satu hal yang menjadi pembahasan utama adalah pengambilan kebijakan di masa krisis.
Pada kesempatan tersebut Menteri keuangan dan Gubernur BI seirama menyampaikan bahwa Covid-
19 merupakan suatu fenomena luar biasa yang tidak pernah terjadi sebelumnya, dari sisi masifnya
dampak yang di timbulkan sampai dengan tidak dapat dipastikan kapan situasinya berakhir.

Hal ini yang mendasari pemerintah mengambil kebijakan relatif cepat, karena apabila
intervensi di lakukan terlambat maka dampak negatif pandemi yang awalnya hanya menyerang sektor
kesehatan, akan ber-multiply effect pada sektor-sektor lainnya, terutama sektor ekonomi. Dalam
menghadapi pandemi Covid-19, prinsip ‘overreaction is better than late reaction’ dalam pengambilan
kebijakan risiko berlanjutnya dampak buruk pandemi, juga telah digulirkan dalam forum ‘Covid-19
joint response video conference’ yang diikuti oleh 45 negara. Kebijakan pencegahan yang ketat dan
penannggulangan dampak yang cepat menjadi rujukan metode pengambilan kebijakan mitigasi risiko
Covid-19 oleh pemerintah negara dunia. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidaklah mudah bagi
pemerintah selaku policy maker dalam merespon pandemi Covid-19. Di fenomena sejenis, dan
keharusan pengambilan kebijakan yang cepat dan tepat, namun menghasilkan program paket
kebijakan extraodinary beredaksi PEN oleh pemerintah, sangatlah patut di apresiasi.
Namun demikian, implementasi paket kebijakan PEN harus di laksanakan dengan
mengdepankan prinsip kehati-hatian. Di satu sisi, tingkat kecepatan penyerapan anggaran PEN perlu
dilakukan dengan segera mungkin agar dampaknya dapat dirasakan oleh masyarakat. Di sisi lain,
proses eksekusi PEN wajib di lakukan secara tepat dan akurat untuk menghindari permasalahan
pertanggung jawaban di kemudian hari. Dengan anggaran mencapai Rp.695,2 triliun, serapan
anggaran PEN masih di bawah 30% per Agustus 2020.

Sebagai bagian dari pemerintah, BPK( 2020) menyampaikan bahwa pihaknya mendukung
lahirnya kebijakan extraordinary untuk merespon pandemi Covid-19 yang memiliki skala yang sangat
makro, multi-kompleks, dan berdampak besar pada berbagai sektor, hanya saja dalam tataran
implementasi, pemerintah tetap perlu berpegang pada prinsip mitigasi risiko yang optimal. Sebagai
subjek akuntabilitas publik, pemerintah juga di hadapkan pada kewajiban memastikan bahwa seluruh
pengelola risiko terkait implementasi kebijakan tetap dijalankan sesuai ketentuan yang berlaku.
Secara riil, PEN yang dilakukan sepanjang kuartal II sampai dengan akhir 2020, akan berhadapan
pada pemeriksaan LKPP pada tahun 2021. Dengan demikian, pelaksanaan kebijakan PEN harus di
lakukan dengan prudent dan transparan agar hasilnya tepat guna dan implementasinya dapat di
pertanggung jawabkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kementerian keuangan, selaku punggawa
pengelola keuangan negara, memiliki peran yang kursial dalam keberhasilan Pemulihan Ekonomi
pada masa pandemi C0vid-19.

Mengurai kembali pada kebijakan pemulihan ekonomi nasional, pemerintah telah


menerbitkan peraturan pemerintah No. 23 tahun 2020 (PP23/2020) tentang pelaksanaan program
Pemulihan Ekonomi Nasional untuk mendukung kebijakan keuangan negara untuk penanganan
pandemi corona Virus Disease 2019 dan/atau untuk menghadapi ancaman yang membahayakan
perekonomian nasional dan/atau stabilitas sistem keuangan serta penyelamatan Ekonomi Nasional
(PEN). Peraturan ini merupakan peraturan perundang-undangan mengenai penanganan Covid-19 di
mana mengatur mengenai mekanisme interverensi pemerintah dalam pelaksanaan program PEN
melalui penyertaan modal negara, penempatan dana, investasi pemerintah, dan penjaminan.
Sementara maksud dari pilihan skema investasi akan di sesuaikan dengan kebutuhan yakni target
kelompok pelaku usaha yang akan diberikan stimulus-stimulus dengan tetap mempertimbangkan
kemampuan keuangan negara.

Pada peraturan pemerintah No. 23/2020 juga mengatur bahwa pemerintah dapat melakukan
program Pemulihan Ekonomi melalui berbagai cara yakni salah satunya pengalokasian belanja negara
dengan memberikan subsidi bunga bagi kelompok pelaku usaha mikro, kecil dan menengah yang
terdampak Covid-19 dan sudah berupaya melakukan restrukturisasi kreditnya pada perbankan,
mengajukan keringanan pada perusahaan pembiayaan agar mendapat atau fasilitas subsidi bunga
untuk keringanan cicilan, penundaan pembayaran hutang pokok atau jangka waktu yang di
perpanjang. Mengutip informasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwasannya
realisasi
restrukturisasi kredit perbankan mencapai Rp 904,3 triliun per tanggal 28 September 2020. Dari data
yang ada Restrukturisasi tersebut diberikan kepada 7,5 juta nasabah yang terdiri dari 5,82 juta debitur
usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan 1,64 juta debitur non UMKM.

Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa dalam rangka menghadapi permasalahan yang
membahayakan perekonomian Nasional dan atau stabilitas sistem keuangan menjadi Undang-undang.
Maka program PEN ini ditunjukkan untuk membantu, mendorong, meningkatkan daya beli
masyarakat secara merata dan keseluruhan. Berfokus pada rumah tangga masyarakat yang paling
rentan atas dampak Covid-19 kemudian pada sektor usaha ( UMKM). Pemerintah juga akan fokus
pada strategi untuk mengurangi risiko kontraksi ekonomi di kuartal 3 dan kuartal 4 tahun 2020 dengan
melakukan optimalisasi atas potensi anggaran-anggaran yang kemungkinan belum atau tidak terserap
dengan melakukan re-alokasi ke program-program yang dapat terlaksana dan selesai di tahun 2020
sehingga roda kehidupan perekonomian diharapkan bisa berputar kembali. Program Pemulihan
Ekonomi Nasional di maksud adalah sebagai berikut:

1. Menganggarkan belanja penanganan Covid-19


2. Melakukan perlindungan sosial melalui bantuan sosial kepada masyarakat
berpenghasilan rendah
3. Membantu Pemda dan sektoral dengan program padat karya
4. Subsidi bunga UMKM
5. Pembiayaan korporasi
6. Insentif usaha berupa pajak

Mengacu pada program PEN dengan pemberian insentif usaha berupa keringanan pajak,
seperti diketahui, sejak 2018 pengusaha Usaha Mikro, kecil dan menengah (UMKM) telah di pungut
pajak penghasilan final sebesar 0,5 persen. Insentif pajak UMKM ini tertuang dalam peraturan
pemerintah (PP) Nomor 23/2018 tentang pajak penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh
wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu ( di bawah 4,8 Milyar per tahun), maksudnya agar
kelompok UMKM tetap dikenakan kewajiban membayar pajak penghasilan (PPh) yang di dasarkan
pada jumlah peredaran bruto tertentu yang ditetapkan pemerintah .

Dengan situasi dan kondisi yang cukup berat untuk perekonomian nasional di tengah pandemi
Covid-19, pemerintah akhirnya memberi perluasan kebijakan yakni insentif pajak bebas PPh final
bagi UMKM melalui peraturan menteri keuangan (PMK) nomor 44/PMK.03/2020 tentang insentif
pajak terdampak Covid-19, maka peraturan ini merupakan perubahan atas PMK No.23/PMK.03/2020
tentang insentif pajak untuk wajib terdampak wabah virus Covid-19.

Selain memberikan insentif pajak berupa bebas PPh final bagi UMKM, PMK No.44/2020 ini
juga memberikan perluasan sektor usaha penerima insentif diskon angsuran PPh 25, insentif pajak
pertambahan nilai (PPN), pembebasan PPh 21. Berdasarkan pada pembebasan pajak penghasilan final
sebesar 0,5%, maka untuk setiap transaksi yang di lakukan oleh UMKM tidak perlu lagi menyetor
pajak dan pemotong atau pemungut pajak tidak lagi memotong atau memungut pajak kepada pelaku
UMKM.

Dalam mendapatkan fasilitas insentif pajak maka syarat dan cara mengajukan insentif PPh
Final UMKM yang di tanggung pemerintah adalah sebagai berikut:

a) UMKM mengajukan dan memiliki surat keterangan PP 23 kepada kantor pajak


setempat
b) Pengajuan permohonan melalui laman www.pajak.go.id
c) Membuat laporan realisasi PPh final DPT setiap masa pajak, yang meliputi PPh
terutang atas penghasilan yang diterima atau diperoleh termasuk transaksi dengan
pemotong dan pemungut
d) Pemotong atau pemungut pajak harus membuat surat setoran pajak atau cetakan kode
Biling yang dibubuhi cap atau tulisan PPh final Ditanggung Pemerintah Eks PMK
Nomor.../PMK.03/2020”
e) Laporan realisasi PPh final DPT di lampiri dengan surat setoran pajak atau cetakan
kode Biling harus disampaikan paling lambat 20 bulan berikutnya setelah masa pajak
berakhir

Sementara itu PPh UMKM di tanggung pemerintah adalah pemerintah menanggung PPh final
yang seharusnya di bayarkan oleh pelaku usaha UMKM yang peredaran brutonya di bawah 4,8 milyar
rupiah per tahun. Kebijakan pemberian insentif pajak penghasilan (PPh) final di tanggung pemerintah
(DPT) bagi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang awalnya sampai 30 September ini di
perpanjang sampai Desember 2020. Informasi yang akan diperoleh dari catatan otoritas pajak, saat ini
baru ada 201.000 usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang memanfaatkan insentif pajak
penghasilan ( PPh) final di tanggung pemerintah, kemungkinan pelaku UMKM masih belum
memahami kebijakan insentif pajak ini karena jumlah wajib pajak UMKM yang tercatat membayar
PPh final pada 2019 sebanyak 2,3 juta pelaku usaha, jadi dengan jumlah yang masih terbatas ini bisa
di katakan belum banyak UMKM yang memanfaatkan insentif pajak ini.

Pemerintah masih terus berupaya agar UMKM bisa lebih memahami manfaat intensif pajak
ini maka diperlukan kordinasi dan kolaborasi lintas sektoral dalam melakukan sosialisasi danedukasi,
sehingga bisa meningkatkan literasi perpajakan yang akhirnya bisa menggerakkan kembali
perekonomian di tengah mewabahnya Covid-19 di Indonesia. Untuk mendapatkan intensif PPh final
DPT, wajib pajak khususnya UMKM harus mengajukan surat keterangan sesuai dengan PKM
No.44/2020 di mana surat keterangan sebelum Menteri ini berlaku dengan mengajukan permohonan
kepada Direktur jendral pajak melalui saluran tertentu pada laman www.pajak.go.id setelah
mendapatkan surat keterangan, wajib pajak juga harus menyampaikan laporan realisasi pemanfaatan
insentif PPh final DPT paling lambat setiap tanggal 20 pada bulan berikutnya setelah berakhirnya
masa pajak. Surat keterangan harus dimiliki paling lambat sebelum penyampaian laporan realisasi.
Selain itu ketentuan ini harus segera dilakukan, tidak hanya kepada wajib pajak, akan tetapi juga
kepada warga pemotong PPh final yang melakukan transaksi dengan wajib pajak. Karena apabila hal
ini tidak atau terlambat diketahui, insentif PPh final DPT kurang termanfaatkan oleh wajib pajak.

Referensi:

https://anggaran.kemenkeu.go.id www.djkn.kememkeu.go.id

Anda mungkin juga menyukai