Anda di halaman 1dari 11

OLEH:

NI KADEK RESTINI
19011011
S1 MANAJEMEN

STIE SATYA DHARMA SINGARAJA


Strategi Kebijakan Fiskal Pemerintah Indonesia
dalam Menghadapi Dampak Pandemi COVID-19

1 Pendahuluan

2 Landasan Teori

3 Metodologi Penelitian

4 Hasil Penelitian

5 Kesimpulan
1 PENDAHULUAN

Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang cukup luas terhadap


kegiatan perekonomian yang dilakukan masyarakat maupun para pelaku
ekonomi khususnya di sektor pariwisata dan manufaktur. Selain itu
kondisi ini berdampak pada perputaran roda perekonomian di dalam
negeri maupun perekonomian secara global. Seiring dengan berjalannya
waktu, penyebaran Covid-19 mengalami peningkatan yang signifikan,
maka dari itu pemerintah menghimbau masyarakat untuk menjaga jarak
(social distancing) dan melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB). Selain itu peranan pemerintah dalam meningkatkan
pembangunan ekonomi serta memacu pertumbuhan ekonomi dilakukan
melalui kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Dengan adanya
kebijakan fiscal pemerintah dapat mempengaruhi tingkat pendapatan
nasional, kesempatan kerja, investasi nasional, dan distribusi
penghasilan nasional. Kebijakan fiscal dari sisi penerimaan dan
pengeluaran pemerintah sangat besar peranannya dalam
menanggulangi dampak Covid-19
1. Kebijakan Fiskal
Menurut Syamsi (1983), kebijakan fiskal adalah tindakan kebijaksanaan yang
dilakukan oleh pemerintah yang berkaitan dengan pendapatan dan
pengeluaran uang. Berdasarkan hasil penelitian (Surjaningsih, N., Utari, G. A.
D., & Trisnanto, B., 2012) bahwa dampak kebijakan fiskal terhadap output
dan inflasi adalah suatu kondisi kenaikan pengeluaran pemerintah
berdampak positif terhadap PDB, sementara kondisi kenaikan pajak
berdampak menurunkan PDB. Dalam pendekatan Keynes, kebijakan fiskal
dapat menggerakkan perekonomian karena peningkatan pengeluaran
pemerintah atau pemotongan pajak sebagai stimulus perekonomian.

2. Penerimaan Negara

Penerimaan negara terdiri dari penerimaan dalam negeri Pemerintah dan hibah.
Menurut Dumairy (1997) penerimaan perpajakan dalam negeri berupa: PPh, PPN
dan PPnBM, PBB, BPHTB, pajak lainnya, dan Cukai. Salah satu aspek penting
dalam meningkatkan penerimaan pajak yaitu pembaharuan system perpajakan
dengan terwujudnya keadilan dari pemungutan pajak. Menurut riedlaender (1984),
klasifikasi pajak menjadi dua golongan yaitu pajak langsung dan tidak langsung.
Selain itu menurut Damayanti, Theresian Woro dan Supramono (2005), fungsi
pajak ada dua yaitu fungsi penerimaan dan fungsi mengatur.
Menurut Sadono Sukirno (2013), pengeluaran pemerintah
adalah konsumsi barang dan jasa yang dilakukan pemerintah
serta pembiayaan yang dilakukan pemerintah untuk keperluan
administrasi pemerintah dan kegiatan-kegiatan pemerintah.
Pengeluaran pemerintah mempunyai dasar teori yang dapat
dilihat dari identitas keseimbangan pendapatan nasional yaitu
Y = c + I + G + (X-M). Selain itu teori pengeluaran pemerintah
juga dapat digolongkan menjadi 2 bagian yaitu teori makro
dan teori mikro. Menurut Boediono (1998), dalam teori
ekonomi makro pengeluaran pemerintah terdiri dari tiga pos
utama yaitu:
-Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa.
-Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai.
-Pengeluaran pemerintah untuk transfer payment
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Dimana pendekatan
kualitatif dilakukan untuk menghasilkan uraian yang mendalam
tentangucapan, tulisan, dan perilaku yang dapat diamati dari suatu
individu kelompok masyarakat, dan organisasi dalam suatu
konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandangan yang utuh,
komprehensif, dan holistik. Selain itu peneliti juga menggunakan
tipe penelitian deskriptif, dimana tipe tersebut digunakan untuk
menjelaskan suatu peristiwa yang operasionalisasinya berkisar
pada pengumpulan data, pengolahan data, dan penafsiran data
yang diberi makna secara rasional dengan tetap memegang
prinsip-prinsip logika sehingga terbentuk kesimpulan yang
holistik.
4 HASIL PENELITIAN

1. Kebijakan Fiskal Untuk Penerimaan Negara

Dari hasil penelitian, situasi dampak pandemi Covid-19 saat


ini sangat tidak menguntungkan untuk mencapai target
penerimaan pajak. Sehingga Menteri keuangan
mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 23
Tahun 2020 Tentang Insentif Pajak Untuk Wajib Pajak
Terdampak Wabah Covid-19, diantaranya:
a. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
b. PPh Pasal 22 Impor
c. Angsuran PPh Pasal 25
d. Restitusi Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Menurut Dhyaksa (2020) dalam menghadapi dampak pandemi covid-19,
Pemerintah mengambil beberapa kebijakan yaitu dukungan terhadap bidang
kesehatan, insentif bulanan tenaga medis, perlindungan sosial, tarif listrik,
menaikkan anggaran kartu pra kerja, pemulihan ekonomi, antisipasi defisit
APBN, naskah KUR dapat keringanan angsuran, bidang non fiskal, refocusing
dan relokasi belanja, dan menyiapkan Perpu.

Dari hasil penelitian pemerintah sudah 3 kali meluncurkan stimulus fiskal


(pengeluaran pemerintah yaitu
a. Pada bulan Februari pemerintah memberikan stimulus Rp 8,5 triliun untuk
memperkuat ekonomi dalam negeri melalui sector pariwisata
b. Pada pertengahan Maret, pemerintah meluncurkan stimulus senilai Rp22,5
triliun
c. Pada akhir Maret, pemerintah menetapkan pembatasan sosial berskala
besar (PSBB) untuk menangani penyebaran virus.

Selain itu langkah yang sebaiknya dilakukan pemerintah untuk efisiensi sisi
pengeluaran yaitu:
a. Penerbitan Surat Utang Dalam Angka Rupiah Untuk Menekan Pembayaran
Bunga
b. Tidak Terburu-Buru Dalam Menambah Supply Dollar AS
c. Melakukan Refocusing APBN 2020
d. Konsekuensi Hukum Terhadap Penyelewangan Dana Penanggulangan
Covid-19.
5 KESIMPULAN

Dalam menghadapi pandemi Covid-19, pemerintah menerapkan


kebijakan fiscal terhadap penerimaan dan pengeluaran negara untuk
menjaga pertumbuhan ekonomi maupun kestabilan perekonomian.
Dari sisi penerimaan, pemerintah harus memperhatikan pemberian
kontribusi penerimaan dari PPN dan PPh Badan yang selama ini
menjadi andalan pemerintah. Dari sisi pengeluaran, pemerintah harus
mampu memperhatikan realisasi penggunaan dana tersebut agar
tepat sasaran dan mengutamakan kegiatan prioritas pencegahan
pandemi Covid-19. Untuk menekan defisit anggaran terhadap
pembiayaan pemerintah dapat melakukan refocusing atau revisi
terhadap anggaran yang ada di APBN untuk dioptimalkan
penggunaannya selama masa pandemik Covid-19

Anda mungkin juga menyukai