Anda di halaman 1dari 20

Peran Pajak Dalam Menghadapi Ancaman Resesi Ekonomi Global Di Indonesia

Dicky Permana, Ema Mukarramah, La Wawan La Nera,


Bayu Maentra, Azizah nur Hanif
MEGISTER ILMU HUKUM
UNIVERSITAS JAYABAYA
2023
PENDAHULUAN
• Pandemi Covid-19 berdampak terhadap pertumbuhan
perekonomian negara
• Mengancam system keuangan yang ditunjukan dengan penuruan
berbagai aktivitas ekonomi domestic

• Dampak perang ukraina dan rusia yaitu salah satunya


pada sector ekonomi dan berujung pada rekrutrisasi
pergadangan internasional
• Sebagai penyumbang terbesar resesi ekonomi global
yang akan dipresidiksi terjadi pada tahun 2023
 Resesi global dipredisksi terjadi pada tahun 2023, juga mengancam
perekonomian di Indonesia.
 Kemrosotan ekonomi menyebabkan berkurangnya pajak dan penerimaan
bukan pajak bagi negara
 Pendapatan masyarakat yang turun, menyebabkan harga property lebih
rendah dan mengarah pada pengurangan beban pajak PPN (pajak
sebagai penyumbangb pendapatan negara)
PEMBAHASAN
Pada masa pademi COVID-19, terjadi pengurangan
APBN negara
• Undang-undang Nomor 2 Tahun 2019 anggaran
tahun 2020, pemerintah menganggarkan pendapatan
negara 2.233,2 Triliun
• Prepres 72 Tahun 2020, Pendapatan Negara direvisi
menjadi 1.699,9 triliun

Sumber penerimaan APBN berasal dari penerimaan negara yang


terdiri dari penerimaan dalam negara dan hibah.

Penerimaan dalam negeri, terdiri atas perpajakan, yaitu :


1) Pajak Penghasilan
2) Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasan (PPN) dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)
3) Pajak Bumi dan Bangunan
4) Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
5) Pajak Lainnya
6) Cukai
Sasaran pendapatan negara dua kali dipangkas dari APBN awal
menggapai Rp 532, 2 triliun, sementara itu perkiraan berbelanja
negara malah naik buat penuhi keperluan pengendalian Covid- 19
menggapai Rp 429, 9 triliun. Walaupun sasaran pendapatan negara
sudah dipangkas, realisasinya masih lebih kecil dari yang diharapkan.
Perihal itu menggambarkan terpukul yang terjadi sebab pendapatan
pajak yang turun serta insentif yang dikasihkan terhadap area
usaha
Strategi kebijakan fisikal untuk pengluaran
negara
Kebjiakan Fiiskal merupakan wewenang
pemerintah untuk menyesuaikan anggaran
pendapatan dan pengeluaran negara dengan
APBN dengan situasi terkini yang terjadi. Hal
tersebut dimaksudkan agara target
pembangunan yang telah ditetapkan sebelumnya
tetap dapat tercapai.
Kebijaka fisikal berdasarkan teori :
a. Kebijakan fisikal fungsional : kebijakan sebagai pertimbangan pemerintah untuk
menentukan pengeluaran dan penerimaan anggaran dengan menilai kemungkinan yang akan
terjajdi terhadap pendapatan nasional dan kesempatan kerja
b. kebijakan fiskal kontraktif/surplus: kebijakan yang mengatur jumlah pendapatan negara
harus lebih besar dari pengeluaran. Kebijakan kontraktif digunakan ketika negara
mengalami inflasi
c. Kebijakan fiskal ekspansif/defisit, yang merupakan kebalikan kebijakan fiskal kontraktif.
Kebijakan ini mengatur agar pengeluaran/belanja negara lebih besar dari pendapatan
negara. Kebijakan ekspansi menjadi salah satu strategi pemerintah ketika ekonomi negara
mengalami depresi.
d. kebijakan fiskal dinamis: kebijakan yang dimaksudkan untuk mengadakan pendapatan yang
dibutuhkan pemerintah seiring bertambahnya waktu
Kebijakan Fisikal dalam pengelolaan pengeluaran negara
• pengurangan subsidi bahan bakar minyak.
• Pada masa pandemi Covid-19 yaitu program pemullihan
ekonomi nasional (PEN)
• Pada masa pandemi Covid-19, pemerintah menerapkan
Refocusing APBN 2020 sebagai upaya efisiensi
pengeluaran negara
Strategi Kebijakan Fisikal Untuk Penerimaan
Negara
Pendapatan Negara pada tahun 2020 mengalami terkontraksi sebesar 15,96% atau
terendah dalam 10 tahun terakhir, hal tersebut dikarenakan terbatasnya aktivitas sosial
ekonomi masyarakat serta masifnya pemberian perpajakan dan PNBP untuk mendukung
penanganan Covid-19 dan akselerasi pemuliah ekonomi.

Kontribusi Penerimaan pajak bagi pendapatan negara


periode 2017-2021 rata-rata sebesar 78,56%, dan
PNBP rata-rata sebesar 20,18 %
2021
 Penerimaan PNBP tahun 2017-2021 rata-rata sebesar 13,53 %
pertahun
 Realisasi PNBP pada tahun 2021 mencapai Rp. 458,54 triliuan atau
153,76% daro target APBN 2021 sebesar Rp. 298,20 triliun

2022

triliun, yang bersumber dari Penerimaan SDA sebesar Rp121,95 triliun


atau 36,34 persen, PNBP KND sebesar Rp37,00 triliun atau 11,03
persen, PNBP Lainnya sebesar Rp97,81 triliun atau 29,15 persen, dan
PNBP BLU sebesar Rp78,80 triliun atau 23,48 persen. Realisasi PNBP
2022 sampai dengan triwulan I-2022 mencapai Rp99,10 triliun atau
29,54 persen
2023
Kebijakan pengelolaan PNBP tahun 2023
a) optimalisasi pemanfaatan SDA melalui penyempurnaan kebijakan,
perbaikan pengelolaan pemanfaatan SDA, dan peningkatan nilai
tambah, dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan;
b) optimalisasi dividen BUMN dengan mempertimbangkan faktor seperti
profitabilitas, kebutuhan pendanaan perusahaan, persepsi investor,
regulasi dan covenant, dan dengan mendorong perbaikan kinerja serta
efisiensi;
c) peningkatan inovasi dan kualitas layanan satuan kerja dan BLU dan
optimalisasi pengelolaan aset BMN; serta
d) penguatan tata kelola melalui peningkatan sinergi, perluasan
pemanfaatan teknologi dan informasi, dan peningkatan pengawasan dan
kepatuhan.
HIBAH
Hibah merupakan penerimaan negara yang diperoleh dari pemberi hibah yang tidak
perlu dibayar kembali, yang berasal dari dalam negeri atau luar negeri dalam bentuk
devisa, devisa yang dirupiahkan, Rupiah, barang, jasa dan/atau surat berharga.
Penerimaan hibah dalam negeri berasal dari lembaga keuangan dalam negeri, lembaga
non keuangan dalam negeri, pemerintah daerah, perusahaan asing yang melakukan
kegiatan di wilayah Indonesia, lembaga lainnya, dan perorangan. Sementara itu,
penerimaan hibah dari luar negeri berasal dari negara asing, lembaga di bawah PBB,
lembaga multilateral, lembaga keuangan asing dan non asing, lembaga keuangan
nasional yang berdomisili dan melakukan kegiatan usaha di luar wilayah Indonesia, dan
perorangan.
REALISASI HIBAH

Realisasi Hibah Tahun 2017-202,

 Tahun 2020 mencapai 18,3 triliun, berasal dari penerimaan Hibah dalam
negeri yang diberikan Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat terkait
penyelenggaraan pemilihan kepala daerah
 Realisasi Hibah 2021 sebesar Rp. 5,00 triliun atau lebih tinggi dari APBN
2021 Ro, 0,90 triliun
 Penerimaan Hibah 2022 diperkiarakan Rp. 0,58 trillium
Peran Pajak Dalam Ancaman Resesi Global Ekonomi

Menurut Blanchard (2020), dalam Darussalam (Darussalam, 2020), kebijakan fiskal


pemerintah di saat pandemi Covid-19 harus fokus pada tiga hal. Pertama, fokus pada
upaya menanggulangi aspek kesehatan masyarakat. Instrumen fiskal bagi sektor
kesehatan harus jadi perhatian dalam rangka mencegah penularan, memonitor,
perawatan, ketersediaan fasilitas, hingga riset pengobatan. Kedua, Instrumen fiskal
harus bertindak sebagai bantuan atau bantuan kepada mereka yang terkena dampak
resesi ekonomi. Setiap daerah atau kelompok penduduk yang kegiatan ekonominya
hancur karena endemik harus segera "diselamatkan". Ketiga, kebutuhan untuk
meningkatkan permintaan (agregat demamd). Ketersediaan permintaan di
masyarakat akan terus menjaga roda perekonomian tetap berputar.
Negara memberikan keringanan Pajak untuk menilai resiko resesi

Tujuan Keringanan Pajak:


1) Menjaga daya beli masyarakat
2) Mendistribusikan ruang arus kas perusahaan
3) Mengimbangi switching cost (biaya terkait perubahan negara
tujuan impor dan ekspor)
4) Administratif relaksai pajak
5) Dukungan sector pajak
peran pajak di masa pandemi, menurut Darusasalm, Managing Parter
DDTC

1. pergeseran paradigma perpajakan dari fungsi pemungutan (anggaran) ke fungsi


pengaturan (reguler). Ada kemauan untuk mengorbankan pendapatan pajak untuk
menstabilkan kerangka ekonomi
2. Menurut kutipan dari profesor hukum pajak Polandia Bogumil Brzezinski (2015),
desain hukum pajak harus tunduk pada tujuan ekonomi. Ini berarti bahwa undang-
undang perpajakan harus menyelaraskan dan mendukung kerangka politik dan
tujuan ekonomi. Dalam konteks Indonesia, hal itu ditunjukkan dengan prinsip
"santai dulu, mobilisasi nanti". Prinsip ini mengikuti dari perubahan posisi anggaran
dan kebijakan fiskal secara umum
peran pajak di masa pandemi, menurut Darusasalm, Managing Parter
DDTC

3. Menurut wakil direktur OECD Center for Tax Policy and Administration, Grace Pérez
Navarro, dikutip dari Tax Notes, pandemi sebenarnya harus digunakan sebagai momen
dan momen terbaik untuk strategi perpajakan baru, terutama pajak
4. pemberian insentif pajak selama pandemi rentan disalahgunakan dan tidak tepat
sasaran. Pasalnya, kebijakan cenderung dibuat dalam waktu yang relatif singkat dan
otoritas pajak wajib memantaunya selama masa pandemi.(OECD, 2020).
5. Pemberian insentif pajak , meski berpotensi meningkatkan belanja pajak, bukan
berarti tidak rasional. Adanya insentif pajak umumnya mencegah terjadinya PHK,
penutupan usaha, dan pertumbuhan sektor informal dalam perekonomian. Ini bisa
berarti hilangnya basis pajak negara secara permanen.
peran pajak di masa pandemi, menurut Darusasalm, Managing Parter
DDTC

6. Studi banding yang dilakukan DDTC Fiscal Research (per Agustus 2020)
menunjukkan langkah pemerintah sejalan dengan tren global. Sebagai
informasi, lebih dari 120 negara di dunia juga menggunakan instrumen fiskal
untuk mengantisipasi dampak Covid19
7. Pandemi harus dilihat sebagai momen solidaritas fiskal
Salah satu bentuk progresif

Penurunan tarif pajak badan, Pajak Penghasilan Pemerintah


(DTP) Definitif bagi UMKM, dan pembelakukan pajak
pejualan digital,

Noted pernurunan penerimaan pajak terjadi apabila perlambatan ekonomi dan peningkatan belanja
pajak.

Akibat wabah covid-19

Akibat wabah Covid19 ini susah diprediksi, namun analisa dini membuktikan akibat
kontraksi PDB kepada pendapatan pajak akan amat penting (OECD Tax Policy Reform
2020). Perihal ini pula diperkuat dengan pengalaman kritis sebelumnnya (2008) yang
membuktikan terdapatnya penyusutan tax ratio di dikala kritis serta tidak langsung
membaik apalagi di dikala ekonomi mulai membaik.
KESIMPULAN
• Resesi Ekonomi Global diperngaruhi oleh Covid-19, Perang Dunia Ukraina dan Rusia,
dan tingginya innflasi
• Resesi Global Berdampak Terhadap Penerimaan Pajak Nilai (PPN) menurun
• Terdapat 6 strategi untuk mencapai target penerimaan pajak yaitu :
1) Melakukan tren penigkatan pajak dengan menjaga efektivitas implementasi
Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan UU (HPP)
2) Penggalian potensi dengan ekstensifikasi dan intensifikasi untuk penguatan
basis perpajakan dan peningkatan kepatuan pajak
• Memberikan intensif fiskal atau dana yang bersumber pada APBN pada kegiatan
ekonomi strategis yang mempunyai multiplier effect yang kuat bagi perekonomian

Anda mungkin juga menyukai