PANDEMI COVID-19
*Fariq Irham Hudiya1, Pramesti Citra Wardhani1, Salma Tiara1, Dinda Rosyidah2, Ani Pinayani1
Universitas Pendidikan Indonesia1, Universitas Negeri Jakarta2
E-mail: *Fariqhudiya49@upi.edu
Abstrak
Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak yang besar di semua sektor, dampak
yang paling tertekan selain sektor Kesehatan yakni pada sektor ekonomi yang menjadi
salah satu permasalahan pemerintah. Pasalnya pemerintah perlu melakukan kebijakan
baru agar dapat menutupi defisit anggaran APBN yang selama pandemi ini sebagian
besar dialokasikan untuk kebutuhan darurat kesehatan dan sosial. Adanya defisit
tersebut mendorong pemerintah untuk melakukan beberapa kebijakan guna membiayai
dan memenuhi APBN, salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui utang sebagai
alternatif menutupi defisit tersebut. Dengan mengkaji berbagai sumber dan data yang
relevan melalui metode kajian literatur penulis berusaha merangkum dan menganalisis
bagaimana kebijakan pembiayaan defisit anggaran selama pandemi Covid-19 berjalan
dengan efektif.
Kata kunci: Pandemi Covid-19, Defisit Anggaran, Utang
I. PENDAHULUAN
Dalam suatu negara tentunya memiliki pengeluaran. Pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan rakyat dan
negaranya. Dalam website dpr.go.id Pembiayaan Dalam Negeri adalah semua penerimaan pembiayaan yang
berasal dari perbankan dan nonperbankan dalam negeri, yang terdiri atas penerimaan cicilan pengembalian
penerusan pinjaman, saldo anggaran lebih, hasil pengelolaan aset, penerbitan surat berharga negara neto,
pinjaman dalam negeri neto, dikurangi dengan pengeluaran pembiayaan, yang meliputi alokasi untuk,
penyertaan modal negara, dana bergulir, kewajiban yang timbul akibat penjaminan Pemerintah, dan cadangan
pembiayaan untuk dana pengembangan pendidikan nasional. Biaya yang dikeluarkan untuk pengeluaran
tersebut diatur dalam APBN.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan rencana keuangan tahunan Pemerintah
Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang
memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari – 31 Desember).
Di masa pandemi covid-19 ini APBN mangalami defisit. Pandemi ini membuat masyarakat diharuskan
melakukan segala kegiatan dari rumah termasuk pendidikan seperti sekolah harus dilakukan secara daring dan
semua pusat perbelanjaan ditutup membuat pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan. Untuk
mengembalikannya bisa dilakukan dengan berbagai cara yang salah satunya dengan memperbanyak umkm
agar kegiatan jual beli tetap berjalan untuk meningkatkan kembali penerimaan negara.
Menurunnya penerimaan negara dan meroketnya kebutuhan belanja untuk penanganan krisis mengakibatkan
pemerintah mengambil opsi kebijakan fiskal counter-cyclical. Kebijakan counter-cyclical bertujuan untuk
mendorong permintaan agregat dan aktivitas ekonomi yang menyerap tenaga kerja dalam rangka memperbaiki
kondisi perekonomian. Implikasi dari kebijakan counter-cyclical adalah defisit APBN yang bertambah besar
dan semakin sempitnya ruang fiskal. Melebarnya defisit APBN ini perlu didukung oleh pembiayaan, di tengah
menurunnya realisasi penerimaan negara.
Defisit tahun 2020 diperkirakan pada awal tahun berada di kisaran 1,76 % PDB. Dengan adanya pandemi,
Pemerintah menetapkan pelebaran defisit lebih dari 3% menjadi 5,07% dari Produk Domestik Bruto (PDB)
berdasarkan Perpres No. 54 tahun 2020 dan meningkat lagi menjadi 6,34% PDB berdasarkan Perpres No. 72
tahun 2020. Membengkaknya angka defisit telah membuat pemerintah menyusun strategi pembiayaan
yang prudent dan tata kelola pengelolaan keuangan yang baik (Siallagan, 2020).
1
Utang mendominasi sumber pembiayaan pemerintah. utang itu alat ungkit (leverage), utang akan bermanfaat
apabila dikelola dengan baik. Sebagai salah satu sumber pembiayaan dalam menutupi defisit akibat pandemi
covid-19, utang menjadi salah satu pilihan untuk meredam dampak krisis dan membantu pemerintah untuk
keluar dari resesi. Dalam jangka pendek, utang publik sudah dapat mendorong permintaan agregat yang
diperlukan saat krisis yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Instrumen utang yang digunakan
pemerintah berupa Surat Berharga Negara (SBN) dan Pinjaman. SBN terdiri dari Surat Utang Negara (SUN)
dan Surat Berharga Syariah Negara (SBBN). Penerbitan SBN memberikan berbagai manfaat bagi pemerintah.
B. Utang Pemerintah
Negara-negara berkembang selalu menghadapi masalah klasik dalam pelaksanaan pembangunan, yaitu sumber
dana yang terbatas untuk membiayai pembangunan negara tersebut. Untuk mengatasi hal ini, salah satu
alternatif yang ditempuh oleh negara berkembang ialah dengan melakukan utang. Tujuan pemerintah
melakukan utang (baik yang berasal dari luar negeri maupun dalam negeri) ialah untuk mengatasi
permasalahan yang disebabkan karena keterbatasan devisa, meningkatkan tabungan domestik, kebutuhan akan
bantuan teknis, serta untuk membiayai defisit anggaran (Rizky, 2008)
Todaro dan Smith (2015) menyatakan bahwa alasan munculnya bantuan dari suatu negara ke negara lain, dapat
dilihat dari dua sudut pandang, yaitu dari sudut pandang negara donor berupa motivasi politik dan ekonomi,
serta dari sudut pandang negara penerimaan bantuan yakni untuk memenuhi kebutuhan pembangunan.
C. Pembiayaan Anggaran
Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang
dalam pengangguran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus
anggaran. Dengan kata lain pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang
telah direncanakan. Berikut ini sumber-sumber dari pembiayaan anggaran:
1) Pembiayaan Investasi
Pembiayaan investasi adalah pembiayaan untuk pengadaan barang-barang modal beserta jasa yang diperlukan
untuk aktivitas usaha/investasi, rehabilitasi, modernisasi, ekspansi atau relokasi tempat usaha/investasi yang
diberikan kepada debitur dalam jangka waktu lebih dari 2 tahun.
2
2) Kewajiban Penjaminan
Kewajiban penjaminan adalah kewajiban yang menjadi beban pemerintah akibat pemberian jaminan kepada
BUMN dan/atau BUMD dalam hal BUMN dan/atau BUMD dimaksud tidak dapat membayarkan
kewajibannya kepada kreditor sesuai perjanjian pinjaman. (Pasal 1 Angka 38 UU Nomor 47 Tahun 2009
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun anggaran 2010).
3) Pembiayaan Utang
Pembiayaan dengan utang adalah cara mendapatkan uang atau modal dalam menjalankan atau melakukan
sesuatu dengan berhutang. Salah satu caranya adalah dengan menerbitkan surat utang atau obligasi. Cara lain
yang juga tak kalah terkenal adalh dengan tagihan,pinjaman bank, dan wesel. Pembiayaan dengan utang
dikenal juga dengan istilah debt financing.
4) Pemberian Pinjaman
Pinjaman adalah sejumlah dana yang diberikan dengan jaminan atau tanpa jaminan dan berstatus sebagai
hutang, dimana orang tersebut wajib mengembalikannya dengan atau tanpa bunga dalam jangka waktu tertentu.
Dalam Undang-undang No.10 Tahun 1998 juga disebutkan pengertian dari pinjaman. Pinjaman adalah suatu
penyediaan uang atau yang bisa disamakan dengan tagihan, berdasarkan kesepakatan atau persetujuan pinjam-
meminjam antara bank dan pihak lain, dimana pihak peminjam wajib membayarkan hutangnya secara lunas
selama jangka waktu yang ditetapkan dengan pemberian bunga. Dalam hal ini pemberian pinjaman diberikan
kepada BUMN Pemda.
D. APBN
Menurut UU Nomor 17 Tahun 2003 “APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap
tahun dengan undang-undang. APBN terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan.”
Halim & Kusufi (2014) mengungkapkan bahwa APBN merupakan kekayaan negara yang dikelola langsung
dan termasuk dalam pengurusan umum/administratif. Fungsi anggaran antara lain: kebijakan yang telah
disahkan dan digunakan dapat dikontrol masyarakat mengenai apakah hal tersebut sesuai dengan peraturan
yang berlaku atau tidak dan anggaran dapat digunakan atau dijadikan bahan utama dalam pengelolaan
kekayaan negara.
Tujuan penyusunan APBN adalah sebagai pedoman pengeluaran dan penerimaan negara agar terjadi
keseimbangan yang dinamis dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan kenegaraan demi tercapainya
peningkatan produksi, peningkatan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta pada
akhirnya ditujukan untuk tercapainya masyarakat adil dan makmur material maupun spiritual berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
Fungsi APBN menurut Undang-Undang No. 17 tahun 2003, yaitu sebagai berikut: 1) fungsi otoritas, arti bahwa
anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanda pada tahun yang bersangkutan;
2) fungsi perencanaan, arti bahwa negara dapat menjadi pedoman untuk merencanakan kegiatan pada tahun
tersebut, 3) fungsi pengawasan, arti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan; 4) fungsi alokasi, berarti
bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian; 5) fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran
negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan, dan; 6) fungsi stabilitas, berarti bahwa anggaran
pemerintah telah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian.
III. METODE
Dalam penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah literatur review. Literatur review (kajian literatur)
adalah sebuah metode yang sistematis, eksplisit dan reprodusibel untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan
sintesis terhadap karya-karya hasil penelitian dan hasil pemikiran yang sudah dihasilkan oleh para peneliti dan
praktisi. Literatur review bertujuan untuk membuat analisis dan sintesis terhadap pengetahuan yang sudah ada
terkait topik yang akan diteliti untuk menemukan ruang kosong bagi penelitian yang akan dilakukan. Dengan
metode tersebut penulis memanfaatkan berbagai jurnal dan data dari berbagai sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan dan dijadikan sebagai acuan atau bahasan kajian pada penelitian yang dilakukan oleh
penulis.
3
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Anggaran Negara pada Masa Covid-19
Fenomena penyebaran pandemi Covid-19 di Indonesia memiliki dampak pada banyak aspek, antara lain aspek
sosial dan ekonomi. Kerugian ekonomi secara nasional sangat mempengaruhi APBN. Pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada 2020 semula diperkirakan sebesar 5,3%, Namun angka ini terkoreksi sebagai dampak pandemi
Covid-19. (Hadiwardoyo, 2020) Ditinjau dari aspek ekonomi makro, adanya pandemi Covid-19 memberikan
dampak besar terhadap kondisi keuangan negara Indonesia. Salah satu analisis misalnya, menyebutkan bahwa
dampak tersebut adalah potensi defisit APBN 2020 yang diprediksikan dapat mencapai Rp1.028,50 triliun atau
6,72% dari produk domestik bruto (PDB), tekanan terhadap APBN 2020 terus meningkat, karena pemerintah
sebelumnya telah melebarkan defisit APBN 2020 dari 1,76% menjadi 5,07% terhadap PDB atau mencapai
Rp852,94 triliun (Lampiran Perpres No. 54 Tahun 2020). (Bahtiar & Hariyadi, 2020)
Gambar 1. Imbas Covid-19, Defisit APBN 2020 Melebar 5,07% dari PDB
5
Menurut analisis penulis, yang perlu diperhatikan dalam pembiayaan defisit anggaran APBN 2020 adalah
batasan dalam porsi dari ke-5 opsi diatas, sebab diketahui bahwa pada tahun 2019, posisi utang luar negeri
pemerintah telah mencapai USD199,90 miliar bersumber pinjaman sebesar USD54,40 miliar dan surat utang
sebesar USD145,50 miliar. Dari hal tersebut, berimbas pada besarnya cicilan utang pokok dan bunga utang
tentu memberikan tekanan pembiayaan anggaran. Data Bank Indonesia menunjukkan bahwa pada tahun 2019,
pembayaran utang luar negeri pemerintah mencapai USD14,60 miliar terdiri atas utang pokok sebesar
USD10,10 miliar dan bunga USD4,40 juta. Disamping itu, melakukan pinjaman luar negeri besar-besaran
disaat kondisi pandemi dan negara lain pun sama terdampak akan sedikit menjadi sensitif dari sisi politik.
Analisis lain yang penulis amati juga adalah pembiayaan defisit anggaran APBN 2020 melalui penerbitan SBN
yang diketahui mencapai Rp1.485,60 triliun. Adapun kebutuhan penerbitan SBN pada Juni hingga Desember
2020 diperkirakan mencapai Rp990 triliun. Hal tersebut perlu diperhatikan bahwa semakin banyaknya SBN
juga merupakan utang yang perlu dibayar, kendati demikian pemerintah perlu menyiapkan strategi kedepannya
untuk melunasi surat utang negara tersebut.
Dampak pandemi Covid-19 pada perekonomian terutama APBN 2020 masih akan terus menekan kapasitas
fiskal pemerintah. Upaya mitigasi yang memadai perlu didukung dengan pengambilan keputusan secara tepat.
Dengan demikian, dampak negatif pada sektor ekonomi dan keuangan negara dapat dikelola. Dalam hal ini,
pemerintah perlu memantapkan strategi dalam penyusunan pembiayaan defisit anggaran APBN dan
menetapkan skala prioritas dalam alokasi dana yang digunakan agar efektif dan efisien, melakukan selektif dan
kehati-hatian dalam melakukan kebijakan utang juga perlu diperhatikan oleh pemerintah negara Indonesia
dalam menyikapi pembiaayan defisit anggaran APBN 2020 di masa pandemi Covid-19, perlu diperhatikan
biaya saat melakukan pinjaman (biaya ini terkait dengan besaran atau nominal, biaya lainnya, frekuensi
pembayaran, dan tentunya tingkat bunga dari pinjaman atau utang) dan diperhitungkan sedemikian rupa agar
tetap dalam keadaan wajar dan tidak menjadi masalah besar di masa yang akan datang. Selain itu pemerintah
dapat juga memanfaatkan potensi lainnya yang sekiranya dapat membantu untuk menambah pendapatan negara
sekaligus menutup utang negara, baik dari dengan cara pemaksimalan pajak dengan baik dan batas wajar.
Sehingga apabila pajak tersebut dapat dimobilisasi dengan baik dapat membantu perekonomian Indonesia.
Disamping itu perlu diperhatikan juga terkait efektivitas pembelanjaan negara dari APBN tersebut, apakah
digunakan dengan cukup efektif dan efisien dalam memenuhi segala kebutuhan negara di masa Pandemi
Covid-19 saat ini atau tidak.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dan kajian sebelumnya dapat disimpulkna bahwa dampak pandemi covid-19
terhadap sektor ekonomi cukup besar ditandai dengan adanya defisit anggaran APBN di tahun 2020,
pemerintah telah berupaya untuk menutupi defisit tersebut dengan melakukan utang baik dalam bentuk
pinjaman luar negeri maupun menghimpun melalui penjualan surat utang nasional (SUN) dan dengan berbagai
pertimbangan pemerintah hendaknya terus memperhatikan belanja modal, baik dari segi kuantitas maupun
kualitas. Selain itu pemanfaatan serta pengalokasian APBN di masa pandemi covid-19 ini harus tepat dan
efektif agar pemerintah saat ini tidak lagi perlu menutup defisit anggaran yang semakin membengkak selama
masa pandemi covid-19 saat ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, K. (2014). Analisis Dampak Defisit Anggaran terhadap Ekonomi Makro di Indonesia. Jejaring
Administrasi Publik, 588-602. Retrieved from http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
admp73df7f120efull.pdf
Bahtiar, R. A., & Hariyadi. (2020). Tekanan Anggaran Negara Dalam Penanggulangan Dampak Covid-19.
Ekonomi Dan Kebijakan Publik, XII(12), 19–24.
Feranika, A., & Haryati, D. (2020). Strategi Kebijakan Fiskal Terhadap Output dan Inflasi pada Perekonomian
Indonesia dalam Menghadapi Dampak Virus Covid 19. Business Innovation and Entrepreneurship
Journal, 2(3), 146–152. https://doi.org/10.35899/biej.v2i3.154
Hadiwardoyo, W. (2020). Kerugian Ekonomi Nasional Akibat Pandemi Covid-19. Baskara: Journal of
Business and Entrepreneurship, 2(2), 83–92. https://doi.org/10.24853/baskara.2.2.83-92
Hasan, M. (2020). Desk Study Menyelisik Anggaran Penanganan Covid-19 dan Upaya Pencegahan
Korupsinya. 1, 7–8.
Katadata.co.id. (2020). Imbas Covid-19, Defisit APBN 2020 Melebar 5,07% dari PDB. Katadata.Co.Id.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/04/07/imbas-covid-19-defisit-apbn-2020-melebar-
507-dari-pdb
6
Kemenkeu.go.id. (2020). PERUBAHAN POSTUR DAN RINCIAN APBN 2020 DI MASA PANDEMI
COVID-19. Kemenkeu.Go.Id. https://anggaran.kemenkeu.go.id/in/post/perubahan-postur-dan-rincian-
apbn-2020-di-masa-pandemi-covid-19
Kementerian Keuangan RI. (2020). APBN Kita-Juni 2020. Kemenkeu.Go.Id, April, 82.
https://www.kemenkeu.go.id/media/14243/apbn-kita-januari-2020.pdf
Pen.kemenkeu.go.id. (2020). No Title. Pen.Kemenkeu.Go.Id.
https://pen.kemenkeu.go.id/in/page/tantangancovid
Rizky, Majidi, A. (2008). Utang Pemerintah Mencekik Rakyat. E. Publishing Company.
Siallagan, W. A. (2020, Juli 24). Strategi Pembiayaan Pemerintah Atasi Defisit Pandemi COVID-19. Retrieved
from Kemenkeu.go.id: https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel-dan-opini/strategi-pembiayaan-
pemerintah-atasi-defisit-pandemi-covid-19/
Silalahi, D. E., & Ginting, R. R. (2020). Strategi Kebijakan Fiskal Pemerintah Indonesia Untuk Mengatur
Penerimaan dan Pengeluaran Negara Dalam Menghadapi Pandemi Covid-19. Jesya (Jurnal Ekonomi &
Ekonomi Syariah), 3(2), 156–167. https://doi.org/10.36778/jesya.v3i2.193
Urul, M. B. (2021, Agustus). Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota Provinsi di
Sumatera Selatan. Journal Management, Business, and Accounting, Vol. 20, No. 2, 111-121. Retrieved
from https://journal.binadarma.ac.id/index.php/mbia/article/view/1383/772
Waryanto, P. (2017). PENGARUH BELANJA MODAL TERHADAP PERTUMUBUHAN EKONOMI DI
INDONESIA. JURNAL PEMBENDAHARAAN, KEUANGAN NEGARA DAN KEBIJAKAN PUBLIK,
2(1), 35-55.
Yosepha Pusparisa. (2020). Penanggulangan Covid-19, Pemerintah Tambah Pembiayaan Utang.
Katadata.Co.Id. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/04/16/pemerintah-tambah-utang-
tanggulangi-covid-19