Anda di halaman 1dari 7

PEMBIYAAN DEFISIT ANGGARAN APBN SELAMA MASA

PANDEMI COVID-19

*Fariq Irham Hudiya1, Pramesti Citra Wardhani1, Salma Tiara1, Dinda Rosyidah2, Ani Pinayani1
Universitas Pendidikan Indonesia1, Universitas Negeri Jakarta2
E-mail: *Fariqhudiya49@upi.edu

Abstrak
Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak yang besar di semua sektor, dampak
yang paling tertekan selain sektor Kesehatan yakni pada sektor ekonomi yang menjadi
salah satu permasalahan pemerintah. Pasalnya pemerintah perlu melakukan kebijakan
baru agar dapat menutupi defisit anggaran APBN yang selama pandemi ini sebagian
besar dialokasikan untuk kebutuhan darurat kesehatan dan sosial. Adanya defisit
tersebut mendorong pemerintah untuk melakukan beberapa kebijakan guna membiayai
dan memenuhi APBN, salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui utang sebagai
alternatif menutupi defisit tersebut. Dengan mengkaji berbagai sumber dan data yang
relevan melalui metode kajian literatur penulis berusaha merangkum dan menganalisis
bagaimana kebijakan pembiayaan defisit anggaran selama pandemi Covid-19 berjalan
dengan efektif.
Kata kunci: Pandemi Covid-19, Defisit Anggaran, Utang

I. PENDAHULUAN
Dalam suatu negara tentunya memiliki pengeluaran. Pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan rakyat dan
negaranya. Dalam website dpr.go.id Pembiayaan Dalam Negeri adalah semua penerimaan pembiayaan yang
berasal dari perbankan dan nonperbankan dalam negeri, yang terdiri atas penerimaan cicilan pengembalian
penerusan pinjaman, saldo anggaran lebih, hasil pengelolaan aset, penerbitan surat berharga negara neto,
pinjaman dalam negeri neto, dikurangi dengan pengeluaran pembiayaan, yang meliputi alokasi untuk,
penyertaan modal negara, dana bergulir, kewajiban yang timbul akibat penjaminan Pemerintah, dan cadangan
pembiayaan untuk dana pengembangan pendidikan nasional. Biaya yang dikeluarkan untuk pengeluaran
tersebut diatur dalam APBN.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan rencana keuangan tahunan Pemerintah
Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang
memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari – 31 Desember).
Di masa pandemi covid-19 ini APBN mangalami defisit. Pandemi ini membuat masyarakat diharuskan
melakukan segala kegiatan dari rumah termasuk pendidikan seperti sekolah harus dilakukan secara daring dan
semua pusat perbelanjaan ditutup membuat pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan. Untuk
mengembalikannya bisa dilakukan dengan berbagai cara yang salah satunya dengan memperbanyak umkm
agar kegiatan jual beli tetap berjalan untuk meningkatkan kembali penerimaan negara.
Menurunnya penerimaan negara dan meroketnya kebutuhan belanja untuk penanganan krisis mengakibatkan
pemerintah mengambil opsi kebijakan fiskal counter-cyclical. Kebijakan counter-cyclical bertujuan untuk
mendorong permintaan agregat dan aktivitas ekonomi yang menyerap tenaga kerja dalam rangka memperbaiki
kondisi perekonomian. Implikasi dari kebijakan counter-cyclical adalah defisit APBN yang bertambah besar
dan semakin sempitnya ruang fiskal. Melebarnya defisit APBN ini perlu didukung oleh pembiayaan, di tengah
menurunnya realisasi penerimaan negara.
Defisit tahun 2020 diperkirakan pada awal tahun berada di kisaran 1,76 % PDB. Dengan adanya pandemi,
Pemerintah menetapkan pelebaran defisit lebih dari 3% menjadi 5,07% dari Produk Domestik Bruto (PDB)
berdasarkan Perpres No. 54 tahun 2020 dan meningkat lagi menjadi 6,34% PDB berdasarkan Perpres No. 72
tahun 2020. Membengkaknya angka defisit telah membuat pemerintah menyusun strategi pembiayaan
yang prudent dan tata kelola pengelolaan keuangan yang baik (Siallagan, 2020).

1
Utang mendominasi sumber pembiayaan pemerintah. utang itu alat ungkit (leverage), utang akan bermanfaat
apabila dikelola dengan baik. Sebagai salah satu sumber pembiayaan dalam menutupi defisit akibat pandemi
covid-19, utang menjadi salah satu pilihan untuk meredam dampak krisis dan membantu pemerintah untuk
keluar dari resesi. Dalam jangka pendek, utang publik sudah dapat mendorong permintaan agregat yang
diperlukan saat krisis yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Instrumen utang yang digunakan
pemerintah berupa Surat Berharga Negara (SBN) dan Pinjaman. SBN terdiri dari Surat Utang Negara (SUN)
dan Surat Berharga Syariah Negara (SBBN). Penerbitan SBN memberikan berbagai manfaat bagi pemerintah.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Defisit Anggaran
Defisit anggaran adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar dari pemasukan negara
guna memberi stimulus. Defisit anggaran negara adalah selisih antara penerimaan negara dan pengeluarannya
yang cenderung negatif, artinya bahwa pengeluaran negara lebih besar dari penerimaannya. Para ahli ekonomi
cenderung menghitung defisit anggaran negara itu bukan dari angka absolut, tetapi mengukur dari rasio defisit
anggaran negara terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Defisit anggaran adalah kegiatan perekonomian yang dilakukan oleh sebuah pemerintah yang senantiasa
berhadapan dengan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Defisit anggaran dapat terjadi oleh
suatu pengeluaran apabila pengeluaran yang berlebihan daripada penerimaan. Anggaran defisit ini ditutup
dengan cara salah satunya utang luar negeri atau menggunakan sisa lebih penggunaan anggaran pada tahun
sebelumnya. (Urul, 2021)
Defisit anggaran adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar dari pemasukan negara
guna memberi stimulus pada perekonomian (Anwar, 2014). Suatu anggaran pemerintah terdiri dari besaran
pengeluaran dan penerimaan pemerintah. Dalam kondisi perekonomian tertentu, salah satu kebijakan yang
dapat dilakukan pemerintah adalah melalui kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal anggaran defisit adalah kebijakan
fiskal yang dikeluarkan oleh pemerintah dengan cara mengendalikan pembelanjaan pemerintah (pengeluaran)
lebih besar daripada pendapatan pemerintah (penerimaan). Peningkatan jumlah anggaran yang digunakan
untuk pembelanjaan (pengeluaran) yang tidak sebanding dengan pendapatan negara, akan menyebabkan negara
tersebut mengalami kekurangan (defisit).
Defisit anggaran dibiayai dari utang karena dianggap lebih baik daripada meningkatkan tarif pemungutan pajak
kepada masyarakat. Menurut Barro (1989), terdapat enam faktor yang mempengaruhi defisit anggaran suatu
negara, yaitu: 1) pertumbuhan ekonomi; 2) pemerataan pendapatan masyarakat; 3) pelemahan nilai tukar; 4)
krisis ekonomi; 5) penyimpangan antara rencana dan realisasi; dan 6) inflasi.

B. Utang Pemerintah
Negara-negara berkembang selalu menghadapi masalah klasik dalam pelaksanaan pembangunan, yaitu sumber
dana yang terbatas untuk membiayai pembangunan negara tersebut. Untuk mengatasi hal ini, salah satu
alternatif yang ditempuh oleh negara berkembang ialah dengan melakukan utang. Tujuan pemerintah
melakukan utang (baik yang berasal dari luar negeri maupun dalam negeri) ialah untuk mengatasi
permasalahan yang disebabkan karena keterbatasan devisa, meningkatkan tabungan domestik, kebutuhan akan
bantuan teknis, serta untuk membiayai defisit anggaran (Rizky, 2008)
Todaro dan Smith (2015) menyatakan bahwa alasan munculnya bantuan dari suatu negara ke negara lain, dapat
dilihat dari dua sudut pandang, yaitu dari sudut pandang negara donor berupa motivasi politik dan ekonomi,
serta dari sudut pandang negara penerimaan bantuan yakni untuk memenuhi kebutuhan pembangunan.

C. Pembiayaan Anggaran
Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang
dalam pengangguran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus
anggaran. Dengan kata lain pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang
telah direncanakan. Berikut ini sumber-sumber dari pembiayaan anggaran:
1) Pembiayaan Investasi
Pembiayaan investasi adalah pembiayaan untuk pengadaan barang-barang modal beserta jasa yang diperlukan
untuk aktivitas usaha/investasi, rehabilitasi, modernisasi, ekspansi atau relokasi tempat usaha/investasi yang
diberikan kepada debitur dalam jangka waktu lebih dari 2 tahun.

2
2) Kewajiban Penjaminan
Kewajiban penjaminan adalah kewajiban yang menjadi beban pemerintah akibat pemberian jaminan kepada
BUMN dan/atau BUMD dalam hal BUMN dan/atau BUMD dimaksud tidak dapat membayarkan
kewajibannya kepada kreditor sesuai perjanjian pinjaman. (Pasal 1 Angka 38 UU Nomor 47 Tahun 2009
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun anggaran 2010).
3) Pembiayaan Utang
Pembiayaan dengan utang adalah cara mendapatkan uang atau modal dalam menjalankan atau melakukan
sesuatu dengan berhutang. Salah satu caranya adalah dengan menerbitkan surat utang atau obligasi. Cara lain
yang juga tak kalah terkenal adalh dengan tagihan,pinjaman bank, dan wesel. Pembiayaan dengan utang
dikenal juga dengan istilah debt financing.
4) Pemberian Pinjaman
Pinjaman adalah sejumlah dana yang diberikan dengan jaminan atau tanpa jaminan dan berstatus sebagai
hutang, dimana orang tersebut wajib mengembalikannya dengan atau tanpa bunga dalam jangka waktu tertentu.
Dalam Undang-undang No.10 Tahun 1998 juga disebutkan pengertian dari pinjaman. Pinjaman adalah suatu
penyediaan uang atau yang bisa disamakan dengan tagihan, berdasarkan kesepakatan atau persetujuan pinjam-
meminjam antara bank dan pihak lain, dimana pihak peminjam wajib membayarkan hutangnya secara lunas
selama jangka waktu yang ditetapkan dengan pemberian bunga. Dalam hal ini pemberian pinjaman diberikan
kepada BUMN Pemda.

D. APBN
Menurut UU Nomor 17 Tahun 2003 “APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap
tahun dengan undang-undang. APBN terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan.”
Halim & Kusufi (2014) mengungkapkan bahwa APBN merupakan kekayaan negara yang dikelola langsung
dan termasuk dalam pengurusan umum/administratif. Fungsi anggaran antara lain: kebijakan yang telah
disahkan dan digunakan dapat dikontrol masyarakat mengenai apakah hal tersebut sesuai dengan peraturan
yang berlaku atau tidak dan anggaran dapat digunakan atau dijadikan bahan utama dalam pengelolaan
kekayaan negara.
Tujuan penyusunan APBN adalah sebagai pedoman pengeluaran dan penerimaan negara agar terjadi
keseimbangan yang dinamis dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan kenegaraan demi tercapainya
peningkatan produksi, peningkatan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta pada
akhirnya ditujukan untuk tercapainya masyarakat adil dan makmur material maupun spiritual berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
Fungsi APBN menurut Undang-Undang No. 17 tahun 2003, yaitu sebagai berikut: 1) fungsi otoritas, arti bahwa
anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanda pada tahun yang bersangkutan;
2) fungsi perencanaan, arti bahwa negara dapat menjadi pedoman untuk merencanakan kegiatan pada tahun
tersebut, 3) fungsi pengawasan, arti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan; 4) fungsi alokasi, berarti
bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian; 5) fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran
negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan, dan; 6) fungsi stabilitas, berarti bahwa anggaran
pemerintah telah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian.

III. METODE
Dalam penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah literatur review. Literatur review (kajian literatur)
adalah sebuah metode yang sistematis, eksplisit dan reprodusibel untuk melakukan identifikasi, evaluasi dan
sintesis terhadap karya-karya hasil penelitian dan hasil pemikiran yang sudah dihasilkan oleh para peneliti dan
praktisi. Literatur review bertujuan untuk membuat analisis dan sintesis terhadap pengetahuan yang sudah ada
terkait topik yang akan diteliti untuk menemukan ruang kosong bagi penelitian yang akan dilakukan. Dengan
metode tersebut penulis memanfaatkan berbagai jurnal dan data dari berbagai sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan dan dijadikan sebagai acuan atau bahasan kajian pada penelitian yang dilakukan oleh
penulis.
3
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Anggaran Negara pada Masa Covid-19
Fenomena penyebaran pandemi Covid-19 di Indonesia memiliki dampak pada banyak aspek, antara lain aspek
sosial dan ekonomi. Kerugian ekonomi secara nasional sangat mempengaruhi APBN. Pertumbuhan ekonomi
Indonesia pada 2020 semula diperkirakan sebesar 5,3%, Namun angka ini terkoreksi sebagai dampak pandemi
Covid-19. (Hadiwardoyo, 2020) Ditinjau dari aspek ekonomi makro, adanya pandemi Covid-19 memberikan
dampak besar terhadap kondisi keuangan negara Indonesia. Salah satu analisis misalnya, menyebutkan bahwa
dampak tersebut adalah potensi defisit APBN 2020 yang diprediksikan dapat mencapai Rp1.028,50 triliun atau
6,72% dari produk domestik bruto (PDB), tekanan terhadap APBN 2020 terus meningkat, karena pemerintah
sebelumnya telah melebarkan defisit APBN 2020 dari 1,76% menjadi 5,07% terhadap PDB atau mencapai
Rp852,94 triliun (Lampiran Perpres No. 54 Tahun 2020). (Bahtiar & Hariyadi, 2020)
Gambar 1. Imbas Covid-19, Defisit APBN 2020 Melebar 5,07% dari PDB

Sumber : (Katadata.co.id, 2020)


Sri Mulyani menjelaskan, pelebaran defisit APBN 2020 dikarenakan kebutuhan dana penanggulangan Covid-
19 yang terus membengkak. Secara lebih rinci, pendapatan negara di tahun ini diperkiraan menurun dari
perkiraan pemerintah dari Rp2.233,20 triliun menjadi Rp1.760,88 triliun. Penerimaan perpajakan menjadi
hanya Rp1.462,63 triliun dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) menjadi Rp297,75 triliun. Sementara
belanja negara akan meningkat menjadi Rp2.613,82 triliun, dari sebelumnya hanya Rp2.540,42 triliun. Belanja
pemerintah menjadi Rp1.851,10 triliun, namun Transfer ke Daerah dan Dana Desa turun menjadi Rp762,72
triliun, dari sebelumnya Rp 856,94 triliun (Perpres No. 54 Tahun 2020 tentang Perubahan Postur dan Rincian
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2020). Realisasi pendapatan negara hingga akhir
Mei sebesar Rp664,3 triliun atau 37,7 persen dari target APBN yang telah mengalami perubahan melalui
Perpres No. 54 tahun 2020 menjadi sebesar Rp1.760,9 triliun. (Kemenkeu.go.id, 2020)
Tabel 1. Perubahan Postur APBN (Perpres 54 Tahun 2020)

Sumber : (Pen.kemenkeu.go.id, 2020)


4
B. Alokasi Anggaran Penanganan Covid-19
Dengan kondisi APBN 2020 sebagaimana dijelaskan di atas, pemerintah dituntut untuk secara cepat
mengantisipasi memburuknya situasi kesehatan, potensi gejolak sosial, dan keterpurukan ekonomi secara
nasional. (Hasan, 2020) Sumber keuangan negara untuk membiayai berbagai stimulus untuk menangani Covid-
19 terus tertekan di tengah-tengah pemasukan negara yang sedang menurun. Adapun alokasi APBN yang
digunakan untuk Perlindungan Sosial Penanganan Dampak Covid-19 sebagai berikut.
Gambar 2. Alokasi Anggaran APBN tahun 2020

Sumber: Kementrian Keuangan (2020)


Dari kondisi tersebut, pemerintah mengupayakan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan tujuan
dapat menutup defisit anggaran serta menambah pendapatan negara. Salah satu solusi yang diambil oleh
pemerintah negara Indonesia adalah penerbitan SBN yang mencapai Rp420,80 triliun pada mei 2020, selain
itu Utang luar negeri pun terus membengkak hingga USD199,90 miliar. Meskipun kondisinya demikian, hal
tersebut merupakan jalan terbaik dalam rangka tetap memenuhi pembiayaan dalam kegiatan negara, terkhusus
dalam penanggulangan pandemi Covid-19 yang belum berakhir.

C. Strategi Kebijakan untuk Mengatasi Defisit Anggaran


Diketahui bahwa defisit APBN 2020 terjadi akibat penurunan pendapatan karena penurunan aktivitas
perekonomian yang berimbas pada pemasukan negara, disamping itu juga disaat yang sama belanja pemerintah
terjadi secara besar-besaran, terutama untuk bidang kesehatan dan sosial seperti pada rincian data diatas dalam
upaya penanggulangan dampak pandemi Covid-19 di negara Indonesia selama tahun 2020.
Mengatasi dampak ekonomi dari Pandemi Covid-19 terhadap perekonomian Indonesia akan sangat ditentukan
oleh pilihan kebijakan dan kesigapan pemerintah untuk mengatasi wabah tersebut. (Feranika & Haryati, 2020)
Beberapa langkah yang sebaiknya dilakukan pemerintah untuk efisiensi sisi pengeluaran yaitu,(Silalahi &
Ginting, 2020) :
1. Penerbitan Surat Utang (SUN) Dalam Angka Rupiah Untuk Menekan Pembayaran Bunga.
2. Melakukan Refocusing APBN 2020
3. Konsekuensi Hukum Terhadap Penyelewengan Dana Penanggulanan Covid-19
Dalam kondisi keuangan negara terus tertekan seiring belum adanya kepastian penurunan kasus covid-19 di
Indonesia secara signifikan. Akhirnya, pemerintah merevisi anggarannya melalui strategi penyusunan APBN
2020 dalam rangka program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan 5 opsi penting, antara lain:
(Kementerian Keuangan RI, 2020)
(1) optimalisasi sumber internal pemerintah atau non-utang
(2) penarikan pinjaman
(3) penerbitan surat berharga negara (SBN) di pasar domestik
(4) penerbitan SBN valuta asing (valas)
(5) dukungan dari Bank Indonesia (BI)

5
Menurut analisis penulis, yang perlu diperhatikan dalam pembiayaan defisit anggaran APBN 2020 adalah
batasan dalam porsi dari ke-5 opsi diatas, sebab diketahui bahwa pada tahun 2019, posisi utang luar negeri
pemerintah telah mencapai USD199,90 miliar bersumber pinjaman sebesar USD54,40 miliar dan surat utang
sebesar USD145,50 miliar. Dari hal tersebut, berimbas pada besarnya cicilan utang pokok dan bunga utang
tentu memberikan tekanan pembiayaan anggaran. Data Bank Indonesia menunjukkan bahwa pada tahun 2019,
pembayaran utang luar negeri pemerintah mencapai USD14,60 miliar terdiri atas utang pokok sebesar
USD10,10 miliar dan bunga USD4,40 juta. Disamping itu, melakukan pinjaman luar negeri besar-besaran
disaat kondisi pandemi dan negara lain pun sama terdampak akan sedikit menjadi sensitif dari sisi politik.
Analisis lain yang penulis amati juga adalah pembiayaan defisit anggaran APBN 2020 melalui penerbitan SBN
yang diketahui mencapai Rp1.485,60 triliun. Adapun kebutuhan penerbitan SBN pada Juni hingga Desember
2020 diperkirakan mencapai Rp990 triliun. Hal tersebut perlu diperhatikan bahwa semakin banyaknya SBN
juga merupakan utang yang perlu dibayar, kendati demikian pemerintah perlu menyiapkan strategi kedepannya
untuk melunasi surat utang negara tersebut.
Dampak pandemi Covid-19 pada perekonomian terutama APBN 2020 masih akan terus menekan kapasitas
fiskal pemerintah. Upaya mitigasi yang memadai perlu didukung dengan pengambilan keputusan secara tepat.
Dengan demikian, dampak negatif pada sektor ekonomi dan keuangan negara dapat dikelola. Dalam hal ini,
pemerintah perlu memantapkan strategi dalam penyusunan pembiayaan defisit anggaran APBN dan
menetapkan skala prioritas dalam alokasi dana yang digunakan agar efektif dan efisien, melakukan selektif dan
kehati-hatian dalam melakukan kebijakan utang juga perlu diperhatikan oleh pemerintah negara Indonesia
dalam menyikapi pembiaayan defisit anggaran APBN 2020 di masa pandemi Covid-19, perlu diperhatikan
biaya saat melakukan pinjaman (biaya ini terkait dengan besaran atau nominal, biaya lainnya, frekuensi
pembayaran, dan tentunya tingkat bunga dari pinjaman atau utang) dan diperhitungkan sedemikian rupa agar
tetap dalam keadaan wajar dan tidak menjadi masalah besar di masa yang akan datang. Selain itu pemerintah
dapat juga memanfaatkan potensi lainnya yang sekiranya dapat membantu untuk menambah pendapatan negara
sekaligus menutup utang negara, baik dari dengan cara pemaksimalan pajak dengan baik dan batas wajar.
Sehingga apabila pajak tersebut dapat dimobilisasi dengan baik dapat membantu perekonomian Indonesia.
Disamping itu perlu diperhatikan juga terkait efektivitas pembelanjaan negara dari APBN tersebut, apakah
digunakan dengan cukup efektif dan efisien dalam memenuhi segala kebutuhan negara di masa Pandemi
Covid-19 saat ini atau tidak.

V. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dan kajian sebelumnya dapat disimpulkna bahwa dampak pandemi covid-19
terhadap sektor ekonomi cukup besar ditandai dengan adanya defisit anggaran APBN di tahun 2020,
pemerintah telah berupaya untuk menutupi defisit tersebut dengan melakukan utang baik dalam bentuk
pinjaman luar negeri maupun menghimpun melalui penjualan surat utang nasional (SUN) dan dengan berbagai
pertimbangan pemerintah hendaknya terus memperhatikan belanja modal, baik dari segi kuantitas maupun
kualitas. Selain itu pemanfaatan serta pengalokasian APBN di masa pandemi covid-19 ini harus tepat dan
efektif agar pemerintah saat ini tidak lagi perlu menutup defisit anggaran yang semakin membengkak selama
masa pandemi covid-19 saat ini.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar, K. (2014). Analisis Dampak Defisit Anggaran terhadap Ekonomi Makro di Indonesia. Jejaring
Administrasi Publik, 588-602. Retrieved from http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
admp73df7f120efull.pdf
Bahtiar, R. A., & Hariyadi. (2020). Tekanan Anggaran Negara Dalam Penanggulangan Dampak Covid-19.
Ekonomi Dan Kebijakan Publik, XII(12), 19–24.
Feranika, A., & Haryati, D. (2020). Strategi Kebijakan Fiskal Terhadap Output dan Inflasi pada Perekonomian
Indonesia dalam Menghadapi Dampak Virus Covid 19. Business Innovation and Entrepreneurship
Journal, 2(3), 146–152. https://doi.org/10.35899/biej.v2i3.154
Hadiwardoyo, W. (2020). Kerugian Ekonomi Nasional Akibat Pandemi Covid-19. Baskara: Journal of
Business and Entrepreneurship, 2(2), 83–92. https://doi.org/10.24853/baskara.2.2.83-92
Hasan, M. (2020). Desk Study Menyelisik Anggaran Penanganan Covid-19 dan Upaya Pencegahan
Korupsinya. 1, 7–8.
Katadata.co.id. (2020). Imbas Covid-19, Defisit APBN 2020 Melebar 5,07% dari PDB. Katadata.Co.Id.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/04/07/imbas-covid-19-defisit-apbn-2020-melebar-
507-dari-pdb
6
Kemenkeu.go.id. (2020). PERUBAHAN POSTUR DAN RINCIAN APBN 2020 DI MASA PANDEMI
COVID-19. Kemenkeu.Go.Id. https://anggaran.kemenkeu.go.id/in/post/perubahan-postur-dan-rincian-
apbn-2020-di-masa-pandemi-covid-19
Kementerian Keuangan RI. (2020). APBN Kita-Juni 2020. Kemenkeu.Go.Id, April, 82.
https://www.kemenkeu.go.id/media/14243/apbn-kita-januari-2020.pdf
Pen.kemenkeu.go.id. (2020). No Title. Pen.Kemenkeu.Go.Id.
https://pen.kemenkeu.go.id/in/page/tantangancovid
Rizky, Majidi, A. (2008). Utang Pemerintah Mencekik Rakyat. E. Publishing Company.
Siallagan, W. A. (2020, Juli 24). Strategi Pembiayaan Pemerintah Atasi Defisit Pandemi COVID-19. Retrieved
from Kemenkeu.go.id: https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel-dan-opini/strategi-pembiayaan-
pemerintah-atasi-defisit-pandemi-covid-19/
Silalahi, D. E., & Ginting, R. R. (2020). Strategi Kebijakan Fiskal Pemerintah Indonesia Untuk Mengatur
Penerimaan dan Pengeluaran Negara Dalam Menghadapi Pandemi Covid-19. Jesya (Jurnal Ekonomi &
Ekonomi Syariah), 3(2), 156–167. https://doi.org/10.36778/jesya.v3i2.193
Urul, M. B. (2021, Agustus). Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota Provinsi di
Sumatera Selatan. Journal Management, Business, and Accounting, Vol. 20, No. 2, 111-121. Retrieved
from https://journal.binadarma.ac.id/index.php/mbia/article/view/1383/772
Waryanto, P. (2017). PENGARUH BELANJA MODAL TERHADAP PERTUMUBUHAN EKONOMI DI
INDONESIA. JURNAL PEMBENDAHARAAN, KEUANGAN NEGARA DAN KEBIJAKAN PUBLIK,
2(1), 35-55.
Yosepha Pusparisa. (2020). Penanggulangan Covid-19, Pemerintah Tambah Pembiayaan Utang.
Katadata.Co.Id. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/04/16/pemerintah-tambah-utang-
tanggulangi-covid-19

Anda mungkin juga menyukai