NPM : 120204200024
RESUME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
UTANG NEGARA & KEBIJAKAN KEUANGAN NEGARA
Utang atau dalam konteks ini utang negara berdasarkan Undang-Undang nomor 1
tahun 2004 merupakan jumlah uang yang wajib dibayar pemerintah pusat dan/atau
kewajiban pemerintah pusat yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, perjanjian, atau berdasarkan sebab lain yang sah.
Utang sering kali menjadi permasalahan yang pelik dalam lingkup nasional, karena
telah tertanam dalam benak mayoritas masyarakat sebuah doktrin general yang
memberikan sinyal buruk terhadap utang, khususnya utang negara. Namun ternyata
utang merupakan salah satu bagian penting dalam menetapkan kebijakan fiskal
(APBN) dimana juga merupakan begian dari suatu sistem besar yang disebut
pengelolaan ekonomi.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau yang biasa disingkat APBN
merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah pusat yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). APBN memuat rincian yang sistematis atas rencana
pendapatan yang akan diterima dan nilai pagu maksimal yang akan dibelanjakan oleh
negara. APBN Indonesia hingga kini masih menerapkan sistem penganggaran defisit.
Hal inilah yang menyebabkan terdapat kolom pembiayaan dalam APBN untuk
mengisi nilai pendapatan pembiayaan (netto) yang diperlukan untuk menutupi
kekurangan pendapatan negara. Untuk menutupi kekurangan pendapatan negara
tersebut banyak cara yang dapat dipilih dari sekian banyak opsi seperti penjualan aset
yang dimiliki, utang dan lainnya. Namun dari semuanya itu, utang (terlepas apapun
jenisnya) merupakan instrumen yang paling sering digunakan pemerintah dalam
pelaksanaan APBN, karena memiliki tingkat risiko yang dapat dikendalikan, tingkat
fleksibilitas yang tinggi (dari segi waktu, jenis dan sumbernya), dan kapasitas yang
sangat besar.
Dapat berasal dari World Bank, Asian Development Bank, Islamic Development
Bank dan kreditor bilateral (Jepang, Jerman, Perancis dll), serta Kredit Ekspor.
Pinjaman luar negeri ini terbagi lagi menjadi dua jenis, yaitu :
a. Pinjaman Program:
Untuk budget support dan pencairannya dikaitkan dengan pemenuhan Policy Matrix
di bidang kegiatan untuk mencapai MDGs (pengentasan kemiskinan, pendidikan,
pemberantasan korupsi), pemberdayaan masyarakat, policy terkait dengan climate
change dan infrastruktur. change dan infrastruktur.
b. Pinjaman Proyek :
Untuk pembiayaan proyek infrastruktur di berbagai sektor (perhubungan, energi, dll);
proyek-proyek dalam rangka pengentasan kemiskinan (PNPM)
a. Peraturan Pemerintah (PP) No.: 54 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pengadaan dan
Penerusan Pinjaman Dalam Negeri oleh Pemerintah ;
c. Untuk membiayai kegiatan dalam rangka pemberdayaan industri dalam negeri dan
pembangunan infrastruktur untuk pelayanan umum; kegiatan investasi yang
menghasilkan penerimaan.
Ada dua sector yang diperhatikan untuk mengatasi utang Negara, yaitu : kebijakan
pemerintah dalam sector ekonomi makro dalam sector ekonomi mikro. Sector
ekonomi makro menganalisis masalah tentang keseluruhan kegiatan perekonomian
sedangkan sector ekonomi mikro menganalisis mengenai bagian-bagian kecil dari
keseluruhan kegiatan perekonomian.
1. Permasalahan Ekonomi Makro
Dalam menghadapi nilai krisis tukar uang ini dengan melakukan intervensi di pasar
untuk menyelamatkan cadangan devisa yang semakin menyusut. Pemerintah
menerapkan kebijakan nilai tukar yang mengambang bebas sebagai pengganti
kebijakan nilai tukar yang mengambang terkendali.
Untuk mengatasi ini, pemerintah melakukan penjadwalan ulang utang luar negeri
dengan pihak meminjam. Pemerintah juga menggandeng lembaga-lembaga keuangan
internasional untuk membantu menyelesaikan masalah ini.
d. Masalah Inflasi
Salah satu campur tangan pemerintah dalam permasalahan ini ialah kebijakan
pemerintah mengenai harga dasar dan harga tertinggi. Tujuan penentuan harga dasar
adalah untuk membantu produsen, sedangkan harga tertinggi untuk membantu
konsumen.
Untuk mengatasi pasokan beras ini, pemerintah melakukan program impor beras
melalui tender terhadap beberapa perusahaan swasta nasional dan asing.
kebijakan fiskal adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah terkait tingkat belanja
dan transfer pemerintah serta struktur perpajakan. Definisi menurut Hubbard et.al
(2012) tentang kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah dalam mengatur
perubahan pajak, belanja serta transfer pemerintah yang bertujuan untuk
memengaruhi kondisi makroekonomi. Secara garis besar, kebijakan fiskal merupakan
kebijakan pemerintah terkait penerimaan dan belanja negara untuk mencapai tujuan-
tujuan pemerintah—seperti penurunan ketimpangan dan kemiskinan serta
meningkatkan pertumbuhan.
Secara praktikal, instrument kebijakan keuangan negara (fiskal) dapat dibagi menjadi
beberapa jenis yaitu
a. Pendapatan Negara
Menurut UU No. 17 Tahun 2013, Pendapatan Negara adalah uang yang masuk ke kas
negara. Secara garis besar sumber utama pendapatan negara adalah penerimaan pajak,
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) serta Hibah, dari ketiga sumber ini yang
umum dijadikan sebagai instrument aktif adalah Penerimaan Pajak.
Salah satu sumber pendapatan negara lainnya adalah Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP). Secara umum, PNBPterdiri atas Penerimaan Sumber Daya Alam
(SDA)—yang terdiri dari sumber daya alam migas dan sumber daya alam non-
migas—, Bagian Laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN)—yang dispesifikasi
berdasarkan BUMN perbankan dan non-perbankan—, Pendapatan dari Badan
Layanan Umum—seperti Rumah Sakit, Universitas dan lain-lain— serta Pendapatan
PNBP lainnya—seperti pembayaran denda tilang, hasil lelang barang sitaan dan lain
sebagainya. Berdasarkan data historis, PNBP umumnya merupakan penyumbang
penerimaan terbesar kedua setelah pajak
Pendapatan negara lainnya adalah hibah, yakni pemberian secara sukarela dari suatu
pihak pada Negara. Pendapatan hibah dalam praktiknya memiliki pangsa yang rendah
terhadap Penerimaan Negara secara keseluruhan. Hal ini wajar terjadi bagi negara
yang relatif telah maju. Umumnya negara-negara Dunia Ketiga, memiliki postur
penerimaan dengan hibah menjadi salah satu komponen terbesarnya.
b. Belanja Negara
Menurut UU No. 17 Tahun 2013, Belanja Negara adalah kewajiban pemerintah pusat
yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Secara umum terdapat 2 jenis
belanja negara yakni belanja Pemerintah Pusat dan Belanja Transfer ke Daerah dan
Dana Desa (TKDD).
Belanja Pemerintah Pusat umumnya dibagi menjadi dua kategori yakni Belanja
Berdasarkan Organisasinya dan Belanja Berdasarkan Fungsi. Apabila dilihat
berdasarkan organisasinya maka belanja Pemerintah Pusat dapat dibagi menjadi
Belanja Kementerian dan Lembaga (K/L) dan Belanja Non-Kementerian Lembaga
(seperti subsidi dan pembayaran bunga utang).
Belanja Transfer ke Daerah dan Dana Desa merupakan implikasi dari otonomi daerah.
Dalam praktiknya, terdapat perbedaan kapabilitas fiskal baik antara pusat dan daerah
(ketidakseimbangan vertikal) dan antara daerah dengan daerah lainnya
(ketidakseimbangan horizontal). Pemberiaan TKDD ini juga bertujuan untuk
memampukan pemerintah daerah dalam melaksanakan tugasnya di daerah—konsep
ini dikenal sebagai fiscal imbalances.
Lebih lanjut TKDD dapat dibagi menjadi beberapa jenis yakni, Dana Bagi Hasil
(DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana Otonomi
Khusus dan Penyeimbang, Dana Insentif Daerah, serta Dana Desa. Pengalokasian
TKDD ini umumnya dihitung berdasarkan formula tertentu yang telah ditetapkan
berdasarkan Undang-Undang. Dalam praktiknya selama ini, akuntabilitas pelaksanaan
TKDD masih relatif rendah meskipun telah mengalami peningkatan.
c. Pembiayaan
Menurut UU No. 17 Tahun 2013, Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu
dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan
merupakan implikasi yang terjadi ketika Belanja Negara lebih besar dibandingkan
Penerimaan Negara (berdasarkan UU no Tahun 2013 pasal 12 ayat 3). Secara garis
besar, Pembiayaan terdiri atas Pembiayaan Utang, Pembiayaan Investasi, Pemberian
Pinjaman, Kewajiban Penjaminan, dan Pembiayaan Lainnya
Pembiayaan Utang dapat dilakukan dengan menerbitkan Surat Berharga Negara dan
melakukan Pinjaman. Selanjutnya, Pinjaman dapat datang dari sumber dalam negeri
dan sumber luar negeri. Pemerintah senantiasa menjaga kualitas kreditnya agar
mendapatkan pembiayaan utang yang optimal.