Anda di halaman 1dari 9

Peran Belanja Pemerintah dalam Menjaga Ketahanan Ekonomi Masyarakat

Dalam Rangka Pemulihan Ekonomi Nasional Dampak Pandemi Covid-19


di Kabupaten Fakfak
Oleh: Eko Siyam Budiyanto, S.E.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan rencana keuangan tahunan
pemerintah Indonesia yang menjabarkan rincian penerimaan dan belanja negara. APBN
bertujuan untuk membiayai kegiatan dan program pemerintah dan mencapai target makro-
ekonomi pemerintah. Optimalisasi penggunaan APBN untuk mencapai berbagai tujuan
ekonomi, seperti full-employment, menjaga pertumbuhan ekonomi dan stabilitas harga menjadi
esensi kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal juga berfungsi sebagai instrumen pengelolaan demand
and supply dalam perekonomian. Sebagai instrumen pengelolaan demand penggunaan pajak,
transfer pemerintah dan belanja pemerintah untuk barang dan jasa berimplifikasi pada
pergeseran kurva permintaan agregat. Demikian juga sebagai instrumen pengelolaan supply
melalui perbaikan tata kelola pemerintahan, akselerasi belanja pemerintah, program bantuan
modal bagi pelaku usaha dan keringanan pajak dan angsuran pinjaman untuk mendorong kurva
pengeluaran agregat.
Pandemi Covid-19 telah menyebabkan aktivitas sektor perekonomian menjadi lesu. Sejalan
dengan teori permintaan agregat (aggregate demand) J. M. Keyness, secara empiris lesunya
aktivitas ekonomi masyarakat berimplikasi pada merosotnya berbagai variabel pendorong
kurva permintaan agregat antara lain konsumsi (C), Investasi (I) serta Net Export (Export-
Import). Dalam kondisi tersebut, untuk menjaga pertumbuhan ekonomi (Y) variabel yang dapat
dilakukan kontrol dan intervensi terhadap pasar adalah Belanja Pemerintah (G). Belanja
Pemerintah sebagai salah satu instrumen kebijakan fiskal memiliki peran sebagai motor
penggerak perekonomian di masyarakat. Pentingnya peran belanja pemerintah tersebut
tercermin dari kontribusi belanja pemerintah terhadap PDRB di Papua Barat yang mencapai
28,29% pada akhir tahun 2020 sebagaimana dirilis dalam berita resmi statistik BPS Provinsi
Papua Barat. Di tengah masih lesunya aktivitas ekomomi masyarakat dan merosotnya berbagai
variabel pertumbuhan ekonomi, peran Belanja Pemerintah menjadi semakin vital dalam
menjaga perekonomian di masyarakat mengingat besarnya share belanja Pemerintah. Untuk
itu instansi Pemerintah di seluruh Indonesia perlu didorong dan menjaga komitmen untuk dapat
segera merealisasikan kegiatan dan anggarannya agar multiplier effect atas belanja tersebut
dapat menjadi stimulan bagi perputaran ekonomi masyarakat di sekitarnya. Sehubungan
dengan itu diperlukan usaha yang extra-ordinary dari seluruh jajaran Pemerintah untuk
memastikan masyarakat survive menghadapi pandemi Covid-19 dengan menciptakan
kebijakan-kebijakan yang presisi serta implementasi yang tepat dalam mengeksekusi kebijakan
tersebut. Urgensinya adalah untuk menjaga ketahanan ekonomi masyarakat di masa pandemi
Covid-19 dengan tetap menerapkan protokol kesehatan secara memadai.
Pemerintah Republik Indonesia merespon kondisi sosial-ekonomi yang rentan tersebut dengan
Program Pemulihan Ekonomi Nasional yang diinisiasi dengan Undang- Undang Nomor 2
Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk
Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau Dalam Rangka
Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas
Sistem Keuangan menjadi Undang-Undang. Karena belum membaiknya perekonomian akibat
pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan masih diperlukannya kelangsungan
pelaksanaan kebijakan pemulihan ekonomi bagi Pelaku Usaha, guna optimalisasi penggunaan
berbagai modal Pemerintah dalam rangka PEN khususnya modal Penempatan Dana, baik
melalui perluasan ruang lingkup maupun relaksasi beberapa persyaratan, maka Pemerintah
menetapkan kebijakan yang dapat mengakselerasi pelaksanaan program PEN melalui
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Program PEN dalam rangka
Mendukung Kebijakan Keuangan Negara untuk Penanganan Pandemi COVID-19 dan/atau
Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas
Sistem Keuangan serta Penyelamatan Ekonomi Nasional.
Berbagai upaya telah dilaksanakan secara konsisten dalam rangka mengatasi berbagai
permasalahan dalam pelaksanaan anggaran. Indikasi permasalahan keterlambatan dan
ketidakpastian waktu penyerapan anggaran masih berlangsung setiap tahun. Hal tersebut
menyebabkan opportunity cost atas kas pemerintah. Keterlambatan dan ketidakpastian
penyerapan anggaran berdampak pada tidak optimalnya usaha-usaha penempatan dan investasi
kas pemerintah apabila terdapat kelebihan kas akibat meningkatnya penerimaan negara.
Pemerintah menghadapi potensi resiko yang tinggi dalam melakukan investasi apabila
penyerapan anggaran tidak dapat diprediksi waktunya dan jumlah.
Di sisi lain, Pemerintah sesungguhnya memerlukan anggaran dalam jumlah yang masif untuk
menangani dampak pandemi Covid-19. Meskipun bukan merupakan bagian dari rencana
strategis jangka panjang, tetapi penanganan pandemi Covid-19 menjadi faktor determinan yang
pada akhirnya menentukan ketercapaian rencana strategis yang dituangkan dalam DIPA
masing-masing Kementerian/Lembag. Kementerian Keuangan sebagai pemegang fungsi Chief
of Financial Officer (CFO) memberikan perhatian yang serius terhadap tahapan pelaksanaan
anggaran agar penyerapan anggaran dapat dilaksanakan secara tepat waktu dan predictable,
terutama sejak pandemi Covid-19 merebak yang mana menyebabkan cash flow pemerintah
menjadi sangat tidak seimbang. Kementerian Keuangan telah berupaya untuk mempercepat
proses penyerapan anggaran melalui perbaikan kelembagaan, perbaikan bisnis proses,
penataan sumber daya manusia hingga perbaikan peraturan pelaksanaan dan menerapkan
berbagai variabel kebijakan belanja pemerintah untuk menciptakan belanja yang berkualitas
dan tepat guna.
Kebijakan lintas sektoral yang dijalankan pemerintah tersebut antara lain melalui jaring
pengaman sosial dalam bentuk Bantuan Langsung Tunai dan bantuan Sosial serta subsidi
bunga dan modal bagi pelaku usaha mulai menunjukkan hasil pada kuartal ketiga Tahun
Anggaran 2020, dimana indikator makro perekonomian mulai menunjukkan tanda-tanda
positif. Perekonomian beranjak membaik mencapai -3,49%. Pada akhir tahun 2020, secara
nasional pertumbuhan ekonomi mampu menunjukkan kinerja yang lebih baik dan mampu
bergerak ke -2,07%.
1. Extra-Ordinary Policies dan Extra-Ordinary Spending
Pandemi covid-19 adalah wabah yang luar biasa, baik dilihat ekisitensi wabah itu sendiri
maupun dampaknya terhadap kesehatan dan ekonomi masyarakat. Sampai dengan akhir
semester I TA 2021 masyarakat masih terus dihantui oleh Covid-19 ini. Oleh karena itu
pemerintah juga perlu mengambil kebijakan fiskal yang tidak biasa (extra-ordinary policies)
untuk menyiapkan berbagai kebijakan dan prosedur yang legal dan valid dalam usaha
mengatasi dampak dari pandemi ini serta mengeluarkan uang yang tidak biasa (extra-ordinary
spending) seperti tahun-tahun sebelumnya untuk penyediaan pendanaan bagi berbagai aktivitas
extra-ordinary policies tersebut. Kebijakan extra-ordinary tersebut antara lain:
a) Defisit APBN lebih dari 3% PDB
Menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara defisit APBN
ditetapkan maksimum 3% dari PDB. Namun melihat perkembangan kondisi nasional,
pemerintah dengan persetujuan DPR mengambil kebijakan yang extra-ordinary yaitu
merencakanan defisit yang lebih besar. Pemerintah menjadikan APBN sebagai instrumen
counter-cyclical dalam rangka mengatasi dampak pandemi covid-19. Sebagai instrumen
counter-cyclical, APBN menjadi salah satu instrumen utama yang memiliki dimensi
dampak yang sangat luas baik dalam melanjutkan penanganan di bidang kesehatan,
melindungi masyarakat yang rentan, dan dalam mendukung proses pemulihan
perekonomian nasional pada tahun 2021
Di tingkat pemerintah pusat, defisit anggaran direncanakan sebesar Rp1.006,4 triliun atau
setara 5,7% dari PDB.
Besaran defisit tersebut juga telah mempertimbangkan kebijakan fiskal konsolidatif secara
bertahap kembali menuju batasan maksimal 3,0 persen PDB di tahun 2023, sejalan dengan
kebijakan dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Perppu Nomor
1 Tahun 2020. Dalam memenuhi defisit anggaran tersebut juga dilakukan kebijakan
pembiayaan anggaran yang hati-hati dan terukur, dengan tetap menjaga keberlanjutan
fiskal.
Pemerintah Kabupaten Fakfak mendukung kebijakan pemerintah Pusat tersebut dengan
mengambil kebijakan serupa. Dalam APDB TA 2021 ditetapkan Belanja Daerah sebesar
Rp1.277,68 miliar dengan defisit sebesar Rp61,23 Miliar.
Kebijakan defisit ini sejalan dengan upaya melanjutkan penanganan pandemi Covid-19 dan
pemulihan ekonomi nasional, mengingat potensi sisi penerimaan APBN belum sepenuhnya
pulih. Dengan kebijakan defisit ini Pemerintah berharap belanja pemerintah yang
dilaksanakan oleh instansi vertikal dan daerah mampu menciptakan momentum
pertumbuhan ekonomi, serta menghindari opportunity loss dalam mendorong pencapaian
target pembangunan nasional khususnya dalam jangka pendek yaitu meminimalkan
dampak pandemi Covid-19.
Melebarnya defisit APBN dirasakan juga di Kabupaten Fakfak. Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang dilaksanakan oleh Instansi Vertikal Kementerian Negara/Lembaga
yang berada di Kabupaten Fakfak meningkat signifikan. Baik yang berasal dari Bagian
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga maupun Bagian Anggaran yang dialokasikan
dalam DAK Fisik dan Dana Desa. Pada 2020 Belanja Pemerintah Pusat melalui
Kementerian Negara/Lembaga dan DAK Fisik serta Dana Desa sebesar Rp826,82 Miliar,
meningkat tajam 53,59% menjadi Rp1.269,92 Miliar tahun 2021.
b) Bantuan Langsung Tunai Dana Desa.
Pada Maret 2020 pandemi Corona Virus Disease-2019 (COVID-19) resmi dinyatakan
masuk ke Indonesia. Sejak itu, penyebarannya semakin meluas dan berkembang di hampir
seluruh provinsi. Menurut BPS wabah ini menambah jumlah penduduk miskin Indonesia
sekitar 2,7 juta jiwa pada akhir tahun 2020. Angka ini lebih tinggi dari data bulan
September 2019. Oleh karena itu, pemerintah memberikan bantuan langsung tunai bagi
masyarakat yang bersumber dari Dana Desa atau disebut BLT-Dana Desa untuk
mengurangi beban masyarakat miskin akibat dampak COVID-19.
Utuk mempercepat realisasi penyerapan anggaran, melalui Surat Edaran Direktur Jenderal
Perimbangan Keuangan nomor 7 Tahun 2021, pemerintah memberikan relaksasi dalam
bentuk percepatan penyaluran BLT Desa. Percepatan penyaluran BLT Desa ini dilakukan
dengan memindahkan Peraturan Desa mengenai APBDes, yang semula merupakan syarat
penyaluran tahap I menjadi syarat tahap II.
Untuk pengajuan persyaratan penyalurannya, di bulan kesatu cukup surat kuasa
pemindahbukuan dan merekam data KPM BLT Desa bulan kesatu dan di bulan kedua
sampai dengan bulan kedua belas cukup melakukan tagging desa layak salur dalam aplikasi
Online Monitoring Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (OM SPAN)
c) Relaksasi dan Refocusing DAK Fisik
Dana Alokasi Khusus Fisik yang selanjutnya disebut DAK Fisik adalah dana yang
dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kepada Daerah
tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus fisik yang merupakan
urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Dalam struktur APBN, Dana Alokasi
Khusus (DAK) adalah salah satu jenis Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) yang
termasuk dalam pos Dana Perimbangan. DAK terdiri dari DAK Fisik dan DAK Non Fisik.
DAK Fisik merupakan dana yang dialokasikan dalam APBN kepada daerah tertentu dengan
tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus fisik yang merupakan urusan daerah
dan sesuai dengan prioritas nasional, seperti kesehatan, pendidikan dan infastruktur
ekonomi berkelanjutan. Untuk itu prioritas DAK Fisik TA 2021 antara lain mendukung
upaya pemulihan ekonomi sejalan dengan program prioritas nasional antara lain melalui
pembangunan aksesibilitas dan konektivitas sentra pertumbuhan ekonomi dan
mensinergikan anggaran dan belanja K/L dalam pembangunan SDM (terutama sektor
pendidikan dan kesehatan)
Pada tahun 2021 Pemerintah melakukan refocusing dan simplifikasi jenis/bidang/kegiatan
DAK Fisik agar alokasi per daerah menjadi lebih signifikan dan optimal dalam rangka
pemulihan dampak pandemi Covid-19, peningkatan dan pemerataan penyediaan
infrastruktur pelayanan publik dan penguatan sinergi dengan belanja kementerian/lembaga
(K/L) dan sumber lainnya. DAK Fisik tahun 2021 terdiri dari DAK Fisik Reguler dan DAK
Fisik Penugasan. DAK Fisik regular fokus pada pencapaian standar pelayanan minimal dan
pemenuhan kesenjangan layanan dasar pendidikan, kesehatan dan konektivitas. DAK Fisik
Reguler terdiri dari pendidikan dan kesehatan & KB. Adapun DAK Fisik Penugasan
bersifat lintas sektor berdasarkan tema/program yang mendukung pencapaian
sasaran major project dan prioritas tertentu. DAK Fisik Penugasan terdiri dari 4 tema: (1)
tema penurunan kematian Ibu dan Stunting, (2) tema penanggulangan kemiskinan; (3) tema
ketahanan pangan; dan (4) tema penyediaan infrastruktur ekonomi dan berkelanjutan.

2. Belanja APBN di Kabupaten Fakfak.


Pandemi Covid-19 menjadi aktor utama dibalik lesunya aktivitas perekonomian masyarakat
yaitu adanya pembatasan aktivitas masyarakat. Instansi Pemerintah juga mengalami kendala
serupa di Kabupaten Fakfak dikarenakan banyaknya kegiatan yang tidak dapat dieksekusi tepat
waktu karena terhambatnya mobilisasi orang, barang dan peralatan dan mesin untuk
mengerjakan proyek-proyek infrastukur.
Secara teori, pola penyerapan anggaran diharapkan dapat dilaksanakan secara proporsional
setiap bulan sepanjang periode satu tahun APBN. Keterlambatan penyerapan anggaran
diindikasikan berakibat negatif secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi. Salah satu
contoh keterlambatan penyerapan anggaran untuk pembangunan infrastruktur jalan yang
seharusnya selesai pada pertengahan tahun namun terlambat sehingga baru diselesaikan pada
akhir tahun. Hal tersebut menimbulkan kerugian bagi masyarakat berupa hilangnya potensi
manfaat menggunakan jalan tersebut. Selanjutnya akan berefek pada kegiatan perekonomian
antara dua daerah yang dihubungkan dengan jalan tersebut akan terhambat.
Bukan hanya belanja modal yang berpengaruh positif terhadap perekonomian, belanja
pemerintah lainnya termasuk belanja konsumsi rapat dan ATK yang terlihat ringan ternyata
mampu mendorong bergeraknya siklus ekonomi para pengusaha kecil di lingkungan sekitar.
Mulai dari pengusaha hotel, jasa catering, penyedia bahan makanan dan minuman sampai pada
petani. Hilangnya manfaat secara agregat akan mempengaruhi besarnya tingkat pertumbuhan
ekonomi. Penyerapan anggaran diharapkan dapat dilaksanakan sesuai rencana sehingga pasti
secara jumlah dan waktu pencairan dana.
Di Kabupaten Fakfak realisasi Belanja Satker Vertikal Kementerian/Lembaga Negara serta
Dana Alokasi Khusus Fisik dan Dana Desa sejak tahun 2020 dapat digambarkan sebagaimana
grafik berikut:
Grafik 1. Pagu-Realisasi APBN di Kabupaten Fakfak

1.400 100%
Miliar

1.244,29 1.246,29 1.247,60


89,19% 90%
1.200 91,68%
1.033,66 80%
1.000 70%
832,18 854,22 818,82 826,82
788,36 60%
800 761,88 606,04
53,57% 758,00
49,80% 50%
600 48,58%
40%
414,47 34,99%
400 438,64 30%
275,88 282,67
120,11 22,68% 20%
200 106,26
11,62% 10%
8,54%
0 0%
Q3 TA Q4 TA Q1 TA Q2 TA Q3 TA Q4 TA Q1 TA Q2 TA Q3 TA
2019 2019 2020 2020 2020 2020 2021 2021 2021

Pagu Realisasi % Penyerapan

Mengacu pada grafik tersebut di atas agregat belanja Pemerintah di Kabupaten Fakfak
menunjukkan pola yang sama yaitu cenderung rendah pada awal tahun dan menumpuk pada
akhir tahun anggaran. Nilai belanja pemerintah secara periodik tidaklah sama, tetapi
berfluktuasi. Fluktuasi agregat belanja Pemerintah setiap periodenya dipengaruhi oleh banyak
hal antara lain persiapan pelaksanaan pekerjaan dan kebijakan fiskal yang reaktif dan agil,
khususnya dalam rangka mengatasi damapak pandemi Covid-19, yang mana pemerintah
mengambil berbagai langkah antisipatif yang diperlukan sebagaimana telah penulis paparkan
sebelumnya melalui kebijakan yang extra-ordinary yang didukung dengan extra-spending.
Mengapa belanja Pemerintah sangat penting bagi perekonomian Papua Barat dan khususnnya
Kabupaten Fakfak? Belanja Pemerintah menjadi trigger dalam multiplier effect aktivitas
perekonomian di masyarakat, di samping itu belanja Pemerintah secara langsung merupakan
komponen utama pembentuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Papua Barat. Saat
ini Produk Domestik Regional Bruto menjadi tolok ukur paling reliable untuk mengukur
tingkat keberhasilan pembangunan yang dilakukan di suatu daerah. Produk Domestik Regional
Bruto adalah jumlah nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di daerah
tersebut. Menghitung PDRB bertujuan untuk membantu membuat kebijakan daerah atau
perencanaan, evaluasi hasil pembangunan, memberikan informasi yang dapat menggambarkan
kinerja perekonomian daerah. PDRB dinilai dalam satuan moneter dan dirinci menurut
berbagai kegiatan ekonomi (economic activities) yang membangun perekonomian wilayah
yang bersangkutan, seperti: pertanian, pertambangan, industri manufaktur, perdagangan, dan
sebagainya.
Secara umum pertumbuhan ekonomi adalah gambaran perekonomian dari waktu ke waktu
yang ditunjukkan dengan nilai produksi yang dihasilkan suatu daerah secara keseluruhan.
Secara sederhana, nilai produksi disebut dengan PDRB yang merupakan perkalian kuantitas
barang dan harga barang yang diukur dalam satuan uang. Secara matematis formulasi
pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut: Pertumbuhan ekonomi = (PDRB𝑡−PDRB𝑡−1)/
PDRB𝑡−1 x 100%. Di mana PDRBt adalah pendapatan daerah tahun tertentu, PDRBt-1 adalah
pendapatan periode sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi diukur dengan persentase.
PDRB dihitung dengan pendekatan Pengeluaran agregat (Y) = C+I+G+NX.
Dimana:
C : Konsumsi Rumah Tangga,
I : Investasi,
G : Konsumsi Pemerintah
NX : Net Export (Expor dikurangi Impor)
Di dalam struktur PDRB Papua Barat, belanja Pemerintah (G) merupakan salah satu
penyumbang terbesar pembentuk PDRB. Untuk mengetahui nilai belanja Pemerintah
berdasarkan grafik di atas, nilai belanja APBN yang disalurkan melalui KPPN Fakfak secara
periodik setiap triwulan (non-kumulatif) dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel 1. Realisasi Belanja Pemerintah melalui KPPN Fakfak di Kab. Fakfak dan Kontribusi
Konsumsi Pemerintah Terhadap PDRB

Share Konsumsi
Pertumbuhan
No Periode Realisasi APBN Per Triwulan Pemerintah* Thd
Ekonomi
PDRB
1 Triwulan 4 TA 2019 Rp347,41 Miliar 20,46% 2,66%
2 Triwulan 1 TA 2020 Rp120,11 Miliar 14,98% 0,53%
3 Triwulan 2 TA 2020 Rp275,88 Miliar 16,84% -3,35%
4 Triwulan 3 TA 2020 Rp438,64 Miliar 20,00% -0,77%
5 Triwulan 4 TA 2020 Rp758,00 Miliar 19,99% 1,00%
6 Triwulan 1 TA 2021 Rp106,26 Miliar 19,81% -2,39%
7 Triwulan 2 TA 2021 Rp282,67 Miliar 17,08% -1,76%
8 Triwulan 3 TA 2021 Rp323,37 Miliar 18,24% N/A
* Pemerintah seluruh Papua Barat untuk mengetahui besaran kontribusi konsumsi pemerintah terhadap total PDRB
3. Korelasi Belanja Pemerintah Terhadap Perekonomian Masyarakat.
Sepanjang akhir tahun 2019 sampai dengan akhir tahun 2021 pertumbuhan ekonomi Papua
Barat dan Fakfak cenderung mengalami penurunan dari waktu ke waktu meskipun pada
beberapa moment setelah gelontoran realisasi APBN yang meningkat diikuti pula dengan
membaiknya pertumbuhan ekonomi.
Mengacu pada tingkat inflasi sepanjang periode tersebut, sebagaimana tabel berikut ini,
menunjukkan lesunya aktivitas ekonomi masyarakat yang ditandai dengan laju inflasi yang
sangat rendah dan bahkan mengalami deflasi pada berbagai kesempatan. Kondisi
perekonomian yang lesu akan membuat masyarakat semakin tertekan apabila Pemerintah tidak
mengambil kebijakan APDN yang ekspansif.
Periode Inflasi (m-to-m) Periode Inflasi (m-to-m) Periode Inflasi (m-to-m) Periode Inflasi (m-to-m)
Dec-20 0,67 Jun-20 1,09 Dec-20 0,08 Jun-21 1,09
Jan-20 -0,45 Jul-20 1,05 Jan-21 0,2 Jul-21 1,05
Feb-20 0,31 Aug-20 2,83 Feb-21 -0,46 Aug-21 0,03
Mar-20 -0,35 Sep-20 -0,73 Mar-21 0,78 Sep-21 -0,73
Apr-20 0,24 Oct-20 -0,87 Apr-21 0,08 Oct-21 0,24
May-20 1,05 Nov-20 0,33 May-21 1,05 Nov-21 0,23

Shared komponen konsumsi Pemerintah terhadap PDRB yang cukup besar merefleksikan
belanja Pemerintah memiliki kontribusi yang signifikan. Dengan didukung data history yang
menunjukkan kontribusi belanja Pemerintah secara langsung perekonomian masyarakat
tersebut, kebijakan APBN yang ekspansif akan memberikan dampak yang signifikan dalam
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat.
Untuk memetakan korelasi antara Belanja Pemerintah dengan tingkat kesejahteraan
masyarakat, penulis menghubungkan antara realisasi Belanja per triwulan dengan pertumbuhan
ekonomi yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) secara periodik per triwulan. Di mana
belanja Pemerintah pada periode ini hasilnya akan tampak pada periode berikutnya berdasarkan
sensus BPS, dikarenakan adanya time-lag periode realisasi dengan waktu yang diperlukan oleh
BPS untuk mengadakan survey dan mengolah hasil survey tersebut. Mengapa seperti itu?
Kerangka berpikir yang penulis susun sebagai berikut:

Realisasi Belanja Masyarakat Pelaku Ekonomi Belanja Survey + Olah Rilis BRS
Pemerintah Menerima Penghasilan Masyarakat Data BPS

Waktu Waktu Waktu


Periode X+1
Periode X
Alur kerangka pikir:
1. Belanja dilakukan oleh Pemerintah, baik belanja pegawai, belanja modal, belanja barang
maupun belanja bantuan sosial seperti BLT Dana Desa
2. Realisasi belanja Pemerintah memberikan penghasilan bagi masyarakat, baik PNS, pelaku
usaha maupun penerima bantuan sosial.
3. Dalam rentang waktu tersebut, masyarakat penerima penghasilan membelanjakan uangnya,
di titik inilah perekonomian kemudian berputar;
4. BPS secara triwulanan melalukan survey ekonomi, yang meng-capture aktivitas ekonomi
masyarakat (yang dipicu oleh belanja Pemerintah) selama rentang waktu tertentu kemudian
mengolah hasil survey;
5. Hasil survey dirilis secara triwulanan. Itulah mengapa realisasi belanja Pemerintah triwulan
sebelumnya akan align dengan hasil rilis ekonomi BPS triwulan berikutnya.
Mengacu pada kerangka berpikir dan realisasi pemerintah sebagaimana tersebut di atas berikut
adalah grafik yang menggambarkan korelasi realisasi belanja Pemerintah dengan pertumbuhan
ekonomi di daerah.
Grafik 2. Realisasi Belanja Pemerintah di Fakfak dan Pertumbuhan Ekonomi Regional
Miliar

800 5%
758,00
700 4%

600 3%
2,66%
2%
500
438,64 1,00% 1%
400 0,53%
347,41 0%
300 -0,77% 282,67-1%
275,88
200 -1,76%-2%
-2,39%
100 120,11 106,26 -3%
-3,35%
0 -4%
Q4 TA 2019 Q1 TA 2020 Q2 TA 2020 Q3 TA 2020 Q4 TA 2020 Q1 TA 2021 Q2 TA 2021

Realisasi APBN Per Triwulan Pertumbuhan Ekonomi Per Triwulan

Berdasarkan grafik tersebut di Papua Barat khususnya Kabupaten Fakfak terdapat


kemungkinan korelasi positif antara realisasi anggaran belanja pemerintah dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi regional di suatu daerah. Meskipun rentang waktu pengambilan sampel
data tidak cukup panjang, namun selama 2 tahun ini korelasi kedua variable menunjukkan pola
yang konkruen. Kenaikan realisasi belanja Pemerintah cenderung berimbas pada naiknya
pertumbuhan ekonomi demikian juga sebaliknya rendahnya realisasi belanja pemerintah
diikuti dengan menurunnya aktivitas perekonomian masyarakat.
Korelasi yang terbentuk tersebut setidaknya telah mengindikasikan kebijakan fiskal yang
dilakukan oleh pemerintah tepat dan serta mampu mengurangi dampak pandemi Covid-19 dan
kontributif terhadap stabilitas perekonomian masyarakat . Kebijakan pemerintah melalui extra-
ordinary policy yang didukung sepenuhnya dengan extra-ordinary spending terbukti mampu
meredam gejolak penurunan perekonomian sehingga tidak tertekan lebih dalam. Kondisi
tersebut membuat masyarakat lebih optimis menatap ke depan.
Di masa yang akan datang, kebijakan extra-ordinary policy yang didukung dengan extra-
ordinary spending perlu dilanjutkan untuk memberikan daya dukung yang lebih reliable bagi
perekonomian masyarakat dalam menghadapi dampak pandemi covid-19 dengan memperbaiki
prosedur tata kelola dan dukungan legal standing untuk menjaga akuntabilitas.
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.kemenkeu.go.id/media/16835/informasi-apbn-2021.pdf
2. https://www.kemenkeu.go.id/media/18019/apbn-kita-juni-2021.pdf
3. https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/menkeu-refocusing-anggaran-rp26-2-
triliun-untuk-penanganan-covid-19/
4. https://papuabarat.bps.go.id/
5. https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/79251/M.%20Rondhi_Modul%
20Ek.%20Makro.pdf?sequence=1&isAllowed=y
6. https://www.ruangguru.com/blog/apa-itu-pertumbuhan-ekonomi-dan-teori-teori-
pendukungnya
7. https://money.kompas.com/read/2020/08/05/163000326/ekonom-belanja-pemerintah-
menjadi-kunci-terhindarnya-ri-dari-resesi?page=all

Anda mungkin juga menyukai