1.400 100%
Miliar
Mengacu pada grafik tersebut di atas agregat belanja Pemerintah di Kabupaten Fakfak
menunjukkan pola yang sama yaitu cenderung rendah pada awal tahun dan menumpuk pada
akhir tahun anggaran. Nilai belanja pemerintah secara periodik tidaklah sama, tetapi
berfluktuasi. Fluktuasi agregat belanja Pemerintah setiap periodenya dipengaruhi oleh banyak
hal antara lain persiapan pelaksanaan pekerjaan dan kebijakan fiskal yang reaktif dan agil,
khususnya dalam rangka mengatasi damapak pandemi Covid-19, yang mana pemerintah
mengambil berbagai langkah antisipatif yang diperlukan sebagaimana telah penulis paparkan
sebelumnya melalui kebijakan yang extra-ordinary yang didukung dengan extra-spending.
Mengapa belanja Pemerintah sangat penting bagi perekonomian Papua Barat dan khususnnya
Kabupaten Fakfak? Belanja Pemerintah menjadi trigger dalam multiplier effect aktivitas
perekonomian di masyarakat, di samping itu belanja Pemerintah secara langsung merupakan
komponen utama pembentuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Papua Barat. Saat
ini Produk Domestik Regional Bruto menjadi tolok ukur paling reliable untuk mengukur
tingkat keberhasilan pembangunan yang dilakukan di suatu daerah. Produk Domestik Regional
Bruto adalah jumlah nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di daerah
tersebut. Menghitung PDRB bertujuan untuk membantu membuat kebijakan daerah atau
perencanaan, evaluasi hasil pembangunan, memberikan informasi yang dapat menggambarkan
kinerja perekonomian daerah. PDRB dinilai dalam satuan moneter dan dirinci menurut
berbagai kegiatan ekonomi (economic activities) yang membangun perekonomian wilayah
yang bersangkutan, seperti: pertanian, pertambangan, industri manufaktur, perdagangan, dan
sebagainya.
Secara umum pertumbuhan ekonomi adalah gambaran perekonomian dari waktu ke waktu
yang ditunjukkan dengan nilai produksi yang dihasilkan suatu daerah secara keseluruhan.
Secara sederhana, nilai produksi disebut dengan PDRB yang merupakan perkalian kuantitas
barang dan harga barang yang diukur dalam satuan uang. Secara matematis formulasi
pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut: Pertumbuhan ekonomi = (PDRB𝑡−PDRB𝑡−1)/
PDRB𝑡−1 x 100%. Di mana PDRBt adalah pendapatan daerah tahun tertentu, PDRBt-1 adalah
pendapatan periode sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi diukur dengan persentase.
PDRB dihitung dengan pendekatan Pengeluaran agregat (Y) = C+I+G+NX.
Dimana:
C : Konsumsi Rumah Tangga,
I : Investasi,
G : Konsumsi Pemerintah
NX : Net Export (Expor dikurangi Impor)
Di dalam struktur PDRB Papua Barat, belanja Pemerintah (G) merupakan salah satu
penyumbang terbesar pembentuk PDRB. Untuk mengetahui nilai belanja Pemerintah
berdasarkan grafik di atas, nilai belanja APBN yang disalurkan melalui KPPN Fakfak secara
periodik setiap triwulan (non-kumulatif) dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel 1. Realisasi Belanja Pemerintah melalui KPPN Fakfak di Kab. Fakfak dan Kontribusi
Konsumsi Pemerintah Terhadap PDRB
Share Konsumsi
Pertumbuhan
No Periode Realisasi APBN Per Triwulan Pemerintah* Thd
Ekonomi
PDRB
1 Triwulan 4 TA 2019 Rp347,41 Miliar 20,46% 2,66%
2 Triwulan 1 TA 2020 Rp120,11 Miliar 14,98% 0,53%
3 Triwulan 2 TA 2020 Rp275,88 Miliar 16,84% -3,35%
4 Triwulan 3 TA 2020 Rp438,64 Miliar 20,00% -0,77%
5 Triwulan 4 TA 2020 Rp758,00 Miliar 19,99% 1,00%
6 Triwulan 1 TA 2021 Rp106,26 Miliar 19,81% -2,39%
7 Triwulan 2 TA 2021 Rp282,67 Miliar 17,08% -1,76%
8 Triwulan 3 TA 2021 Rp323,37 Miliar 18,24% N/A
* Pemerintah seluruh Papua Barat untuk mengetahui besaran kontribusi konsumsi pemerintah terhadap total PDRB
3. Korelasi Belanja Pemerintah Terhadap Perekonomian Masyarakat.
Sepanjang akhir tahun 2019 sampai dengan akhir tahun 2021 pertumbuhan ekonomi Papua
Barat dan Fakfak cenderung mengalami penurunan dari waktu ke waktu meskipun pada
beberapa moment setelah gelontoran realisasi APBN yang meningkat diikuti pula dengan
membaiknya pertumbuhan ekonomi.
Mengacu pada tingkat inflasi sepanjang periode tersebut, sebagaimana tabel berikut ini,
menunjukkan lesunya aktivitas ekonomi masyarakat yang ditandai dengan laju inflasi yang
sangat rendah dan bahkan mengalami deflasi pada berbagai kesempatan. Kondisi
perekonomian yang lesu akan membuat masyarakat semakin tertekan apabila Pemerintah tidak
mengambil kebijakan APDN yang ekspansif.
Periode Inflasi (m-to-m) Periode Inflasi (m-to-m) Periode Inflasi (m-to-m) Periode Inflasi (m-to-m)
Dec-20 0,67 Jun-20 1,09 Dec-20 0,08 Jun-21 1,09
Jan-20 -0,45 Jul-20 1,05 Jan-21 0,2 Jul-21 1,05
Feb-20 0,31 Aug-20 2,83 Feb-21 -0,46 Aug-21 0,03
Mar-20 -0,35 Sep-20 -0,73 Mar-21 0,78 Sep-21 -0,73
Apr-20 0,24 Oct-20 -0,87 Apr-21 0,08 Oct-21 0,24
May-20 1,05 Nov-20 0,33 May-21 1,05 Nov-21 0,23
Shared komponen konsumsi Pemerintah terhadap PDRB yang cukup besar merefleksikan
belanja Pemerintah memiliki kontribusi yang signifikan. Dengan didukung data history yang
menunjukkan kontribusi belanja Pemerintah secara langsung perekonomian masyarakat
tersebut, kebijakan APBN yang ekspansif akan memberikan dampak yang signifikan dalam
mendorong aktivitas ekonomi masyarakat.
Untuk memetakan korelasi antara Belanja Pemerintah dengan tingkat kesejahteraan
masyarakat, penulis menghubungkan antara realisasi Belanja per triwulan dengan pertumbuhan
ekonomi yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) secara periodik per triwulan. Di mana
belanja Pemerintah pada periode ini hasilnya akan tampak pada periode berikutnya berdasarkan
sensus BPS, dikarenakan adanya time-lag periode realisasi dengan waktu yang diperlukan oleh
BPS untuk mengadakan survey dan mengolah hasil survey tersebut. Mengapa seperti itu?
Kerangka berpikir yang penulis susun sebagai berikut:
Realisasi Belanja Masyarakat Pelaku Ekonomi Belanja Survey + Olah Rilis BRS
Pemerintah Menerima Penghasilan Masyarakat Data BPS
800 5%
758,00
700 4%
600 3%
2,66%
2%
500
438,64 1,00% 1%
400 0,53%
347,41 0%
300 -0,77% 282,67-1%
275,88
200 -1,76%-2%
-2,39%
100 120,11 106,26 -3%
-3,35%
0 -4%
Q4 TA 2019 Q1 TA 2020 Q2 TA 2020 Q3 TA 2020 Q4 TA 2020 Q1 TA 2021 Q2 TA 2021