Anda di halaman 1dari 3

Sampai dengan awal Juni 2021, pandemi Covid-19 masih mengalami eskalasi dan

menelan korban jiwa yang besar. Di Indonesia, jumlah kasus rata-rata harian berada di
kisaran 5.700 kasus. Dampak Pandemi Covid-19 sangat luar biasa, memberikan
tekanan pada perekonomian, stabilitas sistem keuangan dan ketahanan sosial
masyarakat miskin dan rentan.
Ketidakpastian tersebut mengakibatkan kinerja perekonomian masih berada di zona
kontraksi di triwulan I/2021 sebesar 0,74% setelah kontraksi cukup dalam sebesar 2,1%
di tahun 2020. Kontraksi pertumbuhan ekonomi di tahun 2020 mengakibatkan
terjadinya opportunity loss berkisar Rp1.356 triliun. Tekanan terhadap makro fiskal
terefleksi dari peningkatan defisit yang signifikan mencapai 6,1% PDB (2020) serta
rasio utang yang meningkat tajam mencapai 39,4% PDB di tahun 2020 dibandingkan
tahun 2019 yang sebesar 30,2% PDB. Hal ini terutama dipengaruhi oleh kontraksi
penerimaan perpajakan di tahun 2020 sebesar 16,9% (yoy) atau hanya mencapai
8,33% PDB. Di saat yang sama, belanja negara justru meningkat cukup besar
mencapai Rp2.593,5T (16,8% PDB) untuk mendukung penanganan Covid-19 dan
pemulihan ekonomi melalui penanganan kesehatan, program perlindungan sosial,
dukungan untuk UMKM dan dunia usaha serta dukungan sektor terdampak lainnya.
Namun demikian berbagai indikator telah menunjukkan arah perbaikan dalam beberapa
bulan terakhir. Indikator PMI Manufaktur Indonesia di bulan Mei 2021 mencapai 55,3
yang menunjukkan terjadinya ekspansi selama 6 bulan berturut-turut. Indikator Google
Mobility dan konsumsi listrik yang lekat dengan aktivitas ekonomi terus menunjukkan
perbaikan. Di sisi kesejahteraan, stimulus APBN berhasil memperbaiki tingkat
pengangguran menjadi 6,26% di bulan Februari 2021 dari sebelumnya sebesar 7,07%
di bulan Agustus 2020. Koordinasi Pemerintah bersama Bank Indonesia dan Otoritas
Jasa Keuangan serta Lembaga Penjamin Simpanan dalam mengantisipasi pemburukan
ekonomi dan keuangan akan terus dilakukan untuk mempercepat pemulihan ekonomi
dan meletakkan dasar bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pasca pandemi.
Namun patut diwaspadai bahwa ancaman Covid-19 masih membayangi pemulihan.
Keberhasilan program vaksinasi dan kebutuhan sumber daya yang besar untuk
memberikan stimulus akan menjadi faktor penting untuk mempercepat pemulihan.
Upaya pemulihan dari krisis akibat pandemi juga menjadi momentum yang tepat untuk
berbenah mengatasi permasalahan struktutral agar fondasi perekonomian menjadi lebih
kokoh guna menopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Reformasi struktural
perlu terus ditempuh dalam rangka peningkatan produktivitas, penguatan daya saing
dan peningkatan kapasitas produksi. Upaya reformasi struktural terutama dilakukan
dalam penguatan sumber daya manusia, percepatan pembangunan infrastruktur
pendukung transformasi ekonomi dan reformasi institusi dan birokrasi. Reformasi
struktural juga perlu diimbangi dengan konsistensi reformasi fiskal dalam rangka
mendorong arah pengelolaan fiskal lebih sehat, berdaya tahan, mampu mengendalikan
risiko sehingga dapat memelihara keberlanjutan fiskal jangka menengah-panjang.
Reformasi fiskal yang holistik akan dilakukan baik pada sisi pendapatan, belanja
maupun pembiayaan. Konsolidasi fiskal juga diharapkan dapat meminimalisasi
terjadinya crowding out effect dalam perekonomian sehingga dapat menjaga iklim
investasi swasta yang lebih kondusif. Reformasi dan konsolidasi fiskal juga merupakan
bentuk nyata komitmen pemerintah untuk memenuhi amanat UU No. 2/2020 agar defisit
anggaran kembali maksimal 3% di tahun 2023.
Tahun 2021 adalah tahun kedua dimana penyusunan dokumen Kerangka Ekonomi
Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) dilakukan dalam suasana
ketidakpastian yang tinggi akibat pandemi Covid-19. Dokumen KEM PPKF 2022 yang
akan menjadi dasar penyusunan APBN 2022 disusun dengan mencermati dinamika
perekonomian terkini dan prospek perekonomian ke depan serta tantangan dan target
pembangunan yang hendak dicapai. Dalam dokumen KEM PPKF 2022, arsitektur
kebijakan fiskaldidesain untuk mendukung “Pemulihan Ekonomi dan Reformasi
Struktural.” Penekanan fokus kebijakan fiskal dilakukan pada upaya pemantapan
pemulihan sosial-ekonomi serta untuk mendukung pelaksanaan reformasi struktural
secara lebih optimal.Secara umum arah kebijakan fiskal pada tahun 2022 adalah
sebagai berikut:
1. Pertama, melanjutkan upaya pemantapan pemulihan ekonomi, dengan tetap secara
konsisten memprioritaskan penuntasan penanganan Covid-19 sebagai kunci pemulihan
ekonomi.
2. Kedua, melanjutkan program pemulihan ekonomi dalam rangka menjaga tren
pemulihan agar tetap
berlanjut dan semakin solid. Hal ini ditempuh dengan menjaga keberlanjutan program
perlindungan sosial untuk menjaga konsumsi dan mencegah kemunduran sosial bagi
masyarakat miskin dan rentan,serta memperkuat daya ungkit UMKM dan dunia usaha
agar mampu bangkit menjalankan usahanya.
3. Ketiga, mendukung reformasi struktural dalam rangka peningkatan kapasitas
produksi dan daya saing melalui penguatan sumber daya manusia (SDM), yaitu
penguatan kualitas pendidikan dalam mewujudkan SDM unggul yang berdaya saing,
penguatan sistem kesehatan yang terintegrasi dan handal, serta penguatan program
perlindungan sosial yang berbasis siklus hidup dan antisipasi aging population serta
adaptif. Sementara itu reformasi struktural juga diarahkan untuk penguatan dukungan
infrastruktur ICT, konektivitas, energi dan pangan untuk mendukung transformasi
ekonomi, serta penguatan institusional dan simplifikasi regulasi antara lain melalui
reformasi birokrasi dan terobosan UU Cipta Kerja, dan penguatan peran Sovereign
Wealth Fund (SWF).
4. Keempat, mendukung pemantapan pemulihan dan reformasi struktural melalui
berbagai terobosan dan inovasi kebijakan fiskal dalam rangka optimalisasi pendapatan,
penguatan spending better dan inovasi pembiayaan. Upaya optimalisasi pendapatan
ditempuh melalui penggalian potensi, perluasan basis perpajakan, peningkatan
kepatuhan wajib pajak dan optimalisasi pengelolaan asset dan inovasi layanan.
Sedangkan penguatan spending better ditempuh dengan mendorong agar pemanfaatan
anggaran benar-benar sesuai kebutuhan dan efektif untuk menstimulasi perekonomian
dan meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat. Hal ini ditempuh dengan
mendorong agar
pemanfaatan anggaran difokuskan pada program prioritas, efisien untuk kebutuhan
operasional,medorong susbsidi yang tepat sasaran melalalui transformasi subsidi
berbasis komoditas ke subsidi tepat sasaran berbasis orang, serta penguatan
hubungan pusat-daerah dalam pelaksanaan TKDD agar benar-benar sinergis, produktif,
dan memberi manfaat nyata bagi perekonomian dan masyarakat. Sementara itu
terobosan pada sisi pembiayaan diarahkan untuk mendorong inovasi pembiayaan
melalui pengembangan skema KPBU yang lebih masif, pendalaman pasar domestik,
penguatan peran kuasi fiskal (SMV dan SWF), serta mendorong pengelolaan fiscal
buffer yang handal dan efisien.
5. Kelima, menjaga agar pelaksanaan kebijakan fiskal di tahun 2022 dapat berjalan
optimal, sehingga menjadi fondasi yang kokoh terwujudkan konsolidasi fiskal yang
smooth di tahun 2023.

Anda mungkin juga menyukai