Anda di halaman 1dari 19

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsolidasi Fiskal

Konsolidasi fiskal mengacu pada langkah-langkah yang diambil oleh Pemerintah


untuk melakukan pengendalian atas kenaikan defisit fiskal. Konsolidasi fiskal
merupakan suatu proses dimana kesehatan fiskal pemerintah semakin membaik yang
ditunjukkan dengan berkurangnya defisit fiskal. Instrumen utama yang digunakan dalam
konsolidasi fiskal ini adalah dengan meningkatkan realisasi penerimaan negara dan
menyelaraskan pengeluaran negara dengan lebih bijak

Menurut Lexicon.ft dalam Financial Times, konsolidasi fiskal adalah terjadinya


pengurangan pada defisit fiskal. Namun hal ini tidak bertujuan untuk menghilangkan
utang fiskal. Di India, defisit fiskal menjadi indikator utama untuk menunjukkan
kesehatan fiskal pemerintah. Defisit fiskal menunjukkan jumlah pinjaman pemerintah
untuk tahun tertentu. Defisit fiskal yang terlalu tinggi menyebabkan beban pembayaran
bunga dan bagi perekonomian menghasilkan efek inflasi, dan meningkatnya suku
bunga dalam perekonomian.

B. Strategi Konsolidasi Fiskal Indonesia

Menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani, Untuk memperoleh basis perhitungan


yang lebih realistis pada RAPBN 2017, pemerintah sudah menyiapkan langkah-langkah
konsolidasi fiskal yang sudah dibangun.

Strategi pertama melanjutkan kebijakan pemberian stimulus fiskal secara terukur


yang lebih berkualitas dengan antara lain menyediakan insentif fiskal untuk kegiatan
ekonomi strategis, beras pada kompetisi dan perbaikan produktivitas, dan
memfokuskan pembangunan infrastruktur untuk mendukung upaya peningkatan
kapasitas produksi dan daya saing nasional, dengan tetap menjaga efisiensi anggaran.
Strategi kedua adalah meningkatkan daya tahan fiskal melalui penyediaan bantalan
fiskal, meningkatkan fleksibilitas fiskal, dan mengendalikan kerentanan fiskal.

Langkah selanjutnya, adalah menjaga keberlanjutan fiskal melalui langkah-langkah


pengendalian defisit APBN, pengendalian rasio utang terhadap PDB, serta
pengendalian defisit keseimbangan primer.

Dalam sebuah wawancara di Gedung DPR RI Sri Mulyani menjelaskan bahwa


dengan strategi dan langkah-langkah konsolidasi fiskal ini RAPBN tahun anggaran
2017 dapat dirancang lebih realistis sesuai dengan batas-batas kemampuan keuangan
negara dan tetap bersifat ekspansif serta semakin terkendali, dengan tingkat defisit
sebesar 2,41 persen terhadap PDB.

C. Tantangan Konsolidasi Fiskal di Indonesia

Kebijakan-kebijakan yang telah dibuat dalam RAPBN 2017 ditujukan untuk


mendukung pencapaian sasaran-sasaran pembangunan yang telah ditetapkan,
utamanya untuk mendukung tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,
penciptaan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, dan pengurangan kesenjangan.
Namun, keberhasilan untuk mencapai sasaran pembangunan tersebut sangat
dipengaruhi berbagai dinamika, baik yang terjadi di tingkat global maupun domestik
yang merupakan tantangan sekaligus peluang dalam tahun konsolidasi fiskal.

Tantangan Pertama dalam tahun konsolidasi fiskal adalah dinamika ekonomi global,
yaitu belum pulihnya perekonomian global dan harga komoditas. Meskipun
perkembangan ekonomi global di tahun 2017 diproyeksikan akan membaik, namun
Pemerintah tetap mewaspadai berbagai tantangan global yang diperkirakan akan
dihadapi di sepanjang tahun 2017. Pertama, perlambatan pertumbuhan ekonomi
Tiongkok yang diproyeksikan masih akan terus berlanjut. Perlambatan ekonomi di
Tiongkok merupakan dampak dari proses transisi perubahan sumber pertumbuhan
ekonomi Tiongkok dari sektor investasi ke sektor konsumsi dan jasa. Tiongkok
merupakan salah satu negara mitra dagang utama Indonesia, dampaknya akan
langsung dirasakan melalui turunnya aktivitas ekspor impor antarnegara. Kedua, masih
lemahnya harga komoditas utama sebagai akibat dari turunnya permintaan dan
lemahnya ekonomi dunia. Sebagai negara yang sebagian besar masih bertumpu pada
ekspor komoditas khususnya minyak dan gas bumi, maka Indonesia masih harus
menghadapi risiko belum membaiknya harga minyak dunia yang telah mengalami
penurunan drastis sejak tahun 2011.

Tantangan kedua dalam tahun konsolidasi fiskal adalah pengelolaan kebijakan


fiskal. Dalam rangka menghadapi berbagai tantangan perekonomian global dan
memitigasi dampaknya terhadap perekonomian domestik, Pemerintah akan terus
berupaya memperkuat pondasi perekonomian nasional agar mampu bertahan dan tetap
tumbuh secara berkesinambungan. Untuk itu, dalam tahun 2017 Pemerintah akan
menempuh kebijakan ekspansi fiskal yang terarah dan secara efektif meningkatkan
aktivitas ekonomi masyarakat dengan fokus untuk mendukung percepatan
pembangunan infrastruktur dan konektivitas antarwilayah, serta kegiatan ekonomi
produktif. Melambatnya perekonomian domestik pada tahun 2016 akibat melemahnya
perekonomian global diperkirakan akan menyebabkan realisasi pendapatan negara
lebih rendah daripada targetnya (shortfall). Dengan demikian, tantangan pengelolaan
pendapatan negara tahun 2017 adalah memobilisasi pendapatan negara tahun 2017
dengan meminimalkan dampaknya terhadap iklim investasi dan dunia usaha. Pada sisi
belanja negara, tantangan terbesar pada tahun 2017 adalah mewujudkan kebijakan
belanja yang sehat, berkualitas, dan berkelanjutan melalui peningkatan produktivitas,
efektivitas dan efisiensi belanja, serta pengendalian risiko dalam perspektif jangka
pendek, menengah, maupun panjang. Efektivitas belanja negara mendapatkan
tantangan, antara lain pola dan tingkat penyerapan anggaran belanja yang belum
optimal, ketepatan penyaluran subsidi yang perlu ditingkatkan, dan pemenuhan
anggaran belanja wajib yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan
(mandatory spending). Selanjutnya, tantangan dalam pembiayaan anggaran adalah
upaya untuk mencari sumber pembiayaan dengan biaya yang lebih murah, tidak
menimbulkan crowding out, mendorong financial deepening, serta menjaga
kesinambungan fiskal. Sedangkan tantangan kebijakan pembiayaan utang antara lain
adalah upaya mengoptimalkan peran serta masyarakat dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pembiayaan dan melakukan pendalaman pasar obligasi domestik, dan
meningkatkan pemanfaatan fasilitas pinjaman tunai sebagai alternatif instrumen
pembiayaan.

Tantangan yang ketiga dalam konsolidasi fiskal adalah pembangunan sektor riil.
Beberapa tantangan pembangunan domestik yang perlu menjadi perhatian utama
adalah struktur dan kelembagaan perekonomian yang perlu ditingkatkan kualitasnya,
seperti terbatasnya kapasitas produksi dan rendahnya daya saing, masih kurangnya
inovasi dan rendahnya tingkat teknologi, kesenjangan ekonomi, dan kedaulatan
pangan. Perekonomian nasional masih menghadapi keterbatasan kapasitas produksi
dan daya saing sebagai konsekuensi dari terbatasnya ketersediaan infrastruktur,
pasokan energi, serta kualitas sumber daya manusia. Oleh sebab itu, Pemerintah akan
mendorong kapasitas sektor manufaktur dan industri pengolahan agar tumbuh dan
mampu bersaing di pasar internasional. Peningkatan daya saing dan produktivitas
industri nasional diupayakan melalui pengembangan sumber daya manusia yang
kompetitif, pembaruan permesinan industri, inovasi dan akses terhadap sumber
teknologi, serta memanfaatkan jaringan produksi global (global production network). Di
samping itu, akses masyarakat terhadap pembiayaan akan dipermudah khususnya
bagi koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah sehingga dapat mendorong
tumbuhnya sektor riil secara lebih nyata. Pada sisi lain, struktur perekonomian domestik
dengan permintaan dan konsumsi domestik yang tinggi akibat peningkatan kelompok
masyarakat berpendapatan menengah dengan daya beli yang cukup kuat harus
diimbangi dengan sisi produksi. Sehingga peningkatan investasi dan aktivitas produksi
adalah tantangan struktural yang harus segera dibenahi, dan butuh dukungan
infrastruktur, energi, kualitas sumber daya manusia, teknologi serta sumber
pembiayaan yang memadai. Hal lain yang menjadi permasalahan utama dari
pembangunan nasional adalah masih rendahnya tingkat produksi barang-barang yang
mempunyai nilai tambah tinggi, sehingga diperlukan pemanfaatan teknologi tepat guna.
Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi telah berhasil mendorong peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang ditandai oleh tren penurunan tingkat kemiskinan dan
kesenjangan pendapatan. Meskipun angka kemiskinan cenderung menurun, namun
terdapat kecenderungan dimana golongan bawah mengalami pertumbuhan lebih
rendah dibandingkan golongan atas. Hal ini berarti capaian pertumbuhan ekonomi
masih dibayangi oleh terjadinya kesenjangan pembangunan antarwilayah, karena
distribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut wilayah yang masih
didominasi oleh Provinsi di Sumatera-Jawa-Bali yakni sekitar 80 persen dari total PDB.
Sementara itu, tantangan untuk mewujudkan kedaulatan pangan tetap penting bagi
bangsa Indonesia, mengingat kebutuhan pangan domestik yang terus meningkat untuk
mengimbangi peningkatan laju jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Peningkatan
jumlah penduduk tersebut membutuhkan pemenuhan kebutuhan pangan domestik
sebagai salah satu prasyarat bagi pelaksanaan pembangunan.

D. Kebijakan Kebijakan Pemerintah dalam RAPBN 2017


1. Kebijakan Pendapatan RAPBN 2017

Pendapatan menjadi peran penting dalam setiap rumusan APBN, namun pada
tahun 2017 Pendapatan Negara dibuat lebih realistis dengan memperhatikan potensi
penerimaan di Indonesia. Peranan pendapatan negara sebagai sumber utama dalam
pendanaan program pembangunan nasional terus meningkat setiap tahunnya. Sebagai
upaya untuk meningkatkan kemandirian bangsa, pendapatan negara terus digali dan
dioptimalkan sehingga dapat mengurangi ketergantungan pembiayaan yang bersumber
dari utang melalui instrumen-instrumen fiskal yang dimiliki, termasuk melalui
perencanaan kebijakan fiskal tahunan. Sebagai sumber utama pendapatan negara,
pendapatan dalam negeri merupakan komponen utama yang terdiri dari penerimaan
perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak. Sedangkan penerimaan hibah hanya
mengambil porsi yang sangat kecil karena sangat tergantung pada komitmen dan jenis
kegiatan yang ditargetkan oleh pemberi hibah. Di sisi pendapatan dalam negeri,
penerimaan perpajakan terus dioptimalkan sehingga secara bertahap dapat
mengurangi peran penerimaan negara bukan pajak khususnya dari sumber daya alam
minyak dan gas bumi, yang semakin menurun dan rentan terhadap gejolak harga dan
permintaan dunia.
Dalam APBNP tahun 2016, kontribusi penerimaan perpajakan ditargetkan
mencapai 86,2 persen dari target pendapatan negara. Di tengah masih melemahnya
pertumbuhan ekonomi dunia serta rendahnya harga komoditas utama seperti minyak
dan gas bumi, batubara, serta perkebunan dan kelapa sawit, penerimaan perpajakan
dari ketiga sektor tersebut terus menurun. Penerimaan perpajakan dari tiga sektor
komoditi tersebut pada tahun 2014 dan 2015 mengalami pertumbuhan yang negatif.
Namun demikian, kinerja total penerimaan perpajakan tetap membaik dan tumbuh
secara konsisten setiap tahunnya. Penerimaan perpajakan tumbuh 6,5 persen dalam
tahun 2014, dan 8,2 persen dalam tahun 2015. Hal ini tidak terlepas dari berjalannya
reformasi struktural di sektor perpajakan baik secara internal melalui penguatan institusi
dan kapasitas sumber daya manusia, penguatan IT dan perbaikan administrasi
perpajakan, maupun upaya intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan perpajakan.
Namun demikian, Pemerintah masih dihadapkan pada tantangan belum optimalnya
rasio penerimaan perpajakan terhadap PDB (tax ratio) yang cenderung fluktuatif. Dalam
lima tahun terakhir (2012-2016), tax ratio (termasuk SDA migas dan pertambangan)
tertinggi dicapai pada tahun 2012 sebesar 13,9 persen, dan ditargetkan turun menjadi
12,9 persen dalam APBNP tahun 2016. Pemerintah terus berupaya untuk
mengoptimalkan pendapatan negara yang terdiri atas penerimaan perpajakan,
penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dan penerimaan hibah. Dengan semakin
menguatnya pertumbuhan ekonomi di negara maju dan negara berkembang, pada
tahun 2017, kondisi ekonomi makro Indonesia diperkirakan akan mulai membaik
dibandingkan dengan tahun 2016.
Oleh karena itu, berdasarkan asumsi-asumsi ekonomi makro yang telah dibahas
dalam RAPBN 2017, pendapatan negara pada tahun 2017 diperkirakan akan mencapai
Rp1.737.629,4 miliar. Dari jumlah tersebut, penerimaan perpajakan mencapai sebesar
Rp1.495.893,8 miliar, PNBP sebesar Rp240.362,9 miliar, dan hibah sebesar Rp1.372,7
miliar. Secara umum, kebijakan pendapatan negara dalam RAPBN tahun 2017 adalah
optimalisasi pendapatan negara dengan tetap menciptakan iklim investasi yang sehat,
mempertahankan daya beli masyarakat, serta mampu menciptakan daya saing dan nilai
tambah perekonomian nasional. Pendapatan dalam negeri dalam RAPBN 2017
ditargetkan mencapai Rp1.736.256,7 miliar atau menurun 2,7 persen jika dibandingkan
dengan APBNP tahun 2016. Pendapatan dalam negeri terdiri dari penerimaan
perpajakan sebesar Rp1.495.893,8 miliar dan PNBP sebesar Rp240.362,9 miliar.
Seperti terlihat pada postur RAPBN 2017 di bawah ini.

Pendapatan Negara dalam Postur RAPBN Tahun 2017

2. Kebijakan Belanja RAPBN 2017

Komponen belanja negara yang terdiri dari anggaran belanja pemerintah pusat
bersama-sama dengan transfer ke daerah dan dana desa mempunyai peranan yang
sangat penting dalam mencapai sasaran-sasaran pokok dan pelaksanaan prioritas
pembangunan nasional sebagaimana yang direncanakan di dalam rencana kerja
pemerintah . Untuk itu, RAPBN tahun 2017 disusun selain mengacu pada kerangka
ekonomi makro dan pokok pokok kebijakan fiskal (KEM PPKF) tahun 2017, juga harus
sejalan dengan strategi dan prioritas pembangunan nasional dalam RKP tahun 2017.
Kebijakan umum belanja pemerintah pusat dalam RAPBN tahun 2017 akan diarahkan
untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan, antara lain melalui upaya:

(1) memacu pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan merata;

(2) mengurangi kemiskinan;


(3) mengurangi pengangguran; dan

(4) mengendalikan inflasi.

Pemerintah juga akan senantiasa mempertajam efisiensi dan efektivitas


penggunaan belanja pemerintah pusat guna meningkatkan kualitas belanja negara.
Dengan mengacu kepada kebijakan umum tersebut, belanja pemerintah pusat tetap
difokuskan pada upaya-upaya mendanai program prioritas nasional dalam bentuk
pembangunan infrastruktur serta pengurangan kesenjangan dan kemiskinan.
Selanjutnya untuk mencapai fokus pembangunan tersebut, pemanfaatan belanja
pemerintah pusat juga diarahkan pada peningkatan kualitas belanja produktif dan
prioritas yang antara lain difokuskan pada upaya:

1. melanjutkan kebijakan efisiensi subsidi yang lebih tepat sasaran;


2. meningkatkan kualitas dan efektivitas program perlindungan sosial, seperti Kartu
Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS), Program Keluarga Harapan
(PKH), Beras Sejahtera (Rastra), dan Beasiswa Bidik Misi;
3. meningkatkan efektivitas pelayanan dan keberlanjutan Program Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN);
4. memantapkan reformasi birokrasi antara lain dengan mempertahankan tingkat
kesejahteraan aparatur negara; dan
5. memperkuat kepastian dan penegakan hukum, stabilitas pertahanan dan
keamanan, serta politik dan demokrasi.

Dengan mengacu pada isu-isu strategis dan kebijakan umum tersebut, alokasi
anggaran belanja pemerintah pusat dalam RAPBN tahun 2017 direncanakan sebesar
Rp1.310.439,3 miliar (9,5 persen dari PDB). Alokasi anggaran belanja pemerintah pusat
dalam RAPBN tahun 2017 tersebut akan digunakan terutama untuk mendukung
pendanaan berbagai program pembangunan, baik yang dilaksanakan oleh K/L sesuai
tugas dan fungsinya, maupun program-program yang bersifat lintas sektoral atau yang
dialokasikan melalui Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (non-K/L).
Belanja Pemerintah dalam RAPBN 2017 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Belanja Negara dalam postur RAPBN 2017

3. Kebijakan Transfer Daerah dan Dana Desa RAPBN 2017

Salah satu pos penting dalam anggaran Belanja Negara RAPBN tahun 2017 adalah
Transfer ke Daerah dan Dana Desa. Kebijakan Transfer ke Daerah dan Dana Desa
merupakan instrumen penting bagi pelaksanaan desentralisasi fiskal, untuk mendanai
beberapa urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah berdasarkan
ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Selain itu, kebijakan
Transfer ke Daerah dan Dana Desa juga merupakan bentuk implementasi dari
pelaksanaan Nawacita yang ketiga yakni membangun Indonesia dari pinggiran dengan
memperkuat pembangunan daerah dan desa dalam kerangka NKRI. Untuk itu dalam
RAPBN tahun 2017, kebijakan umum Transfer ke Daerah dan Dana Desa diarahkan
pada enam perubahan sebagai berikut:

1. Mengkonsolidasikan anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa sejalan


dengan anggaran kementerian negara/lembaga (K/L).
2. Memperbaiki pengalokasian dan optimalisasi penggunaan Dana Transfer Umum,
melalui: (a) perbaikan pengalokasian, penyaluran dan penggunaan Dana Bagi
Hasil(DBH); (b) perbaikan bobot Alokasi Dasar dan/atau bobot variabel yang
digunakan dalam perhitungan alokasi Dana Alokasi Umum (DAU) dengan
mempertimbangkan pengalihan kewenangan dari kabupaten/kota kepada
provinsi; dan (c) peningkatan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah.
3. Memperbaiki pengalokasian Dana Transfer Khusus untuk percepatan
peningkatan pelayanan dasar publik dan pencapaian prioritas nasional, melalui:
(a) pengalokasian DAK fisik berdasarkan usulan daerah dan prioritas nasional,
dengan memberikan afirmasi kepada daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan
dan transmigrasi; dan (b) pengalokasian DAK Nonfisik sesuai dengan kebutuhan
untuk mendukung peningkatan pelayanan publik di daerah.
4. Mengalokasikan anggaran Dana Insentif Daerah (DID) untuk memberikan
penghargaan kepada daerah yang berkinerja baik dalam pengelolaan keuangan
daerah, pelayanan dasar publik, serta perekonomian daerah dan kesejahteraan
masyarakat.
5. Melakukan efisiensi dan efektivitas Dana Otonomi Khusus Provinsi Papua,
Papua Barat, dan Provinsi Aceh, serta Dana Keistimewaan Daerah Istimewa
Yogyakarta.
6. Mengalokasikan Dana Desa secara bertahap untuk memenuhi amanat Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Dengan memerhatikan arah kebijakan Transfer ke Daerah dan Dana Desa


sebagaimana diuraikan di atas, serta memerhatikan kondisi kemampuan keuangan
negara dalam menjaga kesinambungan fiskal (fiscal sustainability), maka dalam
RAPBN tahun 2017 anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa direncanakan
sebesar Rp760.026,7 miliar atau lebih rendah 2,1 persen dari pagunya dalam APBNP
tahun 2016. Penurunan ini berkaitan dengan turunnya rencana penerimaan negara
yang berdampak pada turunnya anggaran Transfer ke Daerah, khususnya pagu Dana
Bagi Hasil yang dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penerimaan negara yang
dibagihasilkan. Selain itu, dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan negara
yang relatif terbatas, maka pada tahun anggaran 2017 juga terdapat penurunan alokasi
pagu Dana Alokasi Khusus bila dibandingkan dengan pagunya dalam APBNP 2016.

Dengan pagu anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang relatif lebih
rendah dibandingkan dengan pagu pada tahun 2016, maka Pemerintah akan
melakukan beberapa kebijakan yang diarahkan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa. Kebijakan tersebut antara
lain dilakukan melalui optimalisasi pengalokasian DAU yang mempertimbangkan
pengalihan urusan, pengalokasian DAK yang lebih fokus dan terarah pada kegiatan per
bidang/subbidang yang menjadi prioritas daerah dan prioritas nasional, penyaluran DAK
berdasarkan kinerja penyerapan dana di daerah, pengendalian saldo kas daerah, dan
penguatan sistem monitoring dan evaluasi atas penggunaan Transfer ke Daerah dan
Dana Desa. Kebijakan transfer pemerintah pada RAPBN 2017 bisa dilihat pada gambar
dibawah ini:

Transfer ke Daerah dan Dana Desa pada RAPBN 2017

4. Kebijakan Pembiayaan RAPBN 2017

Dalam RAPBN tahun 2017, Pemerintah diberikan amanat untuk memilih angka
defisit yang tidak terlalu tinggi dan pemenuhan belanja yang baik. Dalam kerangka
tersebut, target defisit anggaran dalam RAPBN tahun 2017 direncanakan sebesar 2,41
persen terhadap PDB. Untuk membiayai defisit RAPBN tahun 2017, Pemerintah akan
memanfaatkan sumber pembiayaan terutama berasal dari utang.
Dalam tahun anggaran 2017, Pemerintah akan menerbitkan instrumen Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN) berupa sukuk pembiayaan proyek (project financing)
di pasar domestik untuk membiayai berbagai program seperti program pengelolaan dan
penyelenggaraan transportasi perkeretaapian di Kementerian Perhubungan, program
penyelenggaraan jalan dan pengelolaan sumber daya air di Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat, serta program pendidikan Islam, penyelenggaraan haji
dan umroh, serta bimbingan masyarakat Islam di Kementerian Agama.
Pinjaman luar negeri antara lain digunakan untuk membiayai pembangunan
infrastruktur jalan melalui proyek Western Indonesia National Roads Improvement
(WINRIP) dan Toll Road Development of Solo-Kertosono Phase I, serta infrastruktur
kelistrikan melalui kegiatan Upper Cisokan Pumped Storage Hydro Electrical Power
(1.040 MW) Project.
Pemerintah juga akan melakukan pembiayaan investasi, pemberian pinjaman,
kewajiban penjaminan, dan pembiayaan lainnya. Pembiayaan investasi terdiri dari
investasi kepada BUMN, investasi kepada lembaga/badan lainnya, investasi kepada
BLU, investasi kepada organisasi/lembaga keuangan internasional/badan usaha
internasional, serta cadangan pembiayaan investasi. Sasaran keluaran (output) yang
diharapkan dapat tercapai dari pengalokasian pembiayaan investasi Pemerintah dalam
RAPBN tahun 2017 antara lain :
a. penjaminan beberapa proyek infrastruktur diantaranya proyek pembangunan PLTU
Mulut Tambang Sumsel 9A, 9B dan 10, serta proyek air minum Bandar Lampung
dan Semarang Barat,
b. mendukung pembiayaan proyek-proyek infrastruktur strategis nasional, proyek
prioritas, atau Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) antara lain proyek
Palapa Ring Paket Tengah dan Timur, serta proyek jalan tol Trans Sumatera ruas
BakauheniTerbanggi Besar,
c. tercapainya Target pembiayaan KPR bagi masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR) sebanyak 120.000 unit,
d. pemenuhan kebutuhan lahan untuk beberapa proyek strategis nasional meliputi 22
proyek ruas tol, tiga proyek rel kereta api, satu proyek Light Rail Transit (LRT), lima
proyek pengembangan bandar udara, satu proyek pembangunan pelabuhan laut,
dan 24 proyek bendungan, serta
e. pemanfaatan hasil investasi dana abadi pendidikan guna mendanai beasiswa dan
membantu pendanaan riset. Hingga akhir tahun 2017, hasil investasi tersebut
diperkirakan dapat membiayai beasiswa bagi 12.748 mahasiswa dan mendanai
1.140 tesis, 521 disertasi, dan 110 judul riset.

Postur Kebijakan Pembiayaan Pemerintah pada RAPBN 2017


BAB I
PENDAHULUAN

Prioritas pembangunan nasional saat ini sudah terfokus pada pembangunan


infrastruktur, pengurangan kemiskinan, dan kesenjangan antar wilayah dengan tetap
konsisten menjaga pengelolaan fiskal yang sehat dan berkelanjutan. Pada tahun 2015
paradigma pengelolaan keuangan negara dirubah dengan mengalihkan sebagian
belanja yang bersifat konsumtif menjadi produktif melalui reformasi subsidi energi dan
belanja negara. Penyerapan anggaran belanja K/L, terutama untuk infrastruktur dalam
Semester I tahun 2016 telah menunjukkan peningkatan hampir dua kali lipat
dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2015. Indikator di bidang kesejahteraan
sosial mengalami perbaikan, terutama ditunjukkan oleh penurunan tingkat kemiskinan
dan gini ratio, serta pengurangan tingkat pengangguran. Indeks Pembangunan Manusia
juga terus mengalami peningkatan dari 68,90 tahun 2014 menjadi 69,55 tahun 2015.
Namun dalam sudut pandang perekonomian global, yang diperkirakan segera
membaik, tetap masih diwarnai ketidakpastian. Lemahnya harga komoditas yang
diproyeksikan masih akan terus terjadi, dapat menghambat upaya untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi. Selain itu juga berpotensi menghambat optimalisasi pendapatan
negara, yang pada akhirnya dapat berdampak pada kesinambungan fiskal. Untuk itu,
dibutuhkan suatu strategi pengelolaan kebijakan fiskal dan APBN yang sehat dan
berkesinambungan
Berdasarkan uraian di atas, Pemerintah menetapkan tahun 2017 sebagai tahun
konsolidasi fiskal, baik di sisi pendapatan negara, belanja negara, maupun sisi
pembiayaan anggaran. Di bidang pendapatan negara, dilakukan perbaikan perhitungan
penerimaan perpajakan agar sejalan dengan basis perhitungan penerimaan perpajakan
yang lebih rasional di tahun 2016. Optimalisasi pendapatan diarahkan pada perluasan
basis pendapatan dengan tetap selaras dengan kapasitas perekonomian, sehingga
tidak mengganggu iklim investasi. Optimalisasi pendapatan ini sudah dimulai tahun
2016 dengan kebijakan tax amnesty.
Di bidang belanja negara, dilakukan efisiensi dan penajaman pada belanja
operasional, namun tetap fokus pada pembangunan infrastruktur, pengurangan
kemiskinan dan kesenjangan sosial, serta penciptaan lapangan kerja. Peningkatan
kualitas belanja dari aspek pelaksanaan anggaran juga terus dioptimalkan melalui
percepatan penyerapan anggaran.
Reformasi pada bidang pendapatan dan belanja tersebut, akan diikuti dengan
upaya menjaga kesinambungan sumber-sumber pembiayaan. Di bidang pembiayaan
akan dilakukan penghematan pada pembiayaan investasi dengan fokus pada
kemandirian BUMN dan infrastruktur dengan mencari sumber pembiayaan yang murah.
Dengan demikian, RAPBN tahun 2017 dirancang lebih realistis, kredibel, dan efisien.
Pemerintah akan berusaha menjaga keberlanjutan reformasi struktural atas
kebijakan fiskal (fiscal sustainability), yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) tahun 2017. RAPBN tahun 2017 ini mengusung tema
Pemantapan Pengelolaan Fiskal untuk Peningkatan Daya Saing dan Mengakselerasi
Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan dan Berkeadilan, strategi yang akan
ditempuh meliputi: (1) meningkatkan kualitas stimulus fiskal; (2) memantapkan daya
tahan fiskal; serta (3) menjaga kesinambungan fiskal. RAPBN tahun 2017 merupakan
instrumen pelaksanaan strategi fiskal yang harus sebangun dengan Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) tahun 2017, sebagai penjabaran atas tahapan pembangunan
tahunan ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2015-2019.
BAB III
SIMPULAN

Konsolidasi fiskal merupakan kebijakan yang diambil oleh Pemerintah untuk


melakukan pengendalian atas defisit fiskal. Konsolidasi fiskal merupakan suatu proses
dimana kesehatan fiskal pemerintah semakin membaik, hal ini terlihat dengan
berkurangnya defisit fiskal. Instrumen yang digunakan dalam konsolidasi fiskal ini
adalah peningkatan realisasi penerimaan negara dan penggunaan belanja negara
dengan lebih efisien.

Kebijakan konsolidasi fiskal pemerintah Indonesia terbagi menjadi tiga strategi


utama yaitu, strategi pertama melanjutkan kebijakan pemberian stimulus fiskal secara
terukur yang lebih berkualitas, strategi kedua adalah dengan meningkatkan daya tahan
fiskal melalui penyediaan bantalan fiskal, meningkatkan fleksibilitas fiskal, dan
mengendalikan kerentanan fiskal, dan strategi yang ketiga adalah dengan menjaga
keberlanjutan fiskal melalui langkah-langkah pengendalian defisit APBN, pengendalian
rasio utang terhadap PDB, serta pengendalian defisit keseimbangan primer.
Dalam proses pelaksanaan kebijakan konsolidasi fiskal ini pemerintah juga
mendapatkan beberapa tantangan. Tantangan pertama dalam tahun konsolidasi fiskal
adalah dinamika ekonomi global, yaitu belum pulihnya perekonomian global dan harga
komoditas. Tantangan kedua dalam tahun konsolidasi fiskal adalah pengelolaan
kebijakan fiskal. Dalam rangka menghadapi berbagai tantangan perekonomian global
dan memitigasi dampaknya terhadap perekonomian domestik, Pemerintah akan terus
berupaya memperkuat pondasi perekonomian nasional agar mampu bertahan dan tetap
tumbuh secara berkesinambungan. Tantangan yang ketiga dalam konsolidasi fiskal
adalah pembangunan sektor riil. Beberapa tantangan pembangunan domestik yang
perlu menjadi perhatian utama adalah struktur dan kelembagaan perekonomian yang
perlu ditingkatkan kualitasnya.
Kebijakan pendapatan negara mengalami penurunan dibandingkan APBNP 2016.
Pendapatan negara pada tahun 2017 diperkirakan akan mencapai Rp1.737.629,4
miliar. Dari jumlah tersebut, penerimaan perpajakan mencapai sebesar Rp1.495.893,8
miliar, PNBP sebesar Rp240.362,9 miliar, dan hibah sebesar Rp1.372,7 miliar. Dalam
hal kebijakan belanja, alokasi anggaran belanja pemerintah pusat dalam RAPBN tahun
2017 direncanakan sebesar Rp1.310.439,3 miliar (9,5 persen dari PDB). Alokasi
belanja ini akan lebih difokuskan untuk pembangunan infrastruktur. Ditinjau dari sisi
transfer, Transfer ke Daerah dan Dana Desa direncanakan sebesar Rp760.026,7 miliar
atau lebih rendah 2,1 persen dari pagunya dalam APBNP tahun 2016. Sementara dari
sisi pembiayaan, defisit anggaran dalam RAPBN tahun 2017 direncanakan sebesar
2,41 persen terhadap PDB. Defisit Fiskal ini yang berusaha dijaga pemerintah dalam
konsolidasi fiskal tahun 2017 demi keberlanjutan fiskal (fiscal sustainability).
REFERENSI
Nota Keuangan beserta Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2017. http://www.kemenkeu.go.id/uuapbn
Rahardja, Prathama, Mandala Manurung. 2001. Pengantar Ilmu Ekonomi. Fakultas
Ekonomi UI
Sukirno, Sadono. 2003. Pengantar Ekonomi Mikro. Raja Gafindo Persada. Jakarta
Reserve Bank of Australia.2012.Fiscal Consolidation and Economic Growth in the
advance Economic
Cogan, John.F.2012. Fiscal Consolidation Strategy.
Rother, Philip, Ludger Schuknecht, Jurgen Stark.2010. The Benefits of Fiscal
Consolidation in Uncharted Waters. European Central Bank
OECD.2011. Fiscal Consolidation: Target Plans and Measures
Molnar, Margit. 2012. Fiscal consolidation: What factors determine the success of
consolidation efforts?. OECD Journal: Economic Studies, Vol. 2012/1
Kementerian Keuangan. 2013. Konsolidasi Fiskal dan Komitmen Indonesia pada G20
http://www.kemenkeu.go.id/Kajian/konsolidasi-fiskal-dan-komitmen-indonesia-pada-
g20
Kementerian Keuangan.2010. Upaya Pemerintah Mencapai Kesinambungan Fiskal
http://www.kemenkeu.go.id/Artikel/upaya-pemerintah-mencapai-kesinambungan-
fiskal
Mulyani, Sri. 2016. Strategi Utama Kebijakan Fiskal
http://economy.okezone.com/read/2016/08/30/20/1477039/3-langkah-konsolidasi-
fiskal-versi-sri-mulyani
Sugema, Imam. 2004. Konsolidasi Fiskal?.
http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/blob/F31150/Konsolidasi
%20Fiskal-MI.htm
Budiman, Asep.2016. Konsolidasi Fiskal dan Pemangkasan Anggaran untuk Jaga
APBN.
http://www.pikiran-rakyat.com/ekonomi/2016/08/16/konsolidasi-fiskal-dan-
pemangkasan-anggaran-untuk-jaga-apbn-377516
MANAJEMEN KEUANGAN PEMERINTAH
KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN
DALAM KONSOLIDASI FISKAL TAHUN 2017

Kukuh Prasetya Wibawa (23)


7-B REGULER

PROGRAM DIPLOMA IV AKUNTANSI


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
2016

Anda mungkin juga menyukai