PEMBAHASAN
Tantangan Pertama dalam tahun konsolidasi fiskal adalah dinamika ekonomi global,
yaitu belum pulihnya perekonomian global dan harga komoditas. Meskipun
perkembangan ekonomi global di tahun 2017 diproyeksikan akan membaik, namun
Pemerintah tetap mewaspadai berbagai tantangan global yang diperkirakan akan
dihadapi di sepanjang tahun 2017. Pertama, perlambatan pertumbuhan ekonomi
Tiongkok yang diproyeksikan masih akan terus berlanjut. Perlambatan ekonomi di
Tiongkok merupakan dampak dari proses transisi perubahan sumber pertumbuhan
ekonomi Tiongkok dari sektor investasi ke sektor konsumsi dan jasa. Tiongkok
merupakan salah satu negara mitra dagang utama Indonesia, dampaknya akan
langsung dirasakan melalui turunnya aktivitas ekspor impor antarnegara. Kedua, masih
lemahnya harga komoditas utama sebagai akibat dari turunnya permintaan dan
lemahnya ekonomi dunia. Sebagai negara yang sebagian besar masih bertumpu pada
ekspor komoditas khususnya minyak dan gas bumi, maka Indonesia masih harus
menghadapi risiko belum membaiknya harga minyak dunia yang telah mengalami
penurunan drastis sejak tahun 2011.
Tantangan yang ketiga dalam konsolidasi fiskal adalah pembangunan sektor riil.
Beberapa tantangan pembangunan domestik yang perlu menjadi perhatian utama
adalah struktur dan kelembagaan perekonomian yang perlu ditingkatkan kualitasnya,
seperti terbatasnya kapasitas produksi dan rendahnya daya saing, masih kurangnya
inovasi dan rendahnya tingkat teknologi, kesenjangan ekonomi, dan kedaulatan
pangan. Perekonomian nasional masih menghadapi keterbatasan kapasitas produksi
dan daya saing sebagai konsekuensi dari terbatasnya ketersediaan infrastruktur,
pasokan energi, serta kualitas sumber daya manusia. Oleh sebab itu, Pemerintah akan
mendorong kapasitas sektor manufaktur dan industri pengolahan agar tumbuh dan
mampu bersaing di pasar internasional. Peningkatan daya saing dan produktivitas
industri nasional diupayakan melalui pengembangan sumber daya manusia yang
kompetitif, pembaruan permesinan industri, inovasi dan akses terhadap sumber
teknologi, serta memanfaatkan jaringan produksi global (global production network). Di
samping itu, akses masyarakat terhadap pembiayaan akan dipermudah khususnya
bagi koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah sehingga dapat mendorong
tumbuhnya sektor riil secara lebih nyata. Pada sisi lain, struktur perekonomian domestik
dengan permintaan dan konsumsi domestik yang tinggi akibat peningkatan kelompok
masyarakat berpendapatan menengah dengan daya beli yang cukup kuat harus
diimbangi dengan sisi produksi. Sehingga peningkatan investasi dan aktivitas produksi
adalah tantangan struktural yang harus segera dibenahi, dan butuh dukungan
infrastruktur, energi, kualitas sumber daya manusia, teknologi serta sumber
pembiayaan yang memadai. Hal lain yang menjadi permasalahan utama dari
pembangunan nasional adalah masih rendahnya tingkat produksi barang-barang yang
mempunyai nilai tambah tinggi, sehingga diperlukan pemanfaatan teknologi tepat guna.
Selanjutnya, pertumbuhan ekonomi telah berhasil mendorong peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang ditandai oleh tren penurunan tingkat kemiskinan dan
kesenjangan pendapatan. Meskipun angka kemiskinan cenderung menurun, namun
terdapat kecenderungan dimana golongan bawah mengalami pertumbuhan lebih
rendah dibandingkan golongan atas. Hal ini berarti capaian pertumbuhan ekonomi
masih dibayangi oleh terjadinya kesenjangan pembangunan antarwilayah, karena
distribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut wilayah yang masih
didominasi oleh Provinsi di Sumatera-Jawa-Bali yakni sekitar 80 persen dari total PDB.
Sementara itu, tantangan untuk mewujudkan kedaulatan pangan tetap penting bagi
bangsa Indonesia, mengingat kebutuhan pangan domestik yang terus meningkat untuk
mengimbangi peningkatan laju jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Peningkatan
jumlah penduduk tersebut membutuhkan pemenuhan kebutuhan pangan domestik
sebagai salah satu prasyarat bagi pelaksanaan pembangunan.
Pendapatan menjadi peran penting dalam setiap rumusan APBN, namun pada
tahun 2017 Pendapatan Negara dibuat lebih realistis dengan memperhatikan potensi
penerimaan di Indonesia. Peranan pendapatan negara sebagai sumber utama dalam
pendanaan program pembangunan nasional terus meningkat setiap tahunnya. Sebagai
upaya untuk meningkatkan kemandirian bangsa, pendapatan negara terus digali dan
dioptimalkan sehingga dapat mengurangi ketergantungan pembiayaan yang bersumber
dari utang melalui instrumen-instrumen fiskal yang dimiliki, termasuk melalui
perencanaan kebijakan fiskal tahunan. Sebagai sumber utama pendapatan negara,
pendapatan dalam negeri merupakan komponen utama yang terdiri dari penerimaan
perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak. Sedangkan penerimaan hibah hanya
mengambil porsi yang sangat kecil karena sangat tergantung pada komitmen dan jenis
kegiatan yang ditargetkan oleh pemberi hibah. Di sisi pendapatan dalam negeri,
penerimaan perpajakan terus dioptimalkan sehingga secara bertahap dapat
mengurangi peran penerimaan negara bukan pajak khususnya dari sumber daya alam
minyak dan gas bumi, yang semakin menurun dan rentan terhadap gejolak harga dan
permintaan dunia.
Dalam APBNP tahun 2016, kontribusi penerimaan perpajakan ditargetkan
mencapai 86,2 persen dari target pendapatan negara. Di tengah masih melemahnya
pertumbuhan ekonomi dunia serta rendahnya harga komoditas utama seperti minyak
dan gas bumi, batubara, serta perkebunan dan kelapa sawit, penerimaan perpajakan
dari ketiga sektor tersebut terus menurun. Penerimaan perpajakan dari tiga sektor
komoditi tersebut pada tahun 2014 dan 2015 mengalami pertumbuhan yang negatif.
Namun demikian, kinerja total penerimaan perpajakan tetap membaik dan tumbuh
secara konsisten setiap tahunnya. Penerimaan perpajakan tumbuh 6,5 persen dalam
tahun 2014, dan 8,2 persen dalam tahun 2015. Hal ini tidak terlepas dari berjalannya
reformasi struktural di sektor perpajakan baik secara internal melalui penguatan institusi
dan kapasitas sumber daya manusia, penguatan IT dan perbaikan administrasi
perpajakan, maupun upaya intensifikasi dan ekstensifikasi penerimaan perpajakan.
Namun demikian, Pemerintah masih dihadapkan pada tantangan belum optimalnya
rasio penerimaan perpajakan terhadap PDB (tax ratio) yang cenderung fluktuatif. Dalam
lima tahun terakhir (2012-2016), tax ratio (termasuk SDA migas dan pertambangan)
tertinggi dicapai pada tahun 2012 sebesar 13,9 persen, dan ditargetkan turun menjadi
12,9 persen dalam APBNP tahun 2016. Pemerintah terus berupaya untuk
mengoptimalkan pendapatan negara yang terdiri atas penerimaan perpajakan,
penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dan penerimaan hibah. Dengan semakin
menguatnya pertumbuhan ekonomi di negara maju dan negara berkembang, pada
tahun 2017, kondisi ekonomi makro Indonesia diperkirakan akan mulai membaik
dibandingkan dengan tahun 2016.
Oleh karena itu, berdasarkan asumsi-asumsi ekonomi makro yang telah dibahas
dalam RAPBN 2017, pendapatan negara pada tahun 2017 diperkirakan akan mencapai
Rp1.737.629,4 miliar. Dari jumlah tersebut, penerimaan perpajakan mencapai sebesar
Rp1.495.893,8 miliar, PNBP sebesar Rp240.362,9 miliar, dan hibah sebesar Rp1.372,7
miliar. Secara umum, kebijakan pendapatan negara dalam RAPBN tahun 2017 adalah
optimalisasi pendapatan negara dengan tetap menciptakan iklim investasi yang sehat,
mempertahankan daya beli masyarakat, serta mampu menciptakan daya saing dan nilai
tambah perekonomian nasional. Pendapatan dalam negeri dalam RAPBN 2017
ditargetkan mencapai Rp1.736.256,7 miliar atau menurun 2,7 persen jika dibandingkan
dengan APBNP tahun 2016. Pendapatan dalam negeri terdiri dari penerimaan
perpajakan sebesar Rp1.495.893,8 miliar dan PNBP sebesar Rp240.362,9 miliar.
Seperti terlihat pada postur RAPBN 2017 di bawah ini.
Komponen belanja negara yang terdiri dari anggaran belanja pemerintah pusat
bersama-sama dengan transfer ke daerah dan dana desa mempunyai peranan yang
sangat penting dalam mencapai sasaran-sasaran pokok dan pelaksanaan prioritas
pembangunan nasional sebagaimana yang direncanakan di dalam rencana kerja
pemerintah . Untuk itu, RAPBN tahun 2017 disusun selain mengacu pada kerangka
ekonomi makro dan pokok pokok kebijakan fiskal (KEM PPKF) tahun 2017, juga harus
sejalan dengan strategi dan prioritas pembangunan nasional dalam RKP tahun 2017.
Kebijakan umum belanja pemerintah pusat dalam RAPBN tahun 2017 akan diarahkan
untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan, antara lain melalui upaya:
Dengan mengacu pada isu-isu strategis dan kebijakan umum tersebut, alokasi
anggaran belanja pemerintah pusat dalam RAPBN tahun 2017 direncanakan sebesar
Rp1.310.439,3 miliar (9,5 persen dari PDB). Alokasi anggaran belanja pemerintah pusat
dalam RAPBN tahun 2017 tersebut akan digunakan terutama untuk mendukung
pendanaan berbagai program pembangunan, baik yang dilaksanakan oleh K/L sesuai
tugas dan fungsinya, maupun program-program yang bersifat lintas sektoral atau yang
dialokasikan melalui Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (non-K/L).
Belanja Pemerintah dalam RAPBN 2017 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Belanja Negara dalam postur RAPBN 2017
Salah satu pos penting dalam anggaran Belanja Negara RAPBN tahun 2017 adalah
Transfer ke Daerah dan Dana Desa. Kebijakan Transfer ke Daerah dan Dana Desa
merupakan instrumen penting bagi pelaksanaan desentralisasi fiskal, untuk mendanai
beberapa urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah berdasarkan
ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Selain itu, kebijakan
Transfer ke Daerah dan Dana Desa juga merupakan bentuk implementasi dari
pelaksanaan Nawacita yang ketiga yakni membangun Indonesia dari pinggiran dengan
memperkuat pembangunan daerah dan desa dalam kerangka NKRI. Untuk itu dalam
RAPBN tahun 2017, kebijakan umum Transfer ke Daerah dan Dana Desa diarahkan
pada enam perubahan sebagai berikut:
Dengan pagu anggaran Transfer ke Daerah dan Dana Desa yang relatif lebih
rendah dibandingkan dengan pagu pada tahun 2016, maka Pemerintah akan
melakukan beberapa kebijakan yang diarahkan untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa. Kebijakan tersebut antara
lain dilakukan melalui optimalisasi pengalokasian DAU yang mempertimbangkan
pengalihan urusan, pengalokasian DAK yang lebih fokus dan terarah pada kegiatan per
bidang/subbidang yang menjadi prioritas daerah dan prioritas nasional, penyaluran DAK
berdasarkan kinerja penyerapan dana di daerah, pengendalian saldo kas daerah, dan
penguatan sistem monitoring dan evaluasi atas penggunaan Transfer ke Daerah dan
Dana Desa. Kebijakan transfer pemerintah pada RAPBN 2017 bisa dilihat pada gambar
dibawah ini:
Dalam RAPBN tahun 2017, Pemerintah diberikan amanat untuk memilih angka
defisit yang tidak terlalu tinggi dan pemenuhan belanja yang baik. Dalam kerangka
tersebut, target defisit anggaran dalam RAPBN tahun 2017 direncanakan sebesar 2,41
persen terhadap PDB. Untuk membiayai defisit RAPBN tahun 2017, Pemerintah akan
memanfaatkan sumber pembiayaan terutama berasal dari utang.
Dalam tahun anggaran 2017, Pemerintah akan menerbitkan instrumen Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN) berupa sukuk pembiayaan proyek (project financing)
di pasar domestik untuk membiayai berbagai program seperti program pengelolaan dan
penyelenggaraan transportasi perkeretaapian di Kementerian Perhubungan, program
penyelenggaraan jalan dan pengelolaan sumber daya air di Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat, serta program pendidikan Islam, penyelenggaraan haji
dan umroh, serta bimbingan masyarakat Islam di Kementerian Agama.
Pinjaman luar negeri antara lain digunakan untuk membiayai pembangunan
infrastruktur jalan melalui proyek Western Indonesia National Roads Improvement
(WINRIP) dan Toll Road Development of Solo-Kertosono Phase I, serta infrastruktur
kelistrikan melalui kegiatan Upper Cisokan Pumped Storage Hydro Electrical Power
(1.040 MW) Project.
Pemerintah juga akan melakukan pembiayaan investasi, pemberian pinjaman,
kewajiban penjaminan, dan pembiayaan lainnya. Pembiayaan investasi terdiri dari
investasi kepada BUMN, investasi kepada lembaga/badan lainnya, investasi kepada
BLU, investasi kepada organisasi/lembaga keuangan internasional/badan usaha
internasional, serta cadangan pembiayaan investasi. Sasaran keluaran (output) yang
diharapkan dapat tercapai dari pengalokasian pembiayaan investasi Pemerintah dalam
RAPBN tahun 2017 antara lain :
a. penjaminan beberapa proyek infrastruktur diantaranya proyek pembangunan PLTU
Mulut Tambang Sumsel 9A, 9B dan 10, serta proyek air minum Bandar Lampung
dan Semarang Barat,
b. mendukung pembiayaan proyek-proyek infrastruktur strategis nasional, proyek
prioritas, atau Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) antara lain proyek
Palapa Ring Paket Tengah dan Timur, serta proyek jalan tol Trans Sumatera ruas
BakauheniTerbanggi Besar,
c. tercapainya Target pembiayaan KPR bagi masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR) sebanyak 120.000 unit,
d. pemenuhan kebutuhan lahan untuk beberapa proyek strategis nasional meliputi 22
proyek ruas tol, tiga proyek rel kereta api, satu proyek Light Rail Transit (LRT), lima
proyek pengembangan bandar udara, satu proyek pembangunan pelabuhan laut,
dan 24 proyek bendungan, serta
e. pemanfaatan hasil investasi dana abadi pendidikan guna mendanai beasiswa dan
membantu pendanaan riset. Hingga akhir tahun 2017, hasil investasi tersebut
diperkirakan dapat membiayai beasiswa bagi 12.748 mahasiswa dan mendanai
1.140 tesis, 521 disertasi, dan 110 judul riset.