Anda di halaman 1dari 12

1.

Tinjauan Kebijakan Refocussing Anggaran

a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun

2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem

Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease

2019 (Covid-19) dan/atau Dalam Rangka Menghadapi Ancaman

Yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas

Sistem Keuangan Menjadi Undang-Undang.

Dalam melaksanakan kebijakan Keuangan Negara tersebut,

Pemerintah berwenang untuk melakukan pengutamaan penggunaan

alokasi anggaran untuk kegiatan tertentu (refocusing), penyesuaian

alokasi, dan/atau pemotongan/penundaan penyaluran anggaran

Transfer ke Daerah dan Dana Desa, dengan kriteria tertentu3 . Dengan

demikian, Pemerintah wajib mengedepankan refocusing dan realokasi

anggaran untuk penanganan COVID-19

b. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020

Tentang Refocussing Kegiatan, Realokasi Anggaran, Serta

Pengadsaan Barang Dan Jasa Dalam Rangka Percepatan

Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).

Instruksi Presiden yang diterbitkan tanggal 20 Maret 2020

memuat Langkah Langkah cepat, tepat, fokus, terpadu dan sinergi

antar kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah untuk melakukan

refocusing kegiatan, realokasi anggaran serta pengadaan barang dan

jasa dalam rangka percepatan penanganan covid-19.


Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah diinstruksikan

untuk mengutamakan alokasi anggaran untuk kegiatan kegiatan

penanganan Corona Virus dengan cara refocusing kegiatan dan

relalokasi anggaran dengan segera mengajukan revisi kepada Menteri

Keuangan. Percepatan pengadaan barang dan jasa yang dimaksud

tetap mengacu pada aturan mengenai penanggulangan bencana dan

penyelenggaraan pengadaan barang dan jasa, dengan melibatkan

Lembaga kebijakan pengadaan barang dan jasa serta badan

pengawasan keuangan dan pembangunan sesuai dengan standar

Kementerian Kesehatan.

Instruksi Presiden secara khusus ditujukan kepada :

1. Menteri Keuangan guna menfasilitasi proses revisi anggaran

secara cepat, sederhana dan akuntabel.

2. Menteri Dalam Negeri dalam hal percepatan Langkah Langkah

penggunaan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD)

dan penjabarannya kepada seluruh kepala pemerintah daerah

baik provinsi ataupun kota/kabupaten

3. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat guna

mempercepat infrastruktur penanganan Covid 19

4. Menteri Kesehatan terkait percepatan registrasi alat Kesehatan

dan kedokteran beregistrasi untuk penanganan Covid-19 sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

bertugas melakukan pendampingan dan pengawasan keuangan


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan terkait

akuntabilitas keuangan negara.

6. Kepala Lembaga kebijakan pengadaan barang/jasa melakukan

pendampingan dan pembinaan dalam pelaksanaan pengadaan

barang dan jasa dalam percepatan penanggulangan pandemi.

c. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 1 Tahun 2020 Tentang Kebijakan Keuangan

Negara Dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan

Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid- 19) Dan/Atau Dalam

Rangka Menghadapi Ancaman Yang Membahayakan

Perekonomian Nasional Dan/Atau Stabilitas Sistem Keuangan.

Setelah Organisasi kesehatan dunia menetapkan penyebaran Corona

virus atau kerap disebut covid19 adalah pandemi di seluruh dunia

termasuk di Indonesia, dikarenakan banyaknya korban jiwa kerugian

material sehingga berimplikasi pada aspek kehidupan dan

kesejahteraan masyarakat, pemerintah akhirnya melakukan tindakan

cepat Dengan penerbitan peraturan pemerintah pengganti undang-

undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2020. Tujuan dari terbitnya

peraturan ini tentu saja pemerintah berusaha mencegah dampak buruk

dari penyebaran virus Corona terutama terhadap perlambatan tumbuh

kembang ekonomi nasional, penurunan penerimaan negara,

peningkatan belanja negara, pembiayaan yang diperlukan sebagai

upaya penyelamatan kesehatan dan perekonomian nasional dengan

berfokus kepada kesehatan jaring pengaman nasional serta pemulihan

perekonomian termasuk untuk dunia usaha dan masyarakat yang


terdampak. Yang paling menjadi sorota pada Peraturan ini adalah

pada Kebijakan keuangan yang menetapkan batasan defisit anggaran

boleh melampaui 3% dari produk domestik bruto selama penanganan

virus Corona, untuk menghadapi ancaman membahayakan

perekonomian nasional atau stabilitas sistem keuangan paling lama

sampai dengan Akhir Tahun 2022.

Tahun Anggaran 2023 defisit anggaran kembali menjadi paling tinggi

3% dari produk domestik bruto Dan ini dilakukan secara bertahap

selain menetapkan mengenai penyesuaian besaran belanja

pergeseran anggaran antar organisasi serta tindakan yang di dianggap

perlu untuk membiayai pengeluaran yang belum tersedia. Pemerintah

juga menetapkan kebijakan di bidang keuangan daerah yang mengatur

mengenai refocussing dan realokasi pada APBD Kebijakan di bidang

perpajakan yang tentu saja akan berdampak positif terhadap

perlindungan dunia usaha. Program Pemulihan Ekonomi Nasional

dimana penyelamatan ekonomi nasional bertujuan untuk melindungi

mempertahankan dan meningkatkan kemampuan ekonomi para pelaku

usaha dari sektor riil dan sektor keuangan dalam menjalankan

usahanya Dengan memperhatikan tata kelola keuangan yang baik. 

d. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2020

Tentang Perubahan Postur Dan Rincian Anggaran Pendapatan

Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2020.

Peraturan yang disahkan tanggal 3 Maret tahun 2020 ini merupakan

lanjutan dari peraturan pemerintah pengganti undang-undang nomor

1 tahun 2020 dimana bertujuan untuk melakukan pengesahan


terhadap perubahan postur dan rincian anggaran pendapatan dan

belanja negara tahun 2020 setelah ditetapkan pergeseran nilai defisit

APBN  yang dapat melampaui 3% dari PDB. Perubahan postur

anggaran yang dimaksud adalah rincian besaran sebagai berikut:

1. Anggaran pendapatan negara anggaran belanja negara yang

diperkirakan sebesar Rp1.760,883.901.130.000,00 Yang

bersumber dari penerimaan perpajakan diperkirakan

Rp1.462.629.6a8.832.000,00, penerimaan Negara Bukan Pajak

diperkirakan sebesar Rp297.755.472.298.000,00, dan penerimaan

Hibah diperkirakan sebesar Rp498.740.000.000,00. 

2. Anggaran Belanja Negara diperkirakan sebesar

Rp2.613.8L9.877.869.000,0 yang erdiri dari Anggaran Belanja

Pemerintah Pusat diperkirakan sebesar

Rp1.851.101.008.789.000,00 dan Anggaran Transfer ke Daerah

dan Dana Desa diperkirakan sebesar Rp762.7 18.869.080.000,00

3. Pembiayaan Anggaran diperkirakan sebesar

Rp852.935,976.739.000,00 yemg terdiri atas  pembiayaan utang,

pembiayaan investasi, pemberian pinjaman, kewajiban penjaminan

dan pembiayaan lainnya.

Pengelolaan anggaran berfokus pada belanja kesehatan, jaring

pengaman sosial dan pemulihan perekonomian yang dilakukan

bersama sama yaitu pemerintah pusat dan daerah.  dalam hal ini

Kementerian Agama bertindak sebagai pemerintah pusat melakukan

pergeseran Pagu anggaran antar unit organisasi antar fungsi dan

program dalam rangka penanganan pada corona  virusi 2019


menghadapi ancaman membahayakan perekonomian nasional

ataupun stabilitas sistem keuangan. 

e. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2o2o

Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun

2o2o Tentang Perubahan Postur Dan Rincian Anggaran

Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2020.

Perubahan postur anggaran terjadi lagi pada tahun yang sama

Perubahan postur APBN terjadi pada anggaran pendapatan negara

yang disebabkan oleh penurunan penerimaan perpajakan sebesar

24,7% penurunan penerimaan perpajakan disebabkan oleh pemberian

insentif perpajakan untuk menjaga daya beli masyarakat dan

memberikan stimulus kepada dunia usaha agar mampu bertahan di

tengah pandemi penurunan juga terjadi pada penerimaan negara

bukan pajak sebesar 19,9%. anggaran belanja negara mengalami

kenaikan disebabkan oleh belanja pemerintah pusat yaitu diakibatkan

penambahan anggaran penanganan covid 19 di sektor kesehatan dan

belanja untuk program pemulihan ekonomi nasional sedangkan belanja

Kementerian lembaga Mengalami penurunan dikarenakan kebijakan

refocusing kegiatan dan alokasi anggaran Kementerian lembaga

sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 2020 dimana alokasi

anggaran akan dimanfaatkan untuk pembiayaan penanganan pandemi

yaitu berupa dukungan anggaran sektor kesehatan dan anggaran

pemulihan ekonomi nasional.  


secara detil kami simulasikan sebagaiman tabel dibawah ini :

Tabel Perubahan Postur APBN Semasa Pandemi (Triliun Rupiah).

APBN Perpres Perpres


2020 54/2020 72/2020

Pendapatan Negara 2.233,19 1.760,88 1.699,94

 Penerimaan Perpajakan 1.865.70 1.462,62 1.404,50

 PNBP 366,99 297,75 294,14

 Pemerintahan Hibah 0,49 0,49 1,3

Belanja Negara 2.540,42 2.613,81 2.739,16

 Belanja Pemerintahan 1.683 1.851,10 1.975,24


Pusat
 Transfer ke daerah dan 856,94 762,71 763,92
dana desa
Defisit APBN per PDB -1,76% -5,07% -6,34%

Keseimbangan Primer -0,012 -0,51 -0,70

 Belanja Pemerintahan 1.683,47 1.851,10 1.975,24


Pusat
 Transfer ke daerah dan 856,94 762,71 763,92
Dana desa
Pembiayaan Anggaran 307,22 852,93 1.039,21

Defisit APBN per PDB -1,76% -5,07% -6,34%

Keseimbangan Primer -0,012 -0,51 -0,70

Sumber : Kementerian Keuangan; Perpres 54/2020, Perpres 72/2020

f. surat dengan Nomor S-30/MK.02/2021 tanggal 12 Januari 2021

perihal Refocussing dan Realokasi Belanja Kementerian/Lembaga


Tahun Anggaran 2021 kepada para Menteri dan atau Pimpinan

Lembaga selaku Pengguna Anggaran

g. Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor 6 Tahun 2020 tentang

Refocusing dan Realokasi Belanja Kementerian/Lembaga TA 2021

kepada para Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna

Anggaran. tanggal 15 maret 2020.

Menindaklanjuti arahan presiden pada saat agenda evaluasi

pelaksanaan APBN 2020 dan implementasi kebijakan APBN tahun

2021 Kementerian Keuangan mengeluarkan sebuah aturan perihal

refocusing dan alokasi belanja Kementerian atau lembaga tahun

anggaran 2021. Pemerintah membutuhkan dukungan anggaran

sebagai penyangga fiskal dan stabil otomatis dalam jumlah yang cukup

yang direncanakan untuk mengantisipasi risiko fiskal terkait dengan

perubahan asumsi ekonomi makro maupun perubahan kebijakan

pemerintah yang berdampak pada anggaran negara Pada surat

tersebut menerangkan tentang efisiensi atau penghematan belanja dan

alokasi belanja Kementerian lembaga menyasar pada belanja yang

bersumber dari Rupiah murni yang meliputi belanja honorarium

perjalanan dinas dalam atau luar negeri paket meeting belanja jasa

serta bantuan kepada masyarakat Pemda yang bukan merupakan

arahan presiden belanja modal juga menjadi target kementerian

keuangan untuk melakukan penghematan yang kemudian

disumbangkan kepada kementerian umum dan Perumahan Rakyat

dan kementerian perhubungan Sesuai dengan arahan presiden yaitu


percepatan penanganan pandemi covid dalam penguatan infrastruktur

kesehatan (Realokasi Belanja untuk Mengatasi Pandemi

(kemenkeu.go.id))

h. Surat Edaran Menteri Keuangan Nomor S-629/MK.02/2021 Tanggal

20 Juli 2021 hal Refocussing dan Realokasi Belanja

Kementerian/Lembaga TA 2021 Tahap IV. Surat Edaran tersebut

menindaklanjuti hasil rapat terbatas cabinet tanggal 19 juli 2021

mengenai penanganan pandemi covid 19 (evaluasi PPKM

Darurat),

Pemerintah mengeluarkan kebijakan penambahan anggaran untuk

pelaksanaan PPKM Darurat sebesar Rp.55,21T dalam skema

Pemulihan Ekonomi Nasional sehingga diperlukan refocussing dan

realokasi Kembali belanja kementerian dan Lembaga Tahun Anggaran

2021.

2. Kajian Teori Refocussing

Guncangan ekonomi yang dialami oleh berbagai negara akibat dari

pandemi covid 19 tak dapat dihindari melanda Indonesia sehingga

pemerintah memutuskan mengambi kebijakan menata ulang anggaran dan

pendapatan Negara, akan tetapi dalam menentukan strategi penataan

anggaran pemerintah harus berhati hati karena tidak bisa pemerintah

mengurangi pengeluarannya tanpa perhitungan matang akan

mengakibatkan perekonomian menurun karena menurunnya pendapatan


masyarakat sebagai objek pajak selanjutnya akan berdampak negative

pada penerimaan negara.

Penurunan sisi penawaran yang disebabkan kebijakan pembatasan

mobilitas dalam upaya menekan laju Covid-19 telah mengganggu rantai

pasokan global akibat tidak beroperasinya pabrik dan perkantoran.1

Kebijakan refocussing merupakan Usaha pemerintah dalam

mempertahankan kesejahteraan umum melalui pengawasan terhadap

sumber sumber ekonomi dengan menggunakan penerimaan dan

pengeluaran pemerintah, mobilisasi sumberdaya, dan penentuan harga

barang dan jasa dari perusahaan perusahaan merupakan merupakan

kebijakan fiskal.2

Kebijakan fiskal adalah kebijakan penyesuaian di bidang pengeluaran

dan pemerimaan pemerintah untuk menstabilkan perekonomian 3. Strategi

kebijakan fiskal ekspansif (ekpasionary fiskal policy) diambil oleh

pemerintah dengan melakukan penurunan tarif pajak dan menaikan

pengeluaran, hal ini dilakukan karena perekonomian negara dalam

keadaan yang memburuk, akibat terjadinya penurunan daya beli

masyarakat diikuti oleh pengangguran yang tinggi 4

Kebijakan Refocussing dan Realokasi anggaran diyakini merupakan

bauran kebijakan fiskal dan moneter (dian lestari dan irwanda Wisnu

wardhana, 2021). Yang dimaksud dengan bauran kebijakan fiskal dan

moneter adalah Pemerintah melakukan intervensi yaitu mengubah

1
Luca Fornaro and Martin Wolf, ‘Covid-19 Coronavirus and Macroeconomic Policy : Some Analytical Notes’,
Barcelona GSE Working Paper Series, 1168, 2020, 1–8.
2
Dirk j Wafson, Public Finance and Development Strategi (The John Hopkins University Press, 1979), XXI.
3
Tri Wahyuningsih, Ekonomi Publik (Depok: Rajawali Pers, 2020).
4
Fadhliah Yuniwinsah and Ali Anis, ‘Analisis Kausalitas Kebijakan Fiskal Ekspansif, Kebijakan Moneter
Ekspansif Dan Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia’, Jurnal Kajian Ekonomi Dan Pembangunan, 2.1 (2020),
55 <https://doi.org/10.24036/jkep.v2i1.8855>.
komposisi pendapatan dan pengeluaran sedangkan Bank Sentral melalui

kebijakan moneter mengubah tingkat suku bunga dan jumlah uang yang

beredar titik kebijakan fiskal yang diambil oleh pemerintah mengintervensi

kondisi pasar barang dan jasa sedangkan kebijakan moneter untuk

mengintervensi pasar uang titik interaksi keduanya dikenal sebagai bauran

kebijakan fiskal moneter atau fiscal monetary policy mix dan secara teoritis

selalu di ilustrasikan melalui kurva IS LM. Umum nya kebijakan fiscal dan

moneter yang diambil seharusnya bersifat berlawanan dengan siklus bisnis

yang terjadi ( Reynolds 2021; warjiyo & juhro 2003; abimanyu 2005;

simorangkir & adamanti, 2010; Mankiw, 2010; saragih, 2015)

Menurut warjiyo dan juhro 2003 bauran kebijakan fiskal dan moneter dapat

dilakukan melalui empat skenario 

1.  kebijakan fiskal moneter  ekspansif 

2.  kebijakan fiskal moneter kontraktif

3.  kebijakan fiskal ekspansif dan moneter kontraktif

4.  kebijakan fiskal kontraktif dan moneter ekspansif.

Setiap skenario bauran kebijakan fiskal dan moneter akan menghasilkan

dampak terhadap pendapatan nasional dan tingkat suku bunga yang

bervariasi skenario 1 dan 4 akan efektif untuk tujuan kebijakan yang

bersifat konstruksi namun tingkat suku bunga akan bergantung pada

magnitude kebijakan yang paling besar skenario 2 dan 3 akan

menghasilkan pengaruh yang sangat menyadarkan dan hasilnya

tergantung pada magnet masing-masing kebijakan optimalisasi kebijakan

ekonomi makro akan sangat bergantung pada koordinasi yang dilakukan

oleh pemerintah dengan bank sentral dalam mendesain bangunan


kebijakan jangan sampai bauran kebijakan menimbulkan dampak yang

saling meniadakan dan menghambat pencapaian tujuan kebijakan ekonomi

makro secara keseluruhan.

(sumber: dalam warjio danjuro 2003 bukti empiris menunjukkan bahwa

skenario kebijakan fiskal ekspansif moneter kontraktif cenderung

mendorong peningkatan suku bunga sehingga menghambat investasi

masyarakat sedangkan bukti empiris skenario kebijakan fiskal kontraktif

moneter ekspansif jarang sekali ditemukan)

Dari kajian di atas peneliti kemudian mengategorikan kebijakan refocusing

dan realisasi anggaran yang dilakukan pemerintah merupakan kebijakan 

fiskal moneter ekspansif dimana pemerintah mengambil langkah menaikan

anggaran belanja dan menurunkan pajak pada sektor tertentu ketika

perekonomian melemah.

Anda mungkin juga menyukai