Anda di halaman 1dari 46

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGAWASAN BARANG DAN JASA

DALAM RANGKA PEMULIHAN EKONOMI DI PROVINSI KALSEL

SEBAGAI PERSYARATAN PENILAIAN KELULUSAN DALAM DIKLAT CERTIFICATION


OF GOVERNMENT CHIEF AUDIT EXECUTIVE (CGCAE)

OLEH
A. FYDAYEEN, S.H., M.SI, M.H, CFE
INSPEKTUR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

1
Latar Belakang
 Wabah Novel Pneumonia Corona virus diawali di
Wuhan, Provinsi Hubei pada Okober 2019
hingga berkembang ke seluruh dunia.

 Dikutip dari https://covid19.kemkes.go.id/, sampai


dengan tanggal 26 Oktober 2021, Pemerintah
Republik Indonesia telah melaporkan jumlah orang
yang terkonfirmasi positif sebanyak 4.241.090 orang
dan tingkat kematian atau case fatality rate sebesar
3,4% yaitu sebanyak 143.270 orang serta 4.084.831
orang pasien dinyatakan telah sembuh dari penyakit
Covid-19.
2
Pertumbuhan
Ekonomi
Nasional

Manajemen Keuangan (SN321063) 3


KEBIJAKAN
DALAM PENANGANAN
Covid-19

 Peraturan Menteri Dalam


Negeri Nomor 20 Tahun 2020

berupa realokasi kegiatan dan refocusing


anggaran serta mempercepat pelaksanaan
pengadaan barang dan jasa untuk mendukung
percepatan penanganan Covid-19
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

KONDISI
SAAT INI
KONDISI SAAT INI

Sebagaimana Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 700/885/IJ tanggal 6


April 2020 Inspektorat Provinsi Kalimantan Selatan telah melakukan pembinaan
dan pengawasan atas Intruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2020, serta
merencanakan pemeriksaan dengan tujuan tertentu (PDTT) pengadaan barang
dan jasa dalam rangka penanganan Covid-19 pada program kerja pemeriksaan
tahunan (PKPT) tahun 2021 dengan mempedomani Surat Edaran Kepala BPKP
Nomor : SE-12/K/02/2020 tentang Tata Cara Audit Tujuan Tertentu oleh APIP.
Pada tahun 2021 Inspektorat Provinsi Kalimantan Selatan juga telah secara
berkala juga melakukan pengawalan kebijakan strategis dalam pengawasan
penyelenggaraan pemerintahan daerah tahun 2021 sebagai tindak lanjut
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2020 tentang Pembinaan
dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun 2021. Peran
pengawalan Inspektorat selain melaksanakan kegiatan sebagaimana yang telah
ditetapkan dalam PKPT, juga telah melakukan pengawalan dalam bentuk
pelayanan konsultasi pengadaan barang dan jasa, serta melakukan pemantauan
realisasi serapan angaran belanja dan pengadaan barang dan jasa.
KONDISI YANG DIHARAPKAN

Situasi perekonomian yang masih


mengalami kontraksi pada kuartal I Tahun
2021 yaitu sebesar 1,25 dan angka kasus
Covid-19 yang kembali naik. Kondisi yang
diharapkan adalah pulihnya kembali kondisi
perekonomian dan kesehatan Provinsi
Kalimantan Selatan. Peran Inspektorat
diharapkan dapat lebih berperan dan
mendapat dukungan baik secara personil
yang memiliki kapasitas di bidang
pengadaan barang dan jasa serta dukungan
anggaran yang cukup memadai.
RUMUSAN MASALAH :
a) Mengapa diperlukan pengawasan terhadap
pengadaan barang dan jasa dalam rangka pendukung
pemulihan ekonomi di Provinsi Kalimantan Selatan.
b) Bagaimana kebijakan strategi pengawasan
pengadaan barang dan jasa dalam rangka pendukung
pemulihan ekonomi di Provinsi Kalimantan Selatan.
c) Bagaimana bentuk pengawasan yang efektif tepat
sasaran dan sesuai dengan kebutuhan Pemerintah
Daerah Provinsi Kalimantan Selatan dalam rangka
pendukung pemulihan ekonomi di Provinsi
Kalimantan Selatan.
TUJUAN :
a) Mendeskripsikan pentingnya peran APIP dalam
melakukan pengawasan terhadap pengadaan barang
dan jasa dalam rangka pemulihan ekonomi di
Provinsi Kalimantan Selatan.
b) Mendeskripsikan mengenai kebijakan dan strategi
dalam pengawasan barang dan jasa untuk
mendukung pemulihan ekonomi di Provinsi
Kalimantan Selatan.
c) Mendeskripsikan mengenai bentuk pengawasan
yang efektif tepat sasaran dan sesuai dengan
kebutuhan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan
Selatan dalam rangka mendukung pemulihan
ekonomi di Provinsi Kalimantan Selatan.
PEMULIHAN EKONOMI

 Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)

Program PEN bertujuan melindungi,


mempertahankan, dan meningkatkan
kemampuan ekonomi Pelaku Usaha dalam
menjalankan usahanya
l ih a n Ek on o mi
Program Pemu
)
Nasional (PEN
Asas keadilan sosial
1

Sebesar-besarnya kemakmuran
2
rakyat
.
3 Mendukung Pelaku Usaha untuk menerapkan
kaidah kebijakan: kehati- hatian, tata kelola
yang baik, transparan, akseleratif, adil, dan
akuntabel
4

Tidak menimbulkan moral hazard


5
11
Pembagian biaya dan risiko antar pemangku
kepentingan sesuai tugas dan kewenangan masing-
masing
Kebijakan dalam rangka pemulihan ekonomi
nasional :
* Peningkatan konsumsi dalam negeri
* Peningkatan aktivitas dunia usaha serta

* Menjaga stabilitasi
ekonomi dan ekspansi
moneter

12
Realisasi program Penanganan Covid-19 dan
Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN)
Provinsi Kalimantan Selatan sampai dengan
pertengahan Maret tahun 2021

1. Klaster perlindungan sosial, telah tersalur Rp62.03


miliar kepada 89.670 keluarga penerima manfaat
2. Bansos Sembako telah tersalur Rp63.11 miliar
kepada 157.856 keluarga penerima manfaat
3. Bansos Tunai telah tersalur Rp66.59 miliar.
4. Kartu pra kerja telah tersalur senilai Rp149,47
miliar kepada 42.105 penerima manfaat
5. BLT Dana Desa telah tersalur sebesar Rp25.36
miliar
13
PENGGANGGARAN UNTUK PEMULIHAN EKONOMI
DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

14
Kebijakan Pengawasan Pengadaan Barang
dan Jasa

Peraturan Pemerintah
Keputusan Kepala Badan
Nomor 23 Tahun 2020 Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor 75 Pengawasan Keuangan Dan
sebagaimana telah
/Pmk.09 /2020 Pembangunan Nomor Kep-
diubah dengan
540/K/D1/2020
Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2020,
Pasal 25 ayat (1) dan
ayat (2)
Kebijakan Pengawasan PEN

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2020


sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2020, Pasal 25 ayat
(1) dan ayat (2) yang menyatakan bahwa Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
dan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah
(APIP) melakukan pengawasan intern atas
pelaksanaan Program PEN

16
Kebijakan Pengawasan PEN

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia


Nomor 75 /Pmk.09 /2020 Tentang Pedoman
Pengawasan Pelaksanaan Program Pemulihan
Ekonomi Nasional Dalam Rangka Mendukung
Kebijakan Keuangan Negara Untuk Penanganan
Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
Dan/Atau Menghadapi Ancaman Yang Membahayakan
Perekonomian Nasional Dan/ Atau Stabilitas Sistem
Keuangan Serta Penyelamatan Ekonomi Nasional

17
Kebijakan Pengawasan PEN

Keputusan Kepala Badan Pengawasan Keuangan


Dan Pembangunan Nomor Kep-540/K/D1/2020
Tentang Rencana Umum Pengawasan Intern
Program Pemulihan Ekonomi Nasional

18
 Pengawasan intern atas Penyertaan
Modal Negara (PMN) meliputi kegiatan
pengawasan atas pemisahan kekayaan
negara dari Anggaran Pendapatan dan
Ruang Belanja Negara atau penetapan
Lingkup cadangan perusahaan atau sumber lain
untuk dijadikan sebagai modal Badan
PEN Usaha Milik Negara dan/atau perseroan
terbatas lainnya, dan dikelola secara
korporasi
 Pengawasan intern atas
Penempatan Dana meliputi
kegiatan pengawasan atas
Ruang kegiatan yang dilakukan oleh
Pemerintah dengan menempatkan
Lingkup
sejumlah dana pada bank umum
PEN tertentu dengan bunga tertentu
 Pengawasan intern atas Investasi
Pemerintah meliputi kegiatan
pengawasan atas penempatan
sejumlah dana dan/atau aset keuangan
Ruang dalam jangka Panjang untuk investasi
Lingkup dalam bentuk saham, surat utang,
PEN dan/atau investasi langsung guna
memperoleh manfaat ekonomi, sosial,
dan/atau manfaat lainnya
 Pengawasan intern atas Penjaminan
adalah kegiatan pengawasan atas
Ruang pemberian jaminan oleh penjamin
Lingkup atas pemenuhan kewajiban finansial
PEN terjamin kepada penerima jaminan.
 Pengawasan intern atas Belanja Negara
adalah kegiatan pengawasan atas
belanja negara termasuk tetapi tidak
terbatas pada pemberian subsidi bunga
kepada debitur perbankan, perusahaan
Ruang pembiayaan, dan Lembaga penyalur
Lingkup program kredit pemerintah yang
PEN memenuhi persyaratan serta jaring
pengaman sosial (social safety net)
termasuk bantuan sosial dan bantuan
Pemerintah..
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

The Institute of Internal Auditors (IIA) dalam menggunakan


pendekatan Risk Based Internal Audit (RBIA)
Level Control Monitoring Audit Approah
Pengawasan intern terdiri dari dua kelompok
kegiatan yaitu assurance dan consulting.
Untuk menentukan kegiatan pengawasan Manajemen memonitor bahwa semua
e

intern yang tepat dapat mengacu pada The respon dilakukan secara tepat. Semua
Enabled Institute of Internal Auditors (IIA) dalam manajer memberikan jaminan terhadap Assurance
menggunakan pendekatan Risk Based efektifitas manajemen risiko dan enilaian
Internal Audit (RBIA) yaitu metodologi yang kinerja manajemen risiko
menghubungkan pengawasan intern
dengan seluruh kerangka manajemen risiko.
Manajemen memonitor bahwa semua
Semua risiko telah terindentifikasi dan inilai. respon dilakukan secara tepat. Hampir
Managed Adanya Reviu risiko secara teratur Respon semua manajer memberikan jaminan
telah sesuai untuk mengelola risiko terhadap efektifitas manajemen risiko
dan penilaian kinerja manajemen risiko
Consulting
Sebagian besar risiko telah terindentifikasi
Beberapa bagian Manajemen
dan dinilai. Adanya Reviu risiko secara
Defined memonitor bahwa semua respon
teratur Respon telah sesuai untuk
dilakukan secara tepat.
mengelola risiko

Tidak dapat dilakukan RBIA.


Terdapat pengendalian tetapi tidak terkait Maka audit menggunakan
Aware Sedikit atau kurang adanya monitoring
dengan risiko pendekatan konsultasi untuk
memperkenalkan RM hingga
tercapaikany Defined. Maka
Terdapat pengendalian tetapi beberapa Sangat kecil monitoring, jika adapun perlu dikembangkan Audit
Naive
pengendalian tidak ada atau tidak lengkap sangat lemah dengan Faktor Risiko.
Standar Audit Intern Pemerintah
Indonesia (SAIPI)

25
Rencana Umum
Pengadaan Nasional
Provinsi Kalimantan
Selatan Tahun 2021

Penyedia Swakelola Penyedia dlm Swakelola


Paket Pagu Keg Pagu Keg Pagu
Pemerintah Provinsi
9.479 1.251.469 5.735 3.406.509 11 802
Kalimantan Selatan

26
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018
tentang Pengadaan Barang atau Jasa
Pemerintah diantaranya yaitu, perubahan nilai
paket untuk usaha kecil dari 2,5 milyar
menjadi 15 milyar dengan penerapan tender
cepat, pemenuhan sumber daya manusia
profesional, dan inovasi untuk pencapaian
pengadaan barang dan jasa

27
APIP

28
Resiko Pengadaan Barang dan Jasa
 Perencanaan tidak sesuai dengan kebutuhan
 Perencanaan disesuaikan dengan keinginan pihak-
pihak tertentu
 Nilai pengadaan yang di mark up dalam penyusunan
anggaran pengadaan barang dan jasa
 Penunjukan orang-orang yang memiliki hubungan
khusus dengan calon penyedia
 Pengadaan barang/jasa mengarah hanya pada satu
kemampuan penyedia tertentu
 Penggelembungan (mark-up) dalam HPS

29
Resiko Pengadaan Barang dan Jasa
 Penetapan sistem pemilihan yang cenderung pada
penggunaan sistem penunjukkan langsung
 Pemilihan sistem evaluasi penawaran yang menguntungkan
penyedia tertentu.
 Pembatasan akses calon penyedia pada saat pemasukan
dokumen penawaran
 Proses sanggah dan sanggah banding serta jawaban tertulis
atas sanggah dan sanggah banding tidak dilaksanakan
secara transparan, adil/tidak diskriminatif serta akuntabel
 Penandatanganan kontrak tidak sah antara lain tidak adanya
dukungan yang disyaratkan, dan atau data pendukung yang
tidak meyakinkan.

30
Resiko Pengadaan Barang dan Jasa
 Penyerahan lokasi kerja tidak dilakukan pemeriksaan
lapangan bersama
 Pelaksanaan pekerjaan yang tidak sesuai dengan ketentuan
kontrak baik pembayaran ataupun fisik pekerjaan
 Proses pemutusan kontrak tidak dilakukan sesuai
ketentuan
 Pengadaan barang/jasa yang telah selesai belum
diserahterimakan kepada PPK dan/atau PA/KPA dengan
dibuatkan BA Serah Terima.
 Hasil pengadaan barang/jasa yang diserahkan tidak sesuai
kontrak.

31
Pengelolaan Resiko

 Mengurangi timbulnya hal yang tak terduga dalam


proses pengadaan barang/jasa.
 Meningkatkan hubungan dengan para pemangku
kepentingan dan pelaku pengadaan barang/jasa.
 Meningkatkan efektifitas dan efisiensi manajemen,
karena semua risiko yang dapat menghambat proses
organisasi/program telah diidentifikasikan dengan
baik
 Pencapaian tujuan dan sasaran pengadaan barang/jasa
dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional

32
Kebijakan pengawasan oleh Inspektorat Provinsi Kalimantan
Selatan dalam rangka pengawasan pengadaan barang dan jasa
di Provinsi Kalimantan selatan dalam rangka pemulihan
ekonomi

01 Merencanakan pengawasan sesuai dengan perencanaan


pengawasan yang telah ditetapkan oleh Menteri Dalam
Negeri sebagai tolak ukur dalam perencanaan
pengawasan Inspektorat Provinsi Kalimantan Selatan
yang telah sejalan dengan perencanaan pembangunan
daerah Provinsi Kalimantan Selatan.
Pada tahun 2021 mengacu pada Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. 23 Tahun 2020 tentang Perencanaan
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Tahun 2021 dan untuk tahun 2022
mengacu pada Perencanaan pengawasan yang sesuai
dengan Peraturan Menteri Dalam negeri Nomor 48
Tahun 2021 Tentang Perencanaan Pembinaan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Tahun
2022 dengan tema “Pemulihan Ekonomi dan Reformasi
Struktural” 33
Kebijakan pengawasan oleh Inspektorat Provinsi Kalimantan
Selatan dalam rangka pengawasan pengadaan barang dan jasa
di Provinsi Kalimantan selatan dalam rangka pemulihan
ekonomi

02

Menyusun sasaran pengawasan pengadaan barang dan


jasa berdasarkan risiko-risiko pada pengadaan barang
dan jasa yang menjadi ruang lingkupnya (Risk Based
Planning)

34
Kebijakan pengawasan oleh Inspektorat Provinsi Kalimantan
Selatan dalam rangka pengawasan pengadaan barang dan jasa
di Provinsi Kalimantan selatan dalam rangka pemulihan
ekonomi

03 Menetapkan jenis pengawasan pengadaan


barang dan jasa yang sesuai.

Pengawasan intern atas pengadaan barang


dan jasa dilaksanakan berdasarkan rencana 04
kerja yang telah ditetapkan sebelumnya

05 Joint Audit

35
Kebijakan pengawasan oleh Inspektorat Provinsi Kalimantan
Selatan dalam rangka pengawasan pengadaan barang dan jasa
di Provinsi Kalimantan selatan dalam rangka pemulihan
ekonomi

06
Penguatan APIP
Penguatan peran APIP khususnya pada pengadaan
barang dan jasa pemerintah berupa :
Peningkatan kompetensi APIP di bidang pengadaan barang
jasa baik sertifikasi dasar maupun peningkatan pada
pemahaman lanjutan, hal ini dikarenakan bahwa masih
banyak APIP yang belum lulus sertifikasi pengadaan barang
jasa pemerintah, ataupun yang telah lulus sertifikasi namun
belum sepenuhnya memahami mengenai praktek
sesungguhnya pengadaan barang dan jasa.
Mendorong peran dan fungsi APIP dalam Early
Warning System atas proses pengadaan barang dan
jasa
36
Kebijakan pengawasan oleh Inspektorat Provinsi Kalimantan
Selatan dalam rangka pengawasan pengadaan barang dan jasa
di Provinsi Kalimantan selatan dalam rangka pemulihan
ekonomi

07
Membangun sinergitas dengan
SOPD terkait untuk pemantauan dan
evaluasi pengadaan barang dan jasa
dalam rangka pemulihan ekonomi.

37
Tujuan Dilaksanakannya
Pengawasan pengadaan barang
dan jasa
untuk mendorong pencapaian
tujuan pemulihan ekonomi di
Provinsi Kalimantan Selatan yaitu
untuk melindungi,
mempertahankan, dan
meningkatkan kemampuan
ekonomi..

38
Pengawasan Inspektorat Provinsi Kalimantan Selatan pada
pengadaan barang dan jasa dalam rangka pemulihan ekonomi
Consulting bertujuan untuk
Counsulting meningkatkan efektivitas
manajemen risiko, pengendalian,
dan proses tata kelola sehingga dapat
Reviu memberikan nilai tambah dan
meningkatkan pencapaian tujuan
pemerintahan dan pembangunan
Probity Audit yang dilaksanakan dengan suatu
pendekatan keilmuan yang sistematis
Audit Pengadaan (a systematic disciplined approach).
Barang dan Jasa

Pemantauan
Atau Monitoring
39
Pengawasan Inspektorat Provinsi Kalimantan Selatan pada
pengadaan barang dan jasa dalam rangka pemulihan ekonomi

Counsulting Reviu adalah penelaahan ulang bukti-bukti


suatu kegiatan untuk memastikan bahwa
kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai
Reviu dengan ketentuan, standar, rencana, atau
norma yang telah ditetapkan. Riviu PBJ
memberikan keyakinan terbatas (derajat
assurance) berada di bawah level audit
Probity Audit dengan simpulan berupa negative
assurance. Pemenuhan bukti didasarkan
Audit Pengadaan pada data yang diterima untuk
Barang dan Jasa pertanggungjawaban administratif dengan
pengujian substansi yang terbatas atau
tidak detail/rinci dan tidak menyeluruh
Pemantauan seperti halnya dilakukan dalam audit
Atau Monitoring
40
Pengawasan Inspektorat Provinsi Kalimantan Selatan pada
pengadaan barang dan jasa dalam rangka pemulihan ekonomi

Counsulting Sebagai assurance yang diberikan untuk


melakukan pengawasan independen
terhadap suatu proses pengadaan
Reviu barang/jasa, dan memberikan opini atau
simpulan yang obyektif mengenai
kesesuaian proses pengadaan barang/jasa
dengan persyaratan kejujuran (probity
Probity Audit requirement), yakni telah mematuhi
prosedur pengadaan barang/jasa sesuai
Audit Pengadaan ketentuan yang berlaku, serta memenuhi
prinsip-prinsip dan etika pengadaan
Barang dan Jasa barang/jasa

Pemantauan
Atau Monitoring
41
Pengawasan Inspektorat Provinsi Kalimantan Selatan pada
pengadaan barang dan jasa dalam rangka pemulihan ekonomi

Counsulting
Audit atas pengadaan barang/jasa
(APBJ) dapat dikategorikan sebagai
audit/pemeriksaan dengan tujuan
Reviu tertentu, yang meliputi: pemenuhan
nilai manfaat yang sebesar-besarnya,
Probity Audit kepatuhan terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan
yang berlaku, pencapaian TKDN,
Audit Pengadaan
penggunaan produk dalam negeri,
Barang dan Jasa pencadangan dan peruntukan paket
untuk usaha kecil, dan Pengadaan
Pemantauan Berkelanjutan
Atau Monitoring
42
Pengawasan Inspektorat Provinsi Kalimantan Selatan pada
pengadaan barang dan jasa dalam rangka pemulihan ekonomi

Counsulting
Pemantauan terhadap realisasi penyerapan
anggaran dan pengadaan barang dana jasa
sebagai suatu bentuk assurance terhadap
Reviu kemajuan pelaksanaan pengadaan barang
dan jasa dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, yaitu untuk mendukung
Probity Audit pemulihan ekonomi nasional. Hal ini
tentunya tidak hanya melakukan
Audit Pengadaan pemantauan saja, namun juga melakukan
evaluasi untuk dapat membarikan masukan
Barang dan Jasa kepada Pemerintah Daerah terhadap
kesesuaian dengan standar, norma dan
Pemantauan rencana yang telah ditetapkan

Atau Monitoring
43
KESIMPULAN
Riskannya dalam pengadaan barang dan jasa, perlu pengawalan yang lebih instensif
oleh APIP sebagai pengawas internal. Strategi pengawasan pengadaan barang dan
jasa dalam rangka pemulihan ekonomi adalah berupa Merencanakan pengawasan
sesuai dengan perencanaan pengawasan yang telah ditetapkan oleh Menteri Dalam
Negeri sebagai tolak ukur dalam perencanaan pengawasan Inspektorat Provinsi
Kalimantan Selatan yang telah sejalan dengan perencanaan pembangunan daerah
Provinsi Kalimantan Selatan, perencanaan pengawasan intern pengadaan barang dan
jasa dengan menyusun sasaran pengawasan pengadaan barang dan jasa yang akan
menjadi target pengawasan intern oleh APIP dan berdasarkan risiko-risiko pada PBJ
yang menjadi ruang lingkupnya (Risk Based Planning), menetapkan jenis
pengawasan yang sesuai, pengawasan intern atas pengadaan barang dan jasa
berdasarkan rencana kerja yang telah ditetapkan sebelumnya dan Joint Audit,
penguatan APIP dan membangun sinergitas dengan SOPD terkait.
APIP diharapkan dapat berperan aktif dan sinergi dalam mengawal pengadaan barang
dan jasa untuk pencapaian tujuan pemulihan ekonomi naisonal. Pengawasan
dilakukan dalam bentuk consulting, probity audit, audit pengadaan barang dan jasa
dan pemantauan atau monitoring.

44
SARAN
Perlu adanya komitmen yang kuat pada pemangku
kepentingan, sehingga hal ini dapat meminimalisir
resiko yang ada pada pengadaan barang dan jasa.,
serta peningkatan sinergitas antara BPKP dengan
Inspektorat berupa joint audit disamping
penambahan personil yang memiliki kapasitas dalam
PBJ serta dukungan anggaran yang memadai. Selain
itu Sistem Pengendalian Intern termasuk didalamnya
terkait dengan manajemen risiko harus dijalankan
secara efektif dan berkesinambungan agar pengadaan
barang/jasa sesuai dengan tujuan yang ditetapkan,
dalam hal ini adalah untuk percepatan pemulihan
ekonomi di Provinsi Kalimantan Selatan.

45
Terima Kasih

46

Anda mungkin juga menyukai