Anda di halaman 1dari 4

Melihat Lebih Dekat Pelaksanaan Realokasi Anggaran dan Refocusing Kegiatan

Kementerian PUPR Guna Percepatan Penanganan Covid-19

Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) No. 4 Tahun 2020 yang
membahas tentang refocusing kegiatan, realokasi anggaran, serta pengadaan barang dan jasa,
untuk mempercepat penanganan Virus Korona jenis baru (Covid-19) di Indonesia. Inpres
tersebut dikeluarkan dan berlaku mulai 20 Maret 2020. Sehubungan dengan makin luasnya
penyebaran wabah Covid-19 yang telah ditetapkan sebagai pandemi global oleh World Health
Organization (WHO) pada 11 Maret 2020 maka diperlukan langkah-langkah cepat, tepat,
fokus, terpadu, dan sinergi antarkementerian/lembaga dan pemerintah daerah untuk melakukan
refocusing kegiatan, realokasi anggaran, serta pengadaan barang dan jasa dalam rangka
percepatan penanganan Covid-19.

Menindaklanjuti Instruksi Presiden tersebut, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan


Rakyat (PUPR) dengan segera melakukan realokasi program dan anggaran TA 2020 dan
refocusing kegiatan untuk mendukung percepatan penanganan Covid-19. Menteri PUPR
Basuki Hadimuljono menyatakan bahwa anggaran sebesar Rp 24,53 triliun akan realokasi dari
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun 2020 sebesar Rp 120 triliun. Realokasi
anggaran tersebut antara lain bersumber dari penghematan alokasi perjalanan dinas dan paket
meeting sebesar 50% dari sisa anggaran yang belum terserap pada TA 2020, pembatalan paket-
paket kontraktual yang belum lelang seperti bendungan, rekomposisi alokasi anggaran 2020
pada paket kegiatan Tahun Jamak (MYC), mengubah paket-paket single year contract (SYC)
TA 2020 menjadi paket multi years contract (MYC), termasuk paket-paket kontraktual yang
nilainya kurang dari Rp 100 miliar), dan mengoptimalkan kegiatan nonfisik yang bisa
ditunda/dihemat, seperti studi kelayakan proyek.

Untuk mendukung percepatan penanganan Covid-19, Kementerian PUPR juga melakukan


refocusing kegiatan dengan anggaran sebesar Rp 1,66 triliun. Anggaran tersebut dimanfaatkan
untuk pekerjaan yang bersifat mendesak seperti pembangunan Rumah Sakit Khusus Covid-19
di Pulau Galang di Kota Batam dan lanjutannya sebesar Rp 400 miliar, serta
renovasi/rehabilitasi RS Darurat Wisma Atlet Kemayoran sebesar Rp 160 miliar. Selain itu,
refocusing kegiatan juga dilakukan dengan memprioritaskan Program Padat Karya
Tunai/Infrastruktur Berbasis Masyarakat (IBM). Tahun 2020, anggaran Program Padat Karya
Tunai dialokasikan sebesar Rp 10 triliun yang di antaranya digunakan untuk Pengembangan
Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), penataan Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU),
pekerjaan P3TGAI, pembangunan Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle
(TPS3R), pemeliharaan rutin jalan dan jembatan, Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis
Masyarakat (Pamsimas) dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas), rumah pembangunan
baru dan peningkatan kualitas rumah swadaya.

Realokasi anggaran dalam rangka percepatan penanganan Covid-19 sebenarnya adalah


tindakan yang legal untuk dilaksanakan. Pelaksanaan program ini sesuai dengan skema
anggaran tentatif, yakni anggaran yang tidak memerlukan pengesahan dari lembaga legislatif
karena kemunculannya yang dipicu oleh hal-hal yang tidak direncanakan sebelumnya seperti
bencana alam. Saat keadaan darurat, pemerintah dapat melakukan pengeluaran yang belum
tersedia anggarannya (tentunya belum ada pengesahan anggaran), seperti halnya pandemi
Covid-19, yang nantinya dijadikan usulan dalam rancangan perubahan APBN. Dalam Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dijelaskan bahwa Penyesuaian
APBN dengan perkembangan dan/atau perubahan keadaan dapat dilakukan apabila terjadi
beberapa hal, salah satunya adalah keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran
anggaran antarunit organisasi, antarkegiatan, dan antarjenis belanja. Ketika darurat bencana,
pada umumnya kebutuhan sumber daya sangat besar akibat dari skala/besarnya bencana.
Dengan dampak yang besar, maka dibutuhkan sumber daya yang besar pula, yang mana
pastinya diperlukan dana untuk memenuhinya dan akan menyebabkan pergeseran anggaran
antarunit organisasi, antarkegiatan, dan antarjenis belanja. Sehingga dalam hal ini, program
realokasi anggaran dalam rangka percepatan penanganan Covid-19 sah untuk dilaksanakan dan
tidak melanggar hukum. Adapun pelaksanaan pengeluaran atas pendanaan keadaan darurat
dan/atau keadaan luar biasa ditetapkan dengan peraturan pemerintah, atau dalam kasus
pandemi Covid-19 ini berupa Instruksi Presiden (Inpres).

Penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia memerlukan pendanaan yang besar dan segera.
Contohnya adalah pembangunan infrastruktur Rumah Sakit Khusus Covid-19 di Pulau Galang
di Kota Batam yang kini telah selesai dibangun dengan estimasi biaya sebesar Rp 400 miliar
dan renovasi/rehabilitasi RS Darurat Wisma Atlet Kemayoran dengan dana sebesar Rp 160
miliar. Tentunya untuk menganggarkan secara khusus terkait program pembangunan ini akan
menempuh prosedur yang panjang dan waktu yang cukup lama, padahal pendanaan yang besar
ini diperlukan dengan segera. Maka dari itu, realokasi anggaran dan refocusing kegiatan yang
dilakukan oleh Kementerian PUPR telah menjadi langkah yang tepat sebagai solusi
permasalahan pendanaan penanganan pandemi Covid-19 ini. Realokasi dana oleh Kementerian
PUPR dilakukan dengan mengoptimalkan kegiatan baik fisik maupun nonfisik yang sekiranya
bisa ditunda atau dihemat pendanaannya. Contohnya adalah kegiatan perjalanan dinas yang
harus ditunda/dibatalkan karena adanya pandemi Covid-19, pendanaannya dapat
direalokasikan untuk penanganan Covid-19. Tidak ada kerugian yang timbul dari adanya
realokasi anggaran, karena dana yang dialihkan untuk penanganan Covid-19 ini adalah dana
yang istilahnya “dianggurkan” akibat penundaan/pembatalan sejumlah program, sehingga
dapat dimanfaatkan dengan maksimal tanpa harus menganggarkan dana baru. Sementara itu,
refocusing kegiatan dilaksanakan Kementerian PUPR dengan tetap membangun infrastruktur
prioritas dinilai cukup baik karena dapat menggerakkan banyak sektor sehingga diharapkan
dapat mempertahankan stabilitas ekonomi masyarakat serta mengurangi pengangguran di
tengah ketidakpastian kondisi ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini.

Pelaksanaan realokasi anggaran oleh Kementerian PUPR telah sejalan dengan prinsip
pelaksanaan anggaran sendiri. Realokasi anggaran dilaksanakan secara adil, di mana
pengalokasian anggaran diarahkan secara optimal bagi kepentingan orang banyak dan secara
proporsional dimanfaatkan untuk semua kelompok dalam masyarakat sesuai dengan
kebutuhannya dalam menangani Covid-19. Proses dalam perencanaan dan pelaksanaan
realokasi anggaran juga telah berjalan dengan transparan, tidak hanya diketahui oleh kalangan
pemerintah saja, tetapi juga masyarakat secara luas.

Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa program realokasi anggaran dan refocusing kegiatan
yang dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia, khususnya Kementerian PUPR,
merupakan tindakan yang solutif guna menangani masalah pendanaan penanganan pandemi
Covid-19. Melalui program ini, Kementerian PUPR telah dengan baik melaksanakan tanggung
jawabnya untuk melakukan percepatan penyiapan dan pembangunan infrastruktur yang
diperlukan dalam rangka penanganan Covid-19, seperti yang telah diamanahkan dalam Inpres
No 4 Tahun 2020 tentang refocusing kegiatan, realokasi anggaran, serta pengadaan barang dan
jasa.
https://www.kompasiana.com/febtee/5ebff198097f360b343f1652/melihat-lebih-dekat-
pelaksanaan-realokasi-anggaran-dan-refocusing-kegiatan-kementerian-pupr-guna-percepatan-
penanganan-covid-19

Anda mungkin juga menyukai