Anda di halaman 1dari 11

CORUPSI DANA BANSOS

COVID-19
DI INDONESIA

KELOMPOK 1
1. MUHAMMAD RAIHAN ASWAR
2. NUR PINA
3. ERNI KURNIATI
4. MAHARANI
5. RISKA INDRIANI
6. REZKY ANANDA
7. ABDULLAH MUFID
Pendahuluan

Pandemi covid-19 membawa dampak besar terhadap berbagai


sektor kehidupan. Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh
Saiful seorang pengamat kebijakan publik dan pelaku bisnis, bahwa ada
tiga dampak besar pandemi Covid-19 bagi perekonomian nasional:
• Melemahnya konsumsi rumah tangga atau melemahnya daya beli.
• Melemahnya bidang investasi dan berimplikasi terhadap
berhentinya berbagai bidang usaha.
• Pelemahan ekonomi sehingga menyebabkan harga komoditas
turun. Akibat dampak tersebut, pemerintah telah melakukan
tindakan cepat, program vaksinasi, program pemulihan ekonomi
nasional, BLT, dan bantuan modal usaha UKM/UMKM.
Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah juga menyelenggarakan program dana bantuan
sosial (Bansos) bagi masyarakat miskin atau mereka yang terkena dampak pandemi. Presiden Joko
Widodo membentuk badan khusus untuk menangani pandemi Covid-19, yaitu dengan membentuk
komite khusus penanganan Covid-19 dan Dewan Nasional Pemulihan Ekonomi (PEN). Pembentukan
panitia tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden
Nomor 82 Tahun 2020 tentang Penanganan Penyakit Virus Corona 2019 (Covid-19) dan Panitia
Pemulihan Ekonomi Nasional.
Namun kebijakan pemerintah tersebut justru disalahgunakan oleh oknum tertentu salah
satunya aksi korupsi dalam dana bantuan sosial covid-19 yang dilakukan oleh menteri sosial Juliari Peter
Batu bara. Langkah pertama, adalah Menteri Juliari membentuk tim khusus yang terdiri dari direktur
Jenderal Perlindungan Jaminan Sosial Papen Nazarudin dan dua orang sebagai pejabat pembuat
komitmen, yakni Matheus Joko Santoso dan Adi Wahyono. Langkah kedua, adalah menetapkan tim
khusus untuk menunjuk langsung pemenang tender dan menetapkan isi paket bansos, kemudian
peserta tender diminta untuk menyerahkan fee minimal 10% untuk satu paket sembako kepada Menteri
Juliari. Fee tersebut kemudian dikumpulkan dalam koper di sejumlah tempat dan dikelola oleh staf
Juliari dan dua sekretarisnya. Uang tersebut diduga digunakan untuk keperluan pribadi menteri Juliari
dan partai yakni; sewa jet pribadi, sewa hotel, ruangan, makanan, dan digunakan untuk pemenangan
calon kepala daerah dari PDIP.
Pembahasan

1. Problematika Kasus Korupsi Dana Bantuan Sosia


Pada dasarnya untuk mengiringi kebijakan Dana Bansos pemerintah
telah membentuk Peraturan Presiden Nomor 82 tahun 2020, bahwa
didalamnya dinyatakan:
• Dalam rangka percepatan penanganan Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) dan ekonomi nasional, serta pemulihan dibentuk
Komite transformasi Penanganan Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) dan Pemulihan Nasional yang selanjutnya Ekonomi
disebut Komite.
• Komite berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden.
Komite ini terdiri dari tiga bagian yaitu, Komite Kebijakan, Satuan Tugas (Satgas)
Penanganan Covid-19, dan Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional.
Komite ini bertujuan untuk menyusun dan mengawal seluruh program pemulihan
ekonomi serta memulihkan perekonomian nasional yang diperkirakan akan
membutuhkan waktu yang cukup lama. Adapun kewenangan yang diemban oleh
komite tersebut adalah:
• Komite Kebijakan bertugas menyusun rekomendasi kebijakan strategis kepada
presiden demi mempercepat penanganan Covid19 dan pemulihan ekonomi, serta
mengintegrasikan dan mengevaluasi seluruh terobosan kebijakan dalam
percepatan penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi.
• Satgas Penanganan Covid-19 bertugas dalam menyelesaikan permasalahan
pelaksanaan kebijakan strategis penanganan Covid19 secara cepat dan tepat,
melakukan pengawasan dan menetapkan langkah-langkah yang diperlukan dalam
kebijakan terkait penanganan Covid-19.
• Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional bertugas menyelesaikan
permasalahan pelaksanaan kebijakan strategis, melakukan pengawasan, dan
menetapkan, serta melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan dalam
pemulihan ekonomi nasional.
Walaupun pemerintah telah memberikan kebijakan yang telah
ditetapkan dalam pemberian bantuan sosial Covid-19, tetapi masih banyak
sekali oknum tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan momentum
tersebut untuk mereka jadikan sebagai kesempatan dalam mengeruk hak-
hak warganya. Hal tersebut juga diakibatkan karena kurangnya pengawasan
dari pemerintah dalam proses keberlangsungan aktivitas dana bantuan sosial
Covid-19 di Indonesia serta belum diaturnya sistem pelayanan publik yang
transparan dan akuntabel dalam proses distribusi dana bantuan sosial Covid-
19 ke masyarakat dari tingkat pusat hingga daerah. Sehingga hal tersebut
membuka peluang baru bagi pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk
dapat melakukan tindak pidana korupsi.
Kasus korupsi dana bantuan sosial covid-19 yang terjadi
di Indonesia saat ini merupakan salah satu kasus yang sangat
merugikan masyarakat di Indonesia. Hal ini terlihat dari buruknya
regulasi penyaluran bansos Covid-19 dan koordinasi dari
pemerintah, juga kacaunya proses pendataan data masyarakat
yang berhak untuk menerima dana bantuan sosial Covid-19.
Kasus tersebut dibuktikan dari adanya pengakuan dari
masyarakat serta fakta yang memperlihatkan bahwa paket
sembako yang diberikan sangat tidak sesuai dan jauh dari kata
layak dari nominal yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Salah
satu masyarakat terdampak kasus korupsi dana bantuan sosial
Covid-19 ini adalah masyarakat miskin.
Berdasarkan program Mata Najwa 11 Februari 2021 di dalamnya dibahas
terkait kasus korupsi dana bansos Covid -19 bahwa masyarakat miskin adalah salah
satu korban dari buruknya regulasi dana bantuan sosial Covid-19, mereka menyatakan
bahwa paket sembako yang mereka terima dari pemerintah sangatlah jauh dari
nominal yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebesar Rp 300.000 untuk satu paket
sembako dengan biaya potongan Rp 15.000 biaya goodie bag, dan potongan biaya Rp
15.000 biaya jasa transportasi. Artinya secara keseluruhan isi paket sembako tersebut
seharusnya bernilai sekitar Rp 270.000. Akan tetapi, warga mengaku bahwa paket
sembako yang mereka terima jauh dari nominal yang telah ditetapkan pemerintah
dalam satu paket sembako tersebut. Hal tersebut dapat mereka ketahui dari jenis
kualitas dan merek dari masing- masing item barang yang terdapat dalam satu paket
sembako. Warga juga mengeluhkan bahwa isi barang atau item dari paket sembako
tersebut sangatlah tidak layak pakai, hal ini terlihat dari jenis beras yang berkutu juga
sangat kusam, ayam yang busuk, dan jenis- jenis barang lainnya seperti sarden dan
susu yang memiliki kualitas yang rendah atau merek yang bahkan mereka tidak pernah
melihat sebelumnya di pasaran. Hasil dari penghitungan dan penelitian warga, mereka
menyatakan bahwa isi paket sembako yang mereka terima hanya berkisar antara Rp.
140.000 sampai dengan Rp. 150.0000 saja, tentu nominal tersebut sangatlah jauh dari
nilai nominal satu paket sembako yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Dari penelusuran BPKP (Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan) di
Jabodetabek, BPKP menemukan harga yang tidak wajar dalam paket bantuan sosial
untuk masyarakat saat pandemi ini. Dalam penemuan proses penelusuran BPKP dalam
paket bantuan sosial untuk masyarakat saat pandemi di Jabodetabek, BPKP
menemukan sebesar Rp. 65,88 miliar kelebihan pembayaran harga bahan pokok
sembako. Kemudian, selisih harga untuk transporter di Jabodetabek senilai Rp. 2,97
Miliar, dan kelebihan pembayaran dalam goodie bag bantuan sosial (bansos) sebesar
Rp. 6,09 Miliar. Sehingga dari proses penghitungan menurut BPKP anggaran bansos
diduga dikorupsi sebesar Rp. 20,8 Miliar.
Secara umum korupsi terjadi dalam penyaluran dana bansos yaitu kuota penerima
dikurangi bahkan bansos tidak diterima sama sekali. Pelaku membuat daftar penerima
bantuan virtual namun tidak ada penerima tetapi dana tetap digunakan. Hal tersebut
terjadi karena kurangnya pengawasan dan kebijakan tegas yang dilakukan oleh
pemerintah dalam proses regulasi bantuan dana covid-19 di Indonesia. Sehingga
sangat dibutuhkan kerjasama antar lembaga dan pemerintah dalam menciptakan
skema sistem yang terintegrasi dan koordinatif guna menciptakan sistem pelayanan
publik dalam penyaluran dana bansos Covid-19 yang optimal sebagai langkah untuk
mencegah terjadinya korupsi. (Pukat UGM dalam Solihah, R., & Triono, T, 2020: 71)
Kesimpulan

Kasus korupsi dana bantuan sosial Covid-19 yang dilakukan


oleh para pihak yang tidak bertanggung jawab banyak membawa
dampak kerugian bagi masyarakat dan juga perekonomian di
Indonesia. Kasus korupsi tersebut terjadi karena kacaunya sistem
pendataan penerima bansos dan proses penyaluran dana bansos, serta
kurangnya pengawasan dan kebijakan tegas yang dilakukan oleh
pemerintah dalam proses regulasi bantuan dana covid-19 di Indonesia.
Dengan demikian, adanya kebijakan- kebijakan langkah regulasi yang
telah ditetapkan oleh pemerintah, serta langkah preventif yang telah
dilakukan oleh lembaga- lembaga pemerintahan negara seperti KPK,
BPK, dan BPKP diharapkan dapat mengatasi korupsi di Indonesia,
khususnya bagi korupsi dana bantuan sosial di masa pandemi Covid-19
di Indonesia ini. Agar masyarakat dapat menikmati dan menerima hak-
haknya sesuai dengan apa yang telah diberikan oleh pemerintah.
Sehingga, tidak ada lagi kasus yang membawa kerugian bagi
masyarakat dan perekonomian negara.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai