Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

MENILIK KORUPSI DANA BANSOS


COVID-19 DI INDONESIA

Disusun oleh :
NAMA : RARA WA ODE
KELAS : CIB121147
KELAS : A

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pandemi covid-19 membawa dampak besar terhadap berbagai sektor kehidupan.
Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh Saiful seorang pengamat
kebijakan publik dan pelaku bisnis, bahwa ada tiga dampak besar pandemi Covid-
19 bagi perekonomian nasional:

1. Melemahnya konsumsi rumah tangga atau melemahnya daya beli.


2. Melemahnya bidang investasi dan berimplikasi terhadap berhentinya
berbagai bidang usaha.
3. Pelemahan ekonomi sehingga menyebabkan harga komoditas turun.
Akibat dampak tersebut, pemerintah telah melakukan tindakan cepat,
program vaksinasi, program pemulihan ekonomi nasional, BLT, dan
bantuan modal usaha UKM/UMKM.

Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah juga menyelenggarakan program dana


bantuan sosial (Bansos) bagi masyarakat miskin atau mereka yang terkena
dampak pandemi. Presiden Joko Widodo membentuk badan khusus untuk
menangani pandemi Covid-19, yaitu dengan membentuk komite khusus
penanganan Covid-19 dan Dewan Nasional Pemulihan Ekonomi (PEN).
Pembentukan panitia tersebut tertuang dalam Peraturan Presiden

Nomor 82 Tahun 2020 tentang Penanganan Penyakit Virus Corona 2019 (Covid-
19) dan Panitia Pemulihan Ekonomi Nasional. 

Namun kebijakan pemerintah tersebut justru disalahgunakan oleh oknum tertentu


salah satunya aksi korupsi dalam dana bantuan sosial covid-19 yang dilakukan
oleh menteri sosial Juliari Peter Batu bara. Langkah pertama, adalah Menteri
Juliari membentuk tim khusus yang terdiri dari direktur Jenderal Perlindungan
Jaminan Sosial Papen Nazarudin dan dua orang sebagai pejabat pembuat
komitmen, yakni Matheus Joko Santoso dan Adi Wahyono. Langkah kedua,
adalah menetapkan tim khusus untuk menunjuk langsung pemenang tender dan
menetapkan isi paket bansos, kemudian peserta tender diminta untuk
menyerahkan fee minimal 10% untuk satu paket sembako kepada Menteri Juliari.
Fee tersebut kemudian dikumpulkan dalam koper di sejumlah tempat dan dikelola
oleh staf Juliari dan dua sekretarisnya. Uang tersebut diduga digunakan untuk
keperluan pribadi menteri Juliari dan partai yakni; sewa jet pribadi, sewa hotel,
ruangan, makanan, dan digunakan untuk pemenangan calon kepala daerah dari
PDIP. 

B. RUMUSAN MASALAH
1. Problematika Kasus Korupsi Dana Bantuan  Sosial 
2. Peran Lembaga Negara dalam Penyelesaian Kasus Korupsi Dana
Bansos Covid-19 di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

1. Problematika Kasus Korupsi Dana Bantuan  Sosial 

Pada dasarnya untuk mengiringi kebijakan Dana Bansos pemerintah telah


membentuk Peraturan Presiden Nomor 82 tahun 2020, bahwa didalamnya
dinyatakan:

1. Dalam rangka percepatan penanganan Corona Virus Disease 2019


(COVID-19) dan ekonomi nasional, serta pemulihan dibentuk Komite
transformasi Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan
Pemulihan Nasional yang selanjutnya Ekonomi disebut Komite.
2. Komite berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden. 

Komite ini terdiri dari tiga bagian yaitu, Komite Kebijakan, Satuan Tugas (Satgas)
Penanganan Covid-19, dan Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi
Nasional. Komite ini bertujuan untuk menyusun dan mengawal seluruh program
pemulihan ekonomi serta memulihkan perekonomian nasional yang diperkirakan
akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Adapun kewenangan yang diemban
oleh komite tersebut adalah:

1. Komite Kebijakan bertugas menyusun rekomendasi kebijakan strategis


kepada presiden demi mempercepat penanganan Covid19 dan pemulihan
ekonomi, serta mengintegrasikan dan mengevaluasi seluruh terobosan
kebijakan dalam percepatan penanganan Covid-19 dan pemulihan
ekonomi.
2. Satgas Penanganan Covid-19 bertugas dalam menyelesaikan permasalahan
pelaksanaan kebijakan strategis penanganan Covid19 secara cepat dan
tepat, melakukan pengawasan dan menetapkan langkah-langkah yang
diperlukan dalam kebijakan terkait penanganan Covid-19.
3. Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Nasional bertugas
menyelesaikan permasalahan pelaksanaan kebijakan strategis, melakukan
pengawasan, dan menetapkan, serta melaksanakan langkah-langkah yang
diperlukan dalam pemulihan ekonomi nasional.

Walaupun pemerintah telah memberikan kebijakan yang telah ditetapkan dalam


pemberian bantuan sosial Covid-19, tetapi masih banyak sekali oknum tidak
bertanggung jawab yang memanfaatkan momentum tersebut untuk mereka
jadikan sebagai kesempatan dalam mengeruk hak- hak warganya. Hal tersebut
juga diakibatkan karena kurangnya pengawasan dari pemerintah dalam proses
keberlangsungan aktivitas dana bantuan sosial Covid-19 di Indonesia serta belum
diaturnya sistem pelayanan publik yang transparan dan akuntabel dalam proses
distribusi dana bantuan sosial Covid-19 ke masyarakat dari tingkat pusat hingga
daerah. Sehingga hal tersebut membuka peluang baru bagi pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab untuk dapat melakukan tindak pidana korupsi.

Kasus korupsi dana bantuan sosial covid-19 yang terjadi di

Indonesia saat ini merupakan salah satu kasus yang sangat merugikan masyarakat
di Indonesia. Hal ini terlihat dari buruknya regulasi penyaluran bansos Covid-19
dan koordinasi dari pemerintah, juga kacaunya proses pendataan data masyarakat
yang berhak untuk menerima dana bantuan sosial Covid-19. Kasus tersebut
dibuktikan dari adanya pengakuan dari masyarakat serta fakta yang
memperlihatkan bahwa paket sembako yang diberikan sangat tidak sesuai dan
jauh dari kata layak dari nominal yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Salah
satu masyarakat terdampak kasus korupsi dana bantuan sosial Covid-19 ini adalah
masyarakat miskin.

Berdasarkan program Mata Najwa 11 Februari 2021 di dalamnya dibahas terkait


kasus korupsi dana bansos Covid -19 bahwa masyarakat miskin adalah salah satu
korban dari buruknya regulasi dana bantuan sosial Covid-19, mereka menyatakan
bahwa paket sembako yang mereka terima dari pemerintah sangatlah jauh dari
nominal yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebesar Rp 300.000 untuk satu
paket sembako dengan biaya potongan Rp 15.000 biaya goodie bag, dan potongan
biaya Rp 15.000 biaya jasa transportasi. Artinya secara keseluruhan isi paket
sembako tersebut seharusnya bernilai sekitar Rp 270.000. Akan tetapi, warga
mengaku bahwa paket sembako yang mereka terima jauh dari nominal yang telah
ditetapkan pemerintah dalam satu paket sembako tersebut. Hal tersebut dapat
mereka ketahui dari jenis kualitas dan merek dari masing- masing item barang
yang terdapat dalam satu paket sembako. Warga juga mengeluhkan bahwa isi
barang atau item dari paket sembako tersebut sangatlah tidak layak pakai, hal ini
terlihat dari jenis beras yang berkutu juga sangat kusam, ayam yang busuk, dan
jenis- jenis barang lainnya seperti sarden dan susu yang memiliki kualitas yang
rendah atau merek yang bahkan mereka tidak pernah melihat sebelumnya di
pasaran. Hasil dari penghitungan dan penelitian warga, mereka menyatakan
bahwa isi paket sembako yang mereka terima hanya berkisar antara Rp. 140.000
sampai dengan Rp. 150.0000 saja, tentu nominal tersebut sangatlah jauh dari nilai
nominal satu paket sembako yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Dari penelusuran BPKP (Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan) di


Jabodetabek, BPKP menemukan harga yang tidak wajar dalam paket bantuan
sosial untuk masyarakat saat pandemi ini. Dalam penemuan proses penelusuran
BPKP dalam paket bantuan sosial untuk masyarakat saat pandemi di Jabodetabek,
BPKP menemukan sebesar Rp. 65,88 miliar kelebihan pembayaran harga bahan
pokok sembako. Kemudian, selisih harga untuk transporter di Jabodetabek senilai
Rp. 2,97 Miliar, dan kelebihan pembayaran dalam goodie bag bantuan sosial
(bansos) sebesar Rp. 6,09 Miliar. Sehingga dari proses penghitungan menurut
BPKP anggaran bansos diduga dikorupsi sebesar Rp. 20,8 Miliar.

Secara umum korupsi terjadi dalam penyaluran dana bansos yaitu kuota penerima
dikurangi bahkan bansos tidak diterima sama sekali. Pelaku membuat daftar
penerima bantuan virtual namun tidak ada penerima tetapi dana tetap digunakan.
Hal tersebut terjadi karena kurangnya pengawasan dan kebijakan tegas yang
dilakukan oleh pemerintah dalam proses regulasi bantuan dana covid-19 di
Indonesia. Sehingga sangat dibutuhkan kerjasama antar lembaga dan pemerintah
dalam menciptakan skema sistem yang terintegrasi dan koordinatif guna
menciptakan sistem pelayanan publik dalam penyaluran dana bansos Covid-19
yang optimal sebagai langkah untuk mencegah terjadinya korupsi. (Pukat UGM
dalam Solihah, R., & Triono, T, 2020: 71)
2.Peran Lembaga Negara dalam Penyelesaian Kasus Korupsi Dana
Bansos Covid-19 di Indonesia

Peranan pemerintah sangat   diperlukan     dalam proses berlangsungnya bantuan


sosial Covid-19 di Indonesia. Untuk dapat melaksanakan penyaluran bantuan
sosial dengan baik, benar, dan terhindar dari praktek korupsi maka pemerintah
harus menyusun petunjuk pelaksanaan dan menetapkan para pihak serta lembaga
yang menjadi sasaran dalam penerimaan bantuan sosial dana Covid-19 ini.
Selanjutnya menentukan bentuk bantuan dapat berupa transfer uang atau barang
maupun jasa yang nantinya akan disalurkan secara langsung melalui bank, pos
atau lembaga penyalur yang telah ditetapkan. Hal tersebut dilakukan dengan
tujuan untuk menghindari adanya penyimpangan atau terjadinya praktek korupsi
dalam proses penyalurannya. Peranan dari lembaga- lembaga pemerintahan
negara yang bertugas untuk mencegah dan mengawasi suatu tindakan korupsi dan
memeriksa keuangan negara juga sangat diperlukan. Lembaga- Lembaga tersebut
adalah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK), dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

Peranan utama dari KPK sebagai lembaga negara yang bertugas untuk dapat
mengawasi dan menyelidiki kasus korupsi dana bantuan sosial Covid-19 di
Indonesia adalah melakukan upaya-upaya yang preventif melalui tiga cara yakni,
pencegahan, penindakan, dan edukasi. Hal tersebut diatur dalam pasal 6 dan 7 UU
No. 19 Tahun 2019.

Dalam bidang pencegahan KPK melakukan wewenang yang bertugas melakukan


fungsi koordinasi dan monitoring di tingkat pusat dan daerah, dengan cara
membentuk 15 satuan gagas khusus pada Kedeputian Pencegahan, yaitu:

1. Bekerja bersama Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, dengan


cara tim melakukan penelitian dan memberikan rekomendasi
permasalahan yang bersifat sistematik dalam pengadaan barang dan jasa
dalam penanganan Covid-19. Tim juga bertugas melakukan kerjasama
dengan kementerian dan lembaga terkait untuk melakukan pendampingan
refocusing.
2. Melakukan kegiatan dan realokasi anggaran dana, serta melakukan proses
pendampingan dalam Pengadaan Barang dan Jasa di masa darurat.
3. Melakukan koordinasi kepada 9 Satgas di tingkat yang bekerjasama
dengan instansi lainnya seperti BPKP, PKPP dan APIP yang bertugas
untuk mendampingi pemerintah daerah dalam proses refocusing dan
realokasi APBD untuk penanganan Covid-19.

Pada saat melakukan tugas wewenang koordinasi dan recofusing, KPK juga
menemukan beberapa titik rawan yang dicurigai sebagai tempat yang dapat
dimanfaatkan dalam kasus korupsi dana bantuan sosial Covid-19 di Indonesia
yakni, dalam proses pengadaan barang dan jasa, penyaluran bantuan dan
penyelewengan dana hibah, alokasi sumber dana dan belanja (APBN) dan
(APBD), penyelewengan dana di bantuan tingkat pusat dan daerah.

Peran KPK dalam melaksanakan wewenang dalam mengawal pengalokasian dana


bantuan sosial Covid-19 dalam bidang penindakan adalah berhasilnya peran KPK
dalam mengungkapkan kasus suap anggaran dana bantuan sosial Covid-19 yang
dilakukan oleh pejabat kementerian sosial dan sejumlah pihak anggota yang
bersangkutan. Langkah tersebut adalah langkah kebijakan KPK dalam merespons
kemudahan akses anggran korupsi dalam dana bantuan sosial Covid19 di
Indonesia.

Selanjutnya, peran KPK dalam bidang edukasi adalah melakukan peluncuran


aplikasi JAGA Bansos, sebagai respons perintah dalam menangani kasus
permasalahan dana bantuan sosial Covid-19 salah sasaran. JAGA Bansos
merupakan aplikasi yang memberikan informasi mengenai dana bantuan sosial
Covid-19, dan juga sebagai aplikasi dimana masyarakat dapat menyampaikan
keluhan atas tindakan penyimpangan atau penyalahgunaan bansos di lapangan,
yang bertujuan untuk mengedukasi masyarakat agar dapat aktif berpartisipasi
melakukan upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi dalam pengalokasian
bantuan sosial Covid-19 di Indonesia.

Selain KPK yang berwenang untuk melaksanakan langkah kebijakan pengawasan


dan penyelidikan dalam kasus penyalahgunaan dana bantuan sosial Covid-19 yang
di korupsi, ada lembaga lain yang ikut turut membantu dalam melakukan tindakan
pengawasan dan pencegahan dalam penyalahgunaan dana bantuan sosial Covid-
19 di Indonesia yaitu BPK. BPK berperan dalam membantu masyarakat untuk
dapat turut aktif melakukan pengaduan dan pengawasan, serta memberikan
informasi kepada BPK untuk dapat melakukan pemeriksaan, kemudian dapat
ditindaklanjuti apabila, ditemukan penyelewangan dalam penyalahgunaan
anggaran dana bantuan sosial Covid-19 di Indonesia.

Oleh karena itu, dengan adanya kebijakan- kebijakan langkah regulasi yang telah
ditetapkan oleh pemerintah serta langkah preventif yang telah dilakukan oleh
lembaga- lembaga pemerintahan negara seperti KPK, BPK, dan BPKP diharapkan
korupsi dana bantuan sosial di masa pandemi Covid-19 di Indonesia tidak
terulang kembali. Agar masyarakat dapat menikmati dan menerima hak- haknya
sesuai dengan apa yang telah diberikan oleh pemerintah. Sehingga tidak ada lagi
kasus yang membawa kerugian bagi masyarakat dan perekonomian negara.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kasus korupsi dana bantuan sosial Covid-19 yang dilakukan oleh para pihak
yang tidak bertanggung jawab banyak membawa dampak kerugian bagi
masyarakat dan juga perekonomian di Indonesia. Kasus korupsi tersebut
terjadi karena kacaunya sistem pendataan penerima bansos dan proses
penyaluran dana bansos, serta kurangnya pengawasan dan kebijakan tegas
yang dilakukan oleh pemerintah dalam proses regulasi bantuan dana covid-19
di Indonesia. Dengan demikian, adanya kebijakan- kebijakan langkah regulasi
yang telah ditetapkan oleh pemerintah, serta langkah preventif yang telah
dilakukan oleh lembaga- lembaga pemerintahan negara seperti KPK, BPK,
dan BPKP diharapkan dapat mengatasi korupsi di Indonesia, khususnya bagi
korupsi dana bantuan sosial di masa pandemi Covid-19 di Indonesia ini. Agar
masyarakat dapat menikmati dan menerima hak- haknya sesuai dengan apa
yang telah diberikan oleh pemerintah. Sehingga, tidak ada lagi kasus yang
membawa kerugian bagi masyarakat dan perekonomian negara.
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2020 (Perpres) tentang


Penanganan

Penyakit Virus Corona 2019 (Covid-19) dan Panitia Pemulihan Ekonomi


Nasional.

Undang-Undang No. 19 Tahun 2019 Tentang KPK Jurnal:

Solihah, R., & Triono, T. (2020). PERAN KPK DALAM MENGAWAL


PENGALOKASIAN DANA BANTUAN SOSIAL DI MASA PANDEMI

COVID-19. Jurnal Tapis: Jurnal Teropong Aspirasi Politik Islam, 16(2), 69-80.

Yamali, F. R., & Putri, R. N. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap Ekonomi

Indonesia. Ekonomis: Journal of Economics and Business, 4(2), 384-388Undang-


Undang:

Website:

Fikri, C. (2021, February 5). Tiga Dampak Pandemi Covid-19 Bagi


PerekonomianNasional. beritasatu.com.
https://www.beritasatu.com/ekonomi/728997/tiga–dampak–pandemicovid19–
bagi–perekonomian–nasional

Malau, S. (2021, March 22). ICW Sebut Ada Peningkatan Jumlah Perkara dan
TerdakwaKasusKorupsiSepanjang2020.Tribunnews.com.
https://mtribunnews.com.cdn.ampproject.org/v/s/m.tribunnews.com/amp/
nasional/2021/03/22/icw-sebut-ada-peningkatan-jumlah-perkara-dan-
terdakwakasus-korupsi-sepanjang-2020Malau, S. (2021, March 22). ICW Sebut
Ada Peningkatan Jumlah Perkara dan Terdakwa Kasus Korupsi Sepanjang 2020.
Tribunnews.com.
https://mtribunnews.com.cdn.ampproject.org/v/s/m.tribunnews.com/amp/
nasional/2021/03/22/icw-sebut-ada-peningkatan-jumlah-perkara-dan-
terdakwakasus-korupsi-sepanjang-2020

Anda mungkin juga menyukai