Anda di halaman 1dari 19

MASALAH KEMISKINAN DIMASA PANDEMI COVID-19

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester


Dalam Mata Kuliah “ Pengantar Sosiologi”
Semester II Jurusan MD-C
TahunAkademik 2019/2020

Oleh:

Muhammad Ridwan
1612030016

Dosen Pembimbing:

Dra. Hermawati, M.Si

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
(UIN) IMAM BONJOL
PADANG
1442 H / 2020 M
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebelum dilanda wabah pandemi Covid-19, pada hakikatnya Indonesia termasuk negara
yang rentan akan kemiskinan. Menurut laporan BPS pada Maret 2019, tercatat 9,41 persen angka
kemiskinan di Indonesia. Salah satu faktornya disebabkan oleh persoalan upah. Hal ini sesuai
dengan catatan Bappenas RI tahun 2019, bahwa pekerja pada sektor informal adalalah 57,27%,
lebih tinggi dibandingkan tenaga kerja pada sektor formal sebesar 42,73%. Kondisi ini
diperparah dengan dampak pandemi Covid-19 yang meluluhlantahkan hamper semua sektor
ekonomi. Prediksi pemerintah, jumlah pengangguran akibat dampak Covid-19 bisa mencapai 5.2
juta orang. Jika diperhatikan, di luar kondisi wabah Covid-19, Indonesia kesulitan dalam
mengatasi problem kemiskinan, apalagi setelah “dihantam” wabah, sehingga jelas pertumbuhan
ekonomi akan mengalami kontraksi yang kuat.

Jelas, peningkatan kemiskinan karena pengangguran akibat Covid-19 diperkirakan akan


lebih dahsyat dibandingkan kenaikan tingkat pengangguran setelah krisis keuangan global 2009.
Tak pelak, jika melihat pengalaman tahun 2009, tanpa adanya intervensi kebijakan yang
ditargetkan, maka jelas kemungkinannya bahwa kaum muda akan lagi terkena dampak
kemiskinan akibat resesi global. Hal ini akan meningkatkan proporsi jumlah orang muda
menganggur dibandingkan dengan orang dewasa dikarenakan penyerapan pekerjaan yang lebih
lambat terhadap kaum muda selama pemulihan akibat wabah Covid-19.

B. Rumusan Masalah
1. Apa masalah kemiskinan di Indonesia pada masa pandemic Covid-19.?
2. Bagai mana mengatasi kemiskinan pada masa pendemi Covid-19.?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui masalah kemiskinan di Indonesia pada masa pandemic Covid-19.
2. Untuk mengetahui bagai mana mengatasi kemiskinan pada masa pendemi Covid-19.
3. Untuk mengetahui dampak covid-19 terhadap peningkatan angka pengangguran di Indonesia.
4. Untuk mengetahui dampak pandemi covid-19 terhadap kemiskinan di Indonesia.

1
BAB II

MASALAH KEMISKINAN DIMASA PANDEMI COVID-19

Secara logika upaya memutus penyebaran covid-19 dilakukan melalui pembatasan social
distancing, namun berpengaruh terhadap produksi barang dan jasa, pembatasan barang impor
dan ekspor, pengurangan tenaga kerja melalui “dirumahkan” sampai pemutusan hubungan kerja.
Akibatnya banyak orang kehilangan pekerjaan, menurunnya pendapatan dan daya beli
masyarakat. Data Kementerian Tenaga Kerja per 20 April 2020, terdapat 2.084.593 pekerja dari
116.370 perusahaan dirumahkan dan kena PHK akibat pandemic covid-19, dengan rincian,
sektor formal 1.304.777 pekerja dirumahkan dari 43.690 perusahaan. Sementara yang terkena
PHK mencapai 241.431 orang dari 41.236 perusahaan. Sektor informal kehilangan 538.385
pekerja yang terdampak dari 31.444 perusahaan atau UMKM, Ditambah 35.676 narapidana dan
anak dibebaskan mereka perlu mendapat pekerjaan dan penghasilan sesuai dengan
kebutuhannya. Sebelum mendapat pekerjaan, mereka dikategorikan miskin, maka bertambahlah
masyarakat miskin di Indonesia1.

Pemutusan hubungan kerja, berdampak kepada pengangguran, kesulitan mencari


pekerjaan, masyarakat miskin meningkat. Prediksi peningkatan jumlah kemiskinan di Indonesia
mencapai 3,78 juta orang, berujung pada munculnya tindak pidana penjambretan, begal,
pencurian, dan pidana lain meresahkan kehidupan warga masyarakat. Pemerintah pusat, provinsi,
maupun daerah membuat program memberi bantuan langsung selama tiga bulan kepada warga
masyarakat yang terkena dampak covid-19, namun realisasinya belum maksimal, terdapat
permasalahan pendistribusian, seperti masih menggunakan data warga masyarakat miskin
beberapa tahun yang lalu, akibatnya bantuan kurang tepat sasaran. Ketidaksesuaian jumlah
warga masyarakat yang diusulkan dengan jumlah bantuan yang diberikan, sehingga
menimbulkan kecemburuan social dan keresahan di masyarakat tidak mampu2.

A. Program Bantuan Tunai di Era COVID-19

1
Syafrida, S. Bersama Melawan Virus Covid 19 di Indonesia. SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, 6.
2020,hal.40
2
Erlangga Pratama, Ekonomi Nasional Mulai Meradang Karena Covid 19, Jurnal Intelejent.net. 28 Maret
2020, from website: http://jurnalintelijen.net/2020/03/28/ekonomi-nasional-mulai-meradang-karena-
covid-19/

2
Dalam rangka mengatasi dampak social ekonomi dari pandemi virus korona pemerintah
Indonesia telah memperkuat dan mengeluarkan kebijakan jaring pengaman sosial. Namun
program-program yang telah diluncurkan masih belum memadai. Pasalnya, pemerintah belum
membuat kebijakan bantuan tunai yang diyakini paling dibutuhkan oleh kelompok masyarakat
miskin, masyarakat kurang mampu dan masyarakat terdampak pandemi virus korona. Jika pun
ada bantuan tunai, jumlahnya terlalu kecil dan sasarannya kurang merata.

1. Program Perlindungan Sosial Sebelum Pandemi Korona

Sebelum merebaknya pandemi virus korona, pemerintah telah menjalankan program-


program perlindungan sosial yang ditujukan untuk mengatasi terjadinya guncangan ekonomi,
bencana alam dan situasi krisis lainnya sehingga hak dasar masyarakat seperti layanan kesehatan,
akses pendidikan dan perlindungan kepada kelompok rentan tetap terpenuhi. Harapannya,
dengan program perlindungan sosial yang ada, kelompok miskin, kurang mampu dan kelompok
rentan dapat hidup layak

Program perlindungan sosial di Indonesia secara garis besar terdiri dari dua model: (i)
bantuan sosial dan non-kontribusi, dan (ii) jaminan sosial dan kontribusi. Yang dimaksud non-
kontribusi adalah penerima manfaat dari program bantuan sosial tidak turut mengiur atau
membayar kontribusi agar mendapatkan bantuan sosial yang ada. Sementara, yang dimaksud
kontribusi adalah penerima manfaat turut mengiur atau membayar kontribusi agar mendapatkan
jaminan sosial yang ada.

Jenis-jenis program bantuan sosial dan non kontribusi yang sudah berjalan sebelum
terjadinya pandemi virus korona adalah3:

a. Program Keluarga Harapan (PKH). Program ini merupakan program bantuan uang
tunai bersyarat (conditional cash transfer/CCT) yang ditujukan bagi keluarga sangat
miskin dengan persyaratan tertentu.
b. Program Indonesia Pintar-Kartu Indonesia Pintar/PIP-KIP. Program ini merupakan
pemberian bantuan tunai pendidikan kepadaanak usia sekolah (usia 6 - 21 tahun) yang

3
Sekretariat Kabinet, 2020. https://setkab.go.id/program-pelindungan-sosial-menghadapi-dampak-
pandemi-covid-19-31-maret-2020-di-istana-kepresidenan-bogor-provinsi-jawa-barat/

3
berasal dari keluarga miskin dan rentan, yatim piatu dan korban bencana
alam/musibah.
c. Bantuan Pangan Non-tunai (BPNT) atau Program Beras Sejahtera (Rastra) yang
diberikan kepada keluarga yang sosial-eonominya berada di 25% terendah agar dapat
membeli beras dan telur di e-warong senilai Rp150.000/keluarga penerima.
d. Asistensi Sosial Penyandang Disabilitas (ASPD). Program ini diberikan kepada
penyandang disabilitas berat dan miskin, dengan nilai masing-masing Rp300 ribu per
orang per bulan.

Sedangkan jenis-jenis jaminan sosial dan kontribusi yang sudah dijalankan di Indonesia
sebelum terjadinya pandemi virus korona adalah: Pertama, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)-
BPJS Kesehatan. Kedua, Jaminan Sosial Ketenagakerjaan-BPJS Ketenagakerjaan. Ketiga,
Jaminan Pensiun ASN, TNI dan Polri.

2. Program Perlindungan Sosial Saat Pandemi Korona

Melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang


Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan/atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang
Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan, pemerintah
Indonesia melakukan upaya penanganan kesehatan, penanganan dampak sosial dan
penyelamatan perekonomian nasional. Penanganan kesehatan difokuskan pada upaya
penyembuhan pasien korona dengan peningkatan anggaran belanja kesehatan. Agenda
penanganan dampak sosial difokuskan pada pelaksanaan jaring pengaman sosial (social safety
net). Sedangkan untuk pemulihan perekonomian diarahkan kepada pemberian insentif fiskal,
perkreditan dan moneter.

Namun, jika kita cermati lebih mendalam isi dari Perppu Nomor 1 Tahun 2020 di atas,
maka yang sangat menonjol adalah pengaturan kebijakan keuangan negara-daerah, stabilitas
sistem keuangan, kebijakan perpajakan, pemulihan perekonomian nasional, kebijakan stabilitas
sistem keuangan, kewenangan Bank Indonesia, kewenangan LPS dan kewenangan OJK.
Sementara, pengaturan program jaringan pengaman sosial dan program kesehatan hanya
disinggung sekilas. Bahkan tidak ada Bab atau Bagian atau Pasal-pasal yang secara khusus

4
mengatur rincian program perlindungan sosial yang akan dijalankan dalam rangka penanganan
pandemi virus korona. Hanya ada pengaturan di pasal penjelasan tentang “pengutamaan
penggunaan Dana Desa” dapat digunakan antara lain untuk bantuan langsung tunai kepada
penduduk miskin di desa dan penanganan pandemi Covid-19.

Rincian kebijakan-program perlindungan sosial menghadapi dampak pandemi virus


korona kita peroleh dari keterangan pers Presiden Joko Widodo yang disampaikan pada tanggal
31 Maret 2020. Adapun beberapa program perlindungan sosial yang diumumkan oleh Presiden
Widodo tersebut sebagai berikut 4:

1. Program Keluarga Harapan (PKH). Pemerintah melakukan penambahan keluarga


penerima manfaat PKH, dari 9,2 juta keluarga menjadi 10 juta keluarga penerima
manfaat (KPM). Besaran manfaat dinaikkan 25%: keluarga dengan ibu hamil naik
dari Rp2,4 juta menjadi Rp3 juta per tahun, keluarga dengan anak usia dini Rp3 juta
per tahun, keluarga dengan disabilitas Rp2,4 juta per tahun. Perubahan kebijakan
efektif mulai April 2020. Anggaran yang dialokasikan naik dari Rp29,1 triliun
menjadi sebesar Rp37,4 triliun.
2. Bantuan Pangan Non-tunai (BPNT) atau Kartu Sembako. Pemerintah menaikkan
jumlah penerima dari 15,2 juta penerima menjadi 20 juta penerima manfaat dan
nilainya naik 30% dari Rp150.000 per penerima menjadi Rp200.000 per penerima.
Kartu Sembako akan diberikan selama 9 bulan.
3. Kartu Prakerja. Anggaran Kartu Prakerja dinaikkan dari Rp10 triliun menjadi Rp20
triliun. Jumlah penerima manfaat menjadi 5,6 juta orang, terutama ini adalah untuk
pekerja informal serta pelaku usaha mikro dan kecil yang terdampak COVID-19 dan
nilai manfaatnya Rp650.000-1.000.000 per bulan selama 4 bulan.
4. Bantuan Tarif Listrik. Pemerintah menggratisan pelanggan listrik 450 VA yang
jumlahnya sekitar 24 juta pelanggan selama 3 bulan (April - Juni 2020). Pemerintah
juga mendiskon 50% bagi pelanggan 900 VA sebanyak 7 juta pelanggan selama 3
bulan (April - Juni 2020).
4
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan
Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-
19) dan/atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional
dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan

5
5. Alokasi Anggaran Cadangan. Guna mengantisipasi ketersediaan bahan kebutuhan
pokok, maka pemerintah mencadangkan anggaran Rp25 triliun yang akan digunakan
untuk melakukan pemenuhan kebutuhan pokok, operasi pasar dan logistik.
6. Keringanan Pembayaran Kredit. Pemerintah akan memberikan keringanan kredit di
bawah Rp10 miliar khususnya bagi pekerja informal (ojek online, sopir taksi, pelaku
UMKM, nelayan, penduduk dengan penghasilan harian) yang efektif berlaku pada
bulan April 2020.
B. Penggunaan Dana Desa Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Kabupaten Pesisir
Selatan

Akibat adanya kasus covid-19 ini pemerintah menerbitkan Permendesa, PDTT Nomor 6
Tahun 2020 tentang perubahan atas Permendesa PDTT nomor 11 tahun 2019 tersebut, yang inti
perubahan dimaksud mengatur tentang penggunaan dana desa tahun 2020 untuk : (1).
Pencegahan dan penanganan Covid-19; (2). Padat Karya Tunai Desa; (3). Bantuan Langsung
Tunai Desa. Sementara itu dalam Permendesa No 11 dijelaskan bahwa prioritas penggunaan
dana desa pada tahun 2020 harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat desa
dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat desa, prioritas dana desa tahun 2020 diutamakan
untuk membiayai pelaksanaan program dan kegiatan di bidang pelayanan sosial dasar yang
berdampak langsung pada meningkatnya kualitas hidup masyarakat. Dalam peraturan tersebut
tidak dijabarkan atau dijelaskan penggunaan dana desa untuk penanganan covid-19. Cita-cita
yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 6 tentang Desa serta5.

prioritas penggunaan dana desa untuk tahun 2020 sedikit agak terganggu dengan adanya
wabah virus corona (covid-19) yang melanda hampir seluruh negara termasuk Indonesia
khususnya Kabupaten Pesisir selatan. Hal ini dikarenakan dana desa akan digunakan untuk
penanganan covid-19, Artinya sebagian besar dana desa akan dialokasikan untuk mempercepat
penanganan covid-19 ini. Bagaimana teknisnya, apakah dana yang dialokasikan hanya dialihkan
peruntukannya untuk desa-desa yang terdampak covid-19, atau menggunakan skema lain dalam
pengalokasiannya. Dari uraian di atas peneliti mencoba untuk melakukan penelitian yang
menitikberatkan pada penggunaan dana desa tahun anggaran 2020 dalam penanganan covid-19

5
Binar Dwiyanto Pamungkas dkk, “Penggunaan Dana Desa Pada Masa Pandemi Covid-1” Indonesian
Journal of Social Sciences and Humanities, Vol. 1 No. 2, 2020, hal.98

6
di kabupaten Pesisir Selatan yang meliputi : (1). Penggunaan dana desa untuk pencegahan covid-
19 di desa; (2). Penggunaan dana desa untuk padat karya tunai desa; (3). Penggunaan dana desa
untuk bantuan langsung tunai desa

1. Penggunaan Dana Desa Dalam Pencegahan Covid-19

Salah satu bentuk penggunaan dana desa untuk pencegahan covid-19 adalah setiap desa
diwajibkan untuk membentuk Tim Relawan Desa Lawan Covid -19 dan tentunya akan
memunculkan biaya dengan adanya relawan desa tersebut. Biaya yang timbul tersebut bukan
berupa honor atau gaji tim relawan, melainkan belanja barang dan jasa relawan desa diantaranya
belanja peralatan penyempropatan, bahan penyemprotan serta biaya jasa sewa kendaraan untuk
mobilisasi pada saat kegiatan penyemprotan, operasional tim relawan desa, dimana seluruh
kegiatan dari tim ini dibiayai sepenuhnya oleh Dana desa6.

Berdasarkan data dari 35 desa yang tersebar di lima kecamatan wilayah barat Kabupaten
Pesisir Selatan total dana desa yang digunakan untuk pencegahan sebesar Rp. 915.252.396,-,
dengan rata-rata sebesar Rp. 183.050.479,-. Bila mengacu pada nilai rata-ratadapat dikatakan
bahwa penggunaan dana desa untuk pencegahan covid-19 tiap desa cukup merata di wilayah
barat kabupaten Pesisir Selatan. Hal yang sama juga untuk wilayah tengah yang terdapat 37 desa
tersebar di lima kecamatan dengan total sebesar Rp. 482.195.025,- dengan rata-rata sebesar Rp.
96.439.005,-. Berikuntya wilayah timur dengan 49 desa yang berada di tujuh kecamatan dengan
total sebesar Rp. 1.250.469.138,- dengan rata-rata sebesar Rp.169.112.291,-, demikian juga
dengan wilayah selatan 36 desa yang menyebar di enam kecamatan dengan total sebesar Rp.
986.183.618,- dengan rata-rata sebesar Rp. 90.236.724,-

Bentuk kegiatan yang dilakukan oleh tim relawan desa lawan covid-19 untuk pencegahan
yaitu dengan melakukan kegiatan penyemprotan desinfectan di tempat umum seperti sekolah,
masjid, serta perkantoran yang ada di desa, kegiatan penyemprotan ini dikerjakan oleh tim
relawan desa di masing-masing desa tersebut rutin tiap minggunya. Selain itu tim relawan desa
juga mendirikan posko relawan di pintu masuk utama masingmasing desa yang dilengkapi
dengan wadah penempungan air untuk mencuci tangan dan sabun, hal ini dilakukan sesuai

6
Binar Dwiyanto Pamungkas Op.Cit., hal.101

7
dengan protocol kesehatan agar setiap orang yang masuk ke desa bisa mencuci tangan terlebih
dahulu di posko relawan, kemudian mengisi buku tamu sebagai bagian dari administrasi.

2. Penggunaan Dana Desa Dalam Padat Karya Tunai Desa

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi nomor 11


Tahun 2019 menjelaskan Padat karya tunai (Cash for work) merupakan kegiatan pemberdayaan
masyarakat desa khususnya yang miskin dan marginal yang bersifat produktif dengan
mengutamakan pemanfaatan sumber daya, tenaga kerja, dan teknologi lokal untuk memberikan
tambahan upah/ pendapatan, meningkatkan daya beli, mengurangi kemiskinan, dan sekaligus
mendukung penurunan angka stunting. Dengan skema Padat Karya Tunai dalam pelaksanaan
Dana Desa diharapkan dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, dengan memberikan
honorarium (upah) langsung tunai kepada tenaga kerja yang terlibat, baik secara harian maupun
mingguan, sehingga dapat memperkuat daya beli masyarakat, meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat terutama pada masapandemic covid-19 yang masih
berlangsung hingga saat ini. Dengan mengacu pada jumlah 30% untuk pembayaran Hari Orang
Kerja (HOK) dihitung dari jumlah Dana Desa yang digunakan untuk membiayai kegiatan
pembangunan Desa7

3. Penggunaan Dana Desa Dalam Bantuan Langsung Tunai Desa

Pemerintah telah mengupayakan beberapa tindakan guna menekan berbagai dampak yang
dirasakan masyarakat akibat pandemi covid-19. Salah satu kebijakan yang dilakukan pemerintah
adalah memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada masyarakat yang terdampak selama
covid-19 masih berlangsung. Bantuan Langsung Tunai Dana Desa yang selanjutnya disebut
BLT-Dana Desa adalah bantuan untuk penduduk miskin yang bersumber dari Dana Desa
(Permendesa,2020), sasaran penerima BLT paling utama tentu saja keluarga miskin non Program
Keluarga Harapan (PKH) atau masyarakat yang menerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).
diberikan pada masyarakat yang belum mendapatkan manfaat Kartu Prakerja, kehilangan mata
pencaharian, belum terdata (exlusion error) dan mempunyai anggota keluarga yang rentan sakit
menahun atau kronis.

7
Binar Dwiyanto Pamungkas Op.Cit., hal.102

8
Mekanisme penyaluran BLT Dana Desa berdasarkan Peraturan Menteri Desa PDTT
Nomor 6 Tahun 2020 yaitu diantaranya Pertama, untuk desa yang menerima Dana Desa sebesar
Rp 800 juta, alokasi BLT maksimal sebesar 25 persen dari jumlah Dana Desa. Selanjutnya,
mekanisme penyaluran BLT Dana Desa yang mendapatkan besaran Rp 800 juta hingga Rp 1,2
miliar, bisa mengalokasikan BLT maksimal 30 persen. Ketiga, bagi desa yang menerima Dana
Desa Rp 1,2 miliar atau lebih akan mengalokasikan BLT maksimal sebesar 35 persen8.

Desa yang memiliki jumlah keluarga miskin lebih besar dari anggaran yang diterima, bisa
mengajukan penambahan dana setelah disetujui oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Berdasarkan
Permen yang telah dibuat, mekanisme penyaluran BLT Dana Desa ke masyarakat akan
dilaksanakan oleh pemerintah daerah melalui metode non-tunai (cashless).Dalam hal ini, Kepala
Desa berlaku sebagai penanggung Jawab penyaluran BLT. Selanjutnya, jangka waktu penyaluran
BLT bisa dilakukan selama 3 bulan, terhitung sejak April 2020. Setiap keluarga penerima
manfaat BLT Dana Desa akan mendapatkan uang sebesar Rp 600 ribu per bulan9

C. Pengentasan kemiskinan Dampak Pandemic Covid-19 Perspektif Hukum Islam

Mengatasi kemiskinan merupakan tanggung jawab bersama pemerintah dan warga


masyarakat, karena berpengaruh terhadap akidah (keimanan), perilaku buruk, pikiran, anggota
keluarga, rumah tangga, berbahaya bagi ketenteraman masyarakat ketika terjadi ketimpangan
social ekonomi dalam kehidupan bermasyarakat.

Imam al-Ghazali menekankan kepada pemerintah melakukan pemetaan kantong-kantong


kemiskinan, sebagai dasar membuat kebijakan pengentasan kemiskinan dengan mengedepankan
kemakmuran warga masyarakat, Penekanan Al-Ghazali sejalan dengan nilai kandungan al-
Quran10:

1. setiap orang harus bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu (QS. Al-Jumuah [62]: 10);
2. memotivasi kesadaran melaksanakan perintah agama melalui reward dan punishment
(Q.S. al-Ma’un [107]: 1-3);

8
Kajian Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) 2008 dan Evaluasi Penerima Program BLT
2005 di Indonesia/Meuthia Rosfadhila et al. -- Jakarta: Lembaga Penelitian SMERU, 2013,hal.77
9
Binar Dwiyanto Pamungkas Op.Cit., hal.103-104
10
Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya ulum al-din, (Jakarta: Noura books, 2015 ),hal.67

9
3. mengeluarkan zakat produktif, harta ini dapat digunakan untuk modal kerja, sehingga
dapat mengurangi kemiskinan;
4. meningkatkan prinsip kerjasama (ta’awun) dalam lingkungan keluarga dan masyarakat,
sehingga terbangun kebersamaan dan kekeluargaan antara sesama anggota masyarakat.

Yusuf Qordhowi memberikan pemikiran pengentasan kemiskinan diantaranya11:

1. Bekerja sendiri atau bekerjasama memproduksi barang dan jasa yang mendatangkan
keuntungan (Q.S. al-Baqarah [2]: 29 dan al-a’raf [7]:10);
2. Saling tolong menolong (ta’awun), orang kaya menolong yang miskin, orang kuat
menolong yang lemah, mereka saling menopang, menumbuhkan hubungan kekeluargaan
yang dapat menyatukan warga masyarakat, sehingga tidak ada jurang pemisah antara
miskin dan kaya (Q.S. al-Maidah [5]: 2), dan Thaha [20]: 29-32);
3. Memaksimalkan zakat produktif untuk mengentaskan kemiskinan. Setiap fakir miskin,
yatim-piatu, para janda tua, ibu-ibu dan bapak yang sudah udzur dan tidak sanggup lagi
mencari nafkah, mereka tidak semua memiliki sanak saudara, zakat sebagai solusi
membantu mereka yang kekurangan (Q.S. at-Taubah [9]: 60 dan 103).
4. Jaminan baitul mal, harta kekayaan kaum muslimin yang dihimpun dalam baitul mal
dapat dipergunakan dalam mengentaskan kemiskinan, ketika perolehan zakat tidak
memenuhi kebutuhan mereka sebagaimana dilakukan zaman Rasulullah Saw dan sahabat
Umar bin Khatab yang berlandaskan syariat Islam.
5. kewajiban di luar zakat, seperti: a) kesadaran menyantuni tetangga, ciri orang beriman
memuliakan tetangganya; b) berkurban, daging kurban dibagikan kepada warga
masyarakat dapat meringankan beban fakir miskin; c) tebusan zihar, bagi suami yang
menyamakan isterinya dengan anggota tubuh ibunya sendiri, ia membayar tebusan
memerdekakan budak, atau berpuasa dua bulan berturut-turut, atau memberi makan 40
orang miskin nilai makanannya sesuai yang dikonsumsinya; d) dana tebusan bagi suami
isteri yang bersenggama pada siang hari bulan Ramadhan dengan memberi makan 60
orang miskin; e) dana fidyah, dari orang yang tidak berpuasa pada bulan Ramadhan
karena udur yang tidak dapat disembuhkan lagi menurut dokter; f) dana denda dari orang

11
Al-Qardhawi, Yusuf, Konsep Islam dalam Mengentaskan kemiskinan, (Surabaya: Bina Islam, 1996),hal.
90-91

10
yang melanggar larangan haji dan umrah, menyembelih unta, sapi, atau kambing; g)
sedekah biasa, ditampung oleh lembaga terpercaya untuk kebutuhan pakir miskin.
D. Dampak Coronavirus Pada Ekonomi Indonesia

Indonesia adalah negara berpenduduk padat dengan lebih dari 267,7 juta orang penduduk.
Itulah sebabnya pandemi ini sangat menakutkan bagi masyarakat Indonesia. Sudah terkonfirmasi
8211 kasus yang terinfeksi oleh penyakit ini dengan 1002 orang sembuh dan jumlah kematian
689 jiwa. Jika pandemi ini terus meningkat maka banyak orang yang ketakutan pandem ini akan
merusak ekonomi dan juga sisi sosial mereka. Banyak sekali perusahaan yang menutup usahanya
untuk mencegah penularan pandemi masyarakat ini serta banyak pabrik, toko, dan UMKM
lainnya yang terpaksa menutup usaha mereka karna adanya pandemi ini. Hal ini menyebabkan
kerugian jutaan dolar dari sektor ekonomi.Salah satu penyebab mengapa virus corona mudah
menyebar di Indonesia adalah karena Indonesia merupakan negara dengan Sektor pariwisata
yang cukup luas. Jika devisa hasil ekspor Kelapa Sawi memiliki kontribusi terbesar di Indonesia
maka Sektor pariwisata merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam pertumbuhan
perekonomian Indonesia dan memiliki kontribusi devisa terbesar kedua di Indonesia. Sektor
pariwisata memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang pada perekonomian Indonesia.
Dampak jangka pendek dapat di rasakan secara langsung, sedangkan dampak jangka Panjang
dapat dilihat dengan bertambahnya pendapatan nasional, namun dengan adanya COVID-19
semuanya tidak lagi sama12.

a. Sektor pariwisata

Sektor pariwisata sekarang sedang mengalami penurunan sehingga daya beli menurun
secara drastis karena berkurangnya turis baik lokal maupun mancanegara, yang secara otomatis
pendapatan dan devisa yang di hasilkan dari sektor pariwisata semakin menurun.Pemerintah
mengeluarkan surat edaran pada tanggal 18 Maret 2020, yang berisikan segala kegiatan di dalam
dan di luar ruangan di semua sektor yang terkait pariwisata dan ekonomi kreatif ditunda
sementara waktu demi mengurangi penyebaran corona. Hal ini lah yang mengakibatkan sektor
pariwisata menjadi lumpuh sementara, sehingga pengangguran semakin bertambah karena
pariwisata merupakan salah satu wadah yang memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat

12
Hanoatubun, S. Dampak Covid–19 terhadap Prekonomian Indonesia. EduPsyCouns: Journal of
Education, Psychology and Counseling, 2(1), 2020,hal.146

11
sekitar tempat wisata maupun masyarakat dari luar. Bukan hanya sektor pariwisata yang
mengalami kelumpuhan sementara, tetapi juga para karyawan dari jenis perusahaan lainnya ikut
merasakan dampak dari pandemi COVID-19. Yang dimana pekerjaan atau kegiatan yang
biasanya dilakukan diluar rumah secara langsung sekaran terpaksa harus dilakukan di dalam
rumah.

b. Sektor Industri

Sektor industri ini terbagi menjadi 2 tingkatan. Tingkat tinggi dan Tingkat sedang.
Tingkat industri paling tinggi terdapat pada perusahan manufaktur dan gourment. Dampak virus
corona bagi perekonomian ini memaksa perusahaan manufaktur untuk menurunkan
produksinya. Perusahaan manufaktur normalnya dapat menggenjot industri karena naiknya
permintaan masyarakat, namun sekarang perusahaan manufaktur sedang berada dalam tekanan
yang sangat besar karena ketergantungan mereka pada rantai pasokan global terutama china
sangat kuat sehingga menghambat proses produksi. Selain itu, hasil akhir proses manufaktur juga
akan mengalami penurunan ekspor karena penurunan permintaan dari luar negeri. Industri
garment yang memberlakukan sistem pengurangan kepadatan karyawan dengan cara dua pekan
kerja dan dua pekan libur untuk mengurangi penyebaran virus corona, tentu hal ini berdampak
pada menurunnya produksi sehingga perusahaan bisa mengalami kerugian yang berujung PHK.

Kedua di tingkat sedang, seperti industri perfilman. Industri perfilman tanah air dalam
beberapa tahun terakhir sedang mengalami lonjakan yang positif. Namun saat ini industri film
dalam negeri harus merasakan dampaknya, mulai dari pekerja kreatif perfilman, hingga proses
promosi bahkan penutupan bioskop pemutaran film secara luas. Menurut data yang disampaikan
oleh Ketua Umum Asosiasi Produser Film Indonesia ada sekitar 15 proyek film yang jadwal
syutingnya harus dihentikan per periode Maret dan April tahun ini, hingga waktu yang belum
ditentukan.Angka tersebut belum mencakup proses produksi film-film independen dan yang ada
di daerah-daerah sehingga angkanya bisa jauh lebih tinggi dari pada ini. Penundaan produksi ini,
katanya, berimbas langsung terhadap para pekerja film.

Dalam pembuatan sebuah film biasanya terdapat 80-100 orang kru produksi dan para kru
film ini sebagian besarnya merupakan pekerja lepas yang berbasis proyek. Alhasil, ketika proyek
dihentikan karena alasan apapun hal itu akan langsung berimbas pada mereka. Dampak lain dari

12
pandemi COVID-19 terhadap industri perfilman Tanah Air adalah penutup bioskop pemutaran
film secara luas. Hal ini dilakukan berdasarkan imbauan dari pemerintah daerah setempat.
Ditutupnya pemutaran film sementara ini memberikan kondisi yang cuup sulit terhadap
perusahaan pemutaran film. Pasalnya, kendati operasional bisnisnya belum berjalan, perusahaan
harus tetap mengeluarkan biaya rutin seperti gaji karyawan. Tak hanya mengenai kru dan
pemutaran film, industri film juga terdampak virus corona dalam hal penjadwalan. Sejumlah
judul film yang seharusnya tayang pada Maret dan April harus mundur penayangannya hingga
waktu yang belum ditentukan dan menunggu sampai keadaan pulih kembali. Selanjutnya, hal ini
akan mengakibatkan penumpukan jadwal film yang bisa jadi berdampak terhadap durasi
penayangan di bioskop dan akhirnya ke penjualan tiket. Selain itu, investasi promosi yang
dilakukan oleh perusahaan film terdampak juga harus lebih panjang.

c. Sektor Pariwisata dan Kegiatan Ekspor-Impor

Wabah ini memberikan dampak besar pada industri pariwisata, mulai dari hotel, kapal pesiar
hingga maskapai yang menghentikan penerbangannya di beberapa daerah hingga waktu yang
belum ditentukan. World Travel and Tourism Council telah memperingatkan pandemi COVID-
19 ini dapat memangkas 50 juta pekerjaan di seluruh dunia dalam industri perjalanan dan
pariwisata dan diperkirakan Asia akan terkena dampak terburuk. Di Indonesia, tindakan pertama
pemerintah setelah informasi wabah Corona diedarkan adalah pembatasan masuknya wisatawan
Tiongkok yang akan masuk ke Indonesia. Tentu saja ini berdampak signifikan pada sektor
pariwisata Indonesia. Berdasarkan data wisatawan asing pada tahun 2019 dari Badan Pusat
Statistik (BPS), 16.106.954 wisatawan asing mengunjungi Indonesia, yang merupakan 13% dari
total atau 2.072.079 wisatawan berasal dari Tiongkok. Sebagai penyumbang terbesar kedua
untuk sektor pariwisata Indonesia, masalah ini memiliki dampak yang signifikan terhadap
kondisi sektor ini, terutama untuk Bali, yang merupakan tujuan utama bagi wisatawan Tiongkok.
Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies (ASITA) mengatakan bahwa
diperkirakan pada Februari 2020, akan ada sebanyak 20.000 wisatawan asing (turis) yang telah
membatalkan perjalanan ke Bali, belum lagi tujuan lain di Indonesia. Jika dihitung secara
nasional, jumlahnya akan lebih besar dan diperkirakan akan terus bertambah jika coronavirus
tidak segera diobati. Untuk pencegahan lain, pemerintah juga memblokir semua transaksi impor
produk hewan hidup dari China, yang diduga sebagai salah satu media untuk menyebarkan virus.

13
Tindakan tersebut dinyatakan dalam Peraturan Menteri Perdagangan No. 10 tahun 2020 tentang
larangan sementara impor hewan hidup dari Tiongkok, yang secara resmi diumumkan dan
ditandatangani oleh Menteri Perdagangan pada tanggal 7 Februari 2020. Berdasarkan peraturan
pemerintah Indonesia , produk hewan terlarang yang diimpor dari China adalah kuda, keledai,
sapi potong, lembu, kerbau, babi, domba, kambing, bebek, angsa, kalkun, ayam guinea, primata,
paus, lumba-lumba, anjing laut, singa laut, beruang laut, unta, kelinci, burung, burung pemangsa,
burung unta, serangga, lebah, dan reptil termasuk ular dan kura-kura. Selain itu, pemerintah juga
melarang impor produk Cina lainnya seperti komidi putar, ayunan, dan permainan taman hiburan
lainnya.

Peraturan ini diharapkan berdampak pada semua bisnis di atas, apakah itu produk utama
atau produk pendukung dan sebagai dampak terburuk adalah penghentian operasi bisnisnya.
Kementerian Perdagangan masih mengizinkan impor buah dan sayuran dari Tiongkok. Mereka
mengatakan bahwa produk hortikultura sampai saat ini belum menjadi sumber penularan virus
corona. Namun, masih ada beberapa kendala yang akan muncul, seperti kurangnya pasokan buah
dan sayuran dari China karena beberapa produsen dari China tidak beroperasi sepenuhnya atau
bahkan berhenti sementara. Tidak hanya itu, tetapi juga dapat memengaruhi konsumsi orang
akan produk-produk impor dari China sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat
tentang masalah coronavirus.

d. PHK dan Peningkatan Angka Pengangguran

Penyebaran virus corona yang luas dan cepat membuat pemerintah bereaksi dengan
membatasi mobilitas dan interaksi masyarakat. Pabrik dan kantor ditutup, sekolah diliburkan,
restoran tidak menerima makan-minum di tempat, dan sebagainya. Segala aktivitas yang
membuat orang berkumpul menjadi tabu. Di satu sisi, social distancing ini berhasil
menyelamatkan nyawa. Terbukti kasus baru semakin menunjukkan tren penurunan. Namun di
sisi lain, social distancing membuat ekonomi menjadi mati suri. Akibatnya, jutaan orang
kehilangan pekerjaan, jadi 'korban' Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Gelombang PHK
menjadi momok baru di dunia selain virus yang menyerang itu sendiri. Organisasi Buruh
Internasional atau ILO, pada Maret lalu, menyerukan agar dunia menggenjot program jejaring
pengamanan sosial. Negara-negara juga diminta mengintervensi industri lewat kebijakan untuk
menanggulangi besarnya lonjakan potensi penganguran. Pengangguran di Indonesia yang selama

14
ini menurun dalam lima tahun terakhir akan mengalami kenaikan. Jika skala COVID-19 ini berat
akan bertambah 2,9 juta orang namun jika lebih berat bisa 5,2 juta orang. Menurutnya, jumlah
pengangguran yang bertambah itu disebabkan besarnya tekanan yang dialami berbagai sektor
usaha. Saat ini kemenaker dan BPJS Ketenagakerjaan mencatat ada lebih dari 2,8 juta pekerja
terkena dampak pandemi COVID-1913.

Hal ini adalah akibat dari terhentinya operasional perusahaan termpat mereka bekerja.
Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan per 20 April 2020, tercatat data total
perusahaan, pekerja atau buruh formal dan tenaga kerja sektor informal yang terdampak Covid-
19, itu sektor formal yang dirumahkan dan di PHK ada 84.926 perusahaan, Sedangkan untuk
jumlah pekerja atau buruh berjumlah 1.546.208 orang. Sementara, untuk sektor informal yang
terdampak, ada 31.444 perusahaan yang harus merumahkan karyawan, dengan jumlah pekerja
terkena PHK mencapai 538.385 orang. Jadi totalnya antara sektor formal dan sektor informal,
perusahaannya ada 116.370, dan Jumlah pekerjanya ada 2.084.593 orang. Jumlah tersebut bukan
lah jumlah yang sedikit, meningkatnya angka pengangguran di Indonesia bisa memberikan
dampak yang luar biasa besar pada masa yang akan datang. Tidak mudah bagi suatu negara
untuk memulihkan kondisi perekonomiannya dengan cepat ditambah lagi dengan angka
pengangguran yang dilakukan sedari awal telah salah langkah. Oleh karna itu peran, upaya dan
kebijakan dari pemerintah lah yang diharapkan oleh seluruh rakyat Indonesia bukan hanya para
pekerja yang terdapak oleh pandemi COVID-19 ini saja. Salah satu upaya yang pemerintah
lakukan saat ini adalah tidak memberlakukan lockdown dan menggantinya dengan Pembatasan
Sosial

Berskala Besar (PSBB). Alasan kuat pemerintah tidak memberlakukan lockdown adalah
pemerintah melihat budaya dan sikap warga negaranya yang beragam, dan setelah dikaji dan
dibahas secara matang pemerintah tidak memberlakukan lockdown ini untuk menghindari efek
negatif yang bisa timbul akibat dari lockdown yang diberlakukan. Upaya alternatif yang
pemerintah lakukan adalah PSBB dengan upaya ini pemerintah berharap dapat memperlambat
laju penyebaran COVID-19 ini dan semua keadaan kembali seperti semula.

13
Aji, RHS. Dampak Covid-19 pada Pendidikan di Indonesia: Sekiolah, Keterampilan, dan Proses
Pembelajaran. Jurnal Salam Vol 7, 2020, hal.45

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pandemic covid-19 berpengaruh terhadap perdagangan, perhotelan, pariwisata, juga


pengusaha kecil dan menengah. Tenaga kerja “dirumahkan” dan pemutusan hubungan kerja.
Data Kementerian Tenaga Kerja per 20 April 2020, terdapat 2.084.593 pekerja dari 116.370
perusahaan dirumahkan dan pemutusan hubungan kerja. Sektor formal 1.304.777 pekerja
dirumahkan dari 43.690 perusahaan. Pemutusan hubungan kerja mencapai 241.431 orang dari
41.236 perusahaan. Sektor informal kehilangan 538.385 pekerja dari 31.444 perusahaan.
Ditambah pembebasan 35.676 narapidana dan anak. Angka kemiskinan di Indonesia akibat
pandemic covid-19 naik dari 9,15 persen menjadi 9,59 persen diprediksi mencapai 3,78 juta
orang. Kemiskinan mendorong munculnya tindak pidana penjambretan, begal, pencurian, dan
tindak pidana lainnya yang meresahkan kehidupan warga masyarakat

Penggunaan Dana Desa Untuk Pencegahan dan Penanganan Covid-19 di Kabupaten


Pesisir Selatan sebesar Rp. 3.634.100.020,-Bentuk kegiatan yang dilakukan oleh tim relawan
desa lawan covid-19 untuk pencegahan yaitu dengan melakukan kegiatan penyemprotan
desinfectan di tempat umum seperti sekolah, masjid, serta perkantoran yang ada di desa, kegiatan
ini dikerjakan oleh masing-masing desa rutin tiap minggunya. Selain itu tim relawan desa juga
mendirikan posko relawan di pintu masuk utama masing-masing desa yang dilengkapi dengan
wadah penempungan air untuk mencuci tangan dan sabun, hal ini dilakukan sesuai dengan
protocol kesehatan agar setiap orang yang masuk ke desa bisa mencuci tangan terlebih dahulu di
posko relawan, kemudian mengisi buku tamu sebagai bagian dari administrasi.

Wabah pandemi global berhasil “menghentikan” dunia pendidikan secara global.


Menurut data UNESCO (2020), ada 191 negara melakukan tindakan menutup sekolah. Akibat
tindakan itu ada sekitar 91 persen siswa terdaftar atau 1.5 miliar pelajar tidak dapat sekolah.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menenggarai bahwa sektor pendidikan yang paling
terdampak karena pandemi global akibat tempo penyebaran yang cepat dengan skala yang luas.
PBB berupaya maksimal dalam menangani dampak pandemi ini khususnya untuk anak-anak,

16
remaja serta kaum muda yang kurang beruntung secara ekonomi sehingga dampak yang mereka
rasakan lebih parah.

Indonesia terus berbenah dalam mengatasi problematika pendidikan karena dampak


pandemi ini. Kebijakan pendidikan dengan menerapkan pembelajaran dalam jaringan (daring),
memaksa tenaga pengajar sekaligus para pelajar menjalankan proses pembelajaran melalui
kontak tak langsung. Kebijakan yang cukup bagus dan sesuai dengan perkembangan teknologi
saat ini, meskipun pemerintah Indonesia lupa, di beberapa daerah tertentu mereka tidak
terjangkau jaringan internet.

B. Saran

Perlindungan sosial pada era pandemi virus korona harus komprehensif, “kail dan ikan”
harus diberikan secara bersamaan dan dalam jumlah yang memadai. Program bantuan tunai yang
ada saat ini belum fit dengan krisis multidimensi yang dipicu oleh pandemi. Agar daya beli
terjaga, standar hidup layak terjaga dan kebahagiaan dapat diwujudkan, pemerintah harus segera
mengeluarkan program bantuan tunai tanpa

syarat dengan dua pilihan:

1. Skema Minimum: pilihan pertama yang minimum adalah pemerintah menjalankan program
Bantuan Tunai Korona (BATUNA) yang ditujukan bagi 10 juta rumah tangga miskin, rumah
tangga tidak mampu dan rumah tangga terdampak pandemi virus korona. BATUNA diberikan
selama 6 bulan (April – September 2020) dengan nominal Rp2.000.000/rumah tangga/bulan.
Skema ini hanya membutuhkan dana Rp120 triliun.

2. Skema Optimum: pilihan kedua yang optimum adalah pemerintah menjalankan program
Jaminan Penghasilan Semesta (JAMESTA). JAMESTA ditujukan bagi semua warga usia
produktif (15-64 tahun) dan semua warga usia lanjut usia (65 tahun ++). Total warga penerima
adalah 203 juta jiwa terdiri dari 185 juta jiwa usia produktif dan 18 juta jiwa lanjut usia.
JAMESTA diberikan selama 3 bulan (April – Juni 2020) dengan nominal Rp500.000 per
individu per bulan. Skema ini hanya membutuhkan Rp304,5 triliun.

17
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abu Hamid Al-Ghazali, 2015, Ihya ulum al-din, Jakarta: Noura books

Aji, RHS. (2020) Dampak Covid-19 pada Pendidikan di Indonesia: Sekiolah, Keterampilan, dan
Proses Pembelajaran. Jurnal Salam Vol 7, No, 1

Al-Qardhawi, Yusuf, 1996, Konsep Islam dalam Mengentaskan kemiskinan, Surabaya: Bina
Islam,

Binar Dwiyanto Pamungkas dkk, (2020) “Penggunaan Dana Desa Pada Masa Pandemi Covid-
1” Indonesian Journal of Social Sciences and Humanities, Vol. 1 No. 2

Erlangga Pratama, Ekonomi Nasional Mulai Meradang Karena Covid 19, Jurnal Intelejent.net.
28 Mei 2020, from website: http://jurnalintelijen.net/2020/03/28/ekonomi-nasional-mulai-
meradang-karena-covid-19/

Hanoatubun, S. (2020) Dampak Covid–19 terhadap Prekonomian Indonesia. EduPsyCouns:


Journal of Education, Psychology and Counseling, Vol. 2 No. 1

Kajian Pelaksanaan Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) 2008 dan Evaluasi Penerima
Program BLT 2005 di Indonesia/ Meuthia Rosfadhila et al. -- Jakarta: Lembaga Penelitian
SMERU, 2013

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan


Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) dan/atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang Membahayakan
Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan

Sekretariat Kabinet, 2020. Program pelindungan social menghadapi dampak pandemic covid-19
28 Mei 2020, from website https://setkab.go.id/program-pelindungan-sosial-menghadapi-
dampak-pandemi-covid-19-31-maret-2020-di-istana-kepresidenan-bogor-provinsi-jawa-barat/

Syafrida, S.(2020) Bersama Melawan Virus Covid 19 di Indonesia. SALAM: Jurnal Sosial dan
Budaya Syar-i,Vol. 1 No, 6

18

Anda mungkin juga menyukai