Diajukan Oleh:
RESEARCH METHOD
HUMAN RESOURCE MANAGEMENT CONCENTRATION
PENDAHULUAN
perusahaan. Oleh karena itu cara perusahaan dapat bersaing di pasar global adalah
dengan mencapai hasil yang inovatif dan signifikan baik produk dan jasa yang
ditawarkan pada pasar (Chowhan et al., 2017; Fallah dan Lechler, 2008). Untuk
mengatasi berbagai tantangan yang beragam yang akan dihadapi oleh tenaga kerja
dalam sebuah organisasi, studi ini akan berfokus kepada tenaga kerja yang mampu
meningkatkan produk, layanan dan sebuah proses (Scoott dan Bruce, 1994).
Disamping itu dunia kerja yang kompetitif saat sekarang ini, organisasi sangat
membutuhkan sumber daya manusia yang inovatif, fleksibel dan berdaya saing
yang akan mendorong kinerja inovatif di dalamnya (Afsar dan Badir, 2016;16).
Organisasi dituntut memiliki sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas
tinggi sehingga mampu mencapai tujuan utama yang telah ditetapkan (Sudarma,
persaingan, dalam mencapai hal tersebut organisasi membutuhkan SDM yang bisa
menciptakan hal-hal baru yang inovatif dan dapat bermanfaat bagi kemajuan
Berdasarkan West dan Farr (1989) dan West (1989), perilaku kerja inovatif
dapat didefinisikan sebagai pembentukan ide baru yang disengaja, yang disajikan
sebagai alat untuk membawa manfaat bagi efektifitas kerja dalam sebuah tim atau
1
perusahaan. Definisi ini memberikan hasil yang berguna mengenai perilaku kerja
inovatif, termasuk keuntungan untuk organisasi itu sendiri dan juga keuntungan
psikososial bagi karyawan, seperti kesesuaian yang baik antara kebutuhan yang
dirasakan pada sebuah pekerjaan dan sumber daya manusia, peningkatan kepuasan
kepuasan kerja (Job Satisfaction) merupakan salah satu variabel yang banyak
dipelajari dalam perilaku organisasi dikarenakan hal tersebut menentukan hasil dari
sebuah organisasi.
usaha yang berisiko (Yuan dan Woodman, 2010), nantinya pekerja juga akan
dalam proses inovasi. Sias (2005) memberikan perumpamaan dua hubungan sosial
yang utama dalam tempat kerja, yaitu: hubungan antara pemimpin dan karyawan,
dan hubungan sesama rekan kerja. Maka penelitian ini meneliti dampak perilaku
rekan kerja dan pemimpin untuk mengintensifkan hasil dari kerja karyawan. Dalam
menunjang hal tersebut sifat pemimpin dan karyawan untuk saling berbagi
manajemen pengetahuan agar berjalan lebih efektif (Park et al. , 2004), yang dapat
memotivasi mereka untuk berpikir lebih kritis dan kreatif (Aulawi et al. , 2009),
dan membuat mereka merasa puas dengan pekerjaan yang mereka lakukan (Dalati
dan Alchach, 2018). Perilaku inovatif dalam bekerja yang dilakukan para karyawan
2
dilakukan seperti mereka kurang andal dalam melakukan inovasi sehingga proses
pekerjaan mereka itu hanya seperti itu-itu dan kurang memberikan ide-ide untuk
supaya bisa memaksimalkan pekerjaan lapangan mereka tetapi belum bisa secara
maksimal dilakukan.
selalu menjadi tantangan tersendiri dan efek berbagi pengetahuan kepada rekan
kerja pun tidak akan selalu sama. Itu bergantung kepada banyak faktor yang dapat
memberikan efek moderasi pada hubungan antara berbagi pengetahuan dan inovasi
(Mura et al. , 2013); Li-Ying et al. , 2016). Oleh karena itu, untuk memperjelas
masalah tersebut, penelitian ini menerapkan batas yang dapat membantu perilaku
kerja pada tingkat yang maksimal. Dari sisi perilaku berbagi pengetahuan sesuai
Serumpun Indah Perkasa pada Januari 2023 ini didapatkan hasil bahwa proses
proses komunikasi mereka terhadap pekerjaan yang akan atau sedang dilakukan
sangat jarang sehingga proses pekerjaan yang mereka lakukan banyak yang
3
Maka diperlukannya proses perbaikan melalui gaya interaksi verbal seorang
sangat penting dalam kepuasan kerja karyawan (Rowley Mayfield et al. , 1998).
ditempat kerja. Mayfield dan Mayfield (2004) menunjukkan bukti yang kuat dan
hubungan yang erat antara komunikasi supervisor dengan inovasi karyawan. Oleh
karena itu penelitian ini akan meneliti Motivating Language sebagai variabel
Sharing Behaviour) dan perilaku kerja inovatif (Innovative Work Behaviour) serta
observasi dan diskusi dengan atasan dan karyawan PT. Serumpun Indah Perkasa
sebagai berikut: 1). Dari segi gaji atau tunjangan yang diberikan oleh perusahaan
lamanya untuk pemberian gaji tersebut, 2). Didalam perusahaan tersebut relatif
sedikitnya jenis gaji atau tunjangan yang berikan oleh perusahaan ini, sehingga
kepuasan kerja diperusahaan ini relatif kurang diakibatkan oleh sistem penggajian
4
Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individu. Setiap
individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuatu dengan sistem nilai-
nilai yang berlaku pada dirinya. Ini disebabkan karena adanya perbedaan pada
sesuai dengan keinginan individu tersebut, maka semakin tinggi tingkat kepuasan
sesuai dengan keinginan individu, maka semakin rendah tingkat kepuasan yang
disebutkan oleh Jeroen P.J. De Jong & Deanne N.Den Hartog (2008) yang diukur
dari beberapa pernyataan, fenomena yang dilihat oleh peneliti setelah melakukan
indikasi, gejala atau fenomena berkaitan dengan perilaku kerja inovatif diantaranya
sebagai berikut: 1). Masih relatif rendahnya cara berpikir atasan tentang pentingnya
produk dan layanan baru, 3). Masih relatif rendahnya pengoptimalisasi pengelolaan
kerja bagi karyawan secara optimal, 4). Dan masih relatif sedikit pula karyawan
memberikan saran tentang produk atau layanan baru kepada organisasi, hal ini
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya perilaku kerja inovatif
5
dan jika perilaku berbagi pengetahuan dikolaborasikan dengan motivating language
dependen lainnya yaitu kepuasan kerja dan perilaku kerja inovatif. Dengan
Padang Pariaman ?
6
1.3 Tujuan Penelitian
Sejalan dengan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan
Padang Pariaman.
Pariaman.
kepuasan kerja dan perilaku kerja yang inovatif sehingga dapat menjadikan
7
2. Peneliti dan Akademik, hasil yang diperoleh di dalam penelitian ini dapat
dijadikan sebagai acuan atau referensi bagi peneliti dimasa yang akan datang
yang akan membahas secara luas mengenai kepuasan kerja dan perilaku kerja
inovatif.
perilaku kerja inovatif yang dimoderasi oleh motivating language. Penelitian ini
dilakukan kepada karyawan PT. Serumpun Indah Perkasa Lubuk Alung dengan
Bab 1 : Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
Bab ini berisi landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran serta
hipotesis
Bab ini berisi variabel penelitian dan definisi operasional, penentuan sampel, jenis
dan sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis serta uji hipotesis.
8
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
pekerjaannya. Ini tampak pada sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan
Colquitt, Lepine & Wesson (2009), adalah persepsi seseorang mengenai pekerjaan
yang sedang dilakukan, serta apa yang ada dalam pikiran mereka mengenai
pekerjaan tersebut.
positif ketika mereka berpikir tentang tugas atau mengambil bagian dalam kegiatan
perasaan negatif ketika mereka berpikir tentang tugas atau mengambil bagian dalam
respons emosional positif dari penilaian pekerjaan, atau aspek tertentu dari
pekerjaan. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kondisi kerja, pekerjaan
9
Luthans (2006) merujuk pendapat Locke memberikan Definisi
komprehensif dari kepuasan kerja yang meliputi reaksi atau sikap kognitif, afektif
dan evaluatif dan menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah “keadaan emosi yang
senang atau emosi positif yang berasal dari penilaian pekerjaan atau pengalaman
kerja adalah hasil dari persepsi karyawan mengenai seberapa baik pekerjaan mereka
memberikan hal-hal yang dinilai penting. Robbin dan Judge (2007) menyatakan
kepuasan kerja atau Job Satisfaction sebagai suatu perasaan positif tentang
Menurut Luthans (2006) ada lima faktor penting sebagai penentu kepuasan
kerja yang telah diukur dengan Job Descriptive Index (JDI), yaitu: 1). Pekerjaan itu
kesempatan belajar dan kesempatan untuk mendapatkan tanggung jawab. Hal ini
menjadi sumber mayoritas kepuasan kerja. 2). Gaji, kepuasan kerja merupakan
fungsi dari jumlah absolut dari gaji yang diterima, sejauh mana gaji memenuhi
harapan tenaga kerja, dan bagaimana gaji diberikan. Upah dan gaji diakui
merupakan faktor yang signifikan terhadap kepuasan kerja. 3). Kesempatan dan
keseluruhan yang positif memberikan tingkat kepuasan kerja yang paling besar
dengan atasan. 5). Rekan kerja, kebutuhan dasar manusia untuk melakukan
10
hubungan sosial akan terpenuhi dengan adanya rekan kerja yang mendukung
karyawan. Jika terjadi konflik dengan rekan kerja, maka akan berpengaruh pada
1. Kesempatan untuk maju. Dalam hal ini ada tidaknya kesempatan untuk
2. Keamanan kerja. Faktor ini disebut sebagai penunjang kepuasan kerja, baik bagi
selama kerja.
mampu memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil. Faktor ini yang
6. Faktor Intrinsik dari pekerjaan. Atribut yang ada dalam pekerjaan mensyaratkan
keterampilan tertentu. Sukar dan mudahnya serta kebanggaan akan tugas dapat
11
8. Aspek sosial dalam pekerjaan. Merupakan salah satu sikap yang sulit
digambarkan tetapi dipandang sebagai faktor yang menunjang puas atau tidak
banyak dipakai alasan untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya
10. Fasilitas. Fasilitas rumah sakit, cuti, dana pension, atau perumahan merupakan
standar suatu jabatan dan apabila dapat ipenuhi akan menimbulkan rasa puas.
Menurut Rivai dan Sagala (2009:856) terdapat tiga teori yang cukup
melebihi dari yang diinginkan, maka ornag akan lebih puasa lagi, sehingga
seseorang tergantung antara sesuatu yang dianggap akan didapatkan dengan apa
yang dicapai.
b. Teori Keadilan (Equity Theory). Teori ini mengemukakan bahwa orang akan
merasa puas atau tidak puas, tergantung pada ada atau tidaknya keadilan
(equity) dalam suatu situasi, khususnya situasi kerja. Menurut teori ini
12
komponen utama dalam teori keadilan adalah input, hasil, keadilan dan
dan kesempatan untuk berhasil atau aktualisasi diri. Menurut teori ini setiap
karyawan akan membandingkan rasio input hasil dirinya dengan rasio input
hasil orang lain. Bila perbandingannya itu dianggap cukup adil, maka karyawan
akan merasa puas. Bila perbandingan itu tidak seimbang tapi menguntungkan
bisa menimbulkan kepuasan, tetapi bisa pula tidak. Tetapi bila perbandingan itu
c. Teori Dua Faktor (Two Factor Theory). menurut teori ini kepuasan kerja dan
ketidakpuasan terhadap pekerjaan bukan suatu variabel yang kontinu. Teori ini
dibutuhkan sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri dari : pekerjaan yang
pengawasan, hubungan antar pribadi, kondisi kerja dan status. Faktor ini
13
dasar karyawan. Jika tidak terpenuhi faktor ini, maka karyawan tidak akan puas.
Namun jika besarnya faktor ini memadai untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
Inovatif atau inovasi berasal dari Bahasa latin “Novus” (Hsu, 2005), berarti
baru atau muda atau novel. Pertama kali pengertian tentang inovasi dikemukakan
oleh Schumpeter pada tahun 1934, bahwa inovasi adalah aktivitas melakukan suatu
juga dijelaskan oleh Adair (1996) ia menyatakan inovasi bukan berarti original
tetapi lebih kepada newness (kebaruan). Selanjutnya menurut De Jong & Den
organisasi.
hal baru yang bermanfaat bagi perusahaan (West dan Farr, 1989). Hal-hal baru yang
dimaksud pada konteks perilaku kerja inovatif meliputi ide, proses, prosedur
maupun produk baru. Perilaku kerja inovatif dapat tercapai melalui pemanfaatan
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki individu guna menghasilkan suatu ide,
proses maupun solusi baru (Amabile, 1998). West dan Far (1989) menyatakan
bahwa perilaku kerja yang inovatif sebagai suatu konsep yang dibuat untuk
14
karyawan itu sendiri dalam aspek organisasi atau kelompok yang diantaranya
konsep ide, proses yang berkelanjutan, produk, dan prosedur yang harus dilakukan.
1. Mencari tahu ide-ide baru, teknologi baru, proses, Teknik serta cara-cara baru.
orang lain.
5. Mengembangkan rencana dan jadwal yang matang untuk mewujudkan ide baru.
1. Melihat Peluang
peluang/kesempatan yang ada. Peluang dapat berawal dari ketidak kongruen dan
diskontinuitas yang terjadi karena adanya ketidak sesuaian dengan pola yang
diharapkan misalnya timbulnya masalah pada pola kerja yang sedang berlangsung,
adanya kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi, atau adanya indikasi tren yang
sedang berubah.
15
2. Mengeluarkan Ide
Pada fase ini, karyawan mengeluarkan konsep baru dengan tujuan untuk
perbaikan. Hal ini meliputi mengeluarkan ide sesuatu yang baru atau
informasi dan konsep yang telah ada sebelumnya untuk memecahkan masalah dan
3. Memperjuangkan
karyawan harus memiliki perilaku yang mengacu pada hasil. Perilaku inovasi
konvergen meliputi usaha menjadi juara dan bekerja keras. Seorang yang
berperilaku juara mengeluarkan seluruh usahanya pada ide kreatif. Usaha menjadi
4. Aplikasi
Pada fase ini meliputi perilaku karyawan yang ditujukan untuk membangun,
menguji, dan memasarkan pelayanan baru. Hal ini berkaitan dengan membuat
inovasi dalam bentuk proses kerja yang baru ataupun dalam proses rutin yang biasa
dilakukan.
16
2.3 Perilaku Berbagi Pengetahuan
berbasis ilmu kegiatan dianggap memiliki implikasi yang lebih besar pada inovasi
manusia telah melahirkan hal baru tantangan bagi organisasi untuk mencapai
berbagi atau mendukung informasi dengan orang lain, termasuk elemen timbal
balik (Connelly dan Kevin Kelloway, 2003). Berbagi pengetahuan terjadi ketika
seseorang bersedia membantu dan juga untuk belajar dari yang lainnya yang
berguna dalam pengembangan kompetensi baru. Untuk '' belajar '' berarti ''
mencerna '', untuk '' menyerap '', dan untuk '' menerapkan '' (Senge, 1998). Menurut
Crossan, Lane & White; Ipe (in Asrar-ul-Haq & Anwar, 2016) Berbagi
17
Manfaat adanya berbagi pengetahuan/Knowledge Sharing Behaviour
kembali kesalahan yang pernah dilakukan. Pelaksanaan kegiatan ini tidak mudah
pengetahuan yang dimiliki untuk dirinya sendiri. Mereka akan merasa terancam jika
orang lain mengetahui pengetahuan yang lebih banyak dari dirinya, sehingga dapat
menimbulkan persaingan yang tidak sehat. Oleh karena itu, perlu adanya
atau ide melalui diskusi untuk menciptakan pengetahuan atau ide lainnya
(Alam et al. in Saide, Trialih, Wei, Okfalisa, & Anugrah, 2017). Berbagi
kolega (donasi pengetahuan) dan secara aktif berkonsultasi dengan kolega dengan
pengetahuan organisasi (Foss et al., 2010 in Razmerita, Nielsen, & Kirchner, 2016).
adalah proses timbal balik dimana individu saling bertukar pengetahuan (tacit
(solusi) baru. Salah satu tujuan definisi ini terdiri dari memberikan dan
18
merujuk pada berkonsultasi dengan rekan kerja dengan membagi informasi
adalah Teknologi Informasi yang merupakan salah satu faktor yang menentukan
dengan kuat percaya bahwa sistem informasi berbasis komputer dan media
pengetahuan tetapi tidak bisa dipastikan bahwa itu alasan utama terjadinya
Knowledge Sharing Behaviour tidak didukung di seluruh unit (De Long & Fahey
in Saide et al., 2017). Faktor lain yang mendukung terjadinya Knowledge Sharing
organisasi adalah hasil interaksi antara individu dan lingkungan dan itu
merupakan mekanisme motif yang tersembunyi (Li, Zhu & Luo, 2010).
Menurut Razzaq, Rehman, Dost, & Akram (2017) iklim organisasi secara
19
2.3.3 Pentingnya Perilaku Berbagi Pengetahuan
telah ditelah diteliti dan diakui sebagai salah satu tools paling berdampak pada
perjalanan dan keberlanjutan organisasi. Peran tersebut bisa ditinjau dari sudut
pandang internal, eksternal atau dalam level individu, kelompok maupun secara
inovasi dan kinerja perusahaan. Ini berarti bahwa semakin banyak organisasi
semakin besar kemungkinannya untuk mencapai inovasi dan kinerja bisnis yang
serta mencapai kinerja yang tinggi (Jordao, Novas and Gupta, 2019), jadi
20
mengembangkan proses manajemen pengetahuan mereka secara optimal
tentang peran individu dalam proses berbagi pengetahuan dan minat yang
tumbuh dalam organisasi (Kim and Lee, 2013). Hal tersebut mempercepat
signifikan terhadap kinerja karyawan. Hal ini dikarenakan faktor individu (self-
(ikatan interaksi sosial dan norma timbal balik) sebagai kombinasi unik yang
21
pengetahuan secara terbuka dan cepat mempengaruhi kinerja karyawan melalui
Sharing behaviour yang efektif berperan penting bagi kinerja organisasi (Iqbal
Jordao, Novas and Gupta (2019) menjelaskan bahwa relevansi strategis dari
aset dan kemampuan, arsitektur pendapatan dan biaya dan jaringan bisnis akan
22
2.3.4 Manfaat Perilaku Berbagi Pengetahuan
Konsep Sullivan pada saat itu adalah pengimplementasian dari speech act
theory- teori hukum pidato (Austin 1975; Searle, 1969) yang menempatkan kategori
linguistik yang meliputi hamper semua bentuk kata-kata verbal para pimpinan.
Speech act theory, menyebutkan terdapat tiga elemen diantaranya locutionary act –
fokusnya pada arti kata; illocutionary act – apa yang pembicara ingin dapatkan/
harapan pembicara (Sullivan, 1988). Salah satu teori yang mengusung teori
motivasi dengan sarana linguistik adalah motivating language atau bahasa motivasi
yang dipersembahkan oleh Sullivan (1988), konsep awal bahasa motivasi mengenai
23
Menurut (Mayfield, 2015: 97), teori bahasa motivasi atau motivating
dalam maupun di luar organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi dan
kemaslahan bersama.
bawahan adalah untuk mengurangi ketidakpastian dan mencapai kinerja yang lebih
24
2.5 Penelitian Terdahulu
perbandingan dan tolak ukur penelitian terkait dengan temuan, persamaan dan
perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti lainnya yang telah membahas tentang
pengaruh perilaku berbagi pengetahuan terhadap kepuasan kerja dan perilaku kerja
inovatif yang dimoderasi oleh motivating language, yang akan dijelaskan pada tabel
berikut ini:
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Tranformational Tranformational
Franscosie 1. Leadership (Transformational
Leadership, Leadership,
Contreras, Juan & Transactional) memiliki Menggunakan
Transactional Transactional
C. Espinosal, pengaruh langsung yang positif Variabel
Leadership Leadership,
3 Utz Dornberger terhadap innovative work Innovative
Innovative Work Innovative Work
& Yonni Angel behaviour. Work
Behaviour, Behaviour, Employee
Cuero 2. Transactional Leadership Behaviour
Employee Work Work Engagement,
Acosta/2017 memiliki pengaruh langsung
Engagement, Organizatonal
25
Nama Variabel Perbedaan Persamaan
No Hasil Penelitian
Peneliti/Tahun Penelitian Penelitian Penelitian
Organizatonal namun negatif terhadap Climate &
Climate & innovative work behaviour. Organizational
Organizational 3. Organizational Climate & Absorptive Capacity
Absorptive Organizational Absorptive
Capacity Capacity memediasi hubungan
antara
Transformational/Transactional
Leadership dan Innovative Work
Behavior.
4. Employee Work Engagement
tidak memoderasi hubungan
seluruh variabel terhadap
innovative work behaviour.
1. Karyawan belanda
Employability (employability) memiliki
and Innovative pengaruh yang signifikan
Jol Stoffers, Work Behaviour terhadap rendahnya perilaku
Menggunakan
Karolien in SMEs in kerja inovatif rekan kerja Belgia.
Menggunakan Variabel
Hendrikx, Omar Eureregion, A 2. Leader member exchange
4 variabel Innovative
Habets, cross-national berpengaruh terhadap
employability Work
Beatrice van der comparison innovative work behaviour
Behaviour
Heijden/2019 between Belgium 3. Employablity memediasi
and the hubungan antara leader member
Netherlands exchange dan innovative work
behaviour.
1. Pembelajaran organisasi
memberikan pengaruh yang
positif terhadap perilaku kerja
inovatif.
2. Pembelajaran organisasi
Learning memberikan pengaruh yang
Yu Kyoung
Organization positif terhadap keterikatan Menggunakan
Park, Ji Hoon Menggunakan
And Innovative kerja karyawan. Variabel
Song, Seung variabel
5 Work Behaviour 3. Keterikatan kerja karyawan Innovative
Won Yoon & pembelajaran
The Mediating memberikan pengaruh positif Work
Jungwoo organisasi
Effect Of Work terhadap perilaku inovatif Behaviour
Kim/2013
Engagement karyawan.
4. Keterikana kerja karyawan
memediasi hubungan antara
pembelajaran organisasi dan
perilaku inovatif.
26
Nama Variabel Perbedaan Persamaan
No Hasil Penelitian
Peneliti/Tahun Penelitian Penelitian Penelitian
3. Berbagi pengetahuan memediasi
hubungan antara empowering
leadership dan perilaku kerja
inovatif.
4. Role clarity memoderasi
hubungan secara positif antara
empowering leadership dan
berbagi pengetahuan.
5. Terdapat hubungan tidak
langsung dari empowering
leadership terhadap perilaku
kerja inovatif akibat peran yang
ditimbulkan dari role clarity
27
Nama Variabel Perbedaan Persamaan
No Hasil Penelitian
Peneliti/Tahun Penelitian Penelitian Penelitian
behaviour: the 2. Workplace spirituality
mediating role berpengaruh positif terhadap
psychological psychological empowerment.
empowerment 3. Psychological empowerment
berpengaruh positif terhadap
innovative work behaviour.
1. Transformational leadership
berpengaruh positif terhadap
perilaku inovatif ditempat kerja.
The role of job
2. Terdapat pengaruh yang positif
crafting and
antara transformational
Bilal afsar, knowledge
leadership dan job crafting Menggunakan Menggunakan
Mariam sharing on the
yang memuat sumber daya variabel Job crafting variabel
10 Masood & effect of
struktural, sumber daya sosial & transformational innovative
Waheed Ali transfomational
dan job challenges. leadership work behaviour
Umrani/2020 leadeship on
3. Terdapat pengaruh yang positif
innovative work
antara job crafting yang
behaviour
memuat sumber daya struktural,
sumber daya sosial terhadap
innovative work behaviour
Sumber : Diolah oleh Peneliti, 2023
28
dalam organisasi atau tim kerja, bahkan berbagi tanggung jawab ketika karyawan
berdampak dalam pengurangan praktik berbagi pengetahuan (Lee and Lee, 2020).
pengetahuan yang terjadi pada staf, pada pengalaman dan keterampilan lintas
kepuasan kerja karyawan. Ketiga, Malik dan Kanwal (2018) menyadari bentuk
kerja karyawan. Terakhir Dalati dan Alchach (2018) menemukan bahwa berbagi
tingkat perilaku berbagi pengetahuan baik itu antar individual atau kelompok maka
29
H1 : Perilaku Berbagi Pengetahuan berpengaruh positif terhadap
Inovatif
pengetahuan dan perilaku kerja inovatif secara konsisten dengan memberikan ruang
khusus bahwa ada pengakuan tentang peran individu dalam proses berbagi
pengetahuan dan minat yang tumbuh dalam organisasi (Kim and Lee, 2013). Hal
sehingga menghasilkan perilaku inovatif yang lebih tinggi. Aulawi et al. (2009)
berpikir lebih kritis dan lebih kreatif. Demikian pula, Hameed et al. (2019)
Hal itu mengacu kepada generasi-generasi mendatang dengan ide yang berguna dan
30
Pengetahuan sangat penting untuk proses inovasi (Spender, 1996), dan
disebutkan Holub (2003) yang menekankan bahwa transfer pengetahuan yang cepat
dapat membantu mengembangkan pemikiran dan kreativitas serta kondisi ini dapat
mendorong inovasi karyawan. Maka dari berbagi sumber penelitian terdahulu maka
dapat dianologikan, semakin tinggi tingkat perilaku berbagi pengetahuan baik itu
antar individual atau kelompok maka akan semakin tinggi pula tingkat perilaku
Kerja Inovatif.
lebih efektif untuk berbagi pengetahuan dengan rekan-rekan mereka dan mampu
Language merupakan teknik yang diambil oleh para pemimpin untuk memotivasi
bawahan untuk mengurangi ketidakpastian dan mencapai kinerja yang lebih baik
31
Tujuan motivation language adalah untuk menjembatani kesenjangan
antara niat pemimpin dan kinerja pekerja melalui komunikasi verbal (Mayfield and
Mayfield, 2012). Sebagian besar studi mengenai bahasa motivasi fokus kepada
hasil yang akan menguntungkan organisasi dan kepuasan kerja menjadi fokus
yang signifikan kepada kepuasan kerja karyawan (Rowley Mayfield et al. 1998;
maka akan semakin kuat hubungan antara perilaku berbagi pengetahuan dan
kepuasan kerja.
Untuk lebih memahami dalam kondisi seperti apa hubungan antara perilaku
berbagi pengetahuan dan perilaku kerja inovatif lebih kuat, penelitian ini
antara berbagi pengetahuan dan inovasi dengan moderator seperti kualitas terhadap
kontrol perawatan (Li-Ying et al. 2016) dan modal sosial (Mura et al. 2013), dimana
temuan mengenai moderasi efeknya bercampur. Oleh karena itu, perlu dilakukan
32
penelitian lebih lanjut mengenai moderasi yang mempengaruhi berbagi
(Sternberg, 2006; Yuan and Woodman, 2010), pekerja menghadapi banyak risiko
dan kekecewaan dalam prosedur inovasi yang akan diterapkan. Dalam keadaan
yang tidak pasti dan berisiko seperti itu, pentingnya bahasa motivasi (motivating
language) sebagai faktor yang dapat menjadi dukungan emosional dari pihak
pemimpin serta berperan aktif dalam kesediaan bawahan untuk tampil inovatif
instruksi yang jelas serta dapat memecahkan masalah yang berhubungan dengan
yang berisiko. Temuan Mayfield and Mayfield (2004) menunjukkan hubungan kuat
dan penting antara bahasa motivasi pemimpin dan inovasi karyawan. Gutierrez-
pekerja. Selain itu variabel yang terkait dengan kepemimpinan diuji sebagai
kreativitas dan inovasi yang dilakukan (Shin and Zhou, 2007; Montani et al., 2015;
Sui et al., 2012; Amjed and Tirmzi, 2016). Maka dari penelitian terdahulu maka
dapat dianologikan, bahwa bahasa motivasi yang tinggi maka akan semakin kuat
33
H4 : Motivation Language Memoderasi Hubungan Antara Perilaku Berbagi
Kepuasan
Perilaku Kerja
Berbagi
Pengetahuan
Perilaku
Kerja
Inovatif
H3 H4
Motivating
Language
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
34
BAB III
METODE PENELITIAN
sebuah metode yang digunakan peneliti yang memfokuskan pada populasi atau
analisis data secara kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain survei.
yang diperoleh melalui sampel dalam sebuah populasi. Jenis survei yang digunakan
adalah Cross Sectional Survey Design yaitu desain penelitian yang mengumpulkan
data pada satu waktu kepada sampel yang sudah ditentukan (Creswell, 2017).
3.2.1 Populasi
yang menarik yang ingin peneliti dapatkan dan ingin diamati (Sekaran, 2016).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Serumpun Indah
35
3.2.2 Sampel
ini, digunakan teknik pengambilan sampel yaitu Total Sampling, dimana Total
Sampling ini merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
1. Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari
yang diperlukan dalam penelitian ini adalah kuisioner yang disebarkan kepada
yaitu beberapa daftar pertanyaan berupa angket penelitian yang diajukan kepada
seluruh responden untuk dijawab berkaitan dengan topik penelitian melalui lembar
kuisioner yang akan diisi oleh para karyawan di PT. Serumpun Indah Perkasa Kab.
Padang Pariaman.
Spector (1985) diukur dengan 8 item pernyataan, variabel perilaku kerja inovatif
36
memiliki instrumen yang dikembangkan oleh De Jong & Hartog (2008) yang diukur
instrumen yang dikembangkan oleh Ho & Ganesan (2013) diukur dengan 7 item
penelitian ini dengan replikasi pengukuran melalui cara yang sama atau
Dalam penelitian ini, terdapat 4 variabel yang akan diteliti. Variabel tersebut
diantaranya:
adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang termasuk variabel terikat
37
c. Variabel (Z) atau Moderasi merupakan variabel antara yang
(Z).
Tabel 3.1
Defenisi Operasional Variabel Penelitian
bebas, kepuasan kerja dan perilaku kerja inovatif sebagai variabel terikat serta
38
3.7 Metode Analisis Data
bidang kajian statistik yang dapat menguji sebuah rangkaian hubungan yang relatif
sulit untuk terukur secara bersamaan. Structual Equation Model ini juga merupajan
teknik analisis multivariate kombinasi antara analisis faktro dan analisis regresi,
yang bertujuan untuk menguji hubungan antar variabel yang ada pada sebuah
model, baik antar indikator dengan konstruknya, maupun hubungan antar konstruk
(Santoso, 2018).
Analisis data menggunakan PLS-SEM terdiri dari dua sub-model, yaitu : 1).
Measurement model atau disebut juga dengan outer model. Outer model
manifes yang dimilikinya. 2). Structural model atau disebut juga inner model. Inner
model menjelaskan hubungan antara variabel laten satu dengan yang lainnya dalam
sebuah konstruksi. Data yang diperoleh melalui penyebaran kuisioner lalu diolah
dan dianalisis dengan software SmartPLS. Beberapa alasan penggunaan PLS pada
1. Algoritma PLS yang tidak terbatas hanya untuk hubungan antara indikator
dengan konstruk lainnya yang bersifat reflektif saja, tetapi algoritma PLS juga
2. PLS digunakan untuk model yang kompleks yang terdiri dari banyak variabel
39
3. PLS dapat digunakan ketika distribusi data tidak tersebar di seluruh nilai rata-
ratanya.
disebarkan kepada seluruh karyawan PT. Serumpun Indah Perkasa Lubuk Alung
Kab. Padang Pariaman. Hasil kuisioner yang diperoleh kemudian diuji level
tersebut sudah valid dan reliable, yang artinya alat ukur untuk mendapatkan data
Pada tahap pengujian ini dilakukan untuk menguji validitas dan reliabilitas.
Uji validitas dan reliabilitas pada software SmartPLS dilakukan pada tahap
Measurement Model Assessment (MMA) atau Outer Model yang juga mendefinikan
bagaimana setiap indikator hubungan dengan variabel latennya. Uji yang dilakukan
pada outer model ini adalah convergent validity yang terdiri dari outer loading >
0,7, composite reliability > 0,7, average variance extracted (AVE) > 0,5, dan
40
3.9.1 Convergent Validity
variabel yang dapat dilihat dari outer loading, cronbach alpha, composite reliablity
nilai outer loading untuk masing-masing indikator besar dari 0,70, Hair et al.
(2014). Maka untuk nilai yang kurang dari 0,70 dihapus dari model.
Larcker Criterion (Fornel & Larcker, 1981) dan Cross Loading (Bagozzi & Yi,
1988). Suatu variabel laten berbagi varian lebih dengan indikator yang
mendasarinya pada variabel laten lainnyta. Hal ini dapat diartikan nilai yang unik
dikarenakan nilai suatu variabel atau indikator lebih besar terhadap variabel
latennya dibandingkan dengan variabel laten lainnya. (Fornel & Larcker, 1981;
Hair, 2010).
41
Tabel 3.2
Kriteria R Square
Nilai R Square Keterangan
>0,75 Kuat
0,50-0,75 Sedang
0,25-0,49 Lemah
Sumber: Hair et al. (2014)
mempredikasi seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan estimasi
parameternya, nilai Q Square lebih besar dari 0 (nol) memperlihatkan bahwa model
Tabel 3.3
Kriteria Q Square
Nilai R Square Keterangan
>0,35 Kuat
0,15-0,34 Sedang
0,02-0,14 Lemah
Sumber: Hair, et al. (2014)
R Square ini dapat digunakan untuk menilai pengaruh variabel laten independen
Square adalah 0,75, 0,50 dan 0,25 yang dapat diinterpretasikan sebagai substansial
42
digunakan untuk mempredikasi model dan juga estimasi parameter, dimana hasil Q
Square sebesar 0,02, 0,15 dan 0,35 untuk variabel laten (endogen) yang
bootstapping (Ghozali & Latan, 2015). Pengujian hipotesis PLS ini tidak
dapat digunakan untuk menjawab hipotesis pada penelitian ini. Hasil uji hipotesis
pada penelitian ini dapat dilihat melalui nilai T Statistics dan nilai P Values.
Hipotesis penelitian dapat dinyatakan diterima apabila memiliki T Statistics > 1,96
dan P Values < 0,05, maka dapat diartikan bahwa variabel independen (eksogen)
2014).
43
DAFTAR PUSTAKA
Adio, G., & Popoola, S. O. (2010). Job satisfaction and career commitment of
librarians in federal university libraries in Nigeria. Library Review, 59(3),
175–184.
Afsar, B., Masood, M. and Umrani, W.A. (2019), "The role of job crafting and
knowledge sharing on the effect of transformational leadership on
innovative work behavior", Personnel Review, Vol. 48 No. 5, pp. 1186-
1208.
Chowhan, J., Pries, F. and Mann, S. (2017), “Persistent innovation and the role of
44
Dalati, S. and Alchach, H. (2018), “The effect of leader trust and knowledge sharing
Ghozali, Imam. 2018. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
Hair, et al, 2014, Multivariate Data Analysis, New International Edition., New
Jersey : Pearson.
Hair, et al. 2010. Multivarioate Data Analysis. 7th edition. New jersey:Pearson
Prentice Hall.
Li-Ying, J., Paunova, M. and Egerod, I. (2016), “Knowledge sharing behavior and
45
Mayfield, M. and Mayfield, J. (2018), Motivating Language and Workplace
Outcomes Motivating Language Theory, Springer, pp. 75-94,
10.1007/978-3-319-66930-4_7.
Sekaran, U., & Bougie, R. (2016). Research Method For Bussines. Chichester:
Wiley.
pp. 173-184.
90.
Yuan, F. and Woodman, R.W. (2010), “Innovative behavior in the workplace: the
46