PROPOSAL SKRIPSI
2002010193
BAB 1
PENDAHULUAN
B. Perumusan Masalah
1.Apakah Komunikasi Kerja Simultan Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja
Karyawan?
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini dibatasi
agarpembahasan lebih terarah dan terarah serta tidak menyimpang dari tujuan yang
telah ditetapkan. Oleh karena itu, penulis hanya membatasi masalah pada dampak
kepemimpinan, komunikasi, dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kinerja Karyawan
a.Definisi
Kinerja karyawan merupakan faktor penting dalam bisnis karena dapat
menentukan berkembang atau tidaknya suatu bisnis. Gaya kepemimpinan dapat
mempengaruhi setiap karyawan dalam suatu perusahaan. Komunikasi yang baik dapat
meningkatkan hubungan baik antar karyawan. Pembagian kerja yang benar atau orang
yang tepat di tempat yang tepat, serta kombinasi gaya manajemen dan komunikasi ,
dapat menghasilkan kinerja karyawan yang baik bagi perusahaan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan, komunikasi
dan pembagian kerja terhadap kinerja karyawan dengan menggunakan analisis regresi
berganda. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan,
komunikasi dan pembagian kerja berpengaruh positif dan signifikan , baik secara
simultan maupun parsial terhadap kinerja karyawan. Sebaiknya pimpinan
meningkatkan komunikasi dengan memiliki jaringan yang baik di perusahaan.
a. Faktor Individu
Individu yang normal secara psikologis adalah individu yang memiliki tingkat
integritas yang tinggi antara fungsi mental (spiritual) dan fisik (fisik). Karena
memiliki integritas tinggi antara fungsi fisik dan psikologis, individu
memiliki fokus yang baik pada dirinya sendiri. Konsentrasi
yang baik ini merupakan modal utama individu manusia untuk dapat secara optimal
mengelola dan menggunakan potensinya dalam pelaksanaan aktivitas atau aktivitas
kerja sehari-hari guna mencapai tujuan organisasi. lahir Faktor lingkungan organisasi
Faktor lingkungan organisasi sangat berguna bagi orang untuk mencapai prestasi
kerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud antara lain uraian tugas yang jelas,
wewenang yang sesuai, tujuan pekerjaan yang menantang, pola komunikasi kerja
yang efektif, hubungan kerja yang harmonis, iklim kerja yang saling menghormati
dan dinamis, peluang karir dan kesempatan kerja yang relatif sesuai.
Menurut Wibowo (2012:80) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
adalah sebagai berikut
1. Kepemimpinan
2. Mekanisme kerja yang berlangsung dalam organisasi
3. Lingkungan kerja
4. Hubungan antara orang-orang dalam organisasi
d.Sasaran kinerja
Sasaran kinerja karyawan dapat didefinisikan sebagai apa yang harus dicapai oleh
organisasi, fungsi, departemen, dan individu dalam periode waktu tertentu .
Pentingnya penetapan tujuan adalah proses manajemen yang memastikan bahwa
setiap karyawan mengetahui peran apa yang harus dimainkan dan hasil apa yang
harus dicapai untuk memaksimalkan kontribusi mereka terhadap bisnis secara
keseluruhan. Mengingat tujuannya,
memungkinkan pekerja untuk mengetahui apa yang diminta dari mereka,
atas dasar apa kinerja harus direalisasikan dan bagaimana kontribusi mereka akan
dievaluasi.
Menurut Wibowo (2012:50), secara umum ada banyak
tujuan dalam sebuah organisasi. Tujuan-tujuan ini dapat dinyatakan dalam
tingkatan yang berbeda sebagai berikut:
1. Tingkat perusahaan adalah tingkat di mana tujuan dikaitkan dengan tujuan, nilai,
dan rencana seluruh organisasi yang ingin dicapai
2. Arahan tingkat tinggi adalah tingkat di mana tujuan tingkat
menentukan kontribusi yang diharapkan dari tingkat eksekutif
untuk pencapaian tujuan perusahaan
Universitas Sumatera Utara
3. Tingkat unit bisnis, fungsi atau departemen adalah tingkat di mana
tujuan tingkat ini terkait
4. Tingkat tim adalah sejauh mana tujuan tingkat tim
terhubung dengan tujuan dan tanggung jawab tim, dan kontribusi yang diharapkan
dari tim
5. Tingkat individu, yaitu tingkat di mana tujuan dikaitkan dengan akuntabilitas aktor,
hasil utama atau tugas utama yang mencerminkan pekerjaan individu dan fokus pada
hasil yang diharapkan dan kontribusinya terhadap kinerja tim, departemen atau
organisasi.
Dimensi kinerja
Menurut Sutrisno (2010: 172173) ada empat
dimensi yang dijadikan tolak ukur dalam evaluasi kinerja, yaitu:
1. Kualitas yang dihasilkan, yang menjelaskan jumlah kesalahan,
kali dan presisi
2. Kuantitas yang dihasilkan, yang mengacu pada jumlah produk atau jasa Waktu
kerja, yang menjelaskan jumlah ketidakhadiran, keterlambatan
dan
4. Kerjasama, yaitu menjelaskan bagaimana orang mendukung atau menghalangi
upaya karyawannya
Universitas Sumatera Utara
e.Indikator kinerja
Pada dasarnya kinerja karyawan harus diukur untuk mengetahui apakah kinerja
selama pelaksanaan rencana tertentu atau
jika kinerja dapat dilakukan pada jadwal yang ditentukan atau jika hasil kinerja telah
tercapai sesuai dengan yang diharapkan perusahaan.
Untuk melakukan pengukuran, perlu untuk mengukur kekuatan
agar ada pengukuran daya. Mengukur adalah tentang mengukur apa yang penting dan
relevan. Untuk itu, penting untuk memperjelas apa yang
identifikasikan sebagai penting dan relevan sebelum memutuskan tindakan mana yang
akan digunakan
Menurut Moeheriono (2009:80), ukuran indikator kerja
secara umum dapat dibagi menjadi berikut ini. enam kategori. Namun, organisasi
tertentu dapat mengembangkan kategorinya masing-masing agar sesuai dengan misi
1. Efektif
Indikator ini mengukur kecukupan produk yang dihasilkan di
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
2. Efisien
Indikator ini mengukur tingkat kesesuaian proses untuk menghasilkan
hasil dengan biaya serendah mungkin.
3. Kualitas
Indikator ini mengukur tingkat kesamaan antara kualitas
produk atau jasa yang diproduksi dengan kebutuhan dan harapan konsumen.
Universitas Sumatera Utara
4. Saat ini
Indikator ini mengukur tingkat produktivitas suatu organisasi. Untuk itu perlu
ditetapkan kriteria yang dapat digunakan untuk mengukur berapa lama waktu yang
dibutuhkan untuk membuat suatu produk
5. Produktivitas
Indikator ini mengukur tingkat produktivitas suatu organisasi. Dalam bentuk
ilmiah, indikator ini mengukur nilai tambah yang dihasilkan oleh proses
dibandingkan dengan nilai yang dikonsumsi dalam
biaya modal dan
biaya tenaga kerja.
6. Keselamatan
Indikator ini mengukur kesehatan umum organisasi dan
lingkungan kerja karyawannya dalam kaitannya dengan keselamatan.
Menurut Wibowo (2012:102) ada tiga
indikator kinerja yang saling terkait, yang meliputi:
1. Sasaran
Sasaran adalah berbagai kondisi yang diupayakan secara aktif oleh seseorang atau
organisasi. Pengertian ini mengandung
makna bahwa tujuan bukanlah suatu keharusan atau keinginan. Tujuannya adalah
kondisi yang lebih baik untuk dicapai di masa depan.
2. Standar
Standar penting karena menunjukkan kapan tujuan
dapat dicapai.Standar adalah ukuran apakah tujuan yang diinginkan dapat dicapai.
Tanpa standar, tidak mungkin mengetahui kapan suatu tujuan telah tercapai. Kinerja
seseorang dapat dikatakan berhasil jika ia mampu memenuhi standar yang telah
ditetapkan atau disepakati oleh atasan dan bawahannya.
3. Umpan Balik
Tujuan, standar, dan umpan balik saling terkait. Umpan balik
menginformasikan tentang kemajuan dalam kualitas dan kuantitas dalam pencapaian
tujuan yang ditentukan. Umpan balik merupakan masukan yang digunakan untuk
mengukur kinerja, standar kinerja, dan pencapaian tujuan.
B. Penelitian Terdahulu
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teoritis diatas dan hasil penelitian yang relevan, maka
kerangka pemikiran dalam penelitian adalah:
a. Fungsi Instruktif
Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin sebagai komunikator merupakan
pihak yang menentukan apa, bagaimana, bilamana, dan dimana perintah itu dikerjakan
agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang efektif
memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi orang lain agar mau
melaksanakan perintah.
b. Fungsi Konsultatif
Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan
keputusan, pemimpin kerap kali memerlukan bahan pertimbangan yang
mengharuskannya berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai
mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam menetapkan keputusan.
Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan pada orang-orang yang dipimpin dapat
dilakukan setelah keputusan ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan.
c. Fungsi Partisipasi
Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang
dipimpinnya, baik dalam keikut sertaan mengambil keputusan maupun dalam
melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dilakukan
secara terkendali dan terarah berupa kerjasama dengan tidak mencampuri atau mengambil
tugas pokok orang lain. Keikut sertaan pemimpin harus tetap dalam fungsi sebagai
pemimpin dan bukan pelaksana.
d. Fungsi Delegasi
Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat atau
menetapkan keputusan, baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari
pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Orang-orang penerima
delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu pemimpin yang memiliki kesamaan
prinsip, persepsi dan aspirasi.
e. Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses/efektif mampu
mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga
memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian ini
dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.
Berdasarkan deskripsi teori-teori yang ada dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
merupakan suatu cara yang dimiliki oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi
sekelompok orang atau bawahan untuk bekerja sama dan berdaya upaya dengan penuh
semangat dan keyakinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dapat dikatakan
bahwa kepemimpinanlah yang memainkan peranan yang sangat dominan dalam
keberhasilan organisasi dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya terutama terlihat
dalam kinerja para pegawainya (Siagian, 2003:3). Yang dapat dilihat dari bagaimana
seorang pemimpin dapat mempengaruhi bawahannya untuk bekerjasama menghasilkan
pekerjaan yang efektif dan efisien.
Kerangka Penelitian:
KEPEMIMPINAN (X1)
KINERJA KARYAWAN (Y)
KOMUNIKASI (X2)
Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
kebenarannya masih harus diuji. Menurut Arikunto (2009:55) hipotesis adalah
alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan
dalam penelitannya. Dugaan jawaban tersebut merupakan kebenaran yang sifatnya
sementara, yang akan diuji kebenarannya dengan data yang dikumpulkan dengan
penelitian. Dengan kedudukannya itu, maka hipotesis dapat berubah menjadi
kebenaran, akan tetapi juga dapat tumbang sebagai kebenaran.
Hipotesis yang dapat diambil dari penelitian ini meliputi:
1. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kepemimpinan terhadap kinerja
karyawan.
2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara komunikasi terhadap kinerja
karyawan.
3. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kepemimpinan dan komunikasi
secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Jenis Penelitian
1.Populasi Penelitian
2.Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian atau jumlah dan karakteritik yang dimiliki oleh
mempelajari semua yang ada pada populasi, misal karena keterbatasan dana,
tenaga dan waktu, maka peneliti akan mengambil sampel dari populasi itu.
untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-
sangat kecil
C.Jenis Data
a. Data Primer
Medan.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak
kesenjangan informasi.
D.Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau
kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan ditarik kesimpulannya.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, variabel dependen atau terikat
dan variabel independen atau bebas. Dan untuk mengubah data kualitatif menjadi data
kuantitatif maka pada penelitian ini digunakan skala pengukuran berupa skala likert.
Menurut Sugiyono (2011:93) skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
E. Definisi Operasional
Definisi Teoritis:
Menurut Edison dkk (2018:91) Gaya kepemimpinan adalah perilaku cara pemimpi
n bertindak dan/atau bagaimana ia mempengaruhi anggotanya untuk mencapai tuju
an-tujuan tertentu.
Definisi Operasional:
Gaya Kepemimpinan merupakan proses pengaruh, yaitu mempengaruhi kerja bawa
han, kekuatan yang mempengaruhi bawahan kearah pencapaian Perusahaan X.
Indikator Gaya Kepem Pernyataan
impinan
Kemampuan mengamb
Menurut saya keputusan dalam hal pekerjaan yang
il keputusan
diambil oleh pimpinan dengan tepat.
Kemampuan memo Pimpinan saya memiliki kemampuan
tivasi memotivasi bawahannya dengan baik.
Kemampuan komu Pimpinan saya memiliki kemampuan
nikasi berkomunikasi dengan baik.
Kemampuan mengendalik
Pimpinan saya mampu mengendalikan bawa
an bawahan
hannya dengan baik.
Pimpinan saya memiliki tanggung jawab yang
Tanggung jawab
baik.
Kemampuan mengend
Pimpinan saya mampu mengendalikan emosi denga
alikan emosional
n baik.
Sumber: Kartono (2008) dalam Nuralita dan Nugraha (2018)
Definisi teoritis:
Menurut James A. F. Stoner, pengertian komunikasi adalah suatu proses pada seseorang yan
g berusaha untuk memberikan pengertian dan informasi dengan cara menyampaikan pesan k
epada orang lain
Definisi operasional:
komunikasi merupakan proses tingkah laku baik secara langsung maupun tidak langs
ung untuk menberikan informasi dengan cara menyampaikan pesan baik dari seasam
a karyawan ataupun dari atasan ke bawahan.
Indikator Komunikasi Pernyataan
kejujuran berkomunikasi
Bertanggungjawab
Fokus
berbicara dengan jelas
Untuk mengukur variabel dalam penelitian in menggunakan skala likert. Skala likert
adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2017:93).
STS TS KS S SS
1 2 3 4 5
Keterangan :
TS : Tidak Setuju
KS : Kurang Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
Daftar pustaka
Hartono, W. F., & Rotinsulu, J. J. (2015). Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Komunikasi dan
Pembagian Kerja Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 3(2).
Ramadhan, R. (2020). PENGARUH KOMUNIKASI DAN PENILAIAN PRESTASI KERJA
TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN (Doctoral dissertation, 021008
Universitas Tridinanti Palembang).
Hartono, Winastyo Febrianto, and Jopie Jorie Rotinsulu. "Pengaruh Gaya Kepemimpinan,
Komunikasi dan Pembagian Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada." Jurnal EMBA: Jurnal
Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi 3.2 (2015).