Disusun Oleh :
OMEGA STINLLY CECILIA AMALO
811231016
KELAS B
PENDAHULUAN
Menurut Dennis Organ (1997), motivasi kerja yang tinggi dapat mendorong
karyawan untuk melakukan perilaku sukarela yang mendukung fungsi organisasi secara
efektif. Hal ini sangat berharga dalam industri perhotelan, termasuk Hotel Aston Kupang, di
mana pelayanan berkualitas dan responsif terhadap tamu sangat penting. Di sisi lain, Robert
Cialdini (1984) menegaskan bahwa komitmen organisasi yang kuat dapat mendorong
karyawan untuk berperilaku sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai organisasi, yang tentunya
akan berdampak positif terhadap kesuksesan Hotel Aston Kupang.
Hotel Aston Kupang, seperti banyak hotel dan bisnis lainnya di industri perhotelan,
menghadapi berbagai tantangan yang mempengaruhi kinerja, keberlangsungan, dan
keunggulan bersaing mereka. Salah satu tantangan utama yang mungkin dihadapi oleh Hotel
Aston Kupang adalah fluktuasi kinerja karyawan. Tingkat pergantian karyawan yang tinggi
dapat menjadi masalah serius, yang mungkin disebabkan oleh berbagai faktor seperti
kurangnya motivasi kerja, kurangnya keterikatan terhadap organisasi, atau kurangnya
kepuasan kerja. Selain itu, masalah lain yang dihadapi adalah kurangnya loyalitas dan
keterikatan karyawan. Karyawan yang kurang memiliki keterikatan emosional, normatif,
atau berkelanjutan terhadap Hotel Aston Kupang mungkin cenderung mencari peluang kerja
lain atau kurang termotivasi untuk berkontribusi secara maksimal.
1. Bagi Organisasi:
2. Bagi Karyawan:
1. pendidikan/latihan,
5. motivasi.
Selain penyebab kepuasan kerja, Kreitner dan Kinicki (2001) ada juga faktor
penentu kepuasan kerja. diantaranya adalah sebagi berikut :
5. Gaji atau upah (pay) Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai
yang dianggap layak atau tidak.
1. Kesempatan untuk maju. Dalam hal ini ada tidaknya kesempatan untuk
memperoleh kesempatan peningkatan pengalaman dan kemampuan kerja selama
bekerja.
2. Keamanan kerja. Faktor ini sering disebut sebagai penunjang kepuasan kerja, baik
karyawan pria maupun wanita. Keadaan yang aman sangat mempengarugi
perasaan kerja karyawan selama bekerja.
3. Gaji. Gaji lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan, dan jarang orang yang
mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang di perolehnya.
4. Manajemen kerja. Manajemen kerja yang baik adalah yang memberikan situasi
dan kondisi kerja yang stabil, sehingga karyawan dapat bekerja dengan nyaman.
5. Kondisi kerja. Dalam hal ini adalah tempat kerja, ventilasi, penyinaran, kantin,
dan tempat parkir.
6. Pengawasan (Supervisi). Bagi Karyawan, Supervisor dianggap sebagai figur ayah
dan sekaligus atasannya. Supervisi yang buruk dapat berakibat absensi dan turn
tover.
7. Faktor intrinsik dari pekerjaan. Atribut yang ada pada pekerjaan mensyaratkan
ketrampilan tertentu. Sukar dan mudahnya serta kebanggaan akan tugas akan
meningkatkan atau mengurangi kepuasan.
9. Aspek sosial dalam pekerjaan. Merupakan salah satu sikap yang sulit
digambarkan tetapi dipandang sebagai faktor yang menunjang puas atau tidak
puas dalam kerja
10.Fasilitas. Fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun, atau perumahan merupakan
standar suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan menimbulkan rasa puas
1. Perilaku membantu Yaitu perilaku membantu teman kerja secara sukarela dan
mencegah terjadinya masalah yang berhubungan dengan pekerjaan. Dimensi ini
merupakan komponen utama dari OCB. Organ menggambarkan dimensi ini
sebagai perilaku altruism, pembuat/ penjaga ketenangan dan menyemangati teman
kerja. Dimensi ini serupa dengan konsep fasilitas interpersonal, perilaku
membantu interpersonal, OCB terhadap individu (OCB-I) dan perilaku membantu
orang lain.
2. Kepatuhan terhadap organisasi Yaitu perilaku yang melakukan prosedur dan
kebijakan perusahaan melebihi harapan minimum perusahaan. Karyawan yang
menginternalisasikan peraturan perusahaan secara sadar akan mengikutinya
meskipun pada saat sedang diawasi. Dimensi ini serupa dengan konsep kepatuhan
umum dan menaati peraturan perusahaan.
5. Inisiatif individual Sama dengan apa yang disebut Organ sebagai kesadaran
(conscientiousness), merupakan derajat antusiasme dan komitmen ekstra pada
kinerja melebihi kinerja maksimal dan yang diharapkan. Dimensi ini serupa
dengan konsep kerja pribadi dan sukarela mengerjakan tugas.
Menurut Organ (Saleem dan Amin, 2013), OCB dibangun dari lima indikator
yang masing-masing bersifat unik, yaitu:
5. Courtesy yaitu perilaku bersifat sopan dan sesuai aturan sehingga mencegah
timbulnya konflik interpersonal. Berdasarkan uraian diatas, indikator yang
digunakan pada penelitian ini adalah indikator menurut Podsakoff (1997) yaitu
perilaku menolong, kepatuhan terhadap organisasi, sportsmanship, loyalitas
terhadap organisasi, inisiatif individual, kualitas sosial, perkembangan diri
2.1.4. Motivasi
Secara harafiah, istilah motivasi berasal dari kata latin movere, yang berarti
bergerak yang menunjukan suatu proses yang dimulai dengan defisiensi fisiologis
atau psikologis yang menggerakkan perilaku atau dorongan yang ditunjukan untuk
tujuan atau insentif, sehingga untuk memahami proses motivasi bergantung pada
pengertian dan hubungan antara kebutuhan, dorongan, dan insentif (Luthans, 2005)
Merihot (dalam Marliani, 2015) mengemukakan bahwa motivasi merupakan faktor-
faktor yang mengarahkan dan mendorong perilaku atau keinginan seseorang untuk
melakukan suatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras. Selain itu
Robbins & Judge (2013) mengemukakan bahwa motivasi merupakan suatu proses
yang dilakukan individu yang berupaya mencapai tujuan, mencakup tiga elemen
penting yaitu intensitas, arah, dan kegigihan. Kondalkar (2007) mengatakan bahwa
motivasi merupakan semangat atau gairah dari dalam yang disebabkan oleh
kebutuhan atau keinginan sehingga mendorong seseorang menggerakkan seluruh
energi untuk mencapai tujuan yang diinginkan, hal senanda juga dikemukakan oleh
Scot (dalam Kondalkar, 2007) bahwa motivasi sebagai suatu proses yang mendorong
seseorang untuk bertindak dalam mencapai tujuan.
Sementara defenisi kerja adalah suatu bentuk aktivitas tegas yang bertujuan
untuk mendapatkan kepuasan, aktivitas kerja melibatkan tinjauan konsep kerja dari
sudut pemberdayaan sumber daya manusia. Menurut Rivai (dalam Marliani, 2015)
motivasi kerja adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu
untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu sedangkan
Munandar (2001) mengemukakan bahwa motivasi kerja adalah proses dimana
kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan
yang mengarah ke pencapaian tujuan tertentu. Menurut Hasibuan (dalam Sutrisno,
2016) motivasi kerja merupakan suatu perangsang keinginan dan daya penggerak
kemauan bekerja seseorang karena setiap motivasi mempunyai tujuan tertentu yang
ingin dicapai. Selain itu Siagian (dalam Sutrisno, 2016) mengemukakan motivasi
kerja adalah keadaan kejiwaan yang mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan
yang mengarahkan dan menyalurkan perilaku, sikap dan tindakan seseorang untuk
mencapai tujuan. Baron (2003) juga mengemukakan bahwa motivasi merupakan
serangkaian proses yang muncul atau timbul dari dalam diri individu, yang
mengarahkan dan memelihara atau menjaga perilaku manusia terhadap tujuan yang
hendak dicapai. Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa tokoh, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi kerja adalah dorongan untuk bekerja
dengan mengarahkan segala potensi yang dimiliki seseorang untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.
1. Faktor Internal Yaitu motivasi seseorang dipengaruhi oleh dalam diri seseorang,
misalnya jika seorang karyawan yang ingin mendapatkan nilai yang memuaskan
dalam penilaian kinerja akan mengarahkan keyakinan dan perilakunya sedemikian
rupa sehingga memenuhi syarat dari penilaian kinerja yang telah ditentukan. Hal
ini akan berhubungan dengan aspek-aspek atau kekuatan yang ada dalam diri
seseorang untuk mencapai sebuah tujuan, misalnya aspek efikasi diri. Self-
efficacy merupakan kepercayaan seseorang terhadap keyakinan diri dan
kemampuannya dalam melakukan suatu pekerjaan, sehingga memperoleh suatu
keberhasilan.
2. Faktor Eksternal Yaitu faktor yang berasal dari luar individu seperti faktor
kenaikan pangkat, penghargaan, gaji, keadaan kerja, kebijakan perusahaan, serta
pekerjaan yang mengandung tanggung jawab. Karyawan akan termotivasi apabila
ada dukungan dari manajemen serta lingkungan kerja yang kondusif yang pada
gilirannya berdampak pada kepuasan kerja.
1. Pemimpin ,
3. Sarana fisik,
Menurut Jennifer dan Gareth (2012), ada dimensi komitmen organisasi yaitu
komitmen afektif, yaitu komitmen pada saat karyawan tersebut masuk menjadi
anggota suatu organisasi, senang, percaya, dan merasa baik berada. Ahli lain, yaitu
Schermermhom dkk (dalam Yuwono, dkk, 2005) menyatakan bahwa komitmen
terhadap organisasi merupakan derajat kekuatan perasaan seseorang dalam
mengidentifikasi dirinya dan merasakan dirinya sebagai bagian dari organisasi.
Sementara itu Amstrong (dalam Yuwono, 2005) menyatakan bahwa pengertian
komitmen memiliki area perasaan atau perilaku terkait dengan perusahaan tempat
seseorang bekerja. Tiga area tersebut antara lain adalah adanya kepercayaan pada
area ini seseorang melakukan penerimaan bahwa organisasi tempat bekerja atau
tujuan-tujuan organisasi didalamnya merupakan sebuah nilai yang diyakini
kebenarannya. Area kedua adalah adanya keinginan untuk bekerja atau berusaha di
dalam organisasi sebagai konteks hidupnya. Pada konteks ini seorang akan
memberikan waktu, kesempatan dan kegiatan pribadinya untuk bekerja di organisasi
atau dikorbankan ke organisasi tanpa mengharapkan imbalan personal. Sedangkan
area yang ketiga adalah adanya keinginan untuk bertahan dan menjadi bagian dari
organisasi. Jadi pengertian komitmen lebih dari sekedar menjadi anggota saja, tetapi
lebih dari itu orang akan bersedia untuk mengusahakan pada derajat yang lebih tinggi
bagi kepentingan organisasi, demi memperlancar pencapaian tujuan organisasi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa komitmen terhadap organisasi
merupakan suatu bentuk sikap dimana individu merasa menjadi bagian dari
organisasi dan merasa ingin tetap menjadi bagian dari organisasi serta dengan
sungguh-sungguh memberikan waktu, kesempatan yang dimiliki dan mencurahkan
segala potensi diri yang dimilikinya tanpa adanya perasaan terpaksa untuk tetap
berusaha mewujudkan apa yang menjadi tujuan organisasi dan memiliki kebanggaan
menjadi bagian dari organisasi tersebut.
1. Ciri pribadi pekerja termasuk masa jabatannya dalam organisasi dan variasi
kebutuhan dan keinginan yang berbeda dari tiap karyawan.
2. Ciri pekerjaan, seperti identitas tugas dan kesempatan berinteraksi dengan rekan
sekerja.
Menurut David dalam Sopiah (2008) mengatakan bahwa terdapat faktor yang
mempengaruhi komitmen karyawan pada organisasi, yaitu:
Dengan kata lain komitmen ini terbentuk atas dasar untung rugi,
dipertimbangkan atas apa yang harus dikorbankan bila akan menetap pada
organisasi. Kunci dari komitmen tipe ini lebih mendasarkan keterikatannya pada cost
benefits analysis. c. Normative commitment, adalah komitmen yang didasarkan pada
norma yang ada dalam diri individu, berisi keyakinan individu akan tanggung jawab
terhadap organisasi. Individu merasa harus bertahan karena loyalitas. Kunci dari
komitmen ini adalah kewajiban untuk bertahan dalam organisasi (ought to). Tipe
komitmen ini dikarenakan nilai-nilai moral yang dimiliki individu secara pribadi.
Dari pendapat Allen di atas, maka dapat dinyatakan bahwa komponen komitmen
terdiri dari komponen afektif yang berhubungan dengan keinginan untuk terikat,
komponen kontiniu yang merupakan suatu kebutuhan rasional dan komponen
normatif yang merupakan keyakinan individu untuk tetap bertanggung jawab pada
organisasi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi komitmen adalah karakteristik personal, seperti usia, masa kerja,
motivasi berprestasi yang mempunyai hubungan positif dengan komitmen kerja.
Didapatkan pula adanya pengaruh ras, jenis kelamin, dan kepuasan kerja. Sementara
tingkat pendidikan mempunyai hubungan negatif dengan komitmen kerja.
Karakteristik kerja, Seperti stress mempunyai hubungan negatif dengan komitmen
kerja dan pemerkayaan pekerjaan, kejelasan tugas, kesesuaian peran, tantangan
pekerjaan, kesempatan berinteraksi dengan orang lain dan umpan balik yang
berhubungan dengan komitmen kerja. Karakteristik structural, seperti komitmen
kerja berkorelasi positif dengan tingkat formalisasi, ketergantungan propesional,
desentralisasi dan tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan, jumlah andil
yang ditanam karyawan dan fungsi control dari perusahaan. Pengalaman kerja, antara
lain: tingkat sejauh mana karyawan merasakan sejumlah sikap positif terhaddap
perusahaan, tingkat kepercayaan karyawan terhadap peerusahaan bahwa perusahaan
akan memeliharanya, merasakan adanya kepentingan pribadi anmtara diri karyawan
dengan perusahaan dan sejauh mana harapan-harapan karyawan dapat terpenuhi
melalui pekerjaannya
2.2. Penelitian Terdahulu
Peneliti
No Judul Metode Hasil
/Tahun
Pengaruh Motivasi,
Kompensasi Dan Hasil pengujian mendapatkan motivasi
AA Teknik Analisis
Komitmen berpengaruh positif dan signifikan pada
Ngurah Data Yang
Organisasional OCB, kompensasi berpengaruh positif dan
1 Bagus Digunakan
Terhadap signifikan pada OCB, serta komitmen
Danend Adalah Regresi
Organizational organisasional berpengaruh positif dan
ra/2016 Linier Berganda.
Citizenship Behavior signifikan pada OCB
(Ocb)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
Organizational citizenship behavior (Ocb)
Data Penelitian
Dhyas (X1)Dan Kepuasan Kerja Karyawan
Pengaruh Dianalisis secara
Lestarir (X2) Memiliki Pengaruh Terhadap
Organizational deskriptif dengan
ully Produktivitas kerjakaryawan (Y) Yang
Citizenship Behavior uji frekuensi dan
Moch. Ditunjukkan Oleh Nilai Koefisien
(Ocb) Dan Kepuasan asosiatif dengan
Ichsan, Determinasi Sebesar85,3%, Artinya
2 Kerja Pegawai koefisien
Ss., Bahwa Peningkatan Organizational
Terhadap Produktivitas determinasi, Uji
Mmstie Ciitizenship Behavior (Ocb) Dan
Kerja Pegawai Pada Pt Hipotesis
Pasim kepuasan kerja karyawan yang semakin
Rifan Financ Indo Statistik Dan
Sukabu tinggi dan meningkatakan berpengaruh
Berjangka Jakarta Analisis Regresi
mi2021 Sebesar 85,3% Terhadap Peningkatan
Linier Berganda.
Produktivitas Kerja karyawanpt Rifan
Financindo Berjangka Jakarta.
3 Bayu Pengaruh Motivasi, Metode analisis Hasil penelitian menunjukan variabel
Dwilak Dan Lingkungan Kerja, menggunakan motivasi terhadap kinerja karyawan
sono Terhadap Kinerja statistik berpengaruh positif dan signifikan.
Hanafi Karyawan, Dengan inferensial dengan Begitupun motivasi terhadap kepuasan
kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kepuasan kerja. Motivasi terhadap
kinerja karyawan yang dimediasi oleh
kepuasan kerja juga berpengaruh signifikan
.Namun pada variabel lingkungan kerja
tipe data terhadap kinerja karyawan menunjukan
dan Kepuasan Kerja parametrik, dan tidak berpengaruh dan
Corry Sebagai Variabel menggunakan signifikan .Begitupun pada variabel
Yohana Mediasi Pada Pt Bni Structural lingkungan kerja terhadap kinerja
/2017 Lifeinsurance Equation karyawan dengan kepuasan kerja sebagai
Modeling (SEM). variabel mediasi, kepuasan kerja positif
memediasi hubungan antara lingkungan
kerja terhadap kinerja karyawan.Terakhir
dapat dilihat variabel kepuasan kerja
terhadap berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan.
Widya
Hasil regresi menunjukkan bahwa terdapat
Parimit
Analisis yang pengaruh antara motivasi yang dikontrol
a, Pengaruh Motivasi Dan
dilakukan dalam masa kerja terhadap kepuasan kerja dan
Dianty Komitmen
penelitian ini terdapat pengaruh antara komitmen
Larasati Organisasional
4 adalah analisis organisasi yang dikontrol masa kerja
, dan Terhadap Kepuasan
deskriptif dan terhadap kepuasan kerja. Motivasi dan
Agung Kerja Pada Pegawai
eksplanatori. Dan komitmen organisasi yang dikontrol masa
Wahyu Tata Usaha
data oleh SPSS kerja secara simultan berpengaruh terhadap
Handar
kepuasan kerja dengan nilai signifikansi.
u/ 2014
2.3. Kerangka Berpikir
Berdasakan kerangka berpikir diata, maka dengan ini peneliti membuat Hipotesa peneletian,
yaitu
BAB III.
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi penelitian dilakukan di Hotel Aston Kupang, Indonesia. Penelitian ini berlangsung
dalam 3 bulan sampai 6 bulan.
Populasi penelitian ini adalah semua karyawan yang bekerja di Hotel Aston Kupang.
Karyawan yang bekerja di Hotel Aston Kupang adalah sebanyak 156 orang. Pengambilan
sampel dapat dilakukan dengan cara pemilihan acak (random sampling) atau stratified
random sampling. Jumlah sampel yang diambil harus memperhatikan tingkat kepercayaan
yang diinginkan dan margin of error yang dapat diterima.
1. Motivasi Kerja:
Definisi Operasional: Tingkat motivasi intrinsik dan ekstrinsik karyawan untuk
melakukan pekerjaan dengan baik di Hotel Aston Kupang.
Indikator:
Pengakuan atas prestasi kerja.
Kesempatan untuk pengembangan karir.
Ketersediaan pelatihan dan pengembangan.
2. Komitmen Organisasi:
Definisi Operasional: Tingkat kesetiaan dan loyalitas karyawan terhadap Hotel Aston
Kupang.
Indikator:
Identifikasi dengan nilai-nilai perusahaan.
Keinginan untuk tetap bekerja dalam jangka Panjang.
Keterlibatan aktif dalam inisiatif perusahaan.
3. Kepuasan Kerja (Job Satisfaction):
Definisi Operasional: Evaluasi keseluruhan karyawan terhadap pekerjaan mereka di Hotel
Aston Kupang.
Indikator:
Kepuasan terhadap gaji dan imbalan.
Kepuasan terhadap lingkungan kerja.
Kepuasan terhadap kesempatan pengembangan karir.
4. Organizational Citizenship Behavior (OCB):
Definisi Operasional: Perilaku sukarela karyawan di luar tugas utama mereka di Hotel
Aston Kupang.
Indikator:
Membantu rekan kerja.
Mendukung inisiatif perusahaan.
Berkontribusi pada atmosfer kerja yang positif.
5. Produktivitas Kerja:
Definisi Operasional: Tingkat efisiensi dan efektivitas karyawan dalam melaksanakan
tugas-tugas mereka di Hotel Aston Kupang.
Indikator:
Output pekerjaan yang dihasilkan.
Kualitas pekerjaan yang dilakukan.
Tingkat kehadiran dan keterlambatan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data ini dapat berupa
angka atau nilai yang dapat diukur dan dianalisis menggunakan metode statistik.
Anggunsari Noorma. (2018). Pengaruh Disiplin Kerja dan Stres Kerja Terhadap Produktivitas
Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening Di PT. Borneo Melintang Buana
Eksport Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Barney, Jay. (1991). “Firm Resource and Sustained Competitive Advantage”, Journal of
Manajement, 17: 99-120.
Bungin, Burhan. (2011). Metodologi Penelitian Kuantitatif Edisi Kedua. Jakarta: Kencana.
Harahap, Idham Khalid. (2010). Skripsi: Analisis Hubungan Kepuasan Kerja dan Komitmen
Organisasi dengan Organization Citizenship Behavior (OCB). Medan: Fakultas Ekonomi
USU.
Jogiyanto, Abdillah Willy. (2015). Konsep Aplikasi PLS (Partial Least Square) Untuk
Penelitian Empiris, Yogyakarta : BPFE.
Kasmir, (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia (Teori dan Aplikasi). Edisi 1. Cetakan 1.
Jakarta.
Rahman Aditya. (2017). Pengaruh Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasional terhadap
Kinerja Karyawan dengan Organizational Citizenship Behavior (OCB) sebagai Variabel
Intervening di Puskesmas Mlati 2 Sleman D.I.Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Universitas
Islam Indonesia.